Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

PENGARUH PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN


KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DI
POSYANDU BUNGABIRAENG DESA BONTOBIRAENG
SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO
KABUPATEN GOWA

OLEH :

DHEA ADELINE
NIM: 116321528

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2019

10
SKRIPSI

PENGARUH PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN


KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DI
POSYANDU BUNGABIRAENG DESA BONTOBIRAENG
SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO
KABUPATEN GOWA

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) FAMIKA Makassar

OLEH :

DHEA ADELINE
NIM: 116321528

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2019
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya

sendiri dan belum pernah dibuat dan dikumpulkan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

Pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Sungguminasa, 01 Juli 2019

Yang Menyatakan

DHEA ADELINE
NIM. 116321528
KATA PENGANTAR

Syalom……..

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha

Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Imunisasi Di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobirang, Kec.

Bontonompo, Kab. Gowa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulissangat menghargai saran dan

kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tuaku

(Piter Gunawan dan Mariana) serta kakak tersayang (Elda Meita)

yang senantiasa memberikan dorongan, bantuan serta doa selama

mengikuti pendidikan ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada :

1. DR. Oichida, selaku Ketua Yayasan Fani Mitra Karya Makassar.

2. Ibu DR. Ns. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., M.Kes., selaku Ketua

STIK Famika Makassar

3. Bapak Ns. Septi Hendy Telaumbanua, S.Kep., selaku Kepala

BAAK sekaligus Pembimbing I dan Ibu DR. Ns. Yudit Patiku,

S.Si., S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing II yang telah


meluangkan waktu, tenaga dan sumbangan fikiran dalam

memberikan arahan kepada penulis

4. Bapak Ns. Abdul Rahman, S.Kep., ,selaku penguji I dan Ibu Ns.

Wahyuni Wahab, S.Kep. selaku penguji II yang telah

meluangkan waktunya demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen staf STIK Famika Makassar yang telah

membagikan Ilmu serta memberikan kemudahan kepada peneliti

dalam menyelesaikan pendidikan selama ini.

6. Buat sahabatku Ka’ Ani, Ikki, Yani, Wanda, Mayang, Erni, Dewi,

ayu rini, risal dan anita.

7. Teman-temanku mahasiswa/mahasiswi Angkatan 2015 yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas bantuan materi

maupun non materi.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

atas bantuan moral maupun material dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya

saran, pendapat atau kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Kesehatan khususnya Ilmu

Keperawatan.

Syalom ........
Sungguminasa, 8 Juli 2019

DHEA ADELINE
NIM. 116321528
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iii

HALAMAN PENGESEHAN ................................................................................iv

MOTTO................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

ABSTRAK.......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................6
C. TUJUAN PENELITIAN.....................................................................7
E. MANFAAT PENELITIAN..................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM TENTANG IMUNISASI......................................9
B. TINJAUAN UMUM TENTANG KEPATUHAN.................................24
C. TINJAUAN UMUM TENTANG DUKUNGAN KELUARGA.............27
D. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN...........................32
BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP...................................................................38
B. DEFINISI OPERASIONAL.............................................................39
C. HIPOTESIS PENELITIAN..............................................................40

BAB IV METODE PENELITIAN


A. DESAIN PENELITIAN ...................................................................41
B. POPULASI DAN SAMPEL.............................................................41
C. PENGUMPULAN DATA ................................................................42
C. ETIKA PENELITIAN ......................................................................46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
B. PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
MOTTO

Ketika Kamu Ingin Berhenti, Berfikirlah


Tentang Mengapa Kamu Memulai.

By : DA
DAFTAR TABEL

Tabel Judul

Hal.

5.1 DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR


48
5.2 DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT KELOMPOK
PENDIDIKAN 49
5.3 DISTRIBUSI PENGETAHUAN RESPONDEN TERHADAP
KEPATUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP 50
5.4 DISTRIBUSI DUKUNGAN KELUARGA RESPONDEN
TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP 51
5.5 DISTRIBUSI KEPATUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
52
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penlitian

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Uji Frekuensi

Lampiran 7 : Uji validitas dan realibitas

Lampiran 8 : Hasil olah data program SPSS

Lampiran 9 : Surat pengantar izin penelitian dari institusi

Lampiran 10 : Surat izin penelitian dari Dinas Penanaman Modal

Lampiran 11 : Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran 12 : Dokumentasi
SEKOLAH TINGGI ILMU
KEPERAWATAN
(STIK) FAMIKA MAKASSAR
JULI, 2019

ABSTRAK

“Pengaruh Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan


Imunisasi Di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa”

OLEH : DHEA ADELINE, NIM. 116321528


Pembimbing : Ns. Septi Hendy Telaumbanua, S.Kep, & DR. Ns. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep.,M.Kes
(308 Words + xiii + 57 halaman + 5 tabel + 11 lampiran)

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pengetahuan dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa
Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi analitik
dengan jenis penelitian menggunakan cross-sectional study, yaitu pengukuran
variable bebas dan terkait hanya satu kali pada saat tertentu. Dengan
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data di peroleh dengan
menggunakan program computer SPSS versi 22. Dengan menggunakan uji regresi
linear berganda menggunakan Uji t.
Hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 08 Mei di peroleh
responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kepatuhan Imunisasi
sebanyak 22 (73,3%) responden, dan pengetahuan kurang tentang kepatuhan
imunisasi sebanyak 8 (26,7%) responden. Dan dukungan keluarga yang baik
tentang kepatuhan Imunisasi sebanyak 29 (96,7%) responden, dan dukungan
keluarga yang kurang baik tentang kepatuhan imunisasi sebanyak 1 (3,3%). Serta
kepatuhan imunisasi yang baik sebanyak 26 (86,7%) responden, dan kepatuhan
imunisasi yang kurang sebanyak 4 (13,3%).
Berdasarkan hasil penelitian responden Pengetahuan Ibu dan Dukungan
Keluarga terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap pada balita. Adapun hasil
analisis statistik dengan uji regresi dengan nilai 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 ini
berarti ada Pengaruh Pengetahuan ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa
Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Imunisasi

Kepustakaan : 13 (2009-2013)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi berasal dari kata “Imun” yang berarti kebal atau

resisten. Anak diimunisasikan berarti memberi kekebalan terhadap

suatu penyakit tertentu (Notoatmojo.S, 2011).Imunisasi adalah

pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan

memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah bagi seseorang (Satiatava R. P,

2012).

Menurut World Health Organization (WHO), program

imunisasi di Indonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka

kejadian penyakit dan angkia kematian akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Upaya imunisasi diselenggarakan di

Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi


diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam

rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit tuberculosis,

difteri, pertusis, campak, tetanus, serta hepatitis B. Imunisasi

dasar lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BSG, 3 dosis DPT, 4

dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak (Atikah, 2010).

World Health Organization (WHO) mencatat sebanyak 4,5

juta kematian dari 10,5 juta pertahun terjadi akibat pnyakit infeksi

yang bisa dicegah dengan imunisasi. Seperti pneumococcus

(28%), campak (21%), tetanus (18%), rota virus penyebab diare

(16%), dan hepatitis B (16%). Sementara itu data WHO ini

diperkirakan setidaknya 50% angka kematian di Indonesia bisa

dicegah dengan imunisasi setidaknya 50% angka kematian di

Indonesia bisa dicegah dengan Imunisasi dan Indonesia termasuk

sepuluh besar Negara dengan jumlah terbesar anak tidak

tervaksinisasi (WHO, 2010).

Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang

diwajibkan pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan,

imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah ditetapkan oleh

WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan

oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian

yang luar biasa atau penyakit akademik, atau untuk kepentingan


tertentu (berpergian) seperti jamaah haji seperti imuniasasi

meningitis (Hidayat, 2009).

Pemberian imunisasi dasar berguna untuk memberi

perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang

berbahaya.Dengan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal

pemberiannya, tubuh bayi diransang untuk memiliki kekebalan

tubuh sehingga tubuh mampu bertahan melawan serangan

penyakit berbahaya (Ertawati, Dkk. 2014).

Kesehatan bayi perlu mendapat perhatian karena golongan

ini sangat mudah terserang penyakit. Angka kematian balita di

Indonesia pada tahun 2004 terdapat 38 per 1000 kelahiran hidup

sedangkan data yang didapat Immunization Summary 2007

terlihat penurunan angka kematian balita untuk tahun 2005 yaitu

sebesar 36 kematian balita per 1000 kelahiran hidup (Profil

Kesehatan Indonesia, 2006).

Bayi-bayi di Indonesia yang diimunisasi setiap tahun sekitar

90% dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada

hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi,

ekonomi. Setiap tahun ada 10% bayi (sekitar 450.000 bayi) yang

belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2

juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila

terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi


dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut,

akan sakit berat, meninggal atau cacat (Soedjatmiko, 2009, 27).

Salah satu program pemerintah agar bayi dan anak terhindar

dari berbagai penyakit menular yaitu dengan memberikan

imunisasi lengkap pada anak-anak, dan Pemerintah juga

mewajibkan agar setiap anak mendapatkan imunisasi dasar. Hal

ini sesuai dengan paradigma sehat yang dilaksanakan melalui

beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit menular

dengan upaya pengebalan/imunisasi (Depkes, 2009).

Cakupan imunisasi diProvinsiSUL-SEL pada tahun 2011

yaitu, BCG (105,1 %), HB0 (86,7%), DPT/HB1 (105,1%),

DPT/HB3 (102,8%), Polio 4 (100,1 %), Campak (100,50 %) dan

imunisasi dasar lengkap (100,1 %) (data Kesehatan Indonesia,

2011). Jumlah bayi di Indonesia menurut Depkes RI (2011) adalah

sebanyak 4.462.562 bayi. Sedangkan berdasarkan data

Riskesdas 2010 persentase anak umur 12-23 bulan yang

mendapatkan imunisasi dasar di indonesia yaitu BCG (77,9%),

Polio (66,7%), DPT-HB (61,9%) dan campak (74,4%). Persentase

imunisasi lengkap di perkotaan lebih tinggi (59,1%) daripada di

perdesaan (48,3%) dan masih terdapat 17,7% anak 12-23 bulan di

perdesaan yang tidak mendapat imunisasi sama sekali

(Paridawati, 2012).
Berdasarkan hasil (Riset Kesehatan Dasar 2007 dalam

mardiana 2010) presentase anak usia 12-23 bulan yang

mendapatkan imunisasi dasar di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu

jenis imunisasi BCG: 88,8%, Polio 3: 72,3%, DPT 3: 68,8%, HB 3:

56,8%, dan campak: 83,5%. Adapun data mengenai anak umur

12-23 bulan yaitumenerima imunisasi secara lengkap, tidak

lengkap, dan tidak sama sekali di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu

Lengkap 43,4%, Tidak lengkap 42,4%, dan Tidak sama sekali

14,1% (Millah, 2013)

Pemberian Imunisasi sangat penting diperlukan demi

memberikan perlindungan, pencegahan, sekaligus membangun

kekebalan tubuh anak terhadap berbagai penyakit menular

maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan

tubuh, bahkan kematian. Pemberian imunisasi lengkap dan sesuai

jadwal bukan hanya bermanfaat untuk menghasilkan kekebalan

tubuh terhadap penyakit atau wabah(Fida dan maya, 2012).

Alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah

karena alasan informasi, motivasi dan situasi dan ekonomi.Alasan

informasi berupa kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan,

kelengkapan dan jadwal imunisasi. Alasan motivasi berupa

penundaan imunisas karena faktor kesibukani, kurangnya

kepercayaan tentang manfaat imunisasi dan adanya rumor yang

buruk tentang imunisasi. Alasan situasi dan ekonomi berupa


tempat pelayanan imunisasi yang terlalu jauh, ketidakhadiran

petugas imunisasi, kurangnya vaksin, orang tua yang terlalu sibuk,

anak yang sakit saat jadwal imunisasi, terlalu lama menunggu dan

biaya yang tidak terjangkau. Namun yang paling berpengaruh

adalah karena anak sakit, ketidaktahuan ibu akan pentingnya

imunisasi, untuk mendapatkan imunisasi berikutnya dan ketakutan

akan efek samping imunisasi.Data ini menunjukan bahwa

pengetahuan sangat berperan penting dalam pemberian imunisasi

pada bayi (Atikah putri, 2013)

Pelaksanaan imunisasi yang tidak efektif disebabkan adanya

faktor ketidaktahuan, ketidakmampuan dan ketidakmauan

keluarga dalam mengenali masalahnya termasuk persepsi mereka

terhadap kesehatan, penyebab dan pencegahan penyakit yang

berbeda oleh karena adanya perbedaan latar belakang,

pengalaman, sosial budaya, ekonomi, pendidikan antara petugas

kesehatan dan masyarakat (Solita Sarwono,2006).

Rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pengalaman

menjadi Ibu karena budaya menikah terlalu muda, dan

keterbatasan ekonomi, serta manfaat dan keuntungan pemberian

imunisasi yang tidak langsung dapat biasa dirasakan membuat

ibu-ibu kurang mengetahui manfaat pemberian imunisasi.

Pemberian imunisasi merupakan bentuk tanggung jawab keluarga

untuk melindungi anaknya dari serangan penyakit menular. Bayi


yang tidak mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit

penyakit, penyakit itu mungkin menyebabkan ia cacat seumur

hidup, bahkan dapat berakhir dengan kematian (Markum,2005).

Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kristina

wago tahun 2017 diperoleh pengetahuan baik dan kepatuhan baik

sebanyak (74,2%) responden, pengetahuan kurang dan

kepatuhan kurang sebanyak (12,4 %). Dari hasil penelitian Eva

Suprianti tahun 2015 diperoleh hasil penelitian didapatkan data

sebagai dari 86 responden 52 orang (60,47%) mempunyai

pengetahuan yang baik, 53 orang (61,63%) memiliki dukungan

keluarga yang baik dan ketepatan waktu pemberian imunisasi

campak sejumlah 52 orang (60,47%).

Berdasarkan pengambilan Data awal di Posyandu

Bungabiraeng, Desa Bontobiraeng, Kecamatan Bononompo,

Kabupaten Gowa pada tahun 2018 jumlah balita yang mendapat

imunisasi sebanyak 210 orang. Dan bayi yang mendapat

imunisasi dasar usia 0-12 bulan berjumlah 42 orang.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis

tertarik meneliti dengan judul “Pengaruh pengetahuan dan

dukungan keluarga terhadap kepatuhan imunisasi di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan

imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng

Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

2. Apakah dukungan keluarga pengaruh terhadap kepatuhan

imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng

Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Pengaruh pengetahuan dan dukungan

keluarga terhadap kepatuhan imunisasi di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur pengetahuan terhadap ibu tentang

imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng

Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

b. Untuk mengindetifikasi dukungan keluarga terhadap

kepatuhan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa
c. Untuk menilai kepatuhan imunisasi di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

d. Untuk menganalis pengetahuan dan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng

Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah wacana/informasi mengenai Pengaruh

pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng

Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

2. Bagi Responden

Sebagai informasi tentang pentingnya imunisasi pada anak

untuk mencegah berbagai penyakit.

3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya tim kesehatan

dalam pemberian imunisasi.

4. Bagi Penulis

Sebagai penambah wawasan dan untuk mendapat gelar

sarjana.
5. Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang

Pengaruh pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG IMUNISASI

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal

atau resisten. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan

tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu

ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang

sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang

(Lisnawati, 2011).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan

penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi),

atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita


lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola (Ranuh et.al,

2011).

3. Manfaat Imunisasi

Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat

imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan

oleh:

a. Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan

keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani masa

kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan

keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.

c. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

negara.

4. Dampak Imunisasi
Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara

individu, sosial dan keuntungan dalam menunjang sistem

kesehatan nasional. Secara individu, apabila anak telah

mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan terhindar dari

penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang

mendapat vaksinasi (dinilai dari cakupan imunisasi), makin

terlihat penurunan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian

(mortalitas) (Ranuh et.al, 2011).

5. Kontraindikasi Imunisasi

Menurut Proverawati dan Andhini, (2010) Kontraindikasi

imunisasi adalah :

a) Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat

merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin

berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 380

C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, Hepatitis B-1

dan Campak.

b) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan

tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain

sebaiknya diberikan.

c) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian

imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan


vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah

sehat.

6. Jenis Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar yang wajib diperoleh sebelum 12 bulan

adalah sebagai berikut :

a. BCG

1) Pengertian

Menurut Proverawati (2010), imunisasi BCG adalah

vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah

terjadinya penyakit Tuberculosis (TBC). Tuberculosis

disebabkan oleh sekelompok bacteria bernama

Mycobacterium tuberculosis complex

Menurut Marimbi (2010), imunisasi BCG adalah

imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan

aktif terhadap penyakit tuberculosis(TBC) yaitu penyakit

paru-paru yang sangat menular.

2) Usia Pemberian

Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak

berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena

keberhasilannya diragukan.vaksin disuntikkan secara

intracutan pada lengan atas, untuk bayi yang berumur

kurang dari satu tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan


untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun diberikan

sebanyak 0,1 ml (Proverawati, 2010).

3) Cara Pemberian dan Dosis

Vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan pada

lengan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan

penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan

intracutan agar dapat dilakukan dengan tepat harus

menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,

ukuran 26). Kerja sama antara ibu dengan petugas

imunisasi sangat diharapkan agar pemberian vaksin

berjalan dengan tepat (Proverawati, 2010).

Pemberian imunisasi atau dosis yang diberikan

untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan

sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1

tahun diberikan sebanyak 0,1 mL (Proverawati, 2010).

4) Efek samping

Reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi

dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan

demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,akan

timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang

berubah menjadi pustule,kemudian pecah menjadi luka.

Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan

sembuh dengan sendirinya secara spontan. Kadang


terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher.

Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak

menimbulkan demam (Proverawati, 2010).

5) Kontra indikasi

Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi

seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau

menahun seperti eksim, furunkolosis, dan sebagainya.

Serta Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau

anak yang sedang menderita TBC (Proverawati, 2010).

Selain itu menurut Maryunani (2012) imunisasi

BCG tidap dapat diberikan pada anak yang berpenyakit

TB atau menunjukkan uji mantoux positif atau pada anak

yang mempuntai penyakit kulit berat yang menahun.

b. DPT-Hb-HiB (Pentavalen)

1) Pengertian

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3

penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis, tetanus

(Proverawati, 2010).

a) Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri corynebacterium diphteriae.

b) Pertusis adalah penyakit batuk rejan atau dikenal

dengan batuk seratus hari adalah penyakit infeksi


saluran yang disebabkan oleh bakteri bordetella

pertusis (Marimbi, 2010).

c) Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuro

maskular akut berupa trismus (Maryunani, 2012).

Sedangkan imunisasi Hib (Haemophilius influenza

tipe b) merupakan suatu bakteri gram negative. Hib

terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul.

Tipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas dan

hanya menyebabkan infeksi ringan misalnya faringitis atau

otitis media. Tipe yang berkapsul merupakan yang paling

ganas dan salah satu penyebab yang paling sering dari

kesakitan dan kematian pada bayi dan anak kurang dari 5

tahun. Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi hib

adalah usia 4-8 bulan.

2) Waktu Pemberian

Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang

baru lahir Pemberian pentavalen merupakan bagian dari

imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi usia 2

bulan, 3bulan, dan 4 bulan.

Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan

dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV) dan

suplemen vitamin A.
Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin

lain, harus disuntikkan pada lokasi yang berlainan.

(DinKes Prov Jateng, 2013).

3) Cara pemberian dan Dosis

a) Dosis Imunisasi DPT-Hb-Hib

(1) Dosis pemberian 0,5 ml

(2) Disuntikkan secara intramuscular di anterolateral

paha atas pada bayi dan lengan kanan pada anak

usia 1,5 bulan

(3) Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90°

terhadap permukaan kulit (DinKes Prov Jateng,

2013).

b) Tidak dianjurkan pada:

(1) Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan

luka saraf siatik

(2) Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi

local. (DinKes Prov Jateng, 2013).

4) Efek samping

Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang

berat tidak berbeda secara bermakna dengan vaksin

DPT, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara terpisah.

Bebrapa reaksi local sementara seperti : bengkak, nyeri,

dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam


dapat timbul dalam jumlah besar kasus. Kadang- kadang

reaksi berat seperti demam tinggi, iritabilitas (rewel), dan

menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam

setelah pemberian. Episode hypotonic-hyporesponsive

pernah dilaporkan, kejang demam telah dilaporkan

dengan angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis

pemberian. Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8

jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam.

Studi yang dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk

United states Institute of Medicine, The Advisory

Commitee on imunization Practices, dan asosiasi dokter

spesialis anak di Australia, Kanada, inggris, dan Amerika,

menyimpulkan bahwa data tidak menunnjukkan adanya

hubungan kausal antara DPT dan disfungsi sistem syaraf

kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada bukti ilmiah

bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen

pada anak.

Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik,

dalam studi menggunakan plasebo sebagai kontrol,

selain nyeri local. dilaporkan kejadian seperti myalgia

dan demam ringan tidak sering dibandingkan dengan

kelompok plasebo. Laporan mengenai reaksi analfilaksis

berat sangat jarang. Data yang ada tidak menunjukkan


adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B

dan sindoma Gullian –Barre atau kerusakan demyelinasi

termasuk gangguan sklerosis multipel, dan juga tidak ada

data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal

antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma fatigue kronis,

artritis, kelainan aotomun, asma, sindroma kematian

mendadak pada bayi, atau diabetes.

Vaksin Hib ditoleransi dengan baik, reaksi lokal

dapat terjadi dalam 24 jam setelah vaksinasi dimana

penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi

penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan

sementara, pada umumnya akan sembuh dengan

sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak

memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistem

ringan termasuk demam, jarang terjadi setelah

penyuntikan vaksin Hib, reaksi berat lainnya jarang

hubungan kausalitas antara reaksi berat lainnya dan

vaksin belum pernah ditegakkan (DinKesProv Jateng,

2013).

5) Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau

reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi

sebelumnya atau bentuk – bentuk reaksi sejenis lainnya.


Kontraindikasi dosis pertama DPT adalah Kejang

atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau

kelainan saraf serius lainnya merupakan kontraindikasi

terhadap komponen pertutis. Dalam hal ini vaksin tidak

boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin

DT harus diberikan sebagai pengganti DPT, vaksin

Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah (DinKes

Prov Jateng, 2013).

c) Hepatitis B

1) Pengertian

Imunisasi hepatitis B diberikan untuk memberi

tubuh kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit

hepatitis B disebabkan oleh virus yang telah

mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal

selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus

hepatitis berisiko terkena kangker hati atau kerusakan

pada hati. Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan

tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah dan

air mani (Proverawati, 2010).

2) Cara pemberian dan Dosis

Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11

bulan melalui injeksi intramuskuler. Imunisasi hepatitis B

aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar


sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara

suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.

Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar

(Proverawati, 2010).

3) Efek samping

Reaksi local seperti rasa sakit,kemerahan dan

pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi

yang terjadi bersifat ringan dan biasanya akan hilang

setelah 2 hari (Proverawati, 2010).

4) Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama

halnya dengan vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh

diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai

kejang (Proverawati, 2010).

d) Polio

1) Pengertian

Merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah

penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat

dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam

vaksin polio, yaitu:

(a) Inactived Polio Vaccine (IPV = Vaksin, Salk),

mengandung virus polio yang telah dimatikan dan

diberikan melalui suntikan.


(b) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung

vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam

bentuk pil atau cairan.

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau

penyakit yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang

system pencernaan dan system syaraf. Polio

menyebabkan demam, muntah-muntah dan kekakuan otot

yang dapat menyerang saraf-saraf sehingga

mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit polio

dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan,

air dan tangan (Proverawati, 2010).

2) Cara pemberian dan Dosis

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali yaitu polio I, II,

III, IV dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.

Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah

imunisasi polio IV, kemudian pada saat meninggalkan SD

(12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin

sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL)

langsung kemulut anak atau dengan menggunakan

sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru

harus menggunakan penetes (dropper) yang baru

(Proverawati, 2010).

3) Efek samping
Pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek

samping (Proverawati, 2010).

4) Kontra indikasi

Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan

pada orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada

efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio

pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan,

misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan

dapat diberikan setelah sembuh (Proverawati, 2010).

e) Campak

1) Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak

pada anak lkarena penyakit ini sangat menular

(Maryunani, 2012).

2) Cara pemberian dan Dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu

kali,dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan,dengan dosis

0,5 cc. Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih

dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah

tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian

suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara

subcutan (Proverawati, 2010).

3) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan

dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari

setelah vaksinasi (Proverawati, 2010).

4) Kontra indikasi

Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan

pada orang yang mengalami immunodefisiensi atau

individu yang diduga menderita gangguan respon imun

karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010).

5) Jadwal pemberian imunisasi dasar

Jadwal pemberian imunisasi dasar yang baru adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib,Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib,Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib,Polio 4

9 bulan Campak

B. TINJAUAN UMUM TENTANG KEPATUHAN

1. Pengertian

Menurut Hasibuan (2003), menjelaskan bahwa kepatuhan

merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati


semua peraturan dan norma-norma social yang berlaku.

Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung

jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan

kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja,

dan terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus

berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik (Anonim,

2012).

2. Factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

1) Factor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu:

a) Keturunan

Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang

merupakan karunia tuhan yang maha esa. Pengaruh

factor keturunan bagi perilaku diperlukan pengembangan

pada masa pertumbuhannya.

b) Lingkungan

Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah

segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam

berperilaku. Lingkungan sebagai factor yang berpengaruh

bagi pengembangan sifat dan perilaku individu mulai

mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya. Manusia

tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh

lingkungan oleh karena itu lingkungan selalu tersedia

disekitar kita (Setiawan Andi, 2015).


2) Menurut Charpenito (2000) adapun factor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan diantaranya :

a) Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi tentang instruksi jika

dirinya salah paham tentang instruksi yang diberikan

padanya.

(1)Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut

merupakan pendidikan yang aktif diperoleh secara

mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu.

(2)Kesakitan dan pengobatan

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit

kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera

dirasakan atau resiko yang jelas), saran mengenai gaya

hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks,

pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak

pantas sering terabaikan.

(3)Keyakinan, sikap, dan kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dengan

orang yang gagal berbeda. Orang yang tidak patuh

adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,


sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki

kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan

social yang lebih memusatkan perhatian kepada dirinya

sendiri.

(4)Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi factor yang

dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan

nilai kesehatan individu serta menentukan program

pengobatan yang akan mereka terima.

(5)Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi mrupakan kemampuan finansial

untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi

ada kalanya seseorang yang sudah pensiun dan tidak

bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain

yang bisa digunakan untuk membiayai semua program

pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu

tingkat ekonomi menengah kebawah akan mengalami

ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik

tidak terjadi kepatuhan.

(6)Dukungan social

Dukungan social dalam bentuk dukungan

emosional dari anggota keluarga, teman, waktu, dan


uang merupakan factor penting dalam meningkatkan

kepatuhan (Setiawan Andi, 2015).

C. TINJAUAN UMUM TENTANG DUKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian

Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang

terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita yang sedikit

banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan

anak-anak (Ahmadi, 2007).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa

kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang

antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya

(BKKBN, 2007).

Faktor dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang

sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai serta

dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat

diterima mereka. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat

keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit

(Friedman, 2010).

2. Tipe Keluarga

Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi

oleh tipe keluarga. Pembagian tipe keluargatergantung pada


konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara

tradisional tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a) Keluarga inti (nuclear family)adalah keluarga yang terdiri

dariayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.

b) Keluarga besar (extended family)adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah

seperti kakek, nenek, paman dan bibi (Suprajitno, 2010).

Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia

adalah tipe keluarga tradisional.

a) Keluarga besar (extended family), yaitukeluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah,

misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.

b) Keluarga dyad, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

c) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri dari satu Orang Tua

dengan anak kandung atau anak angkat.

d) Keluarga usia lanjut, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut. (Achjar, 2010).

3. Bentuk Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara

emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi,

bantuan instrumental, emosi maupun penilaian yang diberikan oleh

anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun

saudara lainnya (Friedman, 2010).


Keluarga adalah sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta

sosial individu yang di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler

dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk

mencapai tujuan umum (Friedman, 2010)

Dukungan keluarga dibagi dalam empat bentuk yang terdiri

dari :

a) Dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan

memperhatikan dan memahami kondisi emosional orang yang

menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman

damai yang di tujukan dengan sikap tenang dan berbahagia.

Sumber dukungan ini paling sering dan umum adalah di peroleh

dari pasangan hidup atau anggota keluarga, teman dekat, dan

sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan harmonis.

b) Dukungan penilaian, yaitu perasaan subjek bahwa dirinya

diakui oleh lingkungan mampu berguna bagi orang lain dan di

hargai usaha-usahanya. Sumber dukungan ini dapat bersumber

dari keluarga, masyarakat atau instansi (lembaga) tempat

penderita pernah bekerja.

c) Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa

lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang

diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan


penderitanya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari

keluarga.

d) Dukungan informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan

memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang

harus diketahuinya. Dukungan informatif ini dapat diperoleh dari

dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya (Friedman,

2010).

4. Kegunaan Dukungan Keluarga

Terdapat enam kegunaan dukungan keluarga yaitu merasa

ada orang lain yang juga menderita sehingga dapat mengurangi

rasa isolasi, mempunyai pengalaman menolong orang lain dengan

memberikan informasi, nasehat sokongan emosional, dapat

memberikan harapan dengan melihat ada pasien yang menjadi

sembuh, dapat meniru semangat, optimis, kegigihan sesama

pasien melawan penyakit, dan dapat mengeluarkan segala

perasaan dan masalah dan merasa didengarkan (Lubis, 2009).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Beberapa faktor yang akan mempengaruhi dukungan

keluarga yaitu faktor internal (tahap perkembangan, pendidikan,

tingkat pengetahuan, faktor emosi, spiritual) dan faktor eksternal

(praktik di keluarga, faktor sosial ekonomi, latar belakang budaya)

(Lubis, 2009).

D. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN

1. Pengetahuan
a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan,

ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang

dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya.

Pengetahuan juga merupakan hasil dari tahu yang terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu dan pengetahuan hanya akan terwujud jika manusia

tersebut adalah bagian dari objek itu sendiri. Penginderaan

tersebut terjadi melalui panca indera manusia yang nantinya

akan berperan penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai memanggil (recall) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


Sehingga tahu merupakan tahap paling rendah dari

pengetahuan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menginterpretasikan secara benar suatu objek

tertentu. Orang yang memahami suatu objek dapat

menjelaskan, menyebutkan, dan menyimpulkan objek

yang telah dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

Setelah memahami suatu proses, juga harus dapat

membuat perencanaan untuk melaksanakan proses

tersebut.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan dan memisahkan suatu komponen,

kemudian mencari hubungan antar komponen terkait.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk

meletakkan atau merangkum satu hubungan yang logis

dari komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata


lain sintesis adalah menyusun formulasi baru dari

formulasi yang sudah ada sebelumnya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan

penilaian terhadap objek. Penilaian didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di

masyarakat.

Tingkat pengetahuan dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif

sebagai berikut:

1) Sikap

Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan

diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap

merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah

terkondisikan.

Sikap merupakan kesediaan untuk bereaksi

(disposition to react) secara positif (ravorably) atau

secara negatif (untavorably) terhadap obyek – obyek

tertentu. Ahli psikologi W.J Thomas yang dikutip oleh

Notoadmodjo memberikan batasan sikap sebagai

tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun

negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi.


Dalam teori Allport tahun 1954 yang dikutip oleh

Notoadmodjo, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai

4 komponen pokok yaitu kepercayaan, ide dan konsep

terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau

evaluasi terhadap suatu objek serta kecenderungan

untuk bertindak. Keempat komponen ini akan

membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap

ini, pengetahuan memegang peranan penting. Adapun

tingkatan sikap yaitu:

a) Menerima (receiving), diartikan bahwa subjek mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b) Menanggapi (responding), Memberikan jawaban

atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek

yang diberikan.

c) Menghargai (valuing), diartikan subjek memberikan

nilai positif terhadap objek atau stimulus seperti

membahas dengan orang lain, mengajak atau

menganjurkan orang lain merespon.

d) Bertanggung jawab (responsible), Bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko. Merupakan sikap yang paling

tinggi.
Tingkatan sikap dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala likert, yaitu untuk

pernyataan favourable bila menjawab:

a) Sangat setuju : nilai 5

b) Setuju : nilai 4

c) Ragu-ragu : nilai 3

d) Tidak setuju : nilai 2

e) Sangat tidak setuju : nilai 1

Sedangkan pernyataan unfavourable bila menjawab:

a) Sangat tidak setuju : nilai 5

b) Tidak setuju : nilai 4

c) Ragu-ragu : nilai 3

d) Tidak setuju : nilai 2

e) Setuju : nilai 1

2) Praktik

Praktik atau tindakan masyarakat yang tercermin

dalam bentuk partisipasi adalah ikut sertanya seluruh

anggota masyarakat dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut.

Praktik masyarakat di bidang kesehatan berarti

keikutsertaan anggota masyarakat dalam memecahkan

masalah kesehatan mereka sendiri. Tingkatan praktik

atau tindakan sebagai berikut:


a) Persepsi (perception), Mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

b) Respon terpimpin (guided response), Apabila subjek

telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung

tuntutan atau panduan.

c) Praktik secara mekanisme (mechanism), Apabila

subjek telah melakukan sesuatu secara otomatis

atau merupakan suatu kebiasaan.

Adopsi (adoption), Tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya yang dilakukan tidak

sekedar rutinitas tetapi sudah dimodifikasikan sehingga

lebih berkualitas tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.Agar praktik dapat berlangsung dengan baik,

diperlukan adanya elemen-elemen yaitu motivasi,

komunikasi, kooperatif dan mobilisasi yang tinggi.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Imunisasi adalah salah satu upaya untuk mendapatkan kekebalan

tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan kuman atau

produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan (Marimbi, 2010)

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmia tehadap penelitian

yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih

sesuai dengan identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus

didukung landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang

bersumber pada berbagai laporan ilmia, hasil penelitian jurnal

penelitian, dan lain-lain (Hidayat, 2014). Berdasarkan landasan teori

yang telah diuraikan, baik itu dari latar belakang dan tinjauan pustaka

maka kerangka konsep dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Pengetahuan
Kepatuhan Imunisasi

Dukungan
keluarga

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

41
42

: Penghubung antar variable

B. Definisi Operasional

1. Klasifikasi Variabel Peneitian

a. Variabel Independen : Pengetahuan dan Dukungan

Keluarga

b. Variabel Dependen : Kepatuhan Imunisasi

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dan criteria objektif:

a. Pengetahuan adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi yang

memiliki bayi di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobirang, Kec.

Bontonompo, Kab. Gowa

Kriteria Objektif:

Baik : jika responden menjawab dengan total skor > 6

Kurang : Jika Responden menjawab dengan total skor ≤ 6

b. Dukungan Keluarga adalah bentuk perhatian dari keluarga untuk

membawa anaknya ke posyandu imunisasi.

Kriteria Objektif:

Baik : jika responden menjawab dengan total skor > 3

Kurang : Jika Responden menjawab dengan total skor ≤ 3

c. Kepatuhan Imunisasi adalah lengkapnya imunisasi seorang bayi

mulai dia lahir.

Kriteria Objektif:

Patuh : jika responden menjawab dengan total skor > 2,5


43

Tidak patuh : Jika Responden menjawab dengan total skor ≤ 2,5

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang sesuai dengan sejumlah asumsi

dasar seba

gaimana yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan

hipotesis sebagai berikut.

3. Apakah Ada Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan

Imunisasi.

4. Apakah ada pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan

Imunisasi.
44

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi analitik

dengan jenis penelitian menggunakan cross-sectional study, yaitu pengukuran

variable bebas dan terkait hanya satu kali pada saat tertentu

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Ibu- ibu yang

memiliki anak balita yang melakukan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng

Desa Bontobirang Selatan, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa dengan jumlah

balita sebanyak 42 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita

yang melakukan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobirang,

Kec. Bontonompo, Kab. Gowa dengan proses pengambialan teknik

accidental sampling pemilihan dengan semua populasi dijadikan sampel

dengan criteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu-ibu yang hadir saat dilakukan penelitian

2) Ibu yang memiliki balita untuk imunisasi


45

3) Bersedia untuk menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu-ibu yang tidak hadir.

2) Menolak untuk dijadikan responden

C. Pengumpulan Data

1. Instrument penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk variabel

independen pengetahuan dan dukungan keluarga dependen imunisasi

peneliti menggunakan kuesioner dengan yang dibuat dan dimodifikasi oleh

peneliti sendiri mengacu pada teori dan konsep, kemudian masing-masing

responden diminta kesediaanya untuk berparstisipasi dalam penelitian ini

dengan cara mengisi lembar penelitian.

a. Bagian A

Berisikan karakteristik responden yang meliputi nama, umur ,jenis

kelamin, dan status pendidikan.Terdiri dari 6 pernyataan untuk variabel

independen (pengetahuan) menggunakan skala gutman dimana

terdapat dengan jumlah pertanyaan 6 item dengan nilai baik= 1 an nilai

kurang=0. Dengan kriteria pola pendidikan kesehatan dan dukungan

keluarga “baik” jika responden dengan total skor ≥6 dan “kurang” jika

responden menjawab dengan total skor < 6.

b. Bagian B

Berisikan karakteristik responden yang meliputi nama, umur ,jenis

kelamin, dan status pendidikan.Terdiri dari 6 pernyataan untuk variabel

dependen (Dukungan Keluarga) menggunakan skala gutman dimana


46

terdapat dengan jumlah pertanyaan 6 item dengan nilai baik= 1 nilai

kurang=0. Maka dikatakan “baik” jika responden dengan total skor ≥3

dan “kurang” jika responden menjawab dengan total skor < 3.

c. Bagian C

Berisikan karakteristik responden yang meliputi nama, umur ,jenis

kelamin, dan status pendidikan.Terdiri dari 11 pernyataan untuk

variabel dependen (Kepatuhan Imunisasi) menggunakan skala gutman

dimana terdapat dengan jumlah pertanyaan 5 item dengan nilai baik= 1

nilai kurang=0. Maka dikatakan “baik” jika responden dengan total skor

≥2,5 dan “kurang” jika responden menjawab dengan total skor < 2,5.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

1) Penelitian ini dilakukan di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobirang, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa.

b. Waktu penelitian

1) Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 di di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobirang, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa.

3. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Pengumpulan Data

1) Data primer, yaitu data yang di peroleh langsung dari responden

melalui kuesioner.

2) Data sekunder, data yang diambil dari dinas kesehatan yang

berkaitan dengan hal yang ingin di teliti.

b. Pengolahan Data
47

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian akan diolah

melalui prosedur pengolahan data dengan melakukan :

1) Editing

Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan

dalam bentuk data. Data tersebut dilakukan pengecekan dan

memeriksa kelengkapan data, dan memeriksa keseragaman data.

2) Koding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua data/ jawaban

disederhanakan dengan memberikan simbol untuk setiap jawaban.

3) Tabulasi

Data dikelompokkan ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat

yang dimiliki.

c. Analisa Data

1) Analisa Univariate

Analisa Univariate dilakukan terhadap setiap variabel yang

diteliti dari hasil penelitian yang kemudian mendapatkan hasil dari

penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobirang, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa.

2) Analisis bivariat

Di lakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas

secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat. Menggunakan


48

tingkat uji statistik regresi linear berganda dengan taraf

probabilitas = 0,05 dengan rumus sebagai berikut :

Y= α + b1X1+b2X2

Dimana :

Y = Variabel dependen (Kepatuhan Imunisasi)

α = konstanta

b1 = koefisien regresi (Pengetahuan)

b2 = koefisien regresi (Dukungan Keluarga)

X1 = variabel Pengetahuan

X2 = variabel Dukungan Keluarga

D. ETIKA PENELITIAN

Peneliti menjamin hak-hak informan dengan melakukan masalah etika

yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Sebelum melakukan wawancara, informan berhak menolak atau tidak

bersedia menjadi subjek penelitian. Dalam meminta persetujuan dari calon

informan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan topik, tujuan, teknis

pelaksanaan penelitian dan hak-hak informan.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama informan tetapi hanya

menggunakan nama inisial.

3. Kerahasiaan (Confidentially)
49

Kerahasiaan informasi informan dijamin oleh peneliti. Hanya

kelompok data tertentu akan dilaporkan sebagai hasil penelitia.


50

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN METODE

A. Hasil Penelitian

1. Pengantar.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobirang Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa pada

tanggal 8 Mei 2019. Dimana proses pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden.

Kuesioner dibagikan kepada responden yang memiliki anak balita yang

melakukan imunisasi di Posyandu Bungabiraeng.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang

diperoleh dengan cara Accidental sampling .Data yang diperoleh dari

hasil penelitia ini disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Program SPSS versi 22.0

dengan uji statistic Regresi Linear Berganda.

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Posyandu Bungabiraeng terletak di Desa Bontobirang Selatan

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dengan batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Berbatasan dengan posyandu Teratai

b. Sebelah timur : Berbatasan dengan Desa Romanglasa

c. Sebelah selatan : Berbatas dengan Dusun Kale Barembeng


51

d. Sebelah barat : Berbatas dengan Dusun Boromboddi

3. Karakteristik Responden

a. Distribusi Kelompok Umur

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Responden Di


Posyandu Bungabirang Desa Bontobirang Selatan
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentasi (%)

<27 11 36.7
28-34 8 26.7
35-41 9 30
>42 2 6.7
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer,2019

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan distribusi

frekuensi menurut kelompok umur yang memiliki kelompok umur

tertinggi adalah kelompok umur <27 yaitu sebanyak 11 (36,7 %)

responden, sedangkan kelompok umur terendah adalah kelompok

umur >42 yaitu sebanyak 2 dengan presentasi (6,7%) responden.

b. Distribusi Kelompok Pendidikan

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Kelompok Pendidikan Responden


52

Di Posyandu Bungabirang Desa Bontobirang Selatan


Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Pendidikan Frekuensi (f) Persentasi (%)

SD 6 20

SMP 7 23.3

SMA 17 56.7

Jumlah (n) 30 100

Sumber : Data Primer,2019

Dari hasil penelitian yan dilakukan menunjukkan distribusi

frekuensi menurut pendidikan kelompok SD sebanyak 6 orang dengan

persentasi (20%) responden, SMP sebanyak 7 orang dengan

persentasi (23,3%) responden, SMA sebanyak 17 orang dengan

persentasi (56,7%).

4. Data Khusus

a. Analisa Univariat

1) Pengetahuan tentang Kepatuhan Imunisasi

Tabel 5.3
53

Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Kepatuhan


Imunisasi Dasar Lengkap Di Posyandu Bungabirang
Desa Bontobirang Selatan Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa

Pengetahuan Frekuensi (f) Persentasi (%)

BAIK 25 83,3
KURANG 5 16,7
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer,2019

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

distribusi pengetahuan yang baik tentang kepatuhan Imunisasi

sebanyak 25 (83.3%) responden, dan pengetahuan kurang

tentang kepatuhan imunisasi sebanyak 5 (16.7%) responden.

Hal trsebut dapat dilihat pada table 5.3.

2) Dukungan Keluarga tentang Kepatuhan Imunisasi

Tabel 5.4

Distribusi Dukungan Keluarga Responden terhadap


Kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap Di Posyandu
Bungabirang Desa Bontobirang Selatan Kecamatan
Bontonompo
Kabupaten Gowa

Dukungan Frekuensi (f) Persentasi (%)


54

Keluarga

BAIK 29 96,7
KURANG 1 3,3
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan distribusi

dukungan keluarga yang baik tentang kepatuhan Imunisasi

sebanyak 29 (96,7%) responden, dan dukungan keluarga yang

kurang baik tentang kepatuhan imunisasi sebanyak 1 (3,3%)

responden. Hal trsebut dapat dilihat pada table 5.4.

3) Kepatuhan Imunisasi

Tabel 5.5

Distribusi Kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap Di


Posyandu Bungabirang Desa Bontobirang Selatan
Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa

Kepatuhan
Frekuensi (f) Persentasi (%)
Imunisasi

BAIK 28 93.3
55

KURANG 2 6.7
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer, 2019

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan distribusi

kepatuhan imunisasi yang baik sebanyak 28 (93.3%)

responden, dan kepatuhan imunisasi yang kurang sebanyak 2

(6.7%) responden. Hal trsebut dapat dilihat pada table 5.5

b. Analisa Bivariat

1) Pengaruh Pengetahuan ibu terhadap Kepatuhan Imunisasi

darar lengkap pada balita

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.005 .667 3.004 .006

PENGETAHUAN .231 .066 .548 3.469 .002


56

a. Dependent Variable: KEPATUHAN IMUNISASI


Pengujian hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya Pengaruh Pengetahuan ibu

terhadap Kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Di

Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa. Pengujian hipotesis

menggunakan analisis bivariate dengan SPSS 22 (uji regresi)

dengan taraf probabilitas = 0,05. Apabila nilai signifikansi α ≤

0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan tabel uji

regresi terlihat Sig. Sebesar 0,002 < probabilitas 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan

Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.350 .742 1.820 .079

DUKUNGAN KELUARGA .584 .146 .603 3.996 .000

a. Dependent Variable: KEPATUHAN IMUNISASI


2) Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Imunisasi dasar lengkap pada balita


57

Pengujian hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya Pengaruh Dukungan Keluarga

terhadap Kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Di

Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa. Pengujian hipotesis

menggunakan analisis bivariate dengan SPSS 22 (uji regresi)

dengan taraf probabilitas = 0,05. Apabila nilai signifikansi α ≤

0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan tabel uji

regresi terlihat Sig. Sebesar 0,000 < probabilitas 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan

Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

3) Pengaruh Pengetahuan ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap

Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap pada balita di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20.567 2 10.283 14.769 .000b

Residual 18.800 27 .696

Total 39.367 29

a. Dependent Variable: KEPATUHAN IMUNISASI


b. Predictors: (Constant), DUKUNGAN KELUARGA, PENGETAHUAN
58

Berdasarkan tabel uji regresi terlihat nilai sig. Sebesar

0,000. Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa Ha diterima. Artinya ada Pengaruh Pengetahuan ibu dan

Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar

lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa.

B. Hasil Penelitian

Berdasararkan penelitian dai 30 responden diperoleh pengetahuan ibu

dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan imunisasi berpengaruh secara

positif. Menurut asumsi peneliti semakin baik pengetahuan ibu terhadap

kepatuhan iminusisa maka anak juga akan terhindar dari berbagai penyakit.

Dan semakin baik dukungan keluarga terhadap kebiasaan seorang ibu

membawa anaknya ke posyandu maka kepatuhan imunisasi dasar lengkap

akan terpenuhi. Hal ini dapat dijelasakan dalam pembahasan dibawah ini.

1. Pengaruh Pengetahuan ibu terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar

lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil penelitian responden Pengetahuan Ibu terhadap

Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap. Adapun hasil analisis statistik


59

dengan uji regresi dengan nilai 0,002 < probabilitas 0,05. Ini berarti ada

Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar

lengkap.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Ana Wigunantiningsih, 2010) tentang pengaruh tingkat pengetahuan

ibu terhadap status imunisasi dasar lengkap pada bayi menemukan

ada hubungan signifikansi antara pengetahuan dengan status

imunisasi dasar pada bayi usia 0-11 bulan. Notoatmodjo, (2010)

menjelaskan tentang Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap

suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar

tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau

berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011). Dengan demikian jika

anak lengkap imunisasinya makan anak juga akan terhindar dari

penyakit yang berbahaya.

2. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Imunisasi

dasar lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa


60

Berdasarkan hasil penelitian responden dukungan keluarga

terhadap kepatuhan imunisai. Adapun hasil analisis statistik dengan uji

regresi dengan nilai 0,000 < probabilitas 0,05, ini berarti ada pengaruh

dukunga keluarga terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap.

Karena dukungan yang baik itu tidak lain diperoleh dari pengetahuan

yang baik pula. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh suparyanto(2011) bahwa pengaruh keluarga

terhadap pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan

orang yang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap

keluarga terhadap imunisasi kurang begitu merespon maka imunisasi

tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena tidak adanya dukungan dari

keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas menurut

analisis penelitian pada dasarnya keaktifan ibu dalam program

imunisasi tidak lepas dari pengaruh dukungan keluarga karena salah

satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang adalah

pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam hal ini diantaranya

adalah keluarga. Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi

tentang dunia, mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran

atau umpan balik.

3. Pengaruh Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga terhadap

Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap pada balita di Posyandu


61

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

Berdasarkan hasil penelitian responden Pengetahuan Ibu dan

Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap pada

balita. Adapun hasil analisis statistik dengan uji regresi dengan nilai

0,000 yang lebih kecil dari 0,05 ini berarti ada Pengaruh Pengetahuan

ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar

lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobiraeng

Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap

suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar

tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya

bagi seseorang (Lisnawati, 2011). Dari penjelasan diata maka peneliti

menarik kesimpulan bahwa, jika pengetahuan ibu baik dan dukungan

dari keluarga juga baik terhadap imunisasi maka anak akan

mendapatkan imunisasi dasar lengkap guna untuk mencegah suatu

penyakit dan memberikan kekebalan tubuh pada anak.


62

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari 30 sampel di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa yang telah dijelaskan dalam analisa data yang terdapat

dalam BAB sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang signifikan Pengetahaun ibu terhadap Kepatuhan

Imunisasi dasar lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

2. Ada pengaruh yang signifikan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

imunisasi dasar lengkap pada balita di Posyandu Bungabiraeng Desa

Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

3. Ada pengaruh yang signifikan Pengetahaun ibu dan Dukungan Keluarga

terhadap Kepatuhan Imunisasi dasar lengkap pada balita di Posyandu

Bungabiraeng Desa Bontobiraeng Selatan Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa.

B. Saran
63

1. Meningkatkan Pemberian Penyuluhan tentang imunisasi dasar kepada

ibu-ibu yang datang ke posyandu.

2. Meningkatan pendekatan kepada keluarga untuk memperhatian

anaknya yang akan dibawa ke posyandu.


64

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Edisi


Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, L., & Hayati, T. (2007). Jurnal Kedokteran dan Kesehatan . 3(1). 39-
53

Soedjatmiko. (2009). Kejadian Imunisasi Dasar pada Balita.


http://www.idai.or.id/imunisasi/ artikel.asp?q=2010113104241 diperoleh
pada tanggal 18 Agustus 2011.

World Health Organization, 2010, Laboratory Manual For The Examination


And Processing Of Human Semen - 5th Ed. Geneva, Switzerland.

Proferawati, 2010. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Pendidikan Orang


Tua Terhadap Status Imunisasi Pada Anak. Nani Hasanuddin.

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Maryunani.2012. Ilmu Kesehatan Anak dalam kebidanan. Jakarta:


Trans Info Media.

DinKes Prov Jateng. 2013. Petunjuk taknis Intruksi Imunisasi DPT-HB-


Hib (Pentavalen )Pada Bayi dan Pelaksanaan imunisasi lanjutan
pada anak balita.Jakarta:
65

Depkes RI. 2009. Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi Di


UPK Swasta.Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pedomam imunisasi di indonesia. Jakarta

Atikah, Eryati Darwin, dkk. (2010) ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu


Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Kelurahan
Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang
Tahun 2013”. FK Universitas Andalas (2013).

Suprajitno. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik.

Jakarta : EGC.

Lubis. 2009. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik.


Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
66

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

PENGARUH PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP


KEPATUHAN IMUNISASI DI POSYANDU BUNGABIRAENG DESA
BONTOBIRAENG SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO
KABUPATEN GOWA

A. Petunjuk Pengisian

1. Isilah terlebih dahulu diodata anda pada tempat yang telah di sediakan.

2. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan sebelum anda

menjawabnya.

3. Berilah tanda chek list ( √ ) pada jawaban yang menurut Anda sesuai.

4. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti, anda dapat bertanya

langsung pada peneliti.

5. Mohon kuensioner ini dikembalikan pada kami setelah di isi.

B. Identitas responden

Tanggal :

No Responden :

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis kelamin :
67

C. Kuesioner

I. PENGETAHUAN

1. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi?

a. Suatu upaya memberikan/meningkatkan kekebalan seseorang

terhadap suatu penyakit

b. Suatu upaya dalam pengobatan terhadap suatu penyakit

c. Suatu upaya dalam meningkatkan gizi anak

2. Apakah tujuan dari imunisasi ?

a. Untuk menyembuhkan penyakit

b. Untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

c. Sebagai penambah nafsu makan anak

3. Imunisasi dasar lengkap seharusnya diberikan pada bayi tidak lebih

dari?

a. 1 tahun

b. 2 tahun

c. 3 tahun

4. Jenis imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi adalah?

a. Hepatitis B, BCG, DPT, Polio dan Campak

b. BCG, polio dan Campak

c. Hepatitis B dan Polio

5. Apa dampak yang diakibatkan jika bayi tidak diimunisasi secara

lengkap?

a. Bayi dapat terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


68

b. Bayi menjadi tidak rewel

c. Tidak ada dampaknya

6. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyakit polio atau lumpuh kaki adalah?

a. Imunisasi BCG

b. Imunisasi Polio

c. Membawa bayi untuk berobat ke dukun

7. Apakah efek samping pemberian imunisasi pada bayi?

a. Bayi bisa menjadi cacat

b. Bayi bisa meninggal

c. Bayi akan demam

8. Pemberian imunisasi dasar lengkap sebaiknya diberikan sejak usia?

a. 6 bulan

b. Segera setelah lahir

c. 1 bulan

9. Apakah tujuan pemberian imunisasi BCG?

a. Untuk mencegah penyakit TBC

b. Untuk mencegah penyakit polio atau lumpuh kaki

c. Untuk mencegah penyakit campak


69

10. Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah

penyakit?

a. Polio

b. Campak

c. Kecacingan

11. Apakah tujuan pemberian imunisasi DPT?

a. Untuk mencegah penyakit TBC

b. Untuk mencegah penyakit difteri, pertusis/batuk rejan dan tetanus

c. Untuk mencegah penyakit hepatitis B

12. Penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan memberikan

imunisasi?

a. Imunisasi BCG

b. Imunisasi polio

c. Imunisasi hepatitis B
70

II. DUKUNGAN KELUARGA

NO. Pertanyaan YA TIDAK

1. Apakah anggota keluarga menemani ibu

saat ibu membutuhkan teman untuk

membawa bayi dalam pemberian

imunisasi dasar lengkap.

2. Apakah anggota keluarga selalu

mengingatkan jadwal pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi ibu

3. Apakah anggota keluarga anda

mendukung imunisasi anak anda

4. Apakah anggota keluarga anda

memotivasi anda untuk mengimunisasi

anak anda secara lengkap

5. Apakah anda anggota keluarga anda

memperhatikan imunisasi

6. Apakah anggota keluarga selalu

mengingatkan anda untuk

mengimunisasi anak anda.


71

III.KEPATUHAN IMUNISASI

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda ccheklist ( √ ) pada

kotak Ya dan Tidak. Sesuai jawaban anda!

NO Pertanyaan YA TIDAK

1. Sudah melakukan imunisasi BCG sebelum

bayi umur 2 bulan

2. Sudah melakukan imunisasi DPT pada bayi

berumur 2-4 bulan

3. Sudah melakukan imunisai hepatitis B pada

bayi berumur 0-11 bulan sebnayak 3 kali

4. Sudah melakukan imunisasi polio pada

bayi berumur 1-4 bulan

5. Sudah melakukan imunisasi campak pada

bayi umur 9-11 bulan


72

Anda mungkin juga menyukai