Anda di halaman 1dari 79

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN CARING


EFFICACY PADA PERAWAT PELAKSANA
DI RSUD HAJI MAKASSAR

Diajukan oleh:

RINI ASRIANI
NPM : 163010016

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2020

i
Proposal Penelitian

JUDUL : HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN CARING

EFFICACY PADA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD

HAJI MAKASSAR TAHUN 2020.

NAMA MAHASISWA : RINI ASRIANI


NIM : 163010016

PROGRAM STUDI : S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS : KESEHATAN

TANGGAL PERSETUJUAN : ..........................................................

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Ns. A. Saputri Mulyana, S.Kep., M.Kep) (Liliskarlina, SKM., M.Kes)

Ka. Prodi Ilmu Keperawatan

(Ns. A. Saputri Mulyana, S.Kep., M.Kep)

ii
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN CARING


EFFICACY PADA PERAWAT PELAKSANA
DI RSUD HAJI MAKASSAR

Disusun oleh:

RINI ASRIANI
NPM : 163010016

Telah dipertahanankan di depan Tim Penguji


Pada …………………………………………2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji

( )
(Ketua Penguji)

( )

(Anggota)

( )

(Anggota)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2020

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul “HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN CARING

EFFICACY PADA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD HAJI MAKASSAR TAHUN

2020” ini tepat waktu. Proposal ini disusun untuk melengkapi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Universitas Patria Artha.

Terima Kasih yang tidak terhingga Penulis ucapkan kepada kedua orang

tua serta saudara-saudara tercinta dan yang penulis sayangi yang telah

memberikan support perhatian serta do’a.

Dalam menyelesaikan proposal ini Penulis juga menyadari bahwa banyak

pihak yang memberi bantuan, baik moril maupun materi. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ita Hartati, AK, M.BA. sebagai Ketua Yayasan Universitas Patria Artha.

2. Bapak Bastian Lubis, SE., M.M. sebagai Rektor Universitas Patria Artha.

3. Ibu Ns. Hamdayani, S.Kep., M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan.

4. Ibu Ns. A. Saputri Mulyana, S.Kep., M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Ilmu

Keperawatan Universitas Patria Artha, juga selaku pembimbing pertama

yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama

proses penyusunan proposal penelitian ini. .

5. Ibu Liliskarlina, SKM., M.Kes. selaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan serta

kritik dan sarannya dalam penyusunan proposal ini.

iv
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Universitas Patria Artha atas bantuan dan

keramahannya kepada penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian

penelitian ini.

7. Bapak Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar yang telah

memberikan izin penelitian dan pengambilan data terkait penelitian ini.

8. Keluarga besar Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Patria Artha yang selalu

memberikan suport dan motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan proposal penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik serta tanggapan yang

membangun sangat dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata Penulis berharap semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak baik masyarakat maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Amin Ya Robbal Alamin.

Gowa, Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................iii

KATA PENGANTAR.......................................................................iv

DAFTAR ISI................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR.........................................................................viii

DAFTAR TABEL...........................................................................ix

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................x

DAFTAR ISTILAH..........................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................5

1.3 Tujuan Penelitian........................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kepribadian...............................7

2.2 Tinjauan Umum Tentang Caring Efficacy...........................16

2.3 Tinjauan Umum Tentang Perawat ...................................32

2.4 Kerangka Teori...........................................................41

2.5 Kerangka Konsep........................................................42

2.6 Definisi Operasional.....................................................43

2.7 Hipotesis..................................................................44

vi
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian.........................45

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..........................................45

3.3 Sumber Data...............................................................45

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Smpling ................................46

3.5 Metode Pengumpulan Data..............................................47

3.6 Metode Analisis............................................................48

3.7 Etika Penelitian...........................................................51

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Aspek-Aspek Keprribadian................................................8

Gambar 2.2 Modal Caring Dalam Keperawatan.......................................28

Gambar 2.3 Kerangka Teori.............................................................41

Gambar 2.4 Kerangka Konsep...........................................................42

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sikap caring dan noncaring terhadap pelayanan Keperawatan.......31

Tabel 2.2 Dampak caring dan noncaring terhadap pelayanan keperawatan. . .31

Tabel 2.3 Definisi Operasional.........................................................43

ix
DAFTAR SINGKATAN

ASKEP : Asuhan Keperawatan

Ha : Hipotesis Alternatif

H0 : Hipotesis Nol

KK : Kadang-Kadang

Menkes : Menteri Kesehatan

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

ST : Setuju

SR : Sering

SK : Surat Keputusan

SS : Sangat sering

STS : Sangat Tidak Setuju

TP : Tidak Pernah

TS : Tidak Setuju

x
DAFTAR ISTILAH

Agreeableness : Kemampuan beradaptasi dan keramahan

Altruistic : Kesejahteraan orang lain

Berkolaborasi : Bekerjasama

Bivariat : Dua variable yang diteliti

Caring : Tindakan asuhan keperawatan

Caring Efficacy : Kepercayaan individu akan kemampuannya

Coping : Mengatasi stress

Curing : Pengobatan terhadap penyakit klien

Dependen : Variable terikat

Eksraversi : Sikap atau tipe kepribadian seseoran

Ekstrovert : Menyukai lingkungan yang interaktif

Fenomenologi : Jenis metode penelitian kualitatif

Herediter : Pewarisan watak

Holistic : Menyeluruh

Independen : Variable bebas

In House Training : Pelatihan karyawan

Intelectual Skills : Keterampilan intelektual

Interpersonal : Komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih

Introvert : Senang menyendiri

Intervensi : Perencanaan

Interpersonal Skills : Keterampilan interpersonal

Kuratif : Pengobatan/proses penyembuhan

Kognitif : Potensi intelektual

Konstan : Tetap tidak berubah

xi
Konvensional : Kesepakatan

Kooperatif : Bersifat kerja sama

Loyalitas : Kepatuhan atau kesetiaan

Otonom : Berdiri sendiri

Preventif : Pencegahan penyakit

Promotif : promosi kesehatan

Protektif : Bersifat melindungi

Profesional Attitude : Tingkah laku profesional keperawatan

Profesional Ethics : Menggunakan etika keperawatan

Purposive Sampling : Teknik sampling non random

Rehabilitative : Proses pemulihan

Responden : Pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam

sebuah penelitian

Sampel : Bagian dari populasi yang dipelajarai dalam suatu

penelitian

Scientific Knowledge : Memiliki dan menerapkan ilmu pengetahuan

Signifikan : Cukup besar untuk diperhatikan

Spiritual : Kepercayaan/keagamaan

Statistik deskriptif : Metode yang berhubungan dengan pengumpulan/

penyajian data

Suportif : Memberi dukungan dan semangat

Survey : Metode mengumpulkan data

Technical Skills : Keterampilan teknikal

Terapeutik : kemampuan atau keterampilan perawat dalam

berinteraksi

xii
Uji Chi Square : Jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan

untuk menguji suatu variabe

Univariat : Masing–masing variabel yang diteliti

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Untuk Menjadi Responden

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3: Lembar Observasi Penelitian Responden

Lampiran 4: Lembar Kusioner Kepribadian

Lampiran 5: Lembar Kusioner Caring Efficacy

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan,

karena rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif kompleks, pelayanan

gawat darurat, berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat

alih pengetahuan dan keahlian (teknologi) (Nisah, 2018). Untuk

meningkatkan kepuasan pemakai jasa, rumah sakit harus senantiasa

meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan yang

dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas kerja (Hastuti, 2016).

Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan

bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Selain itu, pelayanan keperawatan

merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra

institusi pelayanan kesehatan. Proporsi tenaga perawat di sarana

kesehatan merupakan proporsi terbesar yakni 40% dibanding tenaga

kesehatan lainnya. Tenaga perawat tersebut 65% bekerja di Rumah

Sakit, 28% di Puskesmas dan selebihnya 7% di sarana kesehatan lainnya

(Nisah, 2018).

Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan

keperawatan yang profesional haruslah memiliki kinerja, keterampilan,

sosialisasi, dan mampu bekerja sama dalam satu tim secara utuh dengan

baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain kemampuan,

kepribadian dan minat kerja, kejelasan peran seorang pekerja, serta

tingkat motivasi pekerja (Nurachmah, 2001 dalam Nisah, 2018).

1
2

Menurut Nisah (2018) salah satu hal yang berhubungan dengan

kinerja adalah tipe kepribadian. Syamsu (2007) dalam Nisah (2018)

menyatakan bahwa orang yang ekstrovert terutama dipengaruhi oleh

dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama

tertuju ke luar. Orang bertipe ekstrovert bersikap positif terhadap

masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan

orang lain efektif. Orang yang bertipe introvert terutama dipengaruhi

oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya. Pikiran, perasaan,

serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif.

Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar

bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat

menarik hati orang lain.

Perawat dengan pekerjaannya yang berat mungkin saja

menemukan masalah yang berkaitan dengan fisik maupun psikis. Tentu

saja keduanya akan berakibat pada kinerjanya. Seorang perawat harus

tetap menunjukkan profesionalismenya walaupun sedang mengalami

masalah. Dengan tipe kepribadian yang berbeda, tentu cara

menyelesaikan masalahnya juga berbeda. Selama individu dan

lingkungan kerjanya dapat saling melengkapi, maka individu akan

memelihara hubungan tersebut dan menetap dalam lingkungan

kerjanya.

Menurut Nisah (2018) tipe kepribadian dengan caring efficacy

akan mempengaruhi diri dalam melakukan aktifitas. Menurut Ibrahim

(2015), salah satu yang mempengaruhi caring efficacy adalah tipe


3

kepribadian. Caring efficacy merupakan suatu sikap peduli, hormat dan

menghargai orang lain.

Caring efficacy adalah kemampuan generatif yang dimiliki

individu meliputi kognitif, sosial, dan emosi. Kemampuan individu

tersebut harus dilatih dan diatur secara efektif untuk mencapai tujuan

individu (Harnida, 2015). Keraguan dapat mempengaruhi kemampuan

yang dimiliki individu sehingga kemampuan tersebut tidak muncul,

karena keraguan tersebut dapat melemahkan keyakinan untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Menurut Zimmerman & Bandura, 1997 dalam

Harnida, 2015), keyakinan merupakan salah satu regulasi diri yang

menentukan seberapa bagus kemampuan yang dimiliki, dilatih secara

terus menerus. Hal ini berkontribusi dalam mencapai suatu

keberhasilan, melalui caring efficacy individu memiliki kemampuan

berbeda untuk mengorganisasikan strategi yang sesuai dengan tujuan

serta menyelesaikan strategi tersebut dengan baik walaupun dalam

keadaan yang sulit (Harnida, 2015).

Salah satu rumah sakit yang menyediakan asuhan keperawatan

yang memenuhi standar dan profesi keperawatan adalah Rumah Sakit

Umum Daerah Haji Makassar yang merupakan suatu rumah sakit

pemerintah izin sesuai dengan SK Menkes Nomor : 1226 / Menkes /SK /

VIII/2010. Rumah sakit ini memiliki 14 pelayanan, yitu Instalasi Rawat

Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Perawatan

Intensif (ICU/NICU), Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rehabilitasi Medik,

Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi

Gizi, Istalasi PS/RS, Instalasi Laundry, Unit PKRS, dan Unit Rekam Medik
4

RSUD Haji Makassar dengan tipe kelas B non pendidikan (Muhammad,

2019). Rumah sakit yang saat ini dalam masa membangun dan

membenahi sistem pelayanan tentunya akan sangat memperhatikan

keberhasilan kinerja karyawannya, khususnya perawat dalam hal ini.

Sebab misi dari rumah sakit ini adalah “memberikan pelayanan

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang berkualitas, nyaman,

aman, tentram dalam perawatan, cepat, akurat serta senyum ramah

dalam layanan Islami serta melakukan program pendidikan, penelitian

untuk pengembangan teknologi kedokteran dan kesehatan yang

mendukung layanan prima yang Islami”. Terdapat dua kategori karyawan

di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar yaitu karyawan

PNS dan Tenaga Kontrak. Jumlah PNS 344 orang dan tenaga kontrak

berjumlah 220 orang pada tahun 2019 (Profil RSUD Haji Makassar, 2019).

RSUD Haji Makassar mengembangkan kualitas sumber daya

manusianya dengan cara pengiriman peserta mengikuti seminar,

pelatihan yang diselenggarakan di luar rumah sakit, pengadaan In House

Training di lingkungan rumah sakit, dan pengiriman untuk mengikuti

pendidikan lanjutan (Profil RSUD Haji Makassar, 2019).

Data tersebut menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan sangat

dibutuhkan untuk dapat mencapai kualitas pelayanan yang ideal. Salah

satu penilaian yang harus dilakukan adalah mengenai kepribadian dan

caring efficacy individu. Kepribadian dan caring efficacy yang baik juga

akan sangat berdampak pada kepuasan yang dialami oleh pasien

ataupun kerabat pasien yang berkunjung ke rumah sakit. Berdasarkan

data yang diperoleh dari ruang rekam medis RSUD Haji Makassar, pada
5

survey pendahuluan tercatat jumlah pasien yang dirawat di Ruang Rawat

Inap sebanyak 984 orang dari data bulan Januari sampai bulan Desember

2019. Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan carring

efficacy pada perawat pelaksana di RSUD Haji Makassar, maka penulis

melakukan studi pendahuluan di RSUD tersebut pada tanggal 28

Desember 2019 dengan cara wawancara terhadap 8 pasien, dari hasil

wawancara terhadap 8 pasien, 2 pasien mengatakan puas dengan

pelayanan yang diberikan saat dirinya berada di ruang rawat inap, tetapi

6 pasien lainnya mengatakan kalau mereka kurang puas dengan

pelayanan yang ada di RSUD Haji Makassar khususnya di Ruang Rawat

Inap. Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar memiliki beberapa

macam tipe perawat. Ada perawat yang lebih memilih diam dan

melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar kinerja, namun

ada juga perawat yang lebih senang berbicara, bercanda, dan

Merekapun juga melakukan pekerjaan yang sama.

Dengan pekerjaan yang sama ini apakah perawat tersebut memiliki

kinerja yang sama pula? Maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang

hubungan tipe kepribadian dengan caring efficacy pada perawat

pelaksana di RSUD Haji Makassar tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tipe

kepribadian dengan caring efficacy pada perawat pelaksana di RSUD

Haji Makassar tahun 2020.


6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan caring

efficacy pada perawat pelaksana di RSUD Haji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tipe kepribadian pada perawat pelaksana di RSUD

Haji Makassar.

b. Mengetahui caring efficacy pada perawat pelaksana di RSUD Haji

Makassar.

c. Mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan caring efficacy

pada perawat pelaksana di RSUD Haji Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktik Pelayaan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan

edukasi dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan di rumah

sakit agar lebih mengembangkan kinerja, supaya tercapainya

pelayanan keperawatan yang optimal.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawaatan

Hasil dijadikan sebagi acuan atau referensi untuk penelitian tentang

hubungan tipe kepribadian dengan caring efficacy.

3. Bagi Riset Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi ilmu

keperawatan khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Patria Artha.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Tipe Kepribadian

1. Pengertian

Kepribadian menurut GW. Allport adalah suatu organisasi yang

dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan tingkah laku

dan pemikiran individu secara khas.1 Kepribadian juga merupakan

jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai

pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi

kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan

(Hasanah, 2016).

Menurut Muchlisin (2017), kepribadian adalah segala bentuk

perilaku, sifat dan tingkah laku yang khas pada diri seseorang yang

digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain serta menyesuaikan

diri dengan lingkungan, sehingga membentuk corak tingkah laku yang

menjadi kesatuan fungsional yang khas pada setiap individu.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003) dalam Nuraini

(2016) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek

kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat,

sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti

postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dll. Diantara aspek-

aspek tersebut aku atau diri (self) seringkali ditempatkan sebagai

7
8

pusat atau inti kepribadian, seperti yang dapat dilihat dalam gambar

2. 1 berikut:

Gambar 2.1 Aspek-Aspek Kepribadian


Sumber: Nuraini (2016)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan

dapat diperkirakan pada diri seseorang atau lebih bisa dilihat dari

luar, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap

rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu

kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu, seperti bagaimana

kita bicara, penampilan fisik, dan sebagainya. Sedangkan karakter

lebih bersifat inheren dan tidak tampak secara langsung. Seperti

bagaimana sikap kita menghadapi orang lain, sifat kita, dan

sebagainya (Hasanah, 2016).


9

Sebagai perumpamaan, seperti gunung es yang hanya tampak

terlihat sedikit di permukaan lebih banyak, dan tidak tampak secara

langsung. Dan karakterlah yang lebih menentukan daripada

kepribadian. Juga karakter lebih sulit dideteksi dan apalagi diubah

daripada kepribadian, kepribadian adalah permukaan, tapi

sebenarnya karakter porsinya (Hasanah, 2016).

2. Perkembangan Kepribadian

Menurut Allport (1951) dalam Nuraini (2016) kepribadian itu

dapat dikategorikan pada tiga fase perkembangan sebagai berikut:

a. Masa Bayi (neonates)

Pada masa bayi, didorong oleh kebutuhan mengurangi

ketidakenakan sampai minimal dan mencari keenakan sampai

maksimal. Dengan motivasi kebutuhan untuk mengurangi rasa

sakit, dan meningkatkan rasa nikmat. Seorang bayi menjalani

proses perkembangan dirinya. Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa

sebagian tingkah lalu bayi dipandang sebagi bentuk awal pola

kepribadian kemudian. Peranan orang tua untuk memperkenalkan

nilai dan norma kehidupan pada bayi adalah sangat berpengaruh

bagi perkembangan pola kepribadian selanjutnya. Allport (1951)

dalam Nuraini (2016) menyimpulkan bahwa pada bagian kedua

tahun pertama anak telah menunjukkan dengan pasti watak yang

khas. Setidaknya pada paruh kedua tahun pertama seorang bayi

telah mulai memperlihatkan kualitas-kualitas unik yang kiranya

merupakan atribut-atribut kepribadian yang bersifat tetap.

b. Masa Kanak-Kanak
10

Perkembangan dari masa bayi menuju masa kanak-kanak

melewati garis-garis yang berganda. Manusia adalah organisme

yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, akan

berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu

berkembang. Prinsip ini menjelaskan sesuatu yang awalnya

sekedar merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan biologis

dapat menjadi motif otonom yang mengarahkan tingkah laku

dengan daya seperti yang dimiliki oleh dorongan yang dibawa sejak

lahir (Nuraini, 2016).

c. Masa Dewasa

Dalam diri individu dewasa ditemukan kepribadian yang

tingkah lakunya ditentukan oleh sekumpulan sifat yang

terorganisasi dan harmonis. Individu dewasa mengetahui apa yang

dikerjakannnya dan mengapa itu dikerjakannya. Untuk memahami

sepenuhnya apa yang harus dilakukannya, orang dewasa harus

mempunyai tujuan dan aspirasinya dengan jelas. Motif yang

terpenting bukan lagi berpuas “gema” masa lampau, melainkan

lambaian “ajakan” masa depan. (Inge Hatugalang, 2007 dalam

Nuraini, 2016).

3. Proses Pembentukan Kepribadian

Kepribadian seseorang yang dewasa biasanya dianggap

terbentuk dari faktor keturunan maupun lingkungan yang dipengaruhi

oleh kondisi. Meskipun kepribadian tiap-tiap individu berbeda, namun

pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan serta

aktivitas sosial dan kebudayaan di kehidupannya. Kepribadian


11

merupakan sesuatu yang dapat berubah, kepribadian secara teratur

tumbuh dan mengalami perubahan. Kepribadian itu merupakan suatu

kebulatan, dan kebulatan itu bersifat kompleks, sedangkan kekompl-

eksannya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor, faktor

dalam dan faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan

antara faktor dalam dan faktor luar itu menimbulkan gambaran unik.

Artinya tidak ada orang yang memiliki kepribadian yang benar-benar

sama persis, setiap orang pasti memiliki kepribadian dan keunikan

sendiri-sendiri (Ratni, 2019).

4. Tipe Kepribadian Manusia

Menurut Lawrence (2012) model lima besar (Big Five Models).

Faktor-faktor lima besar kepribadian mencakup:

a. Eksraversi (extraversion)

Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang

dalam berhubungan dengan individu lain. Individu yang memiliki

sifat eksraversi cenderung suka hidup berkelompok, tegas dan

mudah bersosialisasi.

b. Mudah akur dan mudah bersepakat (agreeableness)

Kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu

lainnya. Individu yang mudah bersepakat adalah individu yang

senang bekerja sama, hangat dan penuh kepercayaan. Sementara

itu, individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersifat

dingin, tidak ramah dan suka menentang.

c. Sifat Berhati-hati (conscientiousness)


12

Merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat

berhati-hati adalah individu yang bertanggung jawab, teratur,

dapat diandalkan dan gigih. Sebaliknya individu dengan sifat

berhati-hati yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur

dan tidak bisa diandalkan.

d. Stabilitas Emosi (emotional stability)

Menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress.Individu

dengan stabilitas emosi yang positif cenderung tenang, percaya

diri dan memiliki pendirian yang teguh. Sementara itu, individu

dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup,

khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh.

e. Terbuka terhadap hal-hal baru (openness to experience)

Merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan individu

berdasarkan lingkup minat dan ketertarikan terhadap hal-hal baru.

Individu yang sangat terbuka cenderung kreatif, ingin tahu, dan

sensitif terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya, mereka

yang tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvensoional dan

merasa nyaman dengan hal-hal yang telah ada.

Menurut Artikaresia (2016), adapun kepribadian yang harus

dimiiki oleh seorang perawat yaitu:

a) Keadaan fisik dan kesehatan, hal ini diperlukan mengingat

pekerjaan perawat penuh dinamika, sehingga kondisi badan harus

baik, sehat dan mempunyai energi yang banyak. Bila perawat

kurang stamina, kurang ketahanan fisik, maka akan mudah patah


13

semangat apabila mengalami tekanan fisik, mental ataupun

ketegangan emosi.

b) Penampilan menarik, hal ini diharapkan dapat mengambil

peranan dalam mengubah suasana hati pasien yang sedang sedih.

Tapi harus diingat penampilan menarik bukan berarti harus

makeup atau dandan berlebihan. Yang diharapkan perawat dengan

penampilan bersih dan segar dalam melaksanakan tugasnya

disertai sikap dan suara yang lembut dan menyenangkan.

c) Kejujuran, penting dimiliki karena setiap orang termasuk pasien

dan keluarganya ingin kepastian akan sikap jujur orang lain

terhadapnya. Harus ditanamkan bahwa sikap perawat didasarkan

pada pengabdian yang murni untuk kesejahteraan manusia, bukan

untuk mendapatkan pahala, hadiah dengan sikap berpura-pura.

d) Keriangan, dalam hal ini maksudnya seorang perawat sebaiknya

dapat menghadapi situasi yang penuh kesulitan dan kekecewaan

tidak terlihat orang lain. Seorang perawat sedapat mungkin tetap

senyum, memberi salam dengan ramah dan memiliki sikap umum

yang optimis dan percaya diri.

e) Berjiwa sportif, dalam arti mau mengakui kekurangan diri sendiri,

jujur dan tetap berusaha memperbaiki kekurangan dan dapat

mengikuti teknik perawatan yang ternyata lebih efektif.

f) Rendah diri, seorang perawat harus menyadari kekuatan dan

batas-batas kemampuannya dan yakin keberhasilannya dalam

batas kemampuan tersebut. Seorang perawat harus dapat


14

meninggalkan kesan pada orang lain melalui perbuatan dan

tindakannya dan bukan karena ucapan memuji diri sendiri.

g) Murah hati, ini diwujudkan dalam bentuk pemberian pertolongan

dan bantuan yang nyata, tapi harus diingat jangan sampai pasien

memanfaatkan perawat dengan minta bantuan atau pertolongan

yang berlebihan, atau menjadi ketergantungan kepada perawat.

Perawat memberikan pertolongan kepada pasien, merupakan

bentuk kewajiban, tugas dan tanggung jawab bukan mengharapkan

hadiah/imbalan.

h) Ramah, simpati dan kerjasama, ini sebagai dasar untuk

keberhasilan dan kebahagian hidup sebagai individu dan makhluk

sosial, dimana senantiasa bekerja sama dengan sikap kooperatif

disertai kejujuran.

i) Dapat dipercaya, perawat harus percaya diri, dapat dipercaya

ketulusan hatinya, jujur dan memiliki itikad baik dalam

memberikan pertolongan dan bantuan melalui asuhan

keperawatan.

j) Loyalitas, perawat harus mampu menunjukkan loyalitas terhadap

pimpinan atau rekan kerja supaya memperlancar pekerjaan sesuai

tugas dan tanggung jawabnya.

k) Sikap sopan dan santun, ini merupakan cerminan bahwa perawat

mengetahui etika dan etiket pergaulan, serta memahami nilai-nilai

kebudayaan yang hidup dalam masyarakat.

Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul

Personality Plus, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang


15

individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi

dengan serangkaian situasi. Maka dari itulah situasi diciptakan dalam

pembelajaran harus diseimbangkan dengan kebiasaan dan tindakan

seseorang, sehingga terdapat perasaan yang memaksa atau tertekan

dalam dirinya (Hasanah, 2016).

Kecenderungan kepribadian pada seseorang dikelompokkan

menjadi 2 macam, yaitu kecenderungan kepribadian ekstrovert dan

kecenderungan kepribadian introvert. Adapun kecenderuan

kepribadian menurut Hasana (2016) yaitu:

a. Kecenderungan kepribadian ekstrovert

Yaitu kecenderungan seseorang untuk mengarahkan

perhatiannya keluar dirinya sehingga segala sikap dan keputusan-

keputusan yang diambilnya adalah berdasarkan pada pengalaman

pengalaman oranglain. Mereka cenderung ramah, terbuka, aktif

dan suka bergaul. Seseorang dengan kecenderungan kepribadian

yang ekstrovert biasanya memiliki banyak teman dan disukai

banyak orang karena sikapnya yang ramah dan terbuka.

b. Kecenderungan kepribadian introvert

Yaitu kecenderungan seorang untuk menarik diri dari

lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk

melakukan sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran,

dan pengalamannya sendiri. Mereka biasanya pendiam dan suka

menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena merasa

kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.


16

Awalnya, introvert dan ekstrovert adalah sebuah reaksi

seseorang terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikian

ditunjukkan terus-menerus, maka dapat menjadi sebuah

kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan menjadi bagian dari tipe

kepribadiannya. Kecenderungan kepribadian seseorang dilihat dari

keajegan tingkah laku seseorang ditandai dengan perubahan-

perubahan dalam setiap perkembangannya karena kecenderungan

kepribadian merupakan gambaran umum dari kepribadian

seseorang (Hasana, 2016).

2.2 Tinjauan Umum Tentang Caring Efficacy

1. Konsep Dasar Caring

Caring sebagai inti keperawatan merupakan fokus/sentral dari

praktik keperawatan yang dilandaskan pada nilainilai kebaikan,

perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan orang lain, serta

menghormati keyakinan spiritual klien. Caring dikatakan sebagai

jantung dalam praktik keperawatan (Chrisnawati, 2015).

Secara literal, caring adalah sebuah kata dalam Bahasa inggris

yang berarti peduli. Kemudian jika dihubungkan dengan konsep

keperawatan maka caring adalah esensi utama dari keperawatan.

caring juga yang membedakan keperawatan dengan konsep lainnya,

serta konsep caring ini seharusnya mampu mendominasi, serta

mempersatukan berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

seluruh praktisi dalam alur asuhan keperawatan. caring adalah sebuah

tindakan yang dilakukan oleh seluruh elemen dalam asuhan


17

keperawatan dalam rangka memberikan dukungan kepada individu

secara utuh (Putri, 2017).

Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik

keperawatan yang bersifat etik dan filosifikal. Caring bukan semata-

mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan

memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang

bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil

meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Caring adalah

manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang,

menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah

terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,

menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan

ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati,

pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan (Meidiana, 2007)

dalam

(Wahyudi, 2016). Perawat diharuskan untuk memiliki kemampuan

untuk peduli terhadap orang lain. Hubungan antara perawat dan klien

adalah hubungan memberi dan menerima yang berbentuk saling

mengenal dan peduli antara perawat dengan klien (Potter & Perry,

2010).

Caring adalah inti dari keperawatan, dan memberikan bentuk

praktek keperawatan saat perawat membantu klien untuk pulih dari

sakitnya, memberikan penjelasan tentang penyakitnya, dan mengelola

atau membangun kembali hubungan (Potter & Perry, 2010). Caring

menekankan penghargaan terhadap harga dan individu, yang berarti


18

dalam memberikan pelayanan keperawatan perawat senantiasa

menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan

klien. Theory of Human Care (Watson, 2009 dalam Fadilah, 2016)

menyatakan bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang

diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan

dan melindungi klien sebagai manusia sehingga mempengaruhi

kesanggupan klien untuk sembuh. Teori ini mengedepankan hubungan

interpersonal perawat-klien.

a. Caring menurut Watson

Ada sepuluh faktor karatif yang disempurnakan kembali

menjadi clinical caritas processes yang memberikan arahan bagi

perawat dalarn menerapkan perilaku caring (Watson, 2009).

Kesepuluh faktor karatif itu adalah:

1) Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistic (Forming a

Humanistic Altruistic)

Dalam memberikan pelayanan keperawatan perawat

sebaiknya menanamkan nilai-nilai humanistik dan altruistik.

Hal in tercermin dari sikap perawat dalam menghormati dan

menghargai klien dengan memperhatikan nilai kebaikan,

empati, cinta terhadapdiri dan orang lain, menerapkan nilai-

nilai cinta dan kebaikan serta ketenangan hati sesuai dengan

harapan Caring (Watson, 2009). Seorang perawat berusaha

untuk mengenal siapa kliennya, memberikan perhatian

terhadap klien dan bagaimana seorang perawat berperilaku

sesuai dengan keadaan (Alligood, 2010).


19

Bentuk nyatanya adalah mengenali nama klien, mengenali

kelebihan dan karaktersitik klien, memanggil nama dengan

nama yang disenangi, mendahulukan kepentingan klien daripada

kepentingan pribadi, menyediakan waktu bagi klien walaupun

sedang sibuk, mendengarkan keluhan dan kebutuhan klien,

menghargai dan menghormati pendapat klien, memberikan

dukungan sosial untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan

status kesehatan klien (Alligood, 2010).

2) Menanamkan kepercayaan dan harapan (Instilling Faith and

Hope).

Seorang perawat harus mampu membangkitkan

kepercayaan serta optimisme pada klien sehingga mampu

menyesuaikan diri dan optimis dengan keadaannya. Kehadiran

seorang perawat yang memungkinkan dan mendukung sistem

kepercayaan diri dan harapan seseorang (Watson, 2009). Bentuk

nyata caring perawat dalam menanamkan kepercayaan dan

harapan yaitu selalu memberi harapan yang realistis terhadap

kondisi kesehatan klien, memotivasi klien untuk menghadapi

penyakitnya, mendorong klien untuk menerima tindakan

pengobatan dan perawatan, memotivasi dan mendorong klien

untuk mencari alternatif terapi secara rasional, memberi

penjelasan bahwa takdir berbeda pada setiap orang,

memberikan keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah

ditentukan sesuai takdir.


20

3) Menumbuhkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

(Cultivating Sensitivity to One's Self)

Perawat harus mampu merasakan dan memahami segala

perubahan yang terjadi pada dirinya dan orang lain. Perawat

bersikap empati dan mampu menempatkan diri pada posisi

klien, ikut merasakan atas ungkapan penderitaan yang

diungkapkan klien serta siap membantu setiap saat, dapat

mengendalikan perasaan ketika klien bersikap kasar terhadap

perawat dan mampu memenuhi keinginan klien terhadap

sesuatu yang logis.

4) Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu

(Developing a Helping-Trust Relation)

Perawat membina hubungan saling percaya, jujur dan

empati dalam menjalin hubungan interpersonal yang

terapeutik, dengan tujuan untuk menolong orang lain.

Hubungan interpersonal antara klien dan perawat merupakan

aktualisasi dalam hubungan manusia dalam proses caring

(Watson, 2009).

5) Meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positif

dan negatif (Expressing & Feeling)

Perawat mendorong klien untuk mengungkapkan

perasaan. Membantu klien untuk bersikap realistis terhadap

kondisi yang dihadapi.

6) Menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis (Using

Creative Problem Solving Caring Process)


21

Seorang perawat harus mampu mengambil keputusan

secara kreatif dengan menggunakan metode pemecahan

masalah yang ilmiah dan sistematis dalam menyelesaikan

masalah klien.

7) Meningkatkan proses pembelajaran (Promoting Interpersonal

Teaching Learning)

Perawat memberi pengajaran atau pendidikan kesehatan

kepada klien dalam upaya promosi kesehatan. Perawat sebagai

pendidik merupakan peran perawat yang dapat meningkatkan

pengetahuan klien dan keluarga agar dapat meningkatkan

kesehatan

8) Menyediakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang

suportif, protektif dan korektif

Perawat menciptakan lingkungan yang dapat mendukung

peningkatan kesehatan dan kesejahteraan klien. Lingkungan

yang mendukung proses penyembuhan dapat menyebabkan

terciptanya kecantikan, kenyamanan, peningkatan martabat

dan perdamaian.

9) Membantu kebutuhan dasar manusia

Membantu melalui berbagai bentuk intervensi yang

dilakukan dengan penuh keikhlasan, kehangatan, belas kasih

dan kemurahan atau kebaikan hati. Perawat membantu

pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan secara fisik dan psikologis serta

timbulnya semangat untuk sembuh.


22

10) Menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologi, dan spiritual

Perawat membukakan dan meningkatkan dimensi spiritual klien.

Perawat memberi kesempatan dan mendorong klien untuk

menunjukkan kemampuan, kekuatan yang dimiliki, membawa

klien dalam menentukan coping yang efektif dalam menghadapi

masalahnya serta menemukan warna kehidupannya.

b. Caring Perawat Menurut Potter & Perry Potter & Perry (2010)

menggambarkan caring perawat dalam pelayanan keperawatan

terhadap klien adalah kehadiran, sentuhan, mendengarkan dan

memahami klien.

2. Pengertian Caring Efficacy

Caring adalah pemeliharaan hubungan yang menghargai orang

lain disertai dengan rasa memiliki dan tanggungjawab. Caring

berhubungan antar manusia, kemampuan berdedikasi orang lain,

perasaan empati, perasaan sayang terhadap orang lain (Watson,

2009).

Efficacy adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan hasil yang memuaskan (Watson, 2009). Dapat

disimpulkan bahwa caring efficacy adalah kemampuan seseorang

menunjukkan rasa tanggungjawab dan kepeduliannya kepada klien.

3. Klasifikasi Caring

Adapun klasifikasi caring menurut Kusmiran (2015) terbagi

menjadi 2 yaitu:
23

a. Afektif caring perawat

Meliputi nilai kemanuasiaan, hormat, kepedulian, empati,

dan hubungan saling percaya.

b. Instrumental caring perawat

Menunjukkan keterampilan dan kemampuan perawat dalam

kognitif dan psikomotor seperti pemberian obat, perawatan

kebersihan klien, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dan

pendidikan kesehatan.

4. Karakteristik Caring

Tujuh asumsi yang mendasari konsep caring menurut

(Meidiana, 2007) dalam (Wahyudi, 2016), yaitu:

a. Caring hanya efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara

interpersonal.

b. Caring terdiri dari faktor karatif tang berasal dari kepuasan dalam

membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.

c. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan

keluarga.

d. Caring merupakan respon yang diterima seseorang tidak hanya

saat itu saja namun juga mempengaruhi seperti apakah seseorang

tersebut nantinya.

e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung

perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam

memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan

antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai


24

perilaku manusia yang berguna meningkatkan derajat kesehatan

dan membantu klien yang sakit.

g. Caring merupakan inti dari keperawatan. Sikap caring diberikan

melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong

klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,

psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan

bekerja Bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan

esensi keperawatan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

perilaku caring perawat adalah sifat dasar perawat sebagai manusia

untuk membantu, memperhatikan, mengurus dan menyediakan

bantuan serta memberi dukungan untuk kemandirian klien melalui

hubungan perawat-klien yang terapeutik dan melalui intervensi

keperawatan dalam rangka mencapai derajat kesejahteraan yang

lebih tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan kemanusiaan dan

aspek moral. Dengan caring ini memungkinkan terjalinnya hubungan

dan interaksi terapeutik antara perawat-klien. Caring merupakan

dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan pofesional untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan memberikan

kepuasan kepada klien (Wahyudi, 2016).

Menurut Meidiana (2007) dalam Wahyudi (2016) karakteristik

caring adalah:

a. Be ourself, sebagai manusia harus jujur, dapat dipercaya,

tergantung pada orang lain.

b. Clarity, keinginan untuk terbuka dengan orang lain


25

c. Respect, selalu menghargai orang lain.

d. Separateness, dalam caring perawat tidak terbawa dalam depresi

atau ketakutan dengan orang lain.

e. Freedom, memberi kebebasan kepada orang lain untuk

mengekspresikan perasaannya.

f. Empathy, keadaan mental yang, membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran

yang sama dengan orang lain.

g. Communicative, komunikasi verbal dan non verbal harus

menunjukan kesesuaian dan evaluasi dilakukan secara bersama-

sama.

5. Komponen Caring

Menurut Watson (2009) dalam Ardhyatama (2018) komponen

caring adalah:

1) Knowing (mengetahui)

Perawat berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam

kehidupan seseorang dengan cara menghindari asumsi terhadap

klien, mencari petunjuk untuk lebih mengenal klien dan

membangun hubungan yang terapeutik.

2) Being with (melakukan bersama)

Mengandung makna perawat hadir secara emosional bersama

dengan klien dalam menghadapi berbagai masalahnya.

3) Doing for (melakukan untuk)

Perawat sebisa mungkin melakukan tindakan terhadap orang

lain seperti melakukannya terhadap diri sendiri sehingga perawat


26

dapat merasakan respon yang mungkin ditimbulkan dari tindakan

tersebut.

4) Enabling (Kemampuan)

Perawat senantiasa memiliki kemampuan untuk membantu

klien dalam mencari alternative permasalahan.

5) Maintaining believe (Mengatasi Kepercayaan)

Perawat menaruh kepercayaan terhadap kemampuan

seseorang dalam menjalani hidup dan mempercayai klien.

6. Faktor–Faktor yang Memengaruhi Perilaku Caring

Caring merupakan aplikasi dari proses keperawatan sebagai

bentuk kinerja yang ditampilkan oleh seorang perawat.

mengemukakan 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja individu

meliputi faktor individu, psikologis, dan organisasi Gibson, James, &

John (2000) dalam Wahyudi (2016).

a. Faktor Individu

Faktor individu berkaitan dengan kemampuan,

keterampilan, latar belakang, dan demografis. Kemampuan dan

keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi

perilaku individu perawat dalam melaksanakan caring ke klien,

latar belakang dan demografis merupakan faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku individu perawat dalam melaksanakan

caring ke klien. Menurut Siagian (2010) semakin matang usia

seseorang maka kemampuan dalam berfikir rasional, bijaksana,

mampu mengendalikan emosi dan terbuka terhadap pandangan

orang lain semakin baik. Latar belakang Pendidikan perawat juga


27

mempengaruhi kinerja, perawat yang memiliki latar belakang yang

lebih tinggi tentu memiliki pengetahuan, wawasan dan

kemampuan yang lebih luas dibandingkan dengan perawat yang

latar belakang Pendidikan yang rendah (Siagian, 2010).

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis terdiri atas sikap, kepribadian, belajar

dan motivasi. Sikap mencerminkan tentang pemahaman seseorang

perawat dengan klien yang di rawat, pemahaman tentang sikap

perawat dalam keperawatan adalah penting bagi perawat karena

adanya sikap perawat bisa meningkatkan kinerja untuk melayani

dan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif ke klien

maupun keluarga klien. Kepribadian perawat tentu lebih

menunjang kinerjanya, perawat yang memiliki kepribadian yang

baik terhadap memberikan caring yang baik ke klien. Proses

belajar dan motivasi yang di dapatkan oleh perawat baik faktor

intrinsik maupun ekstrinsik tentu memberikan dorongan bagi diri

perawat untuk terus memberikan caring yang baik ke klien.

c. Faktor Organisasi

Faktor organisasi berkaitan dengan sumber daya, gaya

kepemimpinan yang dipakai oleh kepala ruangan, imbalan yang di

dapatkan, struktur orgnisasi yang digunakan di ruang rawat dan

model pekerjaan (Gibson, James, & John, 2000). Sumber daya

yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang terdiri dari

tenaga profesional seperti dokter, perawat, ahli gizi, farmasi dan

non profesional seperti cleaning service, staf administrasi ruangan,


28

administrasi pusat dan administrasi Rumah Sakit, dan klien yang di

rawat. Sumber daya lainnya adalah sumber daya atas ketersediaan

alat-alat penunjang, gaya kepemimpinan kepala ruangan juga

mempengaruhi kinerja dari perawat, kepala ruangan yang memiliki

gaya kepemimpinan otoriter membuat perawat tertekan dan tidak

nyaman dengan kepala ruangan. Struktur organisasi yang dimaksud

adalah model asuhan keperawatan yang diterapkan diruangan

tersebut seperti model fungsional, model kasus, model tim dan

model primer (Nursalam, 2014).

7. Penerapan Caring dalam Pelayanan Keperawatan

Pengaruh caring dapat ditunjukkan dalam kualitas asuhan

keperawatan yang diberikan oleh perawat, dan diharapkan oleh klien

dalam praktik pelayanan keperawatan. Penampilan sikap caring

merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kepuasan klien

terdahap pelayanan keperawatan dan menghindari tanggunggugat

klien (Laschinger, Gilbert & Smith, 2011) dalam (Kusmiran, 2015).

Berikut adalah gambaran model kualitas caring dalam pelayanan

keperawatan:

Gambar 2.2 Modal Carring dalam Keperawatan pada Pasien/Klien


Sumber: Duffy (2009)
29

Berdasarkan gambar 2.2, kualitas caring dalam pelayanan

keperawatan kepada pasien/klien merupakan peran dan

tanggungjawab perawat dalam praktik pelayanannya. Praktik caring

melibatkan unsur komunikasi pada pasien/klien dan keluarga dengan

memaksimalkan sumber daya dan dukungan lingkungan yang kondusif.

8. Manfaat Caring Dalam Pelayanan Keperawatan

Perawat yang dapat bersikap caring memberikan manfaat bagi

klen, klien merasa comforting. Comforting merupakan karakteristik

unik dalam keperawatan dan merupakan aspek penting dalam caring.

Membuat klien senyaman mungkin telah menjadi tindakan

keperawatan yang sering dilakukan sejak era florence Nightningale.

Perawat selalu memberikan berbagai tindakan kenyamanan yang

membawa kekuatan, kesejukan, dukungan, dorongan semangat,

harapan dan bantuan bagi klien (Abdul, 2014).

Tindakan kenyamanan dimulai saat perawat mengobservasi

distress atau ketidaknyamanan klien, atau saat klien menunjukkan

kebutuhan kenyamanannya. Karena kondisi tersebut perawat

bervariasi, perawat perlu bersikap kreatif dan inovatif untuk

memberikan asuhan tersebut. Asuhan kenyamanan dapat berupa

tindakan fisik, komunikasi secara langsung (Nico, 2016).

Sedangkan definisi dari praktik keperawatan profesional ialah

kiatan praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional,

yaitu perawat yang berpendidikan tinggi, menunjukkan sikap dan

tingkah laku profesional keperawatan (profesional attitude),

memiliki dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi


30

keperawatan (scientific knowledge) dan tepat guna, memiliki dan

menerapkan keterampilan keperawatan profesional (profesional

nursing skills), yang meliputi keterampilan interpersonal

(interpersonal skills), keterampilan teknikal (technical skills), dan

keterampilan intelektual (intelectual skills), menggunakan etika

keperawatan (profesional ethics) sebagai tuntunan dalam

melaksanakan praktik keperawatan ilmiah dan dalam kehidupan

profesi keperawatan (Nico, 2016).

Jenis motivator secara umum yaitu uang, penghormatan,

tantangan, pujian, kepercayaan atasan kepada bawahan, lingkungan

kerja yang menarik, jam kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan,

pengakuan, penghargaan, kemandirian, lingkungan yang kreatif,

bonus atau hadiah, ucapan terimakasih, dan keyakinan dalam bekerja

(Nico, 2016).

9. Dampak Caring dan Noncaring Terhadap Pelayanan

keperawatan kepada perawat dan klien. Caring sebagai nilai

profesional dan personal sebagai inti standar normatif yang

mengarahkan tindakan dan sikap perawat terhadap klien (Lee-Hsieh,

Kuo & Tseng, 2005 dalam Kusmiran, 2015).

Menurut Kusmiran (2015) adapun dampak tindakan sikap

caring dan noncaring terhadap kualitas pelayanan keperawatan bagi

klien pada tabel dibawah ini:


31

Tabel 2.1 Sikap Caring dan Noncaring Terhadap Pelayanan


Keperawatan Kepada Perawat dan Klien
Hasil yang Dirasakan Oleh Klien Hasil yang Dirasakan Oleh Klien
Mengenai Caring Mengenai Noncaring
1. Perasaan mendalam mengenai 1. Perasaan dipermalukan, takut,
penghargaan, kontrol diri dan putus asa, ketidakberdayaan,
bersifat personal. keterasingan, kerentanan- ken-
angan buruk, kehilangan,
kendali diri, memperlambat
proses penyembuhan menurun.
2. Meningkatkan penyembuhan
fisik, keamanan, bersemangat
dan lebih nyaman.
3. Membina hubungan saling
percaya, merasa dekat dengan
anggota keluarga.

Berikut pula tindakan dan sikap caring dan noncaring terhadap

kualitas pelayanan keperawatan bagi perawat:

Tabel: 2.2 Dampak Caring dan Noncaring Terhadap Pelayanan


Keperawatan Kepada Perawat Dan Klien
Hasil yang Tindakan dan Sikap Hasil yang tindakan dan Sikap
dirasakan Oleh Klien Mengenai dirasakan Oleh Klien Mengenai
Caring Noncaring
1. Mengembangkan rasa keb- 1. Menjadi emosional
erhasilan, kepuasan, penc- 2. Kurang peduli
apaian tujuan dan penuh 3. Perasaan tertekan
rasa syukur. 4. Perasaan takut
2. Menjaga integritas, peme- 5. Lelah
nuhan kebutuhan dasar
manusia, merasakan
keutu-
an fungsi, tanggung jawab
dan meningkatkan harga
diri.

2.3 Tinjauan Umum tentang Perawat

1. Pengertian
32

Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai ketentuan

perundang undangan yang berlaku. Perawat adalah tenaga yang

bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan

(Kusuma, 2018).

Menurut Atonis (2016), perawat (nurse) berasal dari bahasa

latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat dan memelihara, atau

perawat adalah seorang profesional yang mempunyai kemampuan,

tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan

keperawatan pada berbagai jenjang keperawatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktek

Keperawatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001, dijelaskan bahwa

perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik

didalam maupun diluar negeri, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini masih belum

mempunyai batasan yang tegas karena hanya didasarkan pada

seseorang yang telah lulus dari pendidikan keperawatan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Atonis, 2016).

Menurut Kusuma (2018) berpendapat bahwa perawat adalah

tenaga yang bekerja secara professional memiliki kemampuan,

kewenangan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

2. Peran Perawat
33

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana

dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat

maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan (Nico,

2016). Adapun peran perawat menurut Nico (2016) adalah sebagai

berikut:

a. Pemberi Asuhan Keperawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu

klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses

penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan

kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk

mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi

asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien

dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal. Selain itu,

dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat

memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan

agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan

sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat

dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan

keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang

kompleks (Nico, 2016).

b. Pembuat Keputusan Klinis


34

Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik

keperawatan. Untuk memberikan perawatan yang efektif,

perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses

keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik

dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan

mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan

menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat

keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga.

Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan

berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan professional

lainnya (Nico, 2016).

c. Pelindung dan Advokat Klien

Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari

kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan

diagnostik atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai

pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi

terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di

komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat

melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta

membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.

Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien

yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik

baginya.
35

Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui

cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang

mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-

hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu

klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi

dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan

dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan

sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas

privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian Nico (2016).

d. Manager Kasus

Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat

mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya,

misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok

yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model

praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan

jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai tempat

kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer

asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang

melaksanakan keputusan manajer. Sebagai manajer, perawat

mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan

dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya (Nico, 2016).

e. Rehabilitator
36

Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke

tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian

yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien

mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan

mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan

membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan

keadaan tersebut.

f. Pemberi Kenyamanan

Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan

keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan

sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan

dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien

sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang

unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat

membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan

memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

g. Komunikator

Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan

keluarga, antar sesame perawat dan profesi kesehatan lainnya,

sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan perawatan

yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga

tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas

komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi

kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.

h. Penyuluh
37

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien

konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan

prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien

memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan

dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran

yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta

melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam

pengajaran yang direncanakannya.

i. Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli

gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar

pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

j. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

k. Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi

tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

l. Pembaharu
38

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan

mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis

dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan

keperawatan.

3. Fungsi Perawat

Fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada individu

sehat maupun sakit di mana segala aktifitas yang dilakukan bergu

untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki,

aktifitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan

kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses

keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, identifikasi masalah

(diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi

(Sakti, 2016).

Menurut Rosidnato (2016), perawat dalam profesinya sebagai

salah satu tenaga kesehatan menjalankan tiga (3) fungsi pelayanan

yaitu:

1. Fungsi independen atau fungsi mandiri

Fungsi independen atau fungsi mandiri adalah those

activities that are considered to be within nursing’s scope of

diagnosis and treatment (tindakan-tindakan yang menjadi

kewenangan/lingkup keperawatan yang meliputi diagnosis dan

tindakan keperawatan). Dalam fungsi ini tindakan keperawatan

tidak membutuhkan advise atau permintaan dari dokter dan

profesi lainnya.

2. Fungsi interdependen
39

Fungsi interdependen adalah carried out in

conjuction with other health team members, (tindakan yang

bersifat kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain), berupa

pemberian pelayanan keperawatan yang diberikan bersama

tenaga kesehatan lain. Kewenangan yang dimiliki dalam

menjalankan fungsi ini disebut sebagai kewenangan delegasi

karena diperoleh dengan adanya pendelegasian tugas dari

anggota tim kesehatan lainnya.

3. Fungsi dependen yang berdasarkan advis dan/atau

permintaan profesi lain berupa tindakan perawat untuk

membantu profesi lain melaksanakan tindakan–tindakan

tertentu.

4. Karakteristik Perawat

Adapun karakteristik perawat menurut Ramdhani (2016) yaitu:

a. Usia

Karyawan yang lebih tua mempunyai pengalaman

menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya sedangkan

karyawan yang lebih muda cenderung merasa kurang puas karena

apa yang mereka harapkan lebih tinggi sehingga harapan dan

realita kerja terjadi kesenjangan atau ketidak seimbangan yang

dapat menyebabkan perawat tidak puas.

b. Jenis Kelamin

Secara konsisten tidak ada perbedaan antara kinerja laki-laki

dan perempuan dalam kemampuan memecahkan masalah,


40

keterampilan analisis, dorongan kompetisi, motivasi, dan

kemampuan belajar.

c. Pendidikan

Individu yang lebih tinggi pendidikannya akan lebih mampu

berpikir luas dan memiliki inisiatif serta kreatif sehingga dapat

menemukan upaya-upaya yang lebih efesien dalam pekerjaan yang

menyebabkan terciptanya kepuasan kerja.

d. Lama Kerja

Senioritas sebagai lama seseorang menjalankan pekerjaan

tertentu secara konsisten berhubungan negatif dengan masuk

keluarnya karyawan, dan lama kerja menyebabkan seseorang

semakin terampil dan berpengalaman dalam menyelesaikan

problematika kerja sehingga hasil kerja yang diperoleh

mendatangkan kepuasan kerja.

e. Level jenjang karier

Jenjang karier akan meningkatkan kualitas kerja perawat,

perawat akan berusaha untuk mengontrol karirnya dan memilih

karier yang lebih baik sehingga akan terus berprestasi dan

memperoleh kepuasan kerja.

f. Informasi kesehatan
Teknologi informasi merupakan alat penyebaran informasi

kesehatan sehingga akses seseorang kepada teknologi informasi

menjadi salah satu faktor yang menentukan caring efficacynya.


2.4 Kerangka Teori

Ada 2 macam tipe kepribadian, yaitu extrovert dan introvert,

perawat adalah pemberi asuhan keperawatan, dimana perawat yang


41

memiliki caring efficacy yang baik akan meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan, sehingga Kepribadian sangat berhubungan erat dengan

carring efficacy dimana akan memberikan rasa kepuasan pada pasien

ataupun kerabat.

Tipe Kepribadian

EXTROVERT INTROVERT
Ramah, terbuka, aktif, dan Pendiam dan suka menyendiri,
suka bergaul. merasa tidak butuh orang lain
karena merasa kebutuhannya bisa
dipenuhi sendiri.

Pemberi ASKEP Perawat

Caring Efficacy
1. Keadaan fisik dan kesehatan
2. Penampilan menarik
Baik
3. Kejujuran
Peningkatan 4. Keriangan
Kualitas 5. Berjiwa sportif
Pelayanan 6. Rendah diri
Keperawatan 7. Murah hati
8. Ramah
Kepuasan 9. Dapat dipercaya
Pasien/Kerabat 10. Loyalitas
11. Sikap sopan dan santun

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber: Artikaresia (2016), Hasanah (2016), Lawrence (2012),
2.5 Kerangka KonsepNico (2016), dan Ratni (2019)

Menurut Setyawan (2014), Konsep adalah generalisasi dari

sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk


42

menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Oleh karena itu, konsep

tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan

dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel–

variabel. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah seperti pada

Gambar 2.4

Variabel Independen Variabel Dependen

Teori Kepribadian
Caring Efficacy
 Extrovert
 Introvert

Keterangan:

: Variabel Independen

: Hubungan

: Variabel Dependen

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Identifikasi variabel menurut Nursalam (2016) Variabel adalah

perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu

(benda, manusia, dan lain-lain).

a) Variabel bebas (independen)

Variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah teori kepribadian Extrovert dan Introvert

pada perawat.
b) Variabel terikat (dependen)

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat

2.6 dalam
Definisi penelitian ini adalah caring efficacy pada perawat.
Operasional

Definisi operasional merupakan suatu bentuk rangkaian yang

menerangkan tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang


43

bagaimana cara mengukur dari variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2013).

Berdasarkan judul penelitian maka definisi operasional penelitian

ini adalah seperti tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Definisi Operasional

Vriabel Definisi Operasional Hasil Ukur Kriteria Objektif Skala Alat Ukur
Teori kepribadian Keseluruhan perilaku Hasil 1. Introvert: Likert Kuesioner

seorang individu dengan Kuesioner Jika jawaban

sistem kecenderungan te tentang < 56

rtentu yang berinteraksi kepribadian 2. Extrovert:

dengan serangkaian situ- perawat Jika jawaban

asi. ≥ 56
Caring Efficacy Caring efficacy yaitu Hasil Kurang: 1-25 Likert Kuesioner

kemampuan seseorang kuesioner Cukup: 26-50

menunjukkan rasa tang- tentang Baik: ≥50

gungjawab dan kepedu- Caring

liannya kepada klien Efficacy

pada

perawat

2.1 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Biasanya hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara

kedua variabel, variabel bebas dan terikat (Nursalam, 2016).


44

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara teori kepribadian dengan caring efficacy pada

perawat.

b. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan caring efficacy

pada perawat.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif

serta metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan

cross sectional dengan data variabel independen dan variabel dependen

dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2015).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Haji Makassar.

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Makassar dengan waktu

pelaksanaan mulai dari bulan Juni–Juli 2020.

3.3 Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini di RSUD

Haji Makassar melalui kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui bagian

manajemen RSUD Haji Makassar, untuk mengetahui keseluruhan

jumlah perawat yang ada di Rumah Sakit.

45
46

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

A. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau data dengan karateristik

tertentu yang diteliti (Nursalam, 2015). Populasi dalam penelitian ini

adalah perawat di pelayanan kesehatan yaitu RSUD Haji Makassar

dengan kriteria yang sudah ditentukan. Jumlah perawat PNS 344 orang

dan tenaga kontrak berjumlah 220 orang pada tahun 2019 sehingga

total perawat di RSUD Haji Makassar adalah 564 orang.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ciri-cirinya

diselidiki atau diukur (Sabri & Hustono, 2014). Rumus pengambilan

N
sampel pada penelitian ini adalah:ɳ=
1+ N ( d ) ²

n= N
1+ N e2

Keterangan

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat singnifikasi (0.1)

n = 564
1 + 564 (0.1)2

n= 564
1+ 564 (0.01)

n= 564

(1 + 5.64)

n= 564
47

6.64

n = 84.93. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 85 orang.

C. Teknik Sampling

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

adalah purposive sampling, dimana dalam menentukan sampel

penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu,

agar data yang diperoleh nantinya lebih representatif (Nursalam,

2011). Adapun kriteria penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi:

a) Perawat yang bersedia menjadi responden

b) Perawat pelaksana

c) Perawat yang berstatus sebagai pegawai tetap di RSUD Haji

Makassar.

2. Kriteria Esklusi:

a) Perawat yang tidak kooperatif

b) Perawat yang cuti >14 hari.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1) Kuesioner

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui

wawancara dengan menggunakan instrumen penelitian yang berbentuk

kuesioner. Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan yang sudah

disediakan oleh peneliti dalam pemilihan jawaban yang menurut

responden sesuai dengan dirinya. Penelitian ini memiliki 2 instrumen


48

penelitian yaitu data teori kepribadian dan caring efficacy. Instrumen

yang dibuat oleh peneliti menggunakan skala likert yang berjumlah 28

butir dengan pernyataan untuk kuesioner kepribadian extrovert dan

introvert yang terdiri atas jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak

Setuju (TS), Setuju (S), sangat Setuju (SS). Pada kuesioner caring

efficacy berjumlah 19 butir yang menyatakan tentang pengetahuan

untuk kuesioner caring efficacy yang terdiri atas jawaban Sangat Sering

(SS), Sering (S), Kadang-Kadang (KK), Tidak Pernah (TP).

2) Dokumen

Dokumen adalah merupakan metode pengumpulan data dengan

cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli

tersebut dapat berupa gambar, tabel, sedangkan yang digunakan

dalam penelitian ini berupa gambar untuk dokumentasi.

3.6 Metode Analisis

1. Pengolahan Data

a) Editing

Tahap editing data atau yang disebut juga tahap

pemeriksaan data adalah proses peneliti memeriksa kembali data

yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data yang

terkumpul cukup baik dan dapat diolah dengan baik (Darto,

2014).

b) Coding

Coding adalah usaha mangklasifikasi jawaban-

jawaban/hasil-hasil dari wawancara yang ada. Klasifikasi di


49

lakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan

kode berupa angka ataupun huruf kemudian dimasukkan dalam

lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya. Hal ini

penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk

analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu kode

tertentu.

c) Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer.

Entry data dalam penelitian ini di lakukan dengan menggunakan

program software statistic (SPSS Versi 23).

d) Cleaning

Setelah data dimasukkan dalam program komputer,

selanjutnya peneliti melakukan cleaning yaitu memeriksa

kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui kemungkinan

adanya data yang masih salah atau tidak lengkap sebelum di

lakukan analisis.

e) Scoring

Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor

pada tingkat kepribadian dan caring efficacy responden

(Nursalam, 2016).

Adapun pemberian scoring seperti berikut:

 Teori Kepribadian:

1 = (STS) Sangat Tidak Setuju

2 = (TS) Tidak Setuju


50

3 = (S) Setuju

4 = (SS) Sangat Setuju

1. Introvert : Jika jawaban < 56

2. Extrovert : Jika jawaban ≥ 56

 Caring efficacy

1 SS = Sangat Sering

2 S = Sering

3 KK = Kadang-Kadang

4 TP = Tidak Pernah

1) Kurang : 1-25

2) Cukup : 26-50

3) Baik : ≥ 50

f) Tabulating

Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang

dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel, atau

dapat dikatakan bahwa tabulasi data adalah penyajian data

dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam

pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi

gambaran tentang hasil penelitian, karena data-data yang

diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam

tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya (Wrahatnala, 2018).

2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Analisis univariat
51

Pada analisis univariat, data dapat disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral (mean, median,

modus) atau grafik (Sabil, 2018). Pada penelitian ini variabel

karakteristik responden dianalisis dengan menggunakan statistik

deskriptif.

2) Analisi Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya

hubungan yang signifikan antara variabel independen atau teori

kepribadian terhadap variabel dependen yaitu caring efficacy pada

perawat. Analisa bivariat menggunakan uji chi square dengan

kemaknaan 0,05.

3.7 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2014) etika yang mendasari dilaksanakan

suatu penelitian meliputi:

a) Informent Consent (Surat Persetujuan)

Informent Consent diberikan sebelum melakukan penelitian.

Informent Consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembar ini juga dilengkapi

dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa dan

harus tetap menghormati keputusan responden.

b) Anonimity (Tanpa Nama)


52

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti

nama responden atau inisial.

c) Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti harus merahasiakan keadaan responden, kecuali diminta

oleh institusi yang berkompeten.

d) Justice (Prinsip Keadilan)

Responden harus diperlakukan sama sesuai dengan keadaannya,

tidak ada diskriminasi (responden, alat-alat, dan lain-lain), models

(health care resources): Setiap orang sama, berdasarkan jasa,

keberadaan peralatan, sesuai kebutuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul. (2014). Hubungan Perilaku caring perawat dengan Tingkat Kepuasan


Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Tesis Program
Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin. Diperoleh
dari:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/e403ff6b6bf1791519e89042
e6af03a2.pdf. Diakses 13 Februari 2020.

Alligood. (2010). Nursing Theory Utilization and Aplication Missouri: Mosby.

Ardhyatama, R. I. (2018). Hubungan Caring Perawat dengan Kesiapan Keluarga


Menerima Informasi Kesehatan Tentang Terapi Lanjutan (Studi di
Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang). Skripsi, 30-35.

Atonis. (2016). Prinsip-Prinsip Pendokumentasian Keperawatan. Diperoleh dari:


repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11754/2/T1_462010011_B
AB%20II.pdf. Diakses 10 Januari 2020.

Chrisnawati. (2014). Efikasi Caring Mahasiswa Keperawatan Program Profesi


Ners Angkatan III Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Banjarmasin 2014. Jurnal Citra Keperawatan , 1.

Darto. (2014). Pengelola Data Elektronik Malang. Diperoleh dari:


http://bantur.malangkab.go.id/?page_id=4782, Diakses 11 Januari
2020.

Fadilah, R. N. (2016). Hubungan Caring Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan


Dengan Lama Rawat Inap Di RSUD Kota Salatiga. Skripsi, 10-19.

Harnida. (2015). Hubungan Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Burnout
Pada Perawat. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Januari 2015, Vol. 4,
No. 01, hal 31 - 43.

Hastuti. (2016). Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


Diperoleh dari: http://eprints.ums.ac.id/14805/2/BAB_I_DIAH.pdf.
Diakses 23 Desember 2019.

Hasanah. (2016). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:PT


Remaja Rosdakarya.

Jeffreys, M. R. (2010). Teaching cultural competence in nursing and health


care: inquiry, action, and innovation. ISBN: 978-0-8261-1996-4 e-book
ISBN: 978-0-8261-1997-1.New York: Springer Pub. Co. Diambil dari
http://site.ebrary.com/id/10555895.

Kusmiran, E. (2015). Soft Skill Caring Dalam Pelayanan Keperawatan. Jakarta:


CV.Trans Info Media.
Kusuma. (2018). Strategi Komunikasi Petugas Bagian Kerohanian Dalam
Membantu Proses Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Thesis, Graduate Program IAIN Medan, North Sumatra. Diperoleh dari:
http://repository.uinsu.ac.id/163/4/BAB%20I BAB%20V.pdf. Diakses 10
Januari 2020.

Laurence. (2012). Kepribadian Teori dan Penelitian, Personality: Theory and


Research Edisi 10, Buku 2, Pengarang : Daniel Cervone Lawrence A.
Pervin. Salemba Humanika.

Muchlisin. (2017). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Extrovert dan Introvert


dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Fakultas Psikologi Maulana Malik
Ibrhim Malang. Diperoleh dari: http://etheses.uin-
malang.ac.id/2260/6/08410139_Bab_2.pdf. Diakses 10 Januari 2020.

Muhammad. (2019). Penerapan Activity Based Costing System sebagai


Alternatif Dalam Penentuan biaya Inap Pada Rumah Sakit Haji
Makassar. Diperoleh dari:
https://core.ac.uk/download/pdf/25495260.pdf. Diakses 23 Desember
2019.

Nico. (2016). Makalah Kesehatan Keperawatan & Umum. Diperoleh dari:


https://asuhankeperawatankesehatan.com/2016/12/makalah-peran-
dan-fungsi-perawat.html. Diakses 10 Januari 2020.

Nisah. (2018). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Kinerja Perawat Di


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Diperoleh dari:
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3658/NISA
%20AF%20IDAH%20%20ARUM%20PRATIWI%20Fix.pdf?
sequence=1&isAllowed=y. Diakses 23 Desember 2019.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Keperawatan


Professional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja grafindo.

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 4 . Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Statistik Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nuraini. (2016). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Notoatmodjo, S. (2013). Metode Penelitian Kesehatan (Edisi 3). Jakarta: Rineka


Cipta.

Potter, P. (2010). Fundamental of Nursing. Canada: Elsevier.


Profil RSUD Haji Makassar. (2019). Statistik RSUD Haji Makassar. Diperoleh dari:
http://rsudhaji.sulselprov.go.id/page/sambutan. Diakses 10 Februari
2020.

Putri, D. M. (2017). Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: pustaka baru


press.

Ramdhani. (2016). Hubungan Komunikasi Teraupeik Perawat Terhadap


Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur. Bachelor
Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diperoleh
dari:http://repository.ump.ac.id/2068/3/TAUFIK%20RAMDHANI%20BAB
%20II.pdf. Diakses 10 Januari 2020.

Ratni. (2019). Hubungan Tipe Kepribadian Terhadap Kinerja Perawat di RSI


Malang. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Malang.Diperoleh dari: http://eprints.umm.ac.id/21463/3/jiptummpp-
gdl-ratnidiame-39968-3-babii.pdf. Diakses 10 Januari 2020.

Rosidnato. (2016). Perlindungan Pasien Dari Standar Praktik Keperawatan


Dalam Rangka Mewujudkan Kepastian Hukum. Diperoleh dari:
repository.unpas.ac.id/10260/3/BAB%20I%20%26%20II.docx. Diakses 10
Januari 2020.

Sabil. (2018). Hubungan Health Literacy dan Self Efficacy Terhadap Self Care
Management Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kota
Makassar.Tesis Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin. Diperoleh dari:
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection
/OTJkNGNmMmQzN2E3MDRjYzI2MDE4NGRjYTI3NTJkMGU4M2JlZjJjOQ==
.pdf.Diakses 11 Januari 2020.

Sabri & Hastono (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

Sakti. (2016). Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia


Grafika, Jakarta.

Setyawan, A. (2014). Metode Penelitian Kombinasi Teori dan Statistika.


Bandung: Alfabeta.

Siagian, S. P. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sri. (2019). Hubungan Cultural Competence dengan Caring Efficacy pada


Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Jurnal Skripsi
Universitas Patria Artha.

Sudibyo. (2011). Hubungan antara Computer Anxiety dan Computer Self-


Efficacy pada Guru Sekolah Dasar (SD).Skripsi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Diperoleh dari:
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2018-10/S60651Annisa%20Dwi%20Ast
uti. Diakses 27 Januari 2020.
Wahyudi. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Caring
Perawat di Ruang Perawatan interna RSUD Sinjai. Skripsi, 13-38.

Watson, J. (2015). Implementation of Watson’s Theory of Human Caring: A


Case Study. International Journal of Caring Sciences. Volume 8 Issue
1 Page 25.

Wrahatnala, B. (2018). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.


LAMPIRAN 1

PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Kepada Yth,
Bapak/Ibu Perawat di RSUD Haji Makassar
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
S1 Ilmu Keperawatan Universitas Patria Artha.
Nama : RINI ASRIANI
NPM ` : 163010016
Alamat : Jl. Sukaria 17 Kel. Tamamaung Kec. Panakkukang Makassar

Akan mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN

DENGAN CARING EFFICACY PADA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD HAJI

MAKASSAR TAHUN 2020”.

Penelitian ini tidak merugikan Bapak/Ibu sebagai responden,


kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu telah menjadi responden dan
terjadi hal-hal yang merugikan, maka diperbolehkan mengundurkan diri untuk
tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon untuk menandatangani
lembar persetujuan atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Gowa,................2020

Peneliti

(RINI ASRIANI)
LAMPIRAN 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Setelah mendapatkan penjelasan tentang prosedur penelitian ini, maka

saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Patria Artha

Makassar atas nama : RINI ASRIANI, NPM 163010016, dengan judul :

“HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN CARING EFFICACY PADA PERAWAT

PELAKSANA DI RSUD HAJI MAKASSAR TAHUN 2020”. Saya telah memahami

maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui “Hubungan Tipe

Kepribadian Dengan Caring Efficacy Pada Perawat Pelaksana di RSUD Haji

Makassar Tahun 2020”. dan sebagai syarat dalam rangka penyelesaian tugas

akhir dari peneliti. Partisipasi saya dalam penelitian ini tidak menimbulkan

kerugian bagi saya sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya

dan dijaga kerahasiaannya, Oleh karena itu saya bersedia menjadi responden

pada penelitian ini.

Makassar,...................

Responden

(……………………………………)
LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN RESPONDEN

A. Identitas Responden

No. Responden :...........................................

1. Inisial :...........................................

2. Umur : ..........................................

3. Alamat : ..........................................

4. No. Hp : ..........................................

5. Jenis Kelamin : ..........................................

6. Latar Belakang Pendidikan : ..........................................

7. Lama Kerja : ..........................................

8. Tempat/Ruangan : ..........................................

9. Jabatan/Posisi : ..........................................

10. Suku : ..........................................


LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Tipe Kepribadian dengan Caring Efficacy pada Perawat


Pelaksana di RSUD Haji Makassar

No. Responden: (Diisi oleh Peneliti)

1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian

Bapak/ibu/saudara/i diharapkan:

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda

checklist (√) pada tempat yang tersedia.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban

4. Bila data kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

2. Kuesioner Kepribadian

Mohon untuk memberikan tanda (V) pada setiap pernyataan yang Anda pilih.

Keterangan:

STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju
A. Kuesioner Tipe Kepribadian Ektrovert dan Introvert (Sudibyo, 2011)

No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya tertarik melakukan banyak aktivitas dalam

waktu bersamaan.
2 Saya tertarik pada hal-hal yang berbahaya.
3 Saya tertawa lebih keras dibandingkan orang

lain yang berada di sekitar saya.


4 Saya cepat berubah pikiran.
5 Saya lebih suka beraktivitas dari pada harus

berdiam diri.
6 Saya mampu bergaul di lingkungan yang belum

saya kenal sebelumnya.


7 Jika ada teman yang mengajak saya bermain

saya akan langsung ikut walaupun saya memiliki

banyak tugas yang harus saya kerjakan.


8 Bila saya tidak suka dengan sesuatu hal maka

saya akan berterus terang.


9 Saya akan melakukan apapun yang terlintas di

pikiran saat itu juga.


10 Saya suka mengikuti kegiatan-kegiatan kampus

maupun di luar kampus.


11 Saya berani membuat keputusan baru walaupun

mengandung risiko.
12 Saya biasa melakukan sesuatu tanpa rencana.
13 Mudah bagi saya untuk mengekspresikan rasa

tidak suka saya kepada teman.


14 Jika teman saya meminta saya untuk

menyimpan rahasia, terkadang saya

memberitahukan rahasia itu pada orang lain.


15 Saya perlu banyak berpikir untuk memutuskan

sesuatu.
16 Jika bekerja saya selalu datang tepat waktu
17 Saya senang melakukan kegiatan yang tidak
berbahaya.
18 Saya senang melakukan pekerjaan yang tidak

melibatkan orang lain.


19 Saya perlu menyendiri untuk berpikir
20 Saya pandai menyimpan rahasia
21 Saya tidak ingin orang lain tahu apabila saya

sedang mempunyai masalah.


22 Saya tidak suka kegiatan yang penuh tantangan.
23 Saya lebih suka menyendiri daripada harus

beramah tamah.
24 Saya datang tepat waktu ketika mengadakan

janji bertemu.
25 Jika saya menghadapi masalah, saya suka

memendam masalah itu sendiri.


26 Saya sulit mengambil keputusan tanpa pemikiran

yang matang.
27 Saya akan menghindari resiko dalam melakukan

suatu pekerjaan.
28 aya takut utuk memasuki suatu lingkungan yang

baru.

Sumber: Sudibyo (2011)


LAMPIRAN 5

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Caring Efficacy Pada Perawat


Pelaksana di RSUD Haji Makassar Tahun 2020

Kuesioner Caring Efficacy

Berikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan

pilihan Bapak/ibu.

Keterangan:

SS : Sangat Sering

S : Sering

KK : Kadang-Kadang

TP : Tidak Pernah

TINDAKAN
No PERNYATAAN
TP KK S SS
1 Menyebut nama pasien atau keluarga pasien saat
memberikan tindakan keperawatan
2 Berbicara dengan sopan dan suara yang lembut
kepada pasien dan keluarga pasien
3 Memberikan semangat dan harapan kepada pasien
dalam menjalani program pengobatan
4 Meningkatkan kembali kepercayaan pasien terhadap
pengobatan
5 Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga pasien
dengan penuh perhatian
6 Dapat mengendalikan perasaan ketika pasien terlalu
menuntut terhadap diri perawat
7 Memperkenanlkan diri pada pasien saat awal kontak
serta membuat kontrak pengaruh dan waktu
8 Selalu menjelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien
9 Memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaan
baik positif maupun negatif sebagai bagian dari
kekutan yang dimilikinya
10 Menjadi pendengar yang aktif dengan mendengarkan
keluhan pasien secara sabar
11 Menetapkan dan memberikan asuhan keperawatan
secara sistematis pada pasien
12 Mendiskusikan kondisi pasien dengan dokter
13 Memberikan informasi yang jelas dan pendidikan
kesehatan mengenai perawatan pasien pada pasien
dan keluarga
14 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
menjalankan ritual ibadahnya
15 Menjaga kondisi ruangan tetap bersih, rapid an
tenang
16 Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-harinya misalnya makan, minum, personal
hygiene, pada pasien yang tidak mampu
melakukannya
17 Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertemu
engan orang yang dicintainya misalnya keluarga,
teman, pacar, dan lain-lain
18 Mengijinkan pasien dan keluarga mengadopsi
budaya/kepercayaannya selama tidak bertentangan
dengan medis dan peraturan rumah sakit
19 Membantu keluarga atau pasien untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam
menyelesaikan masalah

Sumber: Rumbun (2011) dalam Sri (2019)

Inisial, umur, alamat, no. Hp, jenis kelamin, latar belakang pendidikan,

lama kerja, suku

Anda mungkin juga menyukai