Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

M DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONE
ROMBO KAB. BUTON UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan pendidikan pada program
DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH
MASRAWATIN
NIM. P003200190206

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KE PERA WAT AN KELUARGA TN. M DENGAN HIPERTENSI


DI WILA Y AH KERJA PUSKESMAS BONE ROMBO
KAB. BUTON UTARA

Disusun dan diajukan oleh :

MASRAWATIN
NTM.P003200190206

Tclah mcndapatkan pcrsctujuan Tim Pcmbimbing


Menyetujui

Pembimbi;,

/ -~~
Samsuddin, .Kep. Ns. M.Kep Rusna Taff);~ S.Kep.Ns.M.Kep
NIP. I 9770~252000121003 NIP. 198706142010122002

Mengetahui,

ii

i
HALAMAN PENGESAIIAN

ASUIIAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. "M" DENGAN


HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONE ROMBO
KAB. BUTON UTARA

Disusun dan diajukan oleh:

MASRAWATIN
Nltv1. P003200190206

Karya Tulis ini telah dipertahankan pada seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di
depan Tim Penguji pada Hari/T anggal : 2020 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat

tv1enyetujui ~-

~:.::,~d::.;.:~~,N~ :•:.:p.KMB ~·· · · ··· · · · ~· · · · · · · · · · · ·


:
Sitti tv1uhsinah, tv1.Kep.Sp.Ktv1B ( . .. .. . )

Dwi Yanthi, S.Kep.Ns.tv1.Sc ( ' )

Rusna Tahir,S.Kep.Ns.tv1.Kep

tv1engetahui,

3
iii

4
SURAT PERNY AT AAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : MASRAWATIN
NIM : P003200190206
fNSTITUSI : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul KTT Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M Dengan Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kab. Buton Utara

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis benar benar hasil
karya saya scn<liri, bukan rncrupakan pcngambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikernudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini hasil jiplakan, maka
saya bcrscdia mcncrima sanksi atas pcrbuatan tcrscbut.

Kcndari, .Juli 2020

ASRAWA IN

iv

5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Masrawatin
2. Tempat/Tinggal Lahir : Lipu, 31 Desember 1985
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton /Indonesia
6. Alamat : Buton Utara
7. No.Telp/hp 0821 8840 9677

II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 2 Matanauwe Tahun 1998
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kulisusu Tahun 2001
3. SPK Pemda Muna Tamat Tahun 2007
4. DIII Perawat Poltekkes Kemenkes Kendari 2019-sekarang

6
MOTTO

“ Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Maka apabila engkau


telah selesai ( dari suatu urusan ), tetaplah bekerja keras ( untuk urusan yang
lain )” ( Qs 94: 6-7 )

“ Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu supaya menyerahkan


amanat kepada orang yang pantas menerimanya ( ahlinya ).Dan jika kamu
mmempertimbangkan suatu perkara,kamu harus memutuskannya secara
adil.Sesungguhnya Allah memberimu sebaik-bainya nasihat.Allah itu
maha Mendengar dan Maha Melihat ”
( Qs. An-nisa: 58 )
“ Pandanglah hari ini.Kemarin adalah mimpi.Dan esok hari hanyalah sebuah
visi.Tetapi,hari ini yang sesungguhnya nyata, Menjadikan kemarin sebagai
visi harapan ”
( Alexander Pope )

Sebuah persembahan untuk semua keluargaku


tercinta Untuk almarhumah Ibu “ Semoga engkau mendapat kebahagiaan di
surga yang belum sempat kami Wujudkan di dunia ”

7
ABSTRAK

MASRAWATIN (P003200190206), Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M


Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kab. Buton Utara.
Dibimbing oleh Samsuddin dan Rusna Tahir (xii + 65 + 4 Tabel + 5 lampiran). Latar
belakang; Kasus Hipertensi di Puskesmas Bone Rombo dalam 3 tahun terakhir
terus meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,
berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45
tahun. Tahun 2017 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bone Rombo
sebesar 215 kasus, pada tahun 2018 mencapai 275 kasus sedangkan pada tahun 2019
kasus hipertensi di Puskesmas Bone Rombo semakin meningkat yaitu sebesar 312
kasus. Tujuan penulisan; Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga
Keluarga Tn. M Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo
Kab. Buton Utara. Metode; Penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan
proses keperawatan pada klien dan keluarga, terdiri dari pengkajian
keperawatan, perumusan diagnosis, perumusan intervensi keperawatan dan
implementasi serta evaluasi keperawatan Hasil: Pada pengkajian didapatkan pusing,
sakit kepala, nyeri pada leher belakang, terasa berat pada belakang kepala, dengan
nyeri terasa hilang timbul dengan skala nyeri 5 dan tekanan darah 150/100 mmHg.
Diagnosa keperawatan yang timbul adalah nyeri akut dan ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan keluarga. Kesimpulan; Faktor ketidaktahuan keluarga
terhadap cara penanganan anggota keluarga yang menderita hipertensi menjadikan
pasien tidak maksimal mendapatkan perawatan dan pengawasan pengobatan.
Perawatan hipertensi pada keluarga membutuhkan kerjasama dan keterlibatan
anggota keluarga dalam memastikan pasien mendapatkan pengobatan dan
penatalaksanaan maksimal dapat mempercepat proses penyembuhan. Saran;
Menjaga pola dan gaya hidup maupun faktor lain yang menyebabkan resiko
hipertensi, minum obat secara teratur sesuai dengan indikasi yang di anjurkan
serta chek up kerumah sakit / puskesmas terdekat.

Kata kunci : Hipertensi, Perawatan Hipertensi, Asuhan keperawatan


Keluarga
Referensi : 14 Literatur (tahun 2010-2019)

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan limpahan berkah dan karunia Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn. M Dengan Hipertensi Di Wila yah Kerja

Puskesmas Bone Rombo Kab. Buton Utara”.

Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

Dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis ilmiah ini tentunya tidak

lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak, untuk itu dengan

segala kerendahan hati dan keikhlasan yang tulus penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar sebesarnya kepada Bapak Samsuddin, S.Kep.Ns.M.Kep selaku

pembimbing 1 dan Ibu Rusna Tahir, S.Kep.Ns.M.Kep selaku pembimbing 2 yang

memberikan motivasi, arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

3. Kepala Puskesmas Bone Rombo Kab. Buton Utara yang telah memberikan

ijin pengambilan data penelitian

8
4. Ibu penguji Dewi Sertiya Rini, M.Kep. Sp.KMB, Sitti Muhsinah, M.Kep.Sp.KMB

dan Dwiyanti, S.Kep.Ns.M.Sc. atas masukan dan sarannya

5. Suami dan anak-anakku atas dukungan dan motivasinya yang tak terhingga

6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan III, yang telah

membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam

Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu

merahmati kita semua. Amin.

Kendari, Juli 2020

Penulis

9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................... v
MOTTO........................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................
vii DAFTAR ISI
................................................................................................................ ix DAFTAR
TABEL ........................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 6
D. Metode dan Teknik Penulisan .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Tentang Keluarga ............................................................................. 10
B. Konsep Tentang Hipertensi .............................................................................. 18
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga........................................................... 32

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian ........................................................................................................ 40
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 46
C. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 47
D. Implementasi Keperawatan .............................................................................. 53
E. Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 53

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................................................ 59
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 60
C. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 63
D. Implementasi Keperawatan .............................................................................. 64
E. Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 68
B. Saran................................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Teori rencana keperawatan

Tabel. 2. Data fokus hasil pengkajian keperawatan

Tabel. 3. Analisis data hasil pengkajian keperawatan

Tabel. 4. Matriks rencana intervensi keperawatan

Tabel. 5. Matriks implementasi dan evaluasi keperawatan

1
LAMPIRAN

Lampiran. 1. Surat keterangan telah melakukan penelitian


Lampiran. 2. Surat keterangan bebas pustaka
Lampiran. 3. Surat keterangan bebas administrasi
Lampiran. 4. Dokumentasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang

berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya

(Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi

terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta

kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar

kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi selain dikenal sebagai penyakit, juga merupakan faktor risiko

penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan diabetes mellitus, World

Health Organization (WHO) Tahun 2017 melaporkan setidaknya terdapat 975

juta kasus hipertensi di dunia dan akan meningkat menjadi 1,1 milyar kasus pada

tahun

2025 atau sekitar 29 % penduduk dunia. Dimana 333 juta kasus di negara maju

dan 639 juta kasus di negara-negara berkembang termasuk indonesia.

(Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1 %. Prevelensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

1
kesehatan sebesar 8,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum

obat sebesar 8,8 %, yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 adalah hipertensi dengan

prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8%

pada usia ≥ 75 tahun.

Hipertensi di Sulawesi Tenggara tahun 2018 tercatat masih sangat tinggi

yaitu 11.265 kasus dan pada tahun 2019 tercatat sebesar 41.818 kasus, dari data

yang terdiagnosis hipertensi tertinggi pada perempuan yaitu sebanyak 21.007

jiwa (34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 20.811 jiwa (50,32%).

Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya

hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi

sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan

menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini.

Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan.

(Kemenkes RI, 2018). Menurut Join National on Detection, Evaluation and

Treatment of Higt

Blodd Presure (JNC) (2014) hipentensi merupakan peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan

sesuai derajat keparahannya, memiliki rentang dari normal tinggi sampai

hipertensi emergensi.

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan

merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping

2
stress, mengatur pola aktivitas, menghindari alkohol, dan rokok.

Penatalaksanaan

3
hipertensi dengan obat saat ini memang telah mengalami kemajuan, tetapi

terdapat banyak laporan yang menyampaikan bahwa penderita yang datang ke

Rumah Sakit akan datang lagi dengan keluhan tekanan darahnya tidak

mengalami penurunan bermakna meskipun sudah diobati (Dalimartha, 2012).

Penanganan hipertensi akan lebih baik jika diintegrasikan dengan sistem

kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat obatan. Obat

yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif

mahal sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang

memerlukan pengobatan jangka panjang (Depkes RI, 2017).

Pengendalian penyakit hipertensi dilakukan dengan cara promosi kesehatan

dengan harapan bahwa dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat mengenai perilaku hidup sehat. Preventif juga menjadi cara

penanganan hipertensi dengan melarang merokok, peningkatan gizi seimbang,

aktifitas fisik dengan mencegah timbulnya faktor resiko menjadi lebih buruk,

menghindari terjadinya rekurensi faktor resiko.(Heri, 2012).

Aktivitas fisik yang teratur menurut Davis (2010) dapat menurunkan

atherosklerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Selain itu,

aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg dan

tekanan diastolik 7,5 mmHg. Berdasarkan penelitian Sugiharto (2011)

menemukan bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga

meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan responden

4
yang memiliki kebiasaan olahraga. Sesuai dengan rekomendasi (WHO-ISH) dan

(JNC VI) dalam menangani penderita hipertensi khususnya hipertensi ringan,

melakukan kegiatan olahraga yang terprogram sudah menjadi satu komponen

dasar pengobatan hipertensi sebelum pemberian obat–obatan (WHO, 2017).

Proporsi penderita hipertensi yang tidak rutin dan tidak minum obat sangat

tinggi yaitu sebesar 32,3% tidak rutin berobat dan tidak minum obat sebesar

13,3% dengan bebagai macam alasan yaitu sudah merasa sehat, tidak rutin ke

faskes, sering lupa dan tidak mampu membeli obat. (Riskesdas, 2018).

Kasus Hipertensi di Puskesmas Bone Rombo dalam 3 tahun terakhir terus

meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,

berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45

tahun. Tahun 2017 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bone Rombo

sebesar 215 kasus, pada tahun 2018 mencapai 275 kasus sedangkan pada tahun

2019 kasus hipertensi di Puskesmas Bone Rombo semakin meningkat yaitu

sebesar 312 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas

Bone Rombo didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin

mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak

sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi

dan berlanjut ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal

dan kebutaan.

5
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik melakukan

studi kasus Hipertensi pada keluarga dalam judul “Asuhan Keperawatan

Keluarga

6
Tn. M dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten

Buton Utara”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn. M

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten

Buton Utara.

2. Tujuan Khusus

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat :

a. Mampu melakukan pengkajian pada Keluarga Tn. M dengan Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten Buton Utara

b. Mampu menyusun diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. M dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten Buton

Utara

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga Tn. M dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten Buton

Utara

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. M

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten

Buton Utara

7
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. M dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten Buton

Utara

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :

a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang

telah diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas kesehatan

dan masyarakat secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

hipertensi dan perawatannya.

b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia

pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk

peneliti selanjutnya.

c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan

agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan

perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.

d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu

digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang

serupa pada penelitian selanjutnya.

8
D. Metode dan Teknik Penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Bone Rombo

pada tanggal 24 April sampai 26 April 2020

2. Teknik pengumpulan data

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan

relevan dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.

b. Studi kasus

Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian, penerapan diagnosa

keperawatan, penyuusunan rencana tindakan, penerapan implementasi

keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien

2) wawancara

9
Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien

terkait dengan penyakit yang diderita.

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap klien dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

4) Studi dokumentasi

Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan

penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium

5) Metode diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

bertugas saat pengambilan data di puskesmas Bone Rombo

Kabupaten Buton Utara

3. Teknik penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri

dari lima bab, yaitu :

Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,

manfaat penulisan dan teknik penulisan

Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi

definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik

dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan

1
Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori

keperawatan dan kasus yang di amati

Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang dipergunakan

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan

terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang

dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak,

namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap

dirinya sebagai keluarga.

UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau

ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya

menurut BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang

atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada

tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga

dan masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda, 2017)

1. Bentuk keluarga

Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

1
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang

mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak

(Friedman,

2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), Kelurga inti adalah

keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan

yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena kelahiran (natural)

maupun adopsi.

2) Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang

tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling

menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang

tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak

adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan

rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /

adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan

oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan

membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan

menurut Sudiharto (2012), keluarga besar adalah Keluarga inti

1
ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya

kakek,

1
nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang

tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan pasangan

sejenis.

4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa

bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri

atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti

mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo,

atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi

anggota keluarga yang penting (Yolanda, 2017).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan

yang kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang

perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau

subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan

kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus

menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak

seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan

tugas perkembangan mereka (Yolanda, 2017).

1
7) Keluarga binuclear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak

merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua

rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal

tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah

tangga (Yolanda, 2017).

2. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi

afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran

utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan

sosioemosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status social

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak tentang

cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian

status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status

kepada anak

1
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat

ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat

yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

3. Struktur keluarga

Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran,

struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan

pengambilan keputusan.

a. Struktur peran.

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang

sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat

seseorang dalam suatu system social.

1
b. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang

nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar

mengikat anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan

umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses

komunikasi disfungsonal.

1) Proses komunikasi fungsional.

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan

keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai

pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi

pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai

intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional.

Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional gambaran dar

komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasi

disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah

kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain.

Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik

1
kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang

dewasa), kekuasaan orang

1
tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil

keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam

upaya mereka untuk memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses

pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017), struktur

keluargamenggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

dimasyarakat. Ada beberapa strukturkeluarga yang ada di Indonesia

diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah

ayah. e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

2
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut

Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan

yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan

orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor

penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap

masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan

perawatannya).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

2
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,

psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga

harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

5. Peran perawat keluarga

2
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda

(2017) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada

keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang memiliki masalah kesehatan

b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan

untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan

kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat

menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap melalui

kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi

maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan

terlebih

2
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah

keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak

keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta

memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi

hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga

terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas

perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam

mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalahmasalah

kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang

muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya

yang dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan

keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan

bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga

2
sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota

keluarga. Melalui

2
asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap

individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak

mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negative sehingga memiliki

kemampuan berpikir yang cerdas.

6. Tahap perkembangan keluarga

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru

dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan

intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas

perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang

memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan

jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30

bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi

siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah

membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil (

menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki

hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan

kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan

yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan

2
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi

kakek/nenek

2
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat

ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan

suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri-saudara

perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan

yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai

anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,

mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar

keluarga

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu

penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai

pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga

maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah

menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung

2
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal

dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada

keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga

untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar

dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)

Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak

pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,

ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada

tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas

muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari

pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan

menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami

dan istri yang sudah menua dan sakit

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika

anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau

kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua

yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan

2
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension

salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan

pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan

perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan

kehidupan yang memuaskan (Yolanda, 2017).

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin

tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin & Hardhi 2015)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut

darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh

secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).

Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80

mmHg (Muttaqin, 2012).

3
2. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

3
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume

sekuncup

), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (

Suzanne & Brenda, 2011).

3. Etiologi

Menurut Arif. M, (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua

bagian yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahui

penyebabnya.atau disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi esensial

3
biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada

akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat

3
dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau

“maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.

Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,

obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor

keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins

(2017), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau

esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti

:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi

garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam

hipertensi.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab

tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &

Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab

hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,

diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya

seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-

obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.

3
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat

diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Riwayat keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada

seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi

dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat

menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien

dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko

hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang

berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan

darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena

merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan

kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke,

gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3
3) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita

hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko

lebih besar.

4) Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam

tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan

kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar

terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress

lingkungan.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

1) Diabetes mellitus

Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien

diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis

dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh

darah besar.

2) Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung

serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang

menciptakan banyak stressor dan respon stress.

3
3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,

dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi

obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom

metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.

4) Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi

pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan

hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak

langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga

menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.

Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim,

kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi.

5) Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa

penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko

hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta

obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah

secara langsung.

3
5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus

optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri

koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai

hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan

beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik

yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan

beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,

2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan

bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat


hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat,

3
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)

3
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat

mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24

jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila

hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar

renin dapat juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;

deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

4
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim,

2013)

7. Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang

mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat

terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai

berikut :

a. Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung

akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan

diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,

apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

4
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

8. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas

setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya

perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &

Suddart, 2015).

a. Terapi nonfamakologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya

hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi.

Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari

berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan

tekanan darah yaitu :1) Mempertahankan berat badan ideal

4
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi

obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah

kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik

dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi asupan natrium

Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), pengurangan

konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan

tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak

2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam

Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena

konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi

empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum

berakohol. 4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan,

(2006) dalam Wijaya

& Putri (2013), Pertahankan asupan diet potassium ( >90 mmol

(3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur

seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel kacang-kangan,

kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan

lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut Radmarsarry

(2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan

tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang

4
bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3 5 kali

dalam sehari,

4
seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup. 5)

Menghindari merokok menurut Dalimartha (2011), merokok

memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya

hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi

pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka

perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi. 6)

Penurunan Stress Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013),

stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun

jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan

sementara yang sangat tinggi. 7) Terapi pijat Dalimartha (2008)

dalam Wijaya

& Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita

hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh

sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir,

ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan

hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti

hipertensi. Setiabudy (2013), Ada 5 macam jenis obat anti hipertensi

yaitu:

1) Diuretik

4
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan di tubuh

4
berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

Contoh obat diuretik Kuat adalah Hidroklorotiazid, Klortalidon,

Indapamid, Bendroflumetiazid, Metolazon, Xipamid, dan Contoh obat

diuretik Kuat adalah Furosemid, dan Torsemid, Contoh obat diuretik

Hemat kalium adalah Amilorid, Triamteren.

2) Agen Penghambat Adrenegik (β-bloker)

(β-bloker) digunakan sebagai obat tahap pertama pada

hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit

jantung koroner (khususnya sesudah infark miokard akut). Beta bloker

dapat menyebabkan bradikardia, blokade AV, hambatan nodus SA dan

menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Contoh obat golongan ini

adalah Asebutolol, Atenolol,Metaprolol, Labetolol, dan Karvedilol.

3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme).

ACE- inhibitor menghambat perubahan A l menjadi A ll

sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain

itu degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin

dalam darah meningkat dalam efek vasodilatasi ACE-inhibitor.

Contoh obat golongan ini adalah Kaptopril, Lisinopril, Benazepril,

Enalapril, Ramipril,

4) Penghambat reseptor angiotensin (Angitensin receptor blocker,ARB)

4
Reseptor angiotensin terdiri dari dua kelompok besar yaitu

AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terdapat terutama di otot polos pembuluh

darah

4
dan di otot jantung, AT2 terdapat dimedula adrenal mungkin juga di

SSP. Pemberian obat ini akan menghambat semua efek angiotensin

seperti: vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis.

Contoh obat golongan ini adalah Valsartan, Losartan, Irbesartan,

Telmisartan dan Candesartan.

5) Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena

kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini di ikuti oleh reflek

takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan

dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Contah obat pada golongan ini

adalah Nifedipin, Amlodipin, Felodipin, Isradipin, Verapamil dan

Diltiazem.

C. Konsep Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

1. Pengkajian

Keperawatan adalah pelayanan esensial individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang dilaksanakan pada orang baik sehat maupun sakit secara

promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif dengan pendekatan proses

keperawatan melalui tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. (Aziz, A,

2011).
4
Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang

diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga, Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan

keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

5
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah

ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah

mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling

asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,

menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan.

2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,

hukuman, serta memberi dan menerima cinta.

3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan

5
yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan

keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji

status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan

terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :

keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara

menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan. d) Peran keluarga dalam

praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki

status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan

keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan

secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi

keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga

dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan

keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,

kemampuan peningkatan status kesehatan.

5
e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe. Sebagai

berikut :

1) Keadaan umum ; lemah

2) Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan

dangkal, nadi cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan

diastolik diatas 90 mmHg.

3) Review of sistem

a) B1 (breathing) ; sistem pernapasan sangat mendukung untuk

mengetahui masalah pada gangguan kardiovaskuler dimana

pemeriksaannya meliputi inspeksi pada bentuk dada ditemukan

bentuk dada phisis (panjang dan gepeng), empisematous (tong)

dan pektus eksavatus ( cekung kedalam). Pada palpasi

ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak

simetris dan getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi

ditemukan penurunan suara paru atau perubahan dari resonan.

Pada auskultasi ditemukan suara napas tambahan.

b) B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat

secara langsung mengetahui masalah pada penyakit hipertensi

antara lain meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan

5
apeks jantung karena disebabkan adanya perubahan sumbu

jantung

5
karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut

apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena

jugularis. Pada perkusi biasanya tetap normal pada bunyi redup

tetapi didapatkan pembesaran jantung. Pada auskultasi

didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta dan katup

mitral.

c) B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher

untuk mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang

gelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat

ikterus bilamana ada gagal jantung dan dilakukan pemeriksaan

neurosensori untuk mengetahui adanya pusing saat bangun dari

duduk, wajah meringis, menarik diri dan kehilangan kontak

mata.

d) B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi fungsi jantung

yang penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan

penting yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan

apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi

urine atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil.

Dareah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa

oval dan diperkusi adanya tanda pekak yang menunjukkan

kandung kemih penuh.

5
e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi

perubahan nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit,

penurunan turgor kulit, kulit kering Atau berkeringat, muntah

dan penurunan berat badan. Adanya refluks hepatojuguler,

pembengkakan hepar adanya nyeri tekan pada abdomen.

f) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa

berdebar, sulit tidur karena ortopnea, dispnea nokturnal

paroksismal, berkeringat malam hari, sering terbangun karena

nyeri kepala dan sesak napas.

2. Diagnosa keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman ( Friedman, 2010).

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia, hipertropi ventrikuler

5
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan

informasi

e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

h. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik, gangguan cerebral

3. Intervensi Keperawatan Keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative
dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Tabel. 3. Rencana intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat mengenal Pengajaran: proses

pemeliharaan masalah HT penyakit

kesehatan a. Pengetahuan: Proses

penyakit

5
2. Keluarga dapat Dukungan perilaku

mengambil keputusan keputusan

perawatan HT

a. Partisipasi dalam

mengambil keputusan

3. Keluarga dapat merawat - Pengajaran : diet

anggota keluarga dengan HT

HT - Pengajaran:

a. Perilaku patuh: diet yang pengobatan HT

disarankan - Pengajaran latihan (

b. Perilaku patuh: senam HT & relaksasi

pengobatan yang progresif)

dianjurkan - Monitor TTV

c. Perilaku patuh : - Manajemen nyeri

latihan yang

disarankan

d. TTV

e. Pain Level

47
4. Keluarga dapat Identifikasi faktor

memodifikasi lingkungan resiko

untuk perawatan penderita HT

a. Faktor resiko HT

5. Keluarga dapat Mengunjungi

menggunakan fasilitas fasilitas kesehatan

pelayanan kesehatan

a. Kepatuhan: perilaku

menerima pelayanan

kesehatan

2 Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat Pengajaran proses

menajemen mengenal masalah HT penyakit

keluarga a. Pengetahuan: Proses

penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan membuat

mengambil keputusan keputusan

perawatan

a. Berpartisipasi dalam

memutuskan perawatan

kesehatan

48
3. Keluarga mampu Peningkatan

merawat anggota keterlibatan

keluarga yang sakit: keluarga

a. Manajemen penyakit

kronis

b. Vital sign

4. Keluarga mampu Manajemen

memodifikasi lingkungan yang

lingkungan aman

a. Pengendalian factor

resiko

5. Keluarga mampu Konsultasi

menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan

a. Perilaku mencari

pelayanan

49
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan teknik pengumpulan data

melali studi kepustakaan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ini. Studi kasus menggunakan proses

keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara selain itu melakukan

pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan metode per

sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian penulis

sajikan sebagai berikut :

I. Data Umum

1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. M


2. Alamat : Kelurahan Lemo Kec. Kulisusu
3. Pekerjaan KK : Wiraswasta
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi Keluarga :

Hubungan Status imunisasi Ket


No Nama JK Umur BCG POLIO DPT HB CPK
dgn KK
2. Ny.N P Istri 38 th sehat
3. An.K L Anak 16 th v v v v v v v v v v v v sehat
4. An.Y P Anak 13 th v v v v v v v v v v v v sehat

5
Genogram :

Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

6. Tipe Keluarga : keluarga inti (nuklear Family)


7. Suku/Bangsa : Buton / Indonesia
8. Agama : Islam
9. Status Sosial ekonomi keluarga :
Kebutuhan sehari-hari Keluarga Tn. M semua dipenuhi Tn. M dengan
pendapatan perbulan Rp.1.000.000,-. Tn. M bekerja sebagai wiraswasta.
Pengeluaran keluarga Tn. M diantaranya untuk kebutuhan makan sehari hari.
10. Aktivitas Rekreasi keluarga :
Keluarga Tn. M sesekali melakukan rekreasi keluarga diluar kota. Aktifitas

rekreasi keluarga yang sering Dilakukan yaitu dengan menonton televisi dan

berkumpul bersama tetangga di depan rumah.

5
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tn. M dan Ny. N memiliki dua anak, anak K berusia 16 tahun anak pertama

masih bersekolah dan anak Y umur 13 tahun anak kedua masih bersekolah.

Keluarga ini berada dalam tahap V yaitu keluarga dengan anak remaja.

12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tn. M dan Ny. N berharap agar anaknya masih bersekolah dan dapat terus

melanjutkan pendidikan.

13. Riwayat kesehatan keluarga inti

Dalam keluarga Tn. M terdapat satu orang yang sedang menderita sakit yaitu

Tn. M sendiri dimana memiliki riwayat penyakit hipertensi selama ± 1 tahun.

Tn. M mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri di pundak serta istirahat

tidur yang kurang, skala nyeri 5 (sedang). Tn. M mengatakan keluhannya

dirasakan sejak 1 bulan terakhir ini dan sebelumnya pernah berobat ke dokter

praktek dan puskesmas dan diberikan obat. Setelah minum obat keluhan

sedikit berkurang. Karena keterbatasan biaya untuk pengobatan Tn. M tidak

kontrol lagi ke puskesmas terdekat sehingga penyakitnya kambuh lagi.

5
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Dalam keluarga hanya Tn. M yang menderita penyakit. Tn. M mengatakan

keluarganya tidak ada menderita penyakit yang sama, tidak ada yang pernah

menderita penyakit menular atauapun penyakit keturunan.

III. Data Lingkungan

15. Karakteristik rumah

a. Kepemilikan rumah

Rumah keluarga Tn. M merupakan rumah pribadi/sendiri

b. Luas rumah dan tipe rumah


2
Luas rumah 42 m dengan ukuran 6x7 meter terdiri dari ruang tamu, 2
kamar

tidur , 1 ruang keluarga, dapur dan WC. lantai rumah dari semen dengan

tipe rumah semi permanen,

c. Penerangan dan ventilasi

Arah rumah Tn. M menghadap timur, cahaya matahari dapat masuk saat

pagi dengan jendela 6 buah, pada malam hari menggunakan penerangan

listrik.

d. Jamban

Jamban keluarga Tn. M terletak didalam rumah dengan kondisi cukup

bersih, keluarga Tn. M menggunakan septik tank dan berjarak lebih dari 10

meter dari sumber air.

e. Sumber air minum

5
Sumber air minum menggunakan PDAM. Air minum dimasak sampai

mendidik dan didinginkan

Denah rumah :

dapur
kt wc

Kt
R. keluarga

R.tamu

16. Karakteristik tetangga dan komunitas

Hubungan sosialisasi antar tetangga sekitar baik dan dpat berkomunikasi

dengan baik. Dilingkungan sekitar keluarga Tn. M kadang mengikuti kegiatan

RW seperti bersih bersih lingkungan.

17. Mobilitas geografis keluarga

Dari awl pernikahan Keluarga Tn. M sudah menetap di rumah dan alamat

sekarang dan tidak pernah berpindah tempat.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dgn masyarakat

5
Hubungan Keluarga Tn. M dengan tetangga baik, pada waktu senggang

keluarga Tn. M selalu berbincang dan berinteraksi dengan tetangga sekitar

rumahnya.

19. Sistem pendukung keluarga

Anggota keluarga yang sakit yaitu Tn. M, setelah obat habis klien tidak

pernah dibawa lagi kepuskesmas atau faskes terdekat karena Tn. M

beranggapan bahwa keluhan yang dialaminya bisa sembuh tanpa harus

kontrol lagi dan berobat, klien tidak memiliki uang untuk berobat ke dokter.

Keluarga tidak memiliki jaminan kesehatan.

IV. Struktur Keluarga

20. Struktur Peran

Tn. M berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafakah untuk keluarga

sedangkan Ny. N sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi keperluan

keluarga.

21. Nilai atau norma keluarga

Dalam keluarga Tn. M semua kluarga saling menghargai dan


menghormati

22. Pola komunikasi keluarga

5
Komunikasi keluarga bersifat terbuk satu sama lain sehingga pabila ada

masalah akan cepat terselesaikan dengan adanya partisipasi seluruh anggotaa

keluarga.

23. Struktur kekuatan keluarga

Struktur keluarga Tn. M terletak pada Tn. M sebagai kepala keluarga, namun

dalam pengambilan keputusan dalam keluarga berdasarkan keputusan

bersama.

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif

Anggota keluarga saling menyayangi, memiliki dan mendukung. Persolan

dalam rumah tangga selalu dibicarakan bersama sehingga tidak memicu

terjadinya masalah.

25. Fungsi Sosialisasi

Diantara anggota kelurga Tn. M berusaha selalu berinteraksi satu dengan

lainnya, begitu pula berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Keluarga

berusuaha bertingk laku dan perperilaku yang sesuai dengan norma yang

dianut di lingkungannya

26. Fungsi Reproduksi

5
Keluarga Tn. M sudah memiliki 2 orang anak dan Ny. N masih ber KB

5
27. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn. M sebagai wiraswasta sudah mencukupi kebutuhan pokok,

tetapi untuk sandang hanya membeli sebulan sekali / tidak pasti. Keuangan

keluarga juga ditunjang dengan Ny. N yang bekerja sebagai pedagang.

28. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Kemampuan Mengenal masalah kesehatan

Keluarga mengatakan tidak tahu masalah kesehatan yang diderita oleh

anggota keluarganya yaitu hipertensi

b. Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan Keluarga

mengatakan hanya mengambil keputusan untuk beristirahat dan tidak

memeriksakannya ke puskesmas sebelum keluhannya bertambah parah.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga

yang mengalami hipertensi dengan benar

d. Kemampuan memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Keluarga mengatakan tidak tahu cara bagaimana melakukan pencegahan

penyakit terhadap keluhan yang Tn. M rasakan

e. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

5
Keluarga belum mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu

puskesmas/poskedes terdekat. Keluarga beranggapan bahwa keluhan yang

Tn. M rasakan adalah hal biasa dan akan hilang dengan beristirahat.

VI Stres dan Koping Keluarga

29. Stresor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek keluarga yaitu gangguan kesehatan yang Tn. M alami

dan keluhkan, Stressor jangka panjang keluarga yaitu komplikasi dari

penyakit Tn. M tersebut bila tidak diobati.

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

Keluarga menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa dan tidak

membahayakan bagi Tn. M selama dapat ditangani oleh keluarga.

31. Strategi koping yg digunakan

Keluarga mengatakan Tn. M selalu membicarakan atu mendiskusikan hal

yang berkaitan dengan keluarga. Tetapi tetap mengambil keputusan secara

bersama sama.

32. Strategi adaptasi disfungsional

5
Keluarga menyatakan keluhan yang Tn. M adalah keluhan biasa dan

melakukan penyangkalan terhadap masalah kesehatan yang dapat

membahayakan kesehatan Tn. M.

33. Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat membantu mengatasi

masalah kesehatan yang ada pada keluarganya. Serta keluhan Tn. M cepat

sembuh dan sehat kembali dan tidak ada keluhan dalam menjalani

aktifitasnya.

VII. Pemeriksaan Fisik Tiap individu anggota keluarga

pemeriksaan Tn. M Ny. N An. K An.Y


Keadaan umum Klien tampak baik, baik, Baik,
lemah, kesadaran kesadaran kesadaran
kesadaran composmentis composmentis composmentis
composmentis TD : 120/100 TD : 110/80 TD : 100/80
TD : 150/90 mmHg mmHg mmHg
mmHg N : 96x/m R N : 76x/m R N : 84x/m R
N : 80x/m : 20x/m S : : 20x/m S : : 20x/m S :
0 0 0
R : 20x/m S 37,3 C 36,5 C 36,7 C
0
: 37 C
Integumen Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
mesosephal, mesosephal, mesosephal, mesosephal,
rambut rambut mulai rambut hitam, rambut hitam,
beruban, kulit beruban, kulit kulit kepala kulit kepala
kepala bersih, kepala bersih, bersih, kulit bersih, kulit
warna kulit kulit sawomatang, sawomatang,
sawomatang, sawomatang, turgor kulit turgor kulit
turgor kulit turgor kulit baik, CR < 2 baik, CR < 2
baik, CR<2 baik, CR < 2 detik, warna detik, warna
detik. detik, warna dasar kuku dasar kuku
Wajah dasar kuku transparan. transparan.
meringis, transparan.
dengan skala
nyeri 5
(sedang)

6
Sistem Mata simetris Mata simetris Mata simetris Mata simetris
Penglihatan kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
anemis, sklera merah muda, merah muda, mera muda,
kekuningan, sklera putih, sklera putih, sklera putih,
fungsi kornea fungsi kornea fungsi kornea fungsi kornea
baik, baik, baik, baik,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik, refleks baik, refleks baik, refleks baik, refleks
pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
visus normal visus normal visus normal visus normal

Sistem Hidung Hidung Hidung Hidung


penciuman simetris, simetris, simetris, simetris,
bersih tidak bersih tidak bersih tidak bersih tidak
ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret,
fungsi fungsi fungsi fungsi
penciuman penciuman penciuman penciuman
baik. baik. baik. baik.
Sistem Teling Teling Teling Teling
pendengaran simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen, ada serumen,
fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik
Sistem Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
pernapasan normochest, normochest, normochest, normochest,
bunyi napas bunyi napas bunyi napas bunyi napas
vesikuler, tidak vesikuler, tidak vesikuler, tidak vesikuler, tidak
terdapat bunyi terdapat bunyi terdapat bunyi terdapat bunyi
napas napas napas napas
tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
Sistem Irama jantung Irama jantung Irama jantung Irama jantung
kardiovaskuler reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak
ada distensi ada distensi ada distensi ada distensi
JVP, pengisian JVP, pengisian JVP, pengisian JVP, pengisian
kapiler baik. kapiler baik. kapiler baik. kapiler baik.

Sistem Bibir Bibir Bibir berwarna Bibir berwarna


gastrointestinal berwarna pucat, berwarna pucat, tidak ada merah muda,
tidak ada sedikit pucat, stomatitis, tidak ada
stomatitis, tidak ada mukosa bibir stomatitis,

60
mukosa bibir stomatitis, lembab, mukosa bibir
lembab, jumlah mukosa bibir jumlah gigi lembab, jumlah
gigi lengkap, lembab, jumlah lengkap, warna gigi lengkap,
warna putih gigi lengkap, putih warna putih
kekuningan, warna putih kekuningan, kekuningan,
refleks menelan kekuningan, refleks menelan refleks menelan
baik, fungsi refleks menelan baik, fungsi baik, fungsi
pengecapan baik, fungsi pengecapan pengecapan
baik, peristaltik pengecapan baik, peristaltik baik, peristaltik
normal, tidak baik, peristaltik normal, tidak normal, tidak
ada nyeri tekan normal, tidak ada nyeri tekan ada nyeri tekan
pada abdomen. ada nyeri tekan pada abdomen. pada abdomen.
pada abdomen.

Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


endokrin pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid
Sistem Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
perkemihan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pada kandung pada kandung pada kandung pada kandung
kemih, kemih, kemih, kemih,
frekuensi frekuensi frekuensi frekuensi
berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4-
5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna
kuning muda kuning muda kuning muda kuning muda
Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
reproduksi keluhan keluhan keluhan keluhan
Sistem Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
muskuloskeletal sendi normal, sendi normal, sendi normal, sendi normal,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
edema dan edema dan edema dan edema dan
varises varises varises varises

61
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

1. Analisis Data
No Data Penyebab Masalah
1 DS Agen cedera Nyeri akut
 Tn. M Tn. M mengeluh biologis
pusing, kepala terasa berat dan
nyeri di pundak
 Tn. M mengeluh istirahat tidur
yang kurang
 Skala nyeri 5 (sedang)

DO
 TD : 150/90 mmHg
 HR : 80 x/ menit
 RR : 20 x/ menit
0
 SB : 37 C
 Tampak meringis
2 DS Sumber daya Ketidakefektifan
 Ny. N mengatakan pernah tidak cukup pemeliharaan
membawa Tn. M ke puskesmas dan kesehatan
ke dokter, setelah obat habis
tidak pernah lagi ke puskesmas
 Ny. N mengatakan tidak
mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Tn. M
DO
 Tn. M tampak lemas
 TD : 150/90 mmHg
 HR : 80 x/ menit
 RR : 20 x/ menit
0
 SB : 37 C

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan Tn.
M mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri di pundak serta istirahat

6
tidur yang kurang., TD : 150/90 mmHg, HR : 80 x/ menit, Skala nyeri 5
(sedang) dan tampak meringis.
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber
daya tidak cukup ditandai dengan Ny. N mengatakan pernah membawa
Tn. M ke puskesmas dan ke dokter, setelah obat habis tidak pernah lagi
ke puskesmas, Ny. N mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Tn. M, dan TD : 150/90 mmHg

C. Rencana Keperawatan Keluarga

Tabel.2. Rencana intervensi keperawatan Keluarga


No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan dengan perawatan selama 3x24 jam,  Lakukan pengkajian
agen cedera klien akan mencapai nyeri secara komprehensif
biologis ditandai : termasuk lokasi,
dengan Tn. M Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
mengeluh pusing, Kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
kepala terasa berat, - Skala Nyeri faktor presipitasi
Tn. M mengatakan berkurang  Observasi
sering nyeri leher - Klien melaporkan reaksi nonverbal dari
dan pundak, TD rasa nyeri berkurang ketidaknyamanan
: - Klien dapat  Gunakan teknik
150/90 mmHg, HR : menggunakan teknik komunikasi terapeutik
80 x/ menit, Skala non farmakologi untuk mengetahui
nyeri 5 (sedang) dan dalam pengalaman nyeri pasien
tampak meringis. menurunkan nyeri  Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi

6
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Pengajaran: proses


pemeliharaan perawatan selama 3 x 24 penyakit
kesehatan jam, klien dan Keluarga  Kaji tingkat
berhubungan dapat mencapai : pengetahuan
dengan sumber daya Tingkat pengetahuan keluarga tentang
tidak cukup ditandai meningkat hipertensi
dengan Ny. N  Lakukan HE dengan
mengatakan pernah penyuluhan tentang
membawa Tn. M ke hipertensi
puskesmas dan ke  Review ulang hasil
dokter, setelah obat penyuluhan
habis tidak pernah Partisipasi perawatan Dukungan perilaku
lagi ke puskesmas, meningkat keputusan
Ny. N mengatakan  Kaji kemampuan
tidak mengetahui keluarga merawat
bagaimana cara anggota keluarga
memulihkan kondisi yang sakit
Tn. M,  Bantu keluarga
dan TD : 150/90 membuat bahan
mmHg herbal untuk
menurunkan TD
 Demonstrasikan
cara pembuatan
herbal untuk
menurunkan TD
Kepatuhan perilaku Mengunjungi fasilitas
kesehatan
 Kaji kemampuan
keluarga
menggunakan
fasilitas kesehatan
 Berikan dukungan
keluarga
menggunakan JKN
 Lakukan HE tentang
pentingnya
pengobatan teratur
pada hipertensi

64
D. Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga

No. Tanggal dan Intervensi Paraf Evaluasi


Dx waktu
1. 24 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. M
09.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan dan kepala
3. menggunakan teknik
terasa berat O:
komunikasi terapeutik untuk
- skala nyeri
mengetahui pengalaman nyeri
pasien 5 sedang
4. Mengontrol lingkungan yang
- TTV
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan

65
5. Mengajarkan tentang TD:
teknik non farmakologi
150/100
6. Memberikan analgetik
mmHg
untuk mengurangi nyeri
HR: 80x/m

1 25 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. M


10.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan dan kepala
3. menggunakan teknik
mulai terasa
komunikasi terapeutik untuk
ringan
mengetahui pengalaman nyeri
pasien O:
4. Mengontrol lingkungan yang
- skala nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
4 (sedang)
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan - TTV
5. Mengajarkan tentang
TD: 140/90
teknik non farmakologi
mmHg
6. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri HR: 80x/m

66
2. 25 April 2020 1. Mengkaji tingkat S: keluarga
11.30 pengetahuan keluarga tentang
mengatakan
hipertensi
mengerti
hasil : keluarga belum
mengerti tentang hipertensi, O:
bagaimana penanganannya di
Pengetahuan
rumah dan dampak bila tidak
diobati 70% kategori

2. Melakukan penyuluhan baik


tentang hipertensi
A: masalah
Hasil :
Klien dan anggota keluarga teratasi

antusias dan mendengarkan P: intervensi


dengan seksama penyuluhan selesai
hipertensi
3. mereview hasil
penyuluhan
Hasil :
Keluarga dapat mengulangi
70% penjelasan tentang
hipertensi dan dapat
menjawab pertanyaan yang
diajukan 100%

67
1 26 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. M
10.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan berkurang dan
3. menggunakan teknik
kepala terasa
komunikasi terapeutik untuk
ringan
mengetahui pengalaman nyeri
pasien O:
4. Mengontrol lingkungan yang
- skala nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, 3 (ringan)

pencahayaan dan kebisingan - TTV


5. Mengajarkan tentang
TD: 130/80
teknik non farmakologi
6. Memberikan analgetik mmHg

untuk mengurangi nyeri HR: 76x/m

2 26 April 2020 1. Mengkaji pengetahuan S: keluarga


11.30 keluarga tentang
mengatakan
hipertensi
mengunjungi
Hasil : keluarga dapat
memberikan penjelasan faskes
80 % benar
O:
2. Mengkaji kemampuan
keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit

68
Hasil : keluarga hanya Pengetahuan :
memberikan perawatan
80 % kategori
seadanya dengan memijat
(baik) Perilaku
3. Membantu keluarga
membuat bahan herbal 80% kategori
untuk menurunkan TD
(baik) A:
Hasil : keluarga memilih
masalah
untuk memberikan Jus
ketimun teratasi
4. Mendemonstrasikan cara
P: intervensi
pembuatan herbal untuk
selesai
menurunkan TD
Hasil : keluarga dapat
membut jus timun untuk
menurunkan TD
5. Mengkaji kemampuan
keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan Hasil :
keluarga tidak
memiliki JKN dan biaya
terbatas untuk obat
6. Memberikan dukungan
keluarga menggunakan
JKN
Hasil : keluarga bersedia
untuk mengurus BPJS
melalui Kelurahan

69
7. Memberikan HE tentang
pentingnya pengobatan
teratur pada hipertensi Hasil :
keluarga mengerti dan
memahami

E. Evaluasi keperawatan keluarga


No. NOC Saat Hari I Hari II Hari III

pengkajian

1. Tingkat nyeri Skala 5 Skala 5 Skala 4 Skala 3


(Sedang) (Sedang) (sedang) (Ringan)

2. Pengajaran: 30% 30% 70% 80%


proses penyakit (Kurang) (Kurang) (Baik) (Baik)

3 Partisipasi dan 30% 30% 40% 90%


perilaku (Kurang) (Kurang) (Kurang) (Baik)
kepatuhan

70
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan pengambilan data oleh perawat dengan ditandai

pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai keputusan

profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang dikumpulkan.

Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan mekanisme

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya serta

pengalaman anggota keluarga yang dilaporkan. (padila,2012). Pengkajian

keluarga menurut Muwarni (2011) adalah suatu tahapan dimana perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap keluarga yang menjadi

binaannya.

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. M sesuai dengan

teori yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format

pengkajian keluarga dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik

dan juga menggali informasi dari pengalaman anggota keluarga untuk memenuhi

data dan informasi yang diperlukan dalam proses asuhan keperawatan.

Dalam pengkajian keluarga dengan hipertensi didapatkan keluhan merasa

pusing, sakit kepala, nyeri pada leher belakang, terasa berat pada belakang

kepala, dengan nyeri terasa hilang timbul dengan skala nyeri 5 dan dilakukan

pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 150/100 mmHg.


Keluhan yang didapatkan penulis pada pengkajian sesuai dengan tanda dan

gejala Hipertensi menurut Wijaya dan Putri, (2013) yaitu nyeri kepala saat

terjaga, terkadang disertai muntah, peningkatan tekanan intrakranial, penglihatan

kabur akibat retinopati karena hipertensi, langkah kaki tidak stabil karena

kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal

dan filtrasi, edema dependen, dan pembengkakan kaibat peningkatan tekanan

kapiler. Menurut Brunner dan Suddart (2015) gejala yang timbul selain dari

peningkatan darah yang tinggi, dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah

dan pada kasus berat edema pupil.

Pada pengkajian Tn. M mengatakan sering mengkonsumsi daging dan lemak

di masa muda seperti coto, konro, ikan asin dan berkuah santan, jarang olahraga

serta keluarga memiliki riwayat tinggi darah, Tn. M mengatakan emosinya

meledak-ledak dan masih sulit terkontrol. Penyebab hipertensi ini sesuai dengan

pernyatan Brunner dan Suddart (2015) bahwa penyebab hipertensi adalah

gangguan emosi, obesitas, komsumsi alkohol yang berlebihan, konsumsi kopi,

obat-obatan dan faktor keturunan. Menurut black dan Hakws (2014) faktor resiko

hipertensi yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin

dan ras/etnis sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah stress, obesitas,

konsumsi garam, pola makan, penyalagunaan obat dan aktifitas olahraga.

7
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga adalah integrasi diagnosis ke sistem keluarga

yang erupakan hasil dari pengkajian keperawatan keluarga. Diagnosa

keperawatan keluarga terdiri dari masalah kesehatan keluarga baik aktual

maupun potensial. (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan


kesehatan).

2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah

ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan

dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat

ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi adalah (SDKI, 2018) :

1. Penurunan curah jantung

2. Intoleransi aktivitas

3. Nyeri (sakit kepala)

4. Kelebihan volume cairan

5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6. Ketidakefektifan koping

7. Defisit pengetahuan

8. Ansietas

9. Resiko cidera

7
Pada studi kasus ini penulis menemukan 2 diagnosa keperawatan pada keluarga

Tn. M dengan Kasus Hipertensi yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber

daya tidak cukup

Diagnosa nyeri akut (sakit kepala) yang penulis angkat dalam proses

keperawatan keluarga Tn. M ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada bagian

kepala belakang, pusing, kepala terasa berat, nyeri merembek sampai pundak.

Diagnosa tersebut sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala atau respon

tubuh yang mengalami hipertensi menurut crowin (2000) yaitu nyeri kepala saat

terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan

intrakranial, penglihatan kabur, ayunan langkah yang tidak stabil, nokturia

karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan kecepatan filtrasi

glomerulus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

perifer.

Diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dimana diagnosa

ini didukung oleh data ketidaktahuan klien dan keluarga dalam mengatasi kondisi

hipertensi, tidak minum obat secara teratur, tidak menggunakan fasilitas

kesehatan yang tersedia, klien dan keluarga tidak tahu merawat anggota keluarga

yang sakit dengan hipertensi. Faktor ini disebabkan oleh lingkungan keluarga

dan juga kebiasan-kebiasaan dalam keluarga

7
Diagnosa tersebut sesuai dengan teori robbins (2007), beberapa faktor yang

berperan dalam hipertensi primer atau essensial mencakup pengaruh genetik atau

7
keturunan dan pengaruh lingkungan seperti stressor, kegemukan, merokok dan

kurangnya aktifitas fisik dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap

sebagai faktor eksogen dalam hipertensi. Sedangkan Black dan Hawks (2014)

menyatakan bahwa stress meningkatkan resistensi perifer dan curah jantung serta

akan dapat menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Stress adalah masalah persepsi

dan interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan

respon stress yang menimbulkan kecemasan.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindkan

mengkaji tau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan

masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan

kesehatan dan (Colaboration) yaitu tindakan kerjasama dengan tim kesehatan

lain yang dilimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosa

keperawatan, pernyataan keluarga dan perencanaan keluarga dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber

serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak atau standar tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu. (Friedman, 2010).

7
Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan nyeri akut (sakit kepala) karena

peningkatan tekanan darah difokuskan kepada edukasi pasien dan keluarga

tentang tugas keperawatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan anggota

keluarga dimana keluarga harus mampu mengenal setiap kondisi sakit anggota

keluarganya dengan menekankan pada peningkatan kognisi atau pengetahuan

keluarga tentang penyakit.

Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan difokuskan pada intervensi yang memungkinkan keluarga mampu

merawat anggota keluarga yang sakit, baik dalam pengawasan maupun

memberikan obat komplementer dan medis, serta keluarga mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang tersedia seperti puskesmas, dokter praktek maupun

poliklinik rumah sakit.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana

intervensi yang telah disusun berdasarkaan hasil analisa data dengan

memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga

dlam bidang kesehatan sehingga mampu memenuhi tugas keperawatan keluarga.

Klien dan keluarga dapat menilai potensi dan kemampuan sumber daya sendiri

dan mengembangkannya dalam implementasi yaitu mampu mengenal masalah

kesehatan anggota keluarga, mampu membuat keputusan untuk masalah

kesehatan keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang sakit, mampu

memodifikasi

7
lingkungan untuk kesehatan keluarga dan mampu menggunakan fasilitas

kesehatan yang tersedia. (Muwarni, 2007).

Pelaksanaan implementasi dilakukan selama 3(tiga) hari yaitu tanggal 24

sampai dengan tanggal 26 April 2020, dengan kegiatan berdasarkan rencana yang

telah disusun yaitu :

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman

nyeri pasien

4. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi

6. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri

7. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi

8. Mengkaji kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

9. Membantu keluarga membuat bahan herbal untuk menurunkan TD

10. Mendemonstrasikan cara pembuatan herbal untuk menurunkan TD

11. Mengkaji kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

12. Memberikan dukungan keluarga menggunakan JKN

13. Memberikan HE tentang pentingnya pengobatan teratur pada hipertensi

7
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan utuk mengukur kemajuan proses

keperawatan terhadap respon klien selama mendapatkan tindakan keperawatan

dan pencapaian dari indikator keberhasilan suatu tujuan dimana perawat

melakuka evaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau

kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Wijayaningsih, 2013).

Evaluasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang terjadi saat

melakukan kontak dengan klien dengan menggunakan metoda

SOAP(subyektif,obyektif,analisis dan planning) dimana S (subyektif) berisi data

subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung pasien, O(obyektif) berisi data

analisa dan interpretasi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik pasien,

A(analisis) berdasarkan simpulan penalaran perawat terhadap hasil tindakan dan

P (planning) adalah perencanaan selanjutnya terhadap tindakan baik asuhan

mandiri, kolaboratif, diagnosis laboratorium maupun konseling sebagai tindak

lanjut (Potter and Perry, 2011).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses dimana penulis melakukan

penilaian terhadap keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehingga memiliki tingkkat produktifitas tinggi dan dapat

mengembangkan sumber daya dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep

evaluasi menurut Sugiharto,(2012) dimana menyatakan bahwa evaluasi adalah

tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan mudah atau sulit

dicapai dengan menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

kesehatan yaitu
7
mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan terkait masalah

kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan mampu

memodifikasi lingkungan serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang tersedia.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2020 didapatkan

sebagai berikut : Tn. M mengatakan masih pusing berkurang dan kepala terasa

ringan, skala nyeri 3 (ringan), TTV TD: 130/80 mmHg, HR: 76x/m, keluarga

mengatakan mengunjungi faskes, pengetahuan : 80 % kategori (baik), perilaku

80% kategori (baik)

8
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dalam studi kasus ini, maka

penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian, penulis menyimpulkan bahwa nyeri kepala, pusing,

berat sampai di pundak, merupakan gejala khas hipertensi. Pada keluarga faktor

ketidaktahuan terhadap cara penanganan anggota keluarga yang menderita

hipertensi menjadikan pasien tidak maksimal mendapatkan perawatan dan

pengawasan pengobatan.

2. Pada diagnosa keperawatan penulis mendapatkan diagnosa yang

dimunculkan dalam keperawatan keluarga dengan hipertensi yaitu nyeri akut

dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga

3. Pada intervensi keperawatan yang diangkat adalah manajemen nyeri

dan pengajaran : proses penyakit.

4. Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan manajemen nyeri

untuk perawatan individu dan proses pengajaran dengan kegiatan demonstrasi

dan penyuluhan tentang hipertensi .

5. Pada tahap evaluasi keperawatan pada klien dengan hipertensi didapatkan

hasil proses perawatan yang dilakukan selama tiga hari menunjukan semua

masalah dapat teratasi.

8
B. Saran

Sesuai hasil dan kesimpulan studi kasus ini, penulis menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar menjaga pola dan gaya hidup maupun faktor lain yang

menyebabkan resiko hipertensi, minum obat secara teratur sesuai dengan

indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas terdekat

di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program perawatan

lanjut seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada klien dengan

kasus hipertensi, dan mengkonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan dan

proses penyembuhan.

2. Bagi Puskesmas Bone Rambo Kab. Buton Utara

Diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio,

psiko, sosial, spritual, kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu

perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang

komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga serta adanya pendokumentasian

yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya

kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat

proses kesembuhan klien.

8
3. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan

acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta dapat dijadikan

sebagai referensi pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan

peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berda
sarkan Diagnose Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Aziz. Alimul, (2011). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Pearce. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta

Dongoes. M.E (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. AUP Airlangga University Press.


Surabaya

Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik. EGC.
Jakarta.

Gunawan, I. 2011. Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Penerbit


Kansius.

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


KDT.Jakarta

Muttaqin, Arif, 2011. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan sistem


Kardiovaskuler. Salemba medika. Jakarta

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja. Yogjakarta

Padila, 2012. Buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta

8
Potter dan Perry, 2012. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses
dan praktik. Vol.1. edisi 4. EGC. Jakarta

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta

Sugiharto, 2012. Asuhan keperawatan keluarga dengan pedekatan


keperawatan transkultural. EGC. Jakarta.

Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika. Jakarta

Wijayaningsih, KS. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV. Trans info media.
Jakarta

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. EGC.


Jakarta

8
., KEMENTERIAN KESEHATAN RI
SADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

'
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KENDARI
JI. Jend. A.H. Nasution. No. Ci. I-I Anduonohu. Kora Kendari
Telp. (0-10 I) 3190-192 Fax. (0-10 I) 3193339 e-mail: poltekke« kendart a._m/1110.i·om

Nomor : LB.02.01 I2I f)-f I 2020


Lampi ran
Perihal : lzin Pengambilan Data Awai Penelitian

Yang Terhormat,
Kepala Puskesmas Bone Rambo
di-
Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian mahasiswa
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari :
Nam a NIM Masrawatin
Jurusan/Prodi P003200190206
Judul Penelitian 0-111 Keperawatan RPL
Asuhan Keperawatan dengan Penyakit Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rambo
Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2020

Mahon kiranya dapat diberikan izin pengambilan data awal


penelitian di Puskesmas Bone Rombo Provinsi Sulawesi Tenggara.
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih.

Kendari, 1 O Maret 2020


An. Direktur,
fwakil Direktur I

/-----;Ai0hkmad, SST.M,
.Kes.
NIP .196802111990031003

8
PEMERINTAH KAnUPATEN BUTON UTARA
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BONE ROMBO
JI. Kopasarano, Kelurahan Lerno
E-mail:puskesbonerombo@gmail.com Kode Pos 93741

SURAT KETERANGAN

NOMOR: 445/0jO/ lV /2620

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nam a : EMLIN,SK.M.,M. Kes
NlP : 19781110 199803 l 005
Pangkat/Gol : Penata Tk. I, III/d
Jabatan : Kepala Puskesmas
Unit Kerja/Instansi : Puskesmas Bone Rombo, Kab, Buton Utara, Sulawesi Tenggarah

Menerangkan dengan sesungguhnya :


Nama : MASRA WA TIN
Nim : P003200190206
Prog.studi :D-UI keperawatan RPL
Pekerjaan :Mahasiswa
Lokasi Penelitian : Puskesmas Bone Rombo

Judul Penelitian :Asuban Keperawatan dengan Penyakit Hipertensi di


Wilayah kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten Buton Utara
Provinsi
Sulawesi Tenggarah Tahun 2020.
Adalah mahasiswa jurusan D3 Keperawatan RPL di politeknik kesehatan kendari yang
telah selesai melaksanakan penelitian dari tanggal l O maret s/d 17 april 2020.
Demikian surat keterangan in dibuat untuk dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.

Bone Rombo, 18 April 2020

8
8
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADANPENGEMBANGANDANPEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JL.Jend. Nasution ['lo. G.14 Anduonohu, Kota kendari 93232
Te/p. (0401) 390492.Fax(0401) 393339 e-mail: poltekkeskendari@yahoo.com

SURAT KETERANGAN BEBAS PUSTAKA


NO: UT.04.01/1/069/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan

endari, menerangkan bahwa :

Nam a : Masrawatin

NIM : P003200190206

Tempat Tgl. Lahir : Lipu, 31 Desember 1985

Jurusan : Keperawatan RPL


Ala mat : Buton Utara

Benar-benar mahasiswa yang tersebut namanya di atas sampai saat ini tidak mempunyai

ngkut paut di Perpustakaan Poltekkes Kendari baik urusan peminjaman buku maupun urusan

ministrasi lainnya.

Demikian surat keterangan ini diberikan untuk digunakan sebagai syarat untuk mengikuti

an akhir pada Tahun 2020

Kendari, 07 April 2021

Anda mungkin juga menyukai