Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING

DALAM PROSES KEPERAWATAN


Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep
PENDAHULUAN

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,


termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin
besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan
asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,
yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu
metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah
ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak
atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,
maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat
akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.

PENGERTIAN

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.

Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang


optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap


bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada


mendiskreditkan asal muasal manusia

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi


pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,


dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,


mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan


untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai


dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budaya


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang
lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.

Proses keperawatan Transcultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan


asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance


1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction


1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
RESUME TRANSCULTURAL NURSING
Diposkan oleh Argitya di 06:16

Transkultural Keperawatan merupakan area / wilayah keilmuan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sifat didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya/keutuhan budaya kepada manusia. (Leininger, 2000)
Konsep dalan transkep :
• Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
• Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
• Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan adalah bentuk yang optimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
• Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
• Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
• Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia.
• Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
• Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
• Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
• Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
• Cultural impotition dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Paradigma :
• Leininger (1985) : cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep asuhan keperawatan.
• Andrew and Boyle (1995) :
a. Manusia : individu, keluarga, dan kelompok
b. Sehat
c. Lingkungan : perkembangan, kepercayaan, perilaku klien serta fisik social dan simbolik.
d. Keperawatan : mempertahankan budaya, negosiasi budaya, restrukturisasi.
Proses keperawatan mencangkup :
• Pengkajian : anamneses, interview, observasi, studi dokumen, pemeriksaan fisik.
• Diagnosa keperawatan :
Giger and Davidhizar, 1995 : gangguan komunikasi verbal, interaksi sosial, dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan.
• Perencanaan dan pelaksanaan :
a. Cultural care preservation
b. Cultural care accommodation
c. Cultural care repartening

Andrew and Boyle, 1995 : mempertahankan budaya, mengakomodasi budaya, dan merubah
budaya.
• Evaluasi : keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, dan beradaptasi dengan budaya klien.
Berfikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencangkup penilaian dan analisa
rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan. Berpikir kritis memberikan pertimbangan karena bukti, konteks penilaian, kriteria
yang relevan untuk membuat keputusan dengan baik, metode yang berlaku atau teknik untuk
membentuk penghakiman, dan konstruksi teoretis yang berlaku untuk memahami masalah.
Edward Glaser, 1941. Menulis bahwa kemampuan untuk berpikir kritis meliputi tiga hal yaitu
1. Sikap “membuang” (keadaan pikiran tentang sesuatu) untuk dipertimbangkan dalam cara
berpikir dalam masalah dan mata pelajaran yang datang dalam rentang pengalaman
seseorang.
2. Pengetahuan tentang metode penyelidikan secara logis dan mempunyai penalaran.
3. Memiliki beberapa keterampilan dalam menerapkan metode tersebut.
Berpikir kritis juga suatu cara mengambil masalah kehidupan yang tak terlepas dari ruang
lingkup pikiran, seorang pemikir kritis harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Menimbulkan pertanyaan penting dan masalah, merumuskan dengan jelas dan tepat.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk
menafsirkan secara efektif.
3. Datangkan sebuah kesimpulan dengan alasan dan solusi, menguji mereka terhadap kriteria
dan standar yang relevan.
4. Berpikir terbuka pikiran terarah dalam pemikiran, pengakuan dan penilaian, sebagai yang
mereka asumsikan, implikasi, dan konsekuensi praktis, dan
5. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam memikirkan solusi untuk masalah
yang kompleks tanpa terlalu dipengaruhi oleh pemikiran orang lain mengenai berbagai
masalah.
Aspek-aspek dalam berfikir kritis
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan. Namun, beberapa
aktifitas kognitif atau mental dapat diidentifikasi sebagai komponen-komponen utama dalam
berfikir kritis.
• Mengajukan sebuah pertanyaan untuk menentukan alasan dan penyebab
• Mengumpulkan data
• Memvalidasi informasi yang tersedia
• Menganalisa informasi
• Menggunakan pengalaman dan pengetahuan klinis yang lalu
• Mempertahankan suatu sikap fleksibel
• Mempertimbangkan pilihan yang tersedia dan menilai tiap pilihan menurut keuntungan dan
kerugian
• Merumuskan suatu keputusan.
Perawat harus menggunakan keterampilan berfikir kritis dalam semua keadaan:
• Perawatan klinis, faktor-faktor yang dibawa oleh pasien dalam situasi perawatan kesehatan
dipertimbangkan, dipelajari, dianalisa, dan diinterpretasikan.
• Ambulatori
• Perawatan extended dalam panti dan komunitas
Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem yang cermat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah-masalah kesehatan dan keperawatan seseorang. Komponen yang
sering dikutip mencangkup :
• Pengkajian
• Perencanaan
• Implementasi
• Evaluasi
Menurut the 1991 American Nurses Assosiation Standart of Clinical Nursing Practice
mencangkup komponen tambahan yaitu :
• Pengkajian
• Diagnosa
• Identifikasi hasil akhir
• Perencanaan
• Implementasi
• Evaluasi
Transcultural Nursing Research adalah teori berdasarkan disiplin humanistik, yang dirancang
untuk melayani individu, organisasi, masyarakat, dan masyarakat. Manusia
perawatan/kepedulian didefinisikan dalam konteks budaya. Budaya peduli kompeten hanya
dapat terjadi ketika nilai-nilai budaya perawatan dikenal dan melayani sebagai dasar untuk
perawatan yang berarti. Misi Transcultural Nursing Research adalah untuk meningkatkan
kualitas budaya kongruen, kompeten, dan adil peduli bahwa hasil dalam meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan orang di seluruh dunia. Visi Transkultural Nursing Research
berusaha untuk memberikan perawat dan perawatan kesehatan profesional lainnya dengan
basis pengetahuan yang diperlukan untuk memastikan kompetensi dalam praktek budaya,
pendidikan, penelitian, dan administrasi.

Tujuan Transcultural Nursing Research :


• Untuk memajukan kompetensi budaya untuk perawat di seluruh dunia
• Untuk memajukan beasiswa (pengetahuan substantif) dari disiplin
• Untuk mengembangkan strategi untuk advokasi perubahan sosial budaya yang kompeten
untuk perawatan
• Untuk mempromosikan non-profit korporasi keuangan suara
transkultural nursing

KONSEP KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

( MODEL KONSEP DARI LEININGER )

A. Pendahuluan

Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang
mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan, beberapa
teori diantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal
atteccment dari bety newman dan sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan
sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam praktik keperawatan.

Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan.
Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang
mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku
dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang universal
dalam keperawatan.

Aplikasiteori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan


apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki
pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik
keperawatn. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains
dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang
dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang
diyakini dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh
sehat (leininger, 2002).

Leininger mengembangkan dteorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkan


kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan
menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang professional, karena
kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.
Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk social struktur, pandangan dunia, nilai
cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system professional.
Leininger's Culture Care Theory Leininger Budaya Teori Perawatan

The structure of this study is based on Leininger's Culture Care Theory (1991, 1995a, 1995b,
1997). Struktur dari penelitian ini didasarkan pada Teori Perawatan Budaya Leininger itu
(1991, 1995a, 1995b, 1997). Leininger (1991, 1995a) underlines the meaning and importance
of culture in explaining an individual's health and caring behaviour, and her Culture Care
Theory is the only nursing theory that focuses on culture. Leininger (1991, 1995a)
menggarisbawahi arti dan pentingnya budaya dalam menjelaskan kesehatan individu dan
perilaku peduli, dan Budaya Teori Perawatan-nya adalah teori-satunya perawatan yang
berfokus pada budaya. (Rosenbaum 1997.) The roots of the theory are in clinical nursing
practice: Leininger discovered that patients from diverse cultures valued care more than the
nurses did. (. Rosenbaum 1997) Akar teori dalam praktik keperawatan klinis: Leininger
menemukan bahwa pasien dari beragam budaya bernilai lebih peduli daripada perawat itu.
Gradually, Leininger became convinced about the need for a theoretical framework to
discover, explain, and predict dimensions of care, and developed the Culture Care Theory as
the outcome of studies performed in numerous Western and non-Western cultures. Secara
bertahap, Leininger menjadi yakin tentang perlunya sebuah kerangka teoritis untuk
menemukan, menjelaskan, dan memprediksi dimensi perawatan, dan mengembangkan Teori
Perawatan Kebudayaan sebagai hasil studi yang dilakukan dalam budaya Barat dan non-Barat
banyak. (Leininger 1997.) (Leininger 1997.)

In her Culture Care Theory, Leininger states that caring is the essence of nursing and unique
to nursing. Dalam Teori Perawatan nya Budaya, Leininger menyatakan bahwa kepedulian
adalah esensi dari keperawatan dan unik untuk keperawatan. (Leininger 1978, 1981, 1984,
1988, 1991, 1995a,b, Reynolds 1995.) Leininger (1997) actually criticizes the four nursing
metaparadigm concepts of person, environment, health and nursing (Fawcett 1989.) First,
Leininger considers nursing a discipline and a profession, and the term 'nursing' thus cannot
explain the phenomenon of nursing. (Leininger 1978, 1981, 1984, 1988, 1991, 1995a, b,
Reynolds 1995.) Leininger (1997) benar-benar mengkritik konsep keperawatan
metaparadigm empat orang, lingkungan, kesehatan dan keperawatan (Fawcett 1989.)
Pertama, Leininger menganggap perawatan yang disiplin dan profesi, dan 'keperawatan'
istilah sehingga tidak dapat menjelaskan fenomena keperawatan. Instead, care has the
greatest epistemic and ontologic explanatory power to explain nursing. Sebaliknya,
perawatan memiliki epistemis terbesar dan kekuatan penjelas ontologic untuk menjelaskan
keperawatan. Leininger (1995a) views 'caring' as the verb counterpart to the noun 'care' and
refers it to a feeling of compassion, interest and concern for people (Leininger 1970, Morse et
al . 1990, Reynolds 1995, McCance et al . 1997). Leininger (1995a) dilihat 'peduli' sebagai
mitra kerja untuk 'perawatan' kata benda dan mengacu ke perasaan belas kasih, minat dan
perhatian untuk orang-orang (Leininger 1970, Morse et al. 1990, Reynolds 1995, McCance et
al. 1997 ). When Leininger's definition of care is compared to other transcultural scholars'
definitions, it appears that her view of care is wider than, for example, that of Orque et al .
Ketika definisi Leininger dari perawatan dibandingkan dengan definisi transkultural ulama
lain, tampak bahwa pandangannya perawatan lebih lebar dari, misalnya, bahwa dari Orque
dkk. (1983), who describe care as goal-oriented nursing activities, in which the nurses
recognise the patients' ethnic and cultural features and integrate them into the nursing
process. (1983), yang menggambarkan perawatan sebagai tujuan kegiatan yang berorientasi
keperawatan, di mana perawat mengenali fitur pasien etnis dan budaya dan mengintegrasikan
mereka ke dalam proses keperawatan. Second, the term 'person' is too limited and culture-
bound to explain nursing, as the concept of 'person' does not exist in every culture. Kedua,
'orang' istilah terlalu terbatas dan budaya-terikat untuk menjelaskan keperawatan, sebagai
konsep 'orang' tidak ada dalam setiap budaya. Leininger (1997) argues that nurses sometimes
use 'person' to refer to families, groups, communities and collectivities, although each of the
concepts is different in meaning from the term 'person'. Leininger (1997) berpendapat bahwa
perawat kadang-kadang menggunakan 'seseorang' untuk merujuk kepada keluarga, kelompok
dan masyarakat jajahan, meskipun masing-masing konsep berbeda dalam arti dari 'orang'
istilah. Third, the concept of 'health' is not distinct to nursing as many disciplines use the
term. Ketiga, konsep 'kesehatan' tidak berbeda untuk keperawatan sebagai disiplin ilmu yang
menggunakan istilah itu. (Leininger 1997.) Fourth, instead of 'environment' Leininger uses
the concept 'environmental context', which includes events with meanings and interpretations
given to them in particular physical, ecological, sociopolitical and/or cultural settings.
(Leininger 1997.) Keempat, bukan 'lingkungan' Leininger menggunakan 'konteks lingkungan'
konsep, yang meliputi peristiwa dengan makna dan interpretasi yang diberikan kepada
mereka secara khusus fisik, pengaturan ekologi, sosial politik dan / atau budaya. (Leininger
1991, 1995a,b, 1997.) (Leininger 1991, 1995a, b, 1997.)

Care always occurs in a cultural context. Perawatan selalu terjadi dalam konteks budaya.
Culture is viewed as a framework people use to solve human problems. Budaya dipandang
sebagai kerangka kerja yang digunakan orang untuk memecahkan masalah manusia. (Orque
et al . 1983, Leininger 1991.) In that sense, culture is universal. (Orque et al. 1983, Leininger
1991.) Dalam pengertian itu, budaya bersifat universal. It is also diverse, as Leininger (1991,
1995a, 1995b, 1997) refers culture to the specific pattern of behaviour which distinguishes
any society from others. Hal ini juga beragam, seperti Leininger (1991, 1995a, 1995b, 1997)
mengacu pada budaya ke pola perilaku tertentu yang membedakan masyarakat apapun dari
orang lain. Transcultural scholars define culture by stressing behavioural aspects as an
explicit form of it. Transcultural ulama mendefinisikan budaya dengan menekankan aspek
perilaku sebagai bentuk eksplisit dari itu. Leininger (1997, 38) states that culture refers to
“the lifeways of an individual or a group with reference to values, beliefs, norms, patterns,
and practices” and agrees that culture is learnt by group members and transmitted to other
group members or intergenerationally. Leininger (1997, 38) menyatakan bahwa budaya
mengacu pada "lifeways dari individu atau kelompok dengan mengacu pada nilai-nilai,
keyakinan, norma, pola, dan praktek-praktek" dan setuju budaya yang dipelajari oleh anggota
kelompok dan dikirim ke anggota kelompok lain atau intergenerationally. Leininger (1991,
1995a) distinguishes between emic and etic perspectives of culture. Leininger (1991, 1995a)
membedakan antara perspektif emik dan etik budaya. Emic refers to a insider's views and
knowledge of the culture, while etic means the outsider's viewpoints of the culture and
reflects more on the professional angles of nursing. Emik mengacu pada pandangan orang
dalam dan pengetahuan budaya, sementara etik berarti sudut pandang orang luar budaya dan
mencerminkan lebih pada sudut profesional keperawatan. Apart from culture and
environmental context, ethnohistory is also meaningful when examining care from the
cultural perspective. Terlepas dari budaya dan konteks lingkungan, ethnohistory juga
bermakna ketika memeriksa perawatan dari perspektif budaya. (Leininger 1995a.) The
environmental context, which includes physical, ecological, sociopolitical and cultural
settings, gives meaning to human expressions of care. (Leininger 1995a.) Konteks
lingkungan, yang meliputi fisik, ekologi, sosial politik dan budaya pengaturan, memberi
makna bagi perawatan ekspresi manusia. Ethnohistory refers to the past events and
experiences of individuals or groups, which explain human lifeways within particular cultural
contexts over short or long periods. Ethnohistory mengacu pada peristiwa masa lalu dan
pengalaman individu atau kelompok, yang menjelaskan lifeways manusia dalam konteks
budaya tertentu dalam jangka pendek atau panjang.
Leininger (1991, 1995a, 1995b, 1997) has formulated several theoretical assumptions and
orientational definitions to guide nurses in their discovery of culture care phenomena.
Leininger (1991, 1995a, 1995b, 1997) telah merumuskan beberapa asumsi teoritis dan
definisi orientational untuk memandu perawat dalam penemuan mereka tentang fenomena
perawatan budaya. The assumptions and definitions are derived from the theoretical
conceptualizations and philosophical positions of the Culture Care Theory, and they are used
as guides to systematic study of the theory. Asumsi dan definisi berasal dari konseptualisasi
teoritis dan posisi filosofis dari Teori Perawatan Budaya, dan mereka digunakan sebagai
panduan untuk studi sistematis dari teori. Strictly constructed theoretical formulations would
be incongruent with the purposes of the qualitative paradigm. Formulasi teoritis ketat akan
dibangun tidak sesuai dengan tujuan dari paradigma kualitatif. The following assumptions
concerning care/caring were significant when planning the study: Asumsi-asumsi berikut
mengenai perawatan / perhatian yang signifikan ketika merencanakan studi:

 care (caring) is essential to curing and healing, for there can be no curing without
caring perawatan (peduli) sangat penting untuk menyembuhkan dan penyembuhan,
karena ada tidak dapat menyembuhkan tanpa peduli
 every human culture has lay (generic, folk or indigenous) care knowledge and
practices and usually some professional care knowledge and practices, which vary
transculturally setiap kebudayaan manusia telah berbaring pengetahuan perawatan
(generik, rakyat atau masyarakat adat) dan praktik dan biasanya beberapa
pengetahuan dan praktek perawatan profesional, yang bervariasi transculturally
 culture care values, beliefs, and practices are influenced by and tend to be embedded
in the worldview, language, philosophy, religion (and spirituality), kinship, social,
political, legal, educational, economic, technological ethnohistorical, and
environmental contexts of cultures nilai-nilai peduli budaya, keyakinan, dan praktik
yang dipengaruhi oleh dan cenderung tertanam dalam pandangan dunia, bahasa,
filsafat, agama (dan spiritualitas), kekeluargaan, sosial, politik, hukum, pendidikan,
ekonomi, ethnohistorical teknologi, dan lingkungan konteks budaya
 a client who expreriences nursing care that fails to be reasonably congruent with
his/her beliefs, values, and caring lifeways will show signs of cultural conflict,
noncompliance, stress and ethical or moral concern seorang klien yang expreriences
perawatan yang gagal menjadi cukup kongruen dengan / keyakinannya, nilai, dan
kepedulian akan lifeways menunjukkan tanda-tanda konflik budaya, ketidakpatuhan,
stres dan keprihatinan etis atau moral
 the qualitative paradigm provides ways of knowing and discovering the epistemic and
ontological dimensions of human care transculturally paradigma kualitatif
menyediakan cara untuk mengetahui dan menemukan dimensi epistemis dan
ontologis dari perawatan manusia transculturally

Leininger (1997) states that orientational definitions are more appropriate in the qualitative
research paradigm than the rigid operational definitions typical of quantitative studies.
Leininger (1997) menyatakan bahwa definisi orientational lebih sesuai dalam paradigma
penelitian kualitatif dari definisi operasional yang kaku khas penelitian kuantitatif.
Orientational definitions are used as guides for studying the domain related to the theory.
Definisi Orientational digunakan sebagai panduan untuk mempelajari domain yang terkait
dengan teori. The following orientational definitions (Leininger 1995a, 1995b) structure this
study: Para orientational definisi berikut (Leininger 1995a, 1995b) struktur penelitian ini:
 cultural and social structure dimensions refer to the dynamic, holistic, and interrelated
features of culture (or subculture) related to religion or spirituality, kinship (social),
political (and legal), economic, education, technology, cultural values, language and
ethnohistorical factors of different cultures dimensi struktur budaya dan sosial
mengacu pada holistik, dinamis, dan fitur terkait budaya (atau subkultur) yang
berhubungan dengan agama atau spiritualitas, kekerabatan (sosial), politik (dan
hukum), ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai-nilai budaya, bahasa dan
ethnohistorical faktor-faktor budaya yang berbeda
 professional care systems refer to formally taught, learnt and transmitted professional
care, health, illness, wellness and related knowledge and practical skills that prevail in
professional institutions sistem perawatan profesional mengacu resmi diajarkan,
dipelajari dan ditularkan perawatan profesional, kesehatan, penyakit, pengetahuan
kesehatan dan terkait dan keterampilan praktis yang berlaku di lembaga profesional
 lay care systems refer to culturally learnt and transmitted knowledge and skills used to
provide assistive, supportive, enabling or facilitative acts towards or for another
individual or group to improve a human lifeway, health condition or to deal with
handicaps and death. berbaring sistem perawatan mengacu pada budaya belajar dan
ditransmisikan pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk menyediakan
bantu, mendukung, memungkinkan atau tindakan fasilitatif terhadap atau untuk lain
individu atau kelompok untuk meningkatkan LifeWay manusia, kondisi kesehatan
atau untuk menangani cacat dan kematian.

Leininger has presented the Sunrise Model (Fig. 2) to visualise the different dimensions of
her Culture Care Theory. Leininger telah disajikan Model Sunrise (Gambar 2) untuk
memvisualisasikan dimensi berbeda dari Teori Perawatan nya Budaya. It is designated to
depict a total view of the different, but very closely related dimensions of the theory. Hal ini
ditunjuk untuk menggambarkan pandangan total berbeda, tapi sangat erat terkait dimensi
teori. I use the Sunrise Model in this study as a cognitive map to orient and depict the
different dimensions of the theory. Saya menggunakan Model Matahari Terbit dalam
penelitian ini sebagai peta kognitif untuk mengarahkan dan menggambarkan dimensi yang
berbeda dari teori. Leininger (1991, 1997) has included in the Sunrise Model the modes of
cultural care preservation/ maintenance, culture care accommodation/negotiation and culture
care repatterning/restructing, which I have excluded from my study. Leininger (1991, 1997)
sudah termasuk dalam Model Sunrise mode perawatan budaya pelestarian / pemeliharaan,
budaya perawatan akomodasi / negosiasi dan budaya perawatan repatterning / restructing,
yang saya telah dikeluarkan dari studi saya. My aim is to demonstrate how care is integral to
socio-cultural issues in the context of Ilembula village rather than create a model of culturally
congruent care of the Bena in Ilembula. Tujuan saya adalah untuk menunjukkan bagaimana
perawatan merupakan bagian integral dari isu-isu sosial-budaya dalam konteks desa Ilembula
daripada membuat model perawatan budaya kongruen dari Bena di Ilembula.
Figure 2. Gambar 2. Leininger's Sunrise Model to depict the Culture Care Theory as
applied in this study. Leininger yang Sunrise Model untuk menggambarkan Perawatan
Teori Kebudayaan seperti yang diterapkan dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai