Anda di halaman 1dari 62

Hari/Tanggal :

Pukul :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN


SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENERAPAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN
PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR
TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :

NAMA : YANESTIN INGGAMER


NIM : 10011981621216

PROGRAM STUDI (S1) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Ini Dengan Judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
Rumah Tangga dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada
Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Tahun
2020 Tahun 2020” Telah Disetujui Untuk Diseminarkan Pada Tanggal 13
November 2020.

Indralaya 2020
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Imelda G. Purba, S.KM.,M.Kes


NIP. 197502042014092003

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Ini Dengan Judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
Rumah Tangga dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada
Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Tahun
2020”

Indralaya………………….2021
Pembimbing :
1. Imelda G Purba, S.KM.,M.Kes ( )
NIP.

Penguji :
1. ( )

2. ( )

iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini dibuat dengan sejujur jujurnya
dengan mengikuti kaidah Etika Akedemik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya serta menjamin bebas plagiarisme. Bila kemudian diketahui
saya melanggar Etika Akademik saya bersedia dinyatakan tidak lulus/gagal.

Indralaya, 2020
Yang bersangkutan

Yanestin Inggamer
NIM. 10011981621216

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus
yang yang bertahta dalam kerajaan surga, oleh karena anugerahNya yang
melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga dengan Penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga di
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2020”. Proposal skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skirpsi ini masih jauh
dari kata sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menulis, Oleh karena itu segala kritik dan saran yang mengarahkan pada
penyempurnaan sangat diharapkan dan juga dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Selama proses penyusunan proposal skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan, bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan kali dengan kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu ada dalam setiap hidup dengan segala
pertolongan dan bimbinganNya sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal skirpsi ini.
2. Keluarga yang selalu mendoakan, memberi dukungan baik secara moral
maupun materi dan kasih sayang tidak pernah berhenti sehingga saya
dapat menyelesaikan proposal skripsi tepat pada waktunya.
3. Ibu Dr. Misnaniarti, S.K.M.,M.KM selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
4. Ibu Imelda Gernauli Purba, S.KM.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah membantu, memberikan arahan, masukan serta bimbingan kepada
saya.

v
5. Pemerintah yang telah memberikan beasiswa Afirmasi Pendididkan Tinggi
kepada saya untuk berkuliah di Universitas Sriwijaya.
6. Komunitas Mahasiswa Papua Sriwijaya untuk kebersamaan selama ini
baik suka maupun duka di tanah rantau Sumatera.
7. Gereja Protestan Injil Nusantara (GPIN) yang selalu mendoakan yang
terbaik bagi jemaatnya dalam studi.
8. Teman-teman seperjuangan skripsi FKM Unsri angkatan 2016 untuk
semangat, doa dan dukungannya.
9. Sahabat yang juga memberikan motivasi serta doa bagi saya dalam
pengerjaan proposal skripsi.
Akhir kata, penulis mendoakan kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa
melimpahkan kasih karuniaNya yang berlipat ganda untuk segala kebaikan
yang diberikan dari semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi. Semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat.

Indralaya, Agustus 2020

Yanestin Inggamer

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN LUAR........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii
LEMBAR BEBAS PLAGIARISME..........................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................6
1.4.1 Bagi Masyarakat di Kecamatan Pemulutan..........................6
1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan...........................................................6
1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat...................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................6
1.4.1 Lingkup Lokasi.....................................................................6
1.5.2 Lingkup Waktu......................................................................7
1.5.2 Lingkup Materi......................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perilaku..............................................................................8
2.1.1 Pembentukan Perilaku...........................................................8
2.1.2 Klasifikasi Perilaku...............................................................9
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku.......................9
2.1.4 Determinan Perilaku............................................................10
2.2 Sehat..............................................................................................16
2.3 Konsep Dasar Teori Perilaku........................................................17
2.3.1 Pengertian PHBS Tatanan Rumah Tangga.........................18
2.3.2 Manfaat PHBS Tananan Rumah Tangga ...........................20

vii
2.3.3 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga............................21
2.4 Penelitian Terkait..........................................................................27
2.5 Kerangka Teori .............................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep..........................................................................30
3.2 Hipotesis........................................................................................31
3.3 Definisi Operasional Penelitian.....................................................31
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian...........................................................................34
4.2 Poulasi dan Sampel Penelitian......................................................34
4.1.1 Populasi Penelitian..............................................................34
4.1.2 Sampel Penelitian................................................................34
4.3 Jenis, Alat, dan Cara Pengumpulan...............................................36
4.3.1 Jenis Pengumpulan Data.....................................................36
4.3.2 Cara Pengumpulan Data......................................................36
4.3.3 Alat Pengumpulan Data......................................................37
4.4 Pengolahan Data............................................................................37
4.5 Analisis Data.................................................................................38
4.6 Validitas dan Reliabilitas Data......................................................39
4.5.1 Validitas Data......................................................................39
4.5.2 Reliabilitas Data..................................................................39
4.7 Penyajian Data...............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi sehat yang dikemukakan oleh World Health Organization
merupakan kondisi yang baik dimana secara fisik, mental, dan social terhindar
dari suatu penyakit (Health Ogranization World, 2011) . Adapun kesehatan
diartikan sebagai suatu hidup yang produktif jika sosial dan ekonominya dalam
keadaan yang sejahtera dilihat dari badan, jiwa dan sosialnya menurut UU No. 36
tahun 2009 (Departemen, 2009). Pada tahun 2010 Indonesia menerapkan
kebijakan terkait Indonesia sehat dengan tiga pilar utama yang terdiri dari
lingkungan dan perilaku yang sehat, serta pelayanan kesehatan bermutu yang
tidak memihak pada kelompok tertentu saja melainkan adil dan merata. Upaya
dalam mendukung kebijakan tentang peningkatan perilaku sehat ditetapkan dalam
Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No
1193/MENKES/SK/X/2004 (Kepmenkes RI, 2004).
Kondisi sehat akan tercapai jika perilaku dan kebiasaan yang sering
dilakukan tidak sehat dapat diubah menjadi lebih sehat, baik perilaku dan
lingkungan rumah tangga. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
suatu komponen yang sangat penting untuk pembangunan derajat kesehatan.yaitu
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena digunakan untuk meningkatkan
derajat kesehatan seseorang. Hidup sehat yang dilakukan oleh individu berawal
dari kesadaran, kemampuan, dan kemauan untuk peningkatan status gizi, pola
hidup sehat, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan agar dapat tercapainya derajat
kesehatan yang maksimal (Mubarak, 2012). Status kesehatan yang ada pada diri
individu berkaitan erat dengan tindakan yang dilakukan, jika perilaku tentang
kesehatannya baik dapat disimpulkan bahwa status kesehatan juga akan lebih baik
teori (Bloom, 1974).
Kualitas pengetahuan individu atau masyarakat adalah faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan untuk itu lebih di tingkatkan lagi pengetahuan
yang dimilki sehingga dikemudian hari derajat kesehatan mengalami peningkatan
ke arah yang lebih baik. Lingkungan yang tidak sehat, perilaku manusia yang

1
salah misalnya membuang sampah sembarangan merupakan salah satu dampak
yang berakibat pada lingkungan sehingga muncul berbagai macam penyakit, maka
dari itu perlu peningkatan kesadaran individu atau masyarakat akan perilakunya
supaya dapat menjaga lingkungan tetap sehat. Upaya yang dilakukan menuju
perilaku sehat yaitu dengan salah satu program yang di kenal dengan program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dilakukan secara menyuruh dan
terkordinasi.
Pengetahuan yang rendah memiliki kaitanya dengan permasalahan perilaku
kesehatan dalam menentukan sikap dan perilaku. Masalah PHBS dalam keluarga
antara lain akan mudah terjangkit penyakit misalnya diare, disentri, cacingan,
sakit gigi, penyakit kulit, dan mengalami gizi buruk pada balita. Maka itu PHBS
sejak dini harus diterapkan didalam keluarga agar menciptakan keluarga yang
sehat, hal ini berkaitan dengan PHBS dirumah tangga . Untuk itu strategi
pembinaan rumah tangga sehat ber-PHBS memberikan suatu solusi untuk
mencapai Indonesia sehat (Kemenkes RI, 2010).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan seseorang dalam
keadaan sadar yang diperoleh dari hasil pembelajaran untuk menolong pribadinya
sendiri maupun orang lain terutama dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2013).
Perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga merupakan bentuk
perwujudan dari Paragdima Sehat dalam budaya hidup perorangan, individu, dan
masyarakat agar lebih hidup sehat dengan tujuan dapat meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik dari segi fisik, mental dan sosial.
PHBS juga dapat dijadikan sebagai indikator akan keberhasilan suatu daerah
tertentu dilihat dari derajat kesehatannya. Jika suatu daerah PHBSnya cukup baik
maka masalah kesehatan dan wabah penyakit yang ditimbulkan akan semakin
kecil.
Terdapat beberapa pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat yang
termasuk dalam pembinaan PHBS antara lain tingkatan rumah tangga, sekolah,
tempat keja, institusi kesehatan dan tempat-tempat umum. PHBS pada tingkatan
rumag tangga terdiri dari 10 indikator yang digunakan sebagai alat akur untuk
menilai permasalahan kesehatan yang terjadi di tatanan rumah tangga, adapun 10
indikator tersebut terdiri dari : 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; 2)

2
Memberi bayi ASI ekslusif; 3) Menimbang bayi dan balita; 4) Menggunakan Air
besih; 5) Mencuci tangan dengan air besih dan sabun; 6) Menggunakan jamban
sehat; 7) Memberantas jentik nyamuk; 8) Makan buah dan sayur; 9) Melakukan
aktifitas fisik setiap hari; 10) Tidak merokok di dalam rumah.
Data terakhir yang di peroleh dari World Health Organization (WHO, 2011)
setiap tahunya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang terutama pada
anak-anak meninggal dunia akibat terbagai macam penyakit yang di sebabkan
oleh air minum yang tidak aman untuk dikomsumsi, sanitasi dan hygiene yang
buruk. Pelayanan sanitasi yang memadai, penyediaan air yang aman, system
pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat menurunkan angka kematian
akibat diare sampai 65% dan penyakit lainnya sebanyak 26%. Berdasarkan data
diatas bahwa PHBS dalam dasar ilmu kesehatan sangat berperan penting dalam
menanggulangi penyakit yang akan timbul dikemudian hari untuk itu peran
pemerintah, petugas-petugas kesehatan dan masyarakat untuk lebih berperan
proaktif dalam mengimplementasikan dan melaksanakan strategi PHBS di
berbagai tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan
tempat-tempat umum.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, menunjukkan
presentasi kabupaten atau kota yang memiliki kebijakan PHBS secara nasional
pada tahun 2018 sebesar 70,62%, dimana angka ini sudah melampaui target
Renstra pada tahun 2018 sebesar 70%. Sebanyak 12 provinsi sudah mencapai
100% yaitu Sulawesi Barat, Gorontalo, Kalimantan tengah, Bali, Banten, DI
Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Kep. Bangka Belitung,
Lampung, dan Bengkulu. Provinsi dengan presentase terendah adalah Papua
(6,90%), Papua Barat (7,69%), dan Maluku Utara 20% (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data presentase penduduk ber-PHBS per kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017, di Kabupaten Ogan Ilir dari jumlah total
87.532 rumah tangga, terdapat 85.364 (97,5%) rumah tangga yang dipantau dan
dari total jumlah 54.077 (63,3%) rumah tangga yang ber-PHBS. Pada tahun 2015
presentase rumah tangga ber-PHBS di Kabupaten Ogan Ilir sebesar 58%. Pada
tahun 2016 presentase rumah tangga ber-PHBS di Kabupaten Ogan Ilir meningkat

3
menjadi 62% dan pada tahun 2017 presentase rumah tangga ber-PHBS di
Kabupaten Ogan Ilir kembali meningkat yaitu sebesar 63,3%. (Dinkes OI, 2017).
Dari 16 Kecamatan yang berada dalam wilayah kerja Kabupaten Ogan Ilir,
tercatat kecamatan Pemulutan memiliki tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) terburuk kedua yaitu 46,0% ber- PHBS setelah Kecamatan Lubuk Keliat
dengan ber-PHBS 44,6%. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten
Ogan Ilir, tahun 2018 jumlah penduduk Kecamatan Pemulutan pada akhir tahun
2017 sebanyak 43.961 jiwa dengan luas wilayah 122.92 km2 serta kepadatan
penduduk mencapai 357,64 jiwa per km2 yang menunjukkan bahwa Kecamatan
Pemulutan termasuk dalam kecamatan yang padat penduduknya. Hal ini menjadi
salah satu faktor munculnya berbagai macam masalah kesehatan apabila jumlah
penduduk, kepala keluarga, dan ibu rumah tangga yang tidak memahami dan
menerapkan pola dan perilaku hidup bersih dan sehat khususnya dalam tatanan
rumah tangga.
Penelitian yang dilakukan oleh (Damaiyanti and Hardyanti, 2015)
mendapatkan 17 responden yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu 16 responden
(94,1%) ibu rumah tangga yang menerapkan PHBS dan 1 responden (5,9%) ibu
rumah tangga yang tidak menerapkan PHBS. Sedangkan dari 28 responden yang
memiliki pengetahuan rendah yaitu didapatkan 4 responden (14,3%) ibu rumah
tangga menerapkan PHBS dan 24 responden (85,7%) ibu rumah tangga tidak
menerapkan PHBS. Penelitian ini secara statistik memiliki hubungan yanag
bermakna antara pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Kelurahan Laing Wiayah Kerja Puskesmas Harapan Kota Solok Tahun 2014.
Penelitian yang berjudul hubungan karakteristik pengetahuan dan sikap guru
dangan penerapan PHBS di SD N 08 Jelembar Jakarta Barat yang dilakukan
(Lesmana, 2012) menyatakan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi 19
kali mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik dibandingkan
responden yang berpengetahuan rendah dalam melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga dengan

4
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir”.

1.2 Rumusan
Perilaku hidup bersih dan sehat di Kecamatan Pemulutan menempati posisi
kedua terburuk dari 16 kecamatan. Adapun beberapa kecamatan yang merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Tanjung batu
45,224 jiwa, Kecamatan Pemulutan 357,64 jiwa dan Kecamatan Tanjung Raja
45.831 jiwa. Jumlah penduduk yang banyak disuatu kecamatan tanpa adanya
kesadaran dari dalam diri individu untuk menerapkan PHBS maka akan
menimbulkan masalah kesehatan contohnya tidak mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, masak bahan makan dengan air yang tidak bersih dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan indikator perilaku hidup bersih dan sehat pada
tatanan rumah tangga. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah yaitu adakah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Ibu Rumah Tangga dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada tatanan rumah tangga di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Tahun
2020.

1.3 Tujuan Penelitia


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu
rumah tangga dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu rumah tangga
berdasarkan (umur dan tingkat pendidikan) di Kecamatan Pemulutan.
2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu rumah tangga terhadap
Perilaku Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu rumah tangga terhadap Perilaku
Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.

5
4. Menganalisis hubungan umur ibu rumah tangga dengan Perilaku Hidup
Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
5. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan
Perilaku Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
6. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu rumah tangga terhadap Perilaku
Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
7. Menganalisis hubungan sikap ibu rumah tangga terhadap Perilaku Hidup
Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
8. Menganalisis hubungan ketersediaan saranan dan prasarana terhadap
Perilaku Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
9. Menganalisis hubungan peran petugas kesehatan terhadap Perilaku Hidup
Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Masyarakat di Kecamatan Pemulutan
1. Dapat memberikan informasi mengenai penerapan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyakarat.
2. Masyarakat tahu, mau dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
3. Setiap anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan hidup bersih dan sehat.

1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan


1. Diharapkan dapat memberikan informasi terkait masalah-masalah yang
berkaitan dengan 10 indikator PHBS di rumah tangga.
2. Diharapkan dapat memberikan informasi sebagai upaya untuk menyusun
kebijakan tentang PHBS di rumah tangga berupa sosialisasi, penyuluhan
dan lain-lain.

1.4.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat


1. Menambah bahan referensi bagi peneliti selanjutnya
2. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan di jenjang perkuliahan

6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pemulutan pada ibu rumah
tangga.
1.5.2 Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2021

1.5.3 Lingkup Meteri


Meteri dalam penelitian ini terkait dengan Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga di
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defisini Perilaku


Perilaku merupakan aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai arti yag
sangat luas anatara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan lain sebagainya. Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan
di atasa bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia yang diamati secara langsung maupun tidak oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku yaitu bentuk respon atau reaksi terhadap ransangan
yang diberikan dari orang, namun dalam merespon ransangan sangat tergantung
dengan karakteristik atau faktor-faktor dari orang yang bersangkutan (Luthviatin,
2012).
Menurut (Sunaryo, 2004) yang disebut dengan perilaku manusia yaitu
aktivitas yang timbul karena ada respons yang diberikan dan dapat di amati secara
langsung maupun tidak secara langsung. Seorang alhi psikologi merumuskan
bahwa perilaku manusia terbentuk karena adanya respon atau reaksi terhadap
rangsangan. Perilaku terjadi melalui suatu proses yang terdapat stimulus pada
organisme kemudian organisme itu merespons, sehingga teori ini disebut dengan
teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Response.

2.1.1 Pembentukan Perilaku


Perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang dapat dibentuk
dan dipelajari. Berikut ini cara terbentuknya perilaku individu menurut (Walgito,
2004) :
a. Kebiasaan
Terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang sering dilakukan contohnya
menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan setelah sarapan.
b. Pengertian (insight)
Terbentuk perilaku didapat dalam sebuah teori atau pengertian
c. Penggunaan Model

8
Terbentuknya perilaku melalui contoh atau model, yang dimaksud dengan
model yaitu pemimpin, orang tua dan tokoh panutan yang dapat diikuti.

2.1.2 Klasifikasi Perilaku


Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dibedakan
menjadi dua menurut (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup merupakan respons seseorang terhadap stimulus alam
bentuknya terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang atau individu yang menerima
stimulus tersebut, dan sampai saat ini belum dapat secara jelas diamati
oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata
dan bersifat terbuka. Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau pratek, dan dengan mudah dapat dilihat secara langsung oleh
orang lain.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Perilaku sehat terbentuk dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
pengetahuan, sikap, pengalaman, keyakinan, sosia, budaya, sarana, fisik, dan
pengaruh yang bersifat internal. Menurut (Green, 1980) dalam (Notoatmodjo,
2005) mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga faktor adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposing (predisposing factor)
Faktor predisposing termasuk dalam faktor internl yang ada pada diri
individu, kelompok dan masyarakat yang akan memudahkan seseorang
untuk berperilaku misalnya dari segi pengetahuan yang dimiliki, sikap,
kepercayaan, nilai, dan budaya yang pelajari karena tidak semua individu
dan masyarakat mempunyai budaya yang sama tergantung kepada daerah

9
dimana asalnya. Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.
2. Faktor Pendukung (enebling factor)
Tersedianya fasilitas atau sarana prasarana yang ada di fasilitas kesehatan
seperti puskesmas, obat-obatan, alat steril dan lain sebagainya.
3. Faktor Pendorong (reinforcing factor)
Seseorang yang dijadikan sebagai contoh dalam sikap maupun perilakunya
seperti seorang tokoh masyarakat. Surat keputusan dari pejabat yang
berada dipemerintahan daerah maupun pusat juga termasuk dalam faktor
pendorong perilaku untuk dilaksanakan dan ditaati.

2.1.4 Determinan Perilaku


Determinan Perilaku merupakan faktor-faktor yang membedakan antara
respon terhadap stimulus. Determinan perilaku di bagi menjadi dua yaitu
determinan atau faktor yang berasal dari dalam (internal) adalah karakteristik
seseorang dari sejak dilahirkan atau dapat dikatakan sebagai sifat bawaan.
Miaslnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan lain-lain.
Sedangkan determinan atau faktor yang berasal dari luar (eksternal) adalah
lingkungan tempat tinggal baik lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan
politik. Faktor lingkungan yang dapat membedakan perilaku seseorang terhadap
orang lain, perilaku manusia terdiri dari tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan
tindakan sebagai berikut menurut (Luthviatin, 2012) :

1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan pengamatan melalui pancra indra manusia terhadap suatu
objek tertentu, pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingga
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia terdiri dari 3 domain yaitu pengetahuan,
sikap, dan tindakkan. Klasifikasih pengetahuan yang biasanya digunakan
merupakan klasifikasih yang dikemukkan oleh (Bloom, 1908) yang dikenal juga
dengan Taksonomi Bloom. Seiring perkembangan zaman, terjadi perubahan pada
taksonomi Bloom ranah pengetahuan yang di kembangkan oleh (Krathwohl,

10
2002). Sebelum mengalami perubahan tingkatan ranah pengetahuan menggunakan
kata perbendaan yang terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan Evaluasi. Setelah mengalami perubahan atau di revisi ranah
pengetahuan mencakup mengingat (remembering), memahami (understanding),
menerapkan (applying), menguraikan (analysing), menilai (evaluating), dan
menciptakan ( creating). Berikut ini dijelaskan mengenai ranah pengetahuan yang
telah disebutkan :
a. Mengingat adalah tingkat pengetahuan seseorang yang paling rendah di
mana seseorang mendapatkan ingatannya jika telah dimilikinya berkenaan
dengan pengetahuan yang ada.
b. Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat menjelaskan mengenai suatu benda. Individu yang
termasuk dalam kategori memahami harus bisa menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, dan meramalkan. Misalnya yaitu dapat
menjelaskan mengapa sebagian manusia harus makan makanan yang
bergizi.
c. Menerapkan yaitu Individu yang telah paham mengenai suatu teori atau
materi untuk diterapkan dalam suatu keadaan tertentu. Misalnya dapat
mengimplementasikan cara mencuci tangan dengan sabun dengan baik dan
benar.
d. Menguraikan adalah kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam
komponen-komponen yang menyusunnya yaitu dapat membedakan dan
mengelompokkan.
e. Menilai artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu
objek. Contohnya membandingkan perilaku yang baik dengan yang buruk,
dapat menguraikan penyebab terjadi suatu penyakit.
f. Menciptakan adalah kemampuan individu dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya di implemetasikan ke dalam sebuah hal yang baru, Misalnya
membuat perencanaan mengenai gaya hidup yang sehat akan diterapkan
setelah pengetahui pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
ditatanan rumah tangga.

11
Pengetahuan dapat diperoleh dari enam alat, yaitu pengalaman indera
(sense experience), nalar (reason), otoriras, intuisi, wahyu, dan keyaninan
(Krathwohl, 2002). Namun secara filsafat, pengetahuan dibagi menjadi dua
menurut pengetahuan itu sendiri, antara lain pengetahuan apriori dan aposteriori.
Pengetahuan apriori diyakini muncul tanpa pengalaman sebelumnya baik dari
pengalaman oleh indra manusia atau pengalaman batin. Sedangkan pengalaman
aposterior adalah pengalaman yang terjadi karena sudah ada pengalaman yang
dimiliki sebelumnya. Munculnya pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan
manusia akan rasa ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu yaitu salah satu
unsur kekuatan kejiwaan manusia atau biasanya di sebut dengan kodrat manusia
(Suhartono, 2009).
Ahli filsafat sampai sekarang ini masih memperdebatkan tentang nilai
kebenaran tentang suatu pengetahuan. Menurut ahli John Dewey dan Betrand
Russel (Burhanudin, 2008), menyatakan bahwa pengetahuan itu harus bersifat
benar jika tidak benar maka hak tersebut bukanlah pengetahuan, namun beberapa
ahli yang lain mereka meyakini bahwa pengetahuan dapat bernilai ataupun salah,
walaupun yang telah dikehendaki merupakan pengetahuan yang benar (Suhartono,
2009). Berdasarkan dimensi pengetahuan Taksonomi Bloom yang telah direvisi
oleh Krathwohl pada tahun 2004 terdiri dari fakta, konsep, prosedur, dan
metakognisi. Fakta, konsep dan prosedur telah ada pada taksonomi sebelumnya
dilakukan revisi dan setelah di revisi Krathwohl menambahkan struktur
metakognisi dalam pengetahuan. Adapun beberapa faktor sebagai berikut yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yang dikemukakan oleh (Nurjanah,
2013) dan (Notoatmodjo, 2003).
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dimiliki baik dalam
maupun diluar sekolah dan berlangsung selama individu masih hidup.
Pendidikan seseorang mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikannya maka informasi yang diterima akan mudah baik informasi
dari orang lain maupun media massa. Pengetahuan erat kaitannya dengan
pendidikan sehingga diharapkan seseorang dengan pendidikan yang tinggi,

12
maka pengetahuannya pun akan semakin luas. Tetapi perlu ditekankan
bahwa seseorang yang pendidikannya rendah tidak mutlak untuk
memperoleh pendidikan formal, akan tetapi dapat di peroleh pada
pendidikan non formal. Terdapat dua aspek pengetahuan seseorang tentang
sesuatu hal yaitu aspek positif dan negatif. Pada kedua aspek ini dapat
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu, jika semakin banyak
aspek positif dari objek yang didapatkan maka akan menumbuhkan sikap
positif pula terhadap objek.
2. Media Massa/Informasi
Informasi yang didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) terhadap
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Seiring dengan perkembangan
kemajuan teknologi banyak sekali informasi yang di peroleh dari media
massa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru. Media
informasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya
memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
masyarakat.
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Faktor sosial budaya lebih menekankan pada kebiasaan dan tradisi
individu untuk mau atau tidak menerima pengetahuan. Status ekonomi
sangat berpengaruh untuk menentukan akan tersedianya fasilitas yang
perlu digunakan jika diadakan suatu kegiatan, sehingga status ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik
lingkungan secara fisik, biologi, maupun sosial. Lingkungan sekitar
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu.
Hal ini dapat tejadi karena adanya hubungan limbak balik ataupun tidak
tergantung pada respon pengetahuan setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman yang ada pada setiap individu satu dengan yang lain berbeda-
beda dikarena faktor usia dan pendidikan yang dimiliki. Semakin tua usia

13
seseorang maka pengalaman yang di dapatkan akan lebih banyak secara
kuantitas jika dibandingkan dengan seseorang yang usianya lebih muda
darinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang makanya pengalamannya
juga akan lebih banyak.
6. Usia
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat,
kehidupan sosial dan banyak melakukan persiapan untuk menyesuaikan
diri di hari tuanya. Selain itu juga usia madya menggunakan banyak
waktunya untuk membaca kemampuan intelektual, memecahkan
permasalahan dan kemampuan verbal. Sehingga dapat dikatakan bahwa
usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
7. Jenis Kelamin
Angka kesakitan luar negeri menunjukkan bahwa dilakangan wanita lebih
tinggi dibandingan dengan pria, sedangkan dikalangan pria angka
kematian lebih tinggi dan juga terjadi pada semua golongan umur.
Indonesia sendiri masih perlu untuk mempelajari lebih lanjut lagi
mengenai perbedaan angka kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor
intrinsik
8. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan aktivitas seseorang yang dilakukan untuk mendapat
penghasilan dari tempat kerjanya dalam bentuk upah dan gaji berupa uang
dan barang agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karyawan
yaitu seseorang yang bekerja pada insitusi, kantor, perusahaan atau bekerja
pada orang lain. Jenis-jenis pekerjaa antar lain seperti: buruh, tani,
nelayan, wiraswasta, pegawai swasta, TNI, POLRI, pegawai sipil dan lain-
lain. Ditinjau dari jenis pekerjaan sering berinteraksi dengan orang lain itu
arinya pengetahuannya akan lebih banyak di bandingkan dengan orang
tanpa interaksi dengan orang dalam melakukan pekerjaan. Pengalaman
dalam bekerja memberikan pengetahuan yang terus bertambah dan
keterampilan profesioanl serta pengalaman belajar dalam pengambilan
keputusan akan baik secara ilmiah dan etik.
9. Persepsi

14
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui pancra indra seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman dan lainnya. Individu atau
masyarakat mempunyai persepsi atau pendapat mengenai sesuatu hal
berbeda-beda meskipun objek yang dihasilkan oleh indera sama.
10. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan kepada seseorang untuk bertindak
mencapai tujuan yang di inginkan dalam bentuk perilaku. Motivasi yang
diberikan agar dapat mencapai suatu tujuan memerlukan ransangan dari
dalam dan luar individu. Motivasi murni adalah motivasi yang benar-benar
di sadari dalam diri seseorang akan pentingnya suatu tindakan perilaku dan
dirasakan sebagai suatu kebutuhan.
11. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual
seperti cara berpikir, berinteraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-
lain (Notoatmodjo, 2007).

2. Sikap
Sikap seseorang dapat menggambarkan suka pada suatu objek atau tidak
suka. Sikap membuat seseorang dapat mendekat atau menjauh, sikap dapat
terbentuk dari pengalaman diri sendiri atau dari orang lain. Beikut ini beberapa
alasan mengapa sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan itu tidak terwujud
dalam suatu tindakan yang nyata
1. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung kepada situasi
2. Sikap akan diikuti atau tidak oleh tindakan yang mengarah pada
pengealaman orang lain.
3. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan dilihat dari banyak atau
sedikitya pengalaman seseorang.
4. Nilai (Value) didalam masyarakat apapun yang terjadi nilai-nilai selalu
menjadi pegangan setiap orang dalam hidup bermasyarakat. Didalam
masyarakat apapun yang terjadi nilai-nilai kebudayaan selalu menjadi
pegangan setiap orang dalam hidup bermasyarakat. Nilai kebudayaan
terbentuk dalam waktu yang cukup lama di kehidupan masyarakat.

15
Kebudayaan selalu berubah, baik cepat atau lambat sesuai dengan
peradaban umat manusia.
Sikap merupakan kesiap sediaan seseorang untuk bertindak sesuai dengan
suatu penghayatan tertentu mengenai suatu objek yang siap untuk dikerjakan
(Newcomb, 1985). Sikap yaitu reaksi atau respons yang belum kelihatan (tertutup)
dari seseorang terhadap suatu benda. Terdapat empat tingkatan sikap menurut
(Notoatmodjo, 2010a) antara lain :
a. Menerima (Receiving), artinya mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.
b. Merespon (Responding), memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang
diberikan, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas.
c. Menghargai (Valuing), misalnya mengajak orang lain untuk menjaga
kebersihan lingkungan.
d. Bertanggungjawab (Responsible) atas segala sesuatu yang menjadi
tugasnya sebagai suatu pilihan dengan segala risiko yang diterima.

3. Tindakan
Tindakan merupakan respon terhadap ransangan yang sifatnya aktif serta
dapat dilihat dengan nyata. Sedangkan sikap yang bersifat pasif yaitu tidak dapat
diamati. Untuk mendukung sikap seseorang menjadi suatu tindakan yang nyata
diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas dan pihak tertentu yang perannya
sangat penting. Ada beberapa tingkatan dalam melakukan suatu tindakan :
1. Persepsi (Perception) yaitu seseorang diharapkan dapat mengenal dan
memilih berbagai macam objek yang berhubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2. Respon Terpimpi (Guided Respons) yaitu seseorang yang dapat melakukan
sesuatu dengan benar, sesuai contoh, dan berdasarkan urutannya.
3. Mekanisme (Mechanism) yaitu seseorang yang telah melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau apa yang dilakukan terus menerus telah
menjadi kebiasaan.
4. Adopsi (Adoption) yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik, artinya telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran yang ada
dalam tindakan tersebut.

16
2.2 Sehat
Menurut World Health Organization (WHO) sehat merupakan suatu
keadaan sempurna meliputi sehat secara fisik, sosial, rohani, spikis, dan spiritual.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sehat adalah keadaan seluruh badan
serta bagian-bagian yang ada dalam tubuh manusia yang bebas dari sakit atau
penyakit. Secara umum sehat berarti suatu keadaan dinamis dimana seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal yang terjadi
seperti psikologi, intelektual, spiritual dan penyakit serta lingkungan eksternal
seperti lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam mempertahankan
kesehatannya (Saam, Z dan Wahyuni, 2012). Adapun beberapa karaktersitik sehat
menurut WHO yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif terdiri dari :
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah system yang menyeluruh
b. Memandang sehat denga cara mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal
c. Penghargaan akan pentingnya peran individu dalam hidup.
Berikut ini juga dijelaskan aspek-aspek kesehatan yang ada dalam prinsip
kesehatan yang terdiri dari empat segi antara lain :
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang mengeluh sakit atau tidak ada
keluhan serta objek tidak terlihat sakit.
2. Kesehatan Mental (jiwa)
Kesehatan jiwa terbagi menjadi tiga komponen yaitu pikiranKesehatan
sosial, emosional, dan spiritual. Jalan pikiran seseorang yang sehat dapat
tercermin dalam cara berpikir.
3. Kesehatan Sosial
Kesehatan sosial dapat terwujud jika hubungan seseorang dengan orang
lain atau grup lain terjadi secara baik.
4. Kesehatan dari Segi Ekonomi.
Kesehatan dari segi ekonomi dapat dilihat apabila seorang yang produktif
dapat melakukan suatu hal untuk menyokong hidupnya sendiri atau
keluarga secara finansial.

17
2.3 Konsep Dasar Teori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari suatu pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
dimasyarakat. Kondisi yang sehat dapat tercipta dengan mengubah perilaku
seseorang yang tidak sehat menjadi sehat dan juga menciptakan lingkunan yang
sehat di rumah tangga maka itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan
ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga. Rumah tangga yang sehat dapat
diartikan sebagai rumah tangga yag mampu menjaga, melindungi, meningkatkan
kesehatan setiap individu yang ada dalam rumah tangga dari berbagai penyakit
dan lingkungan yang tidak kondusif untuk kehidupan yang sehat (Depkes RI,
2015).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan upaya yang dilakukan
untuk memberikan pengalaman atau menciptakan kondisi bagi individu, keluarga,
dan masyarakat dengan cara membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
serta melakukan edukasi agar dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku dengan tiga pendekatan yang dilakukan seperti pendekatan pimpinan
(advocacy), bina suasana (sosial support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) (Depkes RI, 2011). Masyarakat dengan sendirinya dapat
mengenali dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya, dan dengan
cara-cara hidup bersih dan sehat yang telah di ketahui dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk diubah pada setiap
orang hal ini dikarenakan perilaku telah menjadi kebiasaan sering dilakukan.
Perilaku bukan hanya menyangkut dimensi kultural yang ada dalam sistem nilai
dan norma yang ada di masyarakat, namun juga menyangkut dimensi ekonomi.
Oleh karena itu promosi kesehatan dan PHBS yang bersifat paripurna
(komprehensif) dapat menciptakan suatu perilaku yang baru.

18
2.3.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran yang
memungkinkan anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan
dimasyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku hidup
bersih dan sehat merupakan cerminan hidup dalam keluarga yang melaksanakan
hidup bersih dan menjaga kesehatan seluruh anggota dalam keluarga. Tujuan
umum dari PHBS yaitu untuk meningkatnya rumah tangga yang sehat di desa,
kabupaten/kota diseluruh Inodenosia, adapun tujuan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan
PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat (Depkes RI,
2007). Mencegah lebih baik daripada mengobati, inlah yang merupakan prinsip
kesehatan yang menjadi dasar dari pelaksanan Program PHBS.
Rumah tangga merupakan suatu kumpulan dari sebagian kecil masyarakat
yang didalam terdiri dari ayah, ibu, anak-anak, mertua dan lainya. Rumah tangga
terdiri dari beberapa orang yang tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah
dan bisanya terdiri dari satu keluarga. Rumah tangga yaitu dasar dari sebuah unit
analisis dalam model sosial, mikro ekonomi, dan pemerintah yang merupaka
bagian terpenting dalam ilmu ekonomi. Arti rumah tangga secara luas tidak hanya
terbatas pada keluarga saja, namun dapat diartikan sebagai rumah tangga
perusahaan, rumah tangga negara, dan lain-lain. Definisi tentang istilah rumah
tangga memiliki pengertian sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan dalam
kehidupan di rumah. Sedangkan istilah lain dari rumah tangga dapat diartikan
secara umum sebagai berkeluarga. Ada beberapa jenis keluarga dalam rumah
tangga antara lain yang pertama keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan
anak yang merupakan bagaian dari lembaga sosial yang ada di masyarakat. Kedua
keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ayah, ibu, dan anak) yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dari salah satu atau kedua pihak dari orang
tua. Ketiga keluarga secara luas merupakan keluarga yang ditarik atas dasar
keturunan diatas keluarga yang aslinya, keluarga luas terdiri dari paman, bibi,
keluarga kakek, dan keluarga nenek.

19
PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya yang dilakukan untuk
memberdayakan setiap anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat berperan aktif dalam
kegiatan yang menyangkut kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah dilakukan
agar tercapainya rumah tangga yang sehat, lingkungan yang sehat serta terhindar
dari ancaman gangguan penyakit. PHBS adalah salah satu strategi yang dapat
ditempuh agar tercipta kemandirian dibidang kesehatan baik masyarakat atau
keluarga, artinya harus ada komunikasi yang terjalin antar kader dengan keluarga
atau masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan terkait
kesehatan (Depkes RI, 2007).

2.3.2 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga
Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi rumah tangga adalah untuk
meningkatkan kesehatan setiap rumah agar tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat
dan cerdas, meningkatkan produktifitas anggota keluarga dalam bekerja. Dengan
meningkatnya kesehatan setiap anggota rumah tangga, maka biaya yang tadinya
untuk kesehatan dapat dialihkan ke biaya investasi seperti biaya pendidikan,
pemenuhan gizi keluarga, dan modal usaha agar pendapatan keluarga dapat
meningkat. Manfaat PHBS bagi masyarakat antara lain masyarakat mampu
mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah terkait kesehatan, memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada, masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan
kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulans desa dan lain sebagainya. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah semua
anggota keluarga secara keseluruhan. Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga mempunyai beberapa sasaran yang perlu diperhatikan anatara lain :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer yaitu sasaran utama dalam rumah tangga yang akan diubah
perilakuknya ataupun individu dalam keluarga yang bermasalah.
2. Sasaran Sekunder

20
Sasaran sekunder yaitu sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam
keluarga yang bermasalah contonhnya bapak, ibu, orang tua, tokoh
agama, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan lintas sektor.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier yaitu sasaran yang dapat dijadikan sebagai unsur pembantu
dalam tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya kepala desa, lurah, camat,
kepala puskesmas, guru, dan tokoh masyarakat.
2.3.3 Indikator Perilaku Hidup Besih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menggalakkan pembinaan
program PHBS yang dilakukan melalui 5 (lima) pendekatan tatanan yang terdiri
dari : rumah tangga, sekolah, tempat kerja, institusi kesehatan dan tempat-tempat
umum. Indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yang diriis oleh Departemen
Kesehatan RI yaitu berjumlah sepuluh indikator. Indikator PHBS adalah suatu alat
ukur yang digunakan untuk menilai permasalahan kesehatan yang terjadi di rumah
tangga, kesepuluh indikator tersebut antara lain (Depkes RI, 2010) :
1. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan seperti dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya. Tenaga
kesehatan yang dimaksud adalah orang yang sudah berpengalaman atau
ahli dalam membantu seorang ibu dalam persalinan, agar keselamatan ibu
dan bayi lebih terjamin. Apabila pada saat persalinan terdapat kelainan
dapat segara di tolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
alat-alat aman, bersih, dan steril untuk mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan. Namun masih ada beberapa masyarakat yang masih
mau untuk melakukan persalinan tanpa tenaga medis seperti orang tua
perempuan dari sang ibu atau keluarga yang sudah banyak membantu
persalianan. Akan tetapi tanpa di sadari hal ini dapat menyebabkan risiko
besar kematian pada ibu dan bayi karena peralatan yang digunakan pada
saat persalianan tidak aman dan penanganan pun tidak steril.
2. Memberi ASI Ekslusif kepada Bayi (0-6 bulan)

21
Menurut PP Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Ekslusif dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 PP tersebut mempunyai pengertian
ASI Ekslusif yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama enam bulan tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan
lain (PP, 2012) . Hal ini sangat penting dilakukan mengingat manfaat ASI
Ekslusif yang akan diperoleh bayi dikemudian hari. Menurut WHO
pemberian ASI Ekslufis ini dilakukan untuk untuk menghindari alergi
pada bayi dan menjamin kesehatan bayi secra optimal. Karena pada usia
tersebut enzim pencernaan bayi belum sempurna untuk mencerna makanan
dan minuman yang diberikan selain ASI. Pemberian ASI pada bayi jauh
lebih sempurna dibandingakan dengan susu formula mana pun dan tidak
perlu melakukan pembuatan lagi.
3. Menimbang Bayi setiap Bulan
Pemimbangan balita dimaksudkan untuk menatau pertumbuhan balita
setiap bulan dan untuk mengetahui apakah baita tersebut berada pada
kondisi gizi buruk atau gizi kurang. Pemimbangan ini dilaksanakan di
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai dari usia 1-5 tahun. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)
bagi balita (Permenkes RI, 2010). Perubahan pada berat badan balita
merupakan salah satu indikator yang sangat sensitif untuk melakukan
pemantau pertumbuhan anak. Apabila kenaikan berat badan anak lebih
rendah dari yang seharusnya, maka pertumbuhan anak terganggu dan anak
tersebut berisiko mengalami kekurangan gizi, bila sebaliknya kenaikan
berat badan lebih tinggi dari yang seharusnya hal ini merupakan indikasi
risiko kelebihan gizi.
4. Menggunakan Air Bersih
Menurut Peraturan Menteri Kesesehatan Republik Indonesia Nomor.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air minum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (Permenkes RI, 2002). Kebutuhan air yang

22
digunakan setiap hari sangat kompleks anatar lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci pakaian, berkumur, membersihkan lantai, mencuci
peralatan masak dan sebagainya haruslah bersih sehingga kita terhindar
dari penyakit. Air bersih sangat penting bagi kehidupan manusia, jika
manusia kekurangan air akan cepat meninggal daripada kekurangan
makanan. Di dalam tubuh manusia sebagain besar terdiri dari air, pada
anak-anak sekitar 65% air dan bayi sekitar 80% air. Secara fisik air bersih
dapat dibedakan melalui indra manusia yaitu dapat dilihat, dirasa, dicium,
dan diraba. Air yang bersih belum tentu terhindar dari kuman penyakit,
kuman tersebut akan mati pada suhu 100ºC atau air yang dimasak sampai
benar-benar mendidih. Berikut ini terdapat beberapa syarat-syarat air
minum yang sehat agar terhindar dari penyakit yang memenuhi
persyaratan kesehatan yaitu :
a. Secara Fisik
Secara fisik dapat dilihat bahwa air tersebut tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau.
b. Secara Bakteriologi
Air minum secara biologi harus bebas dari bakteri, terutama bakteri
pathogen dengan cara melakukan pemeriksaan sampel air dan apabila
dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli
maka air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan.
c. Secara Kimia
Air yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dengan jumlah yang
tertentu pula.
5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat
mencegah penyebaran bibit penyakit (Kementerian, 2010). Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman yang ada ditangan, mencuci
tangan tanpa menggunakan sabun kotoran dan kuman masih tertinggal
ditangan. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih dapat
dilakukan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, sebelum dan
sesudah makan, memegang uang, binatang, berkebun, buang air besar,

23
setelah mencebok bayi, sebelum menyusui bayi, memegang sampah,
setelah bersin, batuk, dan mengeluarkan ingus. Menurut WHO terdapat
enam cara mencuci tangan yang benar antara lain sebagai berikut :
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air
yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan
2. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian
3. Kemudian jari-jari tangan dan sela-sela tangan juga di gosok sampai
bersih
4. Bersihkan ujung jari-jari secara bergantian
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok. Besihkan
kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar,
kemudian bilas seluruh bagian tangan dengan denga air bersih yang
mengalir setelah itu keringan memakai handuk atau tisu.
Manfaat mencuci tangan adalah membunuh kuman penyakit yang
menempel ditangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera
disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA), flu burung atau Syndrome Severe Acute Respiratory (SARS),
dan Covid-19.
6. Menggunakan Jamban Sehat
Jamban adalah satu ruangan yang mempunyai fasilitas yang digunakan
sebagai pembuangan kototan manusia (feces) yang terdiri dari tempat
jongkok leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan lubang penampung kotoran (septic tank) sebagai penampung akhir
dan air untuk membersihkannya. Kotoran manusia atau feces merupakan
sumber penyebaran penyakit yang multikompeks, beberapa penyakit yang
disebabkan oleh tinja manusia antara lain : tipus, disentri, kolera,
schistosomiasis, kecacingan dan lainya. Fungsi jamban yaitu sebagai
pengisolasi tinja dari lingkungan, terdapat beberapa hal yang menjamin
suatu jamban dikatakan baik dan menenuhi syarat kesehatan seperti :
melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit, melindungi dari gangguan

24
estetika, bau, dan penggunaan sarana yang aman, bukan tempat untuk
tempat serangga berkembang biak sebagai vektor pembawa penyakit, dan
melindungi air bersih agar tidak tercemar. Adapun syarat-syarat jamban
sehat menurut (Depkes RI, 2004) sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air, letak lubang penampung kotoran
manusia yaitu berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.
2. Tidak bau dan kotoran manusia tidak dapat dijamah oleh serangga atau
tikus.
3. Cukup luas dan landi/miring kea rah lubang jongkok sehingga tidak
dapat mencemari tanah disekitar.
4. Mudah untuk dilakukan pembersihan dan aman digunakan.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Terdapat ventilasi yang baik untuk pertukaran udara
9. Tersedia air dan alat untuk membersihkan jamban.
7. Memberantas Jentik Nyamuk
Lakukan pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga.
PLB merupakan tempat yang dilakukaan pemeriksaan perkembangbiakan
nyamuk yang ada didalam rumah seperti bak mandi, WC, vas bunga,
tatakan kulkas, dan dapat juga dilakukan pemeriksaan diluar rumah
misalnya talang air, kolam ikan, pot bunga dan lain sebagainya yang
dilakukan secara rutin setiap satu minggu sekali. Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dilakukan dengan tiga cara yang dikenal dengan sebutan
“3M plus” yaitu :
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat yang biasanya digunkan untuk
menampung air seperti bak mandi/wc dan drum seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampung air misalnya gentong air atau
tempayan air.
3. Mengubur dan memindahkan (mendaur ulang) barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan.

25
Selain itu terdapat juga cara lain untuk memberantas jentik nyamuk antara
lain :
1. Menganti air dalam vas bunga, tempat minum burung dengan tempat
yang sejenis dalam seminggu sekali.
2. Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak
3. Memelihara ikan pemekan jentik nyamuk di kolam ikan misalnya ikan
kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila.
4. Memasang kawat kasa.
5. Jangan mengantung pakaian dalam kamar.
6. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan yang memadai
untuk pertukaran udara.
7. Tidur dengan menggunakan kelambu.
8. Menggunakan obat anti nyamuk
9. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat pemanpungan air yang sulit
untuk dibersihkan (Depkes RI, 2005).
8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Menu seimbang merupakan makanan yang beraneka ragam dan memenuhi
kebutuhan gizi individu sesuai dengan Pedoman Umun Gizi Seimbang
(PUGS). Makanan seimbang sangat penting bagi tubuh manusia agar
terhindar dari penyakit, dapat mengendaliakan beret bada,
mengoptimalkan pertmbuhan dan perkembangan anak, mengganti dan
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, menghasilkan energi,
melaksanakan proses kimia di dalam tubuh, serta membantu kesehatan
mental. Komposisi yang terdapat dalam menu seimbang antara lain
protein, karbohidrat, vitamin, kalsium, mineral, antioksidan dan serta
dengan jumlah yang cukup artinya tidak lebih ataupun kurang. Menu
seimbang biasanya terdapat makanan pokok seperti nasi, ketela, gandum,
jagung, sagu, dan lain-lain. Keaneka ragam makanan yang dikomsumsi
berkaitan dengan zat gizi yang terdapat dalam makanan, karena setiap
komposisi jenis makanan memiliki kekurangan dan kelebihan tertentu. Hal
ini bertujuan untuk saling melengkapi zat gizi yang ada pada makanan
sehingga dapat mengurangi risiko timbulnya ketidakseimbangan anatara

26
asupan dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan agar diperoleh asupan
gizi yang seimbang.
9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang terencana, berstruktur dilakukan
berulang dengan tujuan dapat memeperbaiki atau menjaga kebugaran
jasmani. Olahraga yang dilakukan secara teratur setiap hari dapat
memelihara jantung, menyehatkan paru-paru, melancarkan peredaraan
darah, dan frekuensi nadi. Setiap angota rumah tangga yang berusia 10
tahun keatas harus melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari misalnya
bersepeda, berenang, senam, futsal dan sebagainya. Selain olahraga,
terdapat jenis aktivitas fisik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
yaitu berjalan, berkebun, mencuci pakaian, menyapu, mengepel, memasak
dan lain-lain.
10. Tidak Merokok di dalam Rumah
Rokok dapat di ibaratkan sebagai pabrik bahan kimia . Hal ini dikarenakan
dalam satu batang rokok yang diisap dan dikeluarkan mengandung sekitar
4.000 bahan kimia berbahaya. Terdapat tiga macam bahan kimia yang
paling berbahaya di dalam rokok anatara lain : Nikotin, Tar dan CO.
1. Nikotin, menyebabkan seseorang yang mencoba untuk merokok akan
ketagihan, meusak jantung, dan aliran darah
2. Tar, menyebabkan kerusakan pada sel paru-paru dan kanker
3. CO (Carbon Monoksida), menyebabkan berkurangnya kemampuan
darah membawa oksigen ke seluruh tubuh sehingga sel-sel tubuh akan
mati.
Perokok terbagi menjadi dua jenis yaitu perokok aktif dan perokok
pasif. Perokok aktif yaitu orang yang mengkomsumsi rokok. Sedangkan
perokok pasif yaitu organ yang bukan mengkonsumsi rokok, tetapi
menghirup asap rokok dari perokok aktif. Asap yang dikeluarkan dari
rokok tersebut sangat berbahaya, bukan saja orang yang menghisap rokok
melainkan orang-orang yang disekelilingnya tentu saja akan menerina
dampak yang buruk bagi kesehatan.

2.4 Penelitian Terkait

27
No Jenis Penelitian Variabel Metode Peneliti
Penelitian Penelitian
1. Hubungan Pengetahuan dan Pengetahuan Ibu Analitik (Safrina Daulay,
Sikap Ibu Rumah Tangga Sikap Ibu Rancangan 2018)
dengan PHBS di Hutai I Perilaku Hidup Cross
Malela Kecamatan Gunung Bersih dan Sehat Sectional
Maligas Kabupaten
Simalungun Tahun 2018
2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Survei Analitik (Kusumawatidan
Pengetahuan dengan PHBS Tindakan Desain Atika Nur Fitri,
Tatanan Rumah Tangga di Perilaku Hidup Cross 2018)
Desa Sumberejo Kecamatan Bersih dan Sehat Sectional
Maospati Kabupaten
Magetan Tahun 2018
3. Hubungan Pengetahuan dan Pengetahuan Penelitian (Emelia Irasti dan
Sikap dan Pekayon Sikap Kuantitatif
Kecamatan Pasar Rebo Perilaku Hidup Rancangan Sri Widodo,
Jakarta Timur Tahun 2016 Bersih dan Sehat Cross 2017)
Sectional

4. Hubungan Karakteristik Karakteristik Observasional (Rayhana, dan


Pengetahuan dan Sikap (Umur, Analitik Rini Astin Triana
terhadap PHBS pada Ibu Pendidikan,Mata Pendekatan 2016)
Rumah Tangga di Pecaharian), Cross
Kelurahan Kebalen Pengetahuan Sectional
Kecamatan Babelan Bekasi Sikap
Utara Tahun 2016 Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
5. Hubungan Pengetahuan, Pengetahuan Survei (Siti Matoya dan
Sikap dan Karakteristik Ibu Sikap Analatik Lin Kristanti
dengan Perilaku PHBS pada Karakteristik Desian Cross 2014)
Tatanan Rumah Tangga di (Umur, tingkat Sectional
Wilayah Kerja Puskesmas pendidikan, status

28
Sunyaragi Kota Cirebon pekerjaan),
Tahun 2014 Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
6 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Survei Analitik Wardani (2019)
Pelaksanaan Perilaku Hidup Sikap Desain Cross
Bersih dan Sehat Dalam Pendapatan sectional Study
Tatanan Rumah Tangga Di Ketersediaan
Wilayah Kerja Puskesmas Sarana dan
Cot Ie Jue Kabupaten Prasarana
Bireuen Tahun 2019 Aksesibilitas
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
7. Faktor-Faktor Yang Pengetahuan Penelitian Halli Whindanah
Berhubungan Dengan Sikap Kuantutatif (2019)
Perilaku Hidup Bersih dan Faktor Metode Survei
Sehat (PHBS) Tatanan Lingkungan Analitik
Rumah Tangga Di Peran Petugas Pendekatan
Kelurahan 10 dan 11 Ulu Kesehatan Cross
Wilaya Kerja Puskesmas sectional Study
Nagaswidak Palembang
Tahun 2019

29
2.5 Kerangka Teori Penelitian

Teori L. Green (1980)


Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2. Sikap
3. Spesifik Demografi
a. Umur Tatanan Rumah Tangga
b. Pendidkan
c. Pekerjaan
10 Indikator PHBS
1. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan
Faktor Pendukung
2. Memberi ASI Ekslusif kepada Bayi
1. Ketersediaan sarana &
(0-6 bulan)
prasarana
3. Menimbang Bayi setiap Bulan
4. Menggunakan Air Bersih
5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih
dan Sabun
Faktor Pendorong
6. Menggunakan Jamban Sehat
1. Peran Petugas Kesehatan
7. Memberantas Jentik Nyamuk
2. Tokoh Masyarakat
8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap
Hari
10. Tidak Merokok di dalam Rumah

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Sumber : Teori (L. Green, 1980) dan Modifikasi dari (Kemenkes RI, 2011)

30
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah kerangka yang memiliki
hubungan yang berkaitan antara satu konsep dengan konsep-konsep yang lain
yang akan diteliti atau diamati pada proses penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2010b). Maka disusunlah kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Ibu :
Faktor Predisposisi
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Pengetahuan
5. Sikap
PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT
Faktor Pendukung
1. Ketersediaan sarana &
prasarana

Faktor Pendorong

1. Peran Petugas Kesehatan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

31
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga
dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2020.
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan Perilaku Hidup
Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
2. Ada hubungan antara sikap ibu rumah tangga dengan Perilaku Hidup Besih
dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
3. Ada hubungan anatara umur ibu rumah tangga dengan Perilaku Hidup Besih
dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan Perilaku
Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
5. Ada hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana pada tatanan rumah
tangga dengan Perilaku Hidup Besih dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.
6. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan Perilaku Hidup Besih
dan Sehat di Kecamatan Pemulutan.

3.3 Definisi Operasional Penelitian


Untuk membatasi ruang lingkup variabel yang akan diteliti, perlu diberikan
batasan terhadap variabel-variabel atau definisi operasional yang memiliki
manfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variable-variabel pengembangan instrument atau alat ukur (Notoatmodjo, 2012).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Drfinisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasonal Data
Variabel Independen
1 Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Wawancara 0. Baik 76% - Ordinal
merupakan faktor 100% (Jika
yang sangat responden
penting bagi menjawab 15-
terbentuknya 18 pertanyaan
perilaku dengan benar)
seseorang yang 1. Cukup 60%-
didasarkan pada 75% (Jika

32
pengetahuan. responden
Segala sesuatu menjawab 14-
yang telah 11 pertanyaan
diketahui oleh dengan benar.
responden (IRT) 2. Kurang < 60%
setelah (Jika
melakukan responden
penginderaan menjawab <
akan objek 11 pertanyaan
tertentu terkait dengan benar.
dengan PHBS. (Arikunto, 2006)
2 Sikap Sikap adalah Kuesioner Wawancara 0. Setuju Jika skor Nominal
respon dari tertinggi ≥
seseorang mean : positif
terhadap suatu 1. Tidak Setuju
objek atau situasi Jika skor
yang bersifat terendah <
positif maupun mean : negatif
negatif. Respon (Azwar, 2011)
yang di sertai
dengan
kecenderungan
untuk bertindak
oleh sikap ibu
terhadap PHBS
tatanan rumah
tangga yaitu
indikator PHBS.
3 Umur Umur merupakan Kuesioner Wawancara 0. Masa Remaja Nominal
usia responden Akhir 17-21
pada saat 1. Masa Dewasa
penelitian dan Awal 21-40
faktor yang dapat 2. Masa Dewasa

33
mempengaruhi Madya 40-60
pengetahuan (Hurlock,
individu tersebut. Elizabeth B.
Usia responden (2011).
saat dilakukan
penelitian yang
dihitung dari lahir
sampai ulang
tahun terakhir.
4 Pendidikan Pendidikan Kuesioner Wawancara 1. Tinggi Ordinal
merupakan faktor SMA-PT
yang berpengaruh 2. Rendah
terhadap Tidak Sekolah
seseorang dalam ,SD dan SMP
membentuk (Arikunto 2010)
pengetahuan,
sikap, persepsi,
kepercayaan dan
penilaian terhadap
kesehatan.
Pendidikan
formal yang
terakhir ditempuh
oleh responden.
5 Ketersediaan Fasilitas di rumah Kuesioner Wawancara 1. Memadai Skor Ordinal
Saranan dan tangga yang dapat 6-10
Prasarana mendukung ibu 2. Kurang
rumah tangga Memadai
agar Skor 0-5
melaksanakan (Wardani,2019)
PHBS dalam
tatanan rumah
tangga. Indikator

34
dalam penelitian
ini yaitu, tempat
sampah, air
bersih, jamban,
lantai rumah,
tempat
pembuangan
limbah, sabun
cuci tangan,
material untuk
pembuatan
jamban, dan
puskesmas.
6. Peran Dukungan yang Kuesioner Wawancara 1. Mendukung Ordinal
Petugas diberikan oleh skor > 4
Kesehatan petugas kesehatan median
setempat dalam 2. Tidak
penerapan PHBS Mendukung
di tatanan rumah skor ≤ 4
tangga. median
(Sharma dan Jain
2014)

Variabel Dependen
1 Perilaku PHBS merupakan Kuesioner Wawancara 1. Menerapkan Ordinal
Hidup Bersih upaya yang PHBS
dan Sehat dilakukan untuk 2. Tidak
Rumah memberdayakan menerapkan
Tangga anggota rumah PHBS
tangga agar tahu, (Azrimaidaliza
mau, dan mampu et.al, 2013)
mempraktikan
PHBS serta

35
berperan aktif
dalam kegiatan
kesehatan di
masyarakat.
Tindakan yang
dilakukan untuk
memperoleh
derajat kesehatan
yang optimal
berdasarkan 10
indikator PHBS
tatanan rumah
rumah tangga.

BAB IV
METODE PENELITIAN

36
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei, cara pengumpulan data dengan
wawancara dan menggunakan kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metedologi analitik rancangan cross
sectional untuk mencari hubungan antara faktor risiko (independen) yang terdiri
dari variabel pengetahuan, sikap, karakteristik individu (umur, pendidikan,
pekerjaan) dan faktor efek (dependen) yaitu perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang diteliti dalam waktu yang bersamaan serta subjek hanya diukur
sekali saja (Sastroasmoro dan Ismael, 2002).

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh seorang
peneliti dipelajari kemudian menarik kesimpulan (Sugiyono, 2014). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir.

4.2.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga yang bertempat tinggal
di Kecamatan Pemulutan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple
random sampling dimana setiap ibu rumah tangga memiliki kesempatan yang
sama untuk diseleksi sebagai sampel yang terdiri dari karaktersistik individu
(umur, tingkat pendidikan), pengetahuan, dan sikap, yang menyetujui informed
consent.
Dengan perhitungan besar sampel :

n=
[ Z
1−

2
√2 P ( 1−P ) + Z1− β √ P1 ( 1−P1 ) + P2 ( 1−P2 ) 2 ]
2
(P1−P 2)

Rumus Lemeshow Besar Sampel Penelitian


Keterangan :

37
N = Jumlah sampel
P1 = Proporsi Kejadian Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
terpapar faktor risiko.
P2 = Proporsi Kejadian Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
tidak terpapar faktor risiko.
Z1-α/2 = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96).
Z1-β = Kekuatan uji (80% = 0,84).
Besar proporsi yang akan digunakan dalam penelitian ini, di peroleh dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Tabel 4.1
Besar sampel dalam penelitian sebelumnya berdasarkan variable yang akan diteliti
:

No Variabel P1 P2 N 2n Sumber
1 Pengetahuan 0,94 0,143 5 10 Sukma Saini, Siti Aminah
(2016)
2 Sikap 1 0 2 4 Sukma Saini, Siti Aminah
(2016)
3 Umur 0,59 0,25 32 64 Rayhana, Rini Astin
Triana (2016)
4 Pendidikan 0,12 0,79 8 16 Hapsari, (2010).
5 Pekerjaan 0,16 1 4 8 Siti Matoya, Lin Kristanti
(2014)
Berdasarkan hasil perhitungan sampel diatas dari beberapa peneliti yang di
dapatkan dari variable-variabel tersebut diketahui sampel terbesar 32 dan sampel
terkecil 2. Besar sampel yang diambil merupakan nilai terbesar dari masing-
masing variabel yaitu 32, karena menggunakan desain cross sectional maka
sampel harus dikalikan 2, sehingga jumlah sampel yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah 64 sampel dan ditambahkan lagi 10% menjadi 75 sampel.
Pengambilan sampel harus memenuhi beberapa kriteria yang terdiri dari
kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap ibu
rumah tangga yang dapat diambil sebagai sampel dalam penelitian ini antara lain
(Notoatmodjo, 2010a) :
Kriteria Inklusi

38
1. Ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kecamatan Pemulutan
2. Menyetujui dan menandatangi informed consent sebagai sampel penelitian
meliputi data dan wawancara.
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
Kriteria Eksklusi:
1. Ibu rumah tangga yang tidak bisa membaca dan menulis
3. Bisa membaca dan menulis

4.3 Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data


4.3.1 Jenis Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengukuran langsung di
lokasi penelitian mengenai pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh melalui Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Ogan Ilir, jurnal, buku-buku, peraturan yang berkaitan dengan pemberian
ASI, penggunaan KMS, air besih, dan jamban sehat.

4.3.2 Cara Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara dilakukan sifatnya terstruktur karena ingin mengetahui
lebih dalam mengenai informasi yang belum jelas dan sebagai informasi
tambahan.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik dengan pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang ataupun sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis,
2008). Data individu yang diteliti menggunakan kuesioner yaitu data
identitas ibu rumah tangga, pengetahuan, sikap, pendidikan, umur, dan
pekerjaan. Data yang didapatkan akan digunakan sebagai keperluan
penelitian dan pengolahan data.

39
4.3.3 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner, buku catatan, kamera, alat tulis, dan alat perekam suara.

4.4 Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara (kuesioner) akan diolah
secara komputerisasi dengan beberapa proses tahapan sebagai berikut :
1. Editing (Pemeriksaan Data)
Editing dilakukan untuk pengecekan kelengkapan data yang telah
terkumpul melalui kuesioner maupun pengambilan data dilapangan.
Kuesioner-kuesioner yang datanya telah diambil diperiksa lagi untuk
memastikan bahwa data yang diperlukan telah terisi semua, konsisten,
relevan, dan dapat dibaca. Pemeriksaan kuesioner dilakukan secara manual
yaitu dengan cara memeriksa satu per satu kuesioner yang diperoleh dari
lapangan.
2. Coding (Pemberikan Kode)
Data yang telah dikumplkan dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual dengan
cara mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan.
3. Scoring
Scoring merupakan pemberian skor untuk pertanyaan terdapat pada
kuesioner
4. Entry (Pemasukan Data ke Komputer)
Data yang diberikan kode, selanjutnya dimasukkan ke dalam program
computer untuk diolah menggunakan software pengolahan data untuk
mengetahui distribsi frekuensi dari setiap variabelnya.
5. Tabulating
Tabulating merupakan tahap pengelompokan ke dalam bentuk tabel
distribusi dan tabel silang.
6. Cleaning (Pembersihan Data)

40
Pembersihan data merupakan tahap terakhir yaitu pemeriksaan kembali
semua data yang telah dimasukkan kedalam program computer untuk
menghindari terjadinya kesalahan pada pemeriksaan data.

4.5 Analisis Data


Setelah semua data dikumpulkan dan diolah maka data tersebut di analisis
agar data dapat menjadi informasi yang berguna. Proses analisis data dilakukan
secara kompterisasi agar lebih mudah untuk mengolah data dan mempersingat
waktu pengerjaan. Analisis data dalam penelitian ini anatara lain :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk
menjelaskan dan mendeskripsikan masing-masing variable yang
diteliti.Variabel tersebut anatar lain pengetahuan, sikap, pendidikan, umur,
dan pekerjaan. Hasil analisis dari setiap variabel selanjutnya akan
disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable
independen dan variable dependen. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program komputerisasi dengan analisis uji statistik yang
digunakan yaitu Chi Square untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan yang bermakna dari variable independen dan variable dependen.
Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini yaitu 95% (α = 0,05). Jika nilai
P-value ≤ α maka keputusannya adalah tolak Ho yang berarti ada
hubungan yang signifikan anatara variable independen dan dependen
begitu pula sebaliknya apabila P-value ≥ α maka keputusannya adalah
terima Ho yaitu tidak ada hubungan yang signifikan anatara variable
independen dan variable dependen yang diteliti.

4.6 Validitas dan Reliabilitas Data


4.5.1. Validitas Data
Validitas merupakan pengukuran yang dilakukan untuk dapat mengetahui
sejauh mana alat ukur itu menunjukan ketepatan dan kesesuaian. Uji validitas

41
intrumen memiliki tujuan untuk mengetahui apakah intrumen yang digunakan
tersebut sudah valid atau tidak. Intrumen dapat dikatakan valid artinya intrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya akan diukur dan
bisa dikatakan tepat (Sugiyono, 2012). Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner dengan derajat kepercayaan yaitu 95% atau α = 5% yang
akan diajukan terlebih dahulu kepada responden. Setelah dilakukan uji validitas
kemudian mengkorelasikan skor dari setiap pertanyaan dengan skor total yang
merupakan jumlah dari tiap skor. Pertanyaan dikatakan valid apabila skor
pertanyaan berkorelasi secara signifikan dengan skor total.

4.5.2 Reliabilitas Data


Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana alat
ukur tersebut dapat dipercaya dengan hasil dari pengukuran yang telah dilakukan
beberapa tetap meliliki hasil yang konsisten dalam artian hasilnya tidak berubah-
ubah. Uji reliabilitas hanya dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah di
uji validitasnya dan yang tidak melalui uji validitas maka tidak perlu dilakukan uji
reliabilitas.

4.7 Penyajian Data


Secara umum bentuk penyajian data berupa teks, tabel, grafik, dan
diagram yang dibuat agar dapat mudah dipahami oleh pembaca (Notoatmodjo,
2002). Data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk teks, tabel,
gambar, maupun grafik sesuai dengan data yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013) ‘Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta’.
Azrimaidaliza, K. N. dan E. (2013) ‘Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kelurahan Koto Lalang’, 7(1), pp.
2–9.
Azwar, S. (2011) ‘Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

42
Pustaka Pelajar’.
Bloom, B. (1908) ‘Psikologi Kesehata. Jakarta : PT Gramedia’.
Bloom, H. L. (1974) ‘Planning for health: Development and Application of Social
Change Theory. New: Behavioral Publications’. Behavioral Publiations.
Burhanudin, S. (2008) Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Damaiyanti, S. and Hardyanti, C. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Rumah
Tangga Dan Peran Kader Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Laing Wilayah Kerja
Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun
2014’, ’AFIYAH, 2(1).
Departemen, K. R. I. (2004) Syarat-syarat Jamban Sehat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Departemen, K. R. I. (2005) Pencegahan dan Pemberantasan Deman Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Dirjen PP & PL.
Departemen, K. R. I. (2007) Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. Jakarta: Kemenkes.
Departemen, K. R. I. (2009) Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI;2009.
Departemen, K. R. I. (2010) Indikator PHBS Rumah Tangga. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen, K. R. I. (2011) Panduan Pembinaan dan Penilaian Perlaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Jakarta Selatan: RI Depkes.
Departemen, K. R. I. (2013) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen, K. R. I. (2015) ‘Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019. Jakarta’.
Dinas, K. K. O. I. (2017) Profil Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir tahun 2018.
Ogan Ilir: Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir 2018.
Emelia Irasti dan Sri Widodo (2017) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di RW 04 Kelurahan Pekayon
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2016’, 10(2), pp. 634–641.
Green, L. W. (1980) Health Education Planning a Diagnostic Approach.

43
Mayflied Publishing Co. California.
Hapsari, N. R. (2010) ‘Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Ibu
Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Desa
Tunggulsari Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Tahun 2010’.
Universitas Negeri Semarang.
Kementerian, K. R. I. (2010) Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta.
Kementerian, K. R. I. (2019) Profil Kesehatan Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes
RI.
Keputusan, M. K. R. I. (2004) ‘Keputusan Menteri Kesehatan RI. No
1193/MENKES/SK/2004 Tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. Jakarta’.
Krathwohl, R. D. (2002) A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview, Theory
Into Practice, 41 (4): 212-218.
Kusumawati, A. N. F. (2018) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di
Desa Sumberejo Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan Tahun 2015’,
pp. 1–10.
Lesmana (2012) ‘Hubungan Karakteristik Pengetahuan dan Sikap Guru dengan
Penerapan PHBS di SD N 08 Jelembar Jakarta Barat Tahun 2012’.
Luthviatin, N. (2012) ‘Dasar-Dasar Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku’.
Mardalis (2008) ‘Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara’.
Mubarak, I. (2012) ‘Promosi Kesehatan untuk Kebidanan’. Jakarta: Salemba
Medika, pp. 1–6.
Newcomb, T. M. et. a. (1985) ‘Psikologi Sosial, Bandung: CV Diponegoro.’
Notoatmodjo, S. (2002) ‘Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta’.
Notoatmodjo, S. (2003) ‘Pendidikan dan Perilaku Kesehatan’, Jakarta: rineka
cipta, 16, pp. 15–49.
Notoatmodjo, S. (2005) ‘Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi’, Jakarta: Rineka
Cipta, pp. 52–54.
Notoatmodjo, S. (2007) ‘Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku’, Jakarta: Rineka
Cipta, 20.

44
Notoatmodjo, S. (2010a) ‘Ilmu Perilaku Kesehatan’, Jakarta: rineka cipta, 200,
pp. 26–35.
Notoatmodjo, S. (2010b) ‘Metodologi Penelitian Kesehatan’. Jakarta: rineka cipta.
Notoatmodjo, S. (2012) ‘Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan VI)’,
Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.
Nurjanah, P. (2013) ‘Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dukuh Kedan Wetan Kelurahan
Keden Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun 2013.’
Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.
Peraturan, M. K. R. I. (2002) Peraturan Menteri Kesehatan RI No :
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum. Jakarta.
Peraturan, M. K. R. I. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju
Sehat (KMS) Bagi Balita.
Peraturan Pemerintah, R. I. (2012) ‘Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif’,
Jakarta. Depkes RI.
Rayhana, R. A. T. (2016) ‘Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di
Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Bekasi Utara Tahun 2016’,
12(2), pp. 168–180.
Saam, Z dan Wahyuni, S. (2012) ‘Psikologi Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada’.
Safrina Daulay (2018) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga
dengan PHBS di Hutai I Nagori Bandar Malela Kecamatan Gunung
Maligas Kabupaten Simalungun Tahun 2018’, 3(2), pp. 30–43.
Sastroasmoro, S. and Ismael, S. (2002) ‘Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi ke-2’, Jakarta: Sagung Seto.
Siti Matoya, L. K. (2014) ‘Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Karakteristik Ibu
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon’, pp. 864–

45
873.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Cetakan 2
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono (2014) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhartono, S. (2009) Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.
Sukma Saini, S. A. (2016) ‘Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas
Sombaopu Gowa’, 3(2), pp. 39–52.
Sunaryo, M. (2004) Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Walgito, B. (2004) Pengatar Psikologi Umum, UPN, Yogyakarta.
World, Health Ogranization (2011) Defini Sehat; WHO.
World, Health Organization (2011) ‘Noncommunicable Diseases in the
South-East Asia Region’.

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA


TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAPIBU RUMAH TANGGA
DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KECAMATAN
PEMULUTANKABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2020

Tanggal Survei :

46
I. Karakteristik
a. Nama Reponden :
b. Alamat : RT….. RW…..
c. Umur :
d. Pendidikan Terakhir :
II. Pengetahuan
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan yang
ibu ketahui. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih.
1. Salah satu indikator PHBS di rumah tangga adalah…..
a. Mencuci tangan dengan air dan sabun
b. Keluarga sadar gizi
c. Kepemilikan jaminan kesehatan
Indikator
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
2. Yang menolong ibu melahirkan seharusnya adalah…..
a. Bidan
b. Perawat
c. Dukun bayi

Memberi ASI Ekslusif kepada Bayi


(0-6 bulan)
3. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif…..
a. Memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan selama 6 bulan
b. Memberi asi ASI serta makanan tambahan
c. Memberi ASI sampai 2 tahun
Menimbang Bayi setiap Bulan
4. Berapakah usia bayi sebaiknya diberikan makanan pendamping ASI…..
a. Dibawah 6 bulan
b. 8 bulan
c. Setelah 6 bulan
5. Apa tujuan dilakukan penimbangan bayi setiap bulan…..
a. Memantau pertumbuhan bayi

47
b. Agar dapat makanan tambahan
c. Kerana balita tersebut sakit
Menggunakan Air Bersih
6. Berikut ini ada beberapa syarat air bersih adalah…..
a. Air yang berbau dan berwarna
b. Air yang mengandung bahan kimia
c. Air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, dan tidak berwarna
7. Jarak minimal sumber air dengan septic tank, lubang sampah, dan air kotor
adalah…..
a. 5 meter
b. 10 meter
c. 20 meter
Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
8. Mencuci tangan sebaiknya menggunakan…..
a. Air yang terdapat dalam ember
b. Cukup mencuci tangan dengan air saja
c. Air bersih yang mengalir dan sabun

9. Penyakit apa yang ditularkan akibat tidak mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun…..
a. ISPA
b. Diare
c. Kanker
10. Kegunaan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan yaitu
untuk mencegah tangan dari…..
a. Penyebab penyakit
b. Mengobati kuman
c. Mikroorganisme dan kuman yang dapat menyebabkan penyakit
Menggunakan Jamban Sehat
11. Berikut ini terdapat beberapa syarat jamban sehat yaitu…..
a. Berjarak 5 meter dari dari sumber air minum

48
b. Lebih dari 10 meter dari sumber air, penerangan yang baik, dan mdah
untuk dibersihkan
c. Berjarak 10 meter
Memberantas Jentik Nyamuk
12. Tujuan dari 3M (menguras, menutup, mengubur) adalah…..
a. Agar halaman rumah menjadi bersih
b. Membebaskan rumah dari jentik nyamuk
c. Agar rumah terhindar dari bau yang tidak sedap
13. Penyakit apa yang ditularkan dari nyamuk…..
a. Pneumonia
b. DBD (Deman Berdarah Dengue)
c. Diabetes
Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
14. Makan buah dan sayur sebaiknya…..
a. 2 hari sekali
b. 1 minggu sekali
c. Setiap hari

Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari


15. Akivitas fisik terdiri dari tiga macam yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang,
dan aktivitas berat. Yang bermasuk dalam contoh aktivitas ringan adalah…..
a. Angkat besi
b. Lari maraton
c. Mengepel lantai
16. Tujuan dari melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah…..
a. Agar hidup sehat tapi capek
b. Agar tubuh sehat dan bugar
c. Merupakan gaya hidup sehat
Tidak Merokok di dalam Rumah
17. Orang yang tidak merokok tetapi berada dalam ruang dengan orang yang
sedang merokok dan menghirup asap rokok disebut…..

49
a. Perokok aktif
b. Penjual rokok
c. Perokok pasif
18. Salah satu zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok yaitu…..
a. Oksigen
b. Nikotin
c. Karbohidrat

III.Sikap
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan sikap
ibu. Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang telah disediakan.
Keterangan :
S : Setuju (3)
TS : Tidak Setuju (1)

NO Pernyataan S TS
1 Menyarankan tetangga yang sedang hamil agar persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan dokter, bidan atau perawat.
2 Menurut ibu boleh memberikan ASI Eksklusif ditambah
dengan makanan tambahan (susu formula, bubur, dan
pisang) sebelum bayi berusia 6 bulan.

50
3 Menurut ibu berat badan bayi harus di timbang sekali
sebulan.
4 Menggunakan air bersih yang secara fisik dapat dibedakan
oleh indra manusia dengan ciri-ciri tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau untuk kebutuhan sehari-hari.
5 Sebelum dan sesudah melakukan aktifitas sebaiknya ibu
mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
6 Setiap rumah tangga perlu adanya jamban yang sesuai
dengan syarat kesehatan (septic tank/leher angsa).
7 Genangan air pada bak mandi, vas bunga, talang air
merupakan tempat perindukan nyamuk.
8 Menurut ibu ciri-ciri sayur dan buah yang bebas dari
pestisida dan zat berbahaya bisa dilihat terdapat sedikit
lubang bekas dimakan ulat namun tetap segar.
9 Menurut ibu jika tidak melakukan aktifitas fisik paling
sedikit 30 menit setiap hari dapat mengganggu kesehatan.
10 Merokok di dalam maupun diluar rumah tidak baik bagi
kesehatan.

IV. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan
perilaku atau tindakan ibu. Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang telah
disediakan.
Keterangan :
Ya : Menerapkan PHBS
Tidak : Tidak menerapkan PHBS

N Pernyataan Ya Tidak
O
1 Apaka ibu datang ke pelayanan kesehatan untuk
pertolongan persalinan.
2 Apakah ibu memberikan ASI Eksklusif saja pada bayi
dari umur 0-6 bulan.
3 Apaka ibu membawa bayi dan balita untuk ditimbang di
posyandu setiap bulan.
4 Apaka ibu menggunakan air bersih untuk memasak,

51
mencuci, mandi dan minum.
5 Apaka ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
sebelum dan sesudah makan atau buang air besar.
6 Apaka ibu buang air besar/kecil di jamban yang
menggunakan septic tank leher angsa.
7 Apakah ibu melakukan 3M setiap seminggu sekali untuk
memberantas jentik nyamuk.
8 Apakah ibu makan sayur dan buah setiap hari.
9 Apakah ibu melakukan aktifitas fisik atau olahraga
mnimal 30 menit dalam sehari.
10 Apakah ibu melarang bapak atau anggota keluarga
merokok di dalam rumah.

V. Ketersediaan Sarana dan Prasarana


Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan
ketersediaan sarana dan prasarana. Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang
telah disediakan.

N Pernyataan Ya Tidak
O
1 Apakah rumah ibu memilki tempat pembuangan sampah
(tempat sampah).
2 Apakah rumah ibu memiliki sumur dengan air yang yang
jernih.
3 Apakah rumah ibu memilki jamban / wc.
4 Apakah lantai rumah ibu terbuat dari semen.
5 Apakah rumah ibu memiliki saluran pembuangan air
limbah (air bekas cucian).
6 Apakah rumah ibu terdapat sabun cuci tangan.
7 Apakah rumah ibu terdapat lahan dan bahan yang dapat
digunakan untuk mebuatan jamba / wc.
8 Apakah selalu ada air dalam jamban yang ibu gunakan.
9 Apakah fasilitas posyandu di desa ibu lengkap
Apakah di Desa ini tersedia fasilitas kesehatan seperti
puskesmas.
10 Apabila salah satu dari anggota keluarga ibu sakit,

52
apakah ibu langsung membawanya ke puskesmas, rumah
sakit, atau klinik.

V. Peran petugas Kesehatan


Petunjuk : Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar sesuai dengan yang ibu
ketahui. Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang telah disediakan.
1. Apakah petugas kesehatan pernah melakukan penyuluhan mengenai PHBS ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah petugas kesehatan menjelaskan mengenai penyakit penyakit yang
ditimbulkan dari tidak berPHBS ?
a. Ya
b. Tidak
3 Apakah petugas kesehatan memberikan edukasi cara pelaksanaan PHBS rumah
tangga ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah petugas kesehatan memberikan informasi mengenai manfaat PHBS
dalam rumah tangga ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah petugas kesehatan melakukan identifikasi mengenai masalah masalah
yang berhubungan dengan PHBS
a. Ya
b. Tidak

53

Anda mungkin juga menyukai