Anda di halaman 1dari 20

2.

1 Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan
orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu,
keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring
adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi
yang baik dan tenang kepada pasien.
Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna
dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun
nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan martabat manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum
adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian,
perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan
tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi
kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.
Persepsi Klien Tentang Caring
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan
kesaehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai
individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan
( Attree, 2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat
perawat melakukan caring.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer,
1987; Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun
suatu hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh,
perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut
adalah perawat yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut
memutuskan bahwa klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah
terampil daripada memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan
mengetahui siapa klien, dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien.

Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat.
Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk
tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang
salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang
sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat
keputusan hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap
perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong
klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan
prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior


1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )
 Berespon terhadap keunikan klien
 Memahami dan mendukung perhatian klien
 Hadir secara fisik
 Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai sebagai
manusia
 Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
 Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien
 Bersuara halus dan lembut
 Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )
 Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
 Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
 Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman
 Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta
 Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )
 Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
 Bersikap ceria
 Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah
 Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
 Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat
4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )
 Kehadirannya menentramkan hati
 Memberikan informasi
 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
 Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
 Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
 Mempromosikan otonomi
 Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
 Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga


 Jujur
 Memberikan penjelasan dengan jelas
 Selalu menginformasikan keluarga
 Mencoba untuk membuat klien nyaman
 Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
 Memberikan perawatan emergensi bila perlu
 Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
 Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
 Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2 Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of
Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan
kepedulian dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi
pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah
upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam
penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:
1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder. Maksudnya
seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada memberikan
tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring
yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan ¼
nya adalahcuring.
4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.
Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di
dalam praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku
manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi
mereka yang sakit.
5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan
dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh
sedangkan tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau
mengubah problem penyakit dan penanganannya.
6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang
diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan,
nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang
berhubungan dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan,
memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut
Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran
tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada
dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran
seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan
sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak
mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang
ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien.
Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung
klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi
non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien,
meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson,
1994).
c) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat
dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.

3. Mendengarkan

Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci,
sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan
membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong
klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami
klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis.
Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan
intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu
pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling
memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik
seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan
intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan
orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan
tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami
satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal
seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang
gejala, penyakit, atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan
sumber daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring
menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan sering
bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk
menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga
untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang
kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing


Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Konsep Transcultural Nursing


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada prilaku
individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku
sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
(Leininger, 2002).
Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien  untuk meningkatkan
kondisi klien
Caring : tindakan mendukung, berbentuk aksi atau tindakan
Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan
budaya klien
Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur : keputusan/kelayakan untuk bertindak
Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien
Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya
kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan
social , praktik kesehatan , pendidikan anak ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan ,
peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur .
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut
pandangan keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda . Kebiasaan
hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan
dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-
natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental
dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative
baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan
dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural
nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada
seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan
pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan
yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) ,
baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan .
Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan
kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan
kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa


masalah kesehatan
A. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi
dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical
portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes,
penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara penyakit
kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang,
perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari. (Andres
Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita


penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri
kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri.
Beberapa faktor penyebab umum adalah:

• Faktor herediter • Trauma


• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
• konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
• Stres • Nyeri

Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis pengobatannya.
Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam
kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat dan psikoterapi. Salah satu
pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk segala bentuk depresi adalah
manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi orang menggunakan untuk berurusan
dengan kondisi mereka. Dimana seseorang melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam
mengambil atau membuat keputusan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan.
Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini amat
beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga merupakan sub
unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara
pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari transkultural dalam mengobati
suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah
diwariskan turun-temurun. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak sebanyak
setengah gelas.
2. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara minta
ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum dan
dioleskan ke seluruh tubuh.
3.

Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma) tiga kali
sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan herbal.
Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh masyarakat dapat
mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia), radang
saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), radang
usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya
dan tanaman pare juga dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat
menyebuhkan diabetes melitus.
Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini bahwa
pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika,
penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit.
Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup untuk mengganti produk
yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal
seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.

2. Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan
adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang
ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien nyeri adalah
bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri
adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah melakukan
pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a.
Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri diharuskan untuk
tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat memperparah dan menyebabkan
nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat Islam, seseorang yang menderita nyeri
untuk mengurangi tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu
badan lurus dan dimiringkan ke sebelah kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi
tersebut diharapkan dapat meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat
jantung yang tidak tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
b. Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada beberapa
obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat yang diberikan
oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari burung siburuk yang
digunakan oleh masyarakat Batak.
c. Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat atau
semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus diperhatikan
bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-hal lain yang
merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering didatangi
orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya kaki terkilir.
Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap mempertahankan
baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada
pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

3. Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai
penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya variasi
yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya dalam berbagai
masyarakat dunia, Barat maupun non-Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai
tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu ‘mitos’, suatu fenomena
sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa
mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan
tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang atau yang berbahaya, tingkahlaku yang
kadang-kadang hanya berbeda dengan tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya
merupakan ‘mitos’, juga bukan semata-semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-
benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan
pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya, sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih
dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik.

Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat
dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar luas
bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat
mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah satu dari dua kategori
besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaan-
kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah satu
kategori. Misalnya, susto, penyakit yang disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika
Latin dan merupakan angan-angan. Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan
hantu, roh, setan, atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan
mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya sudah tentu bersifat
personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering merupakan suatu kebetulan atau
kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan kematian
karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan pemikiran-
pemikiran untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen. Kebanyakan
pengobatan yang dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah
dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental, hampir seluruh
masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena mereka percaya bahwa masalah gangguan
jiwa/mental disebabkan oleh gangguan ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan
pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang dianggap sakral, lalu menyapukannya ke
seluruh tubuh pasien. Ada juga yang melakukan pengobatan dengan cara menyuruh pihak
keluarga pasien untuk membawa sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman. Shaman
adalah seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin ia adalah seorang
wadam atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya diarahkan
pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut dibedakan dari orang-orang lain yang
mungkin menunjukkan tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai abnormal oleh para
warga masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam
pengobatan, shaman biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka
berhubungan dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai hambatan
utama dalam arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa adalah sesuatu yang
bersifat kebudayaan.
Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku abnormal
tetapi tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka,
kebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka. Namun, jika mereka
mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-semak untuk ikuci di kamrnya.
Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam rumah, cukup untuk meyodorkan makanan
saja bagi mereka dan sebuah pintu keluar untuk keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya
umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan
penelitian untuk membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala
sekunder. Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi. Muncul lebih
dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat sebagai reaksi
individu terhadap penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).

C. Kasus Transkultural terhadap Diabetes


1. Tinjauan Kasus
Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan. Setelah
makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association merekomendasikan
kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-
laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5 liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200 mg/ dl.

a. Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :


 Laki-laki usia 50 tahun,
 Pingsan saat rapat di kantornya,
 Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
 Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
 Kegemukan, dan
 Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan yang
manis.
b.Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
- Kegemukan
- Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
- Kurang aktivitas fisik
- Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
c. Peran perawat
o Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan dalam
menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter berupa pemberian
obat dan aturan pemakaian.
o

Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga kondisi
kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi kesehatannya.

d. Peran dari segi transkultural


o Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan bahayanya
o Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
o Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada budaya
pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau mengurangi
konsumsi gula yang biasa digunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual
secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan unsur
caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan,
komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun
sejak perawat dalam masa pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring
pada perawat guna memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus
dilakukan perawat agar bersikap caring dalam setiap kontak dengan pasien. Indikator-
indikator caring harus dikenal dan diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara
terus menerus
DAFTAR PUSTAKA

http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-
praktek.html

materi keperawatan
Senin, 31 Oktober 2011
materi keperawatan coring

KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI CARING

PENGANTAR
Keperawatan merupakan suatu profesi yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
individu, keluarga, kelompok tertentu atau masyarakat. Pelayanan keperawatan berupa
asuhan yang diberikan secara profesional dan ditujukan bagi kesejahteraan klien (George,
1998).
LATAR BELAKANG
Sebagai perawat atau ners hal yang sangat penting dan menentukan dalam menjalankan
proses keperawatan adalah memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam
hati, disirami dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai
perawat, yaitu empati, bertanggung jawab, tanggung gugat dan mampu belajar seumur hidup.
Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka mampu memahami apa itu
caring.
Caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Saat ini, masih banyak komentar
negatif terhadap asuhan keperawatan yang ada.
Dengan adanya komentar negatif terhadap asuhan keperawatan menunjukkan bahwa perilaku
caring belum terinternalisasi dengan baik oleh perawat. Oleh karena itu, diharapkan perawat
mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai
oleh perawat atau ners.
PENGERTIAN CARING
1. Leininger, 1979
Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan atau perilaku kepada
atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
manusia atau kehidupan.
Watson, 1988
Caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti juga pertanggungjawaban hubungan
antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipasi klien, membantu klien
memperoleh pengetahuan, dan meningkatkan kesehatan.
Benner & Wrubel, 1989
Caring adalah tujuan sentral dari keperawatan atau sebagai dasar dari etik keperawatan. Teori
caring menekankan kepada keteguhan hati, kemurahan hati, komitmen dan tanggungjawab.
Caring menekankan kepada upaya perlindungan dan meningkatkan martabat klien.
Potter & Perry, 1997
Caring adalah memberikan perhatian penuh pada klien saat memberikan asuhan keperawatan.
Carruth, 1999
Caring juga didefenisikan sebagi tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
perhatian emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Shoffner, 2003
Caring didefenisikan sebagai sikap peduli yang memudahkan diperolehnya kesehatan dan
pemulihan.
KESIMPULAN
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku caring perawat adalah
sifat dasar dari perawat sebagai manusia untuk membantu, memperhatikan, mengurus, dan
menyediakan bantuan, serta memberi dukungan untuk kemandirian klien melalui hubungan
perawat klien yang terapeutik, dan merupakan intervensi keperawatan dalam rangka
mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan
kemanusian dan aspek moral.

ASPEK DALAM CARING ;


1. Caring merupakan sifat manusia yang dipertimbangkan dari personal, psikologikal dan
perspektif kultural.
2. Caring berdasarkan moral sebagai esensi mendasar dari keperawatan dalam rangka
memelihara martabat manusia.
3. Caring ditunjukkan dengan penuh perasaan yang dimanifestasikan sebagai empati dan
perasaan untuk mengabdi pada kemanusiaan.
4. Caring dimanifestasikan dalam hubungan interpersonal perawat dengan klien.
5. Caring merupakan intervensi terapeutik dalam asuhan keperawatan.

KARAKTERISTIK CARING
Rogers, 1961
1. Menjadi diri sendiri
2. Kejelasan
3. Respek
4. Pemisahan; Mampu menempatkan diri.
5. Kebebasan
6. Empati
7. Komunikasi, dan
8. Evaluasi

Leininger, 1984
1. Profesional caring sebagai perwujudan kemampuan kognitif dimana perawat bertindak
terhadap respons yang ditunjukkan klien berdasarkan ilmu sikap dan keterampilan
profesional sehingga dalam memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan, masalah dan
tujuan yang ditetapkan perawat dan klien
2. Scientific caring merupakan segala keputusan dan tindakan dalam memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki perawat.
3. Humanistic merupakan proses bantuan kepada orang lain yang bersifat kreatif, intuitif atau
kognitif yang didasarkan pada filosofis fenomenologik, perasaan subjektif atau obyektif.

ASPEK SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai
Maha Kuasa.
Menurut Burkhardt (1993), Spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

ASPEK SPIRITUAL DALAM CARING


Dalam pelaksanaan caring, aspek spiritual menjadi hal yang penting ditunjukan dalam
konteks sebagai berikut :
1. Perawat membantu orang yang dirawat dengan sepenuh hati dan memperlakukannya
sebagai manusia yang wajar.
2. Menghadirkan keyakinan yang mendalam.
3. Pemeliharaan praktik spiritual dari diri sendiri serta diri transpersonal.
4. Perawat berespon dengan tulus.
5. Menghadirkan dan mendukung ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Mengoptimalkan kemampuan diri dengan kreatif.
7. Perawat berusaha untuk memahami.
8. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar.
10. Terbuka pada misteri spiritual dan dimensi keberadaan hidup mati manusia.

NILAI HUMANIS
Nilai humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam
bekerja. Perilaku yang manusiawi adalah empati, simpati, terharu dan menghargai kehidupan
(Dwidiyanti, 2007).
Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang
memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar
nomor tempat tidur atau sebagai berpenyakit tertentu.
NILAI HUMANIS DALAM CARING
Pendekatan humanistik ini merupakan aspek keperawatan tradisional dari caring yang
diwujudnyatakan dalam unsur Pengertian dan Tindakan.
 Pengertian : Kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima
perasaan-perasaan orang lain.
 Tindakan : Mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan keikhlasan, kehangatan
untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal.
NILAI HUMANIS KESADARAN DIRI DALAM CARING
Kesadaran diri dalam konsep humanis dalam caring dapat ditingkatkan melalui tiga cara yaitu
:
1. Mempelajari Diri Sendiri
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, pengalaman, hubungan
interpersonal dan kebutuhan pribadi.
2. Belajar Dari Orang Lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan
pengetahuan tentang diri sendiri.
3. Membuka Diri
Keterbukaan merupakan salah satu kepribadian yang sehat. Untuk itu harus ada teman intim
atau sahabat yang dapat dipercaya, tempat menceritakan hal yang rahasia.
HUBUNGAN PERAWAT DENGAN KLIEN
Hubungan perawat dan klien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan, dalam hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna
memfasilitasi hubungan yang efektif.
Hubungan perawat dan klien merupakan hubungan yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya hubungan perawat dan
klien bersifat profesional yang diarahkan pada pencapaian tujuan.
Merupakan hubungan interpersonal yang bermula dari titik tolak saling memberi pengertian.
Persoalan mendasar adanya saling membutuhkan dimana terjadi komunikasi antara perawat
dan klien, dimana perawat membantu dan klien menerima bantuan.
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM INTERAKSI
PERAWAT DENGAN KLIEN
1. Perkembangan
Dalam berinteraksi perawat harus mengidentifikasi tingkatan dari tahap perkembangan klien.
Beda cara berinteraksi pada klien yang dewasa tua, dewasa muda, remaja, dan anak-anak.
Perawat menggunakan teknik khusus ketika berkomunikasi atau berinteraksi pada anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan,
pengalaman dan kejadian sebuah peristiwa (Northouse, 1992).
Perbedaan persepsi akan menghambat suatu interaksi. Oleh karena itu pentingnya penyamaan
persepsi sebelum memulai sebuah interaksi.
3. Nilai
Nilai merupakan standar yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Sosial budaya mempengaruhi cara bertindak dan interaksi atau komunikasi dalam pemberian
pelayanan keperawatan.
5. Emosi
Emosi adalah perasaan subyektif maupun obyektif seseorang tentang suatu peristiwa. Cara
seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien sangat dipengaruhi oleh keadaan
emosinya.
6. Pengetahuan
Hubungan interaksi sulit terjalin jika orang atau klien yang bersangkutan memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda.
Dengan pengkajian, perawat dapat menjalin hubungan terapeutik dengan orang atau klien
sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
7. Peran
Perawat perlu menyadari perannya saat berhubungan atau berinteraksi dengan klien ketika
memberikan asuhan keperawatan.
8. Tatanan Interaksi
Interaksi antara perawat dengan klien akan lebih efektif jika dilakukan dilingkungan yang
menunjang. Perawat perlu memilih tatanan situasi ketika berinteraksi dengan klien.
KODE ETIK KEPERAWATAN DALAM CARING
Kode etik keperawatan Indonesia (Priharjo, 1995); tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga dan masyarakat, perawatan dalam melaksanakan pengabdian senantiasa
berpedoman pada tanggung jawab yang pangkal tolaknya bersumber pada adanya kebutuhan
perawatan untuk individu, keluarga dan masyarakat.
Kode etik keperawatan yang harus diaplikasikan oleh perawat yaitu ;
1. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama.
2. Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan
yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.

KOMUNIKASI DALAM CARING


Kemampuan komunikasi adalah yang penting dalam berhubungan dengan klien, dan
merupakan salah satu kunci sukses serta mengambarkan profil seorang perawat yang wajib
digunakan dalam pelayanan keperawatan.
Dengan komunikasi, perawat tentu akan memahami masalah klien sehingga perawat akan
mampu berprilaku caring.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
DALAM CARING
1. Jelas dan Ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, padat, langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan
berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan jelas.
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan
ucapan. Perawat harus menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien
3. Arti Denotatif dan Konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan
arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat pada suatu kata.

4. Selaan dan Kecepatan berbicara


Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi.
5. Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap perasaan. Bila pasien sedang menangis
kesakitan, tidak atau belum waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
6. Humor
Tertawa dapat mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
TIPE KEKUATAN CARING
Menurut Benner (1994), mendeskripsikan enam kekuatan yang dapat digunakan oleh perawat
saat berinteraksi dengan klien dan lingkungannya.
1. Kekuatan Transformatif
Ditampilkan dalam kemampuan perawat membantu klien untuk merubah pandangan klien
tentang realitas atau image diri mereka sendiri dari yang tidak berharga menjadi berharga.
2. Kekuatan Intergratife
Kemampuan perawat untuk membantu klien kembali kepada kehidupan normal.
3. Kekuatan Advokasi
Kemampuan perawat membantu klien dan orang lain berhubungan dengan tim kesehatan lain.
4. Kekuatan Healing
Perawat dapat membangun suatu hubungan penyembuhan dan iklim penyembuhan dengan
klien.
5. Kekuatan Partisipatif
Perawat mengkaji atau mengenal kekuatan dirinya sendiri dengan mengkaji kekuatan orang
lain.
6. Problem Solving
Orang yang mempunyai komitmen lebih sensitif terhadap sesuatu hal daripada orang yang
tidak mempunyai komitmen.

MENGEMBANGKAN
&
MENGIMPLEMENTASIKAN KETERAMPILAN PELAYANAN
CARING
10 FAKTOR KARAKTIF
Dalam memberikan pelayanan (Watson, 1995). Perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien melalui ”10 Faktor Karaktif” yang berhubungan dengan sifat dan karakter
seorang perawat yang menjelaskan bagaimana perilaku caring dimanifestasikan atau
diimplementasikan. Meliputi;
1. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan alturistik.
2. Menanamkan sikap penuh pengharapan.
3. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah caring untuk pengambilan
keputusan secara kreatif dan individualistik.
7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif dan
korektif.
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh pengharapan dalam rangka
mempertahankan keutuhan dan martabat manusia.
10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial-fenomenologikal dan dimensi spiritual
caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah melalui
pemikiran masyarakat modern.
MEMBENTUK & MENGHARGAI SISTEM NILAI HUMANISTIK DAN ALTURISTIK
Humanistik dan alturistik adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai kemanusiaann, yaitu
menghargai otonomi dan kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya, serta
mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memanggil nama klien sesuai permintaan klien
2. Mendahulukan kepentingan klien daripada pribadi jika klien memanggil atau
membutuhkan sesuatu
3. Menghormati pendapat klien (menghindari respon negatif terhadap pendapat klien)
4. Menghargai keputusan klien bila menolak suatu tindakan misalnya kemoterapi dengan
menjelaskan terlebih dahulu keuntungan dan kerugiannya
5. Mengenali klien dengan identitas yang lengkap bukan kamar, penyakit atau bagian tubuh
yang cacat
MENANAMKAN SIKAP PENUH PENGHARAPAN
Faktor ini menggabungkan nilai humanistik-alturistik dalam memfasilitasi peningkatan
asuhan keperawatan yang holistic dan kesehatan yang positif terhadap kelompok klien.
Faktor ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam mengembangkan hubungan timbal
balik perawat-klien yang efektif dan meningkatkan kesejahteraan dengan membantu klien
mengadopsi perilaku hidup sehat.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Merawat klien terminal dengan wajar (bersikap empati)
2. Memberikan pengharapan yang realistik baik atau buruk
3. Mendorong klien mencari alternatif terapi secara rasional
4. Memfasilitasi kunjungan pemuka agama sesuai kepercayaan yang dianut klien
5. Memotivasi klien untuk menerima pengobatan yang dianjurkan
MENANAMKAN SENSITIFITAS ATAU KEPEKAAN TERHADAP DIRI SENDIRI DAN
ORANG LAIN
Penerimaan terhadap perasaan diri sendiri merupakan kualitas personal yang harus dimiliki
perawat sebagai orang yang akan memberi bantuan kepada klien. Sehubungan dengan hal ini
maka perawat harus mampu menilai perasaannya sendiri, melakukan aksi dan reaksi sesuai
yang dirasakan. Hal ini mengarah pada aktualisasi diri melalui penerimaan diri perawat klien.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Bersikap empati
2. Melayani klien tanpa pamrih
3. Mampu menerima respons klien yang positif atau negatif
4. Tanggap terhadap kebutuhan klien
5. Menyiapkan atau memfasilitasi kebutuhan klien

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SALING PERCAYA DAN SALING MEMBANTU


Hubungan saling percaya dan saling membantu ini penting bagi terbentuknya transcultural
caring atau saling bersikap caring antara perawat-klien yang dapat meningkatkan penerimaan
perwujudan perasaan positif maupun negatif.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memperkenalkan diri kepada klien
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Bersikap hangat dan bersahabat
4. Selalu menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
5. Mengenali keluarga klien
MENINGKATKAN DAN MENERIMA EKSPRESI PERASAAN POSITIF DAN NEGATIF
Merupakan sikap untuk menciptakan hubungan perawat-klien yang terbuka, saling membagi
perasaan dan pengalaman antar perawat, klien dan keluarga.
Perawat harus memahami dan menerima pikiran dan perasaan baik postif maupun negatif
yang berbeda pada situasi yang berbeda.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Menjadi pendengar aktif
2. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan
3. Menerima kelebihan dan kekurangan klien
4. Tidak memotong pembicaraan klien
5. Mendengarkan keluhan dan harapan klien

MENGGUNAKAN METODE SISTEMATIS DALAM PENYELESAIAN MASALAH


CARING
UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA KREATIF DAN INDIVIDUALISTIK
Metode sistematis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dalam
keperawatan merupakan bentuk proses keperawatan.
Proses keperawatan ini merupakan pendekatan dalam melakukan praktek keperawatan
profesional.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Menyiapkan diri sebelum berhadapan dengan klien
2. Mengkaji keluhan utama klien segera saat masuk ke rumah sakit
3. Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang akurat
4. Membuat perencanaan keperawatan bersama dengan klien
5. Selalu mengevaluasi dan memonitoring keadaan klien
MENINGKATKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR INTERPERSONAL
Perawat memfasilitasi proses dengan teknik pembelajaran yang telah dibuat untuk memberi
kesempatan klien melakukan perawatan mandiri, menentukan kebutuhan diri dan
memberikan peluang untuk pertumbuhan diri mereka.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memberikan leaflet sebagai panduan perawatan diri di rumah
2. Menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
3. Memberdayakan kemampuan klien atau keluarga
4. Mengkaji kebutuhan pengetahuan yang dibutuhkan klien dan menyiapkan waktu untuk
mengkaji pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan klien
5. Meyakinkan klien bahwa perawat bersedia untuk menjelaskan apa yang diinginkan dan
dibutuhkan klien

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN FISIK, MENTAL, SOSIAL DAN SPIRITUAL YANG


SUPORTIF, PROTEKTIF
DAN KOREKTIF
Perawat harus mengenal pengaruh lingkungan internal dan eksternal terhadap sehat-sakit
individu.
Konsep yang relevan dengan lingkungan internal adalah kesehatan mental dan spiritual serta
kepercayaan yang terkait dengan sosiokultural.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memperhatikan privasi klien ketika tindakan
2. Memfasilitasi lingkungan untuk berdoa atau tidur
3. Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi klien
4. Mencegah terjadinya injury
5. Memfasilitasi kunjungan pemuka agama

MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN PENUH PENGHARAPAN


DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN
DAN MARTABAT MANUSIA
Perawat harus mengenal kebutuhan biofisikal, psikofisikal, psikososial dan interpersonal
dirinya dan klien. Kebutuhan klien pada tingkat rendah adalah biofisikal misalnya makan,
minum, eliminasi, ventilasi.
Kebutuhan yang lebih tinggi adalah kemampuan aktifitas dan seksual serta kebutuhan
psikososial yaitu keberhasilan dan afiliasi sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang
lebih tinggi.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Mengenal kebiasaan makan klien dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisi klien
2. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur dengan menjaga lingkungan untuk tetap tenang
3. Memberikan penyuluhan kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan
4. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menstimulasi pengeluaran urine
5. Membantu klien untuk bertemu dengan keluarganya

10. MENGIJINKAN UNTUK TERBUKA PADA EKSISTENSIAL-


FENOMENOLOGIKAL DAN DIMENSI SPIRITUAL CARING SERTA
PENYEMBUHAN
YANG TIDAK DAPAT DIJELASKAN SECARA UTUH DAN ILMIAH MELALUI
PEMIKIRAN MASYARAKAT MODERN
Fenomenologi menguraikan tentang data suatu situasi yang membantu pemahaman klien
terhadap fenomena. Psikologi eksistensial adalah keberadaan ilmu tentang manusia yang
digunakan untuk menganalisis fenomenologikal.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk melakukan adat spiritual yang
dianut
2. Memfasilitasi klien dan keluarga untuk mencari pengobatan alternatif
3. Memotivasi klien untuk bersikap pasrah dan berserah diri
4. Mempersiapkan klien dalam menghadapi hari-hari terakhirnya
5. Memfasilitasi klien untuk tetap melakukan aktifitas self carenya

div>

Anda mungkin juga menyukai