Anda di halaman 1dari 4

CHARACTER ETHICS

Disusun Oleh: Kelompok III (Tiga)


Diana Rismawati Djupri NIM 1406522784
Elisa Anderson NIM 1406522840
Enggar Purnaningsih NIM 1406522891
Eny Erlinda Widyaastuti NIM 1406522903

PROGRAM PASCA SARJANA PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

2014
A. Tinjauan Teori Character ethics

Character ethics identik dengan vitue theory. Character ethics /Vitue theory lebih
menekankan pada orang dari pada tindakannya. Oleh karena itu, virtue/karakter moral
mengarahkan atau menuntun seseorang dalam membuat keputusan dan bukan hanya karena
berfokus pada kepatuhan atau konsekuensi dari keputusan tersebut. Selain itu, Character ethics
bukan hanya berfokus pada salah benar suatu tindakan namun menjadi panduan seseorang
untuk berperilaku baik agar diterima oleh masyarakat. Virtue dilihat dari keseluruhan hidup
seseorang bukan hanya dilihat dari satu atau beberapa tindakan karena seseorang dinilai
memiliki virtue bila hidup dalam kebaikan dan selalu menjalani kebaikan dalam hidupnya.

Character ethics merupakan nilai-nilai yang diyakini seseorang dan dipengaruhi nilai
kebaikan (virtue) yang dimilikinya. Dengan demikian virtue menjadi panduan seseorang untuk
berperilaku baik dan dasar dalam membuat suatu keputusan atau tindakan sehingga dapat
diterima oleh masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan virtu yaitu:
1. Kepercayaan
Kepercayaan yang diberikan orang lain terhadap seseorang memberikan ruang
kepada orang tersebut untuk memenuhi kewajibannya tanpa suatu adanya
pengawasan
2. Kejujuran
Kejujuran meliputi komunikasi dan perilaku. Kejujuran dalam komunikasi berarti
mengekspresikan kebenaran dan bersifat tulus, sejati dan terus terang sedangkan
kejujuran dalam perilaku menunjukkan adanya kesesuaian terhadap aturan, tanpa
mencuri, kecurangan, penipuan, akal-akalan dan tipu daya lainnya.
3. Integritas
Integritas menuntun perilaku seseorang berdasarkan keyakinan, bersifat
konsisten dan tidak ada perbedaan dalam membuat keputusan diberbagai situasi.
4. Berketetapan/ dapat diandalkan
Memiliki komitmen untuk selalu berupaya memenuhi suatu kesepakatan yang
telah dibuat tanpa beupaya merasionalisasi suatu tindakan ketidakpatuhan
terhadap kesepakatan tersebut.
5. Loyalitas
Suatu sikap yang ditunjukkan dengan kesetiaan dan pengabdian seseorang
terhadap suatu hubungan.
6. Kepedulian
Kepedulian adalah jantung dari etika dan pembuatan keputusan yang etis. Bahkan
tanpa kepedulian tidak mungkin dapat memiliki etika yang baik karena
kepedulian mendasari hubungan baik dengan orang lain. Dengan kata lain,
adanya kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dapat menciptakan suatu
hubungan baik dengan orang lain.
7. Tanggung jawab
Bertanggung jawab berarti siap menerima konsekuensi yang terjadi dari apa yang
sudah dipilih, memperhitungkan atas apa yang sudah kita lakukan dengan siapa
kita. Hal ini juga berarti memahami akan tindakan yang dilakukan serta secara
moral siap menerima segala konsekuensinya.
8. Kewarganegaraan atau keanggotaan dalam suatu komunitas
Mencakup nilai-nilai sipil dan tugas yang menetapkan bagaimana kita harus
bersikap sebagai bagian dari sebuah komunitas serta mempunyai komitmen
menjunjung kepentingan bersama atau orang banyak. Dengan demikian
ditekankan lebih banyak memberi daripada mengambil atau menuntut.
9. Penghargaan
Individu memiliki hak untuk diperlakukan secara terhormat sehingga hendaknya
memperlakukan setiap orang dengan terhormat, terlepas dari siapa dan apa yang
mereka lakukan atau bahkan ketika berhadapan dengan orang-orang yang tidak
menyenangkan. Hal ini berarti tidak ada tindak kekerasan, penghinaan,
manipulasi dan eksploitasi, melainkan mencerminkan gagasan seperti sopan
santun, kesusilaan, menghormati, otonomi, toleransi, dan penerimaan.

B. Contoh Kasus
Suatu hari di RS. X, seorang pasien datang ke IGD akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien
tersebut tidak memiliki identitas dan keluarga yang mendampingi. Kondisi pasien
mengalami penurunan keasadaran akibat kecelakaan yang dialami. Menurut SOP RS.
X, setiap pasien yang akan menerima pengobatan dan perawatan, terlebih dahulu harus
menyelesaikan administrasi. Namun dalam hal ini, seorang perawat A memutuskan
untuk tetap melanjutkan intervensi keperawatan pada pasien tersebut, diantaranya
adalah dengan melakukan manajemen CAB, observasi tanda tanda vital dan
manajemen perawatan luka. Perawat A dikenal oleh rekan rekan nya adalah seorang
perawat yang baik hati dan selalu menolong. Perawat A memandang bahwa tujuan dari
bekerja tidak hanya memenuhi kebutuhan materi saja (berorientasi uang).

C. Analisa Kasus berdasarkan Character ethics


Teori virtue, diterapkan dalam dunia keperawatan untuk menanamkan nilai-nilai
yang dapat memotivasi perawat dalam memberikan pelayanan. Ketika suatu saat
perawat mengalami kebingungan dalam suatu dilema etik, perawat dapat menggunakan
teori virtue untuk mengambil keputusan, bahwa keputusannya tersebut sudah didasari
pertimbangan nilai-nilai yang diyakininya sehingga diharapkan hasilnya menjadi lebih
baik.
Character ethics tidak hanya berfokus pada salah benar tindakan yang dilakukan
Perawat A. Namun lebih melihat nilai-nilai kebaikan yang dimiliki Perawat A yang
pada akhirnya mempengaruhi perawat A dalam membuat keputusan atau tindakan.
Perawat A dikenal oleh rekan rekan nya adalah seorang perawat yang baik hati dan
selalu menolong. Selain itu, perawat A memandang bahwa tujuan dari bekerja tidak
hanya memenuhi kebutuhan materi saja (berorientasi uang). Nilai nilai kebaikan
inilah yang mendasari keputusan perawat A untuk menolong pasien tersebut. Meskipun
jika dilihat dari SOP RS, perawat A melanggar prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bertens, K. (2004). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


2. Lachman. (2006). Applied Ethics in Nursing. New York : Springer Publishing
Company.
3. Johnstone. (1999). Bioethics : A Nursing Perspective, 4th ed. Australia : Southwood
Press

Anda mungkin juga menyukai