Anda di halaman 1dari 118

Plagiarism Checker X - Report

Originality Assessment

43%
Overall Similarity

Date: Oct 11, 2022 Remarks: High similarity Verify Report:


Matches: 6143 / 14164 words detected, you must improve the Scan this QR Code
Sources: 62 document.

v 8.0.7 - WML 4
FILE - SKRIPSI WELMINCI FIKS.DOCX
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI

DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN

BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

OLEH :

WELMINCI RANATA SABONO

NIM : 120281816

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

(STIK) FAMIKA MAKSSAR

TAHUN 2022

HALAMAN JUDUL

FAKTOR-FAKTOR 50 YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI

DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ilmu

Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika Makassar


OLEH :

WELMINCI RANATA SABONO

NIM : 120281816

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

(STIK) FAMIKA MAKSSAR

2022

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dibuat dan dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Sungguminasa, 23 April 2022

Yang menyatakan

WELMINCI RANATA

SABONO

NIM : 120281816
HALAMAN PERSETUJUAN

11 SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI

DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

Disusun dan diajukan oleh :

WELMINCI RANATA SABONO

NIM : 120281816

Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan dalam ujian Skripsi

Sungguminasa, 29 Juli 2022

Disetujui oleh :

PEMBIMBING I

Dr.Ns.Yudit Patiku,S.Si.,S.Kep.,M.Kes

NIDN : 0916096903

PEMBIMBING II
Ns. Sriwahyuni,S.Kep.,M.Kep

NIDN : 0925078501

HALAMAN PENGESAHAN

11 SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI

DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

Disusun dan diajukan oleh :

WELMINCI RANATA SABONO

NIM : 120281816

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji 51 dalam Ujian Skripsi

Pada hari : Sabtu

Tanggal : 29 Juli 2022

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui sebagai tugas akhir (Skripsi)

Tim Penguji :

1. Dr. Risman Wanci,S.Pd.,M.Hum ( )

2. Ns. Muh Syahrul Alam,S.Kep.,M.Kes ( )

Tim Pembimbing :

1. Dr.Yudit Patiku,S.Si.,S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )

2. Ns. Agus Salim.S.Kep ( )

Mengetahui

KETUA STIK FAMIKA KETUA PRODI S1

Dr. Ns Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., M.Kes Ns. Ambo Anto, S.Kep.,M.MKep

NIDN : 99099132589 NIDN : 0916096903


MOTTO

“Bermimpilah Semaumu Dan Kejarlah Mimpi Itu, Dan Gengamlah Dunia Sebelum Dunia

Menggengammu”

“Orang-Orang Yang Menabur Dengan Mencucurkan Air Mata, Akan Menuai Dengan

Bersorak-Sorai. Orang Yang Berjalan Maju Dengan Menangis Sambil Menabur Benih,

Pasti Pulang Dengan Sorak-Sorai Sambil Membawa Berkas-Berkasnya .”

(Mazmur 126:5-6)

Kupersembahkan Hasil Karya ini Kepada :

Tuhan Yesus, Mama Papa, Keluarga Besar Sabono, Parety, Sahabat, dan Semua orang

yang mendukung saya. Semua Orang Yang Mengasihi Saya Bahkan menopang dan Ada

Bersama-sama dengan Saya Sampai hari ini tiba.

By. W.S

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat 30 TUHAN yang maha Esa, Yesus Kristus

Sang Juruselamat yang oleh cinta dan kasih sayang-Nya, melalui tuntunan Kuasa Roh

Kudus yang memberi hikmat, pengertian, dan pengetahuan serta kemampuan bagi

penulis, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan persiapan, penyusunan serta
pelaksanaan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA

BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA”.

Merupakan salah satu tugas yang disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk

melakukan penelitian dan menempuh ujian akhir S-1 Keperawatan pada STIK FAMIKA

Makassar

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dan

kerja sama dari berbagai pihak. 52 Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua tercinta Ayah Hendrik Sabono dan Ibu Sorsina Paretty, Alamarhum/a Opa

dan Oma Terkasih, Opa Bernadus Sabono, dan Opa Yonas Paretty dan Oma Welminci

Masela, dan Oma Antoneta Wuarlela serta kakak saya yang tersayang Kakak Jubelins

Sabono, Dan Adik-Adik saya Laurina Sabono Dan Rosalina

Sabono dan keluarga besar Sabono, Paretty di Wunlah, yang selama ini menjadi alasan

terbesar dalam hidup saya untuk meraih cita-cita dan telah menjadi panutan terbaik dan

telah banyak memberikan dukungan berupa nasihat dan materi untuk saya, memberikan

yang terbaik sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

Ibu Tabita Nazara, Selaku Ketua 57 Yayasan Fani Mitra Karya Makassar.

1. Dr. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., Ns., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan (STIK) Famika Makassar.

2. Ns. Robertus Mashyuri, S.Kep.,M.MKep Selaku pembimbing Akademik.

3. Dr.Ns.Yudit Patiku,S.Si.,S.Kep.,M.Kes Selaku pembimbing I dan

Ns.Srihwayuni,S.Kep.,M.Kep 38 selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan Skripsi ini.

4. Dr. Risman Wanci,S.Pd.,M.Hum 5 Selaku penguji I dan Ns. Muh Syahrul

Alam,S.Kep.,M.Kes selaku penguji II.

5. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf STIK FAMIKA Makassar yang telah membantu penulis

selama menempuh pendidikan di STIK FAMIKA Makassar.


6. Sahabat-sahabat saya Moses Tawun dan Andres Lumyar, Jeksen Elat yang telah

mendoakan, meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan memberikan motivasi bagi penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis bersedia menerima

kritikan dan saran yang konstruktif demi sempurnanya Skripsi ini. Akhirnya penulis

mengucapkan 30 terima kasih atas segala Doa, dukungan dan bantuan yang diberikan

semoga Tuhan memberikan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sunggguminasa, 29 Juli 2022

Penulis

WELMINCI RANATA SABONO

NIM:120281816

DAFTAR ISI

SKRIPSI i

HALAMAN JUDUL i

SURAT PERNYATAAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

ABSTRAK iv

BAB I 2

PENDAHULUAN 2
A. LATAR BELAKANG 2

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Tinjauan Umum Tentang Stunting Pada Balita 7

B. Tijauan Umum Tentang Balita 20

BAB III 46

KERANGKA KERJA PENELITIAN 46

A. Kerangka Konsep 46

B. Varibel Penelitian 47

C. Hipotesis Penelitian 48

BAB IV 49

METODE PENELITIAN 49

A. Desain Penelitian 49

B. Populasi dan Sampel 49

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data 44

D. Etika Penelitian 47

BAB V 49

HASIL DAN PEMBAHASAN 49

A. Hasil Penelitian 49

B. Pembahasan 59

BAB VI 58

PENUTUP 58

A. Kesimpulan 58

B. Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembaran Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Lembaran Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Instrumen Penelitian

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

(STIK) FAMIKA MAKASSAR

JUNI 2022

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR 5 YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA

DI DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO

KABUPATEN GOWA

Oleh : Welminci Ranata Sabono, NIM. 120281816

(xiii + 1 Gambar/Skema + 6 Tabel + 13 Lampiran + 60 Halaman)

Stunting adalah kondisi gagalnya pertumbuhan pada anak (pertubuhan tubuh dan otak)

yang disebabkan oleh kurangnya 13 gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih

pendek dari anak normal seusianya dan terjadi keterlambatanan dalam berpikir

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). 5 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada faktor-fakot yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik melalui

pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui riwayat penyakit

infeksi terhadap Kejadian stunting dengan dengan jumlah sampel 37. dengan teknik

pengambilan sampel yaitu Acidental sampling yaitu pengambilan sampel kebetulan

bertemu saat penelitian di Desa Bontobiraeng Selatan. Analisa data menggunakan uji

statistik Chi-Square.

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square dengan uji analisis turunan Fisher's

Exact Test di dapatkan nilai X2 Hitung (0.0127) < nilai X2 Tabel (0.5). Maka terdapat

pengaruh secara signifikan antara kedua variable, artinya Ha diterima dan Ho ditolak yaitu

pada varibel berat badan lahir, dua varibel lainnya Ha ditolak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari tiga faktor-fakot 11 yang mempengaruhi kejadian

stunting pada balita, hanya variable berat badan lahir yang berpengaruh terhadap Kejadian

stunting Di Desa Bontobiraeng Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

Kata Kunci : berat badan lahir, penyakit infeksi, imunisasi, stunting

Pustaka : 12 (2010 - 2021).

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kejadian balita 5 stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di

dunia saat ini. 19 Pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia

mengalami stunting. Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. 22 Pada tahun 2017, lebih dari

setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari

sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. 9 Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi

terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah
(0,9%).UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting terdapat di 24 negara

berkembang di Asia dan Afrika, Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki

prevalensi anak stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Sedangkan

data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),

Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia

Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di

Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2018).

Hasil Riskesdas tahun 2018 menyajikan prevalensi stunting di wilayah nasional sejumlah

30,8%, yakni prevalensi pendek 19,3% serta sangat pendek sebesar 11,5%. Sementara

5 tahun 2017, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 29,0% yang terdiri dari prevalensi

pendek 19,8% serta sangat pendek sejumlah 9,8%. Informasi demikian

mengindikasikan bahwa kejadian stunting pada balita di Indonesia tahun 2017-2018

mengalami kenaikan sebesar 1,8% dan menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang

berat karena prevalensi stunting di Indonesia berkisar antara 30-39% (Kemenkes RI,

2019). Sedangkan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018, balita yang mengalami

stunting sangat pendek 11,70% serta yang pendek sejumlah 19,40% dan pada tahun 2017

balita yang mengalami stunting sangat pendek sebesar 8,40% serta yang pendek sebesar

20,80% (Rina Nuraeni dan Suharno, 2020).

58 Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevelansi stunting pada 2010 adalah 35,6%

kemudian meningkat pada tahun 2013 dan kemudian turun kembali pada tahun 2018

menjadi 30,8%. Diketahui 21 sebanyak 10 provinsi termasuk dalam kategori berat, dan 5

besar diantaranya adalah provinsi Sulawesi Selatan, disusul Aceh, Sulawesi Barat dan

Nusa Tenggara Timur (Riskesdas, 2018). Berdasarkan 13 Pemantauan Status Gizi (PSG)

pada 2017, prevalensi Balita stunting di Indonesia dari 34 provinsi hanya ada 2 provinsi

yang berada di bawah batasan WHO tersebut, yakni Al Gizzai: Public Health Nutrition

Journal Vol. 1, No. 1, Januari 2021 18 Yogyakarta (19,8%) dan Bali (19,1%). Provinsi

lainnya memiliki kasus dominan tinggi dan sangat tinggi sekitar 30% hingga 40%.
Berdasarkan acuan tersebut, angka prevalensi stunting di indonesia masih tergolong berat

(Kemenkes RI, 2018).

Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan balita stunting di tahun 2013 sebanyak 37,2%

dan menurun di tahun 2018 menjadi 30,8% dimana angka ini masih di bawah angka

nasional yang diharapkan yaitu 20% (Riskesdas, 2018). Sulawesi Selatan berada di

peringkat keempat balita stunting tertinggi di Indonesia tahun 2018 dengan prevalensi

sebanyak 35,7% yang terdiri dari balita pendek 23,2% dan sangat

pendek 12,5%, sementara untuk baduta stunting di Sulawesi Selatan sebesar 33,9% yaitu

sangat pendek 13,3% dan pendek 20,6% (Kementerian Kesehatan RI., 2019).

Sedangkan Prevalensi stunting di Kabupaten Gowa pada tahun 2018 berada di angka 40,5

persen kemudian tahun 2019 menurun diangka 36,9 persen namun target pemerintah

Kab.gowa prevalensi stunting 16 dibawah 14 persen pada tahun 2024 mendatang

sehingga peran aktif tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan edukasi harus

aktif, agar pengetahuan ibu terjadi peningkatan.

Balita ialah suatu masa usia manusia setelah bayi dengan umur antara dua hingga lima

tahun, juga bisa memakai perhitungan bulan yakni umur 1-5 tahun. Balita ini terdiri dari

dua kelompok yaitu usia troddler dan usia preschool. Usia troddler yaitu usia 1-3 tahun,

pada fase tersebut seorang anak mulai belajar memutuskan arah perkembangan dirinya,

sebuah masa yang melatar belakangi bagaimana tingkat kesehatan, perkembangan

emosional, tingkat pendidikan, kepercayaan diri, kapabilitas sosial serta diri seorang anak

di waktu yang akan datang. Sedangkan usia preschool yaitu usia 4-6 tahun, anak dalam

proses tumbuh kembang yang begitu cepat, makamembutuhkan stimulasi intensif dari

orang di lingkungannya agar memiliki kepribadian yang berkualitas dalam waktu yang akan

datang (Sudiaoetama, 2015).

Pertumbuhan bayi dan balita yang terhambat merupakan hasil dari ketersediaan atau

pemanfaatan gizi yang tidak memadai serta pemenuhan asupan makronutrien dan

mikronutrien yang tidak adekuat. Stunting mengindikasikan bahwa telah terjadi masalah

gizi kronis pada bayi dan balita. Pemenuhan makronutrien, berupa energi, karbohidrat
dan lemak; dan mikronutrien yang mencakup vitamin dan mineral seperti zat besi, seng,

yodium, dan vitamin B12, berkaitan dengan kualitas (kerawanan, keamanan dan variasi)

dan kuantitas (jumlah dan frekuensi) dari makanan yang dimakan oleh bayi dan balita.

Faktor lain 11 yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah kondisi ibu saat hamil

dan selama menyusui, kondisi janin, serta kondisi dan kesehatan pada masi bayi dan

balita.

Menurut WHO, kondisi gagal tumbuh ini terjadi akibat minimnya konsumsi 13 gizi dalam

waktu lama dan terbentuknya infeksi yang berulang serta terjadi kendala pada masa 1.000

HPK ialah dari 270 hari selama kehamilan serta 730 hari awal sehabis balita dilahirkan,

perihal itu harus dipastikan perkembangan serta pertumbuhan bayi di periode yang akan

datang. Apabila menghadapi permasalahan gizi pada periode tersebut, anak akan

menghadapi keterlambatan dalam pertumbuhan serta kognitifnya.

14 Mencegah hal ini terjadi, pemerintah telah merencanakan rencana intervensi

pencegahan stuntingi yang terintegrasi yang melibatkani departemen dan lembaga lintas

kementerian pada tahun 2018, 100 kabupaten di 34i provinsii ditetapkan sebagai lokasii

prioritasi pengurangan stunting. Jumlah ini akani bertambahi 60 kabupaten tahun

berikutnya. 14 Adanya kerjasama lintas sektor ini diharapkani dapati menurunkan angka

stunting di Indonesia, sehingga target Sustainable Developmenti Goalsi (SDG) 2025i

adalah menurunkan angka stunting hingga 40i%.i (Kemenkes RI, 2018).

Menurut Sulastri yang dikutip dalam penelitian tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi

kesehatan dan kesejahteraan anak hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak. Ibu yang

tingkat

pendidikannya tinggi akan lebih mudah menyerap informasi jika 5 dibandingkan dengan

ibu yang kurang atau tidak berpendidikan, sehingga dengan tingkat pendidikan yang cukup

diharapkan seorang ibu mau dan mampu untuk berprilaku yang baik dalam memperbaiki

keadaan gizi anaknya

Hasil pengambilan data awal didesa Bontobiraeng Selatan menunjukkan bahwa, jumlah

KK (Februari 2022) : 958 KK, Jumlah Ibu hamil : 38 orang, Jumlah ibu menyusui : 125
orang, jumlah balita, anak : 2-6 tahun (203 orang), dan menemukan angka kejadian

stunting di kecamatan Bontonompo: 372 orang (data 2021), dan angka kejadian stunting

didesa Bontobiraeng Selatan : 55 orang (Data Agustus 2021), ( Desa Bontobiraeng

Selatan 2022 ).

Berdasarkan uraian di atas calon peneliti berkeinginan untuk meneliti dengan judul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita di Desa Bontobiraeng Selatan,

Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan peneliti

“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Faktor-Fakot 5 Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting

Pada Balita di Desa Bontobiraeng Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi Stunting

1. Faktor berat badan lahir (BBL)

2. Faktor penyakit infeksi

3. Faktor riwayat imunisasi

b) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi stunting di Desa Bontobiraeng Selatan

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

D. 44 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu keperawatan dapat

memberikan pemahaman bahwa ada gambaran Stunting Pada Balita.

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi peneliti khususnya

dalam peningkatan wawasan dalam bidang penelitian serta menambah pengetahuan

tentang hal-hal yang menyangkut gambaran terjadinya stunting.

b. Manfaat Bagi Responden

Diharapkan mampu mengetahui dan menambah pengetahuan ibu terhadap gambaran

terjadinya stunting.

c. Manfaat Bagi Instansi

Dapat digunakan sebagai acuan serta masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan dan

mengetahui tentang gambaran terjadinya stunting

d. Manfaat Bagi Institusi

Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu bidang keperawatan dalam

menambah kepustakaan di bidang ilmu keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stunting Pada Balita

1. Pengertian

Stunting adalah kondisi gagalnya pertumbuhan pada anak (pertubuhan tubuh dan otak)

yang disebabkan oleh kurangnya 13 gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih

pendek dari anak normal seusianya dan terjadi keterlambatanan dalam berpikir

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Kekurangan asupan gizi tersebut biasanya terjadi

sejak bayi dalam kandungan hingga setelah lahir atau 58 1.000 hari pertama kehidupan

(Riskesdas 2018). Namun, stunting baru bisa dideteksi 20 setelah bayi berusia lebih dari

24 bulan (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Stunting menurut

World Health Organization (2010) yaitu tinggi badan menurut usia yang <-2 standar deviasi

(SD). Stunting dibagi menjadi dua golongan yaitu pendek (-2 SD) dan sangat pendek

(-3SD), (Sri Hepti Sanjaya, 2019).

Stunting yang terjadi pada anak akan menimbulkan dampak yang buruk kedepannya.
Prisca 2017 dalam penelitiannya menyebutkan stunting berdampak pada rendahnya

tingkat prestasi anak di sekolah dan tingkat konsentrasi belajar anak. 62 Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2017), juga memaparkan ada

dua dampak buruk yang terjadi pada anak stunting yaitu dampak jangka pendek dan

jangka panjang. Dampak 8 jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,

kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan

metabolisme dalam tubuh. Dampak jangka panjangnya adalah menurunnya kemampuan

kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan

resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan

pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Masa balita merupakan masa yang dimana proses pertumbuhan anak terjadi sangan cepat

dan membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih besar dari orang tua dan orang

yang berasa di sekitarnya. Selain itu pada masa ini juga anak membutuhkan zat gizi yang

seimbang agar gizi menjadi baik dan tidak terjadi perlambatan tumbuh pertumbuhan. Zat

gizi yang pada anak kurang dapat mengakibatkan anak mengalami gizi buruk, stunting dan

kurus. Dari data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (2017), lebih dari

1/3 atau 8.9 juta balita di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata (stunting).

Saat ini balita stunting merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia bahkan di

dunia. Dari data UNICEF et al., (2018), pada tahun 2017 jumlah 5 balita yang mengalami

stunting di dunia sekitar 150,8 juta. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masuk dalam

negara ketiga dengan prevalensi tertinggi setelah Timur Leste (50,2%) dan India (38,4%)

yang prevalensinya yaitu 36,4%. Prevalensi balita stunting di Indonesia pada tahun 2016

sekitar 27,5%, sedangkan pada tahun 2017 meningkat dengan jumlah 29,6% yang terbagi

menjadi pendek 9,8% dan sangat pendek 19,8% menurut pemantauan status gizi

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Jumlah ini masih diatas batas target yang telah

ditetapkan oleh WHO (20%).

2. Penyebab 8 Stunting

Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi
buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Namun karna banya faktor

diantaranya sebagai berikut.

7 1) Berat Badan Lahir

Berat badan lahir dikelompokkan menjadi tiga yaitu berat badan lahir rendah (BBLR)

(<2500 gram), berat badan lahir sedang (2500-3999 gram), dan berat badan lahir lebih

(BBLL) (≥4000 gram) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Anak dengan 5 berat badan

lahir rendah akan berdampak terhadap pertumbuhannya kedepannya terutama tinggi

badannya. Atikah rahayu (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak 4 dengan

berat badan lahir rendah memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting. Moges,

Feleke, Meseret, & Doyore (2015) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa anak saat

lahir berukuran kecil (berat badan lahir rendah) memiliki risiko lebih stunting dibandingkan

dengan yang lahir normal.

2) Jenis Kelamin

Penelitian yang dilakukan Birhanu, Mekonen, Abebaw, & Atenafu (2017) menunjukan bayi

berjenis kelamin laki-laki lebih berisiko stunting dibandingkan dengan yang berjenis

kelamin perempuan. Matsungo, Kruger, Faber, Rothman, & Smuts (2017) juga

mendapatkan temuan dalam penelitianya bahwa anak laki-laki 4 lebih berisiko

mengalami stunting. Namun belum ditemukan penyebab mengapa laki-laki lebih berisiko

mengalami stunting.

3) Urutan Lahir

Moges et al. (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak yang urutan lahirnya

lebuh berisiko dibandingkan yang berurutan lahir pertama. Dalam penelitian ini, peneliti

pun mengemukakan penyebab yang mungkin merupakan penyebab mengapa anak

dengan urutan lahir lebih dari satu kemungkinan mengalami stunting. Hal ini dikarenakan

anak yang lahir di urutan di atas satu tidak bisa bisa secara optimal untuk dipenuhinya gizi

balita dikarenakan terpecahnya perhatian ibu dengan anak yang lain.

4 Penelitian yang dilakukan oleh Woldie, Belachew, Hailu, Teshome, & Gutema (2015)

menemukan ada hubungan urutan kelahiran yang lebih tinggi terhadap stunting
dibandingkan urutan lahir yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini.

Namun, bila dilihat dari hasil analisis secara jelas dapat pula dilihat bahwa anak yang lahir

urutan pertama juga berisiko mengalami stunting.

4) Pemberian Makan

Pemberian makan bertujuan untuk tumbuk kembang manusia. Pemberian makan pada

balita biasanya dilakukan dengan memberi 4 air susu ibu (ASI) dan makanan

pendamping ASI (MPASI). Pemberian ASI yang tidak ekslusif pada anak akan membuat

anak berisiko lebih besar terkena stunting (Indrawati, 2016). Saputri & Viridula (2019)

dalam penelitiannya juga menemukan pemberian ASI yang tidak ekslusif dapat mendorong

terjadinya stunting.

Selain pemberian ASI stunting juga dapat dipengaruhi oleh pemberian MPASI pada anak

dengan usia >6 bulan. Noverian (2018) dalam penelitiannya menumukan adanya

hubungan pemberian MPASI 7 terhadap kejadian stunting pada anak. Teferi, Hassen,

Kebede, & Adugnaw (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa pemberian makanan

pendamping ASI pada anak kurang atau lebih dari 6 bulan lebih besar risikonya

mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang pemberian makanan pendamping

ASI 59 pada usia 6 bulan. Namun, selain memberi makanan pendamping di usia 6 bulan

harus pula di perhatikan jumlah dan kualitas gizi makanan yang diberikan. Pada masa

pertumbuhan seperti saat memasuki usia balita sangat dianjurkan banyak mengkomsumsi

makanan yang bersumber dari protein, disamping itu tetap membiasakan mengkonsumsi

buah dan sayur. Dalam memberi satu porsi makanan baiknya terdapat sayur dan buah,

protein nabati maupun hewani dan juga protein harus lebih banyak dari pada karbohidrat.

5) Riwayat Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh hygiene yang buruk yang dapat

menggangu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Jika prosrs penyerapan nutrisi

terganggu dan tidak diseimbangi dengan pemberian asupan yang cukup untuk proses

penyembuhannya, maka akan mengakibatkan stunting. Pacheco, Picauly, & Sinaga (2017)

dalam penelitiannya menemukan riwayat penyakit infeksi dapat meningkatkan 5 kejadian


stunting pada anak.

6) Riwayat Pemberian Imunisasi

Banyak anak yang di Indonesia yang imunisasinya belum lengkap. Ketidak lengkapan

imunisasi tersebut dimuat dalam Riskesdas 2018 (2018) yang menunjukan hanya 57,9

anak yang menerima imunisasi lengkap. Mazengia & Biks (2018) dalam penelitiannya

menemukan imunisasi yang kurang lengkap dapat meningkatkan 5 kejadian stunting

pada anak. Anak-anak yang kurang imunisasinya lebih mudah mengalami stunting.

7) Usia Ibu saat Melahirkan

Mesfin, Berhane, & Worku, (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa ibu yang lebih

mudah saat melahirkan lebih berisiko memiliki anak stunting dibandingkan dengan yang

ibu yang yang berusia lebih tua. Hal ini dikarenakan ibu yang lebih mudah masih belum

memiliki pengalaman dan mental yang kuat dalam mengasuh bayi.

8) Pendidikan Ibu

Mulenga, Gubo, & Matsalabi (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa pendidikan

ibu 7 merupakan salah satu faktor yang secara signifikan mempengaruhi kejadian

stunting pada anak. Ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami

perawatan anak dengan baik, terutama pada pemberian makan. Ibu dengan pendidikan

lebih tinggi cenderung memilih bahan makan yang berkualitas untuk mereka hidangkan.

Dalam penelitian Apriluana & Fikawati (2018) menemukan bahwa ibu dengan pendidikan

lebih rendah lebih berisiko

memiliki anak stunting dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.

9) Pekerjaan Ibu

Dalam keluarga peran ibu sangat penting terutama dalam mengurus mengasuh anak,

komsusmsi keluarga serta memperbaiki gizi keluarga terutama gizi anak dan bayi. Ibu

yang bekerja memiliki durasi lebih singkat dalam melakukan perannya sebagi ibu terutama

dalam pemberian asupan gizi bagi anaknya. Anak yang yang asupan gizinya kurang lebih

berisiko mengalami kelambatan dalam pertumbuhan. Mesfin, Berhane, & Worku (2015)

dalam penelitianya menemukan bahwa ibu yang bekerja berisiko 1,71 kali lebih besar
memiliki 5 anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan ibu keluarga. Hal sama

juga ditemukan oleh Cruz et al. (2017) yang menemukan bahwa ibu pekerjaan yang

bekerja lebih berisiko tinggi memiliki anak stunting

10) Jumlah Anggota Keluarga

Anggota keluarga adalah semua orang yang bertempat tinggal yang sama. Banyaknya

jumlah anggota dalam keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah anggota

keluarga yang banyak yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan keluarga

akan mengakibatkan komsumsi pangan yang tidak merata di dalam keluarga. Putri,

Sulastri, & Lestari (2015) dalam penelitianya menemukan bahwa banyaknya jumlah

anggota keluarga akan mempengaruhi status gizi..

Kondisi status gizi yang kurang pada keluarga teutama pada ibu hamil dan balita akan

menimbulkan banyak keburukan. Balita yang kekurangan gizi akan mengakibatkan

terjadinya malnutrisi dan dapat juga menyebabkan stunting. Cruz et al. (2017) dalam

penelitiannya menemukan ukuran kelurga signifikan berpengaruh pada kejadian stunting.

11) Status Ekonomi Keluarga

Mulenga et al. (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa pendapatan keluarga

merupakan 5 faktor yang mempengaruhi kejadian stunting di Zambia. Pendapatan

keluarga yang rendah akan mempengaruhi pemenuhan pangan. Pemenuhan pangan yang

kuran akan mempengaruhi pemenuhan gizi. Dari data penelitian Moges, Feleke, Meseret,

& Doyore (2015) menunjukan status pendapatan yang rendah mempengaruhi tingkat

kejadian stunting pada anak. 43 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ngaisyah (2015) yang menemukan stunting lebih banyak terjadi pada keluarga yang

berpenghasilan di bawa upah minimum ragional (UMK).

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stunting

Berdasarkan penelitian Muhammad Nugroho, et.al (2021)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia

sebagai berikut :

a. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yang dimaksud adalah sanitasi yang buruk meliputi akses air

bersih yang tidak memadai, penggunaan fasilitas jamban yang tidak sehat, pengelolaan

sampah yang buruk, sarana pengelolaan limbah cair yang tidak memadai 40 dan perilaku

higiene mencuci tangan yang buruk dapat berkontribusi terhadap peningkatan penyakit

infeksi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan linear serta dapat

meningkatkan angka kematian pada balita (Kwami, et al., 2019).

28 Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh pula untuk kesehatan ibu hamil

dan tumbuh kembang anak, karena anak dibawah lima tahun rentan terhadap berbagai

infeksi dan penyakit. 29 Infeksi tersebut, disebabkan oleh praktik sanitasi dan kebersihan

yang kurang baik, membuat gizi sulit diserap oleh tubuh. 27 Rendahnya sanitasi dan

kebersihan lingkungan pun memicu gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi

untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh terhadap infeksi (Niga &

Purnomo, 2016).

b. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir merupakan salah satu prediktor yang baik untuk pertumbuhan bayi dan

kelangsungan hidupnya. 2 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berat bayi lahir

rendah mempunyai risiko untuk menjadi gizi kurang 8-10 kali lebih besar dibandingkan

dengan bayi yang mempunyai berat lahir normal.

Berat lahir merupakan untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dampak jangka panjang

dan pengembangan psikososial dimasa kehidupannya dimasa depan. Berat lahir juga

indikator potensial untuk pertumbuhan bayi, respon terhadap rangsangan lingkungan dan

untuk bayi bertahan hidup yang

artinya berat badan lahir berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59

bulan.

c. Tingkat Pendapatan Keluarga

Status ekonomi rendah dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap kejadian

kurus dan pendek pada anak. Orang tua dengan pendapatan keluarga yang memadai

akan memiliki kemampuan untuk menyediakan semua kebutuhan primer dan sekunder
anak. Keluarga dengan status ekonomi yang baik juga memiliki akses pelayanan

kesehatan yang lebih baik, Anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah

cenderung mengkonsumsi makanan dalam segi kuantitas, kualitas, serta variasi yang

kurang. Status ekonomi yang tinggi membuat seseorang memilih dan membeli makanan

yang bergizi dan bervariasi.

d. Tingkat Asupan Energi

Masa awal anak-anak ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (growth spurt). 23

Mencukupi kebutuhan asupan energi yang adekuat merupakan hal yang sangat penting

bagi anak. Energi tersebut bersumber dari makronutrien seperti: karbohidrat, lemak, dan

protein. 2 Karbohidrat merupakan sumber energi yang secara kuantitas paling penting

bagi tubuh. Karbohidrat menyediakan energi untuk seluruh jaringan di dalam tubuh,

terutama di otak yang normalnya menggunakan glukosa sebagai sumber energi aktivitas

sel. Anak yang mendapatkan asupan energi yang cukup akan mengalami pertumbuhan

dan perkembangan yang sesuai dengan usianya, tetapi apabila

terjadi kekurangan asupan energi pada masa anak-anak maka akan berdampak kepada

status gizi anak tersebut.

Di Indonesia, asupan protein hewani pada anak rendah dan dapat berkontribusi pada

tingginya prevalensi stunting. Praktik pemberian makan anak merupakan satu-satunya

prediktor status stunting anak dan program intervensi untuk praktik pemberian makan anak

harus disediakan

e. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan wanita sebagai pengasuh utama dari anak, mempunyai pengaruh yang sangat

potensial terhadap kualitas pengasuhan dan perawatan anak. Wanita yang lebih

berpendidikan akan lebih baikdalam wawasan yang lebih luas dan keputusan yang tepat

dengan demikian ibu dapat menerpakan pola asuh terkait gizi dengan tepat dan mampu

menyediakan zat gizi yang dibutuhkan anak. untuk memperoleh pengetahuan serta

perilaku pengasuhan yang positif. Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat

dengan wawsan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan


konsumsi keluarga. Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi.

Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih sulit menerima informasi baru dan

mengubah tradisi atau kebiasaan makan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin mudah dia menyerap informasi yang diterima termasuk informasi gizi baik dan

sehat.

4. Dampak stunting

Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. 25 Gizi harus dipenuhi justru

sejak masih anak-anak, karena gizi selain

penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak (Saharuddin,

2017).

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting:

a. 8 Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

b. Jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan

kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan

resiko tinggi untuk munculnya penyakit di usia tua (Rahayu, et al., 2018).

5. Pertumbuhan dan Perkembangan

Maslow (1988) dalam Supartini (2002) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu

peningkatan ukuran tubuh yang dapat di ukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi

badan dan kilogram atau gram untuk berat badan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor

yang saling berkaitan yaitu genetik, lingkungan dan perilaku. Oleh karena itu setiap orang

berbeda pertumbuhan yang akan dialaminya.

Maslow (1988) dalam Supartini (2002) perkembangan sebagai peningkatan keterampilan

dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus menerus. Perkembangan

tidak bisa di ukur seperti pertumbukan. Namun bisa tercermi dari peningkatan kecerdasan

dan perilaku.

6. Penilaian Status Gizi

1) Pengukuran Antropometri
Antropometri adalah pengukuran pada tubuh untuk menentukan status gizi seseorang.

2) Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah kombinasi atau parameter antropometri dengan usia atau

dengan parameter yang lain. Indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai

status gizi pada periode pertumbuhan adalah kombinasi berat badan menurut usia (BB/U),

kombinasi tinggi atau 4 panjang badan menurut usia (TB/U atau PB/U), kombinasi berat

badan menurut tinggi atau panjang badan (BB/TB atau BB/PB), kombinasi indeks massa

tubuh (IMT) menurut usia (IMT/U).

7. Penanganan stunting

Penanganan stunting 8 dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak

sampai berusia 6 tahun. Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan bahwa

Gerakan 1000 HPK 53 terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

33 Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya

ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Sedangkan intervensi sensitif adalah

berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan (Kiik & Nuwa, 2020). Intervensi

Spesifik 54 ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan hal ini

dapat berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil

antara lain

a. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi

dan protein kronis.

b. Memberikan zat besi dan asam folat.

c. Mengatasi kekurangan iodium

d. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil,

e. Melindungi ibu hamil dari Malaria.

f. Kemudian, 10 intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0 - 6 Bulan.

1) Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum) Mendorong

pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak

Usia 7-23 bulan


2) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian

MP-ASI.

3) Suplementasi zink,

4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan,

5) Perlindungan terhadap malaria.

6) Memberikan imunisasi lengkap, Mencegah dan mengobati diare (Kiik & Nuwa, 2020).

B. Tijauan Umum Tentang Balita

1. 1 Pengertian Balita

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini

otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa

keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara

menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.

Menurut Soetjiningsih (2001), 3 balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5

bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x

pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB

kurang lebih 2kg/tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini

cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang

menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan.

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam

pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita,

karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan

intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya

(supartini, 2004)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah satu periode

usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu
sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60

bulan. 1 Pada masa ini semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak

yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa

pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan

interpretesi orang tua atau siapapun.

2. Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita

Pertumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan

pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak 6 tidak

terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya

terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa

saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur

hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan

dari sekitarnya.

Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi

kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari

tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaemana sebenarya

pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut. Sehingga kita dapat memahami

bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan

dan pertumbuhan bayi secara optimal.

3. 1 Perkembangan Fisik Pada Balita

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan

meningkatnya pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut ukuran berat dan tinggi maupun

kekuatannya, memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan

fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembanga fisik anak ditandai dengan

berkembangnya keterampilan motorik, baik yang kasar maupun halus.

3 Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009). Pada periode

ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk
bergerak.

4. 1 Perkembangan fisik pada balita antara lain:

1) Urutan Cephalocaudal dan proximodistal

Urutan Cephalocaudal ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan terbesar selalu

dimulai dari atas kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat

serta pertumbuhan organ tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas

kebawah(keleher, bahu batang tubuh tengah dan lain lain).

Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak

dari kaki dan tangan.

2) Tinggi dan berat

6 Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi

menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat

dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons perminggu selama bulan pertama pada bulan ke

empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika

hari pertama kelahiran.

3) Keterampilan Motorik kasar dan halus

Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti menggerakan

lengan danberjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan

menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan 1 jari meraih dan menggegan,

gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan koordinasi jari.

4) Otak

Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi,

tersenyum dan mengerutkan dahi maka perubahan-perubahan dalam otaknya sedang

berkembang. Sebenarnya sejak lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons)

yang akan dimiliki sepanjang hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya

keterkaitan sel-sel ini masih sangat lemah.

5) Kebutuhan gizi dan perilaku makan


Perbedaan-perbedan yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi, komposisi tubuh,

tingkat pertumbuhan dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang

sesungguhnya sulit dilakukan. Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu

mengkonsumsi 50 kalori per hari untuk setiap pon berat mereka.

6) Perkembangan Sensoris dan persepsi

Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi

menadakan kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit).

Persepsiialah interpretasi tentag apa yang diindrakan atau dirasakan.

7) Persepsi Visual

Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir

diperkirakan 20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar

10-30 kali lebih rendah dari penglihatan orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat

pada usia 6 bulan

8) Pendengaran

Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang

dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk

didengar oleh bayi. (Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi

yang baru lahir yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar

ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa

bulan terakhir kehamilan.

9) Sentuhan pada Bayi yang Baru Lahir

Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan

ke pipi ternyata menghasilkan gelengan kepala sedangkan sentuhan ke bibir

menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi

laki-laki kecil kira-kira hari ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan

intensif selama prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami

rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)

Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa
mereka mengalami stres. Selama bertahun-tahun, para dokter telah melakukan operasi

pada bayi-bayi yang lahir tanpa pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena

bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan bahwa bayi yang baru lahir tidak

merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi yang baru lahir dapat

merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada bayi yang baru lahir

tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.

10) Penciuman (Smell)

Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah

mereka. Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur

dan ikan busuk (Steiner, 1979).

11) Kecapan (Taste)

Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan

bertambah (Lipsitt, dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir

memperlihatkan suatu ekspresi senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka

mengerutkan lidah mereka setelah diberi larutan asam (Steiner, 1979).

12) Persepsi Menyeluruh

Percepsi menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan mengaitkan dan informasi

atas dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.

a) Perkembangan Kognitif Pada Balita

Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa.

Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk

menyesuaikan diri (adapt) dengan lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur

berpikir.

Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara

kualitatif sangat berbeda: sensoris-motorik, praoperasional dan operasional konkret, dan

operasional formal.

b) Tahap Perkembangan Sensoris- Motorik


Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia 2 tahun.

Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar pada

kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui

gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik – oleh karena itu, namanya sensorik-motorik

(Piaget, 1952)

Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah:

a. reflek sederhana,

b. kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer,

c. reaksi sirkuler sekunder,

d. koordinasi reaksi sirkuler;

e. reaksi sirkuler tersier, pencarian dan keingin tahuan;

f. internalisasi skema.

Reflek sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang

terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler

sekunder (secondary sircular reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang

berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada sub tahap ini, bayi semakin berorientasi atau

berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan dengan diri sendiri dalam

interaksi sensoris-motorik.

Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer reaction) ialah

subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan 12 bulan.

Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi

koordinasi skema dan kesengajaan.

Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan (tertiary

circular reaction, novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang

berkembang antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah

minatnya oleh berbagai hal yang ada

pada benda-benda itu dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda
itu.

Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap sensoris-motorik

keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada

subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi

suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan

kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah

melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran.

Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary circual

reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap ini, pada

subtahap ini bayi belajar mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu,

kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer.

Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan pada

usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang

pada mulanya terjadi secara kebetulan.

a. Ketetapan Benda

Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling penting

pada seorang bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap

ada dan berlansung walaupun benda-benda

dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh secara langsung.

b. Perkembangan Bahasa

Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan

adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite generativity)

ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak

pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang

menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.

Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik.

a. Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa.


b. Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkobinasian morfem;

morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan

suku kata yang kita ucapkan dan dengar.

c. Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj membentuk

ungkapan dan kalimat yang dapat diterima.

Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan bahasa antara lain:

a. Prastadium (tahun pertama)

Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara seperti yang kita dengar

keluar dari mulut seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung mengucapkan

pengulangan suara. Contoh sebagai penjelasan, ma-ma, mi-mi (saya mau minum).

b. Kalimat satu kata (12-18 bulan)

Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan, atau satu keinginan.

Seperti kata “mama” dimaksudkan untuk “mama, saya minta makan.”

c. Masa memberi nama (18-24 bulan)

Perkembangan bahasa ini, seakan-akan terhenti selama beberapa bulan kerena anak

memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan. Sambil berjalan kesana sini, dengan tak

henti-hentinya dia bertanya, “ini apa?, itu apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya

mengapa ada yang menyebut masa ini dengan masa “masa memberi nama” atau “masa

apa itu”.

d. Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)

Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna, anak telah menggunakan kalimat

tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk

dan warna.

e. Masa kalimat majemuk (>30 bulan)

Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak telah mulai menyatakan

pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sesekali ia menggunakan kata perangkai,

akhirnya timbullah anak kalimat. Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan.

Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita sangat dipengaruhi perilaku dan
lingkungan. Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari

berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara

khusus. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih

banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.

Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil :

1) Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa

pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara

pada bayi dengan frekuensi dan hubungan lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat

yang sederhana.

2) Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau yang

mirip

dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu pertanyaan.

3) Menggemakan(echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak kepada Anda,

khususnya kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.

4) Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam

bahasa yang secara linguistik “canggih“.

5) Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.

5. Perkembangan Psikososial Pada Balita

Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua

yaitu perkembngan psikologis dan emosional buah hatinya. Dengan peka terhadap setiap

tahap perkembangan si kecil dapa mempererat hubungan orangtua dan anak,selain

tentunya membantu anda mengetahui bagaimana cara menangani anak muda. Berikut

beberapa tahap dalam perkembangan psikologis dan emosional anak.

a) Usia 12-36 bulan

Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil merupakan

sebuahaktifitas yang tak hanya menyenangkan namun juga dapat mengembangkan

kemampuan membaca si kecil sejak dini. Kemampuan tersebut meliputi :

1. Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan bahwa sebuah buku
bisa baru akan bermakna setelah kita membukanya, dan membaca cerita didalamnya

2. Buku bisa menceritakan sebuah kisah.

3. Setiap cerita memiliki awal dan akhir

Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku, anda bisa mulai mengajarkannya untuk

menyukai aktifitas membaca buku, ditahap ini anda cukup mengajarkannya beberapa hal

seperti :

1) Membacakannya buku dengan suara yang jelas dan keras

2) Biarkan si kecil bermain-main dengan bukunya, sehingga ia familiar dengan buku

3) Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10 menit membaca

merupakan waktu yang lama

4) Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada dalam buku tersebut, untuk

memancing interaksi antara anak anda dengan buku yang sedang dibaca

5) Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda bacakan, biarkan ia melakukan

tersebut, karena itu pertanda si kecil ingin bereksplorasi dengan bukunya.

a. Usia 18-36 bulan

Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit berpisah dari anda, maka memasuki tahun

ke-2 si kecil mulai menyadari bahwa ia juga makhluk individual. Mereka akan mulai

melakukan sesuatu sendiri. Pada tahap ini berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1) Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk melakukan lebih banyak hal

sendiri, misalnya saat ia ingin mengembalikan mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin

makan sendiri, membuka sepatu sendiri dan sebagainya.

2) Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat anda membersihkan rumah,

anda bisa menberinya lap bersih dan sebagainya sehingga ia merasa telah turut serta

bersih-bersih bersama anda.

3) Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel misanya membuat

makananya berantakan saat mencoba makan sendiri,jika hal tersebut terjadi

bersabarlah,bimbinglah iya untuk berlatih kemandirianya dengan benar dan jangan buat
iya menyerah karna omelan anda.

4) Seringkali anda mengatakan “tidak”untuk melarang si kecil melakukan ini itu,jangan

kaget jika di usia ini si kecil akan balik mengatakan “tidak” untuk setiap anda minta.

Alangkah lebih baik jika sejak dini anda mulai memilih kata-kata yang tepat untuk

mengatakan “tidak” pada si kecil.

b. Usia 18-24 bulan

Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa mengucapkan satu dua patah kata

sederhana,bahkan anda akan merasa excidet karna ternyata si kecil sudah milai bisa anda

ajak mengobrol. Meski demikian anda harus bersabar karna meski sudah mengenal

beberapa kata,namun si kecil belum sepenuhnya mengerti maksud dari kata yang di

ucapkanya. Bimbinglah iya terus untuk mengembangkan kemampuan bicaranya dengan

cara :

1) Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak anda, karena hanya

akan membuat anak anda frustasi.

2) Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si kecil masih akan

menggunakan tangisan saat lelah, lapar, atau sakit

3) Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika ada anak lain yang lebih

tua di rumah anda.

4) Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada usia ini anak anda

sedang hobinya meniru apa yang di lihat dan di dengarnya.

c. Usia 24 bulan

Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan hubungan antara perasaan dan

perbuatanya terhadap orang lain. Hal tersebutlah yang menjadi dasar interaksi si kecil

dengan sesama yang nantinya membangun hubungan persahabatan. Sikap empati

tersebut perlu di kembangkan oleh si kecilsejak dini dengan cara :

1) Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan dan menghadapi

perasaan tersebut, jangan mencoba menutupi perasaaya atau melarangnya

mengungkapkan perasaanya. Dengan demikian anak anda belajar mengidentifikasi


beragam perasaan yang dirasakanya.

2) Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang marah, sedih atau

kecewa, namun pastikan juga anda tidak over acting menghadapi perasaan tersebut

sehingga membuat anda takut dan aneh dengan reaksi anda.

3) Selain berdasarkan penjelasan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa

perkembangan psikososial balita dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya.

Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan

kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan

rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk

berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara

yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang

harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan

pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa

percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini

timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar

tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis

dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapat

minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia

menggigit dot botol dan sebagainya.

b) Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan

lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan

kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari

ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan

kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak

menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa


Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri

dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau

mementingkan diri sendiri.

Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang

jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu

mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan

lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.

6. Perkembangan Emosi

Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh ledakan amarah, kekuatan yang

hebat atau iri hati yang tidak masuk

akal. Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya (dirinya)

berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri

yang menuntut pengakuan dari lingkungannya.

a. Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara lain :

b. Takut : perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap membahayakan.

c. Cemas : perasaan takut yang bersifat khayalan.

d. Marah : perasaan tidak senang atau benci.

e. Cemburu : perasaan tidak senang pada orang lain.

f. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan : masukkan yang positif, nyaman karena

terpenuhi keinginannya.

7. Perkembangan Kepribadian

Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu periode berlawanan atau masa krisis

pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya. Dia menyadari

bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain. Dengan kesadaran ini balita

menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu “akunya” dan “orang lain”.

Aspek-aspek perkembangan kepribadian balita meliputi :

1) Ketergantungan atas citra diri (dependensi vs self image).

Konsep balita tentang dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena keterampilan
bahasanya belum jelas dan pandangan terhadap orang lain masih egosentris. Mereka

memiliki system pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi belum dpat

menyatakannya.

2) Inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilt )

Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa mengalami suatu krisis perkembangan,

karena mereka menjadi kurang defenden dan mengalami konflik antara inisiatif dan rasa

bersalah. Kemampuan anak berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap

ini balita siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain guna

mencapai tujuannya.

8. Perkembangan Moral

Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang sikap motalitas terhadap kelompok

socialnya ( orang tua, saudara dan teman sebaya ). Melalui pengalaman berinteraksi

dengan temannya, anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik /

boleh / di terima / disetujui / buruk / tidak boleh.

Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau menanamkan disiplin oleh orang

tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasanya. Penanaman disiplin dengan di

sertai alasannya ini di harapkan akan mengembangkan self control atau self discipline

pada anak..

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena

mereka memiliki perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga

bisa dikatakan bahwa faktor dari pertumbuhan manusia itu sendiri

merupakan hal penting dalam perkembangan manusia . Faktor-faktornya adalah :

a) Faktor Genetik (Keturunan)

Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal

pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi
sampai dewasa. Biasanya factor genetic ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk

dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh factor-faktor genetic

manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.

b) Faktor Asupan

Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan pemberian

asupan seperti makanan,vitamin,buah-buahah,sayuran,dll secara teratur dalam proses

pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat

psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.

c) Faktor Lingkungan

Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor yang satu ini,

factor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan

karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka

dengan itu

lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila factor

gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan baik tetapi ia bergaul dan hidup

dilingkungan yang salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia yang tidak baik

pula.

Sedangkan faktor pertumbuhan organisme pada manusia, diantaranya yaitu:

1) Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin

terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri

virus dan lain-lain

2) Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang disebabkanoleh

tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.

3) Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian

dalam terluka, kepala terpukul atau mengalami serangan sinar matahari.

4) Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya.

Sebab lain ialah dibesarkan didalam institusional sehingga kurang mendapat perawatan
jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut kemungkinan besar mengalami

kehampaan jiwa, sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan fungsi jasmani dan

rohani terutama perkembangan inteligensi dan emosi.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab perkembangan

terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktor tersebut antara

lain :

a) Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)

Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam

hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua

kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak

masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua

melalui gen-gen.

Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang jumlahnya menjadi

48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi dua organism

sehingga jumlah kromoson pada sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua

organism baru tersebut terjadilah perjuangan dan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada

akhirnya hanya satu organism yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak,

tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak kembar.

b) Faktor lingkungan

Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan

merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organism yang diduga

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas:

1) Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir

sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah

2) Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh perkembangan individu.. Konsep lama tentang lingkungan


perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia,

karena manusia dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau dibentuk.

Sekarang dipahami bahwa manusia disamping dipengaruhi, juga mempengaruhi

lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan

antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi. Hampir sama

dengan pengertian diatas, J.P Chaplin (1979;175) mengemukakan bahwa lingkungan

merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi

organism individu”. Sementara itu, Joe Kathena mengemukakan bahwa lingkungan itu

merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial

budaya. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu

melalui alat inderanya. Berdasarkan ketiga pengertian diatas, bahwa yang dimaksud

dengan lingkungan perkembangan siswa adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa,

situasi, atau kondisi) fisik atau sosial

yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok

sebaya, dan masyarakat.

3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, Kematangan merupakan fase perubahan

yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahap.

4) Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa

menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Setiap

fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan

pengaruh timbal balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

Sehingga perkembangan merupakan produk dari pertumbuhan berkat pematangan fungsi-

fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha

belajar oleh subyek anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan

jasmaninya.

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN


A. Kerangka Konsep

7 Kejadian Stunting pada Balita merupakan pertumbuhan dan perkembangan Balita yang

kurang baik, sehingga perlu ditangani dalam pelayanan Keperawatan

Balita Merupakan anak yang berusia 6-26 bulan, balita rentang terhadap terjadinya

Stunting, sehingga perlu diberikan edukasi bagi orang tua dalam penanganan stunting

pada balita

Berdasarkan hal diatas, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis Penghubung

B. Varibel Penelitian

1. Klasifikasi Variabel Penelitian

a. Variabel Independen : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi : 4 Berat Badan Lahir,

Riwayat Penyakit Infeksi, Riwayat Pemberian Imunisasi

b. Variabel Dependen : Stunting

2. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir adalah berat badan yang diukur pada saat lahir.

Kriteria Objektif :

Lebih : Jika BBL >4000 gram

Sedang : Jika BBL 2500-3999 gram

Rendah : Jika BBL <2500 gram


b. Riwayat Penyakit Infeksi

Riwayat Penyakit Infeksi adalah infeksi yang dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang

balita.

Kriteria Objektif:

Menderita : Jika ada 7 riwayat penyakit infeksi dengan skor >4,5

Tidak Menderita : Jika tidak ada riwayat penyakit infeksi dengan skor <4,5

c. Riwayat Pemberian Imunisasi

Riwayat Pemberian Imunisai 45 adalah proses untuk membuat imun atau kebal terhadap

suatu penyakit

Kriteria Objektif :

Lengkap : Jika Imuniasasi Lengkap

Tidak Lengkap : Jika Tidak Imunisasi Lengkap

d. Stunting

Stunting merupakan pertumbuhan anak yang terganggu atau tidak bertumbuh dan

berkembang dengan baik serta menerima pola asuh yang salah sehingga tinggi badan

atau panjang badan anak tidak sesuai dengan kriteria yang seharusnya sehingga anak

dikatakan pendek.

Kriteria objektif :

Sangat Pendek : 4 < -3,0 SD

Pendek : -3,0 s/d < -2 SD

Normal : -2 SD s/d 2 SD

Tinggi : > 2 SD

Sumber: MENKES RI, 2010

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada 11 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita diDesa

Bontobiraeng Selatan, kecamatan Bontonompo, KAB Gowa.

Ho : Tidak ada Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita diDesa
Bontobiraeng Selatan, kecamatan Bontonompo, KAB Gowa.

46 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disususn sedemikian rupa sehingga

peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Agus Riyanto, 2011).

Desain penelitian 17 yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik melalui

pendekatan Cross Sectional study yang merupakan suatu penelitian yang semua

variabelnya baik dependen maupun independen diobservasi atau dikumpulkan sekaligus

dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010)

Pendekatan Cross Sectional Study 15 yang bertujuan untuk mengetahui Faktot-faktor

yang mempengaruhi Stunting didesa Bontobiraeng Selatan, Kec Bontonompo, Kab Gowa.

B. Populasi dan Sampel

1) Popuasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek yang akan di teliti dan memenuhi

karakteristik yang telah ditentukan (Agus Riyanto, 2011).

Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu balita didesa Bontobiraeng Selatan,

Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

2) Sampel

Sampel merupakan bagian dari 15 populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Agus Riyanto, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang balita didesa Bontobiraeng Selatan,

Bontonompo Kab. Gowa. Dengan teknik pengambilan sampel Nonprobaliti Sampling

(Accidental Sampling) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara kebetulan yaitu

siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel

(Sugiyono,2015:156).

Dalam penelitian ini untuk pengambilan sampel digunakan 7 kriteria inklusi dan eksklusi,

sampel berjumlah 30.


a) Kriteria inklusi

1) Ibu yang memiliki anak balita

37 2) Ibu Balita yang bersedia menjadi responden

3) Ibu Balita yang ada pada saat penelitian berlangsung

b) Kriteria Eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Ibu Balita yang tidak ada pada saat penelitian berlangsung

3) Ibu yang mempunyai anak >5 tahun

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Instrument Pengumpulan Data

Instrumen 5 yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian untuk variable

kejadian stunting pada baita. Lembar observasi di buat oleh peneliti berdasarkan tinjauan

teori.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a) Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan didesa Bontobiraeng Kab.Gowa

b) Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 01 Mei – 31 Mei 2022.

3. Prosedur Pengumpulan Data

a) Metode Pengumpulan Data

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil lembar penilaian

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari tempat instansi terkait 15 dengan

prosedur sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan permohonan izin dari institusi yaitu STIK FAMIKA MAKASSAR

kepada kepala BMKPD sehingga didapatkan surat pengantar ke desa Bontobiraeng

Kab.Gowa.

b. Setelah mendapat izin maka peneliti meminta data-data pasien responden dari

pemerintah desa yang bertanggung jawab terhadap kejadian stunting.


4. Pengolahan Data

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penilaian akan diolah melalui prosedur

pengolahan data secara manual dengan melakukan:

1) Editing

Pengecekan, pengkoreksian data untuk melengkapi data yang masih kurang atau kurang

lengkap.

2) Koding

Pengkodean lembar penilaian, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan

kode yang disediakan pada lembar penilaian sesuai dengan jawaban.

3) Tabulasi

Setelah pemberian kode, selanjutnya dengan pengolahan data kedalam tabel menurut

sifat yang dimilikinya.

4) Analisa Data

55 Data dianalisa melalui persentase dan perhitungan jumlah dengan cara sebagai

berikut:

a) Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari tiap-tiap variabel yang

diteliti.

b) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen dalam bentuk tabulasi silang atara kedua variabel tersebut.

Menggunakan uji statistic dengan Chi-Square tingkat kemaknaan (α) = 0, 05 (5%) dengan

menggunakan rumus Chi-Square, Yaitu:

Keterangan:

X2 = Chi-square

O = Nilai observasi

E = Nilai yang diharapkan


          = Jumlah data

Penilaian:

a. Apabila x2 hitung > dari x2 tabel, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Apabila x2 hitung ≤ dari x2 tabel, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya 5 tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

D. 34 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusi

dengan mengajukan permohonan izin kepada instasi atau lembaga tempat penelitian.

Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian ini dimulai dengan menekankan

masalah etika yang meliputi:.

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini berikan kepada responden yang akan diteliti 7 yang memenuhi

kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden

menolak, maka penelitian 56 tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak

responden.

2. Tanpa Nama (Anonymity )

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama, tetapi lembar

tersebut diberikan kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality )

47 Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pengantar

Penelitian ini dilaksanakan 41 di Desa Bontobiraeng Selatan, Kecamatan Bontonompo,

Kabupaten Gowa pada tanggal 2 Juni – 2 Juli 2022 dengan jumlah sampel 37 responden

yang ada di Desa Bontobiraeng Selatan. 7 Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk

variable Faktot-faktor yang mempengaruhi Stunting. Desain yang digunakan 15 dalam

penelitian ini adalah analitik melalui pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

untuk mengetahui Faktot-faktor yang mempengaruhi Stunting.

Teknik 4 sampling yang digunakan adalah Acidental sampling yaitu pengambilan sampel

kebetulan bertemu saat penelitian. Setelah dilakukan penelitian, data kemudian di olah

dengan menggunakan Computer Program SPSS Versi 22 dengan uji Statistik Regesi

Linier Berganda.

2. Gambaran Umum Lokasi Peneltian

Lokasi penelitian di Desa Bontobiraeng Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten

Gowa. Desa Bontobiraeng Selatan memiliki luas wilayah ± 3750 M² dengan batas-batas

wilayah :

Sebelah utara :Berbatas dengan Kecamatan Bajeng

Sebelah Timur :Berbatasan dengan Kecamatan Polombangkeng Utara

Sebelah Selatan :berbatasan dengan Desa Katangka

Sebelah Barat :Berbatasan dengan Kelurahan Tamallayang

Dan terdiri dari 4 Dusun :

Dusun Kalase’rena Selatan

Dusun Kalase’rena

Dusun Balaburu

Dusun Giring-Giring

3. Kararteristik Responden

a. Kelompok Usia Ibu

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh kelompok

Usia Ibu yang paling banyak adalah 26-30 Tahun dan > 40 Tahun masing-masing
sebanyak 12 (32.4%) responden, dan paling sedikit adalah kelompok Usia Ibu 35-40 tahun

sebanyak 3 (8.1%) responden. Hal 2 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Kelompok Usia Ibu di Desa Bontobiraeng

Selatan

Juni, 2022

Kelompok

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

20-25 TAHUN

10.8

26-30 TAHUN

12

32.4

31-35 TAHUN

16.2

35-40 TAHUN

8.1

> 40 TAHUN

12

32.4

Jumlah

37
100

Sumber : Data Primer 2022

b. Kelompok Usia Anak

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh kelompok

usia yang paling banyak adalah 4 tahun sebanyak 15 (40.5%) responden, dan paling

sedikit adalah kelompok usia 2 tahun sebanyak 6 (16.2%) responden. Hal tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Kelompok Umur di Desa Bontobiraeng

Selatan

Juni,2022

Kelompok

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

1 TAHUN

21.6

2 TAHUN

16.2

3 TAHUN

21.6

4 TAHUN

15

40.5
Jumlah

37

100

Sumber : Data Primer 2022

4. Karakteristik Variabel Yang Di Teliti

a. Analisa Univariat

1) Berat Bada Lahir

Hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 37 responden 4 diperoleh

Kejadian stunting pada Bayi yang Lebih sebanyak 2 (5.4%) bayi, Kejadian stunting pada

Bayi yang Sedang sebanyak 32 (86.5%) bayi, dan Kejadian stunting pada Bayi yang

Rendah sebanyak 3 (8.1%) bayi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kejadian stunting pada Bayi di Desa

Bontobiraeng Selatan

Juni, 2022

Kejadian stunting pada Bayi

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

Sedang

20.0

Lebih

32

80.0

Jumlah

37
100

Sumber : Data Primer

2) Riwayat Penyakit Infeksi

Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh 7

Riwayat Penyakit Infeksi dengan kategori Tidak Menderita sebanyak 25 (67.6%)

responden, dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan kategori Menderita sebanyak 12 (32.4%)

responden. 31 Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Riwayat penyakit infeksi pada bayi di di Desa

Bontobiraeng Selatan

Juni, 2022

Riwayat penyakit infeksi

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

Tidak Menderita

12

32.4

Menderita

25

67.6

Jumlah

37

100

Sumber : Data Primer


3) Riwayat Imunisasi

Hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Riwayat

Imunisasi dengan kategori Lengkap sebanyak 23 (62.2%) responden, dan Riwayat

Imunisasi dengan kategori Tidak lengkap sebanyak 14 (37.8%) responden. Hal ini 48

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Riwayat Imunisasi pada bayi di di Desa

Bontobiraeng Selatan

Juni, 2022

Riwayat penyakit infeksi

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

Lengkap

23

62.2

Tidak Lengkap

14

37.8

Jumlah

37

100

Sumber : Data Primer

4) Kejadian Stunting

Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh kejadian
stunting yang banyak dengan kategori normal sebanyak 24 (64.9%) responden, dan

kejadian stunting paling sedikit dengan kategori tinggi sebanyak 1 (2.7%) responden. 31

Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Riwayat penyakit infeksi pada bayi di di Desa

Bontobiraeng Selatan

Juni, 2022

Riwayat penyakit infeksi

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

Sangat Pendek

5.4

Pendek

10

27.0

Normal

24

64.9

Tinggi

2.7

Jumlah

37

100

Sumber : Data Primer


b. Analisa Bivariat

7 1) Berat Badan Lahir Bayi terhadap kejadian stunting

Hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Berat

Badan Lahir Bayi dengan kategori lebih terhadap Kejadian stunting yang kategori normal

sebanyak 2 (5.4%) responden. Sedangkan data lain menunjukkan 4 data Berat Badan

Lahir Bayi dengan kategori sedang terhadap Kejadian stunting yang sangat pendek

sebanyak 2 (5.4%) responden, Berat Badan Lahir Bayi dengan kategori sedang terhadap

Kejadian stunting yang pendek sebanyak 8 (21.6%) responden, dan Berat Badan Lahir

Bayi dengan kategori sedang terhadap Kejadian stunting yang normal sebanyak 22

(21.6%) responden. Selain itu, diperoleh Berat Badan Lahir Bayi dengan kategori rendah

terhadap Kejadian stunting yang pendek sebanyak 2 (5.4%) responden, dan Berat Badan

Lahir Bayi dengan kategori rendah terhadap Kejadian stunting yang tinggi sebanyak 1

(2.7%) responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7

Analisis pengaruh Riwayat penyakit infeksi 5 terhadap Kejadian stunting di Desa

Bontobiraeng Selatan.

Berat Badan Lahir

Kejadian stunting

Jumlah (n)

Nilai Sig

Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

17 F

F
%

Lebih

0.0

0.0

5.4

0.0

5.4

0.012

Sedang

5.4

21.6

22

59.5

0
00

32

86.5

Rendah

0.0

5.4

0.0

2.7

8.1

Jumlah (n)

5.4

10

27.0

24

64.9

2.7

37

100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss
versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.012) 39 <

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui berat badan lahir bayi terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

2) Riwayat 7 penyakit infeksi terhadap kejadian stunting

Hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Riwayat

penyakit infeksi dengan kategori Tidak Menderita pada Kejadian stunting yang sangat

pendek sebanyak 2 (5.4%) responden, Riwayat penyakit infeksi dengan kategori Tidak

Menderita terhadap Kejadian stunting yang pendek sebanyak 9 (24.3%) responden, dan

Riwayat penyakit infeksi dengan kategori Tidak Menderita terhadap Kejadian stunting yang

normal sebanyak 13 (35.1%) responden, serta Riwayat penyakit infeksi dengan kategori

Tidak Menderita terhadap Kejadian stunting yang tinggi sebanyak 1 (2.7%) responden.

Selain itu, diperoleh data Riwayat penyakit infeksi dengan kategori Menderita terhadap

Kejadian stunting yang pendek sebanyak 1 (2.7%) responden, dan Riwayat penyakit

infeksi dengan kategori Menderita terhadap Kejadian stunting yang Normal sebanyak 11

(29.7%) responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.8

Analisis pengaruh Riwayat penyakit infeksi 5 terhadap Kejadian stunting di Desa

Bontobiraeng Selatan.

Riwayat penyakit infeksi

Kejadian stunting

Jumlah (n)

Nilai Sig

Sangat Pendek

Pendek

Normal
Tinggi

17 F

Tidak Menderita

Menderita

5.4

0.0

24.3

2.7

13
11

35.1

29.7

2.7

0.0

12

25

32.4

67.6

0,037

Jumlah (n)

5.4

10

27.0

24

64.9

2.7

37

100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.127) 39 >

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui riwayat penyakit infeksi terhadap Kejadian stunting Di 36 Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

3) Riwayat imunisasi terhadap kejadian stunting

Hasil penelitian pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 37 responden diperoleh Riwayat

imunisasi dengan kategori lengkap pada Kejadian stunting yang sangat pendek sebanyak

1 (2.7%) responden, Riwayat imunisasi dengan kategori lengkap terhadap Kejadian

stunting yang pendek sebanyak 7 (18.9%) responden, dan Riwayat imunisasi dengan

kategori lengkap terhadap Kejadian stunting yang normal sebanyak 15 (40.5%) responden.

Sedangkan data lain menunjukkan Riwayat imunisasi dengan kategori tidak lengkap

terhadap Kejadian stunting yang sangat pendek sebanyak 1 (2.7%) responden, Riwayat

imunisasi dengan kategori tidak lengkap terhadap Kejadian stunting yang pendek

sebanyak 3 (8.1%) responden, Riwayat imunisasi dengan kategori tidak lengkap terhadap

Kejadian stunting yang normal sebanyak 9 (24.3%) responden, dan Riwayat imunisasi

dengan kategori tidak lengkap terhadap Kejadian stunting yang tinggi sebanyak 1 (2.7%)

responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.9

Analisis pengaruh Riwayat imunisasi terhadap Kejadian stunting di Desa Bontobiraeng

Selatan.

Riwayat penyakit infeksi

Kejadian stunting

Jumlah (n)
Nilai Sig

Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

17 F

Lengkap

2.7

18.9

15

40.5

0.0

23

62.2

0.566
Tidak Lengkap

2.7

8.1

24.3

2.7

14

37.8

Jumlah (n)

5.4

10

27.0

24

64.9

2.7

37

100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.566) 39 >

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel Independen terhadap variabel
Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui riwayat imunisasi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

B. Pembahasan

1. 4 Berat Badan Lahir Bayi terhadap kejadian stunting

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.012) <

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui berat badan lahir bayi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Menurut asumsi bahwa 7 kejadian

stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4 tahun secara signifikan berhubungan

dengan berat badan bayi saat lahir rendah atau anak saat lahir berukuran kecil memiliki

risiko lebih stunting dibandingkan dengan yang lahir normal.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Atikah rahayu (2015) dalam penelitiannya

menemukan 4 bahwa anak dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko 5,87 kali

untuk mengalami stunting.

Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Akombi (2017) yang

menyatakan bahwa balita yang lahir dengan berat lahir rendah lebih berhubungan secara

signifikan untuk menderita stunting. Penelitian lain juga menyatakan bayi yang lahir

dengan berat badan kurnag dari 2500 gram akan mengalami hambatan pada pertumbuhan

dan perkembangannya serta mungkin terjadi kemunduran fungsi intelektual dan lebih

rentan terkena infeksi dan hipotermi.

Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin (2012) dengan hasil penelitian yang menyatakan

bahwa Kejadian Stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, pengetahuan gizi ibu

balita, pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran, pemberian ASI yang tidak ekskusif. 60
Namun faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI.

Selain 7 ASI Eksklusif, berat badan lahir juga terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang balita balita, pada penelitian yang dilakukan oleh Anisa

(2012) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermaknsa antara berat lahir

dengan 5 Kejadian Stunting pada balita di Kelurahan Kalibiru.

2. Riwayat 7 penyakit infeksi terhadap kejadian stunting

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.127) >

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui riwayat penyakit infeksi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Menurut asumsi peneliti bahwa bayi

yang memiliki Riwayat penyakit infeksi tidak selamanya akan berdampak pada kejadian

stunting.

Namun beda pandangan oleh Pacheco, Picauly, & Sinaga (2017) dalam penelitiannya

menemukan riwayat penyakit infeksi dapat meningkatkan kejadian stunting pada anak.

3. Riwayat imunisasi terhadap 4 kejadian stunting

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.566) >

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui riwayat imunisasi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Menurut asumsi peneliti hal tersebut

bisa saja terjadi bahwa tidak adanya pengaruh Riwayat imunisasi terhadap kejadian

stunting, namun disebabkan faktor lain.

7 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anisa (2012) yang menyatakan bahwa
pemberian imunisasi tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadian stunting.

Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Rahmad (2013) yang

menyatakan bahwa kejadian stunting disebabkan oleh pemberian imunisasi yang tidak

lengkap. Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin 35 (2012) dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa Kejadian Stunting dipengaruhi oleh imunisasi lengkap, berat badan

saat lahir, pengetahuan gizi ibu balita, pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran,

pemberian ASI yang tidak ekskusif. Namun 4 faktor yang paling dominan adalah

pemberian ASI dan berat badan lahir bayi.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian 5 yang dilakukan pada tanggal 2 Juni – 2 Juli 2022 terkait

Faktor-Fakot Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa dapat disimpulkan bahwa :

1. 4 Berat Badan Lahir Bayi terhadap kejadian stunting

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.012) <

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui berat badan lahir bayi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

2. Riwayat 7 penyakit infeksi terhadap kejadian stunting

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.127) >
nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara 18 variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui riwayat penyakit infeksi terhadap Kejadian stunting Di 36 Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

3. Riwayat imunisasi terhadap 4 kejadian stunting

Berdasarkan hasil output analisis data yang peneliti lakukan menggunakan computer spss

versi 22 maka dapat diketahui hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai X2 Hitung (0.566) >

nilai X2 Tabel (0.5). artinya Ha ditolak dan Ho diterima, dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel Independen terhadap variabel

Dependen, setelah dilakukan pendekatan Cross-Sectional Study yang bertujuan

mengetahui riwayat imunisasi 5 terhadap Kejadian stunting Di Desa Bontobiraeng

Selatan, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.

B. Saran

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai faktor penyebab

stunting, yaitu ibu 4 dengan berat badan lahir rendah dari 2500 gram. Sehingga calon ibu

dapat benar-benar mempersiapkan kehamilanya dengan memperhatikan faktor risiko

tersebut, sedangkan bagi ibu dengan balita dapat menggalakan 11 pemberian ASI

Eksklusif dan lebih memperhatikan pemberian gizi bagi anak yang lahir dari ibu dengan

tinggi badan kurang dari 145cm.

2. Bagi Desa Bontobiraeng Selatan, Kec. Bontonompo

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah desa untuk

menggalakan pemberian asupan gizi, sehingga dapat menekan kejadian stunting, selain

itu para kader dapat memberikan edukasi kepada ibu dengan tingggi badan kurang dari

145cm untuk lebih memperhatikan asupan nutrisi selama kehamilan dan perkembangan

balita setelah lahir karena 7 merupakan faktor risiko terjadinya stunting. Untuk 4 ibu

yang memiliki anak dengan Riwayat berat badan lahir rendah dapat diberikan edukasi
untuk lebih memperhatikan asupan nutrisi anaknya guna menekan kejadian stunting.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Apabila memungkinkan dilakukan penelitian lebih lanjut, hendaknya menggunakan kohort

prospektif sehingga dapat diikuti sejak kelahiran balita mengenai 2 faktor-faktor apa saja

yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Access, Open. 2021. “Open Access.” 4(3):372–76.

26 Chastity, Canny Nur and, Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes (2017) Hubungan Asupan

Protein dengan Kejadian Penularan Covid-19 pada Bayi di Sukoharjo Jawa Tengah.

Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Doddy Izwardy, 2018. Peran Kementerian Kesehatan Dalam Pencegahan dan

Penanganan Penularan Covid-19 di Indonesia. Direktur Gizi Masyarakat. Kemenkes RI.

GAMBARAN 2 FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING TUBAN 1. 10, 156–162.

https://doi.org/10.14710/jkm.v10i2.32271

Hendra, Agus and Al Rahmad. 2019. “Pengaruh Penyuluhan 1000 Hari Pertama

Kehidupan ( HPK ) Pada Pasangan Usia Subur Di Perkotaan Dan Perdesaan.”

10(April):147–52.

Herlina, T., Rahayu, S., Suryani, R. L., Utami, T., Prodi, M., Program, K., Universitas, S.,

Bangsa, H., Prodi, D., Program, K., Universitas, S., Bangsa, H., Prodi, D., Program, K.,

Universitas, S., & Bangsa, H. (2021). 5 STUNTING PADA BALITA DI DESA

KEDAWUNG. 4(1), 10–17.

Ibrahim, I., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (2021). 24 Hubungan Sosial

Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Bone-Bone
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. 1(1), 16–26.

Ihsan, Firman Maulana, Mury Ririanty, and Ruli Bahyu Antika. 2019. “DOI:

Http://Dx.Doi.Org/10.33846/Sf11101 Efektivitas Media Promosi ‘Piring Makanku’ Sebagai

Upaya Preventif Penularan Covid-19 Pada Bayi Putri Firman Maulana Ihsan.”

10(10):329–37.

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2017). No Title. 7–28.

32 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018.

Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kemenkes RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Situasi Balita Pendek (Penularan

Covid-19) DI Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 5 Pusat Data

dan Informasi, Kemenkes RI.

No Title. (2019).

No Title. (2020). 5(10), 1190–1204.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta, Rineka

Cipta.

Oktavia, Luluk. 2020. “Penularan Covid-19 Pada Bayi Kawasan Buruh Industri Dan

Nelayan Di Kota Surabaya.” Biokultur 9(1):1.

Rahayu, Y. D., Yunariyah, B., Jannah, R., Keperawatan, M. D., Kesehatan, P., Kesehatan,

K., Keperawatan, D. D., Kesehatan, P., Kesehatan, K., & Asia, D. (2022). DOI:

10.14710/jkm.v10i2.32271

Ratnasari, Nita Yunianti. 2021. “Penyuluhan Pencegahan Risiko Penularan Covid-19 1000

Hari Pertama Kehidupan Pada Generasi Muda.” 3(2):116–25.

Reny, Noviasty, Mega Indriani, Fadillah Rahayu, and Firdaus. 2020. “Eduwhap Bayi Siap

Cegah Penularan Covid-19 Dalam Wadah Kumpul Sharing Bayi.” Jurnal Ilmiah

Pengabdian Kepada Masyaraka 4(2):494–501.

Review, Artikel. 2020. “Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Permasalahan Penularan

Covid-19 Dan Pencegahannya Pendahuluan.” 11(1):225–29.

Riyanto Agus, Budiman. 2013. Perilaku dan Perilaku dalam penelitian. Kapita Selekta
Kuesioner. Jakarta: Salemba Medika

Status, D. A. N., & Anak, G. (2019). Tugas akhir.

Sulistianingtias, Eva Laila and , Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes (2017) Hubungan antara

Asupan Zink dengan Kejadian Penularan Covid-19 pada Bayi di Sukoharjo Jawa Tengah.

Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Syam, S., Anggraeni, P. D., Arwan, A., Kesehatan, D. P., Masyarakat, F. K., & Tadulako,

U. (2022). Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Diwilayah Kerja

Puskesmas Baolan Kabupaten Tolitoli. 13, 174–187.

Tenayan, D. I., & Pekanbaru, R. (2020). J OURNAL N UTRITION.

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

No.

Jenis Kegiatan

Bulan / Minggu

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli
12 1

4
1

Mengenal Masalah


2

Pengajuan Judul


3

Mengumpulkan Referensi


4

Menyusun Proposal


5

Asistensi Proposal


6

Seminar Proposal


7

Revisi Proposal


Uji Validitas dan Reliablitas


Pelaksanaan Riset

49 √

10

Pengolahan Data dan Analisa Data


11

Menyusun Hasil Riset


12

Asistensi Hasil Riset (Skripsi)


13

Seminar Hasil Riset (Skripsi)


14

Revisi Hasil Riset (Skripsi)



Lampiran 2.

61 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk berpartisipasi sebagai responden

pada penelitian yang dilaksanakan oleh Mahasiswa STIK FAMIKA Makassar atas nama

Nama : Welminci Ranata Sabono

NIM : 120281816

Alamat : Jln. Kenanga

Judul Peneitian : ”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STUNTING DI DESA

BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA”

Saya menyadari bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini dan akan memberikan

informasi yang sebenar-benarnya yang dibutuhkan oleh peneliti, dan saya mengerti bahwa

penelitian ini tidak merugikan saya dan telah diberikan kesempatan oleh peneliti untuk

meminta penjelasan sehubungan dengan penelitian ini.

Saya mengerti bahwa hasil peneitian ini akan menjadi bahan masukan bagi pihak Desa

Bontobiraeng Selatan, sebagai upaya dalam menigkatkan penanganan angka kejadian

stunting.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka saya menyatakan bersedia menandatangani

lembar persetujuan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bonto Biraeng Selatan, 2022

Responden

(.............................)

Lampiran 3.

LEMBAR PENJELASAN RESPONDEN

Kepada Yth
Bpak/Ibu/Sudara(i)

Di –

Tempat

Dengan hormat,

Saya bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Welminci Ranata Sabono

Nim : 120281816

Alamat : Jln. Kenanga

Saya adalah mahasiswa program pendidikan S-1 Keperawatan/Ners STIK FAMIKA

Makassar yang akan mengadakan penelitian tentang ”FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI STUNTING DI DESA BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN

BONTONOMPO KABUPATEN GOWA”

saya sangat mengharapkan partitisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudar(I) dalam peneltian ini

demi kelancaran pelaksanaan penelitian, dan saya akan menjamin kerahasiaan dan

segala bentuk informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudar(I) berikan, dan apabila ada hal-

hal yang masih ingin ditanyakan, saya akan memberikan kesempatan yang sebesar-

besarnya untuk meminta penjelasan dari peneliti.

Demikian Penyampaian dari saya, atas perhatian dan kerja samanya 30 saya ucapkan

terima kasih.

Bonto Biraeng Selatan,...........2022

Peneliti

Ttd

Welminci Ranata Sabono

NIM. 120281816
Lampiran 4.

INSTRUMEN PENELITIAN

(LEMBAR KOISIONER)

FAKROR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI STUNTING DI DESA BONTOBIRAENG

SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

Nomor Responden : ………………………….

A. Pentujun 42 Pengisian

1. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan

2. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan sebelum anda menjawabnya

B. Data Responden

1. No. Responden :

2. Nama (Inisial) : :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin : :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

A. STUNTING

NO

NAMA BALITA

TINGGI BADAN
BERAT BADAN

KATEGORI

UMUR

12 1.

2.

3.

4.

5.
B. Berat Badan Lahir

NO

NAMA BALITA

BERAT BADAN LAHIR

UMUR

1.

2.

3.

4.

5.
6.

C. Riwayat Penyakit Infeksi

NO

PERTANYAAN

JAWABAN

YA

TIDAK

A.

INFEKSI SALURAN PENCERNAAN

1.

Apakah anak ibu pernah mengalami diare ?

2.

Apakah anak ibu sering sakit perut ?

3.

Apakah anak ibu sering merasa mual, dan muntah ?


4.

Apakah anak ibu perna menggigil ?

B.

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

1.

Apakah anak ibu perna mengalami flu ?

2.

Apakah anak ibu perna mengalami batuk dan pilek ?

3.

Apakah anak ibu perna mengalami sesak napas ?

4.

Apakah anak ibu sering mengalami demam ?

5.

Apakah anak ibu perna mengalami hidung tersumbat


D. Riwayat Pemberian Imunisasi

NO

PERTANYAAN

JAWABAN

YA

TIDAK

1.

Apakah anak ibu sudah imunisasi BCG

2.

Apakah anak ibu sudah imunisasi Campak

3.

Apakah anak ibu sudah imunisasi DPT-HB-HiB

4.

Apakah anak ibu sudah imunisasi Hepatitis B

5.

Apakah anak ibu sudah imunisasi Polio


i

iii
iii

iv

vi
vii

16 1

2
3

6
7

9
10

11

12

13
14

16

16
18

18

19

20
21

22

23
24

25

26

27
28

29

30
31

32

33

34
35

36

37
38

39

40

41
42

43

44
45

46

47

48
49
Sources
https://ilmukomputerlampung.blogspot.com/2017/09/makalah-tentang-balita.html
1 INTERNET
27%
https://www.researchgate.net/publication/350163239_Jurnal_Obsesi_Jurnal_Pendidikan_Anak_Usia_Dini_Faktor-
2 faktor_yang_Mempengaruhi_Kejadian_Stunting_pada_Anak_Usia_Dini_di_Indonesia
INTERNET
2%
https://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-balita.html
3 INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/305201669_Riwayat_Berat_Badan_Lahir_dengan_Kejadian_Stunting_pa
4 da_Anak_Usia_Bawah_Dua_Tahun
INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/357031168_Faktor_Yang_Mempengaruhi_Kejadian_Stunting_pada_Bal
5 ita_di_Desa_Bonto_Langkasa_Selatan_Kabupaten_Gowa
INTERNET
1%
https://www.ahdgozali.com/2015/05/perkembangan-pada-masa-bayi.html
6 INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/354373006_Faktor-
7 Faktor_yang_Mempengaruhi_Kejadian_Stunting_pada_Anak_Studi_Literatur
INTERNET
1%
https://www.merdeka.com/jatim/ciri-ciri-stunting-pada-anak-yang-patut-dikenali-ketahui-juga-penyebabnya-
8 kln.html
INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/363338936_Web_of_causation
9 INTERNET
1%
https://klopogodo.kec-gombong.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/152
10 INTERNET
<1%
http://skripsi.undana.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1609&keywords=
11 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/daftar-tabel-xiii-daftar-gambar-xiv-daftar-lampiran-v.html
12 INTERNET
<1%
https://www.kemkes.go.id/article/print/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html
13 INTERNET
<1%
https://akperyarsismd.e-journal.id/BNJ/article/download/44/35/
14 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/myj88o5q-gambaran-perkembangan-psikososial-anak-usia-3-6-tahun-
15 di-panti-sosial-asuhan-anak-balita-tunas-bangsa-cipayung.html
INTERNET
<1%
https://humas.gowakab.go.id/pemkab-gowa-siap-turunkan-prevalensi-stunting-sesuai-target-nasional/
16 INTERNET
<1%
https://www.researchgate.net/publication/346029254_PRAKTEK_PEMBERIAN_MAKANAN_PENDAMPING_ASI_DI
17 NI_DITINJAU_DARI_PERAN_NENEK
INTERNET
<1%
http://repository.unib.ac.id/8163/2/IV,V,LAMP,I-14-deo-FE.pdf
18 INTERNET
<1%
http://eprints.undip.ac.id/80670/1/Buku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pdf
19 INTERNET
<1%
http://repository.unhas.ac.id/2971/2/19_C12116524(FILEminimizer) ... ok 1-2.pdf
20 INTERNET
<1%
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/16406/1/NURJANNA_70200115040.pdf
21 INTERNET
<1%
http://repositori.unsil.ac.id/3664/5/BAB II.pdf
22 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2191/5/BAB IV.pdf
23 INTERNET
<1%
https://www.researchgate.net/publication/355106829_Hubungan_Sosial_Budaya_Dengan_Kejadian_Stunting_Pa
24 da_Balita_Usia_24-59_Bulan_Di_Desa_Bone-Bone_Kecamatan_Baraka_Kabupaten_Enrekang_Tahun_2020
INTERNET
<1%
https://www.poltekkes-malang.ac.id/index.php/sugeng/cetak/317
25 INTERNET
<1%
http://eprints.ums.ac.id/50263/
26 INTERNET
<1%
https://www.kajianpustaka.com/2019/08/pengertian-penyebab-dan-pencegahan-stunting.html
27 INTERNET
<1%
http://repository.um-surabaya.ac.id/5525/2/BAB_1.pdf
28 INTERNET
<1%
http://repository.um-surabaya.ac.id/5525/2/BAB_1.pdf#:~:text=Infeksi tersebut, disebabkan oleh praktik sanitasi
29 dan kebersihan,untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh terhadap infeksi.
INTERNET
<1%
https://www.gramedia.com/best-seller/contoh-kata-pengantar/
30 INTERNET
<1%
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/9131/BAB 4. INDIKATOR PEMBANGUNAN
31 KESEHATAN.78r4ugsfgwgvsg11aq-6.pdf
INTERNET
<1%
https://repository.upnvj.ac.id/1124/8/DAFTAR PUSTAKA.pdf
32 INTERNET
<1%
https://id.scribd.com/presentation/440441293/1000-HPK-ppt
33 INTERNET
<1%
http://eprints.undip.ac.id/43148/4/5._BAB_III_tesis_revisi.pdf
34 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6345/4/Chapter 2.pdf.pdf
35 INTERNET
<1%
https://profil.digitaldesa.id/bontobiraengselatan-gowakab/idm
36 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1403000027/8._BAB_3_.pdf
37 INTERNET
<1%
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1823/1/Ratnawati.pdf
38 INTERNET
<1%
https://www.statistikian.com/2013/01/uji-normalitas.html
39 INTERNET
<1%
https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/788/pdf
40 INTERNET
<1%
https://id.123dok.com/article/latar-belakang-produksi-hibrida-hibrida-bontobiraeng-selatan-kecama.qmj95e68
41 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17311185086/Lampiran3.pdf
42 INTERNET
<1%
https://lajusumsel.co.id/2091-baca-berita-menyingkap-tabir-tingginya-angka-stunting-di-masa-pandemi-
43 covid-19.html
INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/rz3o1l48z-manfaat-penelitian-1-manfaat-teoritis-manfaat-praktis.html
44 INTERNET
<1%
https://www.alodokter.com/imunisasi
45 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/62538/5/BAB IV.pdf
46 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/bab-iii-metode-penelitian-group-pre-test-post-test-desain-ta.html
47 INTERNET
<1%
https://123dok.com/article/distribusi-frekuensi-responden-berdasarkan.6qml3wy8
48 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/ky60jxo4y-tempat-penelitian-waktu-penelitian-pengajuan-judul-
seminar-proposal-uji-coba-analisa-uji-pelaksanaan-pengolahan-data-pengolahan-dan-analisa-penyusunan-
49 laporan-revisi-populasi-sampel.html
INTERNET
<1%
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/12019/2/G021171511_skripsi_30-11-2021 bab 1-2.pdf
50 INTERNET
<1%
http://digilib.unimed.ac.id/21349/2/2.NIM 1123351018 LEMBAR PENGESAHAN.pdf
51 INTERNET
<1%
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/04/contoh-kata-pengantar-tesis.html
52 INTERNET
<1%
https://stunting.go.id/
53 INTERNET
<1%
https://stunting.go.id/faq/bagaimanakah-intervensi-dalam-penanganan-stunting/
54 INTERNET
<1%
https://repository.unair.ac.id/94376/7/7. BAB 4 METODE PENELITIAN.pdf
55 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410004/8._BAB_3_.pdf
56 INTERNET
<1%
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggi_Ilmu_Keperawatan_Famika
57 INTERNET
<1%
https://www.litbang.kemkes.go.id/riskesdas-2018-proporsi-stunting-balita-menurun/
58 INTERNET
<1%
https://www.mooimom.id/mamapedia/perkembangan-bayi-6-bulan
59 INTERNET
<1%
http://repository.pkr.ac.id/1055/7/BAB II TINJAUAN TEORI.pdf
60 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/lembar-persetujuan-responden-saya-telah-mendapat-penjelasan-.html
61 INTERNET
<1%
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/2949/pemerintah-tajamkan-intervensi-penanggulangan-stunting
62 INTERNET
<1%

EXCLUDE CUSTOM MATCHES OFF

EXCLUDE QUOTES ON

EXCLUDE BIBLIOGRAPHY ON

Anda mungkin juga menyukai