Anda di halaman 1dari 4

BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Bagi Suku Dayak di pedalman Kalimantan, penyakit beserta pengobatannya


sangat erat kaitannya dengan alam religius mereka tentang ajaran Kaharingan.
Masyarakat Dayak cenderung melihat penyebab dari suatu penyakit dengan cara
metafisik. Suku dayak mempercayai Balian sebagai penyembuh mereka.
Masyarakat Dayak biasa menggunakan ritual tertentu yang dipimpin oleh seorang
balian dalam pengobatan suatu penyakit.

Bagi masyarakat dayak keberadaan balian sudah ada sejak zaman nenek
moyang mereka. Balian adalah seorang perempuan yang bertugas sebagai
mediator dan komunikator antara manusia dengan makhluk lain yang
keberadaannya tidak terlihat secara kasat mata (Riwut, 2003:259). Balian
menduduki tempat yang penting dalam kebudayaan dayak. Masyarakat dayak
percaya bahwa Balian memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh setiap orang.
Oleh karenanya, balian mampu mengobati penyakit terutama penyakit-penyakit
yang mereka percaya disebabkan oleh makhluk halus.

Dengan masuknya para misionaris di masa kolonial ke pedalaman


Kalimantan, sedikit banyak terjadi pergeseran dalam sistem pengobatan pada
masyarakat setempat. Pada misionaris awal yang masuk ke Kalimantan berusaha
mengenalkan sistem pengobatan modern pada masyarakat setempat (dalam Ukur,
1971:192) menceritakan pertobatan seorang Balian setelah menerima pelayanan
medis di Tumbang Lahang. Balian ini pada awalnya sangat menentang Injil mauk
ke Tumbang Lahang. Ia merupakan orang yang paling gigih memperingatkan
penduduk agar tetap setia pada adat istiadat nenk moyang. Namun suatu saat anak
tunggalnya sakit dan setelah tidak berhasil melalui pengobatan secara Balian
sangat berat hati ia meminta bantuan dari para misionaris. Akhirnya setelah
dilakukan pengobatan secara intensif anak Balian tadi sembuh dari sakit yang
dideritanya. Setelah peristiwa tersebut, Balian tadi beserta keluarganya menjadi
pemeluk Kristen. Setelah usaha di bidang pengobatan ditingkatkan lewat
pendirian poliklinik, rumahsakit dengan sosialisasi masalah sanitasi dan
kebersihan, nampak sekali kemajuan yang nampakk pada suku dayak dlaam
bidang kesehatan.

Meskipun pengobatan modern sudah diterima suku dayak, namun hingga saat
ini pengobatansecara tradisional juga masih bertahan. Seperti pada masyarakat
dayak Ngaju, yang tinggal di Desa Kasongan Baru, Kalimantan tengah.
Kebanyakan penduduk desa kasongan baru memiliki pengetahuan tentang
meracik obat obatan tradisional. Hampir setiap rumah tangga di desa Kasongan
Baru salah satu anggota keluarganya memiliki kemampuan entang obat-obatan
tradisional. Penduduk desa kasongan baru menyebut ramuan tradisional dengan
isltilah obat kampung. Obat kampung ini biasanya menggunakan daun-daunan
dan kayuan yang tumbuh disekitar tempat tinggal orang dayak (Hintan, Mutia
2003:55)

Masyarakat dayak masih sangat percaya dengan khasiat obat kampung.


Mereka masih mengonsumsi obat kampung pada penyakit-penyakit yang biasa
diderita, seperti diare dan berbagai jenis penyakit kulit. Bagi mereka, obart
kampung merupakan alternatif pengobatan, dan keberadaannya masih tetap
bertahan hingga saat ini. hal tersebut terbukti bahwa di setiap desa di Kalimantan
memiliki seorang Balian, atau dukun, dan Basir. Basir seperti halnya Balian
adalah mediator dan komunikator antara manusia dengan makhluk halus. Di masa
silam, Basir selalu seeorang laik-laki yang bersifat dan bertingkah laku seperti
perempuan, namun pada masa sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Dalam dunia spiritual Basir memiliki kemampuan lebih dalam hal pengobatan,
khusunya penyembuhan penyakit yang berkaitan hal-hal yang bersifat mistis.

3.2 Pembahasan

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang


lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi
keperawatan dan bersifat konstan. Mengidentifikasi beberapa elemen peran
perawat professional meliputi :

1. Giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan
data dan evaluasi yang benar,menegakkan diagnosis keperawatan
berdasarkan hasil analisis data,merencanakan intervensi keperawatan
sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah
atau cara pemecahan masalah,melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang ada, melakukan evaluasi berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukannya.Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan,
perawat memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan
unik.
2. Client Advocate
Sebagai advokat klien,perawat berfungsi sebagai penghubung antar
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien,membela kepentingan klien dan membantu kien memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional, peran
advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.Dalam
menjalankan perannya sebagai advokat,perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, antara lain :
1. Hak atas informasi : pasien berhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani
perawatan.
2. Hak mendapat informasi : penaykit yang dideritanya, tindakan
medic apa yanng hendak dilakukan,alternative lain beserta
resikonya,dll.
3. Counsellor : Tugas Utama perawat adalah mengidentifikasi
perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
4. Educator : Sebagai pendidik klien perawat membantu klien
meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pegetahuan yang
terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima
sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap
hal-hal yang diketahuinya. Perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga yang beresiko tinggi,kadar
ksehatan dan lain sebagainya.
5. Collaborator : perawat bekerja sama dengan tim kesehatan dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
6. Coordinator : perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan
potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan
maupun tumpang tindih.dalam menjalankan peran sebagai
coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut :
1. Mengordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
4. Memberikan informasi tentang hal hal yang terkait
dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan
7. Change agent
Sebagai perawat mengadakan inovasi dalam cara
berpikir,bersikap,bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan
klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup
perencanaan,kerjasam,perubahan yang sistematis dalam berhubungan
dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien.
8. Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.
Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi
yangberkaitan dengan kondisi spesifik lain. Untuk menghadapi
bergabai fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka
perawat dalam menjalankan peranya harus dapat memahami tahapan
pengembangan kompetensi budaya yaitu :
1. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
2. Hal ini merupakan prses kumulatif dan berkelanjutan.
3. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
4. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh
masyarakat.
5. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakna dalam
hidup.
6. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi.
7. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak.
8. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal.
9. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka
berbagi secara sosial dengan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari.Menjadi sadar dan peduli dengna
budaya orang lain terutama klien yang diasuh oleh
perawat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai