Originality Assessment
43%
Overall Similarity
v 8.0.7 - WML 4
FILE - SKRIPSI WELMINCI FIKS.DOCX
SKRIPSI
OLEH :
NIM : 120281816
TAHUN 2022
HALAMAN JUDUL
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ilmu
NIM : 120281816
2022
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dibuat dan dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
Yang menyatakan
WELMINCI RANATA
SABONO
NIM : 120281816
HALAMAN PERSETUJUAN
11 SKRIPSI
NIM : 120281816
Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan dalam ujian Skripsi
Disetujui oleh :
PEMBIMBING I
Dr.Ns.Yudit Patiku,S.Si.,S.Kep.,M.Kes
NIDN : 0916096903
PEMBIMBING II
Ns. Sriwahyuni,S.Kep.,M.Kep
NIDN : 0925078501
HALAMAN PENGESAHAN
11 SKRIPSI
NIM : 120281816
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui sebagai tugas akhir (Skripsi)
Tim Penguji :
Tim Pembimbing :
1. Dr.Yudit Patiku,S.Si.,S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )
Mengetahui
Dr. Ns Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., M.Kes Ns. Ambo Anto, S.Kep.,M.MKep
“Bermimpilah Semaumu Dan Kejarlah Mimpi Itu, Dan Gengamlah Dunia Sebelum Dunia
Menggengammu”
“Orang-Orang Yang Menabur Dengan Mencucurkan Air Mata, Akan Menuai Dengan
Bersorak-Sorai. Orang Yang Berjalan Maju Dengan Menangis Sambil Menabur Benih,
(Mazmur 126:5-6)
Tuhan Yesus, Mama Papa, Keluarga Besar Sabono, Parety, Sahabat, dan Semua orang
yang mendukung saya. Semua Orang Yang Mengasihi Saya Bahkan menopang dan Ada
By. W.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat 30 TUHAN yang maha Esa, Yesus Kristus
Sang Juruselamat yang oleh cinta dan kasih sayang-Nya, melalui tuntunan Kuasa Roh
Kudus yang memberi hikmat, pengertian, dan pengetahuan serta kemampuan bagi
penulis, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan persiapan, penyusunan serta
pelaksanaan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “FAKTOR-
Merupakan salah satu tugas yang disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk
melakukan penelitian dan menempuh ujian akhir S-1 Keperawatan pada STIK FAMIKA
Makassar
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak. 52 Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
kedua orang tua tercinta Ayah Hendrik Sabono dan Ibu Sorsina Paretty, Alamarhum/a Opa
dan Oma Terkasih, Opa Bernadus Sabono, dan Opa Yonas Paretty dan Oma Welminci
Masela, dan Oma Antoneta Wuarlela serta kakak saya yang tersayang Kakak Jubelins
Sabono dan keluarga besar Sabono, Paretty di Wunlah, yang selama ini menjadi alasan
terbesar dalam hidup saya untuk meraih cita-cita dan telah menjadi panutan terbaik dan
telah banyak memberikan dukungan berupa nasihat dan materi untuk saya, memberikan
Ibu Tabita Nazara, Selaku Ketua 57 Yayasan Fani Mitra Karya Makassar.
1. Dr. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., Ns., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan Skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf STIK FAMIKA Makassar yang telah membantu penulis
mendoakan, meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan memberikan motivasi bagi penulis
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis bersedia menerima
kritikan dan saran yang konstruktif demi sempurnanya Skripsi ini. Akhirnya penulis
mengucapkan 30 terima kasih atas segala Doa, dukungan dan bantuan yang diberikan
semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
NIM:120281816
DAFTAR ISI
SKRIPSI i
HALAMAN JUDUL i
SURAT PERNYATAAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK iv
BAB I 2
PENDAHULUAN 2
A. LATAR BELAKANG 2
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
BAB III 46
A. Kerangka Konsep 46
B. Varibel Penelitian 47
C. Hipotesis Penelitian 48
BAB IV 49
METODE PENELITIAN 49
A. Desain Penelitian 49
D. Etika Penelitian 47
BAB V 49
A. Hasil Penelitian 49
B. Pembahasan 59
BAB VI 58
PENUTUP 58
A. Kesimpulan 58
B. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR LAMPIRAN
JUNI 2022
ABSTRAK
KABUPATEN GOWA
Stunting adalah kondisi gagalnya pertumbuhan pada anak (pertubuhan tubuh dan otak)
yang disebabkan oleh kurangnya 13 gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih
pendek dari anak normal seusianya dan terjadi keterlambatanan dalam berpikir
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). 5 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada faktor-fakot yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita di Desa Bontobiraeng
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik melalui
infeksi terhadap Kejadian stunting dengan dengan jumlah sampel 37. dengan teknik
bertemu saat penelitian di Desa Bontobiraeng Selatan. Analisa data menggunakan uji
statistik Chi-Square.
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square dengan uji analisis turunan Fisher's
Exact Test di dapatkan nilai X2 Hitung (0.0127) < nilai X2 Tabel (0.5). Maka terdapat
pengaruh secara signifikan antara kedua variable, artinya Ha diterima dan Ho ditolak yaitu
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari tiga faktor-fakot 11 yang mempengaruhi kejadian
stunting pada balita, hanya variable berat badan lahir yang berpengaruh terhadap Kejadian
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejadian balita 5 stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di
dunia saat ini. 19 Pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia
mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. 22 Pada tahun 2017, lebih dari
setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. 9 Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi
terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah
(0,9%).UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting terdapat di 24 negara
berkembang di Asia dan Afrika, Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki
prevalensi anak stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Sedangkan
data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
2018).
Hasil Riskesdas tahun 2018 menyajikan prevalensi stunting di wilayah nasional sejumlah
30,8%, yakni prevalensi pendek 19,3% serta sangat pendek sebesar 11,5%. Sementara
5 tahun 2017, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 29,0% yang terdiri dari prevalensi
mengalami kenaikan sebesar 1,8% dan menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang
berat karena prevalensi stunting di Indonesia berkisar antara 30-39% (Kemenkes RI,
2019). Sedangkan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018, balita yang mengalami
stunting sangat pendek 11,70% serta yang pendek sejumlah 19,40% dan pada tahun 2017
balita yang mengalami stunting sangat pendek sebesar 8,40% serta yang pendek sebesar
58 Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevelansi stunting pada 2010 adalah 35,6%
kemudian meningkat pada tahun 2013 dan kemudian turun kembali pada tahun 2018
menjadi 30,8%. Diketahui 21 sebanyak 10 provinsi termasuk dalam kategori berat, dan 5
besar diantaranya adalah provinsi Sulawesi Selatan, disusul Aceh, Sulawesi Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Riskesdas, 2018). Berdasarkan 13 Pemantauan Status Gizi (PSG)
pada 2017, prevalensi Balita stunting di Indonesia dari 34 provinsi hanya ada 2 provinsi
yang berada di bawah batasan WHO tersebut, yakni Al Gizzai: Public Health Nutrition
Journal Vol. 1, No. 1, Januari 2021 18 Yogyakarta (19,8%) dan Bali (19,1%). Provinsi
lainnya memiliki kasus dominan tinggi dan sangat tinggi sekitar 30% hingga 40%.
Berdasarkan acuan tersebut, angka prevalensi stunting di indonesia masih tergolong berat
Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan balita stunting di tahun 2013 sebanyak 37,2%
dan menurun di tahun 2018 menjadi 30,8% dimana angka ini masih di bawah angka
nasional yang diharapkan yaitu 20% (Riskesdas, 2018). Sulawesi Selatan berada di
peringkat keempat balita stunting tertinggi di Indonesia tahun 2018 dengan prevalensi
sebanyak 35,7% yang terdiri dari balita pendek 23,2% dan sangat
pendek 12,5%, sementara untuk baduta stunting di Sulawesi Selatan sebesar 33,9% yaitu
sangat pendek 13,3% dan pendek 20,6% (Kementerian Kesehatan RI., 2019).
Sedangkan Prevalensi stunting di Kabupaten Gowa pada tahun 2018 berada di angka 40,5
persen kemudian tahun 2019 menurun diangka 36,9 persen namun target pemerintah
sehingga peran aktif tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan edukasi harus
Balita ialah suatu masa usia manusia setelah bayi dengan umur antara dua hingga lima
tahun, juga bisa memakai perhitungan bulan yakni umur 1-5 tahun. Balita ini terdiri dari
dua kelompok yaitu usia troddler dan usia preschool. Usia troddler yaitu usia 1-3 tahun,
pada fase tersebut seorang anak mulai belajar memutuskan arah perkembangan dirinya,
emosional, tingkat pendidikan, kepercayaan diri, kapabilitas sosial serta diri seorang anak
di waktu yang akan datang. Sedangkan usia preschool yaitu usia 4-6 tahun, anak dalam
proses tumbuh kembang yang begitu cepat, makamembutuhkan stimulasi intensif dari
orang di lingkungannya agar memiliki kepribadian yang berkualitas dalam waktu yang akan
Pertumbuhan bayi dan balita yang terhambat merupakan hasil dari ketersediaan atau
pemanfaatan gizi yang tidak memadai serta pemenuhan asupan makronutrien dan
mikronutrien yang tidak adekuat. Stunting mengindikasikan bahwa telah terjadi masalah
gizi kronis pada bayi dan balita. Pemenuhan makronutrien, berupa energi, karbohidrat
dan lemak; dan mikronutrien yang mencakup vitamin dan mineral seperti zat besi, seng,
yodium, dan vitamin B12, berkaitan dengan kualitas (kerawanan, keamanan dan variasi)
dan kuantitas (jumlah dan frekuensi) dari makanan yang dimakan oleh bayi dan balita.
Faktor lain 11 yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah kondisi ibu saat hamil
dan selama menyusui, kondisi janin, serta kondisi dan kesehatan pada masi bayi dan
balita.
Menurut WHO, kondisi gagal tumbuh ini terjadi akibat minimnya konsumsi 13 gizi dalam
waktu lama dan terbentuknya infeksi yang berulang serta terjadi kendala pada masa 1.000
HPK ialah dari 270 hari selama kehamilan serta 730 hari awal sehabis balita dilahirkan,
perihal itu harus dipastikan perkembangan serta pertumbuhan bayi di periode yang akan
datang. Apabila menghadapi permasalahan gizi pada periode tersebut, anak akan
pencegahan stuntingi yang terintegrasi yang melibatkani departemen dan lembaga lintas
kementerian pada tahun 2018, 100 kabupaten di 34i provinsii ditetapkan sebagai lokasii
berikutnya. 14 Adanya kerjasama lintas sektor ini diharapkani dapati menurunkan angka
Menurut Sulastri yang dikutip dalam penelitian tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan anak hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak. Ibu yang
tingkat
pendidikannya tinggi akan lebih mudah menyerap informasi jika 5 dibandingkan dengan
ibu yang kurang atau tidak berpendidikan, sehingga dengan tingkat pendidikan yang cukup
diharapkan seorang ibu mau dan mampu untuk berprilaku yang baik dalam memperbaiki
Hasil pengambilan data awal didesa Bontobiraeng Selatan menunjukkan bahwa, jumlah
KK (Februari 2022) : 958 KK, Jumlah Ibu hamil : 38 orang, Jumlah ibu menyusui : 125
orang, jumlah balita, anak : 2-6 tahun (203 orang), dan menemukan angka kejadian
stunting di kecamatan Bontonompo: 372 orang (data 2021), dan angka kejadian stunting
Selatan 2022 ).
Berdasarkan uraian di atas calon peneliti berkeinginan untuk meneliti dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita di Desa Bontobiraeng Selatan,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan peneliti
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. 44 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu keperawatan dapat
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi peneliti khususnya
terjadinya stunting.
Dapat digunakan sebagai acuan serta masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan dan
Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu bidang keperawatan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Stunting adalah kondisi gagalnya pertumbuhan pada anak (pertubuhan tubuh dan otak)
yang disebabkan oleh kurangnya 13 gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih
pendek dari anak normal seusianya dan terjadi keterlambatanan dalam berpikir
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Kekurangan asupan gizi tersebut biasanya terjadi
sejak bayi dalam kandungan hingga setelah lahir atau 58 1.000 hari pertama kehidupan
(Riskesdas 2018). Namun, stunting baru bisa dideteksi 20 setelah bayi berusia lebih dari
World Health Organization (2010) yaitu tinggi badan menurut usia yang <-2 standar deviasi
(SD). Stunting dibagi menjadi dua golongan yaitu pendek (-2 SD) dan sangat pendek
Stunting yang terjadi pada anak akan menimbulkan dampak yang buruk kedepannya.
Prisca 2017 dalam penelitiannya menyebutkan stunting berdampak pada rendahnya
tingkat prestasi anak di sekolah dan tingkat konsentrasi belajar anak. 62 Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2017), juga memaparkan ada
dua dampak buruk yang terjadi pada anak stunting yaitu dampak jangka pendek dan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan
resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
Masa balita merupakan masa yang dimana proses pertumbuhan anak terjadi sangan cepat
dan membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih besar dari orang tua dan orang
yang berasa di sekitarnya. Selain itu pada masa ini juga anak membutuhkan zat gizi yang
seimbang agar gizi menjadi baik dan tidak terjadi perlambatan tumbuh pertumbuhan. Zat
gizi yang pada anak kurang dapat mengakibatkan anak mengalami gizi buruk, stunting dan
kurus. Dari data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (2017), lebih dari
1/3 atau 8.9 juta balita di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata (stunting).
Saat ini balita stunting merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia bahkan di
dunia. Dari data UNICEF et al., (2018), pada tahun 2017 jumlah 5 balita yang mengalami
stunting di dunia sekitar 150,8 juta. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masuk dalam
negara ketiga dengan prevalensi tertinggi setelah Timur Leste (50,2%) dan India (38,4%)
yang prevalensinya yaitu 36,4%. Prevalensi balita stunting di Indonesia pada tahun 2016
sekitar 27,5%, sedangkan pada tahun 2017 meningkat dengan jumlah 29,6% yang terbagi
menjadi pendek 9,8% dan sangat pendek 19,8% menurut pemantauan status gizi
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Jumlah ini masih diatas batas target yang telah
2. Penyebab 8 Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi
buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Namun karna banya faktor
Berat badan lahir dikelompokkan menjadi tiga yaitu berat badan lahir rendah (BBLR)
(<2500 gram), berat badan lahir sedang (2500-3999 gram), dan berat badan lahir lebih
(BBLL) (≥4000 gram) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Anak dengan 5 berat badan
badannya. Atikah rahayu (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak 4 dengan
berat badan lahir rendah memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting. Moges,
Feleke, Meseret, & Doyore (2015) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa anak saat
lahir berukuran kecil (berat badan lahir rendah) memiliki risiko lebih stunting dibandingkan
2) Jenis Kelamin
Penelitian yang dilakukan Birhanu, Mekonen, Abebaw, & Atenafu (2017) menunjukan bayi
berjenis kelamin laki-laki lebih berisiko stunting dibandingkan dengan yang berjenis
kelamin perempuan. Matsungo, Kruger, Faber, Rothman, & Smuts (2017) juga
mengalami stunting. Namun belum ditemukan penyebab mengapa laki-laki lebih berisiko
mengalami stunting.
3) Urutan Lahir
Moges et al. (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak yang urutan lahirnya
lebuh berisiko dibandingkan yang berurutan lahir pertama. Dalam penelitian ini, peneliti
dengan urutan lahir lebih dari satu kemungkinan mengalami stunting. Hal ini dikarenakan
anak yang lahir di urutan di atas satu tidak bisa bisa secara optimal untuk dipenuhinya gizi
4 Penelitian yang dilakukan oleh Woldie, Belachew, Hailu, Teshome, & Gutema (2015)
menemukan ada hubungan urutan kelahiran yang lebih tinggi terhadap stunting
dibandingkan urutan lahir yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini.
Namun, bila dilihat dari hasil analisis secara jelas dapat pula dilihat bahwa anak yang lahir
4) Pemberian Makan
Pemberian makan bertujuan untuk tumbuk kembang manusia. Pemberian makan pada
balita biasanya dilakukan dengan memberi 4 air susu ibu (ASI) dan makanan
pendamping ASI (MPASI). Pemberian ASI yang tidak ekslusif pada anak akan membuat
anak berisiko lebih besar terkena stunting (Indrawati, 2016). Saputri & Viridula (2019)
dalam penelitiannya juga menemukan pemberian ASI yang tidak ekslusif dapat mendorong
terjadinya stunting.
Selain pemberian ASI stunting juga dapat dipengaruhi oleh pemberian MPASI pada anak
dengan usia >6 bulan. Noverian (2018) dalam penelitiannya menumukan adanya
hubungan pemberian MPASI 7 terhadap kejadian stunting pada anak. Teferi, Hassen,
Kebede, & Adugnaw (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa pemberian makanan
pendamping ASI pada anak kurang atau lebih dari 6 bulan lebih besar risikonya
ASI 59 pada usia 6 bulan. Namun, selain memberi makanan pendamping di usia 6 bulan
harus pula di perhatikan jumlah dan kualitas gizi makanan yang diberikan. Pada masa
pertumbuhan seperti saat memasuki usia balita sangat dianjurkan banyak mengkomsumsi
makanan yang bersumber dari protein, disamping itu tetap membiasakan mengkonsumsi
buah dan sayur. Dalam memberi satu porsi makanan baiknya terdapat sayur dan buah,
protein nabati maupun hewani dan juga protein harus lebih banyak dari pada karbohidrat.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh hygiene yang buruk yang dapat
menggangu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Jika prosrs penyerapan nutrisi
terganggu dan tidak diseimbangi dengan pemberian asupan yang cukup untuk proses
penyembuhannya, maka akan mengakibatkan stunting. Pacheco, Picauly, & Sinaga (2017)
Banyak anak yang di Indonesia yang imunisasinya belum lengkap. Ketidak lengkapan
imunisasi tersebut dimuat dalam Riskesdas 2018 (2018) yang menunjukan hanya 57,9
anak yang menerima imunisasi lengkap. Mazengia & Biks (2018) dalam penelitiannya
pada anak. Anak-anak yang kurang imunisasinya lebih mudah mengalami stunting.
Mesfin, Berhane, & Worku, (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa ibu yang lebih
mudah saat melahirkan lebih berisiko memiliki anak stunting dibandingkan dengan yang
ibu yang yang berusia lebih tua. Hal ini dikarenakan ibu yang lebih mudah masih belum
8) Pendidikan Ibu
Mulenga, Gubo, & Matsalabi (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa pendidikan
ibu 7 merupakan salah satu faktor yang secara signifikan mempengaruhi kejadian
stunting pada anak. Ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami
perawatan anak dengan baik, terutama pada pemberian makan. Ibu dengan pendidikan
lebih tinggi cenderung memilih bahan makan yang berkualitas untuk mereka hidangkan.
Dalam penelitian Apriluana & Fikawati (2018) menemukan bahwa ibu dengan pendidikan
9) Pekerjaan Ibu
Dalam keluarga peran ibu sangat penting terutama dalam mengurus mengasuh anak,
komsusmsi keluarga serta memperbaiki gizi keluarga terutama gizi anak dan bayi. Ibu
yang bekerja memiliki durasi lebih singkat dalam melakukan perannya sebagi ibu terutama
dalam pemberian asupan gizi bagi anaknya. Anak yang yang asupan gizinya kurang lebih
berisiko mengalami kelambatan dalam pertumbuhan. Mesfin, Berhane, & Worku (2015)
dalam penelitianya menemukan bahwa ibu yang bekerja berisiko 1,71 kali lebih besar
memiliki 5 anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan ibu keluarga. Hal sama
juga ditemukan oleh Cruz et al. (2017) yang menemukan bahwa ibu pekerjaan yang
Anggota keluarga adalah semua orang yang bertempat tinggal yang sama. Banyaknya
jumlah anggota dalam keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah anggota
keluarga yang banyak yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan keluarga
akan mengakibatkan komsumsi pangan yang tidak merata di dalam keluarga. Putri,
Sulastri, & Lestari (2015) dalam penelitianya menemukan bahwa banyaknya jumlah
Kondisi status gizi yang kurang pada keluarga teutama pada ibu hamil dan balita akan
terjadinya malnutrisi dan dapat juga menyebabkan stunting. Cruz et al. (2017) dalam
keluarga yang rendah akan mempengaruhi pemenuhan pangan. Pemenuhan pangan yang
kuran akan mempengaruhi pemenuhan gizi. Dari data penelitian Moges, Feleke, Meseret,
& Doyore (2015) menunjukan status pendapatan yang rendah mempengaruhi tingkat
kejadian stunting pada anak. 43 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ngaisyah (2015) yang menemukan stunting lebih banyak terjadi pada keluarga yang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia
sebagai berikut :
a. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yang dimaksud adalah sanitasi yang buruk meliputi akses air
bersih yang tidak memadai, penggunaan fasilitas jamban yang tidak sehat, pengelolaan
sampah yang buruk, sarana pengelolaan limbah cair yang tidak memadai 40 dan perilaku
higiene mencuci tangan yang buruk dapat berkontribusi terhadap peningkatan penyakit
infeksi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan linear serta dapat
28 Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh pula untuk kesehatan ibu hamil
dan tumbuh kembang anak, karena anak dibawah lima tahun rentan terhadap berbagai
infeksi dan penyakit. 29 Infeksi tersebut, disebabkan oleh praktik sanitasi dan kebersihan
yang kurang baik, membuat gizi sulit diserap oleh tubuh. 27 Rendahnya sanitasi dan
kebersihan lingkungan pun memicu gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi
untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh terhadap infeksi (Niga &
Purnomo, 2016).
Berat badan lahir merupakan salah satu prediktor yang baik untuk pertumbuhan bayi dan
rendah mempunyai risiko untuk menjadi gizi kurang 8-10 kali lebih besar dibandingkan
Berat lahir merupakan untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dampak jangka panjang
dan pengembangan psikososial dimasa kehidupannya dimasa depan. Berat lahir juga
indikator potensial untuk pertumbuhan bayi, respon terhadap rangsangan lingkungan dan
artinya berat badan lahir berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59
bulan.
Status ekonomi rendah dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap kejadian
kurus dan pendek pada anak. Orang tua dengan pendapatan keluarga yang memadai
akan memiliki kemampuan untuk menyediakan semua kebutuhan primer dan sekunder
anak. Keluarga dengan status ekonomi yang baik juga memiliki akses pelayanan
kesehatan yang lebih baik, Anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah
cenderung mengkonsumsi makanan dalam segi kuantitas, kualitas, serta variasi yang
kurang. Status ekonomi yang tinggi membuat seseorang memilih dan membeli makanan
Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt). 23
Mencukupi kebutuhan asupan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting
bagi anak. Energi tersebut bersumber dari makronutrien seperti: karbohidrat, lemak, dan
protein. 2 Karbohidrat merupakan sumber energi yang secara kuantitas paling penting
bagi tubuh. Karbohidrat menyediakan energi untuk seluruh jaringan di dalam tubuh,
terutama di otak yang normalnya menggunakan glukosa sebagai sumber energi aktivitas
sel. Anak yang mendapatkan asupan energi yang cukup akan mengalami pertumbuhan
terjadi kekurangan asupan energi pada masa anak-anak maka akan berdampak kepada
Di Indonesia, asupan protein hewani pada anak rendah dan dapat berkontribusi pada
prediktor status stunting anak dan program intervensi untuk praktik pemberian makan anak
harus disediakan
Pendidikan wanita sebagai pengasuh utama dari anak, mempunyai pengaruh yang sangat
potensial terhadap kualitas pengasuhan dan perawatan anak. Wanita yang lebih
berpendidikan akan lebih baikdalam wawasan yang lebih luas dan keputusan yang tepat
dengan demikian ibu dapat menerpakan pola asuh terkait gizi dengan tepat dan mampu
menyediakan zat gizi yang dibutuhkan anak. untuk memperoleh pengetahuan serta
perilaku pengasuhan yang positif. Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat
Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih sulit menerima informasi baru dan
mengubah tradisi atau kebiasaan makan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin mudah dia menyerap informasi yang diterima termasuk informasi gizi baik dan
sehat.
4. Dampak stunting
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. 25 Gizi harus dipenuhi justru
penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak (Saharuddin,
2017).
b. Jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan
resiko tinggi untuk munculnya penyakit di usia tua (Rahayu, et al., 2018).
peningkatan ukuran tubuh yang dapat di ukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi
badan dan kilogram atau gram untuk berat badan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor
yang saling berkaitan yaitu genetik, lingkungan dan perilaku. Oleh karena itu setiap orang
dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus menerus. Perkembangan
tidak bisa di ukur seperti pertumbukan. Namun bisa tercermi dari peningkatan kecerdasan
dan perilaku.
1) Pengukuran Antropometri
Antropometri adalah pengukuran pada tubuh untuk menentukan status gizi seseorang.
2) Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah kombinasi atau parameter antropometri dengan usia atau
dengan parameter yang lain. Indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai
status gizi pada periode pertumbuhan adalah kombinasi berat badan menurut usia (BB/U),
kombinasi tinggi atau 4 panjang badan menurut usia (TB/U atau PB/U), kombinasi berat
badan menurut tinggi atau panjang badan (BB/TB atau BB/PB), kombinasi indeks massa
7. Penanganan stunting
Penanganan stunting 8 dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak
sampai berusia 6 tahun. Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan bahwa
Gerakan 1000 HPK 53 terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Sedangkan intervensi sensitif adalah
berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan (Kiik & Nuwa, 2020). Intervensi
Spesifik 54 ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan hal ini
dapat berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil
antara lain
a. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi
f. Kemudian, 10 intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0 - 6 Bulan.
pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak
MP-ASI.
3) Suplementasi zink,
6) Memberikan imunisasi lengkap, Mencegah dan mengobati diare (Kiik & Nuwa, 2020).
1. 1 Pengertian Balita
Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini
otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa
keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara
Menurut Soetjiningsih (2001), 3 balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan
karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5
bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x
pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini
cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang
menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan.
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam
pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
(supartini, 2004)
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah satu periode
usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu
sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60
bulan. 1 Pada masa ini semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak
yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa
pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan
Pertumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan
pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak 6 tidak
terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya
terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa
saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur
hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan
dari sekitarnya.
Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi
kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari
tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaemana sebenarya
bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan
meningkatnya pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut ukuran berat dan tinggi maupun
3 Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009). Pada periode
ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk
bergerak.
dimulai dari atas kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat
Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak
6 Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi
menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat
dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons perminggu selama bulan pertama pada bulan ke
empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika
menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan 1 jari meraih dan menggegan,
4) Otak
Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi,
berkembang. Sebenarnya sejak lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons)
yang akan dimiliki sepanjang hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya
tingkat pertumbuhan dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang
sesungguhnya sulit dilakukan. Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu
Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi
menadakan kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit).
7) Persepsi Visual
Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir
diperkirakan 20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar
10-30 kali lebih rendah dari penglihatan orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat
8) Pendengaran
Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang
dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk
didengar oleh bayi. (Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi
yang baru lahir yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar
ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa
Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan
menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi
laki-laki kecil kira-kira hari ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan
intensif selama prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami
rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)
Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa
mereka mengalami stres. Selama bertahun-tahun, para dokter telah melakukan operasi
pada bayi-bayi yang lahir tanpa pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena
bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan bahwa bayi yang baru lahir tidak
merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi yang baru lahir dapat
merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada bayi yang baru lahir
Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah
mereka. Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur
Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan
bertambah (Lipsitt, dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir
memperlihatkan suatu ekspresi senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka
atas dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.
Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa.
Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk
berpikir.
Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara
operasional formal.
Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar pada
(Piaget, 1952)
a. reflek sederhana,
f. internalisasi skema.
Reflek sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang
terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler
sekunder (secondary sircular reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang
berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada sub tahap ini, bayi semakin berorientasi atau
berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan dengan diri sendiri dalam
interaksi sensoris-motorik.
subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan 12 bulan.
Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi
Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan (tertiary
circular reaction, novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang
berkembang antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah
pada benda-benda itu dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda
itu.
keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada
subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi
suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan
melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran.
Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary circual
reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap ini, pada
subtahap ini bayi belajar mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu,
Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan pada
usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang
a. Ketetapan Benda
Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling penting
pada seorang bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap
dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh secara langsung.
b. Perkembangan Bahasa
Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan
adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite generativity)
ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak
pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang
Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik.
morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan
Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan bahasa antara lain:
Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara seperti yang kita dengar
keluar dari mulut seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung mengucapkan
pengulangan suara. Contoh sebagai penjelasan, ma-ma, mi-mi (saya mau minum).
Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan, atau satu keinginan.
Perkembangan bahasa ini, seakan-akan terhenti selama beberapa bulan kerena anak
memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan. Sambil berjalan kesana sini, dengan tak
henti-hentinya dia bertanya, “ini apa?, itu apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya
mengapa ada yang menyebut masa ini dengan masa “masa memberi nama” atau “masa
apa itu”.
Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna, anak telah menggunakan kalimat
tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk
dan warna.
Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak telah mulai menyatakan
akhirnya timbullah anak kalimat. Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan.
Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita sangat dipengaruhi perilaku dan
lingkungan. Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari
berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara
1) Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa
pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara
pada bayi dengan frekuensi dan hubungan lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat
yang sederhana.
2) Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau yang
mirip
dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu pertanyaan.
khususnya kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.
4) Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam
Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua
yaitu perkembngan psikologis dan emosional buah hatinya. Dengan peka terhadap setiap
tentunya membantu anda mengetahui bagaimana cara menangani anak muda. Berikut
Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil merupakan
1. Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan bahwa sebuah buku
bisa baru akan bermakna setelah kita membukanya, dan membaca cerita didalamnya
Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku, anda bisa mulai mengajarkannya untuk
menyukai aktifitas membaca buku, ditahap ini anda cukup mengajarkannya beberapa hal
seperti :
3) Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10 menit membaca
4) Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada dalam buku tersebut, untuk
memancing interaksi antara anak anda dengan buku yang sedang dibaca
5) Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda bacakan, biarkan ia melakukan
Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit berpisah dari anda, maka memasuki tahun
ke-2 si kecil mulai menyadari bahwa ia juga makhluk individual. Mereka akan mulai
melakukan sesuatu sendiri. Pada tahap ini berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh.
1) Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk melakukan lebih banyak hal
sendiri, misalnya saat ia ingin mengembalikan mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin
2) Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat anda membersihkan rumah,
anda bisa menberinya lap bersih dan sebagainya sehingga ia merasa telah turut serta
3) Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel misanya membuat
bersabarlah,bimbinglah iya untuk berlatih kemandirianya dengan benar dan jangan buat
iya menyerah karna omelan anda.
kaget jika di usia ini si kecil akan balik mengatakan “tidak” untuk setiap anda minta.
Alangkah lebih baik jika sejak dini anda mulai memilih kata-kata yang tepat untuk
Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa mengucapkan satu dua patah kata
sederhana,bahkan anda akan merasa excidet karna ternyata si kecil sudah milai bisa anda
ajak mengobrol. Meski demikian anda harus bersabar karna meski sudah mengenal
beberapa kata,namun si kecil belum sepenuhnya mengerti maksud dari kata yang di
cara :
1) Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak anda, karena hanya
2) Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si kecil masih akan
3) Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika ada anak lain yang lebih
4) Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada usia ini anak anda
c. Usia 24 bulan
Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan hubungan antara perasaan dan
perbuatanya terhadap orang lain. Hal tersebutlah yang menjadi dasar interaksi si kecil
1) Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan dan menghadapi
2) Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang marah, sedih atau
kecewa, namun pastikan juga anda tidak over acting menghadapi perasaan tersebut
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya.
Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan
kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan
rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk
berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara
yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang
harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan
pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa
percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini
timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar
tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis
minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia
Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan
kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari
kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak
dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau
Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang
jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu
mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan
6. Perkembangan Emosi
Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh ledakan amarah, kekuatan yang
akal. Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya (dirinya)
berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri
a. Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara lain :
terpenuhi keinginannya.
7. Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu periode berlawanan atau masa krisis
pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya. Dia menyadari
bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain. Dengan kesadaran ini balita
menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu “akunya” dan “orang lain”.
Konsep balita tentang dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena keterampilan
bahasanya belum jelas dan pandangan terhadap orang lain masih egosentris. Mereka
memiliki system pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi belum dpat
menyatakannya.
Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa mengalami suatu krisis perkembangan,
karena mereka menjadi kurang defenden dan mengalami konflik antara inisiatif dan rasa
bersalah. Kemampuan anak berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap
ini balita siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain guna
mencapai tujuannya.
8. Perkembangan Moral
Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang sikap motalitas terhadap kelompok
socialnya ( orang tua, saudara dan teman sebaya ). Melalui pengalaman berinteraksi
dengan temannya, anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik /
Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau menanamkan disiplin oleh orang
sertai alasannya ini di harapkan akan mengembangkan self control atau self discipline
pada anak..
Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena
mereka memiliki perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga
Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal
pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi
sampai dewasa. Biasanya factor genetic ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk
dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh factor-faktor genetic
manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.
b) Faktor Asupan
Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan pemberian
pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat
psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.
c) Faktor Lingkungan
Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor yang satu ini,
karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka
dengan itu
lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila factor
gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan baik tetapi ia bergaul dan hidup
dilingkungan yang salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia yang tidak baik
pula.
1) Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin
terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri
2) Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang disebabkanoleh
3) Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian
4) Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya.
Sebab lain ialah dibesarkan didalam institusional sehingga kurang mendapat perawatan
jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut kemungkinan besar mengalami
terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktor tersebut antara
lain :
hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua
kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak
masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua
melalui gen-gen.
Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang jumlahnya menjadi
48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi dua organism
sehingga jumlah kromoson pada sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua
organism baru tersebut terjadilah perjuangan dan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada
akhirnya hanya satu organism yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak,
tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak kembar.
b) Faktor lingkungan
merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organism yang diduga
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas:
1) Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir
2) Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan
karena manusia dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau dibentuk.
lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan
antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi. Hampir sama
merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi
organism individu”. Sementara itu, Joe Kathena mengemukakan bahwa lingkungan itu
merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial
budaya. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu
melalui alat inderanya. Berdasarkan ketiga pengertian diatas, bahwa yang dimaksud
yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok
yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahap.
4) Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa
menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Setiap
fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan
fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha
belajar oleh subyek anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan
jasmaninya.
BAB III
7 Kejadian Stunting pada Balita merupakan pertumbuhan dan perkembangan Balita yang
Balita Merupakan anak yang berusia 6-26 bulan, balita rentang terhadap terjadinya
Stunting, sehingga perlu diberikan edukasi bagi orang tua dalam penanganan stunting
pada balita
Berdasarkan hal diatas, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis Penghubung
B. Varibel Penelitian
Berat Badan Lahir adalah berat badan yang diukur pada saat lahir.
Kriteria Objektif :
Riwayat Penyakit Infeksi adalah infeksi yang dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang
balita.
Kriteria Objektif:
Tidak Menderita : Jika tidak ada riwayat penyakit infeksi dengan skor <4,5
Riwayat Pemberian Imunisai 45 adalah proses untuk membuat imun atau kebal terhadap
suatu penyakit
Kriteria Objektif :
d. Stunting
Stunting merupakan pertumbuhan anak yang terganggu atau tidak bertumbuh dan
berkembang dengan baik serta menerima pola asuh yang salah sehingga tinggi badan
atau panjang badan anak tidak sesuai dengan kriteria yang seharusnya sehingga anak
dikatakan pendek.
Kriteria objektif :
Normal : -2 SD s/d 2 SD
Tinggi : > 2 SD
C. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita diDesa
Bontobiraeng Selatan, kecamatan Bontonompo, KAB Gowa.
46 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disususn sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Agus Riyanto, 2011).
Desain penelitian 17 yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik melalui
pendekatan Cross Sectional study yang merupakan suatu penelitian yang semua
yang mempengaruhi Stunting didesa Bontobiraeng Selatan, Kec Bontonompo, Kab Gowa.
1) Popuasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek yang akan di teliti dan memenuhi
Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu balita didesa Bontobiraeng Selatan,
2) Sampel
Sampel merupakan bagian dari 15 populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang balita didesa Bontobiraeng Selatan,
(Accidental Sampling) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara kebetulan yaitu
siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
(Sugiyono,2015:156).
Dalam penelitian ini untuk pengambilan sampel digunakan 7 kriteria inklusi dan eksklusi,
b) Kriteria Eksklusi
Instrumen 5 yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian untuk variable
kejadian stunting pada baita. Lembar observasi di buat oleh peneliti berdasarkan tinjauan
teori.
a) Lokasi Penelitian
b) Waktu Penelitian
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil lembar penilaian
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari tempat instansi terkait 15 dengan
a. Peneliti mengajukan permohonan izin dari institusi yaitu STIK FAMIKA MAKASSAR
Kab.Gowa.
b. Setelah mendapat izin maka peneliti meminta data-data pasien responden dari
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penilaian akan diolah melalui prosedur
1) Editing
Pengecekan, pengkoreksian data untuk melengkapi data yang masih kurang atau kurang
lengkap.
2) Koding
Pengkodean lembar penilaian, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan
3) Tabulasi
Setelah pemberian kode, selanjutnya dengan pengolahan data kedalam tabel menurut
4) Analisa Data
55 Data dianalisa melalui persentase dan perhitungan jumlah dengan cara sebagai
berikut:
a) Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari tiap-tiap variabel yang
diteliti.
b) Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dalam bentuk tabulasi silang atara kedua variabel tersebut.
Menggunakan uji statistic dengan Chi-Square tingkat kemaknaan (α) = 0, 05 (5%) dengan
Keterangan:
X2 = Chi-square
O = Nilai observasi
Penilaian:
a. Apabila x2 hitung > dari x2 tabel, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan
b. Apabila x2 hitung ≤ dari x2 tabel, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya 5 tidak ada
D. 34 Etika Penelitian
dengan mengajukan permohonan izin kepada instasi atau lembaga tempat penelitian.
Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian ini dimulai dengan menekankan
Lembar persetujuan ini berikan kepada responden yang akan diteliti 7 yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden
menolak, maka penelitian 56 tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak
responden.
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama, tetapi lembar
3. Kerahasiaan (Confidentiality )
47 Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
BAB V
A. Hasil Penelitian
1. Pengantar
Kabupaten Gowa pada tanggal 2 Juni – 2 Juli 2022 dengan jumlah sampel 37 responden
yang ada di Desa Bontobiraeng Selatan. 7 Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk
penelitian ini adalah analitik melalui pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan
Teknik 4 sampling yang digunakan adalah Acidental sampling yaitu pengambilan sampel
kebetulan bertemu saat penelitian. Setelah dilakukan penelitian, data kemudian di olah
dengan menggunakan Computer Program SPSS Versi 22 dengan uji Statistik Regesi
Linier Berganda.
Gowa. Desa Bontobiraeng Selatan memiliki luas wilayah ± 3750 M² dengan batas-batas
wilayah :
Dusun Kalase’rena
Dusun Balaburu
Dusun Giring-Giring
3. Kararteristik Responden
Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh kelompok
Usia Ibu yang paling banyak adalah 26-30 Tahun dan > 40 Tahun masing-masing
sebanyak 12 (32.4%) responden, dan paling sedikit adalah kelompok Usia Ibu 35-40 tahun
sebanyak 3 (8.1%) responden. Hal 2 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Selatan
Juni, 2022
Kelompok
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
20-25 TAHUN
10.8
26-30 TAHUN
12
32.4
31-35 TAHUN
16.2
35-40 TAHUN
8.1
> 40 TAHUN
12
32.4
Jumlah
37
100
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh kelompok
usia yang paling banyak adalah 4 tahun sebanyak 15 (40.5%) responden, dan paling
sedikit adalah kelompok usia 2 tahun sebanyak 6 (16.2%) responden. Hal tersebut dapat
Tabel 5.2
Selatan
Juni,2022
Kelompok
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
1 TAHUN
21.6
2 TAHUN
16.2
3 TAHUN
21.6
4 TAHUN
15
40.5
Jumlah
37
100
a. Analisa Univariat
Hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 37 responden 4 diperoleh
Kejadian stunting pada Bayi yang Lebih sebanyak 2 (5.4%) bayi, Kejadian stunting pada
Bayi yang Sedang sebanyak 32 (86.5%) bayi, dan Kejadian stunting pada Bayi yang
Rendah sebanyak 3 (8.1%) bayi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.3
Bontobiraeng Selatan
Juni, 2022
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Sedang
20.0
Lebih
32
80.0
Jumlah
37
100
Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh 7
responden, dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan kategori Menderita sebanyak 12 (32.4%)
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Riwayat penyakit infeksi pada bayi di di Desa
Bontobiraeng Selatan
Juni, 2022
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Tidak Menderita
12
32.4
Menderita
25
67.6
Jumlah
37
100
Hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Riwayat
Imunisasi dengan kategori Tidak lengkap sebanyak 14 (37.8%) responden. Hal ini 48
Tabel 5.5
Bontobiraeng Selatan
Juni, 2022
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Lengkap
23
62.2
Tidak Lengkap
14
37.8
Jumlah
37
100
4) Kejadian Stunting
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh kejadian
stunting yang banyak dengan kategori normal sebanyak 24 (64.9%) responden, dan
kejadian stunting paling sedikit dengan kategori tinggi sebanyak 1 (2.7%) responden. 31
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Riwayat penyakit infeksi pada bayi di di Desa
Bontobiraeng Selatan
Juni, 2022
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Sangat Pendek
5.4
Pendek
10
27.0
Normal
24
64.9
Tinggi
2.7
Jumlah
37
100
Hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Berat
Badan Lahir Bayi dengan kategori lebih terhadap Kejadian stunting yang kategori normal
sebanyak 2 (5.4%) responden. Sedangkan data lain menunjukkan 4 data Berat Badan
Lahir Bayi dengan kategori sedang terhadap Kejadian stunting yang sangat pendek
sebanyak 2 (5.4%) responden, Berat Badan Lahir Bayi dengan kategori sedang terhadap
Kejadian stunting yang pendek sebanyak 8 (21.6%) responden, dan Berat Badan Lahir
Bayi dengan kategori sedang terhadap Kejadian stunting yang normal sebanyak 22
(21.6%) responden. Selain itu, diperoleh Berat Badan Lahir Bayi dengan kategori rendah
terhadap Kejadian stunting yang pendek sebanyak 2 (5.4%) responden, dan Berat Badan
Lahir Bayi dengan kategori rendah terhadap Kejadian stunting yang tinggi sebanyak 1
Tabel 5.7
Bontobiraeng Selatan.
Kejadian stunting
Jumlah (n)
Nilai Sig
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
17 F
F
%
Lebih
0.0
0.0
5.4
0.0
5.4
0.012
Sedang
5.4
21.6
22
59.5
0
00
32
86.5
Rendah
0.0
5.4
0.0
2.7
8.1
Jumlah (n)
5.4
10
27.0
24
64.9
2.7
37
100
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.012) 39 <
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dari data tersebut dapat
mengetahui berat badan lahir bayi terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng
Hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Riwayat
penyakit infeksi dengan kategori Tidak Menderita pada Kejadian stunting yang sangat
pendek sebanyak 2 (5.4%) responden, Riwayat penyakit infeksi dengan kategori Tidak
Menderita terhadap Kejadian stunting yang pendek sebanyak 9 (24.3%) responden, dan
Riwayat penyakit infeksi dengan kategori Tidak Menderita terhadap Kejadian stunting yang
normal sebanyak 13 (35.1%) responden, serta Riwayat penyakit infeksi dengan kategori
Tidak Menderita terhadap Kejadian stunting yang tinggi sebanyak 1 (2.7%) responden.
Selain itu, diperoleh data Riwayat penyakit infeksi dengan kategori Menderita terhadap
Kejadian stunting yang pendek sebanyak 1 (2.7%) responden, dan Riwayat penyakit
infeksi dengan kategori Menderita terhadap Kejadian stunting yang Normal sebanyak 11
Tabel 5.8
Bontobiraeng Selatan.
Kejadian stunting
Jumlah (n)
Nilai Sig
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
17 F
Tidak Menderita
Menderita
5.4
0.0
24.3
2.7
13
11
35.1
29.7
2.7
0.0
12
25
32.4
67.6
0,037
Jumlah (n)
5.4
10
27.0
24
64.9
2.7
37
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.127) 39 >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel
Hasil penelitian pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Riwayat
imunisasi dengan kategori lengkap pada Kejadian stunting yang sangat pendek sebanyak
stunting yang pendek sebanyak 7 (18.9%) responden, dan Riwayat imunisasi dengan
kategori lengkap terhadap Kejadian stunting yang normal sebanyak 15 (40.5%) responden.
Sedangkan data lain menunjukkan Riwayat imunisasi dengan kategori tidak lengkap
terhadap Kejadian stunting yang sangat pendek sebanyak 1 (2.7%) responden, Riwayat
imunisasi dengan kategori tidak lengkap terhadap Kejadian stunting yang pendek
sebanyak 3 (8.1%) responden, Riwayat imunisasi dengan kategori tidak lengkap terhadap
Kejadian stunting yang normal sebanyak 9 (24.3%) responden, dan Riwayat imunisasi
dengan kategori tidak lengkap terhadap Kejadian stunting yang tinggi sebanyak 1 (2.7%)
Tabel 5.9
Selatan.
Kejadian stunting
Jumlah (n)
Nilai Sig
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
17 F
Lengkap
2.7
18.9
15
40.5
0.0
23
62.2
0.566
Tidak Lengkap
2.7
8.1
24.3
2.7
14
37.8
Jumlah (n)
5.4
10
27.0
24
64.9
2.7
37
100
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.566) 39 >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel Independen terhadap variabel
Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.012) <
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dari data tersebut dapat
mengetahui berat badan lahir bayi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng
stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4 tahun secara signifikan berhubungan
dengan berat badan bayi saat lahir rendah atau anak saat lahir berukuran kecil memiliki
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Atikah rahayu (2015) dalam penelitiannya
menemukan 4 bahwa anak dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko 5,87 kali
Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Akombi (2017) yang
menyatakan bahwa balita yang lahir dengan berat lahir rendah lebih berhubungan secara
signifikan untuk menderita stunting. Penelitian lain juga menyatakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurnag dari 2500 gram akan mengalami hambatan pada pertumbuhan
dan perkembangannya serta mungkin terjadi kemunduran fungsi intelektual dan lebih
Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin (2012) dengan hasil penelitian yang menyatakan
bahwa Kejadian Stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, pengetahuan gizi ibu
balita, pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran, pemberian ASI yang tidak ekskusif. 60
Namun faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI.
Selain 7 ASI Eksklusif, berat badan lahir juga terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan jangka panjang balita balita, pada penelitian yang dilakukan oleh Anisa
(2012) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermaknsa antara berat lahir
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.127) >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel
Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Menurut asumsi peneliti bahwa bayi
yang memiliki Riwayat penyakit infeksi tidak selamanya akan berdampak pada kejadian
stunting.
Namun beda pandangan oleh Pacheco, Picauly, & Sinaga (2017) dalam penelitiannya
menemukan riwayat penyakit infeksi dapat meningkatkan kejadian stunting pada anak.
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.566) >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel Independen terhadap variabel
Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Menurut asumsi peneliti hal tersebut
bisa saja terjadi bahwa tidak adanya pengaruh Riwayat imunisasi terhadap kejadian
7 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anisa (2012) yang menyatakan bahwa
pemberian imunisasi tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadian stunting.
Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Rahmad (2013) yang
menyatakan bahwa kejadian stunting disebabkan oleh pemberian imunisasi yang tidak
lengkap. Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin 35 (2012) dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa Kejadian Stunting dipengaruhi oleh imunisasi lengkap, berat badan
saat lahir, pengetahuan gizi ibu balita, pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran,
pemberian ASI yang tidak ekskusif. Namun 4 faktor yang paling dominan adalah
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian 5 yang dilakukan pada tanggal 2 Juni – 2 Juli 2022 terkait
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.012) <
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dari data tersebut dapat
mengetahui berat badan lahir bayi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.127) >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel
Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.566) >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel Independen terhadap variabel
B. Saran
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai faktor penyebab
stunting, yaitu ibu 4 dengan berat badan lahir rendah dari 2500 gram. Sehingga calon ibu
tersebut, sedangkan bagi ibu dengan balita dapat menggalakan 11 pemberian ASI
Eksklusif dan lebih memperhatikan pemberian gizi bagi anak yang lahir dari ibu dengan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah desa untuk
menggalakan pemberian asupan gizi, sehingga dapat menekan kejadian stunting, selain
itu para kader dapat memberikan edukasi kepada ibu dengan tingggi badan kurang dari
145cm untuk lebih memperhatikan asupan nutrisi selama kehamilan dan perkembangan
balita setelah lahir karena 7 merupakan faktor risiko terjadinya stunting. Untuk 4 ibu
yang memiliki anak dengan Riwayat berat badan lahir rendah dapat diberikan edukasi
untuk lebih memperhatikan asupan nutrisi anaknya guna menekan kejadian stunting.
prospektif sehingga dapat diikuti sejak kelahiran balita mengenai 2 faktor-faktor apa saja
DAFTAR PUSTAKA
26 Chastity, Canny Nur and, Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes (2017) Hubungan Asupan
Protein dengan Kejadian Penularan Covid-19 pada Bayi di Sukoharjo Jawa Tengah.
https://doi.org/10.14710/jkm.v10i2.32271
Hendra, Agus and Al Rahmad. 2019. “Pengaruh Penyuluhan 1000 Hari Pertama
10(April):147–52.
Herlina, T., Rahayu, S., Suryani, R. L., Utami, T., Prodi, M., Program, K., Universitas, S.,
Bangsa, H., Prodi, D., Program, K., Universitas, S., Bangsa, H., Prodi, D., Program, K.,
Ibrahim, I., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (2021). 24 Hubungan Sosial
Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Bone-Bone
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. 1(1), 16–26.
Ihsan, Firman Maulana, Mury Ririanty, and Ruli Bahyu Antika. 2019. “DOI:
Upaya Preventif Penularan Covid-19 Pada Bayi Putri Firman Maulana Ihsan.”
10(10):329–37.
Covid-19) DI Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 5 Pusat Data
No Title. (2019).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta, Rineka
Cipta.
Oktavia, Luluk. 2020. “Penularan Covid-19 Pada Bayi Kawasan Buruh Industri Dan
Rahayu, Y. D., Yunariyah, B., Jannah, R., Keperawatan, M. D., Kesehatan, P., Kesehatan,
K., Keperawatan, D. D., Kesehatan, P., Kesehatan, K., & Asia, D. (2022). DOI:
10.14710/jkm.v10i2.32271
Ratnasari, Nita Yunianti. 2021. “Penyuluhan Pencegahan Risiko Penularan Covid-19 1000
Reny, Noviasty, Mega Indriani, Fadillah Rahayu, and Firdaus. 2020. “Eduwhap Bayi Siap
Cegah Penularan Covid-19 Dalam Wadah Kumpul Sharing Bayi.” Jurnal Ilmiah
Review, Artikel. 2020. “Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Permasalahan Penularan
Riyanto Agus, Budiman. 2013. Perilaku dan Perilaku dalam penelitian. Kapita Selekta
Kuesioner. Jakarta: Salemba Medika
Sulistianingtias, Eva Laila and , Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes (2017) Hubungan antara
Asupan Zink dengan Kejadian Penularan Covid-19 pada Bayi di Sukoharjo Jawa Tengah.
Syam, S., Anggraeni, P. D., Arwan, A., Kesehatan, D. P., Masyarakat, F. K., & Tadulako,
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No.
Jenis Kegiatan
Bulan / Minggu
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
12 1
4
1
Mengenal Masalah
√
2
Pengajuan Judul
√
3
Mengumpulkan Referensi
√
4
Menyusun Proposal
√
5
Asistensi Proposal
√
6
Seminar Proposal
√
7
Revisi Proposal
√
√
Pelaksanaan Riset
√
49 √
10
11
12
13
14
√
Lampiran 2.
Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk berpartisipasi sebagai responden
pada penelitian yang dilaksanakan oleh Mahasiswa STIK FAMIKA Makassar atas nama
NIM : 120281816
Saya menyadari bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini dan akan memberikan
informasi yang sebenar-benarnya yang dibutuhkan oleh peneliti, dan saya mengerti bahwa
penelitian ini tidak merugikan saya dan telah diberikan kesempatan oleh peneliti untuk
Saya mengerti bahwa hasil peneitian ini akan menjadi bahan masukan bagi pihak Desa
stunting.
Responden
(.............................)
Lampiran 3.
Kepada Yth
Bpak/Ibu/Sudara(i)
Di –
Tempat
Dengan hormat,
Nim : 120281816
demi kelancaran pelaksanaan penelitian, dan saya akan menjamin kerahasiaan dan
segala bentuk informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudar(I) berikan, dan apabila ada hal-
hal yang masih ingin ditanyakan, saya akan memberikan kesempatan yang sebesar-
Demikian Penyampaian dari saya, atas perhatian dan kerja samanya 30 saya ucapkan
terima kasih.
Peneliti
Ttd
NIM. 120281816
Lampiran 4.
INSTRUMEN PENELITIAN
(LEMBAR KOISIONER)
A. Pentujun 42 Pengisian
1. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan
B. Data Responden
1. No. Responden :
2. Nama (Inisial) : :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
A. STUNTING
NO
NAMA BALITA
TINGGI BADAN
BERAT BADAN
KATEGORI
UMUR
12 1.
2.
3.
4.
5.
B. Berat Badan Lahir
NO
NAMA BALITA
UMUR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
YA
TIDAK
A.
1.
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
YA
TIDAK
1.
2.
3.
4.
5.
iii
iii
iv
vi
vii
16 1
2
3
6
7
9
10
11
12
13
14
16
16
18
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Sources
https://ilmukomputerlampung.blogspot.com/2017/09/makalah-tentang-balita.html
1 INTERNET
27%
https://www.researchgate.net/publication/350163239_Jurnal_Obsesi_Jurnal_Pendidikan_Anak_Usia_Dini_Faktor-
2 faktor_yang_Mempengaruhi_Kejadian_Stunting_pada_Anak_Usia_Dini_di_Indonesia
INTERNET
2%
https://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-balita.html
3 INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/305201669_Riwayat_Berat_Badan_Lahir_dengan_Kejadian_Stunting_pa
4 da_Anak_Usia_Bawah_Dua_Tahun
INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/357031168_Faktor_Yang_Mempengaruhi_Kejadian_Stunting_pada_Bal
5 ita_di_Desa_Bonto_Langkasa_Selatan_Kabupaten_Gowa
INTERNET
1%
https://www.ahdgozali.com/2015/05/perkembangan-pada-masa-bayi.html
6 INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/354373006_Faktor-
7 Faktor_yang_Mempengaruhi_Kejadian_Stunting_pada_Anak_Studi_Literatur
INTERNET
1%
https://www.merdeka.com/jatim/ciri-ciri-stunting-pada-anak-yang-patut-dikenali-ketahui-juga-penyebabnya-
8 kln.html
INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/363338936_Web_of_causation
9 INTERNET
1%
https://klopogodo.kec-gombong.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/152
10 INTERNET
<1%
http://skripsi.undana.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1609&keywords=
11 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/daftar-tabel-xiii-daftar-gambar-xiv-daftar-lampiran-v.html
12 INTERNET
<1%
https://www.kemkes.go.id/article/print/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html
13 INTERNET
<1%
https://akperyarsismd.e-journal.id/BNJ/article/download/44/35/
14 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/myj88o5q-gambaran-perkembangan-psikososial-anak-usia-3-6-tahun-
15 di-panti-sosial-asuhan-anak-balita-tunas-bangsa-cipayung.html
INTERNET
<1%
https://humas.gowakab.go.id/pemkab-gowa-siap-turunkan-prevalensi-stunting-sesuai-target-nasional/
16 INTERNET
<1%
https://www.researchgate.net/publication/346029254_PRAKTEK_PEMBERIAN_MAKANAN_PENDAMPING_ASI_DI
17 NI_DITINJAU_DARI_PERAN_NENEK
INTERNET
<1%
http://repository.unib.ac.id/8163/2/IV,V,LAMP,I-14-deo-FE.pdf
18 INTERNET
<1%
http://eprints.undip.ac.id/80670/1/Buku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pdf
19 INTERNET
<1%
http://repository.unhas.ac.id/2971/2/19_C12116524(FILEminimizer) ... ok 1-2.pdf
20 INTERNET
<1%
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/16406/1/NURJANNA_70200115040.pdf
21 INTERNET
<1%
http://repositori.unsil.ac.id/3664/5/BAB II.pdf
22 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2191/5/BAB IV.pdf
23 INTERNET
<1%
https://www.researchgate.net/publication/355106829_Hubungan_Sosial_Budaya_Dengan_Kejadian_Stunting_Pa
24 da_Balita_Usia_24-59_Bulan_Di_Desa_Bone-Bone_Kecamatan_Baraka_Kabupaten_Enrekang_Tahun_2020
INTERNET
<1%
https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/sugeng/cetak/317
25 INTERNET
<1%
http://eprints.ums.ac.id/50263/
26 INTERNET
<1%
https://www.kajianpustaka.com/2019/08/pengertian-penyebab-dan-pencegahan-stunting.html
27 INTERNET
<1%
http://repository.um-surabaya.ac.id/5525/2/BAB_1.pdf
28 INTERNET
<1%
http://repository.um-surabaya.ac.id/5525/2/BAB_1.pdf#:~:text=Infeksi tersebut, disebabkan oleh praktik sanitasi
29 dan kebersihan,untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh terhadap infeksi.
INTERNET
<1%
https://www.gramedia.com/best-seller/contoh-kata-pengantar/
30 INTERNET
<1%
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/9131/BAB 4. INDIKATOR PEMBANGUNAN
31 KESEHATAN.78r4ugsfgwgvsg11aq-6.pdf
INTERNET
<1%
https://repository.upnvj.ac.id/1124/8/DAFTAR PUSTAKA.pdf
32 INTERNET
<1%
https://id.scribd.com/presentation/440441293/1000-HPK-ppt
33 INTERNET
<1%
http://eprints.undip.ac.id/43148/4/5._BAB_III_tesis_revisi.pdf
34 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6345/4/Chapter 2.pdf.pdf
35 INTERNET
<1%
https://profil.digitaldesa.id/bontobiraengselatan-gowakab/idm
36 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1403000027/8._BAB_3_.pdf
37 INTERNET
<1%
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1823/1/Ratnawati.pdf
38 INTERNET
<1%
https://www.statistikian.com/2013/01/uji-normalitas.html
39 INTERNET
<1%
https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/788/pdf
40 INTERNET
<1%
https://id.123dok.com/article/latar-belakang-produksi-hibrida-hibrida-bontobiraeng-selatan-kecama.qmj95e68
41 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17311185086/Lampiran3.pdf
42 INTERNET
<1%
https://lajusumsel.co.id/2091-baca-berita-menyingkap-tabir-tingginya-angka-stunting-di-masa-pandemi-
43 covid-19.html
INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/rz3o1l48z-manfaat-penelitian-1-manfaat-teoritis-manfaat-praktis.html
44 INTERNET
<1%
https://www.alodokter.com/imunisasi
45 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/62538/5/BAB IV.pdf
46 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/bab-iii-metode-penelitian-group-pre-test-post-test-desain-ta.html
47 INTERNET
<1%
https://123dok.com/article/distribusi-frekuensi-responden-berdasarkan.6qml3wy8
48 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/ky60jxo4y-tempat-penelitian-waktu-penelitian-pengajuan-judul-
seminar-proposal-uji-coba-analisa-uji-pelaksanaan-pengolahan-data-pengolahan-dan-analisa-penyusunan-
49 laporan-revisi-populasi-sampel.html
INTERNET
<1%
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/12019/2/G021171511_skripsi_30-11-2021 bab 1-2.pdf
50 INTERNET
<1%
http://digilib.unimed.ac.id/21349/2/2.NIM 1123351018 LEMBAR PENGESAHAN.pdf
51 INTERNET
<1%
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/04/contoh-kata-pengantar-tesis.html
52 INTERNET
<1%
https://stunting.go.id/
53 INTERNET
<1%
https://stunting.go.id/faq/bagaimanakah-intervensi-dalam-penanganan-stunting/
54 INTERNET
<1%
https://repository.unair.ac.id/94376/7/7. BAB 4 METODE PENELITIAN.pdf
55 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410004/8._BAB_3_.pdf
56 INTERNET
<1%
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggi_Ilmu_Keperawatan_Famika
57 INTERNET
<1%
https://www.litbang.kemkes.go.id/riskesdas-2018-proporsi-stunting-balita-menurun/
58 INTERNET
<1%
https://www.mooimom.id/mamapedia/perkembangan-bayi-6-bulan
59 INTERNET
<1%
http://repository.pkr.ac.id/1055/7/BAB II TINJAUAN TEORI.pdf
60 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/lembar-persetujuan-responden-saya-telah-mendapat-penjelasan-.html
61 INTERNET
<1%
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/2949/pemerintah-tajamkan-intervensi-penanggulangan-stunting
62 INTERNET
<1%
EXCLUDE QUOTES ON
EXCLUDE BIBLIOGRAPHY ON