Oleh :
ERLYN
16.14201.30.01
Oleh :
ERLYN
16.14201.30.01
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Skripsi, Agustus 2020
Di negara maju telah banyak dilakukan penelitian tentang hipertensi pada lanjut
usia dan kaitannya dengan penyakit degeneratif. Peneliti beranggapan bahwa
hipertensi adalah masalah serius, karena dengan gaya hidup masyarakat yang terus
berubah mengikuti arus globalisasi, bukan berarti tidak mungkin bahwa konstipasi
akan menjadi masalah yang harus diperhatikan di kemudian hari. karena itu, perlu
dilakukan rangkuman literature yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan pada pasien hipertensi.
Penilitian ini tujuanya untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi hipertensi. Dalam
penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder diperoleh dari hasil-hasil
penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online nasional dan
internasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar rerata tekanan darah pada lansia
pederita hipertensi sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas adalah >150 mmHg.
Sebagian besar rerata tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dilakukan terapi
relaksasi nafas adalah >150 mmHg. Ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan pada pasien hipertensi.
iii
iv
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE PROGRAM
Student Thesis, August 2020
‘In several developed countries, there have been many studies on hypertension in the
elderly and its association with degenerative diseases. Researchers consider that
hypertension is a serious problem, because with people's lifestyles changing with the
flow of globalization, it is not impossible that constipation will be a problem that
needs attention at a later date. Therefore, it is necessary to summarize the literature
which aims to identify the effect of deep breath relaxation therapy on reducing
pressure in hypertensive patients.
‘This study aims to determine the effect of deep breath relaxation therapy on reducing
pressure in hypertensive patients. In this study, using secondary data, secondary data
is obtained from the results of research that have been conducted and published in
national and international online journals.
‘The results of this study showed that most of the mean blood pressure in
hypertensive patients before breathing relaxation therapy was> 150 mmHg. Most of
the mean blood pressure in hypertensive patients before breathing relaxation therapy
was> 150 mmHg. There is an effect of deep breath relaxation therapy on reducing
pressure in hypertensive patients.
iv
v
v
vi
vi
vii
I. IDENTITAS
Nama : ERLYN
NPM : 16.14201.30.01
Agama : Islam
Email : erlynzainayah2017@gmail.com
vii
viii
Kupersembahkan Kepada :
Kedua orang tuaku yang paling berharga dalam hidupku yaitu Ibu yahimin dan
ayah Zainal, terimakasih atas do’a ,kasih sayang ,perhatian serta dukungan dan
juga motivasi yang telah diberikan kepada saya baik moral maupun materi
,sehingga saya bisa merai gelar sarjana ILMU KEPERAWATAN. Hidup juga
menjdi begitu mudah dan lancar ketika kita memiliki orang tua yang lebih
memahami kita dari pada diri kita sendiri. Terimakasih telah menjadi orang tua
yang sempurna.
Ayunda dan adik adik kandungku yang aku sayangi, Yeni riani, Wandani,Guati.A
semoga kita bisa menjadi putra-putri yang selalu membanggakan orang tua.
MOTTO :
“pandanglah hari ini. Kemarin adalah mimpi. Dan esok hari hanyalah
sebuah visi. Tetapi, hari ini yang sungguh nyata. Menjadikan kemarin
sebagai mimpi bahagia, dan setiap hari esok sebagai visi harapan”.
(Alexander Pope)
viii
ix
Segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu dengan segala
1. Dr. Amar Muntaha, SKM., M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. Ns. Kardewi S.Kep., M.Kes, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Sekolah
3. Ns. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep., M.Kes., M.Kep selaku Ketua Program
4. Abu Bakar Sidik, SK.p., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
5. Ns. Yunita Liana, S.Kep., M.Kes selaku Dosen Penguji I dalam sidang skripsi,
ix
x
6. Dr. Iche Andriyani Liberty, SKM., M.Kes selaku Dosen Penguji II dalam sidang
motivasi, do’a, canda, tawa dan pembelajaran penulis tentang arti persahabatan`
ini baik dari isi maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis membuka diri menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu, Amin.
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 . Pertanyaan Penelitian .................................................................... 6
1.3 . Tujuan Penelitian........................................................................... 6
xi
xii
DAFTAR TABEL
xii
xiii
DAFTAR DIAGRAM
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
mempunyai faktor-faktor risiko yang sama sebagai sebuah hasil selama beberapa
tahun, pola makan yang tidak sehat, merokok, kurang latihan olahraga dan seringkali
juga akibat stres psikologis. Faktor risiko utama diantaranya adalah tekanan darah
yang tinggi, kecanduan tembakau, kolesterol darah yang tinggi, diabetes mellitus dan
dari empat orang di dunia mengidap gangguan tekanan darah tinggi, dengan total
jumlah penderita lebih dari satu miliar. Seiring dengan pertambahan usia, persentase
kejadian tekanan darah tinggi pun semakin meningkat (Yahya, 2018). Menurut
American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun
menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025,
dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi
diagnosis oleh nakes berdasarkan wawancara tahun 2013 (9,5%) lebih tinggi
1
2
dibanding tahun 2007(7,6%). Tiga provinsi, yaitu Papua, Papua Barat dan Riau
terlihat ada penurunan. Enam provinsi tidak terjadi perubahan seperti Nusa Tenggara
Barat, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Barat, Aceh, dan DKI Jakarta. Di
penyebabnya dan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dan 90% penderita hipertensi, sedangkan
10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Perhatian dan penelitian lebih
proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga
rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di
antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik.
Sedangkan penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan
hepatitis (Kemenkes RI, 2013). Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang
berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami cenderung meningkat
mengalami peningkatan sesuai umur, dan 40% yang mengalami hipertensi berusia
3
wawancara (apakah pernah didiagnosis naks dan minum obat hipertensi) dari 7,6
persen tahun 2016 menjadi 9,5 persen pada tahun 2017. Prevalensi hiertensi pada
perempuan lebih tinggi sekitar 28,8% dibanding laki-laki 22,8% pada tahun 2017.
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 juta kematian diseluruh dunia setiap
tersebut, masyarakat lebih mengenal obat hipertensi. Perlu diketahui bahwa efek
samping dari penggunaan obat hipertensi juga dapat berakibat fatal misalnya obat
berakibat kemungkinan meningkatnya kadar kolestrol, selain itu obat hipertensi juga
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
terapi relaksasi nafas dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi, didapatkan
hasil penurunan tekanan darah responden setelah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam yaitu tekanan darah sistolik sebesar 18,46 mmHg dan tekanan darah diastolik
sebesar 6,54 mmHg. Analisis statistik dengan menggunakan paired sample T-test
didapatkan nilai pvalue tekanan darah sistolik 0,001 dan pvalue tekanan darah
diastolik 0,001.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Tri Hastuti dan Insiyah
(2018), penurunan tekanan darah dengan menggunakan tehnik nafas dalam (deep
didapatkan ada pengaruh terapi tehnik nafas dalam (deep breathing) terhadap
Sukoharjo. Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi tehnik nafas dalam
Di negara maju banyak dilakukan penelitian tentang hipertensi pada lajut usia
adalah masalah yang serius, karena dengan gaya hidup masyarakat yang terus
berubah mengikuti arus globalisasi, bukan tidak mungkin bahwa konstipasi akan
menjadi masalah yang perlu diperhatikan di kemudian hari. Oleh karena itu, perlu
5
terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan pada pasien hipertensi.
relaksasi nafas.
relaksasi nafas.
METODE PENELITIAN
dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online nasional
Garuda dan Schoolar dengan kata kunci: relaksasi nafas dalam, tekanan darah,
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Strategi Pencarian
Population Intervention Comparison
Outcomes (Hasil)
(Populasi) (Intervensi) (Perbandingan)
Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama
Pasien Relaksasi nafas dalam - Pengaruh terapi relaksasi
Hipertensi nafas dalam terhadap
penurunan tekanan darah
pada lansia penderita
hipertensi’
Sinonim/ Istilah Sinonim/ Istilah Sinonim/ Istilah Sinonim/ Istilah Pencarian
Pencarian Pencarian Pencarian
Populasi Relaksasi Nafas - Relaksasi nafas dalam
Dalam - Hipertensi
- OR Relaksasi Nafas - Tekanan darah
Hipertensi
- Tekanan Darah
6
7
Seleksi Studi berpedoman pada Diagram PRISMA (2009) yang alurnya dapat
Diagram 2.1
Diagram PRISMA
12 artikel di pilih di
Kelayakan
database
8 artikel dikeluarkan dengan
membaca teks lengkap
Inklusi
Tabel 2.2
Kriteria Inkluasi
Tabel 2.3
Kriteria Eksklusi
Tabel 2.4
Kriteria Kualitas Studi
dalam spreadsheet Microsoft Excel. Data akan diekstraksi oleh satu reviewer dan
diekstraksi meliputi :
HASIL PENELITIAN
Penulis melakukan telaah literatur yang dimulai dengan mencari jurnal melalui
search engine Google Scholar dan GARUDA menggunakan kata kunci pengaruh
terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
dengan kompetensi, yang didapatkan dari mengunduh pada serach engine, di bawah
10
Tabel 3.1
Karkteristik Studi Tinjauan Sistematis Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan
Pada Lansia Penderita Hipertensi’
Volume,
No Author Thn Judul Metode Hasil Penelitian Database
Angka
1. Masnina 2016 - Terapi Relaksasi Nafas Mempengaruhi Penelitian ini Terdapat perbedaan Garuda
dan Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien menggunakan rancangan penurunan tekanan
Setyawan Lansia Dengan Hipertensi pre-eksperimental darah diantara kedua
dengan one gorup pretest kelompok yang
and postest signifikan (p value
0.001).’
2. Hastuti 2016 - Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Metode penelitian Hasil penelitian Garuda
dan Tehnik Nafas Dalam (Deep Breathing) Pada menggunakan Pra menunjukkan bahwa
Insiyah’ Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bendosari Eksperiment dengan ada pengaruh terapi
Kabupaten Sukoharjo menggunakan rancangan tehnik nafas dalam
one group pra post test (deep breathing)
design terhadap penurunan
tekanan darah pada
pasien hipertensi di
Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo.
3. Irfan & 2018 Jurnal Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Penelitian yang Hasil penelitian SCHOOLAR
Nekada Keperawatan Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dilakukan merupakan menunjukkan adanya
Respati penderita Hipertensi Di Balai Pelayanan case study dengan desain pengaruh terapi napas
Yogyakarta, Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso penelitian pre and post dalam terhadap
5 (2), Mei test penurunan tekanan
2018, 354- darah pada lansia
359’ dengan hipertensi di
Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Unit
Abiyoso (p-value 0.000
(sistol), 0.016 (diastol);
CI 95%).
11
4. Hartanti, 2018 Vol IX, Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Desain penelitian yang Analisis statistik SCHOOLAR
Wardana No.1, Maret Tekanan Darah Pasien Hipertensi’ digunakan adalah pra menggunakan paired
dan Fajar 2016 ‘ eksperimental dengan sample T-test dengan
menggunakan rancangan tingkat kepercayaan
one group pre test post yang diambil sebesar
test 95% dengan r 5%
(0,05), didapat nilai
Œvalue tekanan darah
sistolik 0,001 dan
Œvalue tekanan darah
diastolik 0,001.
12
13
3.1.2.1 Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sebelum Dilakukan Terapi Relaksasi
Nafas’
Penelitian yang dilakukan oleh Masnina dan Setyawan (2016), terapi relaksasi
nafas mempengaruhi penurunan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi,
didapat hasil sistole pada kelompok eksperimen menit ke 1 ke menit ke 15, dimana
tekanan darah menggunakan tehnik nafas dalam (deep breathing) pada pasien
pada pasien hipertensi sejumlah 30 responden sebelum diberi terapi tehnik nafas
dalam (deep breathing), rata-rata tekanan darah sistole yaitu 177,33 mm hg dan
diastole yaitu 95,87 mm hg. Tekanan darah sistole tertinggi yaitu 200 mm hg dan
terendah yaitu 150 mm hg, sedangkan Tekanan darah diastole tertinggi yaitu 110 mm
hg dan terendah yaitu 90 mm hg. Ada tekanan darah sistole dengan standar deviasi
Penelitian yang dilakukan oleh Irfan & Nekada (2018), tentang pengaruh
terapi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso, didapatkan hasil distribusi
tekanan darah sistol dan diastole sebelum diberi terapi napas dalam adalah tekanan
darah sistol hipertensi derajat 1 lebih banyak dibanding dengan hipertensi derajat 2.
14
Tekanan darah diastol normal paling banyak, sedangkan hipertensi derajat 1 paling
sedikit.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Wardana dan Fajar (2018), tentang
terapi relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi,
didapatkan rerata tekanan darah sistol sebelum diberikan terapi napas dalam
merupakan156,46/ 138 .
3.1.2.2 Tekanan Darah Pasien Hipertensi Sesudah Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas
Penelitian yang dilakukan oleh Masnina dan Setyawan (2016), tentang terapi
relaksasi nafas dalam dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah pada pasien
lansia terhadap hipertensi, didapat hasil setelah diberi relaksasi napas dalam dan
diukur tekanan darah menit ke 15 turun menjadi 141.31 atau terjadi penurunan rata-
rata tekanan darah sebesar 9.438. sedangkan hasil pengukuran diastole juga terdapat
diastole menit ke 1 adalah 91.19 dan menit ke 15 turun menjadi 83.44 atau terjadi
tekanan darah dapat menggunakan tehnik nafas dalam (deep breathing) pada pasien
diberikan terapi tehnik nafas dalam (deep breathing), rata-rata tekanan darah sistole
ialah 173,20 mm hg dan diastole yaitu 90 mm hg. Tekanan darah sistole tertinggi
yaitu 196 mm hg dan terendah yaitu 145 mm hg, sedangkan Tekanan darah diastole
15
tertinggi yaitu 96 mm hg dan terendah yaitu 84 mm hg. Ada tekanan darah sistole
dengan standar deviasi 13,64 mm hg dan tekanan darah diastole standar deviasi 2,97.
Penelitian yang dilakukan oleh Irfan & Nekada (2018), tentang pengaruh
terapi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso, didapatkan hasil distribusi
tekanan darah sistol dan diastole setelah diberikan terapi napas dalam adalah :
Tekanan darah sistol prahipertensi lebih banyak dibandingkan dengan tekanan darah
yang normal, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2. Tekanan darah diastol
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Wardana dan Fajar (2018), tentang
terapi relaksasi napas dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi, didapatkan
rerata tekanan darah sistol sebelum diberi terapi napas dalam adalah 93/86,46.
3.1.2.3 Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Pada
Pasien Hipertensi
Penelitian yang dilakukan oleh Masnina dan Setyawan (2016), tentang terapi
relaksasi nafas mempengaruhi turunnya tekanan darah pada pasien lansia dengan
hipertensi, didapatkan hasil dapat perbedaan penurunan tekanan darah pada kedua
tekanan darah dengan gunakan tehnik nafas dalam (deep breathing) pada pasien
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi tehnik nafas dalam (deep breathing)
16
Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Irfan & Nekada (2018), tentang pengaruh
dilakukanya terapi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
didapatkan hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi napas dalam terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Unit Abiyoso (p-value 0.000 (sistol), 0.016 (diastol); CI 95%).
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Wardana dan Fajar (2018), tentang
terapi relaksasi napas dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi, didapatkan
diambil sebesar 95% dengan r 5% (0,05), didapatkan nilai Œvalue tekanan darah
3.2 Pembahasan
tentang terapi relaksasi nafas pengaruhi penurunan tekanan darah pada pasien lansia
darah dengan menggunakan tehnik nafas dalam (deep breathing) pada pasien
17
tehnik nafas dalam (deep breathing), rata-rata tekanan darah sistole yaitu 177,33 mm
hg dan diastole yaitu 95,87 mm hg. Tekanan darah sistole tertinggi yaitu 200 mm hg
dan terendah yaitu 150 mm hg, sedangkan Tekanan darah diastole tertinggi yaitu 110
mm hg dan terendah yaitu 90 mm hg. Adapun tekanan darah sistole dengan standar
Penelitian dilakukan oleh Irfan & Nekada (2018), tentang pengaruh terapi
relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dengan
hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso, didapatkan hasil
distribusi tekanan darah sistol dan diastole sebelum diberikan terapi napas dalam
merupakan tekanan darah sistol hipertensi derajat 1 lebih banyak dibanding dengan
hipertensi derajat 2. Tekanan darah diastol yang normal paling banyak, sedangkan
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Wardana dan Fajar (2018), tentang
terapi relaksasi napas dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi,
didapatkan rerata tekanan darah sistol sebelum diberikan terapi napas dalam adalah
156,46/ 138’ .
angka kejadian yang tertinggi di dunia. Satu dari empat orang di dunia ini mengidap
gangguan tekanan darah tinggi, dengan total jumlah penderita lebih dari satu miliar.
Seiring dengan pertambahan usia, persentase kejadian tekanan darah tinggi pun
18
semakin meningkat. Sepertiga jumlah pendenita itu tinggal di negara maju dan dua
menyebabkan 7,1 juta kematian atau kira-kira 13% dari seluruh kematian di dunia.
Hasil penelitian World Health Organization (WHO) bahwa hampir setengah kasus
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti menyimpulkan
bahwa hasil dari pengukuran tekanan darah menggambarkan bahwa rata-rata dari
tekanan darah sistolik >150 mmHg merupakan hipertensi sedang (stadium 1).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak terkendali.
3.2.1 Tekanan Darah tinggi Pada lansia Sesudah Dilakukan Terapi Relaksasi Nafas
tentang terapi relaksasi nafas bisa mempengaruhi penurunan tekanan darah pada
pasien lansia dengan hipertensi, didapatkan hasil sesudah diberikan relaksasi napas
dalam lalu diukur tekanan darah menit ke 15 turun menjadi 141.31 dan terjadi
diastolenya juga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastole
tekanan darah diastole menit ke 1 yaitu 91.19 dan menit ke 15 turun menjadi 83.44
tekanan darah menggunakan tehnik nafas dalam (deep breathing) pada pasien
pemberian terapi tehnik nafas dalam (deep breathing), rata-rata tekanan darah sistole
yaitu 173,20 mm hg dan diastole adalah 90 mm hg. Tekanan darah sistole tertinggi
adalah 196 mm hg dan terendah yaitu 145 mm hg, Tekanan darah diastole tertinggi
yaitu 96 mm hg dan terendah yaitu 84 mm hg. Ada juga tekanan darah sistole dengan
standar deviasi 13,64 mm hg dan tekanan darah diastole standar deviasi 2,97.
Penelitian yang dilakukan oleh Irfan & Nekada (2018), tentang pengaruh
terapi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia penderita
hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso, didapat hasil
distribusi tekanan darah sistol dan diastolesetelah diberikan terapi napas dalam yaitu:
Tekanan darah sistol prahipertensi lebih banyak dibandingkan dengan tekanan darah
normal, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2. Tekanan darah diastol normal
paling banyak.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Wardana dan Fajar (2018), tentang
terapi relaksasi napas dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi, didapat rerata tekanan darah sistol sebelum diberikan terapi napas dalam
yaitu 93/86,46.
Hormonhormon utama yang diatur oleh hipofisis dan hipotalamus selama istirahat
merupakan hormon yang memiliki efek yang langsung pada tekanan darah, dimediasi
oleh penyempitan arteri. Sementara tingkat adrenalin tetap tinggi dapat menyebabkan
hipertensi berkelanjutan.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti menyimpulkan
bahwa tekanan darah yang bisa turun setelah mendapatkan pelatihan relaksasi dapat
dijelaskan di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf
dikehendaki, misal gerakan tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem saraf otonom
digestif, proses kardiovaskuler, dan gairah seksual. Sistem saraf otonom terdiri dari
subsistem yang kerjanya saling berlawanan, terdiri dari sistem saraf simpatetis dan
3.2.3 Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Pada
Pasien Hipertensi
tentang terapi relaksasi nafas mempengaruhi turunya tekanan darah pada pasien lanjut
usia dengan hipertensi, untuk hasil yang didapatkan terdapat perbedaan penurunan
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan Insiyah (2016), tentang penurunan
tekanan darah dengan menggunakan tehnik nafas dalam (deep breathing) pada pasien
menunjuk bahwa adanya pengaruh terapi tehnik nafas dalam (deep breathing) untuk
21
Sukoharjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Irfan & Nekada (2018), tentang pengaruh
terapi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada usia lanjut dengan
hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso, didapatkan hasil
dari penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi napas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Wardana dan Fajar (2018), tentang
terapi relaksasi napas dalam menurunkan tekanan darah tinggi, didapatkan analisis
sebesar 95% dengan r 5% (0,05), didapatkan nilai Œvalue tekanan darah sistolik
saat ini menjadi metode relaksasi yang lebih mudah dalam pelaksanaanya. Teknik
pernapasan diafragma ini sangat baik untuk di lakukan setiap hari oleh penderita
hipertensi, agar dapat membantu relaksasi otot tubuh terutama otot pembuluh darah
Berdasarkan hasil penelitian berserta teori yang ada maka peneliti berpendapat
bahwa dengan relaksasi napas dalam dapat memberikan efek yang lebih cepat untuk
22
penurunan tekanan darah dari pada dengan istirahat. Hasil penelitian selaras dengan
KESIMPULAN
1. Sebagian besar rerata tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebelum
2. Sebagian besar rerata tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sesudah
3. Ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada
23
DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2016. Waspada Ancaman Penyatit Tidak Menular. Jakarta. Elex Media
Komputindo
BPS Sumsel, 2018. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2017.
Cavkaytar, et al, 2018. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut (4thed). Jakarta. Balai
Penerbit FK UI
Efendi dan Makhfudli, 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Hartanti, Wardana dan Fajar, 2016. Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal. STIKES Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan
Hartono, 2016. Terapi Gizi Diet dan Rumah Sakit Edisi 2. Jakarta. EGC
Hastuti dan Insiyah, 2016. Penurunan Tekanan Darah Dengan Menggunakan Tehnik
Nafas Dalam (Deep Breathing) Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Jurnal. Kementerian Kesehatan Politeknik
Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
Irfan & Nekada, 2018. Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Unit Abiyoso. Jurnal. Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta
Kemenkes RI, 2018. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI
Maryam dkk, 2016. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika
Palupi, et al, 2018. Diagnostic Accuracy Of Body Mass Index To Identify In Older
Adults: NHANES. International journal of obesity
Not
Yes No Unclear
applicable
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’
and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
confusion about which variable comes
first)?
2. Were the participants included in any
comparisons similar?
3. Were the participants included in any
comparisons receiving similar
treatment/care, other than the exposure or
intervention of interest?
4. Was there a control group?
5. Were there multiple measurements of the
outcome both pre and post the
intervention/exposure?
6. Was follow up complete and if not, were
differences between groups in terms of
their follow up adequately described and
analyzed?
7. Were the outcomes of participants
included in any comparisons measured in
the same way?
8. Were outcomes measured in a reliable
way?
9. Was appropriate statistical analysis used?
JBI TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM MENURUNKAN TEKANAN
DARAH PASIEN HIPERTENSI
Not
Yes No Unclear
applicable
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’
and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
confusion about which variable comes
first)?
2. Were the participants included in any
comparisons similar?
3. Were the participants included in any
comparisons receiving similar
treatment/care, other than the exposure or
intervention of interest?
4. Was there a control group?
ABSTRACT
The most common disease in the elderly are hypertension affected the heart and stroke.
Treatment of hypertension a lifetime so it must be with non-pharmacological treatment,
namely deep breathing relaxation. The aim of research to determine the effect of deep breath
relaxation to changes in blood pressure of elderly patients with hypertension in the Health
Center Pasundan. Using a quasi-experimental study, the design of two group pretest -
posttest. The research sample of elderly hypertensive total of 32 people consisting of 16
samples dan16 experimental control samples. Data collection technique used purposive
sampling. Univariate data using the mean value, median, standard deviation, maximum and
minimum bivariate t test. Research resultthere are differences in systolic and diastolic blood
pressure before and after the relaxation of airway in the experimental group and the control
group (p value 0.001). There are differences in systolic and diastolic blood pressure before
and after the relaxation of airway in the control group and the experimental group (p value
0.001). There is the influence of deep breaths relaxation therapy to changes in blood pressure
where there is a significant difference (p value 0.001) and there was also a significant
difference (p value 0.011).Conclusion No effect of relaxation therapy deep breath to changes
in blood pressure of elderly patients with hypertension in the Health Center Pasundan
Samarinda.
ABSTRAK
Penyakit yang sering dijumpai pada lansia adalah hipertensi berdampak pada jantung dan
stroke. Pengobatan hiertensi berlangsung seumur hidup sehingga harus dikombinasikan
dengan pengobatan non farmakologis yaitu relaksasi napas dalam. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh terapi relaksasi napas terhadap tekanan darah pasien lansia hipertensi di
Puskesmas Pasundan. Penelitian menggunakan quasi eksperimen, dengan rancangan two
group pretest - posttest. Sampel penelitian lansia yang hipertensi sebanyak 32 orang terdiri
dari 16 sampel eksperimen dan 16 sampel kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan
purposive sampling. Data univariat menggunakan nilai mean, median, standar deviasi,
minimal maksimal dan Bivariate menggunakan uji t. Hasil Penelitian terdapat penurunan
tekanan darah sistole dan diastole, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok
control. Terdapat perbedaan penurunan tekanan darah pada kedua kelompok yang signifikan
(p value 0.001). Pengaruh terapi relaksasi napas dalam terhadap tekanan darah kelompok
eksperiman (p value 0.001) lebih besar dibandingkan kelompok control (p value 0.011).
Kesimpulan terapi relaksasi napas dalam menurunkan tekanan darah pasien lansia dengan
hipertensi di Puskesmas Pasundan Samarinda.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan Peneliti dalam penelitian ini menggunakan
pada bulan Mei tahun 2017 dengan penatalaksanaan nonfarmakologis terapi
melakukan wawancara terhadap petugas relaksasi nafas dalam untuk menurunkan
kesehatan di Puskesmas Pasundan tekanan darah pada penderita hipertensi,
menjelaskan bahwa penyakit hipertensi dikarenakan terapi relaksasi nafas dalam
banyak diderita oleh lansia dan selama ini dapat dilakukan secara mandiri, relatif
pengobatan yang dilakukan adalah mudah dilakukan dari pada terapi
pengobatan farmakologis yaitu dengan nonfarmakologis lainnya, tidak
memberikan obat anti hipertensi karena membutuhkan waktu lama untuk terapi,
belum pernah dilakukan pengobatan non dan dapat mengurangi dampak buruk dari
farmakologis yang bertujuan untuk terapi farmakologis bagi penderita
membantu mempercepat penurunan hipertensi. Berdasarkan hasil pengamatan
tekanan darah pada lansia. peneliti di Puskesmas Pasundan, pasien
lansia yang memiliki penyakit hipertensi
Peran perawat dalam pemberian asuhan
dan berobat ke Puskesmas hanya diberikan
keperawatan adalah membantu penderita
obat penurun tekanan darah tanpa ada
hipertensi untuk mempertahankan tekanan
tindakan non farmakologi yang sebenarnya
darah pada tingkat optimal dan
bisa dilakukan untuk membantu
meningkatkan kualitas kehidupan secara
mempercepat penurunan tekanan darah
aksimal dengan cara memberi intervensi
pasien lansia.
asuhan keperawatan, sehingga dapat
terjadi perbaikan kondisi kesehatan. Salah
satu tindakan yang dapat diberikan untuk
METODE
menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi adalah terapi relaksasi nafas Penelitian ini termasuk pada penelitian
dalam (deep breathing) (Izzo, 2008). quasi eksperimen, dengan rancangan two
Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep group pretest - posttest. Populasi pada
breathing) pada sistem pernafasan berupa penelitian ini adalah seluruh pasien lansia
suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi yang menderita hipertensi di Puskesmas
pernafasan dengan frekuensi pernafasan Pasundan Samarinda tahun 2016 sebanyak
menjadi 6-10 kali permenit sehingga 1.227 orang. Adapun teknik pengambilan
terjadi peningkatan regangan sampel dalam penelitian ini menggunakan
kardiopulmonari (Izzo et al, 2008). rumus proporsi dengan jumlah sampel
sebanyak 32 lansia. dimana kelompok
Rusni M dan Annaas Budi S, Terapi Relaksasi Nafas Dalam Mempengaruhi Tekanan Darah 122
pada Pasien Lansia dengan Hipertensi
intervensi terdiri dari 16 lansia dan Uji analisis data yang digunakan adalah uji
kelompok kontrol terdiri dari 16 lansia. paired t-test untuk melihat perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian
perlakuan. Sedangkan untuk melihat
ini yaitu bersedia menjadi responden dan
perbedaan rata-rata tekanan darah pada
lansia hipertensi dengan tekanan darah
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dibawah 180/100 mmHg. Adapun kriteria
setelah adanya perlakuan maka digunakan
eksklusi dalam penelitian ini pasien lansia
uji t independent.
yang berumur > 70 tahun pasien lansia
yang tidak dapat diajak komunikasi dan Sebelumnya, dilakukan uji normalitas
tidak kooperatif, pasien dengan kondisi sebagai dasar untuk mengetahui apakah
penyakit hemoptysis, penyakit jantung, data berdistribus normal ataukah tidak. Uji
serangan asma akut, deformitas struktur normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk.
dinding dada dan tulang belakang, nyeri
meningkat, sakit kepala (pusing) dan
kelelahan. Tekanan darah diukur 15 menit
setelah dilakukan relaksasi nafas dalam
(Irawan, 2015).
Berdasarkan data di atas dapat dilihat 0,05 demikian juga tekanan darah diastol
bahwa nilai Berdasarkan data di atas dapat menit ke 15 memiliki nilai signfikan > α
dilihat bahwa skor tekanan darah sistol 0,05 yang menunjukkan bahwa seluruh
menit ke 15 memiliki nilai sigifikan > ∝ varians data adalah homogen sehingga
dapat dilanjutkan ke statistik parametric.
2. Analisa Bivariat
a. Perbedaan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Kelompok Eksperimen menit ke 1 ke
menit ke 15
Tabel 4 Perbedaan Pre and Post Tekanan Darah Sistole dan Diastole
Pada Kelompok Eksperimen
Grafik 1 Perbedaan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Pada Kelompok Eksperimen
b. Perbedaan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Kelompok Kontrol menit ke 1 ke menit ke
15
Tabel 5. Perbedaan Pre and Post Tekanan Darah Sistole dan Diastole
Pada Kelompok Kontrol
200 153.75
147.06
150
90.69 85.25 Pre
100
Post
50
0
Sistole Diastole
Grafik 2 Perbedaan Tekanan Darah Sistole dan Diastole Pada Kelompok Kontrol
c.Perbedaan Tekanan Darah Sistol dan Diastol Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Pengukuran Menit Ke 15
Kelompok Mean 95% P
CI value
Sistol Eksperimen -5.125 -7.625 0.001
Kontrol --
2.625
Diastol Eksperimen -2.250 -3.936 0.011
125 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 2, Maret 2018, hlm : 119 - 128
Kontrol --
0.564
141.88 147
150
50 Kontrol
0
Sistole Diastole
Grafik 3. Perbedaan Tekanan Darah Sistol dan Diastol Pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
ibu rumah tangga yang tiada hentinya tekanan darah dan dapat mengurangi
melaksanakan pekerjaannya. reaksi stress simpatis, penurunan rangsang
emosional dan penurunan rangsang pada
2. Perbedaan Sistolik dan Diastolik Pada
area hipotalamus bagian anterior (Guyton,
Kelompok Eksperimen
2010).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
3. Perbedaan Sistolik dan Diastolik Pada
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
Kelompok Kontrol
rata-rata tekanan darah sistole pada
kelompok eksperimen menit ke 1 ke menit Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
ke 15 ditunjukkan dengan nilai p value bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
0.000 dimana rata-rata tekanan darah rata-rata tekanan darah sistole pada
sistole menit ke 1 adalah 150.75 dan kelompok kontrol menit ke 1 ke menit ke
setelah diberikan relaksasi napas dalam 15 ditunjukkan dengan nilai p value 0.000
dan diukur tekanan darah menit ke 15 dimana rata-rata tekanan darah sistole
turun menjadi 141.31 atau terjadi menit ke 1 adalah 153.75 dan setelah
penurunan rata-rata tekanan darah sebesar diberikan istirahat dan diukur tekanan
9.438. sedangkan hasil pengukuran distole darah menit ke 15 turun menjadi 147.06
juga terdapat perbedaan yang signifikan atau terjadi penurunan rata-rata tekanan
rata-rata tekanan darah diastole pada darah sebesar 6.688. sedangkan hasil
kelompok eksperimen menit ke 1 ke menit pengukuran distole juga terdapat
ke 15 ditunjukkan dengan nilai p value perbedaan rata-rata tekanan darah diastole
0.000 dimana rata-rata tekanan darah pada kelompok eksperimen menit ke 1 ke
diastole menit ke 1 adalah 91.19 dan menit menit ke 15 ditunjukkan dengan nilai p
ke 15 turun menjadi 83.44 atau terjadi value 0.000 dimana rata-rata tekanan darah
penurunan sebesar 7.750. diastole menit ke 1 adalah 90.69 dan menit
ke 15 turun menjadi 85.25 atau terjadi
Hasil diatas menunjukkan bahwa praktek
penurunan sebesar 5.438.
tehnik relaksasi napas dalam memberikan
efek penurunan tekanan darah dan Hasil diatas menjelaskan bahwa istirahat
menunjukkan penurunan yang signifikan, juga dapat menurunan tekanan darah pada
hal ini disebabkan kerja teknik relaksasi pasien hipertensi. Benson (2010)
tersebut langsung dirasakan pada menit ke menjelaskan bahwa pada saat istirahat
15 setelah perlakuan. Tehnik relaksasi akan merangsang hormon. Hormon-
napas dalam membantu mengontrol hormon utama yang diatur oleh hipofisis
127 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 2, Maret 2018, hlm : 119 - 128
2015 dengan judul penelitian pengaruh Budi, Ls., Sulchan, HM., Wardani, RS.
2007. Beberapa Faktor yang
relaksasi napas dalam terhadap penurunan
Berhubungan dengan Tekanan Darah
tekanan darah pada pasien hipertensi di pada Usia Lanjut di RW VIII
Kelurahan Krobokan Kecamatan
Puskesmas Dasan Agung Mataram
Semarang Barat Kota Semarang.
menunjukkan bahwa ada perbedaan Abstrak. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
tekanan darah sistole dan diastole antara
Muhammadiyah Semarang.
kelompok eksperimen dan kelompok
Guyton A, Hall Jhon. 2010. Buku Ajar
kontrol dimana teknik relaksasi yang Fisiologi Kedokteran. Irawati
diberikan kepada pasien hipertensi, dapat Setiawan (Penterjemah). EGC,
Jakarta
menurukan tekanan darah baik sistole dan
Izzo, Joseph L,. Sica, Domenic,. & Black,
diastole dengan nilai p < 0,05 yaitu p =
Hendry R. 2008. Hypertension
0,001 dibandingkan dengan kelompok Primer: The essentials of High Blood
Pressure Basic Science, Population
kontrol dengan nilai p > 0,05 yaitu p =
Science, and Clinical Philadelphia.
0,358 untuk sistole dan dengan p > 0,05 USA. Lippincott Williams & Wilkins
yaitu p = 0,44375 untuk diastole. Nugroho, Wahjudi. 2010. Keperawatan
Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
Price, L. 2006, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. EGC.
SIMPULAN Jakarta.
Pemberian Relaksasi nafas dalam dapat Rosta, J. 2011. Hubungan Asupan Energi,
Protein, Lemak, Dengan Status
menurunkan tekanan darah sistole dan
Gizi Dan. Tekanan Darah Geriatri
diastole pada lansia dan terdapat Dipanti Wreda Surakarta. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah
perbedaan signifikan antara kelompok
Surakarta
eksperimen dan kelompok kontrol dengan
Wahyuni dan Eksanoto, D. 2013.
nilai p value: 0,001. Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Jenis Kelamin dengan Kejadian
Hipertensi di Kelurahan Jagalan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pucang
DAFTAR RUJUKAN Sawit Surakarta. Jurnal Ilmu
Benson. R. C (2008) Relaksasi Nafas Keperawatan Indonesia. 1 (1) :79-
Dalam dan manfaatnya. EGC. 85
Jakarta
PENURUNAN TEKANAN DARAH DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK
NAFAS DALAM (DEEP BREATHING) PADA PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
130
Rini Tri Hastuti, Penurunan Tekanan Darah Dengan Menggunakan 131
PENDAHULUAN
Penyakit darah tinggi atau wanita. Angka ini kemungkinan akan
hipertensi merupakan suatu gangguan meningkat menjadi 29,2% di tahun
pada pembuluh darah yang 2025. Penyakit tekanan darah tinggi
mengakibatkan suplai oksigen dan atau hipertensi telah membunuh 9,4
nutrisi yang dibawa oleh darah juta warga dunia setiap tahunnya
terhambat sampai ke jaringan tubuh (WHO, 2012). Penyakit hipertensi
yang membutuhkan. Hipertensi sering menjadi penyebab kematian di seluruh
kali disebut sebagai pembunuh gelap dunia, yaitu sekitar 13% dari total
(Silent Killer), karena termasuk kematian (Murti, 2011).
penyakit yang mematikan tanpa disertai Berdasarkan penelitian oleh
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu Elrita Tawang, 2013 tentang Pengaruh
sebagai peringatan bagi penderitanya teknik relaksasi napas dalam terhadap
(Wolf, 2006). Hipertensi adalah perubahan tekanan darah pada
tekanan darah dalam batas tidak normal penderita hipertensi sedang-berat,
dimana tekanan sistolik ≥ 140 mmHg menunjukkan bahwa teknik relaksasi
dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg napas dalam dapat menurunkan
(Depkes RI, 2007). tekanan darah pada penderita
Hipertensi adalah suatu keadaan hipertensi sedang-berat (Tawang E,
dimana tekanan darah meningkat 2013).
melebihi batas normal. Batas tekanan Studi pendahuluan yang
darah normal bervariasi sesuai dengan dilakukan peneliti terhadap 10 pasien
usia. Berbagai faktor dapat memicu dengan hipertensi yang memeriksakan
terjadinya hipertensi, walaupun dirinya di Puskesmas Bendosari
sebagian besar (90%) penyebab Sukoharjo. Hasil studi pendahuluan
hipertensi tidak diketahui (hipertensi menunjukkan bahwa upaya yang
essential). Penyebab tekanan darah dilakukan oleh pasien hipertensi untuk
meningkat adalah peningkatan menurunkan tekanan darah adalah
kecepatan denyut jantung, peningkatan dengan minum obat anti hipertensi,
resistensi (tahanan) dari pembuluh mengurangi konsumsi garam dan
darah dari tepi dan peningkatan volume belum pernah melakukan tehnik
aliran darah (Kurniawan, 2002). relaksasi nafas dalam untuk
Badan penelitian kesehatan menurunkan tekanan darah.
dunia WHO pada tahun 2012 Berdasarkan data di Puskesmas
menunjukkan, di seluruh dunia sekitar Bendosari bahwa pada tahun 2009
982 juta orang atau 26,4% penghuni jumlah penderita hipertensi sebanyak
bumi mengidap hipertensi dengan 1.366, tahun 2010 sebanyak 911, tahun
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% 2011 sebanyak 842, tahun 2012
132 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, No 2,November 2015, hlm 82- 196
DAFTAR RUJUKAN
Anderson. (2006). Breathe deep to
lower blood pressure, doc says,
Experiment suggests slow
breathing helps break down the
salt we eat.
http://www.msnbc.msn.com/id/1
4 122841/. Diakses Tanggal
22 Desember 2014.
Evelyn. Pearce. (2011). Buku Anatomi
dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta : Gramedia.
Heryanto. (2004). National Safety
Council. Manajemen Stress,
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Murti, Ismonah, dan Wulandari,
(2011). Perbedaaan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi
esensial sebelum dan sesudah
pemberian relaksasi oto progresif
di RSUD. Tugurejo.Semarang.
Stikes Telogorejo Semarang.
Notoatmojo S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan. Cetakan
pertama, Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Wolf, H.P. (2006). Hipertensi :
Cara Mendeteksi Dan
Mencegah Tekanan Darah
Tinggi Sejak Dini. Alih bahasa
Lily Endang Joe liani. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Yundini, (2006). Faktor Risiko
Hipertensi. Jakarta: Warta
Pengendalian Penyakit Tidak
Menular.
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(2), Mei 2018, 354-359
Abstrak
Penyakit degeneratif menjadi masalah besar pada lansia. Salah satu penyakit degeneratif adalah
hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ vital seperti jantung, otak
dan ginjal. Terapi napas dalam merupakan intervensi keperawatan yang dapat memperlama siklus
pertukaran gas di paru-paru, meningkatkan kadar oksigen dalam darah, mempertahankan saraf
simpatis dalam keadaan homeostasis, meningkatkan kerja dari baroreseptor yang akan memberikan
impuls aferen menuju pusat jantung yang akan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis
selanjutnya akan merangsang pelepasan hormon asetilkolin yang dapat menurunkan denyut jantung
serta membuat tubuh menjadi rileks sehingga memungkinkan untuk menurunkan tekanan darah.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh dari terapi napas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso. Penelitian
ini menggunakan desain quasi eksperimen pre post test with own group control design. Teknik sampel
menggunakan consecutive sampling dengan 45 orang responden. Pada sejumlah responden tersebut
dilakukan dua kali pengamatan yaitu sebagai data kontrol dan sebagai data intervensi, keduanya
dilakukan selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terapi napas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Unit Abiyoso (p-value 0.000 (sistol), 0.016 (diastol); CI 95%). Kesimpulan penelitian
menunjukan terapi napas dalam memiliki pengaruh dalam penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi.
Abstract
[The Influence Of Deep-Breathing Therapy In The Decrease Of Blood Pressure In Elderly People
With Hypertension In Unit Abiyoso Of Tresna Werdha Social Service Hall] Degenerative diseases
had become a big matter for the elderly. One of them is hypertension. Hypertension can cause damage
in vital organs such as heart, brain, and kidneys. Deep-breathe therapy is a nursing intervention that
can prolong the gas exchange cycle in lungs, increasing oxygen flow in blood, maintain sympathetic
nerves in homeostasis state, increase the work of baroreceptor which will give aferen impulse to the
center of the heart, which will increase the parasympathetic nerve system, then stimulate the release
of asetilkolin hormone that can lower the heartbeat and relax the body, making it possible for blood
pressure to decrease. Objective this research Determining the impact of breathing therapy on
decreasing blood pressure in elderly people with hypertension in Tresna Werdha Social house,
Abiyoso Unit. This research is using the design of quasi-experiment with pre post test with own group
control. The sampling technique is consecutive sampling with 45 respondents. In some of them, two
observations were done, one as data control and another as intervention data, both were executed in
three days. The result of the research shows the proof of breathing thereapy influence in the decrease
of blood pressure in Unit Abiyoso of Tresna Werdha Social Service Hall (p-value 0.000 (sistol), 0.012
(diastol); CI 95%). Conclusion this research is deep-breathe therapy can influence the decrease of
blood pressure in elder people with hypertension.
Article info : Sending on March 7, 2018; Revision on April 30, 2018; Accepted on Mei 27, 2018
-------------------------------------------------------------
*) Corresponding author
E-mail: cornelia.nekada@gmail.com
354
Copyright ©2018, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5 (2), Mei 2018, 354-359
355
Copyright ©2018, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5 (2), Mei 2018, 354-359
sedangkan sisanya menderita hipertensi derajat 2, antara tekanan darah diastole pada pengamatan
sedangkan untuk kategori tekanan darah diastole, kontrol hari pertama dan hari ketiga.
sebanyak 18 orang (40%) menderita prahipertensi
sedangkan 6 orang (13,3%) menderita hipertensi c. Perubahan Tekanan Darah pada Pengamatan
derajat 1. Intervensi Hari Ketiga dan Keenam
meningkatkan risiko terkena hipertensi. Hal ini namun tidak signifikan. Penelitian ini sesuai dengan
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, penelitian yang dilakukan oleh Suwardiyanto (2011)
pembuluh darah dan hormon. yang mengatakan bahwa tekanan darah yang
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa meningkat mengalami gangguan yang menetap
usia berkontribusi terhadap kejadian hipertensi. karena adanya kompensasi dari curah jantung dalam
Semakin bertambah usia maka semakin rentan proses homeostasis untuk mempertahankan
seseorang terkena hipertensi. Hal ini terjadi karena keseimbangan sistem.
proses menua dan penurunan fungsi pada berbagai
organ. Tekanan darah pada lansia cenderung lebih d. Perubahan Tekanan Darah pada
tinggi diakibatkan oleh perubahan fisiologis terkait Pengamatan Intervensi Hari Ketiga dan
dengan sistem kardiovaskular yang dialami oleh Keenam
lansia. Perubahan tersebut meliputi pengurangan Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa
jumlah sel alat pacu jantung, peningkatan terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah
penimbunan lemak, kolagen dan serat elastin sistol dan diastol responden pada pengamatan
disekitar SA Node. intervensi. Hal ini membuktikan bahwa terapi napas
Perubahan juga terjadi pada lapisan pembuluh dalam terbukti efektif untuk menurunkan tekanan
darah. Lapisan pembuluh darah pada lansia lebih darah pada lansia dengan hipertensi. Napas dalam
kaku dibandingkan pada orang dewasa sehingga akan dapat membantu mengurangi sekresi hormon kortisol
mengganggu proses vasokonstriksi dan vasodilatasi berlebih sehingga dapat mengurangi frekuensi denyut
dari pembuluh darah. Lansia juga mengalami jantung dan tekanan darah (Devinta, 2014).
penurunan mekanisme barorefleks yang merupakan Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
proses fisiologis untuk mengatur tekanan darah. yang dilakukan oleh Putra (2013) yang mengatakan
Penurunan fungsi pada berbagai organ salah satunya bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang
ginjal dapat memicu terjadinya hipertensi. Penuaan signifikan sesudah dilakukan terapi napas dalam
pada ginjal menyebabkan retensi natrium sehingga selama 24 jam pada penderita hipertensi. Penurunan
terjadi peningkatan cairan dalam tubuh yang dapat tekanan darah terjadi karena adanya mekanisme
menyebabkan peningkatan curah jantung yang kontrol sistem saraf pernapasan yang mempengaruhi
memicu peningkatan tekanan darah. kecepatan denyut jantung dan perubahan tekanan
darah menyesuaikan agar sebanding dengan
b. Jenis Kelamin kecepatan pernapasan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari
seluruh total responden adalah 60% perempuan dan e. Pengaruh Terapi Napas Dalam terhadap
40% laki-laki. Hasil pengamatan selama penelitian Perubahan Tekanan Darah
diperoleh data bahwa kejadian hipertensi lebih sering Hasil penelitian ini menunjukkan tekanan
terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki- darah sistol responden sebelum dan setelah dilakukan
laki. Perempuan memiliki risiko terkena hipertensi terapi napas dalam didapatkan hasil P Value 0,000 <
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki karena 0,05. Artinya ada perbedaan yang bermakna antara
perubahan pasca menopause yang terjadi pada tekanan darah sistol responden sebelum dan setelah
perempuan. Perubahan ini meliputi penurunan dilakukan terapi napas dalam. Tekanan darah diastole
hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi sebelum dan setelah dilakukan terapi napas dalam
sebagai proteksi dari tonus pembuluh darah. didapatkan hasil P Value 0,016 < 0,05. Artinya ada
Berkurangnya hormon estrogen dan progesteron pada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah
lansia perempuan pasca menopause dapat diastole sebelum dan setelah dilakukan terapi napas
menyebabkan penurunan proteksi tonus pembuluh dalam. Adanya perbedaan tekanan darah sistol
darah yang menyebabkan peningkatan tahanan maupun diastole disebabkan karena adanya perlakuan
perifer yang menyebabkan peningkatan tekanan terapi napas dalam, bukan karena adanya faktor lain
darah. yang berpengaruh selama pengamatan seperti faktor
usia dan jenis kelamin serta konsumsi obat anti
c. Perubahan Tekanan Darah pada Pengamatan hipertensi.
Kontrol Hari Pertama dan Hari Ketiga Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dilakukan oleh Devinta (2014) yang mengatakan
tekanan darah sistolik dan diastolik pada pengamatan bahwa ada penurunan tekanan darah pada kelompok
kontrol tidak memiliki perbedaan yang bermakna. intervensi setelah dilakukan tarik napas dalam, yaitu
Beberapa responden pada saat pengamatan kontrol rata-rata 183/110 mmHg sebelum intervensi turun
mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan menjadi rata-rata 137/88 mmHg setelah dilakukan
dengan pengukuran sebelumnya, kemungkinan intervensi. Peningkatan tekanan darah disebabkan
penderita mengalami peningkatan ketegangan secara oleh sekresi hormon berlebih. Hormon kortisol dapat
fisik maupun psikis yang mempengaruhi tekanan menyebabkan retensi natrium serta meningkatkan
darahnya (Putra, Widodo, Kartina, 2013), ada juga efek kotekolamin yang dapat meningkatkan denyut
responden yang mengalami penurunan tekanan darah jantung dan tekanan darah. Napas dalam dapat
357
Copyright ©2018, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5 (2), Mei 2018, 354-359
358
Copyright ©2018, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5 (2), Mei 2018, 354-359
pada Pasien Inpartu Kala I Fase Laten di Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di
RSKDIA Siti Fatimah Makassar”. Jurnal Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten
Kesehatan. Volume 7 no 2 Magetan”. Skripsi. Universitas
JNC 8. (2014). The Eight Report of the Joint Muhammadiyah Surakarta
National Committee on Prevention, Detection, RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Evaluation, and Treatment of High Blood Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Pressure. U.S Department of Health and Smeltzer, S.C., Bare., B.G., Hinkle., J.L., dan
Human Services Cheever, K.H. (2010). Brunner & Suddarth’s
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Textbook of Medical-Surgical Nursing. China
Infodatin Pusat Data dan Informasi : Wolter Kluwer Health / Lippincott Williams
Kementerian Kesehatan RI : Situasi dan & Wilkins
Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Kementrian Snyder, M & Lindquist, R. (2009). Complementary
Kesehatan Republik Indonesia & Alternative Therapies in Nursing. Newyork
Komnas Lansia. (2010). Pedoman Pelaksanaan USA : Hamilton Printing
Posyandu Lanjut Usia. Jakarta : Komisi Stanley, M dan Beare, P, G. (2006). Buku Ajar
Nasional Lanjut Usia Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Martiningsih. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Sugiharto, A, Hadisaputro, S, dan Adi, M.S. (2007).
Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada
Primer pada Pasien di Poliklinik Penyakit Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten
Dalam RSUD Bima Ditinjau Dari Perspektif Karanganyar). Thesis. Universitas Diponegoro
Keperawatan Self-Care Orem. Thesis. Semarang
Universitas Indonesia Sugiharto, A, Hadisaputro, S, dan Adi, M.S. (2007).
Miller, C.A. (2012). Nursing for Wellness in Older Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada
Adults. China : Wolter Kluwer Health / Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten
Lippincott Williams & Wilkins Karanganyar). Thesis. Universitas Diponegoro
Muttaqin, A. (2014). Buku Ajar Keperawatan Klien Semarang
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Suselo. (2010). Efektivitas Terapi Musik terhadap
Hematologi. Jakarta : EGC Penurunan Tanda-Tanda Vital pada Pasien
National Institutes of Health. (2015). Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah
Complementary and Alternative, or Jayapura. Thesis. Universitas Indonesia
Integrative Health : What’s In a Name?. U.S Suwardianto, H, Kurnia, E. (2011). “Pengaruh
Department of Health & Human services Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep
Nekada, C.D.Y, Roesli, R.M.A, dan Sriati, A. Breathing) terhadap Perubahan Tekanan
(2014). Pengaruh Gabungan Relaksasi Napas Darah pada Penderita Hipertensi di Puskesmas
dan Otot Progresif Terhadap Komplikasi Kota Wilayah Selatan Kota Kediri”. Jurnal
Intradialisis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro STIKES RS. Baptis Kediri. Volume 4 no 1
Klaten. The First International Conference on Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan
Nursing (ICON) 2015, Nursing Department, Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa Teori
Brawijaya University. dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Putra, E.K, Widodo, A, Kartinah (2013). “Pengaruh World Health Organisation. (2015). Global Health
Latihan Napas Dalam terhadap Perubahan Observatory (GHO) Data. Geneva : WHO
359
Copyright ©2018, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167
Abstrak. Hipertensi merupakan salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang
memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Tekanan darah tinggi pada pasien
hipertensi dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan non farmakologis. Salah satu terapi
non farmakologis adalah terapi relaksasi napas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas terapi relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien dengan hipertensi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan hipertensi
di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi KabupatenPekalongan sebanyak 20 responden. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non-random (non probability)
Sampling dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat penurunan tekanan darah respondensetelah diberikan terapi relaksasi nafas
dalamyaitu tekanan darah sistolik sebesar 18,46 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar
6,54 mmHg. Analisis statistik dengan menggunakan paired sample T-test dengan tingkat
kepercayaan yang diambil sebesar 95% dengan r 5% (0,05), didapatkan nilai Œvalue
tekanan darah sistolik 0,001 dan Œvalue tekanan darah diastolik 0,001. Hal ini menunjukkan
terapi relaksasi napas dalam efektif menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.
Penelitian ini merekomendasikan terapi relaksasi napas dalam efektif digunakan dalam
menurunkan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada pasien hipertensi.
Kata Kunci: relaksasi, nafas dalam, tekanan darah, hipertensi