Anda di halaman 1dari 6

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Internasional Ilmu Kesehatan Masyarakat (IJPHS)


Jil. 7, No. 2, Juni 2018, hlm. 91~96
ISSN: 2252-8806, DOI: 10.11591/ijphs.v7i2.12632 - 91

Pengaruh Metode Kangaroo Mother Care terhadap Berat Badan


Pertambahan dan Lama Tinggal di antara Bayi Berat Lahir Rendah

Muliani, Lisnawati
Politeknik Kesehatan Palu, Departemen Kebidanan, Indonesia

Info Artikel ABSTRAK


Sejarah artikel: Kematian bayi perlu mendapat perhatian serius. Upaya khusus yang relatif mudah
dan murah dalam penanganan dan perawatannya adalah melalui metode
Diterima Apr 11, 2018 pengobatan yang dapat meningkatkan stabilitas Kangaroo Mother Care (KMC) untuk
Revisi Jun 5, 2018 bayi dan menyusui. Upaya tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada
Diterima Jun 14, 2018 penambahan berat badan yang berpengaruh pada lamanya pengobatan. Desain
penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan desain Prepost one group design.
Sampel adalah ibu dengan riwayat persalinan BBLR, dengan teknik pemilihan
Kata kunci: sampel secara consecutive sampling dan jumlah sampel 36 bayi. Kriteria sampel
adalah berat badan lahir bayi antara 1.000-2.100 gr, berat badan bayi saat KMC
Perawatan Ibu Kanguru
dimulai antara 900-2.100 gr, berat badan bayi pasca KMC adalah
Lama tinggal 1.300-2.500 gr, bayi yang lahir dengan masa kehamilan prematur atau kecil. Metode
Berat badan lahir rendah KMC berpotensi meningkatkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Durasi KMC tidak
berpengaruh terhadap pertambahan berat badan tetapi dapat mempercepat lama
BBLR di rumah sakit. Semakin lama melakukan KMC, semakin pendek durasi BBLR di
rumah sakit. BBLR harus ditangani KMC untuk mempercepat penambahan berat
badan dan mengurangi lama rawat inap.

Hak Cipta © 2018 Institut Teknik dan Sains Lanjutan.


Seluruh hak cipta.

Penulis yang sesuai:


Muliani,
Politeknik Kesehatan di Palu,
Departemen Kebidanan, Indonesia.
Email: murid_lewa@yahoo.co.id

1. PERKENALAN
Tahun pertama kehidupan merupakan masa terpenting sebagai masa tumbuh kembang anak yang akan
sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kualitas hidup anak agar mampu bertindak dan berfungsi secara
optimal. Untuk itu diperlukan penyesuaian hidup karena proses transisi merupakan fase kritis bagi kehidupan bayi
dari intrauterin ke ekstrauterin.
Kelahiran bayi BBLR, terutama kelahiran prematur, seluruh organ dalam tubuhnya belum berfungsi secara
maksimal, termasuk refleks menghisap dan menelan yang masih lemah dan sangat bergantung pada usia kehamilan.
Kurangnya cadangan lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi yang belum matang membuat bayi harus
dirawat inkubator/kotak dengan lampu penghangat, sehingga metode KMC melalui lengan di dada ibu bersentuhan
langsung kulit ibu dengan bayi Kulit dianggap cukup efektif untuk membantu bayi tetap hangat, sehingga dapat mencegah
kehilangan energi akibat kehilangan panas tubuh yang berlebihan. Hal ini justru berpotensi meningkatkan asupan gizi (ASI)
serta membantu menambah berat badan yang berdampak pada semakin pendeknya masa pengobatan.

Metode Kangaroo Mother Care (KMC) sangat bermanfaat: 1) bayi dapat pulang lebih awal dari rumah sakit;
2) keberhasilan pemberian ASI eksklusif. KMC juga sebagai intervensi dasar di unit asuhan keperawatan Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) anak adalah untuk mendukung kepercayaan diri dan kompetensi orang tua, mendidik
dan memberikan pelayanan untuk meningkatkan bonding bayi secara optimal [1].
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) diperkirakan lebih dari 20 juta bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 15,5% dari seluruh kelahiran dan 95% di negara berkembang, sedangkan untuk

Beranda jurnal: https://www.iaescore.com/journals/index.php/IJPHS


92 - ISSN: 2252-8806

Negara Asia mencapai 18,3 kelahiran BBLR % dari 77.490 bayi lahir hidup serta 4 juta kematian neonatus 28% adalah
kelahiran prematur. Demikian pula angka kematian bayi prematur masih tinggi di negara berkembang seperti
Indonesia dan menurut dunia kelahiran prematur mencapai 75-80% dari seluruh bayi yang meninggal pada usia
kurang dari 28 hari [2].
Berdasarkan laporan WHO (2015a) dalam kurun waktu dua dekade bahwa angka kelahiran hidup
meningkat dari tahun 2000 sebesar 127,7 juta menjadi 137,7 juta pada tahun 2013. Dari jumlah tersebut terdapat
6,3 juta kematian anak <5 tahun (46/1.000 kelahiran hidup) dan 44% diantaranya adalah kematian neonatus. Penyebab
kematian utama adalah komplikasi kelahiran prematur sebesar 17% dari seluruh kematian, dan 21/1.000 kelahiran hidup
terjadi di negara berkembang, khususnya di kawasan Asia Tenggara yang mencapai 13/1.000 kelahiran hidup [3].
Angka kematian neonatus diprediksi akan meningkat dari 45% pada tahun 2015 menjadi
52% pada tahun 2030, oleh karena itu ada 63 negara yang harus mempercepat proses pencapaian
target SDGs yaitu 12/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 [4]. Secara nasional Sulawesi Tengah
meningkatkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 52 menjadi 60 per 1.000 kelahiran hidup, sehingga
AKB menempati urutan ketiga tertinggi setelah Sulawesi Barat (74/1.000 kelahiran hidup) dan
Nusa Tenggara Barat (72/1.000 kelahiran hidup). Masalah Angka Kematian Bayi secara
terprogram di Sulawesi Tengah perlu mendapat perhatian serius karena mengalami peningkatan
sekitar 15% selama 5 tahun terakhir. Masih tingginya AKB sebagai indikasi bahwa masalah
kesehatan dan pembangunan umum di Provinsi Sulawesi Tengah memerlukan upaya khusus.
Penyebab AKB tertinggi adalah kelahiran dengan berat badan lahir rendah dan asfiksia) [5].

Demikian pula angka kelahiran di RSUD Anutapura Palu pada tahun 2013 jumlah kelahiran hidup
sebanyak 3,848 dan 223 kelahiran tersebut, tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kelahiran hidup, 4.060
dan 264 diantranya adalah kelahiran BBLR, namun penerapan metode ini belum diterapkan secara optimal di
rumah sakit dan bentuk sosialisasi belum sepenuhnya mendapat respon positif dari para ibu, sehingga
cenderung menolak penerapan metode tersebut, karena belum adanya standar operasional prosedur yang
mendukung penerapan metode KMC. ) [7].
Hasil penelitian adalah uji coba terkontrol secara acak (RCT) antara metode KMC yaitu kontak kulit
langsung dengan ibu bayi dengan metode konvensional inkubator terhadap stabilitas fisik pada bayi berat
lahir 1.200-2.199 gram, menunjukkan bahwa kontak kulit dengan kulit pada bayi prematur merupakan
alternatif sumur pertama dalam kehidupan setelah lahir [8]. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pengobatan dengan metode KMC memberikan efek positif terhadap pemberian ASI (ASI) dan tumbuh
kembang bayi dibandingkan dengan pengobatan dengan inkubator seperti pada penelitian Hurst bahwa
peningkatan volume ASI per hari dalam 4 minggu dan ASI eksklusif masing-masing sebesar 647 ml dan ASI
ekslusif. 37% pada kelompok KMC adalah 530 ml dan 6% pada kelompok kontrol. Demikian pula, penelitian
RCT oleh Charpak atau pemberian ASI eksklusif sebagian selama 3 bulan hingga 82% pada kelompok KMC
dan 75% pada kelompok kontrol,
Penelitian Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa mengobati kontak kulit ibu dengan kulit bayi
sangat efektif dalam mencegah hipotermia pada bayi prematur atau BBLR dan Relative Risk (RR) 0,09; 95%; CI
0,01 hingga 0,64; Jumlah Kebutuhan Perawatan (NNT) 2; 2-4 artinya setiap detik bayi BBLR yang dirawat
dengan metode KMC akan mencegah bayi dari kejadian hipotermia [10] dan secara teratur meningkatkan
berat badan per hari sampai keluar [11].
Salah satu keunggulan metode KMC adalah pengaruhnya terhadap pertumbuhan bayi karena hasil
penelitian bayi yang diobati dengan metode KMC secara signifikan tumbuh lebih baik pada akhir penelitian, di
mana bayi kecil dengan KMC terjadi peningkatan yang jauh lebih besar. pada Berat Badan, Panjang Badan,
Lingkar Kepala (2.388 gram, 47,8 cm, 33,4 cm) dibandingkan dari bayi dengan cara konvensional (2.065 gram,
46,4 cm, 32,1 cm) pada akhir pemantauan dengan p<0,05. Efek positif lainnya memperpendek masa rawat
inap dengan rata-rata (mean ± SD) pada KMC CMC 12,78±6.72 dan 12.86±5.77 (p=0.93). Metode KMC juga
dapat memperpanjang durasi menyusui, menstabilkan produksi ASI, meningkatkan jumlah nutrisi setiap hari,
dan meningkatkan kompetensi pada ibu menyusui.
Hasil penelitian lain terhadap 50 bayi (berat <2.000 g) pada usia kehamilan 28-32 minggu, yang menerima
metode KMC setidaknya 4-6 jam/hari menunjukkan peningkatan berat badan (gram) (rata-rata ± SD) 29± 3.52; Durasi
perawatan di rumah sakit (rata-rata ± SD) 15,5±11,3 hari; usia saat keluar (rata-rata ± SD) 23,6±3,52 hari, sedangkan
20 di antaranya bayi yang diikuti selama 8 minggu setelah keluar secara signifikan meningkatkan berat badan
1.135±0.121 dan hanya ibu yang melakukan metode KMC di rumah setelah keluar RS [13].
Demikian pula hasil penelitian bahwa secara signifikan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata
perbedaan BB bayi di rumah sampai kunjungan ulang berikutnya selama tiga kunjungan yang telah dikategorikan
dalam durasi KMC 4jam/hari dengan masing-masing kenaikan peningkatan rata-rata berat badan (80,7 gram;
297,5 gram; 400,4 gram) dengan selang kepercayaan (CI) 95% (dari 57,6 hingga 103,8; 241,4 hingga 353,5; 297,8 hingga
502,9) dan masing-masing p-value 0,001, dengan hasil analisis (X2) pada kunjungan ulang I-III, bahwa bayi KMC

IJPHS Vol. 7, No. 2, Juni 2018: 91 – 96


IJPHS ISSN: 2252-8806 - 93

4 jam/hari berpengaruh positif 30gram pertambahan berat badan bayi/hari sebesar 2 kali lipat untuk kunjungan
ulang tahun kedua bayi KMC <4 jam/hari. Pada kunjungan pertama dan kedua ada signifikansi di klinik dan dengan
statistik p-value <0,05 [14].

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian Quasi Experiment dengan
pendekatan Prepost one group design. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan ibu-bayi
dengan kelahiran BBLR dan sampel adalah seluruh ibu dari bayi dengan riwayat lahir BBLR baik matur maupun
prematur yang dirawat di Rumah Sakit Perinatal Lounge Anutapura Palu dan bersedia melakukan pengobatan
dengan metode KMC. Jumlah sampel sebanyak 36 bayi, dipilih secara consecutive sampling. Variabel perancu
dikendalikan dengan menggunakan kriteria terpilih dengan berat badan lahir bayi antara 1.000-2.100 gr, berat
badan bayi saat KMC dimulai antara 900-2.100 gr, berat badan bayi pasca KMC adalah 1.300-2.500 gr, bayi lahir
dengan masa prematur atau kecil. kehamilan.

3. HASIL DAN ANALISIS


Dari seluruh bayi KMC yang dilakukan perawatan rata-rata bayi meningkat melebihi BB Gold Standard World
Health Organization (BB meningkat rata-rata 15 g/hari. Hasil tersebut dapat dilihat pada analisis univariat dan bivariat
berupa uji sampel berpasangan pada kelompok data berpasangan dengan uji normalitas terlebih dahulu, dan kelompok uji
Independent Samples kelompok data tidak berpasangan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelahiran bayi dengan kategori berat badan lahir rendah dan masing-masing bayi BBLR 18
bayi (50,0%), bayi yang mengalami pertambahan berat badan sebanyak 21 bayi (58,3%) dan 15 bayi (41,7%) tidak mengalami
peningkatan berat badan.

Tabel 1. Karakteristik Bayi yang Menerima Metode Pengobatan KMC


karakteristik bayi Frekuensi Persentase
(n=36) (%)
1.000-1.500 gram 18 50.0
Berat lahir
1.501-2.100 gram 18 50.0
900-1.500 gram 20 55.6
Berat sebelum KMC
1.501-2.100 gram 16 44.4
1.300-1.500 gram 9 25.0
Berat setelah KMC
1.501-2.100 gram 27 75.0
Meningkatkan 21 58.3
Perubahan berat badan
Tidak meningkat 15 41.7
Kecil untuk usia kehamilan 7 19.4
BBLR oleh kehamilan
Menurut usia kehamilan 29 80.6

Paired sample t-test dilakukan untuk menguji hasil penerapan metode KMC penambahan berat badan pada bayi
sebelum dan sesudah metode KMC. Sebelum dilakukan analisis paired sample t-test terlebih dahulu dilakukan uji
nommalitas dan menunjukkan data berdistribusi normal dengan p-value > 0,05, untuk bobot sebelum KMC
0,335 dan berat badan setelah KMC 0,050 berdasarkan uji Shapiro-Wilk menurut kriteria jumlah sampel
kurang dari 50 bayi.
Untuk melihat apakah ada potensi metode KMC untuk meningkatkan lama rawat inap di rumah sakit KMC, dan
menentukan selisih berat badan rata-rata sebelum KMC untuk menilai berat badan di rumah serta peningkatan rata-rata
berat badan/hari. Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan secara signifikan berdasarkan hasil uji berat
badan sebelum dan sesudah KMC dengan pertambahan berat badan 188,75 gram dan standar deviasi 166,6 dan nila p-value
0,000. Metode KMC berpotensi meningkatkan pertambahan berat badan pada BBLR.

Tabel 2. Uji Sampel Berpasangan dengan Perbedaan Rerata Peningkatan Penurunan Berat Badan
Sebelum dan Sesudah KMC di BBLR
Metode KMC n Rata-rata ± SD Δ CI 95% jumlah uji-t nilai-p
Berat sebelum KMC 36 1,555 ± 327,08 188,75 ± 166,66 132.4-245.1 6.795 0,000
Berat setelah KMC 36 1.743 ± 236,03

Pada penelitian ini juga ditampilkan hasil analisis potensi metode KMC pada BBLR terhadap lama penggunaan
Independent analysis sampel uji seperti pada Tabel 3. Tabel ini menginformasikan bahwa hari panjang pada

Pengaruh Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap Pertambahan Berat Badan dan Lama Rawat Inap Rendah… (Muliani)
94 - ISSN: 2252-8806

lama rawat inap KMC pada bayi BBLR masing-masing dengan durasi <4 jam/hari sendiri (Mean ± SD)
8:46±7:15 hari ini dan 4 jam/hari 6:50±4:24 hari ini dengan p-value= 0133, hasil analisis tidak menunjukkan
signifikansi statistik.

Tabel 3. Uji Sampel Independen pada Day Care Old KMC dengan Durasi KMC di BBLR
Durasi KMC n Rata-rata ± SD CI 95% uji-tmenghitung nilai-p
<4 jam / hari 28 8,50 ± 7,15 7.39-3.46 0,736 0,133
8
KMC perawatan siang hari yang panjang
4 jam / hari 6.50 ± 4.24
Perbedaan dalam penambahan berat badan <4 jam / hari 28 1,99 ± 180,45 181,87-91,87 0,668 0,187
4 jam / hari 8 1,54 ± 107,16

Demikian pula durasi KMC terhadap pertambahan berat badan dengan selisih pertambahan berat badan relatif tidak
mengalami perbedaan yang signifikan. Terbukti bahwa durasi <4 jam/hari memiliki rata-rata pertambahan berat badan (mean±SD)
1,99±180,45 g dan 4 jam/hari dengan rata-rata pertambahan berat badan 1:54±107,16 dan p-value 0,187.

4. DISKUSI
Kangaroo Mother Care sebagai salah satu pengobatan sederhana pada BBLR dalam membina kesehatan yang
lebih baik dengan meningkatkan efektivitas kontrol suhu tubuh dan ikatan ibu bayi, ASI eksklusif, untuk mencegah infeksi.
Merawat bayi dengan metode KMC secara terus menerus dengan kontak langsung dengan kulit dan membantu kulit
menyusui secara eksklusif. Metode KMC dapat dimulai di rumah sakit dan dilanjutkan di rumah.Penelitian ini mencoba
mengintegrasikan dengan tujuan untuk meningkatkan potensi metode KMC berat badan dan lama perawatan pada saat
BBLR metode KMC untuk perawatan di rumah sakit.

4.1. Potensi Penerapan Metode KMC untuk Menaikkan BB Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Secara keseluruhan subjek penelitian adalah 36 bayi. Hasil analisis uji normalitas, data berdistribusi normal
sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis Paired sample test dengan mengukur bobot sebelum metode KMC dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan KMC setiap hari selama minimal 2 jam/periode, dan menimbang bayi setiap hari di
pagi hari sampai bayi dinyatakan memenuhi kriteria kembali. Selanjutnya menghitung rata-rata pertambahan berat
badan bayi selama pengobatan dengan metode KMC.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa berat badan bayi selama pengobatan metode KMC rata-rata sebesar
188,75±166,6 gram dengan p-value 0,000 pada kisaran 132,4-245,1 CI 95%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa secara statistik penerapan metode KMC berpotensi meningkatkan berat badan pada BBLR.
KMC sebagai metode intervensi sederhana dan mudah diterapkan serta mudah diterima oleh sebagian besar ibu
selama dirawat di rumah sakit yang memberikan banyak manfaat dan mengurangi risiko hipotermia tanpa efek samping.
Hal ini juga memberikan implikasi penting dalam pengobatan BBLR di negara berkembang dimana pengobatan
konvensional dengan fasilitas yang mahal tidak tersedia di semua tempat [15]. Perawatan bayi dengan metode KMC dapat
diperkenalkan selama ibu di rumah sakit untuk diterapkan lebih lanjut di rumah sampai bayi didesak untuk keluar atau
merasa tidak nyaman lagi yang biasanya membutuhkan waktu 40-41 minggu dikoreksi. Beberapa penelitian yang
melakukan metode KMC di rumah dengan jangka waktu tersingkat 2-4 jam/hari menunjukkan kondisi bayi stabil [16].

Dapat disimpulkan bahwa kelahiran bayi BBLR akan berpengaruh positif jika dilakukan pengobatan dengan
metode KMC sejak di rumah sakit sampai bayi pulang dan dilanjutkan di rumah minimal dengan jangka waktu paling singkat
2 jam/hari dan durasinya dapat ditingkatkan secara bertahap untuk mempertahankan kestabilan kondisi bayi dan
pertambahan berat badan yang memadai. Penerapan metode KMC dapat dilakukan tanpa mengganggu aktivitas ibu sehari-
hari, tetapi membutuhkan pembiasaan dan ketekunan dukungan ibu dan keluarga. Hal ini juga didukung oleh penelitian
dengan metode KMC juga meningkatkan berat badan bayi setelah dipulangkan dibandingkan dengan kelompok kontrol
sebesar 3,6 kali, CI 95% pada interval 0,8-6,4 bermakna secara klinis [12]. Penerapan metode KMC di Inggris 28-32 minggu,
setidaknya 4-6 jam/hari menunjukkan peningkatan berat badan yang signifikan
1.135±0.121 untuk ibu yang melakukan metode KMC di rumah [13]. Hasil penelitian lain dengan kontak kulit
langsung ibu dan bayi menunjukkan peningkatan berat badan rata-rata 30 gram/hari.

4.2. Durasi Metode KMC terhadap Long Day Care Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hari tua lama pengobatan KMC pada bayi BBLR tidak
bermakna secara statistik dengan p-value 0,133. Demikian pula lama KMC terhadap pertambahan berat badan
dengan selisih pertambahan berat badan relatif berbeda nyata, terbukti bahwa pada durasi <4 jam/hari memiliki
rata-rata pertambahan berat badan (mean±SD) 1,99±180,45 g dan 4 jam/ hari dengan rata-rata pertambahan berat
badan 1:54±107,16 dan p-value 0,187.

IJPHS Vol. 7, No. 2, Juni 2018: 91 – 96


IJPHS ISSN: 2252-8806 - 95

Dengan demikian durasi KMC <4 jam/hari lebih berpeluang untuk menambah berat badan dibandingkan 4
jam/hari, namun keunggulan durasi KMC 4 jam/hari terdapat pada lama rawat 6,5 hari lebih pendek dari durasi <4
jam/hari lama tinggal menjadi 8,5 hari. Artinya semakin lama masa rawat bayi di KMC semakin besar peluang untuk
memperpendek lama tinggal yang selanjutnya akan menurunkan biaya perawatan. Rata-rata lama perawatan
kontak langsung skin to skin pada bayi kelompok KMC menunjukkan kecenderungan lama rawat inap lebih pendek
(8,6 hari) dibandingkan dengan Conventional Method Care (CMC) dengan lama rawat (9,3 hari) [15].

Demikian pula penelitian lain menunjukkan metode KMC, sebagai alat penghangat dan dapat memperpendek lama rawat
inap di rumah sakit, sehingga tidak memerlukan biaya yang besar juga menunjukkan pertambahan berat badan dan penurunan
kejadian hipotermia dibandingkan bayi yang tidak mendapat pengobatan. metode KMC [18]. Sejalan dengan penelitian di Bogota
bahwa penggunaan KMC dominan menunjukkan hasil yang lebih efektif terhadap pertambahan berat badan yaitu 13,11±10,04 gm
pada kelompok KMC dibandingkan dengan 15,81±3,33 gm pada kelompok kontrol berdasarkan nilai (p-value<0,001). Demikian pula
Ruiz tahun 2016, kejadian hipotermia (14,6%) pada kelompok kontrol dan (5,1%) pada kelompok KMC (p-value=0048), durasi rawat
inap lebih pendek (p-value=0,015) juga sebagai tabungan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode KMC memberikan dampak
peningkatan BBLR 30 g/hari dengan durasi 4 jam/hari minimal 2 jam/periode KMC, berpotensi
sebesar 3,5 kali lebih besar dari KMC < 4 jam/hari, CI 95% (1,2 hingga 9,8). Beberapa bayi merasa
nyaman dengan metode KMC sehingga beratnya >2.500 g dengan posisi tubuh tegak [14].
Penelitian lain menunjukkan bahwa beberapa ibu merasa sedih, bersalah, takut, cemas, tidak
aman dan ragu-ragu ketika dianjurkan memulai KMC, tetapi setelah melakukan metode KMC ibu
menemukan lebih banyak efek positif dari kontak kulit langsung, merasakan cinta dan kasih
sayang sentuhan, menyusui. , dan wanita lebih percaya diri dalam merawat bayinya.

5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi metode Kangaroo Mother Care (KMC) terhadap
peningkatan berat badan dan panjang badan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Anutapura Palu. Untuk meningkatkan
stabilitas kondisi bayi BBLR dan mempercepat penambahan berat badan serta mengurangi durasi rawat inap bayi di rumah
sakit, maka dapat disarankan kepada pihak rumah sakit atau pengambil kebijakan untuk menjalankan Standard Operating
Procedure (SOP) untuk setiap bayi dengan riwayat kelahiran dengan berat badan lahir rendah.

REFERENSI
[1] Johnson, AN., "Kanguru Memegang di luar NICU", Jurnal Keperawatan Anak, 31(1); 53-56, 2005.
[2] WHO, “Berat Badan Lahir Rendah: Perkiraan Negara, Regional dan Global”, Unicef, New York, 2004.
[3] WHO, “Statistik Kesehatan Dunia 2015”, Luksemburg, 2015a.
[4] WHO, “Levels & Trends in Child Mortality, Report 2015”, Unicef, New York, 2015b.
[5] Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (PUSDATIN Kemenkes RI), “Ringkasan Eksekutif, Data dan Informasi
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (Bahasa)”, 2013.
[6] Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, “Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah”, UPT Survailans, Data dan
Informasi, 2015.
[7] Rumah Sakit Anutapura Palu, “Laporan Persalinan dan Kelahiran Bayi Tahun 2013-2014”, 2015.
[8] Kennel JH., "Uji coba terkontrol acak dari kontak kulit-ke-kulit sejak lahir versus inkubator konvensional untuk stabilisasi
fisiologis pada 1200 hingga 2199 gram bayi baru lahir", Acta Pediatrica 95: 15-16, 2006.
[9] WHO, “Perawatan Ibu Kanguru: Panduan Praktis”, Jenewa, 2003.
[10] McCall EM., Alderdice FA., Halliday HL., Jenkins JG., Vohra S., "Intervensi untuk Mencegah hipotermia saat lahir pada bayi
prematur dan / atau BBLR (ulasan)", Kolaborasi Cochrane Sys Rev: 1- 15, 2007.
[11] Conde-Agudelo, Diaz-Rosello JL, & Belizan JM., "Perawatan Ibu Kanguru untuk Mengurangi Morbiditas dan Kematian
pada Bayi Berat Lahir Rendah", Cochrane Database Syst Rev, 2003; (2): CD002771, 2003.
[12] Thukral, A., Chawla, D., Agrwal, R., Deorari AK. & Paul, VK., “Kangaroo Mother Care an Alternative to
Conventional Care”, All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), NICU Protocols, Division of Neonatology
Department of Pediatrics, New Delhi, 1-15, 2008.
[13] Gupta, M., Jora, R., Bhatia, R., "Kangaroo Mother Care (KMC) pada Bayi BBLR-Pengalaman Rajasthan Barat",
Jurnal Anak India, 74(8):747-49, 2007.
[14] Muliani, Ismail Dj., & Haksari LE., “Pengaruh Durasi Kangaroo Mother Care (KMC) Di Rumah Terhadap Kenaikan Berat Badan
Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Selama Kontrol”, Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Poltekkita, Vol.2 Hal. 545-560, Palu,
Oktober 2012, ISSN 1907-459X, 2012.
[15] Kadam S., Binoy S., Kanbur W., Mondkar JA dan Fernandez A., "Kelayakan Perawatan Ibu Kanguru di
Mumbai", Jurnal Pediatri India, Januari 2005, Jil. 72 (1): 35-38, 2005.

Pengaruh Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap Pertambahan Berat Badan dan Lama Rawat Inap Rendah… (Muliani)
96 - ISSN: 2252-8806

[16] Blackwell, K. & Cattaneo, A., “Apa bukti perawatan induk kanguru pada bayi berat lahir sangat rendah?”,
Kolaborasi tinjauan kesehatan anak internasional; 1-3, 2007.
[17] Subedi, K., Aryal, DR., Gurubacharya, SM., “Kangaroo Mother Care untuk Bayi Berat Lahir Rendah: studi
observasional prospektif”. Rumah Sakit Bersalin dan Wanita Paropakar, Thapathali, Kathmandu, Nepal.
J. Nepal Pediatri. Soc. 29(1); 6:9, 2008.
[18] Canodia R., Bora R., Gupta A., "Kangaroo Mother Care: biaya yang efektive dan metode alternatif untuk mengelola hipotermia
pada bayi berat lahir rendah untuk hasil klinis yang lebih baik". Nilai dalam Kesehatan 19 (2016) A347-A766, 2016.
[19] Endyarni, B., Roeslani, RD., Rohsiswatmo, R. & Soedjatmiko, “Mother's Response on Kangaroo Mother Care
Intervensi untuk Bayi Prematur”, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, RS
Cipto Mangunkusumo, Jakarta . Pediatrik Indonesia, 49(7); 224-28, 2009.

IJPHS Vol. 7, No. 2, Juni 2018: 91 – 96

Anda mungkin juga menyukai