Kedua, adalah, teori kepribadian mulia (personality virtue theory). Teori ini
bersumber dari pemikiran Aristoteles (384-322 SM). Menurut teori ini, usaha
pengembangan moral seharusnya mengarah pada pembentukan watak mulia perbuatan
yang memang bermaksud baik, tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang bermakna,
menurut aliran ini tidak pantas disebut baik. Jika perbuatan tersebut memberi akibat
baik, maka perbuatan tersebut dianggap bermoral dan kalau perbuatan tersebut
meninggalkan akibat yang buruk maka perbuatan tersebut dianggap sebagai tidak
bermoral.
Ketiga, teori teleologi. Teori ini menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu
perbuatan itu tergantung pada tujuan yang dicapainya. Suatu buruk, patut atau tidak
patut, bermoral atau tidak bermoral jika selaras dengan nilai-nilai, norma-norma, dan
undang-undang dalam masyarakat tersebut.. Teori ini mementingkan dampak dari suatu
perbuatan. Teori teleologi terbagi menjadi dua, yakni aliran Utilitarianisme dan
Egoisme.
Egoisme etis hanya hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela
kepentingan diri, tetapi teori ini juga berpendapat bahwa tindakan menolong orang lain
dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri, karena menolong orang lain juga dalam
rangka memenuhi kepentingan diri.
Utilitarisme : Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat
bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat. jadi ukuran baik tidaknya dilihat dari akibat,
konsekuensi atau tujuan dari tindakan itu (bermanfaat atau tidak). Teori ini juga disebut teologis
yang berarti tujuan.
Keempat adalah, teori deontologi. Teori ini menegaskan baik atau buruknya suatu
perilaku itu tidak dinilai berdasarkan dampak yang ditimbulkannya, tetapi kewajiban.
Perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik, melainkan hanya karena
wajib dilakukan. Jadi penentuan nilai baik, betul, wajar dan bermoral sesuatu tindakan
atau perbuatan itu karena ciri-ciri atau sifatnya sendiri. Ada beberapa bentuk teori
deontologi, yakni: Deontologi tindakan, seperti eksistensialisme (etika situasi) dan
deontologi peraturan seperti, Prinsip Kewajiban.
Kelima adalah Teori Hak
Kant memperkenalkan teori hak (right theory) bahwa suatu tindakan atau perbuatan
dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM).
Inti dari hakikat manusi/ individu utuh adalah keseimbangan, yaitu sebagai berikut:
Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan masyarakat (teori
utilitarianisme.
Gabungan ketiga butir diatas akan menentukan karakter seseorang (teori Keutamaan)
Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran (teori pengembangan moral ). Teori-teori etika yang ada
dapat dianalogikan dengan alur proses evolusi kesadaran, yaitu hak (egoisme) > utilitarianisme >
kewajiban (deontologi) > teonom > keutamaan (virtue).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada persamaan antara teori etik liberal
individual dengan teori secara uum dimana individu menjadi dasar terbentuknya
masyarakat dan suatu masyarakat dapat mempengaruhi sikap dan cara berpikir
individu tersebut. Berfokus pada individu itu sendiri bagaimana seseorang
mendapatkan hak-haknya asebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA