Anda di halaman 1dari 11

UAS

Advance Medical Surgical 1

Oleh :

JULIANTI HADIJAH 1914101110011

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020
UJIAN AKHIR SEMESTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

M.A : Advanced KMB 2


PENEMPATAN : Semester II
WAKTU : Januari 2021
DOSEN : Solikin

Petunjuk : Open Book ( boleh buka Laptop dll) dan Jawab soal berdasarkan
analisa berpikir anda, mohon cermati soal dengan baik!

Kasus: Lihatlah kasus pada lampiran di bawah

1. Berikan analisa anda bagaimana pelaksanaan klinikal patway yang baik pada kasus
pasien yang ada? ( pada tahap pre operasi hari pertama)
2. Buatlah Klinikal patway sesuai dengan konsep EBNP yang anda pahami? ( pada tahap
pre operasi hari pertama)
3. Berikan analisa anda terkait no 1 dan 2, berikan pandangannya dalah telaan EBNP
terbaru?
4. Fokuskan Klinikal patway pada satu area perawatan saja ya!
5. Susunlah patway boleh berdasarkan jam maupun hari rawat pada pasien tersebut.
6. Analia berpikir yang harus anda utamakan.
LAMPIRAN soal Advance KMB 2: KASUS PASIEN

FRAKTUR PHALANG IV + V MANUS DEXSTRA


DI RUANG RAWAT

A. PENGKAJIAN UMUM
I. Identitas Klien
Nama : Ny. SD
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Pendidikan : SMA
Masuk RS : 31 Oktober 2019
No RM : 335.25.83
Ruangan : Lantai 4 RSCM
Tgl Pengkajian : 3 November 2019

II. KELUHAN UTAMA


Keluhan utama yang sering terjadi pada klien dengan gangguan muskuloskeletal
yang wajib dikaji adalah :
A. Nyeri
Klien menyatakan luka post operasi phalang IV + V manus dexstra terus masih
terasa.
Sifat-sifat nyeri yang perlu diketahui dapat dikaji dengan menggunakan
PQRST:
P: Nyeri disebabkan karena klien mengalami luka pada jari tangan kanan yang
kena mesin di pabrik tempat ia bekerja dan sudah dilakukan operasi
Q: Nyeri yang dirasakan klien berupa seperti tertusuk benda tajam
R: Nyeri terasa seperti menjalar dari metacarpal kearah jari yang mengalami
perlukaan post operasi
S: Skala nyeri klien 3 ( 0 – 4 ).
T: Nyeri dirasakan selama 10 detik s/d 1 menit dan nyeri akan berkurang bila
klien beristirahat atau luka di rileksasikan
B. Deformitas
Setelah dilakukan operasi pada jari kananya klien merasa bahwa kelainan
bentuk pada jarinya akan menyebabkan kekurangan pada tubuhnya.
C. Kekakuan / ketidakstabilan sendi
Kekakuan terjadi karena pada phalang IV + V manus kanan terpasang wire
D. Pembengkakan / benjolan’
Post operasi pada tanggal 2/11/2019 saat dilakukan pengkajian ada
pembengkakan pada daerah operasi, warna kulit merah didaerah sekitar
operasi dan bila dipegang terasa sakit.
E. Kelemahan Otot
Kekuatan otot : 45555555
5555 5555
F. Gangguan sensibilitas
Klien tidak mengalami gangguan parestesia, klien hanya merasa nyeri seperti
tertusuk pada daerah sekitar luka dan ada edema pada areal luka dengan
warna kulit berwarna merah.
G. Gangguan atau hilangnya fungsi
Klien merasa luka pada jari menyebabkan ia tidak dapat memungsikan jari
kananya dengan optimal dan tidak ada keluhan kehilangan fungsi pada
daerah lain.

III. RIWAYAT KESEHATAN


Riwayat penyakit sekarang :
3 jam SMRS Klien saat bekerja kehilangan keseimbangan karena tersandung
sandal dan kemudian tangan kanannya menopang di atas rel mesin dan
terlindas, darah keluar namun tidak muncrat, kemudian klien tutup lukannya
dengan kain dan tangan serta oleh temanya disiram bethadin. Selanjutnya
klien dibawa ke RS Royal P, di RS klien mendapat terapi inj. Remopain 1
ampul, inj ATS serta luka di bidai dan di verban. Klien di foto manus dexstra,
setelah difoto klien di pindahkan ke RSCM karena anjuran dari perusahaan.
Riwayat penyakit dahulu :
Klien saat dilakukan pengkajian tanggal 3 /11/2019 mengatakan ia tidak
pernah mengalami kecelakaan seperti yang ia alami sekarang dan
belumperna masuk RS karena kecelakaan seperti sekarang ini.
Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan bahwa keluarganya seperti ayah dan ibu klien tidak pernah
mengalami penyakit gangguan muskuloskeletal seperti yang ia alami
sekarang
Pola-Pola Fungsi Kesehatan :
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Klien merasa bahwa keadaan sekarang adalah bagian dari hidup, ia
merasa sudah semampunya mengusahakan kesehatannya.
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
KLien mendapat porsi makan yang disiapkan oleh RSCM dengan
porsi 3x/ hari dengan diet tinggi protein.
(3) Pola Eliminasi
BAB klien tidak mengalami keluhan 2-3x/hari sedangkan BAK klien
tidak menggunakan kateter.
(4) Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidur malam cukup karena dengan istirahat rasa nyeri dapat
teratasi dan berkurang
(4) Pola Aktivitas
Klien beraktivitas seperti biasanya dan tidak menggunakan tangan
kanan untuk beraktivitas karena terasa nyeri.
(5) Pola Hubungan dan Peran
Klien tidak mampu sementara berperan sebagai ibu rumah tangga
karena ia di RS
(6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasa cemas karena merasa akan berubah perannya setelah
kecelakaan yang menyebabkan ia mengalami fraktur ini.
(7) Pola Sensori dan Kognitif
Klien mampu dan dapat merasakan dengan baik keadaan sekitarnya
(8) Pola Reproduksi Seksual
Klien punya 1 anak perempuan 16 tahun, dan sementara tidak dapat
berhubungan dengan suaminya.
10) Pola Penanggulangan Stress
Klien berdiskusi dengan keluarga bila ia ada masalah yang ingin di
pecahkan.
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Klien beragama islam dan percaya akan kuasa Allah

Pengkajian psikososialspritual. :
Klien merasa ia akan cacat seumur hidupnya karena keadaannya sekarang,
namun keluarga klien ( suami dan anaknya ) percaya bahwa ia akan baik –
baik saja. Klien mengatakan selama di RSCM ia merasa sangat berdosa dan
selalu berzikir pada tuhan.

Kemampuan koping :
Pengkajian mengenai mekanisme koping yang biasa di gunakan klien selama
stres meliputi:
- Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini dapat
ia lakukan dengan bercerita dengan perawat dan keluarganya.
- Perubahan prilaku akibat stres tidak terjadi.
- Sumber koping : suami dan anaknya adalah hal yang utama yang
membuat ia tegar.

Pengkajian sosioekonomispiritual :
Klien percaya pada Allah dan apa yang dialami sekarang adalah kuasaNya
Dan ia bahagia karena keluarganya mendukung. Klien juga berbagi cerita
dengan klien – klien yang lain. Untuk biaya selama ia di RS sudah ditanggung
oleh pperusahaanya.

Pengertian klien tentang masalah kesehatan :


Klien merasa bahwa ia adalah hamba Allah dan apa yang terjadi adala sudah
takdir, sekarang ia hanya berusaha agar cepat sembuh dengan mematuhi
segala apa yang di anjurkan padanya.

Pertimbangan pediatrik :
Klien adalah orang dewasa berusia 36 tahun sehingga pada pertimbangan
pediatrik tidak dapat dikaji.
Pertimbangan gerentologi :
Klien adalah orang dewasa berusia 36 tahun sehingga pada pertimbangan
gerentologi juga tidak dapat dikaji.
B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Pemeriksaan fisik umum :


1. Keadaan umum :
1. Status Kesehatan Umum
Keadaan umum baik, Kesadaran Composmentis, Co-operatif, suara bicara
jelas, TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,7 0C Nafas : 22 x/menit Nadi 84
x/menit
2. Sistem Integument
Kulit pada ektremitas atas kanan teraba hangat ( pasien post Operasi hari ke
2 ), capilary refil abdomen < 3 detik, nadi pada arteri radialis lemah,
kelembaban cukup, terpasang fiksasi internal ( K-Wire ) pada phalang IV+V
manus kanan dan ada bengkak pada daerah sekitar operasi.
3. Kepala
Kepala tidak ada kelainan dan kulit kepala tampak bersih.
4. Muka
Simetris, oedema (-), otot muka dan rahang kuat, wajah meringis kesakitan
bila luka post operasi tersentuh atau bila nyeri datang..
5. Mata
Konjunctiva anemis (-), sclera tidak ikterik.
6. Telinga
Secret, serumen, benda asing tidak ada, membran timpani dalam batasan
normal
7. Hidung
Tidak ada deformitas, mukosa dalam batasan normal, secret, bau, obstruksi
tidak ada
8. Mulut dan Faring
Lidah tidak ada parese dan tremor mukosa bibir lembab dan tidak ada nyeri
telan.
9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening dan
pembesaran JVP (-).
10. Thoraks
Simetris, bunyi vesikuler, ronkhi -/-. Whezing -/-
11. Jantung
Perkusi : Dullness, BJ 1 dan 2 normal, gallop tidak ada, ictus tidak tampak,
Capillary refill extremitas atas 2-3 detik,capillary refill abdomen < 3 detik
nyeri dada (-).
12. Abdomen
Datar, lemas, Bising usus (+), tidak teraba massa. Pada 4kuadran yang di
lakukan pemeriksaan tidak di temukan nyeri tekan pada saat dipalpasi dan
terdengar suara redup pada abdomen semua kuadran saat di perkusi
13. Inguinal-Genital-Anus
Tidak terpasang kateter dan tak ada kelainan BAB 2-3 kali saat di RSCM.
14. Ekstremitas
Pada ekstremitas atas terjadi kelemahan pada daerah kanan ( luka post
operasi phalang ) namun pada kiri tidak ada kelainan. Sedangkan pada
ekstermitas bawah baik kanan uatu kiri tidak ada kelainan

2. Pemeriksaan fokus lokal pada tulang tubuh


Klien mengalami fraktur pada manus dexstra phalang IV + V dan sudah dilakukan
tindakan ORIF dengan pemasangan K-Wire.
Pemerisaan fisik pada sistem muskuloskletal terdiri atas pemeriksaan fisik umum
dab lokal/ regional.
Pemerisksaan fisik umum biasanya menggunakan pendekatan per sistem sama
dengan pemeriksaan medikal bedah yang meliputi
- B1 (Breathing) : Klien tidak mengami gangguan dalam bernapas
- B2(Blood) : Perdarahan saat pengkajian tanggal 3/11/2019 tidak terjadi
- B3(Brain) : Klien tidak mengalami gangguan fungsi otak dan dapat
berpikir dengan baik
- B4(Bladder) : Klien tidak menggunakan kateter dan dapat dengan sendiri
untuk BAK
- B5(Bowel) : BAB klien 2-3x/hari saat di RSCM dan dapat dilakukan sendiri
- B6(Bone) : ORIF dengan pemasangan K-Wire pada phalang IV + V manus
dexstra
3. Pemeriksaan sendi
- ROM sudah mulai di latih pada daerah fraktur dengan abduksi dan aduksi
minimal yang dapat dilakukan klien, sedangkan Rotasi interna dan rotasi
eksterna masih belum dapat dilakukan karea klien merasa sangat nyeri
bila dipaksa untuk bergerak.
4. Pemeriksaan kekuatan otot
Kekuatan otot : 4555 5555
5555 5555
5. Pemeriksaan saraf
Klien saat dilakukan pengkajian tidak mengalami gangguan koordinasi pada
sistim sarafnya

II. Pemeriksaan Fisik Lokal/Regional.


Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dengan urutan inspeksi (look),
palpasi (feel), penilaian gerakan sendi (move) baik aktif maupun pasif.
1. Inspeksi (look) :
- Klien mengalami bengkak pada daerah post operasi terutama phhalang IV
manus dexstra, warna kulit kemerahan, masih terpasang verban, tampak
K-Wire terlihat pada daerah yang di operasi, klien terlihat menyeringai
bila luka tersentuh,kekuatan otot 4 tidak dapat menahan beban dari
pemeriksa
2. Palpasi (feel) :
- Suhu pada daerah sekitar luka terasa hangat, terdapat nyeri tekan pada
daera luka dan daerah sekitar luka yang bengkak dan teraba K-Wire pada
daerah phalang IV+V manuus kanan.
3. Pendengaran (move) :
- Saat dicoba dilakukan ppergerakan ekstermitas pada phalang IV+V manus
dexstra terasa nyeri dan sakit. Ada gerakan fleksi dan ekstensi pada
phalang IV manus dexstra dan terasa nyeri bila di gerakkan.

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
I. Foto Rontgen
Tanggal 1 november 2018 : Manus Dextra AP
Masih terdapat garis fraktur linier di palang prosimal digit 5 dan dan
terpasang ware dengan posisi kedudukan baik.
Masih tampak garis fraktur linier komplit di phalang media digit 4 dan
terpasang nail dengan kedudukan baik.
Kesan : Belum tampak pembentukan kalus, sela sendi tidak tampak
menyempit ,jaringan lunak sekitar kesan tenang.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil Laboratorium :
Hematologi :

Jenis 31/10/19 Hasil Satuan


pemeriksaan normal
HEMATOLOGI
DPL :
LED 0.0 – 10.0 mm
Hemoglobin 11 13.0 - g/dL
16.0
Hematokrit 31 40.0 – %
48.0
Eritrosit 4.50 – Juta/ ul
5.50
MCV/ VER 83 82.0 – Fl
92.0
MCH/ HER 30 27.0 – Pg
31.0
Leukosit 10.0 5.0 – 10.0 Juta
Trombosit 303 150 – 400 Juta

Hasil pemeriksaan Kimia Darah ( faal ginjal dan elektrolit ) :


Jenis Nilai
31/10/1 Satuan
pemeriksaan normal
9
Ureum darah 19 10-50 mg/dL
Kreatinin 0,6 0,5 – 1,5
mg/dL
darah
Natrium 3,3 135 – 147 mEq/L
Kalium darah 144 3,5 – 5,5 mEq/L
Klorida 107
SGOT 18
SGPT 14
GDS 122 70 – 200 Mg/dl

E. PENGOBATAN

Terapi yang didapat ( 31/ 10/2019 ) :


 Cefacolin 3 x 1 gr
 Keterolak 3 x 1 gr
 Cefixin 1 x 1
 Aspilet 2 x 1
 Asam mefinamat 3 x 500 mg
 Tramadol 3x 550 mg
Jawab

1. Clinical pathways adalah alat yang digunakan untuk memandu perawatan


kesehatan berbasis bukti yang telah diterapkan secara internasional sejak 1980-
an. Namun, ketidak sepakatan yang meluas tentang dampak jalur klinis pada
sumber daya rumah sakit dan hasil akhir pasien. Hal ini sebagian dapat
dikaitkan dengan kebingungan baik bagi peneliti maupun petugas kesehatan
mengenai apa yang merupakan jalur klinis. Makalah ini menjelaskan upaya
yang dilakukan oleh tim penulis Cochrane Review untuk mengembangkan
kriteria untuk membantu dalam identifikasi obyektif studi jalur klinis dari
literatur (Kinsman, 2010)

Menurut Kinsman (2010) Clinical pathways yang baik harus memenuhi : (1)
intervensi adalah rencana perawatan multidisiplin terstruktur; (2) intervensi
digunakan untuk menerjemahkan pedoman atau bukti ke dalam struktur
lokal; (3) intervensi merinci langkah-langkah dalam pengobatan atau perawatan
dalam sebuah rencana, jalur, algoritma, pedoman, protokol atau 'inventarisasi
tindakan' lainnya; (4) intervensi memiliki kerangka waktu atau progresi
berdasarkan kriteria; dan (5) intervensi yang bertujuan untuk membakukan
perawatan untuk masalah klinis tertentu, prosedur atau episode perawatan
kesehatan dalam populasi tertentu. Setelah uji coba diputuskan bahwa jika
intervensi memenuhi kriteria pertama (rencana perawatan multidisiplin
terstruktur) ditambah tiga dari empat kriteria lainnya maka itu dimasukkan
sebagai jalur klinis untuk tujuan tinjauan ini.

Clinical pathways berbeda- beda setiap rumah sakit akan tetapi ada panduan
untuk membuatnya, untuk membuatnya harus terpenuhi prinsip-prinsip sebgai
berikut:
1. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu, integrasi dan
berfokus terhadap pasien (patient focused care) serta bekesinambungan
(continuing of care)
2. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat, bidan, piñata, laboratories dan
farmasis)
3. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan
penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat
inap) atau jam (untuk gawat darurat di IGD)
4. Pencatatan Clinical Pathway seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan
kepada pasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk
dokumen yang merupakan bagian dari rekam medis.
5. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan Clinical Pathway dicatat
sevagai varians dan dilakukan kajian analisa dalam bentuk audit
6. Varians tersebut dapat terjadi karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit
penyerta atau
7. Komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors) dan dipergunakan
sebagai salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan
Langkah-langkah membuatnya:
1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical Pathway
2. Memanfaatkan dana yang telah ada di lapangan dan disesuaikan kondisi
setempat seperti data laporan Rl. 2 (data keadaan morbiditas pasien) yang
dibuat setiap Rumah Sakit berdasarkan petunjuk pengisian, pengolahan dan
penyajian data Rumah Sakit dan sensus harian untuk penetapan judul / topic
Clinical Pathway yang akan dibuat dan penetapan lama hari rawat
3. Untuk variable tindakan dan obat-obatan mengacu kepada standar pelayanan
medis, standar operasional prosedur, dan daftar standar formularium yang
telah ada di Rumah Sakit setempat. Bila perlu standar-standar tersebut dapat
dilakukan revisi
4. Dengan menggunakan buku ICD 10 untuk hal kodifikasi diagnosis dan ICD 9-
CM untuk hal tindakan prosedur sesuai dengan profesi masing-masing

Anda mungkin juga menyukai