Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG

ASMA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PENYAKIT


ASMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA

SKRIPSI

DiajukanSebagai Salah SatuSyaratMencapaiGelarSarjanaKeperawatan


STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

MUSTIKA WATI
PSIK/3208064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDRAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2015


 
 

ii 
 
 
 

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG


ASMA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PENYAKIT
ASMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA

INTISARI

Mustika Wati1, Atik Badi’ah2, Anastasia Sari3

Latar belakang: Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada
anak di negara maju. Penyakit asma pada anak sering kali terjadi disebabkan oleh
berbagai macam hal sehingga penyakit asma bisa mudah menyerang. Beberapa
gejala asma pada anak yang paling umum adalah batuk. Batuk pada umumnya
terjadi di malam hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan beraktivitas fisik. Pada
asma kambuhan sering menyebabkan gangguan seperti sulit tidur, kelelahan, dan
mengurangi tingkat aktivitas sehari-hari.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma
dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun.
Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode non eksperimental
yang merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian bersifat
cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah
orangtua yang mempunyai anak penderita asma yang berjumlah 107 pasien.
Mengunakan teknik purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 52
responden. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa
bivariat menggunakan rumus Kendal-tau.
Hasil: Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 36
responden (69,2%) dan berpendidikan menengah sebanyak 31 responden (59,6%).
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31
responden (59,6%), Sebagian besar anak memiliki tingkat kekambuhan asma anak
pada kategori jarang yaitu sebanyak 24 responden (46,2%). Ada hubungan tingkat
pengetahuan orangtua tentang asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma
pada anak usia 6-12 tahun (p value = 0,007) dengan keeratan hubungan sedang
Kesimpulan: Frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak, dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan orang tua tentang asma.

Kata Kunci: Pengetahuan orang tua dan Frekuensi kekambuhan asma.

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
2
Dosen Poltekes Yogyakarta
3
Dosen RSUD Wirosaban Yogyakarta
 

iv 
 
 
 

RELATIONSHIP LEVEL OF PARENTAL KNOWLEDGE ABOUT


ASTHMA WITH THE FREQUENCY OF RECURRENCE ASTHMA IN
CHILDREN AGED 6-12 YEARSATRSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA

ABSTRACT

Mustika Wati1, Atik Badi’ah2, Anastasia Sari3

Background: Asthma is a chronic disease that is often found in children in


developed countries. Asthma disease in children often occurs due to a variety of
things that can be easily asthma attack. Some of the symptoms of asthma in
children is the most common cough. Cough generally occurs at night, early
morning, when the weather is cold, and physical activity. In asthma relapse often
cause disorders such as insomnia, fatigue, and reduce the level of daily activity.
Objective: To determine the relationship the level of parental knowledge
about asthma with the frequency of recurrence of asthma in children aged 6-12
years.
Methods: The study is quantitative, with a non-experimental method which was
an observational study with cross sectional study design. The research was
conducted in September 2015 atRSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.
The population in this study is parents who have children with asthma who
numbered 107 patients. Using purposive sampling techniques and sample size of
52 respondents. Analysis of the data used is the analysis of univariate and
bivariate analysis using the formula Kendal-tau.
Results: The majority of respondents aged 20-35 years as many as 36 respondents
(69.2%) and a high school education as much as 31 respondents (59.6%). Most
respondents have enough knowledge of as many as 31 respondents (59.6%), the
majority of children have a recurrence rate of childhood asthma in the rare
category as many as 24 respondents (46.2%). There is a relationship level of
parental knowledge about asthma with the frequency of recurrence of asthma in
children aged 6-12 years (p value = 0.007) with the relationship being
Conclusions: The frequency of recurrence of asthma in children, influenced by
the level of parental knowledge about asthma.

Keywords: Knowledge of parents and frequency of asthma relapse.

1
Student Nursing Science ProgramStikesGeneral AchmadYaniYogyakarta
2
Lecturer Nursing Poltekes Yogyakarta
3
Lecturer Nursing RSUD WirosabanYogyakarta
 


 
 
 

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua Pasien Asma Dengan
Frekuensi Kekambuhan Penyakit Asma Pada Anak di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta”. Sholawat serta salam kepada utusan-Nya
Muhammad SAW yang membawa umat manusia dalam jalan kebenaran, sahabat-
sahabatnya dan para pengikutnya yang selalu istiqomah dijalanNya. Rangkaian
penelitian dan penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi guna memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Terwujudnya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta.
2. Direktur Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta beserta
seluruh staf pegawai RSUD Yogyakarta yang telah memberikan bantuan
yang sangat berharga.
3. Dewi Retno Pamungkas, S.Pd., S.Kp.,Ns.,MNG selaku Ketua Prodi S1-
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
4. Ibu Atik Ba’diah S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing 1, yang telah
memberikan bimbangan, saran dan pendapat yang sangat berharga.
5. Ibu Anastasia Sari S.Kep.,Ns selaku pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan, saran dan pendapat yang sangat berharga.
6. Dwi Kartika Rukmi, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku penguji yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan serta
masukan agar penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik.

vi 
 
 
 

7. Seluruh dosen dan karyawan Stikes Achmad Yani Yogyakarta yang telah
membantu selama masa studi.
8. Keluarga besarku (Kal-Teng) Abi dan Umi beserta adik-adikku yang selalu
memberikan semangat untuk maju.
9. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah bersedia membantu dan
memberikan nasehat serta dorongan kepada penulis semoga bantuan yang
telah diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan yang lebih dari
Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan RahmatNya kepada kita
semua, besar harapan penulis semoga Skripsi ini mendapatkan masukan guna
perbaikan, karena penuulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih terdapat
banyak kesalahan dan masih jauh dari sempurna.
Wassalam’mualaikum. Wr.Wb

Yogyakarta,............Agustus 2015

Mustika Wati 

   

vii 
 
 
 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................. iii
INTISARI .............................................................................................................. iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tingkat Pengetahuan ....................................................................... 7
1. Pengertian Tingkat Pengetahuan ................................................ 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 9
3. Pengukuran / AlatUkur Tingkat Pengetahuan ............................ 12
B. Penyakit Asma ................................................................................. 12
1. Definisi Asma ............................................................................. 12
2. Epidemiologi Asma .................................................................... 14
3. Patofisiologi Asma...................................................................... 15
4. KlasifikasiAsma .......................................................................... 17
5. PencegahanPenyakitAsma .......................................................... 19
6. Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Asma ............................. 21
C. Landasan Teori ................................................................................ 21
D. Kerangka Teori ................................................................................ 23
E. Kerangka Konsep ............................................................................ 24
F. Hipotesis .......................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................... 25
B. Tempatdan Waktu Penelitian .......................................................... 25
C. PopulasidanSampel.......................................................................... 25
D. VariabelPenelitian ........................................................................... 27
E. DefinisiOperasional ......................................................................... 27

viii 
 
 
 

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................................... 28


G. Validatas dan Realiabilitas .............................................................. 29
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 30
I. Rencana Penelitian .......................................................................... 33
J. Etika Penelitian................................................................................ 35

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................... 38
B. Pembahasan ..................................................................................... 41
C. KeterbatasanPenelitian .................................................................... 50

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 51
B. Saran ................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix 
 
 
 


 
 
 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 29


Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 30
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 39
Tabel 4.2 Tingkat PengetahuanOrangTuaTentang ..................................... 39
Tabel 4.3 DistribusiFrekuensiKekambuhanPenyakitAsma ........................ 40
Tabel 4.4 Hubungan Tingkat PengetahuanOrangtuatentangasma .............. 40

xi 
 
 
 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 KerangkaTeori ............................................................................ 24


Gambar 2.2 KerangkaKonsep ......................................................................... 25

xii 
 
 
 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Lembar Kuesioner
Lampiran 5 SuratIzin Pengambilan Data Awal dari Stikes Achmad Yani
Yogyakarta
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Bantul
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari RSUD Panembahan Senopati Bantul

xiii 
 
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia yang
mempunyai kesadaran, kemampuan untuk hidup sehat.Visi Indonesia sehat
yang diharapkan itu, belum mampu diterapkan di Indonesia saat ini. Hal ini
dibuktikan dengan angka kejadian penyakit asma yang terus meningkat
prevelensinya, baik di negara maju maupun berkembang dan hanya sedikit
penderita asma yang terkontrol dengan baik. Penyakit asma adalah suatu
kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas
dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang umumnya
bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang atau tanpa gejala tidak
mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai
berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah
penderita asma diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan
meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025. Jumlah ini dapat saja meningkat,
mengingat asma merupakan penyakit Underdiagnosed. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan 100-1500 juta penduduk dunia menderita
asma, jumlah ini akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahunnya
(WHO, 2012).
Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukan, pada
tahun 2005 pravelensi asma 2,1% pada tahun 2007 pravelensinya meningkat
menjadi 5,2% (Riskesdas, 2007). Sedangkan hasil survei pada anak sekolah
di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang,
dan Denpasar pada tahun 2008, menunjukkan pravelensi asma pada anak
berusia 6-12 tahun sebesar 3,7%-16,4% diperkirakan angka ini akan terus
bertambah setiap tahunnya (Triono, 2007).


Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak di


negara maju.Sejak dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma
meningkat pada anak maupun dewasa.Pravelensi asma tertinggi di dunia
mencapai 15-17%. Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian yang hal itu tergambar dari data studi survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia (Purba,
2012). Pravelensi di Indonesia terendah didapatkan di kota Bandung yaitu
2,6%, tertinggi di kota Jakarta 16,4% dan Yogyakarta 10,55% (Indarto,2011).
Diberbagai provinsi di Indonesia, SKRT tahun 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-
sama bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan
obstruktif paru 2/1000 (Afdal dkk,2012. Penyebab tertingginya, pravelensi
asma tersebut ditenggarai akibat kurangnya pengetahuan orang tua tentang
asma dan penatalaksanaanya yang berhubungan erat dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas (Indarto,2011).
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah
(2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) dan remaja (11-18 tahun). Pada masa ini
anak mudah terkena berbagai penyakit salah satunya adalah asma.Penyakit
asma pada anak sering kali terjadi disebabkan oleh berbagai macam hal
sehingga penyakit asma bisa mudah menyerang.Beberapa gejala asma pada
anak yang paling umum adalah batuk.Batuk pada umumnya terjadi di malam
hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan beraktivitas fisik.Napas yang terdengar
seperti bunyi peluit dan juga kesulitan bernapas. Gejala asma pada anak akan
berlangsung selama 2-3 hari, atau bahkan lebih. Setalah serangan asma
membaik anak akan membutuhkan pereda serangan 3-4 kali perhari hingga
batuk dan mengi menghilang (Afdal dkk,2012).
Selama asma menyerang napas akan mengalami penyempitan dang
mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian dalam
yang menyebabkan jalan udara menyempit dan mengurangi aliran keluar

 

masuknya udara ke paru-paru. Pada asma kambuhan sering menyebabkan


gangguan seperti sulit tidur, kelelahan, dan mengurangi tingkat aktivitas
sehari-hari.Asma secara relatif memang memiliki tingkat kematian yang
rendah dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya. Hasil penelitian
International Study On and Alergies in Childhood pada tahun 2006
menunjukkan bahwa di Indonesia prevelensi asma meningkat dari 4,2 %
menjadi 5,4%. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, namun dalam
penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk
menghilangkan gejala saja.Kontrol yang baik, diperlukan oleh penderita
untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup
sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara baik, maka penderita harus
bisa merawat penyakitnya, dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit
tersebut (Sundaru, 2008).
Asma perlu mendapatkan perhatian karena penyakit asma dapat
menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban ekonomi.Pengetahuan
tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat umum, sehingga ikut
mambantu untuk meminimalisasi faktor pencetus asma bagi penderitannya
(Hudoyo, 2008).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentunya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap salah satu Rumah Sakit
di Yogyakarta yaitu RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang
merupakan salah satu Rumah Sakit dengan data yang melakukan pemeriksaan
karena asma pada anak cukup tinggi, diperoleh informasi bahwa jumlah
pasien asma anak keseluruhannya dari tahun ketahun datanya tidak berubah.
Pada bulan Mei-Juli 2015 pasien yang berobat dengan mengalami penyakit
asma sebanyak 107 pasien usia 6-12 tahun. Berdasarkan data mengenai
pravelensi asma pada anak yang semakin meningkat setiap tahunnya dan
jumlah pasien yang berobat ke Rumah Sakit sebagian besar adalah pasien

 

lama maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul


hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma dengan frekuensi
kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut : “Adakah hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang
asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini penulis berharap dapat
mencapai tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma
dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik orang tua anak anak usia 6-12 tahun
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua tentang asma yang
terdiri dari pengertian asma, penyebab asma, gejala asma, faktor
penyebab, pencegahan dan pengobatan pada anak usia 6-12 tahun di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
c. Untuk mengetahui frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak
usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
d. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan
orangtua tentang asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma
pada anak usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta.

 

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai wacana pengetahuan tentang hubungan tingkat pengetahuan
orangtua dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa S1
Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta yang berkaitan dengan
tingkat pengetahuan orangtua dan frekuensi kekambuhan penyakit asma
pada anak.
3. Bagi instansi Terkait
Memberikan masukan kepada RSUD Panembahan Senopati Bantul
sebagai masukan dalam menyusun program promotif dan preventif
penyakit asma dan sehingga dapat dilakukan penyuluhan secara berkala
kepada masyarakat terutama mengenai asma pada anak.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai Hubungan Tingkat Pengetahun
Orangtua Terhadap Frekuensi Kekambuhan Penyakit Asma Pada Anak.

E. Keaslian Penelitian
1. Wijayanti E (2006), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Asthma
Dalam Upaya Pencegahan Kambuh Di Rumah Sakit Panti Nugroho
Yogyakarta. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
dengan jenis quasi eksperimen (eksperimental semu), pendekatan yang
digunakan merupakan pendekatan non equivalent control group. Hasil
penelitian ini didapat bahwa pemberian pendidikan kesehatan dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien asma dalam upaya pencegahan
kambuh di RS Yayasan Panti Rapih Yogyakarta. Perbedaan dengan jenis

 

penelitan peneliti adalah metode penelitian, variabel dan lokasi penelitan


yang dilakukan. Metode penelitian yang dilakukan oleh Ekatrina yaitu
Quasi eksperimen (eksperimen semu) sedangkan metode yang dilakukan
oleh peneliti yaitu Cross sectional.
2. Lusyanti (2007), melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor
Pencetus Serangan Asma Pada Anak SLTP se-kota madya Yogyakarta.
Metode penelitian menggunakan non parametrik test, jenis penelitian
berupa penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross
sectional. Hasil penelitian kasus asma menunjukkan pravelnsi asma
sebesar 5,1%. Berdasarkan jumlah gejala asma yaitu tiga gejala, dua
gejala, satu gejala, dan tanpa gejala. Uji Chi Square dengan p=0,607
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara laki-
laki dan perempuan, batuk pilek (p=0,021) dan hawa panas dingin
(p=0,001 dan p=0,018) merupakan faktor yang bermakna secara statistik
mencetuskan serangan asma. Persamaan dengan penelitian peneliti
metode yang digunakan dalam penelitian adalah Cross sectional.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel yang membahas mengenai
faktor-faktor pencetus serangan asma, waktu pelaksanaan penelitian dan
lokasi penelitian.
3. Pasauran (2010), melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Pengetahuan Pasien Asma dengan Tingkat Frekuensi Serangan Pada
Pasien Asma Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien
tentang asma dengan tingkat frekuensi serangan pada pasien asma dalam
penelitian ini menggunakan metode non paramterik, jenis data
menggunakan kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan yang significant antara
pengetahuan pasien asma dengan tingkat frekuensi serangan pada pasien
asma. Persamaan dengan penelitian peneliti metode yang digunakan yaitu
menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan

 

penelitian sebelumnya yaitu populasi dan sampel yang digunakan dan


lokasi dan waktu penelitian.
4. Aini (2012). Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat
Kekambuhan Pasien Asma. Metode penelitian merupakan penelitian non
paramtetrik dengan desain penelitian menggunakan Case Control yang
merupakan suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut
bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospective. Sampel yang digunakan yaitu teknik sampling purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 pasien. Analisa Data yang
digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa riwayat keluarga
memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kekambuhan Asma dengan p
value=0,003, konsumsi rokok memiliki pengaruh yang bermakna
terhadap kekambuhan Asma dengan p value=0,006, memiliki binatang
piaraan menyebabkan adanya pengaruh yang bermakna terhadap
kekambuhan Asma dengan p value=0,003, binatang peliharaan masuk
kedalam rumah memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kekambuhan
Asma dengan p value=0,05, alergi makanan memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap kekambuhan Asma dengan p value=0,000, rutinitas
membersihkan rumah memiliki pengaruh yang bermakna terhadap
kekambuhan Asma dengan p value=0,044, dan perubahan cuaca
memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kekambuhan Asma dengan p
value=0,000. Persamaan dalam penelitian ini adalah membahas
mengenai kekambuhan asma, sampel yang digunakan dan variabel yang
digunakan. Perbedaan pada penelitian ini yaitu membahas mengenai
faktor yang mempengaruhi kekambuhan asma, waktu penelitian dan
sampel yang digunakan.

 
 

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1 Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati
merupakan Satuan Kerja Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul yang berlokasi di Jl. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Bantul 55714.Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati berdiri sejak tahun 1953 sebagai Rumah Sakit
hongeroedem (HO). Perubahan nama menjadi RSUD Panembahan
Senopati Bantul dilaksanakan pada Tanggal 29 Maret 2003. Sesuai SK
Menkes No. 142/Menkes/SK/I/2007 Tanggal 31 Januari 2007 tentang
Peningkatan Kelas RSUD Panembahan Senopati Bantul dari Type C
menjadi Kelas B Non Pendidikan.RSUD panembahan Senopati Bantul
memiliki fasilitas berupa 1 ruang HC, 10 ruang rawat inap, 17 perawat dan
3 dokter
RSUD Panembahan Senopati Bantul telah diresmikan menjadi
“Rumah Sakit Ramah Anak”. RSUD Panembahan Senopati turut
mendukung program Kabupaten Bantul sebagai kabupaten layak
anak.Untuk mendukung RSUD Panembahan Senopati sebagai Rumah
Sakit Ramah Anak, pihak Rumah Sakit telah menyiapkan ruang bermain
dan sebuah perpustakaan.Pihak Rumah Sakit bekerja sama dengan
Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Kabupaten Bantul. Tujuan dari
Rumah Sakit Ramah Anak ini adalah agara anak-anak dapat memperoleh
pelayanan yang menyenangkan.Ruang bermain dan juga perpustakaan
diharapkan dapat menghilangkan rasa jenuh anak saat dirawat di Rumah
Sakit. Kunjungan yang dapat dilakukan yaitu selama 24 jam, sedangkan
jam besuk pasien yang dirawat pada pukul 14.00-16.00 WIB. Dipolikilinik
anak terdapat jumlah pasien yang berkunjung karena asma pada bulan
Mei-Juli 2015 sebanyak 107 anak.

38
39
 

2 Karakteristik Responden di RSUD Panembahan Senopati Bantul


Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden (orang tua) di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta
Karakteristik F %
1. Umur
a. <20 3 5,8
b. 20-35 36 69,2
c. >35 13 25
2. Pendidikan
a. Rendah 5 9,6
b. Menengah 31 59,6
c. Tinggi 16 30,8
Total 52 100

Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden


berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 36 responden (69,2%) dan
berpendidikan menengah sebanyak 31 responden (59,6%).
3 Tingkat pengetahuan orangtua tentang asma pada anak usia 6-12
tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai tingkat pengetahuan
orangtua tentang asma pada anak usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
Tabel 4.2 Tingkat pengetahuan orangtua tentang asma pada anak usia 6-
12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Pengetahuan F %
Baik 18 34,6
Cukup 31 59,6
Kurang 3 5,8
Total 52 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki


pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (59,6%) dan sebagian
kecil memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 3 responden (5,8%).

 
40
 

4 Distribusi frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12


tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai distribusi frekuensi
kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak
usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta
Kekambuhan Asma F %
Asma Jarang 24 46,2
Asma Sering 18 34,6
Asma Persisten 10 19,2
Total 52 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki tingkat


kekambuhan asma anak pada kategori asma jarang yaitu sebanyak 24
responden (46,2%), dan sebagian kecil responden memiliki kekambuhan
asma pada kategori persisten yaitu sebanyak 10 responden (19,2%).
5 Hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma dengan
frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai hubungan tingkat pengetahuan
orangtua tentang asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada
anak usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tabel 4.4 Hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma dengan
frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12
tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Pengetahuan
Kekambuhan Total
Baik Cukup Kurang τ p value
Asma
N % N % N % N %
Asma Jarang 2 3,8 21 40,4 1 1,9 24 46,2
Asma Sering 13 25,0 4 7,7 1 1,9 18 34,6
-0,382 0,007
Asma Persisten 3 5,8 6 11,5 1 1,9 10 19,2
Total 18 34,6 31 59,6 3 5,8 52 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki


kekambuhan asma jarang pada anak adalah responden dengan pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 21 responden (40,4%), responden yang memiliki

 
41
 

kekambuhan asma sering pada anak adalah responden dengan pengetahuan


baik yaitu sebanyak 13 responden (25%) danresponden yang memiliki
kekambuhan asma persisten pada anak adalah responden dengan
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 6 responden (11,5%).
Hasil analisa data dengan mengunakan uji kendal tau didapatkan
nilai p value sebesar 0,007 < 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orangtua
tentang asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia
6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, hasil
analisa data dengan menggunakan uji kendal tau menunjukan bahwa
pengetahuan orang tua tentang asma memiliki arah hubungan yang negatif
dengan frekuensi kekambuhan asma ada anak usia 6-12 tahun.
Tabel 4.5 Keeratan hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma
dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia
6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient 0,527 ,001
Ordinal by Ordinal Kendall's tau-b -0,382 ,007
N of Valid Cases 52

Hasil analisa data didapatkan hasil keeratan hubungan sebesar 0,527


yang berarti bahwa pengetahuan orangtua tentang asma dengan frekuensi
kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta memiliki keeratan pada kategori
sedang. Analisa data menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji kendal tau
memiliki arah hubungan negatif yang berarti bahwa apabila pengetahuan
orang tua meningkat, maka frekuensi kekambuhan asma pada anak usia 6-
12 tahun akan menurun.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 36 responden (69,2%). Hal ini
disebabkan karena umur 20-35 tahun merupakan usia reproduksi dimana

 
42
 

seorang wanita memasuki masa dewasa dan sudah memiliki kemampuan


untuk mengambil keputusan dengan tenang. Pernyataan ini didukung oleh
toeri Hurlock (2005) yang menyatakan bahwa usia 20-35 tahun merupakan
usia yang disebut sebagai "masa dewasa" dan disebut juga masa
reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah marnpu untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara
emosional.
Umur merupakan salah satu hal yang penting dalam mempengaruhi
pengetahuan seseorang.Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (2005)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi
pula tingkat pengetahuannya dan ini diperoleh dari pengalamannya. Hal ini
akan berpengaruh terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia muda individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang
usia muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah bahwa
semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.Tidak dapat dapat mengajarkan kepandaian baru kepada
orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup sejalan dengan
bertambahnya usia.

 
43
 

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Ratih (2013) dengan judul gambaran perawatan asma pada anak di Dusun
Papak Yogyakarta.Hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagian besar
responden yang digunakan sebagai penelitian adalah ibu yang berusia 20-
35 tahun.
Berbeda dengan penelitian Ratih (2013), penelitian Susanti (2012)
menyatakan bahwa umur ibu mempengaruhi kekambuhan asma pada anak,
ibu dengan >35 tahun memiliki kemampuan lebih tinggi dalam menangani
kekambuhan asma pada anak disebabkan ibu telah banyak memiliki
pengalaman, sebagai mana teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo
bahwa semakin bertambahnya umur maka pengetahuan seseorang semakin
tinggi.
Sedangkan yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah
berusia 20-35 tahun.Hal tersebut diduga disebabkan pada usia 20-35 tahun
responden cenderung lebih aktif dalam mencari berbagai informasi.
Sedangkan pada umur > 35 tahun walaupun pengalaman ibu dalam
mengasuh anak cukup banyak tetapi informasi yang didapat kurang,
karena pada saat usia tersebut sebagian besar ibu tidak seaktif usia 20-35
tahun dengan berbagai kesibukan yang dialaminya, sedangkan ibu pada
umur <20 tahun kemungkinan mengalami kekurangan informasi karena
usia ibu masih tergolong remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan menengah sebanyak 31 responden (59,6%). Hal ini
disebabkan karena orang yang memiliki dasar pendidikan menengah dan
tinggi lebih mudah mengerti dan memahami informasi yang diterimanya
bila dibanding dengan respoden yang berpendidikan lebih rendah
Pendidikan adalah proses tumbuh kembang seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam penelitian itu perlu
dipertimbangkan umur dan proses belajar. Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk
lebih menerima ide-ide dan teknologi yang baru. Semakin meningkat

 
44
 

pendidikan seseorang, maka akan bertambah pengalaman yang


mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak
dicapai melalui pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan
(pengertian, pendapat, konsep-konsep), sikap dan persepsi serta
menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratih (2013) dengan judul gambaran perawatan asma pada anak di Dusun
Papak Yogyakarta.Hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagian besar
responden yang digunakan sebagai penelitian adalah ibu yang
berpendidikan menengah keatas (SMA).
Penelitian ini juga selajan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ekatrina Wijayanti (2006), dengan judul penelitian Pengaruh Pemberian
Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Asthma Dalam Upaya
Pencegahan Kambuh Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Hasil
penelitian ini didapat bahwa pendidikan dapat mempengaruhi tingkat
kepatuhan pasien asma dalam upaya pencegahan kambuh di RS Yayasan
Panti Rapih Yogyakarta.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aktina (2010) yang menyatakan bahwa responden yang memiliki
pendidikan rendah tidak selalu memiliki pengetahuan yang rendah pula,
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
salah satunya adalah melalui pengalaman, semakin banyak pengalaman
seseorang maka pengetahuan akan semakin tinggi walaupun berpendidikan
rendah.
Sedangkan yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah
pendidikan yang dimiliki oleh orang tua anak di RSUD Panembahan
Senopati Bantul adalah berpendidikan menengah.Tingkat pendidikan ibu
yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalarn
menghadapi masalah.Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal
maupun informal.Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal

 
45
 

baru. Pendidikan juga membuat orang tua terdorong untuk ingin tahu,
mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi
pengetahuan.
2. Tingkat pengetahuan orangtua tentang asma pada anak usia 6-12
tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (59,6%) dan
sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 3 responden
(5,8%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki
pendidikan menengah keatas sehingga memperoleh informasi yang mudah
didapatkan. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pengetahuan
responden sehigga responden mengetahu mengenai asma pada anak dan
bagaimana cara menangani kekambuhan asma pada anak,
Notoadmojo (2010) menyatatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, tingkat pendidikan, informasi,
pengalaman, pekerjaan, instruksi verbal dan penerimaan informasi verbal
dari pihak lain. Pengetahuan pasien yang baik tentang asma dapat
meningkatkan prilaku pencegahan asma. Hal ini menunjukkan pentingnya
edukasi mengenai masalah asma delam setiap konsultasi karena tingginya
pendidikan saja tenyata tidak cukup untuk memperbaiki pencegahan
penyakit asma (Deswita, 2009).
Asma perlu mendapatkan perhatian karena penyakit asma dapat
menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban ekonomi.Pengetahuan
tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat umum, sehingga ikut
mambantu untuk meminimalisasi faktor pencetus asma bagi penderitannya
(Hudoyo, 2008).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentunya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).

 
46
 

Penyakit asma ditandai dengan gejala-gejala akibat gangguan dari


penyempitan pada saluran napas terutama pada bronkus atau batang
tenggorok.Biasanya asma ini disertai oleh riwayat alergi pada pasien atau
keluarga.Saluran nafas pasien penderita asma menjadi hiperaktif yaitu
reaksi berlebihan.Jika terpapar dengan faktor pencetus.Faktor pencetus
dapat menyebabkan serangan asma adalah allergen, infeksi saluran nafas,
olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara dan
lingkunagan kerja (Meiyanti dan Mulia, 2007).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lusyanti (2007),
dengan judul Faktor-Faktor Pencetus Serangan Asma Pada Anak SLTP se-
kota madya Yogyakarta yang menyatakan bahwa pengetahuan orang tua
merupakan salah satu faktor penting dalam kekambuhan asma pada anak.
Pengetahuan orang tua salah satunya diperoleh melalui pendidikan.
Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari
pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Pasauran
(2010), melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Pasien
Asma dengan Tingkat Frekuensi Serangan Pada Pasien Asma Di
Puskesmas Ngaglik I Sleman, hasil penelitian menyatakan bahwa
pengetahuan pasien tentang asma sebagian besar diperoleh karena sumber
informasi yang mudah didapatkan, hal tersebut disebabkan karena di
Puskesmas tersebut sering dilakukan penyuluhan berbagai macam
penyakit yang sering diderita oleh masyarakat dan salah satunya
membahasa menganai asma baik pada anak-anak ataupun pada orang
dewasa yang menyebabkan tingkat pengetahuan semakin tinggi.
3. Distribusi frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12
tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki
tingkat kekambuhan asma anak pada kategori ringan yaitu sebanyak 24
responden (46,2%), dan sebagian kecil responden memiliki kekambuhan
asma pada kategori berat yaitu sebanyak 10 responden (19,2%). Hal ini

 
47
 

disebabkan karena pada usia tersebut asma sering terjadi disebabkan oleh
berbagai macam hal sehingga penyakit asma bisa mudah menyerang. Salah
satu yang menyebabkan kekambuhan asma pada anak yaitu daya tahan
tubuh anak yang menurun.Beberapa gejala asma pada anak yang paling
umum adalah batuk. Batuk pada umumnya terjadi di malam hari, dini hari,
saat cuaca dingin, dan beraktivitas fisik..Pada masa ini anak mudah
terkena berbagai penyakit salah satunya adalah asma.Penyakit asma pada
anak sering kali terjadi disebabkan oleh berbagai macam hal sehingga
penyakit asma bisa mudah menyerang.Beberapa gejala asma pada anak
yang paling umum adalah batuk.Batuk pada umumnya terjadi di malam
hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan beraktivitas fisik.Napas yang
terdengar seperti bunyi peluit dan juga kesulitan bernapas. Gejala asma
pada anak akan berlangsung selama 2-3 hari, atau bahkan lebih. Setalah
serangan asma membaik anak akan membutuhkan pereda serangan 3-4
kali perhari hingga batuk dan mengi menghilang (Afdal dkk,2012).
Responden yang memiliki anak dengan kekambuhan asma pada
kategori ringan kemungkinan disebabkan karena pengetahuan orang tua
yang cukup baik dalam menangani masalah kekambuhan asma pada anak,
sehingga anak dapat terhindar dari seringnya mengalami kekambuhan
asma.
Selama asma menyerang jalan napas akan mengalami penyempitan
dan mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding
bagian dalam yang menyebabkan jalan udara menyempit dan mengurangi
aliran keluar masuknya udara ke paru-paru. Pada asma kambuhan sering
menyebabkan gangguan seperti sulit tidur, kelelahan, dan mengurangi
tingkat aktivitas sehari-hari.Asma secara relatif memang memiliki tingkat
kematian yang rendah dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya. Hasil
penelitian International Study On and Alergies in Childhood pada tahun
2006 menunjukkan bahwa di Indonesia prevelensi asma meningkat dari
4,2 % menjadi 5,4%. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, namun
dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk

 
48
 

menghilangkan gejala saja.Kontrol yang baik, diperlukan oleh penderita


untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas
hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara baik, maka
penderita harus bisa merawat penyakitnya, dengan cara mengenali lebih
jauh tentang penyakit tersebut (Sundaru, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lusyanti (2007), dengan judul Faktor-Faktor Pencetus Serangan Asma
Pada Anak SLTP se-kota madya Yogyakarta.Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa batuk, pilek, hawa dingin dan panas merupakan faktor
penyebab kekambuhan asma pada anak.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Yahya (2009)
dengan judul penelitian Gambaran penyebab kekambuhan asma pada anak
di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta 2009, yang menyatakan bahwa
penyebab kekambuhan asma pada anak adalah kurangnya perawatan asma
oleh orang tua terhadap anak yang memiliki penyakit asma.

4. Hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma dengan


frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kekambuhan asma berat pada anak adalah responden dengan pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 6 responden (11,5%), responden yang memiliki
kekambuhan asma jarang pada anak adalah responden dengan pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 21 responden (40,4%). Hal ini disebabkan karena
pengetahuan orang tua mengenai penyakit asma, mempengaruhi
kekambuhan asma pada anak, pengetahuan orang tua yang tinggi akan
lebih memperhatikan kesehatan keluarganya.
Sedangkan pada responden yang memiliki kekambuhan asma sering
pada anak adalah responden dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 13
responden (25%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena meskipun
pengetahuan orang tua baik tetapi faktor lingkungan dapat menjadi salah

 
49
 

satu pemicu kekambuhan asma pada anak, beberapa penderita asma sangat
peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok sehingga
hal tersebut menyebabkan kembuhan asma, meskipun pengetahuan orang
tua baik dalam melakukan pencegahan kekambuhan asma, tetapi faktor
lingkungan merupakan faktor yang cukup sulit untuk bisa dihindari oleh
anak dan orang tua, orang tua tidak dapat membatasi anak untuk
berinteraksi dengan lingkungan karena akan berdampak pada
perkembangan anak.
Hasil analisa data dengan mengunakan uji kendal tau didapatkan
nilai p value sebesar 0,007 < 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orangtua
tentang asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia
6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dengan
keeratan hubungan sebesar 0,527 yang berarti bahwa pengetahuan
orangtua tentang asma dengan frekuensi kekambuhan penyakit asma pada
anak usia 6-12 tahun di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
memiliki keeratan pada kategori sedang.Analisa data menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil uji kendal tau memiliki arah hubungan negatif yang
berarti bahwa apabila pengetahuan orang tua meningkat, maka frekuensi
kekambuhan asma pada anak usia 6-12 tahun akan menurun.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kekambuhan asma pada
anak yang kemudian dapat meningkatkan pengetahuan orang tua dalam
penanganan kekambuhan asma pada anak, faktor tersebut diantaranya
dalah umur orang tua, semakin orang tua bertambah umurnya maka
pengetahuan yang didapatnyapun bertambah, orang tua memiliki
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya, pada orang
tua yang memiliki anak dengan penyakit asma kemungkinan saat pertama
kali anak mengalami sesak napas maka orang akan segera membawa anak
ke fasilitas kesehatan setempat untuk melakukan pengobatan dan apabila
anak mengalami kekambuhan kembali, kemungkinan orang tua lebih dapat
menanganinya sendiri.

 
50
 

Faktor pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan orang tua


terhadap kekambuhan asma pada anak, anak yang memiliki orang tua
dengan pendidikan tinggi kemungkinan akan lebih mengetahui mengenai
permasalahan yang terjadi dalam keluarganya dengan cepat sehingga dapat
mengambil keputusan dengan cepat pula. Menurut Jann (2006) menyakan
bahwa ketika manusia dihadapkan pada suatu masalah maka informasi-
informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang terkait
dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan tersusun
secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau
memiliki pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang
dihadapinya. Kemampuan memiliki pengetahuan atas obyek masalah
yang dihadapi sangat ditentukan oleh pengalaman, latihan atau proses
belajar (proses berfikir).
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi,
dapat mempengaruhi perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan
kekambuhan asma, dengan cara menghindari makanan dan aktivitas anak
yang dapat menyebabkan kekambuhan asma pada anak. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hudoyo (2008) yang menyatakan
bahwa pengetahuan tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat
umum, sehingga ikut mambantu untuk meminimalisasi faktor pencetus
asma bagi penderitannya.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).Pengetahuan
dipengaruhi oleh pendidikan formal.Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

 
51
 

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,


2010).
Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu produk
sistem pendidikan dan akan mendapatkan pengalaman yang nantinya akan
memberikan suatu tingkat pengetahuan atau ketrampilan dapat dilakukan
melalui pelatihan. Pengetahuan diperoleh dari proses belajar, yang dapat
membentuk keyakinan tertentu (Depkes RI, 2006).
Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak di
negara maju.Sejak dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma
meningkat pada anak maupun dewasa.Pravelensi asma tertinggi di dunia
mencapai 15-17%. Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian yang hal itu tergambar dari data studi survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia (Purba,
2012).
Pengetahuan pasien yang baik tentang asma dapat meningkatkan
prilaku pencegahan asma, sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan penyakit asma.
Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi mengenai masalah asma dalam
setiap konsultasi karena tingginya pendidikan saja tenyata tidak cukup
untuk memperbaiki pencegahan penyakit asma.
Selain tingkat pendidikan dan edukasi faktor ketersediaan sumber
informasi juga menjadi penting bagi pencegahan penyakit asma, dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
Selain itu sosial budaya dan ekonomi juga merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pencegahan pada asma, status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

 
52
 

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi


pengetahuan seseorang.
Berbagai penelitian yang ada saat ini menggunakan definisi penyakit
asma yang berbeda, sehingga untuk membandingkan antara penelitian satu
dan yang lainnya perlu diketahui kriteria yang digunakan oleh
peneliti.Untuk mengatasi hal tersebut, penelitian telah dilaksanakan
dibeberapa negara dengan mengguankan definisi asma dan kuesioner
standar. Salah satu penelitian yang melaksanakan ini adalah International
Study Of Asthma and Allergy in Children (ISAAC). Dengan
mengguanakan kuesioner standar, prevalensi dan berbagai faktor resiko
dapat dibandingkan (Rengganis, 2008).
Kebalikan dari faktor pemicu (trigger) penyebab asma (inducer) bisa
menyebabkan peradangan (inflamation) dari saluran pernapasan oleh
kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab
asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik.Penyebab asma (inducer)
dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya
berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi dibandingkan
gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger) (Vitahealth,
2006).
Salah satu pemicu terjadinya gangguan pernapasan dan asma dalah
infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan terutama
disebabkan oleh virus. Virus influenza merupakan salah satu faktor
pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan,
dua pertiga penderita asma dewasa serangan asma nya ditimbulkan oleh
virus infeksi saluran pernapasan. Lingkungan kerja juga diperkirakan
merupakan faktor pencetus pada klien dengan penyakit asma bronchial.
Sebagian penderita asma bronkhial juga akan mendapatkan serangan
asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma kegiatan jasmani (execise induced asma-

 
53
 

EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan
serangan jarang timbul beberapa jam setelah olahraga.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, namun dalam penggunaan
obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala
saja. Kontrol yang baik, diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari
gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk
mengontrol gejala asma secara baik, maka penderita harus bisa merawat
penyakitnya, dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut
(Sundaru, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pasauran (2010), dengan judul Hubungan Pengetahuan Pasien Asma
dengan Tingkat Frekuensi Serangan Pada Pasien Asma Di Puskesmas
Ngaglik I Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang significant antara pengetahuan pasien asma dengan tingkat
frekuensi serangan pada pasien asma. Hal tersebut disebabkan karena
semakin tinggi pengetahuan maka akan semakin baik pula seseorang
dalam melakukan pencegahan terhadap serangan asma.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Lindra (2011) dengan
judul penelitian hubungan pengetahuan pasien tentang asma terhadap
kekambuhan asma pada keluarga di Desa Argomulyo Yogyakarta, hasil
penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
dengan kekambuhan asma, hal tersebut disebabkan karena terdapat faktor
lain yang mempengaruhi kekambuhan asma pada keluarga antara lain,
lingkungan, cuaca yang buruk dan perilaku merokok keluarga.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pada saat
berlangsungnya penelitian terdapat beberapa responden yang bermain ponsel
sehingga kemungkinan besar responden tidak melakukan pengisian kuesioner
dengan sungguh-sungguh dan terdapat orang tua anak dengan penyakit asma

 
54
 

yang memenuhi syarat sebagai sampel tetapi tidak bersedia menjadi


responden dengan alasan bahwa responden sedang terburu-buru.

 
 

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 36
responden (69,2%) dan berpendidikan menengah sebanyak 31 responden
(59,6%).
2. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup (59,6%).
3. Sebagian besar anak memiliki tingkat kekambuhan asma anak pada
kategori jarang (46,2%)
4. Ada hubungan tingkat pengetahuan orangtua tentang asma dengan
frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta (p value = 0,007) dengan arah
hubungan negatif
5. Keeratan hubungan antara pengetahuan orangtua tentang asma dengan
frekuensi kekambuhan penyakit asma pada anak usia 6-12 tahun di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta memiliki keeratan pada kategori
sedang (0,527). Berdasarkan hasil uji kendal tau memiliki arah hubungan
negatif yang berarti bahwa apabila pengetahuan orang tua meningkat,
maka frekuensi kekambuhan asma pada anak usia 6-12 tahun akan
menurun

B. Saran
1. Bagi Profesi Keperawatan
Perlunya melakukan penyuluhan kepada masyarakat sehingga dapat
memberikan dan menambah pengetahuan masyarakat khususnya orang tua
tentang kekambuhan penyakit asma yang akhirnya menyebabkan
masyarakat dan orang tua dapat melakukan pencegahan agar anak tidak
sering mengalami kekambuhan asma.
2. Bagi STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Perlunya menambah referensi materi terutama yang berada diperpustakaan
sehingga mahasiswa dapat dengan lebih mudah mencari berbagai sumber

55
 
56
 

materi dan informasi mengenai asma sehingga mahasiswa dapat


menambah terutama mengenai kekambuhan penyakit asma pada anak.
3. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Perlunya melakukan penyusunan program promotif dan preventif penyakit
asma dan sehingga dapat dilakukan penyuluhan secara berkala kepada
masyarakat terutama mengenai asma pada anak.
4. Bagi Masyarakat
Perlunya mencari informasi yang lebih banyak mengenai asma dan lebih
meningkatkan pengetahuan mengenai kekambuhan Penyakit Asma Pada
Anak sehingga orang tua dapat menghindari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kekambuhan asma pada anak.
 

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Afdal, dkk. (2012). Peran Wanita Dalam Pengasuhan Dan Perawatan Kesehatan
Anak Balita. Pusat Penelitian Studi Wanita Lembaga Penelitian Universitas
Airlangga.
Aini (2012). Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat
Kekambuhan Pasien Asma. Jurnal Kesehatan.
Aktina (2010). Hubungan pendidikan orang tua terhadap pengetahuan orang tua
terhadap kekambuhan asma pada anak di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta. Jurnal Kesehatahn, Vol 12 No 7.
Arif, M. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Depkes RI dan JICA
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
Deswita. (2011). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate dengan Menggunakan Program IBM
SPSS 19. Semarang: Undip Press.
Hardibroto, I dan Alam, S. (2005). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Puustaka
Utama
Hidayat, A A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya.
Penerbit Salemba Medika
Hudoyo. (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit FKUI
Hurlock. E.B (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2008). Buku Ajar Respirologi anak, edisi
pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Indarto, W. (2011). Pengetahuan dan Dukungan Sosial Pengaruh Prevalensi
asma pada anak. Artikel kesehatan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Jann, H T & Ronald C L. (2006). Knowledge Management dalam Konteks
Organisasi Perkembangan. Bandung: SBM-ITB

 
 

Lindra. (2011). Hubungan pengetahuan pasien tentang asma terhadap


kekambuhan asma pada keluarga di Desa Argomulyo Yogyakarta. Skripsi
Mahasiswa Universita Muhammadiyah Yogyakarta.
Lusyanti. (2007), Faktor-Faktor Pencetus Serangan Asma Pada Anak SLTP se-
kota madya Yogyakarta. Jenis penelitian adalah Cross sectional. Jurnal
Kesehatan.
Meiyanti J & Mulia. (2007). Perkembangan Patogenesis dan Pengobatan Asma
Bronkial. Jurnal Kedokteran Trisakti. September-Desember 200-Vol 19.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. (2010). Konsepdan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pasauran (2010). Hubungan Pengetahuan Pasien Asma dengan Tingkat Frekuensi
Serangan Pada Pasien Asma Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan.
Purba, D P. (2012). Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma Oleh Pasien Asma.
Artikel Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
Ratih (2013). Gambaran perawatan asma pada anak di Dusun Papak Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan.
Reddel dkk. (2009). Asthma Trials and Clinical Practice, American Journal of
Respiration and Critical Care Medicine. Vol 180, pp. 59-99.
Rengganis, I. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronchial. MAJ.
Kedokteran Indonesia.
Riskesdas, (2007). Riset Kesehatan Dasar.
www.litbang.depkes.go.id/...riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf[Di
unduh pada tanggal 18 April 2015]
Sudjana, A A. (2010) Keanekaragaman Genetik HLR-DR dan Variasi Kerentanan
Terhadap Penyakit Asma. Tinjauan Khusus pada Asma dalam Kehamilan.
Jurnal Universitas Sebelas Maret. Vol 30 No 2 April 2010
Sugiyono, (2011). Statistika Untuk Penelitian (Edisi Revisi). Bandung: CV Alfa
Beta
Sundaru. Heru. (2008). ASMA Apa dan Bagaimana Pengobatanya?. Jakarta:
Penerbit FKUI
Susanti (2012). Hubungan umur ibu terhadap kekambuhan asma pada anak di
Ungaran Semarang. Skripsi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyojati

 
 

Triono, S. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta:


Kemenkes RI.
Vita Health. (2006). Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
WHO, (2012). World Health Statistics.
http://www.who.int/whosis/whostat/Corrigenda_20080521.pdf. Diakses
pada tanggal 12 Agustus 2015
World Health Organization. (2009). Penanganan Ispa pada Anak di Rumah Sakit
Berkembang. Jakarta. Kemenkes RI.
   

Anda mungkin juga menyukai