Anda di halaman 1dari 91

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEMAMPUAN

MENGGOSOK GIGI SECARA MANDIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA


DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) SE-KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh

SALMA INSANI
CKR0160044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEMAMPUAN


MENGGOSOK GIGI SECARA MANDIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA
DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) SE-KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2020

Diajukan oleh:
SALMA INSANI
CKR0160044

Kuningan, Mei 2020


Telah Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M. Kes., AIFO Ns. Vina Fuji Lastari, S. Kep
NIP. 1965 0324 1990022001 NIK. 990424 201411 009
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, atas rahmat dan

karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Kemampuan

Menggosok Gigi Secara Mandiri Pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa

(SLB) Se-Kabupaten Kuningan Tahun 2020”. Proposal penelitian ini disusun

sebagai salah satu rangkaian penelitian yang diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi S1 Keperawatan di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU).

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari banyak mengalami

kesulitan dan hambatan. Namun dengan bimbingan, arahan, dan motivasi dari

berbagai pihak sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian tepat pada waktunya. Maka dalam kesempatan kali ini penulis

menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes, AIFO., selaku Ketua Yayasan

Bhakti Husada Kuningan sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama proses penyusunan

proposal sehingga penulis mendapat kemudahandalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

ii
2. Ns. Vina Fuji Lastari, S.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi selama proses penyusunan

proposal sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

3. Abdal Rohim, S.Kp., M.H, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kuningan

4. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

5. Seluruh staff dosen Program Studi S1 Keperawatan, staf perpustakaan, dan

karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan yang telah membantu

memfasilitasi penulis dalam penulisan proposal penelitian ini.

6. Kepala sekolah beserta staff pengajar SLB Negeri Luragung, SLB C

YPALB Perwari Ancaran, SLB Dharma Wanita Jalaksana, SLB Ar-

Rahman Sukamulya, SLB Aulia Azzahra, SLB Laskar Taruna Mandiri

Darma, dan SLB Kadugede yang telah megijinkan serta membantu penulis

dalam proses penyusunan proposal penelitian.

7. Teristimewa kepada Ibunda Ika Supartika, Ayahanda Agus Hidayat dan

Bapak Sugeng Heriyanto, juga Adikku tercinta Cahaya Ramadhan beserta

keluarga yang selalu memberikan dukungan serta kasih sayang yang tiada

hentinya yang menjadikan dorongan motivasi untuk penulisan proposal

ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu mendukung dan

membantu penulis selama penulisan proposal penelitian ini, semoga

dengan
iii
iringan do’a kita semua dapat melewati masa-masa ini tepat pada

waktunya, aamiin.

Semoga Allah memberikan balasan atas jasa yang telah diberikan dan

menjadikan ladang pahala bagi kita semua, aamiin. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan proposal penelitian ini masih terdapat banyak sekali kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya perbaikan di masa yang

akan datang.

Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca. Aamiin Allahumma Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Kuningan, Mei 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................v

DAFTAR TABEL............................................................................................vii

DAFTAR BAGAN..........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

1.5. Keaslian Penelitian ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9

2.1. Pola Asuh Orang Tua .............................................................................. 9

2.2. Kemampuan Bina Diri (Menggosok Gigi).............................................. 15

2.3. Konsep Tunagrahita ................................................................................ 20

2.4. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 26

2.5. Kerangka Teori........................................................................................ 28

v
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFISNISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS .......................................................................................... 29

3.1. Kerangka Konsep .................................................................................... 29

3.2. Defiinisi Operasional .............................................................................. 30

3.3. Hipotesis.................................................................................................. 32

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 33

4.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ............................................. 33

4.2. Variabel Penelitian .................................................................................. 34

4.3. Populasi dan Teknik Sampling................................................................ 34

4.4. Instrumen Penelitian................................................................................ 38

4.5. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 42

4.6. Teknik Analisis Data............................................................................... 44

4.7. Etika Penelitian ....................................................................................... 48

4.8. Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian ..................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................48

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian............................................................................7

Tabel 3.1 Definisi Operasional..........................................................................31

Tabel 4.1 Data jumlah populasi dan sample setiap SLB...................................40

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.................................................................................27

Bagan 3.1 Kerangka Konsep.............................................................................39

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan................................... 52

Lampiran 2 Surat Permohonan Jadi Responden .............................................. 66

Lampiran 3 Lembar Surat Persetujuan Responden .......................................... 67

Lampiran 4 Kisi-kisi Kuesioner ....................................................................... 68

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian..................................................................... 79

Lampiran 6 Kisi-kisi Kemampuan Menggosok Gigi ....................................... 71

Lampiran 7 Lembar Penilaian Mneggosok Gigi.............................................. 72

Lampiran 8 Hasl Uji Validitas Pola Asuh ....................................................... 74

Lampiran 9 Kartu Bimbingan Skripsi ............................................................. 75

Lampiran 10 Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi ........................................ 75

Lampiran 11 Riwayat Hidup ........................................................................... 78

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjaga kebersihan adalah kewajiban setiap individu agar

terhindar dari sakit, salah satunya menjaga kebersihan gigi dan mulut

dengan cara menggosok gigi. Data RISKESDAS tahun 2018 menyebutkan

bahwa 57,6% masyarakat Indonesia memiliki permasalahan gigi dan

mulut, sementara dalam kategori anak jumlahnya cukup tinggi yaitu 93%.

Proporsi prilaku menyikat gigi dengan benar masyarakat Indonesia hanya

2.8% dari usia >3 tahun. Data tersebut menunjukan angka yang cukup

tinggi untuk masalah gigi dan mulut yang berbanding terbalik dengan

angka prilaku menggosok gigi dengan benar. Rampi et al. (2017)

mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki resiko sangat

tinggi pada masalah kebersihan mulut dan gigi karena memerlukan

bantuan dalam melakukan kebersihan gigi dan mulutnya. Penyakit gigi

dan mulut yang sering terjadi pada anak diantaranya gigi berlubang dan

karies gigi. Hasil RISKESDAS tahun 2018 menunjukan rata-rata anak

mengalami lubang pada 8 giginya. Hal ini dapat mempengaruhi gizi anak

karena gigi berlubang membuat anak menolak untuk makan.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda baik dalam

segi fisik, psikis, maupun intelektual. Anak tunagrahita memiliki

1
2

keterbatasan dalam segi intelektualnya. World Health Organization

(WHO) dalam Nismal (2018) memperkirakan jumlah anak berkebutuhan

khusus di Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah anak. Sementara itu

Kumar et al. (2016) memeperkirakan prevalensi tunagrahita di seluruh

dunia sekitar 23% dari seluruh populasi di dunia. Hasil survey Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik

(BPS) tahun 2012, jumlah penyandang disabilitas di indonesia sebanyak

6.008.661 orang, dari jumlah tersebut sekitar 402.817 orang penyandang

tunagrahita/retardasi mental. Data kementrian pendidikan dan kebudayaan

Indonesia tahun 2016/2017, menyebutkan jumlah siswa tunagrahita di

Indonesia berjumlah

69.403 siswa, sementara untuk provinsi Jawa Barat jumlah siswa

tunagrahita adalah 13.173 siswa. Jumlah siswa tunagrahita baik di

Indonesia maupun provinsi Jawa Barat merupakan jumlah kateogori siswa

SLB terbanyak dibandingkan dengan kategori kelainan lainnya. Hasil studi

pendahuluan peneliti yang dilakukan di Kabupaten Kuningan diperoleh

data seluruh siswa tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan adalah

sejumlah 241 siswa dari 7 sekolah.

Data-data tersebut menunjukan bahwa jumlah anak tunagrahita di

Indonesia cukup banyak, sehingga peran orangtua sangat penting dalam

membantu anak tunagrahita melakukan kegiatan menggosok gigi.

Helmawati (2016) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua sangat

berpengaruh dalam pembentukan awal kepribadian atau sifat serta perilaku

anak sejak dini. Pola asuh adalah bagaimana orang tua memperlakukan,
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam

mencapai proses kedewasaan secara langsung maupun tidak langsung.

Nismal (2018) mengatakan sebagian besar waktu anak adalah dengan

orang tuanya, maka pintu gerbang perawatan gigi pada anak-anak

berkebutuhan khusus terletak pada pola asuh orang tuanya.

Penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Putriani tahun 2016

terkait penggunaan media video animasi sebagai upaya peningkatan

pembelajaran bina diri menggosok gigi pada anak tunagrahita kategori

sedang di SDLB Negeri Pembina Yogyakarta, hasil dari penelitian tersebut

menunjukan adanya peningkatan pembelajaran bina diri setelah

menggunakan media video animasi pada anak tunagrahita kategori sedang.

Perbedaan siklus I dan siklus II adalah strategi pembelajarannya.

Penelitian lainnya yang di lakukan oleh Nina tahun 2019 mengenai

hubungan pola asuh orang tua dengan kebersihan gigi dan mulut pada anak

retradasi mental di SLB Negeri Yogyakarta menunjukan hasil anak yang

di didik dengan pola asuh demokratis menghasilkan OHI-S kategori

sedang sebanyak 53,8%. Hasil uji analisis statistik kendall’s-tau pada

tingkat kepercayaan 0,05 menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan

antara pola asuh orang tua dengan kebersihan gigi dan mulut pada anak

retradasi mental di SLB Negeri 2 Yogyakarta. Nilai signifikan (p) pola

asuh otoriter (0,407), pola asuh permisif (0,766), pola asuh demokratis

(0,386) dan pola asuh campuran (0,639).


Hasil studi pendahuluan peneliti di salah satu SLB di kabupaten

Kuningan didapatkan data siswa tunagrahita dengan kemampuan

menggosok gigi secara mandiri tanpa bantuan sejumlah 15 siswa, siswa

tunagrahita dengan kemampuan menggosok gigi secara mandiri dengan

bantun 15 siswa, dan siswa tidak mampu mempraktekan secara benar

walaupun dengan bantuan verbal dan nonverbal 2 siswa.

Berdasarkan uraian di atas didapatkan data kemampuan

menggosok gigi secara mandiri yang berbeda-beda antara siswa

tunagrahita, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan

Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Kemampuan Menggosok Gigi Secara

Mandiri pada Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) Se-

Kabupaten Kuningan Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orangtua

dengan kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita

di SLB Se-Kabupaten Kuningan tahun 2020 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh

orang tua dengan kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak

tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan tahun 2020.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran pola asuh orang tua anak tunagrahita di

SLB Se-Kabupaten Kuningan tahun 2020.

2. Mengidentifikasi gambaran kemampuan menggosok gigi secara

mandiri pada anak tunagrahitadi SLB Se-Kabupaten Kuningan tahun

2020.

3. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan

menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita di SLB Se-

Kabupaten Kuningan tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

keperawatan anak khususnya anak berkebutuhan khusus dalam pemenuhan

kebutuhan bina diri menggosok gigi untuk menjaga kebersihan gigi dan

mulut pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) Se-Kabupaten

Kuningan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Orangtua dan Anak Tunagrahita

Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola asuh

sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan

meningkatkan kemampuan serta kebiasaan menggosok gigi kepada

anak tunagrahita sebagai salah satu cara perawatan gigi dan mulut.
2. Bagi Sekolah Luar Biasa (SLB)

Meningkatkan program pembelajaran dan pelatihan bina diri

menggosok gigi anak tunagrahita bagi tenaga pendidik di Sekolah

dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Program Studi Strata 1 Keperawatan STIKes Kuningan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

pengetahuan dan keterampilan mahasiswa serta menjadi bahan bacaan

di perpustakaan STIKes Kuningan tentang pola asuh orang tua dan

kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Penelitian
Judul Peningkatan Upaya Pembelajaran Bina Diri Menggosok Gigi Pada
Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas IV SDLB Di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta
Penelliti Gigih Putriani (2016)
Subyek Anak tunagrahita kategori sedang kelas IV SDLB di SLB Negeri
pembina Yogyakarta, waktu penelitian kurang lebih satu bulan,
dengan subyek berjumlah 2 siswa.
Metode Kuantitatif-Classroom Action Research
Hasil Hasil tes pembelajaran bina diri menggosok gigi melalui
penerapan media video animasi pada siklus II menunjukkan
adanya peningkatan. Jika pada pasca tindakan siklus I subjek
SA memperoleh nilai 60, pada pasca tindakan II subjek SA
memperoleh nilai 81,25 sehingga mendapat peningkatan sebesar
21,25%. Subjek BGS pada pasca tindakan siklus I memperoleh
nilai sebesar 67,5 dan mendapatkan nilai pada pasca tindakan II
sebesar 90 sehingga mendapat peningkatan sebesar 22,5%. Hasil
pasca tindakan siklus II diketahui bahwa siswa sudah dapat
mencapai KKM sebesar 75 dan didapatkan hasil yang
memuaskan. Oleh karena itu pemberian tindakan dapat dihentikan.
hasil dari penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan
pembelajaran bina diri setelah menggunakan media video animasi
pada anak tunagrahita kategori sedang. Perbedaan siklus I dan
siklus II adalah strategi pembelajarannya.
No Penelitian
Judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kebersihan Gigi Dan
Mulut Pada Anak Retradasi Mental Di SLB Negeri Yogyakarta
Peneliti Nina Rif’ah, Taadi, Almujadi (2019)
Subyek Orangtua dan anak retradasi mental di SLB Negeri Yogyakarta,
waktu penelitian kurang lebih satu bulan, dengan besar sample
n=30.
Metode Survey analitik-Cross sectional
Hasil Anak yang dididik dengan pola asuh demokratis menghasilkan
OHI-S kategori sedang sebanyak 53,8%. Hasil uji analisis statistik
kendall’s-tau pada tingkat kepercayaan 0,05 menunjukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kebersihan gigi dan mulut pada anak retradasi mental di SLB
Negeri 2 Yogyakarta. Nilai signifikan (p) pola asuh otoriter
(0,407),
pola asuh permisif (0,766), pola asuh demokratis (0,386) dan pola
asuh campuran (0,639).

Berdasarkan keaslian penelitian yang telah dijelaskan pada tabel

1.1 perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya adalah pada penelitian Gigih Putriani (2016) menggunakan

media video animasi dalam upaya peningkatan pembelajaran bina diri

menggosok gigi sehingga faktor yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan menggosok gigi anak terletak pada media vedeo animasi.

Penelitian lainnya yaitu penelitian oleh Nina Rif’ah et al. (2019) fokus

penelitian kepada pola asuh orangtua yang mempengaruhi kebersihan

mulut dan gigi secara umum, sedangkan pada penelitian ini lebih fokus

terhadap pola asuh orangtua dengan kemampuan menggosok gigi secara

mandiri anak tunagrahita denga demikian fokus bahasan lebih khusus

kepada kemampuan menggosok gigi anak.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dipaparkan beberapa teori, konsep dan penelitian sebelumnya

yang terkait dengan masalah peneliti, yang digunakan sebagai sumber rujukan saat

melakukan penelitian dan pembahasan. Tinjauan teori dalam penelitian ini meliputi pola

asuh orangtua, kemampuan bina diri (menggosok gigi), dan konsep anak tunagrahita.

2.1 Pola Asuh Orang Tua

2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orangtua memiliki beberapa pengertian menurut para ahli, namun

pada dasarnya memiliki inti dan arti yang sama.

Menurut Tridhonanto (2014) mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua


adalah suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, dimana orang tua yang
memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan
nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh
serta berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki
sifat rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk sukses.
Helmawati (2016) menyatakan bahwa pola asuh orang tua terhadap anak

sangat menentukan dan mempengaruhi kepribadian atau sifat serta perilaku anak,

karena pembentukan anak bermula atau berawal dari keluarga. Anak menjadi baik

atau buruk semua tergantung dari pola asuh orang tua dalam keluarga.

Pendapat lain menurut Nismal (2018) mengatakan bahwa pola asuh adalah
cara orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Karena sebagian besar waktu anak adalah dengan orang
tuanya, maka pintu gerbang keberhasilan perawatan gigi pada anak-anak
berkebutuhan khusus terletak pada pola asuh orang tuanya.
Berdasarkan pengertian-pengertian menurut para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah cara orangtua berinteraksi dengan

anak yang akan mempengaruhi kepribadian, perilaku, sifat, pola pikir, serta nilai-

nilai kehidupan anak baik ke arah positif maupun ke arah negatif.

2.1.2 Tipe-Tipe Pola Asuh Orangtua

Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua kepada anaknya akan memberikan

pengaruh yang besar dalam kehidupan dimasa yang akan datang. Setiap orangtua

memberikan pola asuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung

dari tipe pola asuh yang di terapkan dalam keluarga.

Hasnida (2014) mengidentifikasikan tiga tipe pola asuh, yaitu :


1. Pola Asuh Otoriter (Parent Orient)
Pola asuh otoriter (parent orient) pada umumnya menggunakan pola
komunikasi satu arah (one way communication). Ciri-ciri pola asuh ini
menekankan bahwa segala aturan orang tua harus ditaati oleh anaknya. Inilah
yang dinamakan win-lose solution. Orang tua memaksakan pendapat atau
keinginan pada anaknya dan bertindak semaunya kepada anak, tanpa dapat di
kritik oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa
saja yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang tua. Anak tidak diberi
kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakannya.
Kondisi pola asuh ini menyebabkan anak seolah-olah menjadi penurut
sehingga mungkin saja pada akhirnya anak tumbuh menjadi individu yang
kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder
dalam pergaulan, hingga kurang mandiri karena segala sesuatu tergantung pada
orang tua. Sisi positif dari pola asuh ini yaitu anak menjadi penurut dan
cendrung
akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan yang ditetapkan orang tua.
2. Pola Asuh Permisif (Children Centered)
Pada umumnya pola asuh permisif ini menggunakan komunikasi satu
arah (one way communication) karena meskipun orang tua memiliki kekuasaan
penuh dalam keluarga terutama terhadap anak tetapi anak memutuskan apa saja
yang di inginkannya sendiri baik orang tua setuju ataupun tidak. Pola ini
bersifat children centered maksudnya adalah bahwa segala aturan dan ketetapan
keluarga berada ditangan anak.
Pola asuh permisif ini merupakan kebalikan dari pola asuh otoriter
(parent orient). Pola asuh Parient Orient semua keinginan orang tua harus
diikuti anak baik setuju maupun tidak. Sedangkan dalam pola asuh permisif
orang tua harus mengikuti keinginan anak baik orang tua setuju maupun tidak.
Strategi komunikasi dalam pola asuh ini sama dengan pola parent orient yaitu
bersifat win-lose solution. Apa yang diinginkan anak selalu dituruti dan
diperbolehkan oleh orang tua dengan kata lain orang tua mengikuti segala
kemauan anaknya.
Anak cenderung bebas bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan
tanpa memperhatikan nilai norma-norma yang berlaku. Sisi negatif dari pola
asuh ini adalah anak kurang disiplin dengan aturan- aturan sosial yang berlaku.
Sisi positif pola asuh ini bisa didapatkan jika anak menggunakan dengan
tanggung jawab maka anak tersebut akan menjadi seorang yang mandiri,
kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasi dirinya di masyarakat.
3. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah (two way
communication). Kedudukan antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi
sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan
(keuntungan) kedua belah pihak (win-win solution). Orang tua dan anak tidak
dapat semena-mena pada salah satu pihak, atau kedua belah pihak tidak dapat
memaksakan sesuatu tanpa berkomunikasi terlebih dahulu dan keputusan akhir
disetujui oleh keduanya tanpa merasa tertekan. Sisi positif dari pola asuh ini
adalah anak akan menjadi individu yang mempercayai orang lain, bertanggung
jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik dan jujur. Sisi negatifnya
adalah anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau
segala sesuatu harus dipertimbangkan antara orang tua dengan anak.

2.1.3 Dampak Pola Asuh Orangtua

Bermacam-macam pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anaknya

akan menimbulkan dampak yang berbeda dari setiap pola asuhnya. Setiap tipe pola

asuh memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Menurut Ary dalam Meidina (2014), menjelaskan dampak pola asuh pada
anak adalah :
1. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
2. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive,
agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang
matang secara sosial, dan kurang percaya diri.
3. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik pada anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman-
temannya, mampu menghadapi stress, bekerja sama dengan orang lain dan
mampu mengendalikan diri dengan baik.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan cara orangtua dalam mengasuh

anaknya.

Faktor-faktor menurut Arried dalam Putri (2013) yang mempengaruhi pola


asuh orangtua yaitu :

1. Faktor internal
1) Latar belakang orangtua
Orangtua biasanya akan menerapkan pola asuh yang sama dengan
pola asuh yang dipergunakan oleh orangtua atau keluarga besar mereka.
Bisa juga orangtua mengganggap bahwa pola asuh orangtua mereka yang
terbaik, maka ketika mempunyai anak, mereka kembali memakai pola asuh
yang mereka terima. Sebaliknya, bila mereka menganggap bahwa opola
asuh orangtua mereka dahulu salah, biasanya mereka memakai pola asuh
yang berbeda.
2) Usia orangtua
Usia dari orangtua dan anak juga bisa mempengaruhi orangtua
dalam memilih suatu bentuk pola asuh bagi anaknya. Orangtua yang
usianya masih muda cenderung untuk memilih pola sosialisasi yang
demokratis atau permisif dibandingkan mereka yang sudah lanjut usia.
3) Pendidikan dan wawasan orangtua
Tinggi rendahnya jenjang pendidikan yang di kecap orangtua yang
menentukan pola asuh dalam sebuah keluarga. semakin tinggi dan maju
pendidikan orangtua, biasanya semakin baik pula keputusan mereka dalam
menentukan pola asuh pada anak-anaknya.
4) Jenis kelamin orangtua dan anak
Jenis kelamin orangtua dan anak, banyak juga yang harus
diperhatikan orangtua dalam menerapkan pola asuh. Pada umunya wanita
lebih mengerti tentang anak, oleh karenanya orangtua wanita lebih
demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan orangtua laki-laki.

2. Faktor Eksternal
1) Tradisi yang berlaku dalam lingkungan
Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh yang sama dengan tradisi
yang ada di lingkungannya. hal ini di karenakan mereka beranggapan
bahwa tradisi yang berlaku di lingkungannya di anggap paling baik oleh
masyarakat di sekitarnya. pilihan ini terutama dilakukan oleh orangtua yang
usianya masih muda dan kurang pengetahuan.
2) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam menggunakan
pola sosialisasi mereka bagi anak-anaknya. jika orangtua adalah orang yang
terpandang di suatu lingkungan, maka biasanya orangtua akan menerapkan
pola asuh otoriter karena ingin anak-anaknya menurut padanya, sehingga
pandangan orang lain pada orangtuanya.

2.1.5 Aspek-Aspek Pengukuran Pola Asuh Orangtua

Orangtua menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya, dapat ditunjukan

melalui berbagai macam aspek.

Menurut Setianingsih dalam Meidina (2014) pola asuh orangtua dapat


ditunjukan melalui aspek-aspek :
1. Peraturan, penerapan aturan yang harus di patuhi dalam kegiatan sehari-hari.
2. Hukuman, pemberian sanksi terhadap ketentuan atau aturan yang di langgar.
3. Hadiah, pemberian hadiah terhadap kegiatan yang di lakukan anak.
4. Perhatian, tingkat kepedulian orangtua terhadap aktivitas dan kehendak anak.
5. Tanggapan, cara orangtua menanggapi sesuatu dalam kaitannya dengan
aktivitas dan keinginan anak.

2.1.6 Cara Pengukuran Pola Asuh Orangtua

Alat ukur untuk menilai pola asuh orangtua menggunkan skala likert yang di

modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan jumlah pertanyaan 15 item

masing-masing terdiri 5 item yang menggambarkan ciri pengasuhan demokratis

(favorable) (+) dengan nilai 3 “selalu”, 2 “kadang-kadang”, 1 “tidak pernah”, 7 item

yang menggambarkan ciri pengasuhan otoriter dan 2 item menggambarkan cirri

pengasuhan permisif (unfavorable) (-) dengan nilai 1 “selalu”, 2 “kadang-kadang”, 3

“tidak pernah”. Menurut Susanti (2018) cara pengukuran pola asuh orangtua

menggunakan teknik persentasi menggunakan rumus:


Jumlah skor
Presentase X
%= Jumlah pernyataan x 100%
skor tertinggi
a. Pola asuh otoriter

21
Rumus : Persentase (%) = × 100%
21

b. Pola asuh permisif

Rumus : Persentase (%) = 6 × 100%


6

c. Pola asuh demokratis

Rumus : Persentase (%) = 15 × 100%


15

sehingga interpretasi kategorinya yaitu nilai yang mendekati 100% atau nilai yang
diambilnya adalah nilai yang tertinggi menurut Susanti (2018).

Tabel 2.1 Kategori Skor Pola Asuh Prangtua dalam Skala Likert

Pernyataa Pernyataan
n Unfavorabl
Favorable e
Selalu =3 Selalu =1
Kadang- =2 Kadang- =2
kadang Kadang
Tidak =1 Tidak =3
pernah pernah

2.2 Kemampuan Bina Diri (Menggosok Gigi)

2.2.1 Pengertian Bina Diri

Bina diri merupakan aktivitas pemenuhan kebutuhan kebersihan diri seperti

mandi, menggosok gigi, berpakaian, toileting, dsb. Bina diri idealnya dilakukan

secara mandiri oleh setiap individu karena merupakan kebutuhan dasar yang harus

terpenuhi agar terhindar dari sakit dan terciptanya kebersihan dan kesehatan.

Menurut Casmini dalam Hardiyanti (2016) bina diri merupakan suatu usaha
untuk membangun diri individu baik sebagai individu maupun makhluk sosial
melalui pendidikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat sampai terwujudnya suatu
kemandirian untuk melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari.Pembelajaran bela diri perlu di berikan kepada anak tunagrahita kategori sedang
karena pada umumnya mereka mengalami permasalahan dalam mengurus atau
memelihara diri sendiri.

Mumpuniarti dalam Hardiyanti (2016) menyatakan bahwa bina diri (self

care skill) merupakan program yang di persiapkan bagi siswa hambatan mental

supaya mampu menolong diri sendiri dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan

dengan kebutuhannyasendiri.

Menurut Widya dalam Hardiyanti (2016) program binadiri terdiri dari


beberapa aspek pengembangan yang berkaitan satu sama lain, yaitu:
1. Merawat diri: makan-minum, kebersihan badan, menjaga kesehatan;
2. Mengurus diri: berpakaian, berhias diri;
3. Menolong diri: menghindar dan mengendalikan diridari bahaya;
4. Berkomunikasi: komunikasi non- verbal, verbal atau tulisan;
5. Bersosialisasi: pernyataan diri, pergaulan dengan anggota keluarga, teman,
dan anggota masyarakat;
6. Penguasaan Pekerjaan: pemeliharaan alat, penguasaan keterampilan, mencari
informasi pekerjaan, mengkomunikasikan hasil pekerjaan dengan orang lain;
7. Pendidikan Seks: membedakan jenis kelamin, menjaga diri dan alat
reproduksi, menjaga diri dari sentuhan lawan jenis.
8. Program bina diri yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu pada materi
menggosok gigi yang tercakup dalam materi kebersihan diri.

2.2.2 Pengertian Menggosok Gigi

Menggosok gigi merupakan kegiatan mengurus diri dalam merawat

kebersihan dan kesehatan mulut dan gigi. Menggosok gigi penting dilakukan

bagi anak tunagrahita sedang agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut.

Potter dan Perry (2005) dalam Sari (2014) mengatakan bahwa

menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan

plak. Sementara itu menurut Maria J Wantah (2007) dalam Hardiyanti (2016)

mengungkapkan bahwa menggosok gigi adalah kegiatan membersihkan gigi

dengan sikat gigi.


Warner dalam Hardiyanti (2016) memaparkan bahwa banyak anak
tunagrahita yang mengalami masalah pada gigi dan gusinya. Pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwasanya anak tunagrahita kurang mampu menjaga
kesehatan gigi dan gusinya sehingga perlu diberi pelatihan merawat gigi dan
gusinya.

2.2.3 Anatomi Fisiologi Gigi

Muttaqin et al (2010) menjelaskan bahwa gigi merupakan salah satu

aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur bervariasi dan banyak fungsi.

Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan.

Rahmadhan (2010) mengatakan bahwa gigi adalah jaringan tubuh yang


paling keras dibandingkan yang lainnya strukturnya berlapis-lapis mulai dari
email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi
pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi.

1. Fungsi Gigi

Fungsi gigi menurut Ramadhan (2010: 20-23) adalah:

1) Pengunyahan
2) Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah
ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan.
3) Berbicara
4) Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf
tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini
tidak terasa sempurna.
5) Estetik
6) Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang rapih
dan bersih.

2. Bagian-Bagian Gigi

Bagian-bagian gigi menurut Lesson dalam Siti (2014), adalah:

1) Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling
keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan
kristalin yang kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium,
fosfat dan flourida. Email meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi
email
melindungi gigi dari zat yang sangat keras dan melindungi gigi saat
menggigit danmengunyah.
2) Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin lebih
lunak dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah
danlimfe.
3) Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan
pembuluh darah, fungsinya adalah berespon tehadap stimulus (panas
dan dingin). Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin
dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10detik.
4) Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbatasan
langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.

3. Bentuk dan fungsi gigi

Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto et al dalam Siti (2014):

1) Gigi seri,jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas
dan empat buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan
mengguntingmakanan.
2) Gigi taring, jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua.
Gigi taring terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing,
berfungsi untuk mencabik makanan. Akar gigi taring ini hanyasatu.
3) Gigi geraham kecil,jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas dan
empat buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan pengganti gigi
geraham sulung. Letaknya di belakang gigi taring, akar gigi geraham
kecil ini semua satu, kecuali yang atas depan, memiliki dua akar. Gigi
geraham kecil berfungsi untuk menghaluskanmakanan.
4) Gigi geraham besar,jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan
enam buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi
geraham kecil, masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan
bertonjol-tonjol, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi
geraham terakhir, seringkali akarnya bersatu menjadi satu dan berfungsi
untuk menggilingmakanan.

2.2.4 Cara Menggosok Gigi

Dalam melakukan kegiatan menggosok gigi harus dipastikan anak

menggosok gigi dengan baik dan benar. Beberapa ahli menjelaskan cara

mmenggosok gigi dengan baik dan benar, namun pada intinya sama bagaimana gigi
dan mulut bersih dari sisa-sisa makanan, plak, jamur, dan sebagainya yang dapat

menimbulkan tumbuhnya kuman dan bakteri penyebab sakit gigi dan mulut.

Menurut Al Hidayati (2013), cara menggosok gigi yang baik dan benar
adalah sebagi berikut:
1. Memegang sikat gigi senyaman mungkin, mengoleskan pasta gigi. Menggosok
gigi bagian depan dengan cara naik turun secara pelan-pelan;
2. Sikat bagian gigi kanan kemudian kiri dengan cara yang sama;
3. Sikat bagian gigi dalam atas dan bawah;
4. Membersihkan lidah;
5. Lakukan gosokan sebanyak 8-10 disetiap bagian gigi dengan waktu 2-3 menit;
6. Berkumur-kumur;
7. Menyimpan sikat gigi di tempat yangbersih.

Pendapat lain menurut Ramadhan (2010 : 22-23) langkah-langkah yang


dilaksanakan dalam menggosok gigi adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan gigi bagian depan yang menghadap ke bibir dan pipi. Dimulai
sari rahang atas baru rahang bawah. Lakukan gosokan sebanyak 10-
20gosokan.
2. Membersihkan permukaan kunyah gigi sebelah kanan dan kiri dengan
gerakan maju mundur sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada bagian rahang atas
terlebih dahulu dilanjutkan rahangbawah.
3. Membersihkan permukaan gigi dalam yang menghadap ke lidah dan langit-
langit dengan menggunakan teknik modifikasi bass untuk lengkung gigi
sebelah kanan dan kiri. Bagian depan bisa dilakukan dengan menyikat dari
arah gusi ke arahmahkota.
4. Terakhir menyikat lidah untuk membersihkan bakteri yang berada di
permukaanlidah.

Agam (2013 : 20) menjelaskan bahwa menyikat harus dilakukan secara


benar. Berikut adalah cara menggosok gigi yang tepat:
1. Gigi bagian luar depan disikat dengan gerakan ke atas dan kebawahsupaya
gusi tidakrusak.
2. Gigi luar bagian belakang dengan cara maju munjur ataumemutar.
3. Gigi bagian dalam disikat dengan bagian menarik.

2.2.5 Cara Pengukuran Kemampuan Menggosok Gigi

Alat ukur kemampuan menggosok gigi pada penelitian ini menggunakan lembar

penilaian kemampuan menggosok gigi anank menurut Helmawati (2016), yang


berisikan 16 item langkah-langkah menggosok gigi. Setaip item di isi oleh nilai skor 1,

2, 3, atau 4 sesuai dengan kemampuan anak sebenarnya.

Dengan Kategori Skor :

Skor 1 : Jika anak tidak mampu mempraktikan dengan benar walaupun dengan

bantuan verbal dan non verbal.

Skor 2 : Jika anak mampu mempraktikan dengan benar namun dengan bantuan

verbal dan non verbal dari orangtua

Skor 3 : Jika anak mampu mempraktikan dengan benar namun dengan bantuan

verbal

Skor 4 : Jika anak mampu mempraktikan dengan benar tanpa ada bantuan

Hasil ukur penilaian kemampuan menggosok gigi menggunakan rumus mean

dimana jumlah skor yang didapatkan, akan menunjukkan rentang nilai kemampuan anak

sebagai berikut :

16 – 32 = Anak tidak mampu menggosok gigi secar amandiri

33 – 48 = Anak mampu menggosok gigi dengan bantuan

49 – 64 = Anak mampu menggosok gigi secara mandiri dengan benar


2.3 Konsep Tunagrahita

2.3.1 Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk anak yang

mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Kepustakaan

bahasa asing menggunakan istilah-istilah mental retardation, mentally

retarded, mental deficiency, mental defective dan lain-lain dalam

menyebutkan tunagrahita (Somantri, 2012). Tunagrahita atau reterdasi

mental adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-

rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam

komunikasi sosial (Atmaja, 2018). Anak dengan reterdasi mental tidak

dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya terlalu

sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula

pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah (Soetjiningsih et al,

2015).

Rendahnya kapabilitas mental pada anak tunagrahita/reterdasi

mental akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk menjalankan

fungsi-fungsi sosialnya. Hendesce dalam Atmaja (2018) memberikan

batasan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang tidak cukup daya

pikirnya, tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri ditempat sederhana

dalam masyarakat. Seorang dikatakan tunagrahita atau reterdasi mental

jika secara sosial tidak cakap, mempunyai mental di bawah normal,

Kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda dan juga

kematangannya terhambat (Edgar Doll dalam Atmaja 2018).

9
10

2.3.2 Klasifikasi Anak Tunagrahita

Tunagrahita memiliki beberapa tingkatan atau klasifikasi dengan

ciri dan juga keterbatasan yang berbeda di setiap klasifikasinya. Soemantri

(2012) menjelaskan bahwa penilaian klasifikasi anak tunagrahita yang

dituturkan oleh Skala Binet dan Skala Weschler, ada tiga yaitu:

1. Tunagrahita ringan
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Menurut
skala binet, kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, sedangkan
menurut skala weschler (WISC) memiliki IQ antara 69-55. Anak
tunagrahita masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung
sederhana. Melalui bimbingan dan didikan yang baik anak tunagrahita
ringan akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

2. Tunagrahita sedang
Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini
memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 pada skala wescler
(WISC). Anak tunagrahita sedang sangat sulit untuk belajar secara
akademik, seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun
mereka bisa belajar menulis secara sosial. Misalnya menulis namanya
sendiri, alamat rumahnya dan lain-lain. Mereka masih dapat dididik
mengurus diri, seperti mandi, menggosok gigi, berpakaian, makan,
minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti
menyapu dan membersihkan perabot rumah tangga. Anak tunagrahita
sedang sangat membutuhkan pengawasan yang terus-menerus agar
mampu terus berkesinambungan akan kebiasaan-kebiasaan yang akan
terus teringat dan mampu mengerjakan suatu hal yang sering
dilakukannnya.

3. Tunagrahita berat
Tunagrahita berat sering disebut idiot. IQ pada anak tunagrahita
berat adalah 32-20 menurut skala binet dan menurut skala Weschler
(WISC) antara 39-52. Tunagrahita sangat berat profound memiliki IQ
di bawah 19-24. Anak tungrahita berat memerlukan bantuan perawatan
secara total, baik itu dalam hal berkaitan dengan mandi ataupun
berpakaian. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya
sepanjang hidupnya.
2.3.3 Perkembangan Kognitif dan Psikomotorik Anak

Kemampuan anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari dapat

pula di pengaruhi oleh perkembangan kognitif dan psikomotorik. Anak

tunagrahita memiliki keterbatasan intelektual sehingga akan berbeda

perkembangan kognitif dan psikomotorik dengan anak normal seusianya.

1. Perkembangan Kognitif
Yusuf dalam Fithriyani (2015) mengatakan bahwa
perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan
continue (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir
sampai mati” atau “perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah).

Warner dalam Fatimah (2010) perkembangan sesuai dengan


prinsip orthogenetis yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan global dan
kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, artikulasi,
dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat
totalitas pada anak bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu
lambat laun semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.

Perkembangan Kognitif menurut Jean piaget dalam Suparno


(2001) dalam Fithriyani (2015) menjelaskan cara anak beradaptasi
dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Cara anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek
seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti
diri, orangtua dan teman. Cara anak mengelompokkan objek-objek
untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya,
untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek
dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek
dan peristiwa tersebut.Sebagian besar teori Piaget dalam Suparno
(2001) dalam Fithriyani (2015) ditujukan untuk memahami bagaimana
struktur kognitif anak berkembang seiring dengan perubahan usianya.
Piaget mengemukakan bahwa terdapat empat tahap perkembangan
yang masing-masing menggambarkan kualitas fungsi kognitif yang
berbeda. Proses-proses yang terjadi dalam belajar, berpikir, dan
persepsi anak itu
berbeda dalam tahap yang berbeda, meskipun masing-masing tahap
dibangun atas dasar tahap sebelumnya. Perbedaan tersebut
menjelaskan mengapa sulit untuk menerangkan sesuatu kepada anak
usia lima tahun dengan menggunakan logika orang dewasa. Anak
bukan hanya tidak dapat memahami kaidah-kaidah logika orang
dewasa, tetapi keseluruhan dunia kognitif anak itu berbeda dari dunia
orang dewasa. Perbedaan itu lebih dari sekedar karena anak belum
belajar sebanyak orang dewasa, tetapi gaya kognitif anak itu memang
sangat berbeda.
Keempat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dalam

Sitti Aisyah Mu’min (2013) adalah: tahap sensorimotor, tahap

praoperasional, tahap operasional konkret, tahap operasional formal.

1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)


Masa perkembangan ini ditandai oleh karakteristik sebagai
berikut:Pemikiran anak terbatas pada "saat ini di tempat ini".Cara
utama yang dipergunakan anak untuk mempersepsi dan memahami
lingkungannya adalah dengan tindakan, bukan melalui
pelambangan simbolik.Pada masa ini anak sedikit demi sedikit
mengembangkan konsep obyek, yaitu pengetahuan bahwa
eksistensi obyek- obyek itu terlepas dari pengalaman dirinya. Anak
mulai mengembangkan pemahaman mengenai ruang, waktu, dan
hubungan sebab-akibat.
2) Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada masa ini anak mampu melambangkan secara simbolik
obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang tidak dilihatnya. Akan
tetapi pemikirannya sebagian besar masih tidak logis. Karakteristik
lain tahap ini adalah:
a) Persepsinya terbatas/harafiah.
b) Sentris: dia hanya dapat memfokuskan perhatiannya pada satu
dimensi stimulus saja pada satu saat.
c) Egosentrik: dia tidak dapat menerima pendapat orang
lain.Tidak dapat memahami himpunan atau klasifikasi.Belum
memiliki konservasi jumlah, kuantitas, berat, apalagi
konservasi volume (yang baru dimiliki anak pada tahap
operasional formal). Misalnya, anak tidak dapat memahami
bahwa kuantitas air tidak berubah bila dituangkan dari satu
bejana ke bejana lain; bahwa jumlah benda akan tetap
meskipun konfigurasinya berubah.Semua anak memperoleh
jenis-jenis konservasi tersebut dengan urutan yang sama:
konservasi jumlah, kuantitas, berat, dan volume.
3) Tahap Operasi Konkret (7-11 / 12 tahun)
Pada masa Operasi Konkret pemikiran anak mulai logis.
Anak mulai paham konsep-konsep konservasi kecuali konservasi
volume. Keterbatasan utama anak adalah bahwa pemikirannya
masih terbatas pada benda-benda konkret, belum dapat berpikir
secara abstrak, sehingga anak tidak dapat memikirkan berbagai
kemungkinan cara pemecahan masalah dan mengujinya secara
sistematis. Sebagian besar anak mulai menunjukkan bukti
kemampuan berpikir secara operasional konkret sejak usia 5 atau 6
tahun tetapi baru sepenuhnya mencapai tahap ini antara usia 8
hingga 10 tahun.
4) Tahap Operasional Formal (11/12-13/14 tahun)
Piaget mengemukakan bahwa anak mulai menunjukkan
kemampuan berpikir secara operasional formal pada usia 11 tahun,
dan Stephens (1974) menemukan bahwa banyak anak normal yang
belum menyelesaikan tahap ini pada usia 18 tahun. Pada tahap ini,
anak mulai melihat realita sebagai suatu subhimpunan dari suatu
himpunan kemungkinan. Anak dapat menguji rangkaian hipotesis
secara sistematis, dapat memahami konservasi tingkat dua seperti
konservasi volume, dan dapat melakukan operasi-operasi atas dasar
gagasan-gagasan abstrak.

2. Perkembangan Psikomotorik
Abdurachman dalam Fithriyani (2015) menjelaskan bahwa
perkembangan psikomotorik atau biasa disingkat perkembangan motor
adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani, tetapi
melalui aktivitas gerakan dalam memasak dikembangkan pula potensi
lainnya, seperti kognitif adalah segi kemampuan yang berkenaan
dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran dan afektif adalah
kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi yang
berbeda dengan penalaran. Psikomotorik memerlukan koordinasi
fungsionalantara neuronmuscular sistem (persyarafan dan otot) dan
fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif).Perkembangan
psikomotorik ini dipengaruhi oleh dua perkembangan motorik kasar
dan motorik halus didalam kesehariannya. Perkembangan motorik
adalah pengendalian proses fungsi organ tubuh yang menyebabkan
terjadinya gerakan.
Yulian Santika dalam Fithriyani (2015) mengatakan
perkembangan motorik dapat mempengaruhi kemampuan seorang
dalam masa pertumbuhan untuk bergerak. Jika terjadi keterbatasan
gerak maka sulit baginya melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari,
sehingga selalu bergantung pada orang lain. Agar ia mampu
melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari maka dituntut ke aktifan
motorik halus dan
kasar agar dapat berfungsi, untuk memenuhi harapan tersebut maka
dibutuhkan latihan bergerak dan beraktifitas.
1) Motorik Kasar
Sujiono dalam Fithriyani (2015) Mengatakan bahwa
kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Mengembangkan
kemampuan motorik kasar sangat diperlukan anak agar mereka
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Seefel dalam buku Metode Pengembangan fisik, menggolongkan
tiga ketrampilan motorik anak yaitu :
a) Keterampilan lokomotorik : berjalan, berlari, meloncat,
meluncur.
b) Ketrampilan stabilitas (menggerakkan bagian tubuh dengan
anak diam di tempat) : mengangkat, mendorong, melengkung,
berayun, menarik.
c) Ketrampilan manipulasi (memproyeksi) dan menerima atau
menangkap benda : menagkap, melempar.

2) Motorik Halus

Motorik halus adalah pengorganisasian sekelompok otot-

otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan

kecermatan koordinasi mata dengan tangan, ketrampilan yang

mencangkup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan

obyek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin, misalnya

mengetik, menjahit, menulis, dll.

Tumbuh kembang motorik anak menurut Harun Rasyid dalam


Fithriyani (2015) ditentukan oleh beberapa prinsip dasar, seperti :
a) Skuensial atau urutan pokok berdasarkan kejadian penting.
b) Sistem kematangan motorik dari motorik kasar ke motorik halus.
c) Pengembangan motor dari kepala ke kaki.
d) Pengembangan motor dari proximal ke distal.

Umumnya anak normal pertumbuhan dan perkembangan

motorik halus, motorik kasar, dan sosialisasinya tidak banyak yang


mengalami kendala. Lain halnya dengan anak tunagrahita, mereka

tidak mampu mengembangkan motorik halusnya secara optimal

sehingga ia membutuhkan perhatian dan latihan khusus untuk

memfungsikan perkembangan motorik.

2.4 Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan, diantanya :

Penelitian yang di lakukan oleh Putriani(2016) dengan judul

Peningkatan Upaya Pembelajaran Bina Diri Menggosok Gigi Melalui

Media Video Animasi Pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas IV

SDLB di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, hasil dari penelitian tersebut

menunjukan adanya peningkatan pembelajaran bina diri setelah di

menggunakan media video animasi pada anak tunagrahita kategori sedang.

Perbedaan siklus I dan siklus II adalah strategi pembelajarannya. Pada

siklus I menggunakan strategi pembelajaran secara klasikal dan pada

siklus II menggunakan strategi praktik secara individual dan permainana.

Peningkatan tersebut ditunjukan dengan tercapainya presentase yang

ditentukan, yakni 75. Terlebih dahulu peneliti memberikan pra tindakan,

adapun nilai pra tindakan yang diperoleh oleh subjek SA yaitu 40 (kurang)

dan subjek BGS 43,75 (kurang). Pada pasca tindakan I subjek SA

memperoleh nilai sebesar 60 (cukup), sedangkan subjek BGS

memeperoleh hasil sebesar 67,5 (baik). Pada pasca tindakan siklus II

subjek SA memperoleh nilai 81,25 (baik), dan subjek II BGS memperoleh

nilai sebesar
90 (sangat baik). Peningkatan skor tersebut ditunjukan dengan siswa

mampu melakukan tahapan-tahapan menggosok gigi sesuai dengan contoh

di video animasi.

Penelitian lainnya yang di lakukan oleh Nina Rif’ah, Taadi, dan

Almujadi (2019) dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Anak Reterdasi Mental di SLB Negeri

Yogyakarta menunjukan hasil anak yang di didik dengan pola asuh

demokratis menghasilkan OHI-S kategori sedang sebanyak 53,8%. Hasil

uji analisis statistik kendall’s-tau pada tingkat kepercayaan 0,05

menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang

tua dengan kebersihan gigi dan mulut pada anak retradasi mental di SLB

Negeri 2 Yogyakarta. Nilai signifikan (p) pola asuh otoriter (0,407), pola

asuh permisif (0,766), pola asuh demokratis (0,386) dan pola asuh

campuran (0,639).

Penelitian Zufri Maulinda (2013) dengan judul Hubungan Pola

Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Pemenuhan Kebutuhan

ADS (Aktivitas Dasar Sehari-Hari) Pada Anak Tunagrahita Sedang di SLB

Widya Mulia Pundong Bantul, dengan menggunakan studi korelasional.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan

menggunakan metode total sampling sebanyak 43 responden. Analisis data

yang digunakan yaitu uji korelasi Kendall’s Tau. Hasil penelitian

mayoritas pola asuh demokratis sebanyak 24orang (55,8%). Mayoritas

tingkat kemandirian kategori tinggi yaitu sebanyak 22 orang (51,2%).

Hasil uji
korelasi Kendall’s Tau menunjukan nilai atau koefesien Kendall’s tau

hitung positif sebesar 0,932 dengan nilai prohabilitas (p) sebesar 0,000,

yang artinya ada hubungan yang signifikan anatar pola asuh orang tua

dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan

ADS.
2.5 Kerangka Teori

Tunagrahita

Pola Asuh Orang Tua Bina Diri

Tipe-Tipe Pola Asuh Orangtua Program Bina Diri:

1. Pola asuh otoriter 1. Merawat diri


2. Pola asuh permitf 2. Mengurus diri
3. Pola asuh demokatis
3. Menolong diri
4. Berkomuikasi
Aspek Pola Asuh Orang Tua 5. Bersosiaisasi
6. Penguasaan pekerjaan
1. Peraturan
7. Pendidikan seks
2. Hadiah
3. Hukuman
4. Tanggapan Bina Diri (Menggosok Gigi) :

1. Cara menggosok gigi yang


baik dan benar
2. Kemampuan
menggosok gigi anak

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Setianingsih (2014), Meidina (2014), Somantri (2012),Sugirto (2016)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kepribadian, sifat, tingkah laku, kebiasaan serta kemampuan anak

di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pola asuh orangtua,

lingkungan, sosial, usia, serta petumbuhan dan perkembangan anak. Salah

satu faktor yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini adalah pola asuh

orangtua. Pola asuh merupakan cara orang tua memperlakukan anak,

mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam

mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang di bagi menjadi beberapa tipe pola asuh diantaranya, pola

asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis. Pola asuh

orangtua juga berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari anak salah

satunya terhadap kemampuan anak dalam melakukan pemenuhan bina diri

menggosok gigi agar terjaganya kebersihan gigi dan mulut anak.

Anak tunagrahita merupakan anak berkebutuhan khusus yang

memiliki kelainan seumur hidup dimana kondisi kemampuan intelektual

dibawah rata-rata.Dengan kondisi tersebut maka anak tunagrahita

membutuhkan bantuan khusus dari orang sekitar terutama orangtua dan

lingkungan dalam melakukan kegiatan pemenuhan aktivitas bina diri.

29
30

Berdasarkan uraian konsep-konsep teori tersebut, maka peneliti

membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-

konsep sesuai penelitian sehingga dapat di mengerti. Kerangka konsep

dalam penelitian ini terdiri atas variable independent (bebas) yaitu pola

asuh orang tua dan variabel dependen (terikat) yaitu kemampuan

menggosok gigi secara mandiri.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Asuh Orangtua Kemampua


n
Menggosok

- Lingkungan
- Sosial
- Usia
- Pertumbuhan
dan
Perkembangan
Bagan 3.1 KerangkaKonsepPenelitian

Keterangan:

: Variabel yang di teliti

: Arah hubungan

: Faktor lain yang tidak di teliti

3.2 Definisi Operasional

Menurut Badriah (2012:97) definisi operasional adalah suatu

definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-

karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati dan benar-benar


dilakukan oleh peneliti yang disesuaikan dengan variabel yang terlibat

dalam penelitian tersebut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Skala
NO Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Independent (Variabel Bebas)
1. Pola Asuh Cara orang tua Kuesioner Mengisi 1. Pola asuh Nominal
Orang Tua anak Online Kuesioner otoriter (Jika
tunagrahita di (Google mendekati
SLB se- Form) nilai 100%)
Kabupaten 2. Pola asuh
Kuningan
permisif (Jika
dalam
memperlakuk mendekati
an, mendidik, nilai 100%)
membimbing, 3. Pola asuh
dan demokratis
mendisiplinka (Jika
n serta mendekati
melindungi nilai 100%)
anak dalam
mencapai
proses
kedewasaan.
Dependent (Variabel Terikat)
2. Kemampuan Kemampuan Lembar Mengisi 1. Tidak mampu Ordinal
Menggosok Gigi anak penilaian Kuesioner menggosok
Secara Mandiri tunagrahita di kemampuan gigi (16-32)
SLB se- menggosok 2. Mampu
Kabupaten gigi Online menggosok
Kuningan (Google gigi dengan
dalam Form). bantuan(33-
melakukan 48)
kegiatan 3. Mampu
menggosok menggosok
gigi. gigi tanpa
bantuan (49-
64)

3.3 Hipotesis

Menurut Notoatmojo (2018:105) hipotesis adalah jawaban

sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang


kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Berdasarkan

tinjauan pustaka yang telah di kemukakan di BAB II, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian adalah :

Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan

kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita di

Sekolah Luar Biasa (SLB)Se-Kabupaten Kuningan tahun 2020.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

4.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik.

Notoadmojo (2018:37), “mendefinisikan metode penelitian analitik

merupakan penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu dapat terjadi”. Kemudian melakukan analisis

dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor

efek.

4.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

rancangan korelasional. Menurut Badriah (2012:17) “penelitian

korelasional yaitu peneletian untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi

pada suatu faktor berhubungan dengan variabel-variabel pada satu atau

lebih faktor lain tanpa melakukan intervensi tertentu terhadap variasi

variabel-variabel yang bersangkutan”. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan

menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita di Sekolah Luar

Biasa (SLB) Se-Kabupaten Kuningan Tahun 2020.

33
34

4.2 Variabel Penelitian

Menurut Badriah (2012:91) variabel adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau di dapat oleh

satuan penelitian tentang sesuatu konsep, atau pengertian tertentu.

4.2.1 Variabel Bebas

Menurut Badriah (2012:94) variabel bebas adalah suatu variabel

yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas juga berarti

variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin di ketahui.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua.

4.2.2 Variabel Terikat

Menurut Badriah (2012:94) variabel terikat adalah variabel

penelitian yang di ukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh

variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

menggosok gigi secara mandiri anak tunagrahita.

4.3 Populasi dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Menurut Badriah (2012-101) populasi adalah kelompok subjek

yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi,

kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik

bersama yang membedakannya dari kelompok subyek lain. Ciri tersebut

dapat meliputi , ciri lokasi, ciri individu, atau juga ciri karakter tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita yang terdaftar

sebagai
siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB) Se-Kabupaten Kuningan tahun 2020

dengan jumlah 241 siswa.

4.3.2 Teknik Sampling

Menurut Badriah (2012) sampel adalah sebagian dari populasi,

karena merupakan bagian dari populasi tentulah memiliki ciri-ciri yang

dimiliki oleh populasinya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah teknik pengambilan sampel non rondom sampling karena

peluang subjek tidak diketahui. Bentuk pengambilan sampel non rondom

sampling ini adalah purposive sampling. Menurut Notoatmodjo (2010),

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

1. Sample Minimun

Besarnya sampel minimum akan di hitung menggunakan rumus

slovin. Menurut Nursalam (2013) cara menghitung sampel dengan

menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut


𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

Keterangan :

n= Jumlah sample minimal

N= Populasi

d= Tingkat signifikan (0,1)


Besar Populasi dalam penelitian ini adalah 226, maka untuk

menghitung besar sample minimum adalah sebagai berikut:


𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

226
𝑛 = 1 + 226(0,1)2

226
𝑛 = 1 + 226 (0,01)

226
𝑛 = 1 + 2,26

226
𝑛 = 3,26

𝑛 = 69,32 (dibulatkan jadi 69)

2. Proportionate Stratified Random Sampling

Agar sampel proposional untuk setiap sekolah, maka ditentukan

teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling, yaitu

merupakan teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan

dengan memperhatikan strata-strata yang ada dalam populasi tersebut.

Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing

sekolah dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono dalam Zulfikar

(2015) :

𝑛 = 𝑋 × 𝑁1
𝑁
Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata.

N = Jumlah seluruh populasi.

X = Jumlah populasi pada setiap strata.

N1 = Sample
Tabel 4.1 Data jumlah populasi dan sample setiap SLB
Jumlah
No. SLB Cara Jumlah sampel
Populasi
𝑋
1 SLB N Luragung 42 𝑛 = × 𝑁1 13
𝑁
𝑋
2 SLB Laskar Putra Mandiri 28 𝑛 = × 𝑁1 9
𝑁
𝑋
3 SLB Dharma Wanita 41 𝑛 = × 𝑁1 12
𝑁
𝑋
4 SLB C YPALB Perwari 34 𝑛 = × 𝑁1 10
𝑁
𝑋
5 SLB Ar-Rahman 30 𝑛 = × 𝑁1 10
𝑁
𝑋
6 SLB Aulia Azzahra 51 𝑛 = × 𝑁1 15
𝑁
Jumlah Sampel 69

3. Purposive Sampling

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka

dilakukan penentuan kriteria sampel penelitian yang terdiri dari kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi (Notoadmodjo, 2018:130).


38

a. Kriteria Inklusi

Menurut Notoadmodjo(2018:130) “kriteria inklusi adalah kriteria


atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat
diambil sebagai sampel”. Kriteria inklusi sample pada penelitian ini
adalah:

1) Siswa penderita tunagrahita dengan batas usia kurang dari 16 tahun

yang aktif terdaftar di SLB Se-Kabupaten Kuningan.

2) Siswa tunagrahita ringan dan sedang yang memungkinkan melakukan

akivitas mandiri sehari-hari

3) Orang tua dari siswa tunagrahita yang bersedia menjadi responden

dan menandatangani lembar persetujuan responden.

b. Kriteria Ekslusi

Menurut Nursalam (2013) kriteria eksklusi adalah kriteria atau

ciri- ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel karena

suatu sebab sehingga tidak dapat menjadi responden penelitian. Kriteria

ekslusi pada penelitian ini adalah siswa tunagrahita klasifikasi berat yang

tidak mampu melakukan bina diri secara total.

4.4 Instrument Penelitian

Menurut Badriah (2012: 114) instrument adalah sebagai alat pengumpulan

data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan

rehabilitas. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

4.4.1 Kuesioner

Menurut Badriah (2012:114) instrumen adalah “alat pengumpulan data yang

telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan

reabilitas”.
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data

untuk variabel bebas maupun variabel terikat yaitu dengan menggunakan kuesioner

atau angket. Menurut Notoatmodjo (2012:152) kuesioner merupakan “daftar

pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden

(dalam hal angket) dan interviewee (dalam hal wawancara) tinggal memberikan

jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu”. Adapun kuesioner yang digunakan

pada penelitian ini adalah kuesioner pola asuh orang tua menurut Sussanti (2018)

terhadap anak tunagrahita dengan menggunakan skala likert yang kemudian akan

dimodifikasi oleh peneliti. Uji validitas dan rehabilitas akan dilakukan untuk

mengetahui tingkat keakuratan dan kehandalan kuesioner penelitian.

4.4.2 Lembar Penilaian Kemampuan Bina Diri (Menggosok Gigi)

Pada penelitian ini menggunakan instrument penelitian lembar penilaian

kemampuan bina diri (menggosok gigi) yang diberikan kepada masing-masing

responden orangtua siswa tunagrahita. Instrumen lembar penilaian kemampuan

menggosok gigi yang akan digunakan adalah lembar penilaian menurut Helmawati

(2016). Indikator untuk penilaian cara menggosok gigi adalah anak mampu

mempraktikkan cara menggosok gigi dengan baik dan benar, yaitu mampu menyikat

gigi bagian depan, samping, kunyah, dalam, dan lidah. Dengan rentang skor

penilaian, sebagai berikut :

1. Skor 4, apabila anak mampu mempraktikkan secara benar dan tanpa bantuan.

2. Skor 3, apabila anak mampu mempraktikkan dengan benar namun dengan

bantuan verbal
3. Skor 2, apabila anak mampu mempraktikkan dengan benar namun dengan

bantuan verbal maupun non verbal.

4. Skor 1, apabila anak tidak mampu mengerjakan dengan benar walaupun dengan

bantuan verbal maupun non verbal.

4.4.3 Uji Validitas dan Uji Rehabilitas

Menurut Badriah (2012:129) “hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak

sangat tergantung pada akursi dan kecermatan data yang diperoleh dan tingkat

validitas dan reliabilitas instrumen sebagai alat ukur data tersebut”. Sebelum

instrumen digunakan, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pada variabel

pola asuh orangtua karena kuesioner pada variabel tersebut merupakan kuesioner

adopsi yang di modifikasi oleh peneliti, dan belum pernah dipakai pada penelitian

sehingga belum dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas

akan dilakukan di SLB Kadugede.

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016:350) validitas adalah “suatu indeks yang

menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur”. Menurut para

ahli validitas meliputi validitas internal, validitas eksternal, isi, konstruk, dan face

validitas. Menurut Badriah (2012:131) “validitas internal berkaitan dengan

kekuatan kesahihan yang melekat pada variabel penilaian yang diukur atau

dijadikan percobaan dan berkaitan dengan ketepatan penggunaan alat ukur

variabel tersebut”.

Variabel eksternal berkaitan dengan kesahihan dan hasil percobaan untuk

dibuatkan sebuah generalisasi untuk memberikan ukuran terhadap populasi secara


mantap, validitas ini mempersoalkan apakah ini dari suatu alat ukur (bahan, topik,

dan substansinya) cukup untuk mewakili sebuah populasi. Validitas konstruk

mempersoalkan abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep

yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai ciri dapat

diamati serta diukur, dan face validity berkaitan dengan apa yang nampaknya

untuk mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya kegiatan

tersebut mengukur.

Menurut Arikunto (2013:228) untuk mengukur validitas kuesioner

menggunakan rumusan korelasi product moment dengan rumus :

N ∑ XY− (∑ X)( ∑ Y)
rxy = √{NX2− (X2)}{NY2 – (Y2)}

Keterangan: XY = Skor pertanyaan nomor dikali skor total

X = Skor pertanyaan nomor

Y = Skor total

N = Jumlah sampel

Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan menelaah nilai pearson correlation, tetapi tidak

dilakukan uji validitas content. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap

pertanyaan itu signifikan, maka perlu dilihat tabel product moment, yang biasanya

ada didalam buku-buku statistik.

Berdasarkan degree of freedom (df)=(n-2) dan α = 0,05 maka:

1) Jika r hitung > r tabel maka pernyataan valid

2) Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid.


2. Uji Reliabilitas

Menurut Badriah (2012:129), “reliabilitas berkaitan dengan pengertian

apakah alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang

akan diukur, berkaitan dengan tingkat kepercayaan diri suatu macam instrumen

dan harus terhindar dari sifat tendensius atau memihak terhadap kepentingan

peneliti”. Menurut Arikunto (2013) uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus

uji alpha cronbach :

Rumus :

k
ri = (k−1) {1 −
M (K−M)
}
kV𝑡

Keterangan :

ri = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

M = Skor rata-rata

V𝑡 = Varians total

Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya kuesioner yang akan

disebarkan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat konsistensi

jawaban. Menurut Oktaviani (2015:50) untuk mengukur reliabilitas dengan uji

statistik Alpha Cronbach. . Instrumen dikatakan reliable jika mempunyai nilai

Alpha Cronbach lebih dari 0,6.


4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Sifat Data

1. Data Primer

Menurut Badriah (2012:127) data primer atau data tangan pertama adalah

data yang diperoleh langsung dan subjek penelitian dengan menggunakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari. Data primer yang diambil dari penelitian ini yaitu data dari

hasil pengisian kuesioner mengenai pola asuh orangtua.

2. Data Sekunder

Menurut Badriah (2012:128) data sekunder atau data tangan kedua adalah

data yang diperoleh lawan pihak lain., tidak langsung diperoleh peneliti dari

subjek penelitiannya. Data sekunder yang diambil pada penelitian ini yaitu data

peserta didik dari Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Kuningan dan data

lembar penilaian kemampuan bina diri (menggosok gigi) siswa tunagrahita yang

di isi masing-masing orangtua responden.

4.5.2 Tata Cara Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang akan di tempuh dalam pengumpulan data meliputi:

1. Tahap persiapan

Pada awal penyusunan proposal penelitian, peneliti menentukan masalah

dan lahan penelitian terlebih dahulu. Peneliti kemudian melakukan pendekatan

terhadap lahan penelitian yaitu SLB se-Kabupaten Kuningan untuk melakukan

Studi Pendahuluan. Studi kepustakaan dilakukan di perpustakaan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kuningan, Jurnal terkait dan sumber internet. Tahap selanjutnya

adalah menyusun proposal penelitian dilanjutkan dengan seminar proposal


penelitian dan peneliti mempersiapkan instrumen penelitian disertai dengan surat

izin penelitian ke SLB se-Kabupaten Kuningan.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti akan melakukan penelitian setelah

mendapatkan izin penelitian dari pihak SLB dan orangtua dari masing-masing

responden. Sebelum melakukan wawancara untuk pengisian kuesioner, peneliti

akan melakukan informed consent terlebih dahulu kepada setiap responden yaitu

orang tua siswa tunagrahita mengenai tujuan dan cara pelaksanaan. Apabila

responden setuju peneliti akan memberikan link kuesioner online untuk kemudian

di isi oleh responden. Kemudian peneliti juga akan memberikan lembar penilaian

kemampuan bina diri (menggosok gigi) siswa tunagrahita kepada orangtua

(responden) dengan metode yang samayaitu kuesioner online. Setelah itu peneliti

akan melakukan pengolahan data analisis data antara pola asuh orangtua dengan

kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita.

3. Tahap Akhir

Pada langkah akhir ini peneliti akan melakukan penyusunan laporan hasil

penelitian, dan kemudian peneliti melakukan sidang skripsi untuk

mempertanggungjawabkan hasil penelitian. Setelah itu hasil penelitian akan

didokumentasikan dan digandakan yang sebelumnya dinilai oleh dosen penguji.

4.6 Teknik Analisis Data

4.6.1 Teknik Pengolahan Data

Analisis penelitian yang menghasilkan informasi akurat membutuhkan

beberapa tahapan pengolahan data :


1. Editing

Memeriksa data kembali terhadap kemungkinan kesalahan pengisian

daftar pertanyaan dan apakah pengisiannya sudah benar terhadap kekeliruan.

2. Coding

Menerapkan kegiatan merubah data kedalam bentuk yang lebih ringkas

dengan menggunakan kode-kode tertentu.

3. Data Entry

Setelah data yang diedit dan dilakukan pemberian kode (coding), langkah

selanjutnya adalah pemasukan data yaitu kegiatan memasukkan data kedalam file

data komputer sesuai dengan paket program statistik komputer yang di gunakan.

4. Cleaning Data

Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer dilakukan

pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari keseluruhan sebelum

dilakukan analisis data.

5. Tabulating

Proses pengelompokan jawaban-jawaban yang serupa dan menjumlahkan

dengan cara yang teliti dan teratur, kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel

yang telah dirumuskan.

4.6.2 Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2010:180) analisis data dilakukan untuk memperoleh

makna atau arti dari hasil penelitian dan diinterpretasikan serta membuktikan

hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.


1. Analisis Univariat

Menurut Badriah (2012:148) “analisis data dilakukan secara univariat

untuk melihat tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umunya hasil analisis ini

menghasilkan distribusi dari persentase dari tiap variabel“. Analisis dalam

penelitian ini tujuannya untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara

mendeskripsikan variabel yang digunakan dalam penelitian melalui distribusi

frekuensi.

Analisis univariat menggambarkan frekuensi dari seluruh variabel yang

diteliti yaitu gambaran pola asuh orangtua dan variabel kemampuan menggosok

gigi secara mandiri anak tunagrahita. Untuk menghitung distribusi frekuensi

digunakan rumus sebagai berikut:

P = 𝑓 × 100%
𝑁

Keterangan :

P = Jumlah presentase jawaban

f = Frekuensi jawaban responden

N= Jumlah total pertanyaan

2. Analisis Bivariat

Menurut Badriah (2012) analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan satu sama lain, dapat dalam dudukan yang sejajar (pada

pendekatan komparasi) dan kedudukan yang merupakan sebab akibat atau

eksperimentasi. Pendapat lain menurut Heriana (2015) analisis bivariat adalah

analisis hubungan antara dua variabel. Untuk mengetahui hubungan dua variabel

tersebut, biasanya digunakan pengujian statistik Jenis uji statistik yang digunakan
sangat tergantung jenis data atau variabel yang dihubungkan. Dalam analisis

bivariat ini akan dianalisis hubungan antara pola asuh orangtua dengan

kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita. Variabel

dalam penelitian ini menggunakan skala nominal dan ordinal, maka uji statistik

yang dapat digunakan yaitu uji korelasi non para metrik dengan menggunakan

rumus chi-square. Uji statistik Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan

antara dua variabel independen dengan variabel dependen yang keduanya

berbentuk kategori. Uji statistik Chi-Square menggunakan rumus :

(𝐹𝑜 − 𝐹𝑒)2
𝑥2 = ∑ 𝐹𝑒
Keterangan :

∑ : Jumlah baris dan kolom

Fo : Frekuensi hasil observasi

Fe : Frekuensi yang diharapkan

Untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel independen dengan

variabel dependen digunakan derajat kemaknaan alpha (α) = 0,05. Dalam uji

statistik Ho ditolak bila nilai p value ≤ alpha (α) taraf signifikan artinya ada

hubungan antara dua variabel yang diteliti/hubungan signifikan yaitu ada

hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan kemampuan

menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa

(SLB) se-Kabupaten Kuningan tahun 2020, sedangkan dalam uji statistik

didapatkan Ho gagal ditolak bila nilai p value ≥ alpha (α) artinya tidak ada

hubungan antara dua variabel yang diteliti/hubungan tidak signifikan, dalam hal

ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua

dengan kemampuan menggosok gigi secara mandiri pada anak tunagrahita di

Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Kuningan tahun 2020.


4.7 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011) etika penelitian merupakan masalah yang penting

dalam penelitian kesehatan, dalam hal ini keperawatan mengingat subjek penelitian

keperawatan secara langsung berhubungan dengan manusia.

1. Informed Consent

Peneliti memberikan surat permohonan ijin penelitian kepada sekolah

masing-masing. Setelah mendapatkan ijin dan mendapat data responden, peneliti

memberikan lembar permohonan dan persetujuan menjadi responden secara

online kepada orangtua siswa tunagrahita yang memenuhi kriteria menjadi

responden. Persetujuan ini diberikan agar responden mengerti maksud, tujuan,

serta dampak dari penelitian. Terlampir dalam lampiran.

2. Anonimity

Peneliti merahasiakan dengan tidak mencantumkan nama responden pada

lembar angket. Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality

Semua informasi yang telah diperoleh selama penelitian, dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti yaitu dengan menuliskan kode pada lembar

observasi tanpa keterangan nama lengkap dan alamat responden penelitian.

4.8 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian

4.8.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SLB yang berada di Kabupaten Kuningan,

yaitu:

1. SLB N Luragung
2. SLB C YPALB Perwari

3. SLB Dharma Wanita

4. SLB Laskar Putra Mandiri Darma

5. SLB Ar-Rahman Sukamulya

6. SLB Aulia Azzahra

4.8.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni terhitung dari minggu

ke-1 sampai minggu ke-4 Juni.

4.8.3 Jadwal Penelitian

Perencanaan Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi


Bulan
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi Awal
2. Studi Pendahuluan
3. Penyusuna proposal
4. Seminar Proposal
5. Persiapan Penelitian
6. Penelitian
7. Analisis Data Dan
Pembahasan
8. Sidang Skripsi
9. Revisi dan
Penggadaan
DAFTAR PUSTAKA

Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut.Yogyakarta: Rapha Publishing.

Ardyan Gilang Ramadhan. (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut.Jakarta :Bukune

Badriah, Dewi L. (2012). Metodelogi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Bandung : Multazam

Desi Susanti. (2018). Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Prilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) Di SD Perkotaan Kecamatan Cigugur Tahun 2018. Skripsi,
STIKes Kuningan.

Desy Wijayanti. (2017).Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Melatih Cuci Tangan Dan
Gosok Gigi Dengan Kemampuan Cuci Tangan Dan Gosok Gigi Pada Anak Retardasi
Mental Di Slb Putra Manunggal Gombong.Skripsi Thesis, Stikes Muhammadiyah
Gombong.
(http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/712/Diakses pada 07 Januari
2020)

Hardiyanti, F. P. (2016). Peningkatan Kemampuan Menggosok Gigi Melalui Media Boneka


Gigi Pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas Iv Di Slbc Rindang Kasih
Secang. WIDIA ORTODIDAKTIKA, 5(8), 815-826

Helmawati.(2016).Pendidikan keluarga. Bandung: Rosda. Jakarta: DEPDIKNAS.

Heriana, C. 2015. Manajemen pengolahan data kesehatan. Bandung : Refika Aditama.

Gigih Putriani. (2016). Peningkatan Upaya Pembelajaran Bina Diri Menggosok Gigi
Melalui Media Video Animasi Pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas IV
SDLB di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
(http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/plb/article/view/6884Diakses pada
07 Januari 2020).

Mamad Widya. (2012). Bina Diri. Jakarta: UT.

Nina, dkk. (2019).Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada
Anak Reterdasi Mental di SLB Negeri Yogyakarta. Skripsi,Poltekkes Jogjakarta.
(http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/730/ Diakses pada 07 Januari 2020).

Nismal, H. (2018).Islam dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar

Notoatmodjo, S. (2010).Metodelogi Penelitian kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta Pustaka


Ramadhan.(2010). Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : bukune.
Soetjiningsih., ranuh, G. (2015).Tumbuh Kembang Anak.Jakarta : EGC

Somantri, S. (2012).Psikologi Anak Luar Biasa.Bandung : Refika Aditama

Tridhonanto, A. (2014).Mengembangkan Pola Asuh Demokratis.Jakarta :


Gramedia.
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB Aulia Azzahra
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H
Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB Bina Insani
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H
Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB C Perwari
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB Dharma Wanita
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H
Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB Kadugede
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H
Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB N Luragung
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H
Nomor : B.043/K-STIKKU/IV/2020
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 17 April 2020


Kepada:
Yth. Kepala Sekolah SLB Pelita Insan
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan penyusunan Skripsi


sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa kami :

Nama : Salma Insani


NIM : CKR0160044
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemampuan
Menggosok Gigi Anak Tunagrahita di SLB Se-Kabupaten Kuningan
Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua,

Tembusan:
1.Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H
Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth :
Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa STIKes Kuningan

(STIKKu) Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII (delapan) :

Nama : Salma Insani

NIM : CKR0160044

Bermaksud akan mengadakan penelitian pada bulan Mei 2019 dengan judul

penelitian “Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Kemampuan Menggosok

Gigi Secara Mandiri Pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Se-

Kabupaten Kuningan Tahun 2020.”

Apabila Saudara/i menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk

mendatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Atas

perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

Salma Insani

CKR060044
Lampiran 3 Lembar Surat Persetujuan Responden

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .......................

Umur : .......................

Alamat : ...........................................................................................

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan dalam
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Kemampuan
Menggosok Gigi Secara Mandiri Pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Se-Kabupaten Kuningan Tahun 2020.”maka saya menyatakan bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya

Kuningan,...........Mei 2019

Responden

( …........……..............…..... )
Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA


DENGAN KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SECARA
MANDIRI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR
BIASA SLB SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2020.

NO. Variabel Indikator No.Item Jumlah


Item
1. Pola Asuh Pola Asuh Otoriter :
Orang Tua 1. Penerapan peraturan secara ketat 8 1
terhadap anak
2. Keinginan untuk selalu di patuhi 4,9,11,12 4
14 1
3. Pemberian hukuman tanpa kompromi
10 1
4. Tidak member kesempatan berpendapat
Pola Asuh Demokratis :
1. Sikap terbuka antara orangtua dan anak 2 1
2. Kontrol dan pengawasan orangtua 4,7 2
terhadap anak
3. Pemberian hadiah 1 1
6 1
4. Perhatian dan tingkat kepedulian
orangtua
Pola Asuh Permisif
1. Kontrol terhadap anak lemah atau 20,21 1
sangat longgar
2. Disiplinn terhadap anak sangat 18 1
longgar, orangtua bersifat bebas

Total Item 14
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA


DENGAN KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SECARA
MANDIRI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR
BIASA SLB SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2020.

Berilah tanda ceklis (√) pada kotak pilihan yang telah disediakan

Kode :
Jenis Kelamin : Laki- Laki Perempuan

Umur :

Pendidikan Terakhir : SD SMP SM Diploma Sarjana


A

Pekerjaan : PNS Petani Wiraswasta Lain-Lain

No. Hp :

No. Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


Kadang Pernah
Pola Asuh Demokratis
1. Saya memberikan pujian kepada anak saya
setiap kali anak saya menggosok gigi setelah
makan dan sebelum tidur
2. Saya memberikan peraturan kepada anak
untuk selalu menggosok gigi setelah makan
dan sebelum tidur dan memberikan alasan
mengapa anak harus mematuhiya
3. Saya mengajarkan kepada anak agar segera
menggosok gigi setelah makan dan sebelum
tidur
4. Saya memperhatikan anak saya jika setelah
makan dan sebelum tidur apakah dia
menggosok gig atau tidak
5. Anak saya selalu menggosok gigi setelah
makan dan sebelum tidur karena saya selalu
mengingatkannya
Pola Asuh Otoriter
6. Saya mendidik anak dengan keras untuk
menggosok gigi setelah makan dan sebelum
tidur
7. Setelah anak saya makan dan sebelum tidur,
saya dengan suara keras menyuruh anak
saya untuk segera menggosok gigi
8. Saya memarahi anak saya tanpa bertanya
terlebih dahulu ketika anak saya tidak
menggosok gigi setelah makan dan sebelum
tidur
9. Saat anak saya sakit gigi, saya
mengharuskan anak saya untuk segera
menggosok gigi
10. Saya memaksa anak saya untuk selalu
menggosok gigi setelah makan
11. Saya mengharuskan anak saya untuk
menggosok gigi setelah makan dan sebelum
tidur
12. Saya menghukum anak saya dengan
hukuman fisik (seperti mencubit, memukul
atau menjewer) apabila anak saya tidak
menggosok gigi
Pola Asuh Permisif
13. Jika anak saya tidak menggosok gigi setelah
makan dan sebelum tidur saya
membiarkannya karena sudah terbiasa
14 Ketika anak saya sakit gigi karena tidak m
au menggosok gigi saya membiarkannya
karena sudah terbiasa

Pedoman pengukuran pola asuh orangtua :

Jumlah skor
Presentase % = X 100%
Jumlah pernyataan x skor tertinggi

d. Pola asuh otoriter

Rumus : Persentase (%) = 21 × 100%


21

e. Pola asuh permisif

Rumus : Persentase (%) = 6 × 100%


6
f. Pola asuh demokratis

Rumus : Persentase (%) = 15 × 100%


15

sehingga interpretasi kategorinya yaitu nilai yang mendekati 100% atau nilai yang

diambilnya adalah nilai yang tertinggi menurut Susanti 2018.

Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable


Selalu =3 Selalu =1
Kadang-kadang =2 Kadang-Kadang =2
Tidak pernah =1 Tidak pernah =3
Tabel Kategori Skor Pola Asuh Prangtua dalam Skala Likert
Lampiran 6 Kisi-Kisi Kemampuan Meenggosok Gigi

KISI-KISI TES KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN


KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SECARA MANDIRI
ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2020.

NO Variabel Indikator No. Item Jumlah


. Item
1 Kemampu 1. Memegang sikat gigi dengan benar. 1 1
an 2. Menuangkan pasta gigi dengan benar. 2 1
Menggoso
k Gigi 3. Menggosok gigi bagian depan dan 3,4,5 3
samping dengan benar.
4. Menggosok gigi bagian kunyak dengan 6,7,8,9 4
benar.
5. Menggosok gigi bagian dalam dengan 10,11,12,13,1 6
benar. 4,15
6. Menggosok lidah dengan benar. 16 1
Total Item 16
Lampiran 7 Lembar Penilaian Kemampuan Menggosok Gigi

INSTRUMEN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA


DENGAN KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI SECARA
MANDIRI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR
BIASA (SLB) SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN
2020.

Tabel Instrumen Penelitian Menurut Helmawati (2016)

1 2 Skor 3 4
No Kegiatan
1 Memegang sikat dengan bulu sikat
menghadap ke atas.
2 Menuangkan pasta gigi dari ujung ke ujung
bulu sikat gigi
3 Menggosok gigi bagian depan dengan cara
naik turun.
4 Menggosok gigi bagian samping kanan
dengan cara maju mundur
5 Menggosok gigi bagian samping kiri dengan
cara maju mundur
6 Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kanan
atas dengan cara maju mundur.
7 Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kiri
atas dengan cara maju mundur.
8 Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kanan
bawah dengan cara maju mundur.
9 Menggosok gigi bagian kunyah sebelah kiri
bawah dengan cara maju mundur.
10 Menggosok gigi bagian dalam kanan atas
dengan cara maju mundur
11 Menggosok gigi bagian dalam kiri atas
dengan cara maju mundur
12 Menggosok gigi bagian dalam kanan bawah
dengan cara maju mundur
13 Menggosok gigi bagian dalam kiri bawah
dengan cara maju mundur
14 Menggosok gigi dalam bagian depan atas
15 Menggosok gigi dalam bagian depan bawah

16 Menggosok lidah dengan vertikal.

Rubrik Penilaian

Skor 1 Jika anak tidak mampu mempraktikan dengan benar walaupun


dengan bantuan verbal dan non verbal.
Skor 2 Jika anak mampu mempraktikan dengan benar namun dengan
bantuan verbal dan non verbal dari orangtua
Skor 3 Jika anak mampu mempraktikan dengan benar namun dengan
bantuan verbal
Skor 4 Jika anak mampu mempraktikan dengan benar tanpa ada bantuan

Nilai

Min = 1 × 16 = 16

Max = 4 × 16 = 64

Range = 64 ˗ 16 = 48

Panjang Kelas = 48/3 = 16

Maka

16 – 32 = Anak tidak mampu menggosok gigi secar amandiri

33 – 48 = Anak mampu menggosok gigi dengan bantuan

49 – 64 = Anak mampu menggosok gigi secara mandiri dengan benar


74

Lampiran 8 Hasil uji validitas pola asuh

Correlationsc

R Hitung
**
item1 Pearson Correlation ,515 Valid R Tabel: 0,361
**
item2 Pearson Correlation ,548 Valid R Hitung > R Tabel
item3 Pearson Correlation ,547** Valid :
item4 Pearson Correlation ,598** Valid
item5 Pearson Correlation ,505** Valid
*
item6 Pearson Correlation ,389 Valid
item7 Pearson Correlation **
,499 Valid
item8 Pearson Correlation ,662** Valid
item9 Pearson Correlation ,604** Valid
item10 Pearson Correlation ,502** Valid
item11 Pearson Correlation *
,370 Valid
item12 Pearson Correlation ,652** Valid
item13 Pearson Correlation ,610** Valid
item14 Pearson Correlation 0,330 Tidak Valid
item15 Pearson Correlation ,695** Valid

Reliability
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items R Hitung R Tabel
0,824 14 0,824 > 0.361 : Reliabel
Lampiran 9 Kartu Bimbingan Skripsi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
Jl. Lingkar Kadugede No, 02 Telp (0232) 875847 / Fax (0232) 875123

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI


Tahun 2020

Nama : SALMA INSANI

NIM : CKR0160044

Jurusan : S1 KEPERAWATAN

Judul Skripsi : “HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH

ORANGTUA DENGAN KEMAMPUAN

MENGGOSOK GIGI SECARA MANDIRI PADA

ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR

BIASA (SLB) SE-

KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2020”


Pembimbing Utama : Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah. M.Kes., AIFO

Pembimbing Pendamping : Ns. Vina Fuji Lastari, S.Kep


Lampiran 10 Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi

LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : SALMA INSANI

NIM : CKR0160044

Jurusan : S1 KEPERAWATAN

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah. M.Kes., AIFO

Pembimbing Pendamping : Ns. Vina Fuji Lastari, S.Kep

Tanggal Paraf
No Kegiatan
Bimbingan Pembimbing
Konsultasi judul dan pengajuan outline Ns. Vina Fuji
1. 13 Maret 2020
proposal Lastari, S.Kep
Prof. Dr. Hj.
Dewi Laelatul
2. 16 Maret 2020 Konsultasi awal dan ACC Judul
Badriah,
M.Kes,. AIFO
Ns. Vina Fuji
3. 19 Maret 2020 Konsultasi proposal BAB I
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
4. 29 Maret 2020 Bimbingan Online
Lastari, S.Kep
Prof. Dr. Hj.
Bimbingan Konsultasi Online
Dewi Laelatul
5. 02 April 2020 pergantian topik menjadi analitik
Badriah,
dengan data sekunder
M.Kes,. AIFO
Ns. Vina Fuji
6. 03 April 2020 Penyerahan BAB I
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
7. 12 April 2012 Perbaikan Revisi BAB I
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
8. 13 April 2020 Bimbingan Online BAB I
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
9. 15 April 2020 Penyerahan BAB I – IV
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
10. 02 Mei 2020 Perbaikan Revisi BAB I – IV
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
10. 03 Mei 2020 Penyerahan Revisi BAB I – IV
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
11. 09 Mei 2020 Perbaikan Revisi Draft Proposal
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
12. 10 Mei 2020 Konsultasi Draft Proposal
Lastari, S.Kep
Prof. Dr. Hj.
Dewi Laelatul
13. 12 Mei 2020 Konsultasi Proposal
Badriah,
M.Kes,. AIFO
Prof. Dr. Hj.
Dewi Laelatul
14. 13 Mei 2020 Revisi Proposal
Badriah,
M.Kes,. AIFO
Ns. Vina Fuji
15. 13 Mei 2020 Perbaikan Proposal
Lastari, S.Kep
Prof. Dr. Hj.
Dewi Laelatul
Badriah,
16. 13 Mei 2020 ACC Seminar Proposal
M.Kes,. AIFO
Ns. Vina Fuji
Lastari, S.Kep
Ns. Vina Fuji
17. 17 Mei 2020 Konsultasi PPT Seminar Proposal
Lastari, S.Kep
Lampiran 11 Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama : Salma Insani

TTL : Majalengka, 29 Desember 1997

Agama : Islam

Alamat : Dusun Salam, RT/Rw 03/01, Desa Panawangan, Kecamatan


Panawangan, Kabupaten Ciamis, Kode Pos 46255

Motto : Keajaiban adalah kata lain dari kerja keras.

E-Mail : salmainsani48@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Lulus dari SD Negeri 3 Panawangan, Kecamatan Panawangan


Kabupaten Ciamis tahun 2010.
2. Lulus dari SMP Negeri 1 Panawangan, Kecamatan
Panawangan Kabupaten Ciamis tahun 2013.
3. Lulus dari SMK Farmasi Pasundan Kawali Kabupaten Ciamis tahun 2016.
4. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKu) tahun 2016.

Riwayat Organisani :

1. Himpunan Mahasiswa S1 Keperawatan STIKKu (2017-2018)


2. UKM Paramedis Siaga STIKKu (2017-2018)
3. UKM Polgastik STIKKu (2017-2018)
4. Komunitas Skizofriendku STIKKu (2017-2018)
5. Forum Komunikasi Mahasiswa Kuningan (2018-2019)
6. Badan Eksekutif Mahasiswa STIKKu (2018-2019)

Anda mungkin juga menyukai