Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DENGAN


HIPERBILIRUBIN

TIM NEONATOLOGI
RS AN-NISA
Latar Belakang
Menurut WHO (2015) menjelaskan bahwa sebanyak 4,5 juta (75%) dari
semua kematian bayi dan balita terjadi pada tahun pertama. Data
kematian di Afrika ditemukan 66/1000 kematian bayi disebabkan
karena asifiksia, hipotermia dan ikterik neonatum
(Prasitnok et al, 2017)

Berdasarkan data Riskesdas 2014 kematian neonates di


Indonesia disebabkan oleh hipotermia (7%) dan ikterik
neonatorum (6%).
(Riskesdas, 2014)

Ikterus pada bayi baru lahir terjadi 50%-60% pada semua bayi di
minggu pertama kehidupan yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi ikterus neonatorum paling berat yaitu kern ikterus
(Batabyal, 2016, hlm 2198)
Pengertian

Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir dimana


kadar bilirubin serum total lebih dari 10mg% pada minggu pertama
ditandai dengan ikterus, dikenal dengan ikterus neonatorum yang
bersifat patologis atau hiperbilirubinemia. Ikterus adalah gejala
diskolorasi kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin (Siti dan Wahyuni, 2017 : 78).
Etiologi
Beberapa faktor penyebab ikterik neonatus (Marmi dan Rahardjo,
2017) :
1. Produksi ASI kurang lancar
2. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
3. Usia kurang dari 7 hari
4. Keterlambatan pengeluaran feses (meconium)
5. Gangguan imaturitas hepar
Klasifikasi Ikterik Neonatus
ikterik neonatus dapat di klasifikasikan menjadu dua, (Prasantini 2020) :
a. Ikterik fisiologis
- Warna kuning akan timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke 5-6 dan
menghilang pada hari ke -10
- Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa
- Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dL, dan pada BBLR 10
mgdL dan akan hilang pada hari ke-14
a. Ikterus patologis
- Ikterik timbul pada 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dL dan
menetap lebih dari 10 hari
- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim dan sepsis)
Derajat/kremer icterus
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bilirubin total, Direct, Indirect
2. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompabilitas ABO.
3. Hitung darah lengkap
Penatalaksanaan

1. Mempercepat metabolisme
pengeluaran bilirubin
Ikterus Fisiologi dengan early breast feeding

2. Terapi sinar matahari

Ikterus Patologi Fototerapi


Komplikasi Fototerapi
1. tinja lembek
2. kepanasan
3. dehidrasi
4. sindrom bayi perunggu (perubahan kulit bayi coklat keabuabuan
dan gelap)
5. denyut jantung dan pernapasan tidak teratur (Fajria, 2014 : 42).
Pathway
Hiperbilirubun

Gangguan konjungsi bilirubin/gangguan transport bilirubin pada neonatus fototerapi

Pemecahan bilirubin berlebih Pemaparan panas intensitas tinggi secara kontinu

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi Peningkatan IWL

Ikterik pada kepala hingga mata kaki kremer 4-5 Asupan cairan tidak adekuat

Terjadi peningkatan kadar bilirubin Biltot:18.40,Direc:1.20,Indirec:17.20 mg/dl Ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran cairan

IKTERIK NEONATUS Kulit kering dan turgor kulit tidak elastis

RISIKO HIPOVOLEMI
Asuhan Keperawatan
Indentitas Pasien :
1. Nama : By. R
2. Tgl Lahir : 30/09/2021
3. JK : Laki-laki

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien baru dari Poli dengan hiperbilirubin. Lahir tgl 30/09/21 SC a.i.
kontraksi + BSC 2x, UG 36 minggu, BL 2900 gram, AS 9/10. Sebelumnya
pasien riwayat post rawat tgl 01 – 07 Oktober 2021. Saat ini pasien tampak
kuning sampai mata kaki, Kramer 4-5.
HR : 149 x/menit, RR : 46 x/menit, suhu : 37 C, SPO2 : 96% napas spontan.
Riwayat Kesehatan keluarga dan alergi
tidak ada Riwayat penyakit keluarga yang di derita, dan tidak ada alergi

Rencana tindak lanjut dari DPJP


Terapi yang di berikan oleh DPJP :
Diet ASI/PASI 8x55 ml
zamel drop 1 x 0.3 ml
Terapi sinar 2 x 24 jam
Cek Bilirubin total, Direct, Indirect
Pemeriksaan fisik awal

1. Antropometri 8. Kulit : anemis (-), cutis marmorata (-), tanda lahir (-)
o Berat lahir : 2900 gram ikterik kremer 4-5
o Panjang Badan : 46 cm 9. Jantung : Irama : regular, suara tambahan : tidak
o Lingkar Kepala : 34 cm ditemukan
o Lingkar Dada : 31 cm 10. paru : Bentuk dada simetris, pengembangan dada
simetris, suara nafas vesikuler retraksi dada -
2. tanda-tanda vital 11. Abdomen : tidak ada distensi abdomen, bising
o HR : 149 x/menit usus +
o RR : 46 x/menit 12. anus dan genitalia : anus (+), genitalia TAK
o suhu : 37 C 13. Reflek bayi :
o SPO2 : 98% napas spontan Moro : kuat
o skala nyeri 0 Menggenggam : kuat
Menghisap : kuat
3. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik Rooting : kuat
4. Kepala : caput succedaneum (-), Cephal hematom (-) Tonus : aktif
5. Telinga: bentuk simetris, microtia (-) Menangis : kuat
6. Hidung : bentuk simetris
7. Mulut : labioschizis
Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 11/10/2021
Masalah keperawatan

Ikterik neonatus

Risiko hipovolemi
Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa keperawatan Standar luaran keperawatan Standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)
Indonesia (SLKI)
1. Ikterik neonates Setelah dilakukan tindakan - Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
Berhubungan dengan : keperawatan selama 10 jam - Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan berat badan
pola makan tidak diharapkan : Adaptasi Neonatus - Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali
ditetapkan dengan baik. meningkat dengan Kriteria Hasil : - Monitor efek samping fototerapi : hipertermi, diare, rush pada kulit, penurunan berat
Dibuktikan dengan : - kramer menjadi 1 badan lebih dari 8-10%
- profil darah - Kulit tidak ikterik - Siapkan lampu fototerapi dan inkubator atau box bayi - Lepaskan pakaian bayi kecuali
abnormal (bilirubin - Sklera tidak ikterik popok dan beri penutup mata (Eye protector/Biliband)
serum meningkat) - Hasil bilirubin < 9 - Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi 30,5 cm atau 15 cm tergantung dari
- membran mukosa spesifikasi lampu fototerapi
kuning - Ganti segera alas dan popok bayi setelah BAB/BAK
- kulit kuning - Kolaborasi untuk pengambilan darah Vena Direct/Indirect
- sklera kuning

2. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan - Periksa tanda dan gejala hypovolemia
Berhubungan dengan : keperawatan selama 7 jam - Monitor intake dan output cairan
Dibuktikan dengan : diharapkan Status cairan : - Hitung kebutuhan cairan
Status hipermetabolik.
Membaik dengan Kriteria - Berikan cairan oral
hasil : - Berikan posisi modified Trendelenburg
- Turgor kulit meningkat - Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
- Keluhan haus menurun - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
(Kebutuhan cairan - Kolaborasi terapi cairan
terpenuhi)
- Membran mukosa
membaik
- Berat badan membaik
(Tidak ada penurunan BB
yang drastic)
- Suhu tubuh membaik
(Suhu: 36.5-37.5 C)
CPPT Hari Ke-1

Evaluasi
KU sedang, Kesadaran
Compos mentis, GCS 15,
tangis kuat, gerak aktif,
Suhu: 36.9 C, HR: 137
x/menit, RR: 45 x/menit,
SpO2: 95-100% dengan
nafas spontan, os tampak
ikterik (+) Kramer 4-5
CPPT Hari Ke-2

Evaluasi

KU sedang, Kesadaran
Compos mentis, GCS 15,
tangis kuat, gerak aktif,
Suhu: 36.9 C, HR: 137
x/menit, RR: 45 x/menit,
SpO2: 95-100% dengan
nafas spontan, os
tampak ikterik
berkurang, Kramer 3
CPPT Hari Ke-3
Evaluasi
KU sedang, Kesadaran
Compos mentis, GCS 15,
tangis kuat, gerak aktif,
Suhu: 36.9 C, HR: 137
x/menit, RR: 45 x/menit,
SpO2: 95-100% dengan
nafas spontan, os tampak
ikterik berkurang, Kramer
2

RTL :
Rencana cek Bilirubin post
BLT
Informasi dan Edukasi
1. Mendukung pemberian ASI
minimal 6 bulan
2. Kontrol tepat waktu
3. Edukasi gejala dan resiko
hiperbilirubin
4. Menjemur bayi pagi hari
Terapi sinar biru
Hari 1 1. Asesmen perencanaan pemulangan pasien
2. Tindakan dan edukasi pemulangan pasien
Discharge Planning a. Kebersihan tangan
b. Edukasi: tanda/kondisi kegawatan, resiko penyakit, terapi sinar biru
c. Informasi : hasil pemeriksaan bilirubin, factor resiko terapi sinar

Hari 2 Tindakan dan edukasi pemulangan pasien


a. Manajemen ASI
b. PMK

Hari 3 Evaluasi pemulangan pasien


a. Media edukasi
b. Cara minum obat
c. Kesiapan lingkungan pasca rawat
d. Imunisasi

Kriteria Pasien
Pulang
1. Hemodinamik stabil
2. Nutrisi baik ditandai dengan kenaikan berat
badan atau sama dengan BB masuk, tidak ada
mual muntah
3. Keluarga mampu dan siap merawat
4. Kadar/nilai bilirubin normal
5. Ikterik kremer 1 atau 0
Daftar Pustaka
• PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik
((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
• PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
• PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
• Mendri NK, Prayogi AS. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dan Bahaya Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press. 2017

Anda mungkin juga menyukai