Anda di halaman 1dari 132

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN


HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SEKAYU
TAHUN 2021

Oleh ;
UMI NUR ASTUTIK
19.14201.91.16

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN
HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SEKAYU
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memeroleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh ;

UMI NUR ASTUTIK


19.14201.91.16

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, 04 agustus 2021

UMI NUR ASTUTIK

Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien


Hemodialisa Di RSUD Sekayu Musi Banyuasin Tahun 2021
(xviii, 80 halaman,17 tabel,1 gambar,5 lampiran)

Secara global kejadian gagal ginjal kronik lebih dari 500 juta orang dan yang
harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisa) adalah 1,5
juta orang. Proses Hemodialisis di Rumah Sakit dapat menimbulkan stres psikologis
(kecemasan) dan fisik yang mengganggu sistem neurologi seperti kelemahan, fatigue,
kecemasan, penurunan kosentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Musi Banyuasin 2021.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan
crossectional dengan menggunakan uji analisa data Chi Square . Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh pasien yang rutin menjalani hemodialisa setiap bulan.
Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik total sampling dengan jumlah
sampel 33 responden. Dari hasil penelitian diperoleh hasil ada hubungan antara
pengetahuan, dukungan keluarga dan lama menjalani hemodialisa dengan tingkat
kecemasan pasien Hemodialisa dengan tingkat kemaknaan nilai p value dibawah
(<0,05). Sedangkan untuk usia dan jenis kelamin diperoleh hasil tidak ada hubungan
dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisa dengan nilai p value (>0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisa adalah faktor pengetahuan, dukungan keluarga
dan lama menjalani hemodialisa. Oleh karenanya untuk mengurangi tingkat
kecemasan klien diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan klien
dengan pemberian informasi, edukasi (KIE), dengan jalan menggalakkan program
penyuluhan-penyuluhan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

Kata Kunci : hemodialisa, tingkat kecemasaan, pasien GGK


Daftar pustaka : 57 (2010-2020)

iii
ABSTRACT
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
BINA HUSADA PALEMBANG
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, 04 nd August 2021

UMI NUR ASTUTIK


Factors Associated with Anxiety Levels in Hemodialysis Patients at Sekayu Musi
Banyuasin Hospital in 2021
(xviii, 80 page,17 table,1 image,5 attachments)

Globally, the incidence of chronic kidney failure is more than 500 million people
and 1.5 million people have to live a life dependent on dialysis (hemodialysis). The process
of hemodialysis in hospitals can cause psychological (anxiety) and physical stress that
interferes with the neurological system such as weakness, fatigue, anxiety, decreased
concentration. This study aims to determine the factors associated with the level of anxiety in
hemodialysis patients at the Sekayu Musi Banyuasin Regional General Hospital 2021.
The research design used is descriptive, with a cross-sectional approach using Chi
Square data analysis test. The population of this study were all patients who routinely
undergo hemodialysis every month. The sampling technique was carried out with a total
sampling technique with a sample of 33 respondents. From the results of the study, it was
found that there was a relationship between knowledge, family support and duration of
hemodialysis with the anxiety level of hemodialysis patients with the significance level of the
p value below (<0.05). Meanwhile, for age and gender, the results showed that there was no
relationship with the anxiety level of hemodialysis patients with p value (> 0.05).
The conclusion of this study is that the factors associated with the anxiety level of
hemodialysis patients are knowledge, family support and length of time undergoing
hemodialysis. Therefore, to reduce the client's anxiety level, it is expected that health workers
will further increase client knowledge by providing information, education (KIE), by
promoting counseling programs that can improve optimal health status.

Keywords: hemodialysis, anxiety level, CKD patients


References : 57 (2010-2020)

iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. BIODATA
Nama : Umi Nur Astutik
Tempat, tanggal lahir : Bangun Mulyo, 25 Agustus 1990
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat tempat tinggal : Jalur 01 Kayuara RT 003 RW 002 Sekayu Musi
Banyuasin
No. Telp : 081276700440
Email : uminurastutik@gmail.com
Nama orang tua :
- Ayah : Saring
- Ibu : Supriyanti

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


1. Tahun 1996-2002 : SD N 1 Bangun Mulyo
2. Tahun 2002-2005 : SMP N 1 Kurungan Nyawa
3. Tahun 2005-2008 : SMA N 1 Buay Madang
4. Tahun 2008-2011 : DIII Akper Depkes Baturaja

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakanku, dan selalu mendukungku;
Suami serta anak-anakku tercinta yang selalu mendoakan dan mensupportku;
Para dosen-dosen yang dengan sabar membimbing dan mengajariku;
Sahabat-sahabat yang tidak mengeluh untuk membantuku.

Motto:
Semua butuh proses, Jika ada kemauan pasti ada jalan.

Jalani prosesnya dan nikmati hasilnya.

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-nya yang tiada henti diberikan kepada hambaNya. Salam dan Sholawat

tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat,

dan para pengikutnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang berjudul ”Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan

pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021”

dapat terselesaikan dengan baik yang sekaligus menjadi syarat untuk

menyelesaikan studi di Prodi Keperawatan STIK Bina Husada Palembang.

Especially kupersembahkan karya ini kepada Ayahanda Saring dan Ibunda

Supriyanti serta Suamiku tercinta Hery Irwanto, Anak-anak tersayang (Fhadilla &

Fatih), terima kasih atas segala dukungan moril, materil, dan doa di setiap

hembusan nafas beliau, kasih sayang tulus yang tak akan tertandingi oleh siapapun

dan apapun.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisannya. Dengan demikian penulis sangat

mengharapkan masukan yang membangun berupa kritik dan saran yang bersifat

sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

ix
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,

bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes selaku Plt. Ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ners STIK Bina Husada Pelembang.

3. dr. Makson Parulian Purba, MARS selaku Direktur RSUD Sekayu.

4. dr. Syahpri Putra Wangsa, SpPD selaku Ka.Instalasi Hemodialisa RSUD

Sekayu yang telah memberikan izin tempat untuk melakukan penelitian.

5. dr. Lita selaku dokter penanggung jawab ruang Hemodialisa RSUD Sekayu

yang selalu siap membantu dalam segala hal dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Mareta Akhriansyah, S.Kep, Ners, M.Kep selaku pembimbing yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Raden Surahmat, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep Selaku penguji I yang telah

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Aris Citra Wisuda, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep, Selaku penguji II yang

telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Perawat serta Pasien Hemodialisa RSUD Sekayu yang selalu siap

membantu.

10. Kepala Ruang Medang Ns. Aryadi, S.Kep dan Team Satu Shift (Dicky

Saputra Amd.Kep , Ns. Andri Andika, S.Kep , Fitri Apriyani AM.Kep ,

Fatimah Oktarina Amd.Kep, dan sahabat-sahabat yang lain yang telah

x
memberikan semangat, yang selalu siap membantu, dan yang selalu siap

menemani dalam menyusun skripsi ini.

11. Serta tak lupa untuk seluruh Satu Almamater Reguler B2 Bina Husada

Palembang yang selalu saling support sampai ditahap akhir. thanks you so

much.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta hidayah nya.

Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan bagi kita semua,

Aamiin .

Palembang, 04 Agustus 2021

Penyusun

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ABSTRAK ............................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................................................. vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH .................................. ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1 Konsep Ginjal Kronik ............................................................................... 9
2.2 Konsep Hemodialisa ................................................................................. 16
2.3 Tingkat Kecemasan .................................................................................. 22
2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 37
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 37
3.2 Lokasi dan waktu penelitian ...................................................................... 37
3.3 Populasi dan sampel .................................................................................. 37
3.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 41
3.5 Definisi Operasional ................................................................................. 42
3.6 Hipotesis ................................................................................................... 44
3.7 Pengumpulan data ..................................................................................... 45
3.8 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 46
3.9 Tehnik Pengolahan Data ........................................................................... 50
3.10 Analisis Data ........................................................................................... 54
3.11 Etika Penelitian ......................................................................................... 55
3.12 Kerangka Kerja ......................................................................................... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 58
4.1 Profil Ruang Hemodialisa RSUD Sekayu ................................................. 58
4.2 Hasil Analisa Data .................................................................................... 59
4.2.1 Analisis Univariat ........................................................................... 59

xii
4.2.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 64
4.3 Pembahasan .............................................................................................. 70
4.3.1 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Yang Mengalami Tingkat Kecemasan ............................................... 70
4.3.2 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Usia dengan Tingkat kecemasan .................................... 71
4.3.3 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Jenis kelamin dengan Tingkat kecemasan ...................... 72
4.3.4 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Pengetahuan dengan Tingkat kecemasan........................ 73
4.3.5 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Dukungan keluarga dengan Tingkat kecemasan ............ 75
4.3.6 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Lama menjalani Hemodialisa
dengan Tingkat kecemasan ................................................................ 77
4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 78
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79
5.1 Simpulan .............................................................................................. 79
5.2 Saran .................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Rentan respon ansietas .............................................................................. 25


Bagan 2.2 Kerangka Teori ........................................................................................ 36
Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian ....................................................................... 42
Bagan 3.2 Kerangka kerja .......................................................................................... 58

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian ginjal ............................................................................. 11

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ............................................................. 14


Tabel 2.3 Indikator alat ukur dukungan keluarga .................................................... 34
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................... 43
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner dukungan keluarga .......................................................... 51
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Tingkat Kecemasan
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 59
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Usia
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 60
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 61
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 61
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pekerjaan pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 62
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 62
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 63
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Hemodialisa
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ................................................ 63
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Usia Dengan tingkat
kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021 ................................................................................... 64
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan tingkat
kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021 ........................................................................................... 66
Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Pengetahuan responden
Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu Tahun 2021 ................................................................................. 67
Tabel 4.12 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021 ........................................................................................... 68
Tabel 4.13 Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisa
Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu Tahun 2021 ................................................................................. 69

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat persetujuan menjadi responden


Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Tabulasi Data
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 mengemukakan bahwa

angka kejadian Gagal Ginjal Kronik (GGK) telah meningkat 50% dari tahun

sebelumnya, secara global kejadian gagal ginjal kronik lebih dari 500 juta orang dan

yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisa) adalah

1,5 juta orang. Prevalensi gagal ginjal kronik bagi World Heath Organization ialah

salah satu permasalahan kesehatan utama di dunia, secara global kurang lebih 1 dari

10 populasi dunia teridentifikasi penyakit ginjal kronis (WHO,2018). Penyakit ginjal

kronis (PGK) telah menjadi suatu epidemi global dengan perkiraan prevalensi 14%

di Amerika Serikat dan 5-15% di seluruh dunia (Nicola dan Zoccali, 2016).

Pada informasi Indonesian Renal Registry (IRR), ada peningkatan tajam

jumlah pasien baru penyakit ginjal. Data tahun 2018 mencatat ada 66.433 pasien,

kemudian tahun 2019 menjadi 69.124 pasien atau ada peningkatan 2.691 pasien.

Pasien yang mengakses layanan hemodialisis (cuci darah) pun meningkat karena

biaya hemodialisis yang ditanggung BPJS sejak 2014. Pada tahun 2019 tercacat ada

185.901 pasien mengakses layanan hemodialisis atau peningkatan sebanyak 50.145

pasien dari tahun 2018 sebanyak 135.486 pasien. (www.cnnindonesia.com).

Penderita dialisis yang alami kecemasan apabila tidak teratasi dengan baik

dan dapat berakibat buruk pada kualitas hidup penderita. Kecemasan dalam jangka

waktu yang lama bakal merangsang stress serta bakal jadi kendala tekanan mental.
2

Sekian banyak dari penderita alami kendala kognitif, seperti kehabisan ataupun

penurunan memori daya ingat, konsentrasi menurun, terjalin kendala fisik, mental,

serta kehidupan sosial yang pengaruhi seluruh kegiatan tiap hari( Mailani, F. 2015).

Aspek lain seseorang tetap alami kecemasan ringan hingga berat terlepas dari

lamanya menempuh hemodialisa, antara lain merupakan tingkatan pengetahuan,

pengalaman pengobatan serta dorongan keluarga. Tingkatan pengetahuan serta

pengalaman bisa menjadikan seorang lebih gampang menyesuaikan diri sehingga

tidak hadapi trauma yang sama dengan sebelumnya. Dorongan keluarga juga

merupakan faktor yang berperan berarti, terus menjadi baik dukungan keluarga

hingga terus menjadi baik seorang buat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya( Kusyati, 2018).

Aditiya (2019) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh usia

terhadap hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani Hemodialisa. Hasil penelitian menunjukkan dari 71 pasien

tingkat kecemasan sebagian besar masuk dalam kategori ringan yaitu 68,5%,

kecemasan sedang 15,7%, kecemasan berat 3,4%, panik 1,1% dan pasien yang tidak

mengalami adalah sebesar 11,2%. Berdasarkan hasil analisis Chi-square didapatkan

hasil Pvalue 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara mekanisme koping

dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa.

Penelitian Manurung (2018) menunjukkan 22 responden, didapati mayoritas

pasien mengalami kecemasan sedang sebanyak 12 orang (54,5%) dan ansietas berat

sebanyak 10 orang (45,5%). Berdasarkan hasil uji Spearman, didapati nilai


3

signifikansi 0,341 (<0,05), maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan usia pasien

dengan kecemasan pasien hemodialisa di RSU HKBP Balige.

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah salah satu Rumah Sakit yang

memiliki ruang hemodialisa di Musi Banyuasin. Berdasarkan data dari Ruang

hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu , jumlah keseluruhan pasien yang

menjalani terapi hemodialisis rata-rata tahun 2021 adalah 85 orang. (sumber buku

registrasi ruangan hemodialisa).

Dari data Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, jumlah pasien

yang menjalani Hemodialisa mengalami peningkatan dalam waktu 3 tahun terakhir.

Jumlah pasien Hemodialisa tahun 2018 sebanyak 2.423 orang, tahun 2019 berjumlah

3.570 orang dan tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 4.183 orang. (Sumber

rekam medis RSUD Sekayu).

Hasil wawancara singkat dengan kepala instalasi ruangan hemodialisa Rumah

Sakit Umum Daerah Sekayu dr. Syahpri Putra Wangsa SpPD (05 April 2021),

mengatakan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis pasti mengalami kecemasan,

sehingga pasien tampak tegang dan gelisah saat menjalani hemodialisis. Selain itu,

hasil wawancara dengan pasien yang akan melakukan terapi Hemodialisa di Ruang

rawat inap Medang, ada dua pasien yang mengatakan cemas sebelum melakukan

Hemodialisa. Ada dua pasien tidak nafsu makan atau hilang nafsu makan jika sudah

tau akan jadwal Hemodialisa rutin. Ada satu pasien yang tidak mau Hemodialisa

dikarenakan waktu yang cukup lama saat menjalankan terapi Hemodialisa.Selain itu

pasien jugamudah kesal, mudah panik, dan pesimis.


4

Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti pada pasien yang menjalani

Hemodialisa diruang rawat inap medang RSUD Sekayu, ditemukan dari 10 pasien

terdapat tiga orang (30%) mengalami kecemasan ringan ditandai dengan pasien

telihat tenangdan sadar akan lingkungan, dua orang (20%) mengalami kecemasan

sedang ditandai dengan tanda-tanda vital meningkat serta mudah tersinggung, empat

orang (40%) mengalami kecemasan berat ditandai dengan menarik diri dan memilih

untuk diam serta satu orang (10%) tidak megalami kecemasan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “ Faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ” .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Hasil survey awal pada pasien rawat inap yang melakukan jadwal rutin terapi

Hemodialisa ditemukan dari 10 pasien terdapat tiga orang (30%) mengalami

kecemasan ringan , dua orang (20%), mengalami kecemasan sedang, empat

orang (40%) mengalami kecemasan berat dan satu orang (10%) tidak megalami

kecemasan.

2. Dari hasil wawancara dengan pasien yang akan melakukan terapi Hemodialisa,

ada beberapa pasien yang mengatakan cemas sebelum melakukan Hemodialisa.

Ada beberapa pasien tidak nafsu makan atau hilang nafsu makan jika sudah tau

akan jadwal Hemodialisa rutin. Ada juga pasien yang tidak mau Hemodialisa
5

dikarenakan waktu yang cukup lama saat menjalankan terapi Hemodialisa.

Selain itu pasien juga mudah kesal, tegang, gelisah, mudah panik dan pesimis.

3. Belum pernah di lakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah

Sekayu.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan peneliti adalah

Apakah Faktor-faktor yang behubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien

hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik (usia, jenis kelamin, dukungan

keluarga, pengetahuan dan lama menjalani Hemodialisa) pada pasien

hemodialisa di RSUD Sekayu

b. Diketahuinya hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pada pasien

hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.


6

c. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada

pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.

d. Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.

e. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.

f. Diketahuinya hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan tingkat

kecemasan pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

tahun 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta mengetahui lebih dekat tentang

kecemasan yang terjadi pada pasien hemodialisis dan dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan pandangan untuk peneliti selanjutnya dengan metode yang lebih

baik.

1.5.2 Bagi Institusi Rumah Sakit

Diharapkan hasil penelitian dapat menambah informasi bagi pihak rumah

sakit sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

dan keluarganya.
7

1.5.3 Bagi STIK Bina Husada

Dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat

menjadi tambahan ilmu bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan untuk

memberikan asuhan keperawatan professional khususnya bagi pasien hemodialisa.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam lingkup kajian ilmu keperawatan jiwa dan

keperawatan medikal bedah dan yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah

pasien Hemodialisa yang melakukan terapi Hemodialisa di RSUD Sekayu tahun

2021. Masalah yang diangkat yaitu tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

tahun 2021. Penelitian ini dilakukan bulan April – Juli 2021.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif

yang menggunakan rancangan deskripti korelasional. Penelitian ini dengan

pendekatan "Cross-sectional" yaitu penelitian ditekankan pada waktu pengukuran

data variabel independen dan dependen hanya pada suatu waktu tanpa adanya tidak

lanjut. Dalam penelitian ini variabel yang akan dihubungkan adalah Usia, Jenis

Kelamin, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Lama menjalani hemodialisa dengan

tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RSUD Sekayu. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada


8

pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021. Tehnik

pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner dengan analisis

data mengunakan Chi Square dengan uji P value.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ginjal Kronik

a. Pengertian

Penyakit ginjal kronis kondisi yang terjadinya karena penurunan kemampuan

ginjal mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Penyakit ginjal kronis satu

dari beberapa penyakit yang tidak menular, dimana proses perjalanan penyakitnya

membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi penurunan fungsinya dan tidak

dapat kembali ke kondisi semula. Kerusakan ginjal terjadi pada nefron termasuk

pada glomerulus dan tubulus ginjal, nefron yang mengalami kerusakan tidak dapat

kembali berfungsi normal (Siregar & Ariga, 2020).

GGK adalah penurunan faal ginjal yang menahun mengarah pada kerusakan

jaringan ginjal yang tidak reversible dan progresif. Adapun GGT (gagal ginjal

terminal) adalah fase terakhir dari GGK dengan faal ginjal sudah sangat buruk.

Kedua hal tersebut bias di bedakan dengan tes klirens kreatinin (Irwan, 2016).

Gagal ginjal kronik (chronic renal failure) atau sering disebut chronic

kidney deases (CKD) merupakan kerusakan ginjal progresif yang berakibat

fatal sehingga kemampuan tubuh ginjal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan azotemia (retensi urea dan sampah

nitrogen lain dalam darah) (Diyono & Mulyani, 2019).


10

b. Penyebab

Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat disebabkan oleh gangguan prerenal,

renal dan post renal. Pasien yang menderita penyakit seperti Diabetes melitus

(kencing manis), Glomerulonefritis (infeksi glomeruli), penyakit imun (lupus

nefritis), Hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit ginjal yang diturunkan

(penyakit ginjal herediter), batu ginjal, kerancunan, trauma ginjal, gangguan

kongenital dan keganasan dapat mengalami kerusakan ginjal (Siregar & Ariga,

2020).

Penyakit-penyakit ini sebagian besar menyerang nefron, mengakibatkan

hilangnya kemampuan ginjal melakukan penyaringan. Kerusakan nefron terjadi

secara cepat, bertahap dan pasien tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi

ginjal dalam jangka waktu yang lama (Siregar & Ariga, 2020).

c. Anatomi Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian kulit (korteks),

sumsum ginjal (medula) dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).


11

Gambar 2.1
Bagian-bagian ginjal
(dikutip dari www.adamimages.com)

1) Kulit Ginjal ( Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan

darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung

kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal disebut glomerulus. Tiap glomerulus

dikelilingi oleh simpai bownman dan gabungan antara glomerulus dengan simpai

bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi,

yaitu diantara glomerulus dan simpai bownman. Zat-zat yang terlarut dalam darah

akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju

ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat didalam

sumsum ginjal.
12

2) Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut

piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks

atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan

korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak

bergaris-garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus

koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan

kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan

lanjutan dari yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah

mengalami berbagai proses.

3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk

corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang

dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing-masing bercabang-cabang

membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari

piramid. Kaliks minor ini menampung urine yang terus keluar dari papila. Dari

kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga

ditampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

d. Fisiologi Ginjal

Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan

plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh direabsropsi di tubulus.
13

Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah dengan sekresi (prostaglandin oleh sel

dinding duktus koligentes dan Prostasiklin oleh arteriol dan glomerulus).

Menurut Prabowo dan Pranata (2014) fungsi ginjal adalah sebagai berikut:

a) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain : urea, asam

urat, amoniak, kreatinin, garam aroganik, bakteri dan juga obat-obatan. Jika zat-

zat ini tidak diekskresikan oleh ginjal, maka tubuh akan diracuni oleh kotoran

yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal yang berfungsi untuk

menyaring nefron.

b) Mengekskresikan kelebihan gula dalam darah.

c) Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan tekanan

osmotik ekstraseluler.

d) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah.

e) Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran

ion hidtrodium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat

asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.

e. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik diklasifikasikan menjadi lima stadium berdasarkan

tingkat GFR ( Eknoyan & Lameire, 2013) yaitu :


14

Table 2.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Tingkatan LFG (ml/mnt/1.732m2) Deskripsi


1 ≥ 90 GFR normal/ meningakt
2 60 – 89 GFR turun ringan
3 45 – 59 GFR turun ringan - sedang
4 15 – 29 GFR turun berat

5 ≤ 15 atau dialisis Gagal ginjal

f. Manifestasi Klinis

1) Manifestasi klinik yang dapat muncul di berbagai sistem tubuh akibat

penyakit ginjal kronis (PGK) menurut (Siregar & Ariga, 2020) adalah tidak

menunjukkan gejala atau tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi secara spesifik,

tetapi gejala yang muncul mulai menurun secara berkelanjutan. Penyakit ginjal

kronis dapat mengakibatkan terganggunya fungsi organ tubuh lainnya. Penurunan

fungsi ginjal yang tidak dilakukan penatalaksanaan secara baik dapat berakibat

buruk dan menyebabkan kematian. Tanda gejala umum yang sering muncul

menurut (Siregar & Ariga, 2020) meliputi :

a. Darah ditemukan dalam urin, sehingga urin berwarna gelap seperti teh

(hematuria)

b. Urin seperti berbusa (albuminaria)

c. Urin keruh (infeksi saluran kemih)

d. Nyeri yang dirasakan saat buang air kecil


15

e. Merasa sulit saat berkemih (tidak lancar)

f. Ditemukan pasir/ batu didalam urin

g. Terjadi penambahan atau pengurangan produksi urin secara signifikan

h. Nokturia (sering buang air pada malam hari)

i. Terasa nyeri dibagian pinggang/ perut

j. Pergelangan kaki bengkak, kelopak mata dan wajah oedem (bengkak)

k. Terjadi peningkatan tekanan darah

Pasien Gagal ginjal kronik stadium satu sampai tiga (dengan GFR ≥ 30

mL/menit/1,73 m2) biasanya memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini

masih belum ditemukan gangguan elektrolit dan metabolik. Sebaliknya, gejala-gejala

tersebut dapat ditemukan pada gagal ginjal kronik stadium empat dan lima (dengan

GFR < 30 mL/menit/1,73 m2) bersamaan dengan poliuria, hematuria dan edema.

Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan peningkatan limbah nitrogen

di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dalam tubuh

yang pada keadaan lanjut akan menyebabkan gangguan fungsi pada semua sistem

organ tubuh (Rahman, dkk, 2013).

e. Patofisiologi

Menurut Bayhakki (2013), patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan

penurunan dan kerusakan nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang

progresif. Total laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun dan klirens menurun, BUN
16

dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat

usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal kehilangan

kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekskresi, sejumlah

besar urine dikeluarkan, yang menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan.

Tubulus secara bertahap kehilangan kemampuan menyerap elektrolit. Biasanya,

urine yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri (Veronika,

2017).

Pada Pasien gagal ginjal kronik, terjadi peningkatan kadar air dan natrium

dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu

keseimbangan glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang

akan menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume cairan ekstrasel.

reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler

peritubular sehingga dapat terjadi hipertensi. Hipertensi akan menyebabkan kerja

jantung meningkat dan merusak pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah

ginjal mengakibatkan gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari hipertensi

(Rahman, dkk, 2013).

2.2 Konsep Hemodialisa

a. Pengertian

Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara

pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen
17

lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang

digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute

dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi

atau tekanan tertentu ( Nuari & Widayati,2017).

Hemodialisa merupakan terapi yang dapat digunakan pasien dalam jangka

pendek atau jangka panjang. Terapi hemodialisa jangka pendek sering dilakukan

untuk mengatasi kondisi pasien akut seperti keracunan, penyakit jantung overload

cairan tanpa diikuti dengan penurunan fungsi ginjal. Terapi ini dilakukan dalam

jangka waktu beberapa hari atau beberapa minggu. Terapi hemodialisa jangka

panjang dilakukan oleh pasien yang mengalami penyakit ginjal stadium akhir

atau end stage renal disease (ERSD) (Siregar & Ariga 2020).

Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang

digunakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk

membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam

sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,

maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)

melalui pembedahan ( Nuari & Widayati,2017).

Hemodialisis adalah suatu metode untuk mengeluarkan cairan yang

berlebihan dan toksin saat darah pasien bersirkulasi melalui ginjal buatan.

Tujuan hemodialisis adalah memperbaiki ketidakseimbangan ciaran dan elektrolit,

mengeluarkan toksin dan produk sisa metabolisme serta mengontrol tekanan darah

(Hurst, 2019).
18

b. Indikasi

Tidak ada petunjuk yang jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk

menentukan kapan pengobatan harus dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil

keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai

penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak

sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan

gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin

serum diatas 6 mg/100 ml pada pria, 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro

filtration rate (GFR) kurang dari 4ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus

menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak

dilakukan lagi ( Nuari & Widayati,2017).

Secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15

ml/menit, LFG kurang dari 10 ml/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dengan

LFG kurang dari 5 ml/menit walaupun tanda gejala dapat menjalani dialisis. Selain

indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat

komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang dan

nefropatik diabetik. Hemodialisa biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun

dibawah 10 ml/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mg/dL.

Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara mental dapat

membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. Selain itu indikasi


19

relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa ensefalopati dan toksin

yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah perikarditis uremia,

hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik (oedem

pulmonum) dan asidosis yang tidak dapat diatasi ( Nuari & Widayati,2017).

c. Kontra indikasi

Kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipertensi yang tidak responsive

terhadap presor, penyakit stadium terminal dan sindrom otak organik, tidak

didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas

hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya

adalah penyakit alzaimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati

lanjut dengan ensefalopati dan keganaan lanjut( Nuari & Widayati,2017).

d. Tujuan Hemodialisa

Tujuan Hemodialisa untuk menggantikan fungsi ekskresi ginjal yang

membuang bahan-bahan sisa metabolisme tubuh, mengeluarkan cairan berlebihan dan

menstabilkan keseimbangan hemostatik tubuh sehingga pasien hemodialisa

meningkat kualitas hidupnya. Tujuan hemodialisa juga untuk menyeimbangkan

cairan didalam sel dan di luar sel (Siregar & Aida, 2020).

e. Proses Hemodialisa
20

Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa

berfungsi mempersiapkan cairan dilisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran

darah melewati suatu membran semipermeabel dan memantau fungsinya termasuk

dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi

sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh

efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan

ukuran membran dalam alat dialisa , dan kecepatan aliran darah dan larutan

mempengaruhi pemindahan larutan.

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu

saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring

dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang

tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodilisa diperlukan akses

vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin

hemodialisa.

Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran

semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk

dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam

darah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber

atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun

paralel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan

dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena

memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler.


21

Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter

masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran

semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah

dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah

darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan kedalam tubuh

melalui arterio venosa shunt (AV-shunt) . Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit,

satu untuk darah dan satu lagi untuk cairan dialisa. DArah mengalir dari pasien

melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan

kembali ke pasien melalui jalur vena.

Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran difitrasi dan dihangatkan

sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan

perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa.

Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar

serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan

dialisat terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses

difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat

perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat.

Perbedaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan tekanan

positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi

terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan negatif. Perbedaan tekanan

hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difus solut. Sirkuit
22

darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau Nacl 0,9% sebelum

dihubungkan dengan sirkulasi penderita.

Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui

sirkuit ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah

untuk membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit)

merupakan aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan

pada jalur arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap

udara atau bekuan darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin

keamanan pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-monitor

yang memiliki alarm untuk berbagia parameter ( Nuari & Widayati,2017).

Waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Tiap hemodialisa dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa

idealnya dilakukan 10/15 jam/minggu dengan QB 200-300 mL/menit ( Nuari &

Widayati,2017).

2.3 Tingkat Kecemasan

1. Pengertian

Menurut Stuart dan Sundeen (2016) kecemasan adalah keadaan emosi tanpa

objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai semua

pengalaman baru, seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan

anak. Kecemasan adalah sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan
23

yang tidak menentu dan tidak berdaya. Kedua definisi kecemasan di atas dapat

disimpulkan bahwa kecemasan merupakan gangguan psikologis yang ditandai

adanya rasa takut dan gejala fisik.

2. Faktor yang mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2013) Faktor yang mempengaruhi Kecemasan dibedakan

menjadi 2 yaitu:

a) Faktor predisposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan :

a. Teori psikoanalitik

Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu Id dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan

impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai

mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan berfungsi untuk

memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Stuart, 2013).

b. Teori Interpersonal

Kecemasan dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga

dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan

yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai


24

harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan yang sangat

berat (Stuart, 2013).

c. Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kecemasan

merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk

menghindari rasa sakit. Pada individu yang pada awal kehidupan dihadapkan pada

rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang

berat pada kehidupan masa dewasanya(Stuart, 2013).

b) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan. Faktor presipitasi kecemasan dikelompokkan

menjadi dua bagian:

a) Ancaman terhadap integritas fisik ketegangan yang mengancam integritas

fisik yang meliputi:

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,

regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil).

b. Sumber ekternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,

kekurangan nutrisi tidak adekuatnya tempat tinggal.

b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.


25

a. Sumber internal: kesulitan dalam hubungan interpersonal di rumah dan di

tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman

terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan

status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

3. Rentang respon kecemasan

Menurut Stuart (2016) rentan respon kecemasan terdiri dari respon adaptif

dan maladaptif.

RENTANG RESPONS ANSIETAS

Bagan 2.1
Sumber: Stuart (2016)

1) Respon Adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan

mengatur kecemasan. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk

mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis,

tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.

2) Respon Maladaptif
26

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping

yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping

maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas

isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat

terlarang.

4. Tingkat kecemasan

Menurut Stuart (2016), kecemasan dibagi menjadi empat tingkat, yaitu:

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang memilik rentang

yang lebih selektif namun masih dapat melakukan sesuatu lebih terarah.

c. Kecemasan berat
27

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu/ seseorang.

Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi keteganggan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Panik

Tingkatan panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, kekhawatiran

dan teror. Hal yang terinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan arahan. Tingkat kecemasan jika berlangsung terus dalam waktu

yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

6. Manifestasi kecemasan

Menurut Stuart (2016), manifestasi respon kecemasan dapat berupa

perubahan respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif antara lain :

1) Respon fisiologi

a. Sistem kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi,

tekanan darah menurun, rasa mau pingsan, denyut nadi menurun.

b. Sistem pernafasan: nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas

dangkal, terengah engah, sensasi tercekik.

c. Sistem neuromuskular: reflek meningkat, mata berkedip kedip, insomnia,

tremor, gelisah, wajah tegang, rigiditas, kelemahan umum, kaki goyah.

d. Sistem gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak

nyaman pada abdomen, mual, muntah, diare.


28

e. Sistem traktus urinarius: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

f. Sistem integument: wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas

dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2) Respon perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat, kurang

koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghindari, melarikan

diri dari masalah, cenderung mendapat cedera.

3) Respon kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas menurun, bingung. 4)

Respon afektif: meliputi hambatan berpikir, bidang persepsi menurun,

kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran

meningkat, kehilangan objektifitas, khawatir kehilangan kontrol, khawatir pada

gambaran visual, khawatir cidera, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,

tegang, kekhawatiran, tremor, gelisah.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam mengurangi kecemasan diantaranya yaitu :

1) Farmakologi

Menurut Kaplan dan Sadock (2010) bahwa dua jenis obat utama yang harus

dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan kecemasan adalah anti ansietas dan

anti depresan. Anti ansietas, meliputi buspirone dan benzodiazepin, sedangkan anti

depresan meliputi golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors (SNRI).

2) Non farmakologi
29

a. Terapi perilaku

Terapi perilaku atau latihan relaksasi dapat juga digunakan untuk mengatasi

stes dengan mengatur tekanan emosional yang terkait dengan kecemasan. Jika otot-

otot yang tegang dapat dibuat menjadi lebih santai, maka ansietas akan

berkurang (Stuart,2016).

b. Terapi kognitif

Metode menghilangkan kecemasan dengan cara mengalih perhatian

(distraksi) pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami

(Potter & Perry, 2014).

c. Psiko terapi

Pendidikan penting dalam mempromosikan respon adaptif klien kecemasan.

Perawat dapat mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan setiap klien dan

kemudian merumuskan rencana untuk memnuhi kebutuhan tersebut (Stuart, 2016).

Menurut (Saputro & Fazris, 2017) “Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk

mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri

dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak

dan orang dewasa”. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5

tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).


30

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) penilaian kecemasan terdiri

dan 14 item, meliputi:

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan

takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,

perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil

dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan

pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak

jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

napas panjang dan merasa napas pendek.


31

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan

muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau

kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pada pasien hemodialisa beserta dampak yang terjadi. faktor yang

berhubungan antara lain faktor demografi, faktor pengetahuan, faktor dukungan dan

lama menjalani hemodialisa.

a. Usia
32

Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat

dia masih muda mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang

punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau

anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek hanya menunggu

waktu, akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa.Usia

juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang

berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi beberapa komplikasi yang

memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia

dibawah 40 tahun (Butar-butar and Siregar,2011).

b. Jenis Kelamin

Pasien gagal ginjal kronik berjenis kelamin perempuan dapat mengalami

kecemasan selama menjalani hemodialisis. Hal ini dikarenakan perempuan

mempunyai faktor pencetus kecemasan yang lebih besar dibandingkan laki-laki.

Menurut Brinzendine (2017) kecemasan pada perempuan empat kali lebih sering

terjadi pada perempuan karena faktor pencetus yang sangat responsif pada

perempuan membuat lebih cemas dibandingkan laki-laki. Keadaan ini

memungkinkan otak perempuan untuk terpusat pada bahaya yang dihadapi dan

bereaksi dengan cepat. Pengukuran untuk jenis kelamin ini berdasarkan Laki-Laki &

Perempuan (Notoatmodjo, 2012).


33

c. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Friedman dkk, 2014).

Ayuningtyas (2014) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah segala

bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya

dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga,

yaitu dukungan emosional, instrumental, informatif, maupun penilaian.

Dukungan orang tua adalah salah satu dari faktor yang paling kuat terkait dengan

hasil akhir anak yang positif  (Friedman dkk, 2014).

Dari definisi yang disebutkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa

dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap

tingkat kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada

konflik yang terjadi pada dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi,

empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa

lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari

suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya.

Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas,

rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan
34

emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan

keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan

psikologis.

Untuk mengungkap variabel dukungan keluarga, dapat menggunakan skala

dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori Friedman yang

telah di modifikasi oleh Nurwulan (2017). Aspek yang digunakan untuk mengukur

dukungan keluarga adalah dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

penilaian/penghargaan, dan dukungan informasional.

Tabel 2.2 Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga

No. Indikator
1 Dukungan emosional
2 Dukungan instrumental
3 Dukungan penilaian/penghargaan
4 Dukungan informasional

Skala ini menggunakan skala model Skala Likert yang terdiri dari pernyataan

dari empat alternatif jawaban yaitu : 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 =

sering, 4 = selalu.

d. Pengetahuan
35

Baik pemahaman pasien tentang penyakit gagal ginjal kronik menjalani

hemodialisis melalui pemahaman akan pengalaman riwayat dahulu. Mekanisme

coping yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya defisit perawatan diri serta

upaya pasien hemodialisis dalam pemenuhan kebutuhan dan pengoptimalan kondisi

tubuh berbeda-beda. Pasien hemodialisis diharapkan mampu memenuhi kebutuhan

self-care dengan cara disiplin dalam mengontrol keseimbangan cairan dan nutrisi

dalam tubuh (Hidayati dan Wahyuni, 2012).

Rumus yang dipakai untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat

dari kuisioner menurut Arikunto (2013), yaitu :

Presentase = jumlah nilai yang benar x 100 %

jumlah soal

Menurut Arikunto (2013); hasil ukur pengetahuan dapat dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu: Baik (76%-100%), Cukup (56%-75%), dan Kurang

(<=55%).

e. Lama menjalani Hemodialisa

Pada awal menjalani Hemodialisa respon pasien seolah-olah tidak

menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian yang ada dan

merasa sedih dengan kejadian yang dialami sehingga memerlukan penyesuaian diri
36

yang lama terhadap lingkungan yang baru dan harus menjalani Hemodialisa

dua kali seminggu. Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi masing-

masing pasien berbeda lamanya.

Hemodialisis terbukti efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa

metabolisme tubuh, dan terutama pada penyakit GGK tahap akhir atau stadium 5.

Jika tidak dilakukan terapi pengganti ginjal maka pasien akan meninggal (Sasmita,

2015).

Terapi Hemodialisis cukup berdampak pada gaya hidup pasien, karena terapi

ini memakan waktu yang lama. Lama waktu hemodialisis adalah idealnya 10-12 jam

perminggu, dilakukan 2 kali/minggu selama 5-6 jam. Pasien yang menjalani

hemodialisis < 6 bulan memiliki tingkat kecemasan yang lebih berat dibandingkan

pasien yang menjalani hemodialisis > 6 bulan (Alfikrie et al., 2020).

2.4 Kerangka Teori

Pasien Gagal Ginjal Kronik

Hemodialisa Penatalaksanaan :
Faktor faktor Kecemasan
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi
1. faktor predisposisi

2. faktor presipitasi
Tingkat Kecemasan
37

Faktor-faktor yang berhubungan


dengan kecemasan pasien Rentan Respon
Klasifikasi Kecemasan
Hemodialisa
Cemas
1. Ringan
1. Usia / Umur 1. Adaptif
2. Sedang
2. Jenis Kelamin
2. Mal Adaptif
3. Dukungan keluarga 3. Berat
4. Pengetahuan 4. Panik
5. Lama menjalani
Hemodialisa
Sumber: (Diyono & Mulyani 2019).
Stuart (2016), (Siregar & Ariga 2020), Suliswati (2015)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif

yang menggunakan rancangan deskriptif korelasional. Penelitian ini dengan

pendekatan "Cross-sectional" yaitu penelitian ditekankan pada waktu pengukuran

data variabel independen dan dependen hanya pada suatu waktu tanpa adanya tidak

lanjut (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini variabel yang akan dihubungkan

adalah Usia, Jenis Kelamin, Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Lama menjalani

hemodialisa dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RSUD Sekayu.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah

Sekayu.
38

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan 17 Mei sampai dengan 17 Juni tahun 2021.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2016). Populasi yang

diteliti adalah pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisa.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis dengan

hemodialisa di ruang hemodialisa RSU D S e k a y u dengan jumlah pasien rerata

51 orang (data bulan april - juli 2021).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah 33 responden sehingga

besaran sampelnya < 100, maka dari itu besar sampel yang diambil dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan tehnik total sampling.

Adapun responden yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah

yang memenuhi kriteria :

Kriteria inklusi
39

1) Pasien gagal ginjal kronis yang aktif menjalani hemodialisa

2) Pasien yang dapat membaca dan menulis

3) Mampu berkomunikasi dengan baik.

4) Pasien yang rutin menjalani Hemodialisa setiap bulan

Kriteria eksklusi

1) Pasien yang mengalami perburukan kondisi

2) Responden menolak

3) Pasien hemodialisa dengan penyakit tambahan lain yang mengahalangi pasien

untuk memahami dan/atau mengisi kuesioner.

3.3.3 Tehnik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian yaitu total sampling yaitu

pengambilan sample didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, beerdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumya (Notoatmodjo, 2012). Untuk menentukan besaran pada penelitian ini

jumlah sampel diperoleh rumus untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000.

Rumus :

N
n=
N . d 2 +1

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

N = Jumlah Sampel

d2 = Ketetapan yang diinginkan sebesar (d= 0,1)


40

N
n=
N . d 2 +1

51
n=
51. 0,01+1

51
n=
1,51

n = 33,7 = 33 responden

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tinggi signifikasi

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generelisasi dari hal –

hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat

langsung di amati dan diukur (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan tujuan penelitian

dan tinjauan pustaka maka disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Bagan 3.2
Kerangka konsep penelitian
Variabel Independen

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia
41

Jenis Kelamin

Dukungan Keluarga Tingkat


Kecemasan Pada
Pengetahuan Pasien
Hemodialisa
Lama Menjalani
Hemodialisa

3.5 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/

diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “definisi

operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2012). Adapun definisi

operasional dari penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Tingkat Kecemasan Kuisioner 1. Tidak Cemas, jika Ordinal
Kecemasan adalah sesuatu skor <14
yang tidak jelas 2. Cemas ringan,
dan jika skor 14-20
berhubungan 3. Cemas sedang,
dengan perasaan jika skor 21-27
yang tidak 4. Cemas berat, jika
menentu dan skor 28-41
42

5. Cemas berat
sekali, jika skor
tidak berdaya
42-56
saat menjalani
hemodialisa
(Hawari,2016)

Usia Pasien gagal Kuisioner 1. Dewasa muda,


ginjal kronik jika 17-30
yang berumur tahun
dewasa akhir 2. Dewasa Tua, Ordinal
mengalami jika >30 tahun
pubertas kedua
diikuti dengan
perubahan (Purwanto, 2018)
psikologis dan
perilaku.
Penyakit gagal
ginjal kronik
yang
mengharuskan
menjalani
hemodialisis
dengan
ketidaknyaman
an dan
komplikasi
yang
ditimbulkan
dapat
menyebabkan
kecemasan.

Jenis kelamin Pasien gagal Kuisioner 1. Laki-Laki Nominal


ginjal kronik
berjenis kelamin 2. Perempuan
perempuan
dapat (Notoatmodjo, 2012)
mengalami
kecemasan
selama
menjalani
hemodialisis.
Hal ini
43

dikarenakan
perempuan
mempunyai
faktor pencetus
kecemasan yang
lebih besar
dibandingkan
laki-laki.
Dukungan Dukungan Kuisioner Dinyatakan dalam Ordinal
keluarga keluarga adalah dengan
skor:
sikap, tindakan pengukuran
dan penerimaan skala likert 1. Rendah : < 20
keluarga
2. Sedang : 21-39
terhadap
anggotanya. 3. Tinggi : > 40
Anggota
keluarga
(Nurwulan 2017)
dipandang
sebagai bagian
yang tidak
terpusahkan
dalam
lingkungan
keluarga.
Anggota
keluarga
memandang
bahwa orang
yang bersifat
mendukung
selalu siap
memberikan
pertolongan dan
bantuan jika
diperlukan
Pengetahuan Pengetahuan Kuisioner Dikategorikan Ordinal
adalah suatu menjadi :
hasil tau dari 1. Kurang (0-10)
manusia atas
2. Cukup (11-14)
penggabungan
atau kerjasama 3. Baik (15-20)
antara suatu
44

subyek yang (Arikunto, 2013)


mengetahui dan
objek yang
diketahui.
Segenap apa
yang diketahui
tentang sesuatu
objek tertentu

Lama Jangka Kuesioner Dihitung dalam bulan Ordinal


menjalani waktu tentang
terapi lama yang dibagi menjadi 2
Hemodialisa
hemodialisa menjalani kelompok :
yang telah hemodialisa
dijalani oleh 1. ˂ 6 bulan
pasien. 2. ≥ 6 bulan

(Maulaya zulfa
farida, 2018).

3.6 Hipotesis

Hipotesis Alternatif (Ha)

Ho : Tidak ada hubungan antara usia terhadap tingkat

1. Ha : kecemasan.

Ada hubungan antara usia terhadap tingkat kecemasan.


2. Ho : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap tingkat

kecemasan

Ha : Ada hubungan antara jenis kelamin terhadap tingkat

kecemasan
3. Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap

tingkat kecemasan.
45

Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat

kecemasan.
4. Ho : Tidak ada hubungan antara Pengetahuan terhadap tingkat

kecemasan.

Ha : Ada hubungan antara Pengetahuan terhadap tingkat

kecemasan.
5. Ho : Tidak ada hubungan antara lama menjalani Hemodialisa

terhadap tingkat kecemasan.

Ha : Ada hubungan antara lama menjalani Hemodialisa terhadap

tingkat kecemasan.

3.7 Pengumpulan data

a. Data Primer

Data primer merupakan data utama yang diperoleh dari responden berupa

kuisioner yang secara langsung dibagikan kepada responden. Kuisioner akan

digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun

2021.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari refrensi buku-buku, data tertulis dari media

elektronik (internet), serta dapat diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

dan Ruang Hemodialisa RSUD Sekayu. Didalam data sekunder ditampilkan seperti

refrensi, data-data sampel yang akan diteliti.


46

3.8 Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan

instrument berupa kuesioner yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden tentang hal-hal yang ingin diketahui. Kuesioner tersebet meliputi :

1) Kuesioner A (faktor pemodifikasi : umur, jenis kelamin, pendidikan, dll)

Kuesioner A berisikan komponen faktor pemodifikasi demografi meliputi

identitas responden yang terdiri dari nomor responden, tanggal, nama,

tempat/tanggal lahir, usia, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, dan lama menjalani hemodialisa, pengetahuan yang diukur

dengan menggunakan skala guttman.Sedangkan untuk dukungan keluarga yang

terdiri terdiri atas beberapa pertanyaan diukur dengan dengan menggunakan skala

likert.

2 ) Kuesioner B

Kuesioner tingkat kecemasan ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan

tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani Hemodialisa dengan menggunakan

kuesioner (Hamilton Anxiety Rating Scale). Terdiri atas 14 item Skala HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip dari (Saputro & Fazris, 2017)

penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:


47

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan

takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,

perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil

dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan

pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak

jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan

muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi.


48

m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau

kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14

dengan hasil:

1. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 14-20 = kecemasan ringan.

3. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.

4. Skor 28-41 = kecemasan berat.

5. Skor 42-56 = kecemasan berat sekali

3) Kuesioner tingkat pengetahuan


49

Kuesioner tingkat pengetahuan ini untuk mengetahui seberapa besar

hubungan tingkat pengetahuan pada pasien Hemodialisa. Terdapat 15 butir

pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap Hemodialisa dengan

menggunakan skala Guttman. Skala dalam penelitian ini, akan di dapat jawaban

yang tegas, yaitu”Ya dan Tidak”. Instrumen penelitian ini menggunakan daftar

pertanyaan yang berbentuk kuesioner, responden hanya diminta untuk memberikan

tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian

pada kuesioner ini yaitu:” Ya dan Tidak”.

Rumus yang dipakai untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat dari

kuisioner menurut Arikunto (2013), yaitu :

Presentase = jumlah nilai yang benar x 100 %

jumlah soal

Menurut Arikunto (2013); hasil ukur pengetahuan dapat dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu: Baik (76%-100%), Cukup (56%-75%), dan Kurang

(<=55%). Kuesioner pengetahuan terdiri atas 10 Soal dengan ketentuan Benar nilai 1,

dan Salah nilai 0. Maka untuk menentukan Hasil Ukur pengetahuan: Baik bila nilai

76-100%, Cukup 56-75%, dan Kurang bila <=55%, maka Hasil Ukur untuk Baik:

76% x 10= 7,6 (digenapkan 8) sampai 10; Cukup: 10 x 56%= 5,6 (digenapkan 6)

sampai 7; Kurang: 0-5.

Kesimpulan: Skala Ukur Pengetahuan sebagai berikut:


50

4. Baik (15-20) value: 3

5. Cukup (11-14) value: 2

6. Kurang (0-10) value: 1.

4) Kuisioner dukungan keluarga

Untuk mengukur dukungan keluarga menggunakan alat kuisioner yang berupa

sejumlah pertanyaan. Pertanyaan dalam kuisioner bersifat tertutup dengan

jawabannya sudah ditentukan, dengan begitu responden tidak mempunyai

kesempatan untuk memberikan jawaban lain. Kuisioner akan diberikan pada

responden yang akan menjalani terapi Hemodialisa. Kuisioner ini akan diberikan

bersamaan dengan kuisioner yang lainnya. Pertanyaan dalam kuisioner ini terdiri dari

15 item dengan kategori : 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = selalu.

Dinyatakan dalam skor: Rendah : <20, Sedang : 21-39, Baik : >40 (Nurwulan 2017).

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner dukungan keluarga

Parameter dukungan keluarga Item pertanyaan


1. Dukungan Emosional 1, 2, 3, 4
2. Dukungan Instrumental 5, 6, 7, 8
3. Dukungan Informasi/ pengetahuan 9, 10, 11, 12
4. Dukungan Penghargaan 13, 14, 15

3.9 Tehnik Pengolahan data

Data dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu data primer adalah data yang

diperoleh dari hasil jawaban kuisioner yang langsung diberikan responden,


51

sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku registrasi ruangan

hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tentang jumlah pasien yang

menjalani terapi hemodialisa perbulan tahun 2021. Untuk data primer dilakukan

dengan cara :

1. Mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian

2. Melakukan validasi kuesioner dengan memberikan kuisioner kepada

pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa kemudian dilakukan

perhitungan terhadap jawaban kuesioner tersebut dengan menggunakan SPSS.

Uji validasi adalah uji yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana

instrumen pengukur mampu mengukur apa yang diinginkan.

3. Melakukan penelitian dengan cara mendekati responden untuk memberi

penjelasan tentang penelitian ini, kemudian meminta persetujuan untuk menjadi

responden, setelah itu kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi dengan

didampingi oleh peneliti.

4. Setelah jumlah sampel terpenuhi maka dilakukan pengolahan data.

Setelah dilakukan pengambilan data, maka kemudian dilakukan

pengolahan data yang meliputi beberapa bagian yaitu :

a. Editing (pemeriksaan data)


52

Hasil kuesioner dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih

dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isi kuesioner tersebut :

1) apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca

3) Apakah jawaban relevan dengan pertanyaannya

4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsistensi dengan jawaban pertanyaan

yang lainnya.

b. Coding (pengkodean)

Dillakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberikan simbol-

simbol dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden. Adalah

mengklasifikasikan jawaban – jawaban dari para responden ke bentuk

angka/bilangan. Biasanya di lakukan dengan cara memberi tanda/ kode berbentuk

angka pada masing – masing jawaban.

1) Kode Kecemasan

 Kode 1 : tidak cemas

 Kode 2 : cemas ringan

 Kode 3 : cemas sedang

 Kode 4 : cemas berat

 Kode 5 : cemas berat sekali

2) Kode Usia
53

 Kode 1 : dewasa muda

 Kode 2 : dewasa tua

3) Kode Jenis Kelamin

 Kode 1 untuk laki – laki

 Kode 2 untuk perempuan

4) Kode Dukungan keluarga

 1 : rendah

 2 : sedang

 3 : tinggi

5) Kode Pengetahuan

 1 : Kurang

 2 : Cukup

 3 : Baik

6) Kode lama menjalani hemodialisa

 1 : ˂ 6 bulan

 2 : > 6 bulan

c. Entry Data (pemasukan data)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk "kode"

(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau "sofware" komputer, dengan

menggunakan perangkat lunak komputer. Proses ini juga dituntut ketelitian dari
54

peneliti kaarena apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan

data saja.

d. Cleaning Data (pembersihan data)

Pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagianya, kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.

3.10 Analisis Data

Yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Misalnya distribusi penyakit yang ada didaerah tertentu, distribusi pemakaian jenis

kontrasepsi, distribusi umur dan responden, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012),

adapun analisa yang digunakan yaitu :

1. Analisa Univariat

Analisis Univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini
55

hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable (Notoatmodjo,

2012). Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dengan cara

mendiskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan

melihat gambaran distribusi frekuensinya.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah dilakukan terhadap 2 variabel yang di duga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan

antara variable bebas dengan skala ordinal dengan variable terikat dengan skala

nominal. Uji yang di gunakan adalah uji statistik chi square.

3.11 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu. Setelah

memperoleh ijin dari instansi terkait, penelitian dilakukan dengan menekankan

masalah etika, meliputi:

1. Informed Consent
56

Lembaran persetujuan diberikan pada setiap calon responden yang diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak

dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak yang bersangkutan.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama terang

responden di kuesioner dan tabel tabulasi, namun hanya menulis kode nama atau

nomer responden saja.

3. Confidientiality

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti. Masalah ini

merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset.


57

3.12 Kerangka Kerja

Kerangka kerja penelitian ini dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:

Mengajukan ijin penelitian

Menentukan populasi dan sampel penelitian

Inklusi

Eksklusi

informed consent

Pengambilan data Nama, Usia, Jenis kelamin,


Lama menjalani Hemodialisis

Pengisian Kuesioner

Editing, Coding, Scoring, Tabulating


58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

a. Sejarah pembentukan unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu merupakan salah satu

center excellent dalam memberikan pelayanan hemodilisis (cuci darah) terhadap

pasien rawat jalan maupun rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu maupun

unit pelayanan yang berada disekitar Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
59

Didirikan berdasarkan rekomendasi Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(PERNEFRI) Wilayah Sumsel Nomor 25/XI/Korwil/Sumbangsel/2016. Hemodialisa

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu dioperasikan pada tanggal 26 Januari 2016.

b. Sarana dan Mesin Hemodialisa

Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu memiliki :

o 6 (Enam) mesin dialisis

o Terdapat 6 tempat tidur dilengkapi dengan masing-masing 1 monitor

o DC Shock dan EKG

o Selain itu ada penambahan 8 (Delapan) mesin dialisis terdiri dari 6 (enam)

mesin operasional non infeksius, 1 (satu) mesin operasional infeksius, 1

(satu) mesin cadangan, 4 (empat) tempat tidur dan 3 kursi.

Dalam pelayanannya Instalasi Hemodialisa saat ini menggunakan ruangan dengan

luas 164 m2 yang berdekatan dengan ruang ICU.

4.2 Hasil Analisa Data

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam hal ini dilakukan untuk melihat distribusi dari

variabel independen meliputi usia, jenis kelamin, pengetahuan, dukungan keluarga

dan lama menjalani hemodialisis.


60

1. Gambaran Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi responden yang mengalami Kecemasan di RSUD Kabupaten


Musi Banyuasin tahun 2021 dapat dilihat pada tabel berikut :

1) Variabel tingkat kecemasan

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Tingkat Kecemasan
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

No tingkat kecemasan Jumlah Presentase %


1. cemas ringan 5 15,2
2. Cemas sedang 21 63,6
3. Cemas berat 7 21,2
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 33 responden, responden mengalami

cemas ringan sebanyak 5 orang ( 15,2% ), responden mengalami cemas sedang

sebanyak 21 orang (63,6%) dan responden yang mengalami cemas berat sebanyak 7

orang (21,2%). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel 4.1.

2) Variabel usia

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Usia
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
61

No Usia Jumlah Presentase %


1. Dewasa Muda 20 60,6
2. Dewasa Tua 13 39,4
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.2 dijelaskan bahwa dari 33 responden, menunjukkan

sebagian besar responden berusia dewasa muda sebanyak 20 orang (60,6%), dan

berusia dewasa tua sebanyak 13 orang ( 39,4% ). Data selengkapnya bisa dilihat

dalam tabel 4.2.

3) Variabel jenis kelamin

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

No Jenis kelamin Jumlah Presentase %


1. Laki-laki 23 69,7
2. Perempuan 10 30,3
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.3 dijelaskan bahwa dari 33 responden, mayoritas responden

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 23 orang ( 69,7% ), dan berjenis kelamin
62

perempuan sebanyak 10 orang (30,3%). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel

4.3.

4) Variabel Pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

No Pendidikan Jumlah Presentase %


1. Rendah 30 90,9
2. Tinggi 3 9,1
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.4 dijelaskan bahwa dari 33 responden, menunjukkan

responden berpendidikan rendah yaitu sebanyak 30 orang (90,9%), dan berpendidikan

tinggi sebanyak 3 orang ( 9,1% ). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel 4.4.

5) Variabel Pekerjaan

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pekerjaan pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase %


bekerja 20 60,6
tidak bekerja 13 39,4
Total 33 100,0

Sumber : Data Primer 2021


63

Berdasarkan tabel 4.5 dijelaskan bahwa dari 33 responden, menunjukkan

responden bekerja sebanyak 20 orang (60,6% ), dan tidak bekerja sebanyak 13 orang

(39,4%). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel 4.5.

6) Variabel Pengetahuan Responden

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

Tingkat pengetahuan Jumlah Percentase %


Kurang 22 66,7
Cukup 8 24,2
Baik 3 9,1
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.6 dijelaskan bahwa dari 33 responden, menunjukkan

responden berpengetahuan kurang sebanyak 22 orang (66,7%), berpengetahuan

cukup sebanyak 8 orang (24,2%) dan berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (9,1%).

Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel 4.6.

7) Variabel Dukungan Keluarga

Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
64

dukungan keluarga Jumlah Percentase %


Rendah 22 66,7
Sedang 8 24,2
Tinggi 3 9,1
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.7 dijelaskan bahwa dari 33 responden, menunjukkan

responden mendapat dukungan keluarga rendah sebanyak 22 orang (66,7%),

mendapat dukungan sedang sebanyak 8 orang (24,2%), dan mendapat dukungan

keluarga tinggi sebanyak 3 orang (9,1%). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel

4.7.

8) Variabel Lama Menjalani Hemodialisa

Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Hemodialisa
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu

lama menjalani HD Jumlah Percentase %


< 6 bulan 24 72,7
> 6 bulan 9 27,3
Total 33 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.8 dijelaskan bahwa dari 33 responden, menunjukkan

responden menjalani lama hemodialisa <6 bulan sebanyak 24 orang (72,7%), dan

memiliki menjalani lama hemodialisa >6 bulan sebanyak 9 orang (27,3%). Data

selengkapnya bisa dilihat dalam tabel 4.8.


65

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel yaitu

dependen (tingkat kecemasan) maupun variabel independen (usia, jenis kelamin,

pengetahuan, dukungan keluarga dan lama menjalani Hemodialisa). Dalam penelitian

ini digunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan atau kemaknaan α = 0,5.

a) Hubungan Antara Usia Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di

Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

Tabel 4.9
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Usia Dengan tingkat
kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021

Tingkat Kecemasan
Usia Ringan Sedang Berat Jumlah P
Responden Value
n % n % n % n %
1 Dewasa 1 3,0 16 48,5 3 9,1 20 60,6
Muda
2 Dewasa 2 6,1 8 24,2 3 9,1 13 39,4
0,452
Tua
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18, 33 100.0
2

Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis mengenai hubungan antara usia dengan

tingkat kecemasan pasien Hemodialisis. Hasil menunjukkan responden Usia kategori

dewasa muda mengalami kecemasan ringan 1 responden (3,0%), kecemasan sedang

16 orang (48,5%) dan kecemasan berat 3 responden (9,1%). Sedangkan pada usia
66

kategori dewasa tua mengalami kecemasan ringan 2 responden (6,1%), kecemasan

sedang 8 orang (24,2%) dan kecemasan berat 3 responden (9,1%).

Berdasarkan data diatas hasil perhitungan data dengan menggunakan uji

statistik p value didapatkan nilai p > 0,05 yaitu adalah sebesar 0,452. Karena nilai

p value > 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat

disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat diartikan

bahwa “ Tidak Ada hubungan antara Usia dengan Tingkat Kecemasan pada pasien

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

b) Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan tingkat kecemasan pasien

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

Tabel 4.10
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan
tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021
67

Tingkat Kecemasan
Jenis Ringan Sedang Berat Jumlah P
kelamin Value
Responden n % n % n % n %
1 Laki - laki 3 9,1 17 51,5 3 9,1 23 69,7
2 Perempuan 0 0,0 7 21,2 3 9,1 10 30,3 0,298
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.0

Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis mengenai hubungan antara jenis

kelamin dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisis. Hasil menunjukkan

responden dengan jenis kelamin laki-laki mengalami kecemasan ringan 3 responden

(9,1%), kecemasan sedang 17 orang (51,5%) dan kecemasan berat 3 responden

(9,1%). Sedangkan pada responden dengan jenis kelamin perempuan mengalami

kecemasan ringan 0 responden (0,0%), kecemasan sedang 7 orang (21,2%) dan

kecemasan berat 3 responden (9,1%).

Berdasarkan data diatas hasil perhitungan data dengan menggunakan uji

statistik p value didapatkan nilai p > 0,05 yaitu adalah sebesar 0,298. Karena nilai

p value > 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat

disimpulkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat diartikan

bahwa “ Tidak Ada hubungan antara jenis kelamin dengan Tingkat Kecemasan

pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

c) Hubungan Antara Pengetahuan Responden Dengan tingkat kecemasan

pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.


68

Tabel 4.11
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Pengetahuan responden
Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu Tahun 2021

Tingkat Kecemasan
Tingkat Jumlah P
pengetahua Value
n Ringan Sedang Berat
Responden
n % n % n % n %
1 kurang 1 3,0 22 66,7 1 3,0 24 72,7
2 cukup 2 6,1 2 6,1 5 15,2 9 27,3
0,000
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.
0

Tabel 4.11 menunjukkan hasil analisis mengenai hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisis. Hasil menunjukkan

responden dengan tingkat pengetahuan kurang mengalami kecemasan ringan 1

responden (3,0%), kecemasan sedang 22 orang (66,7%) dan kecemasan berat 1

responden (3,0%). Sedangkan pada responden dengan tingkat pengetahuan cukup

mengalami kecemasan ringan 2 responden (6,1%), kecemasan sedang 2 orang (6,1%)

dan kecemasan berat 5 responden (15,2%).

Berdasarkan data diatas hasil perhitungan data dengan menggunakan uji

statistik p value didapatkan nilai p < 0,05 yaitu adalah sebesar 0,000. Karena nilai

p value < 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diartikan


69

bahwa “Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

d) Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan tingkat kecemasan pasien

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

Tabel 4.12
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021

Tingkat Kecemasan
Dukungan Ringan Sedang Berat Jumlah P
keluarga Value
Responden n % n % n % n %
1 Rendah 1 3,0 22 66,7 2 6,1 25 75,8
2 Sedang 2 6,1 2 6,1 4 12,1 8 24,2 0,002
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.0

Tabel 4.12 menunjukkan hasil analisis mengenai hubungan antara dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisis. Hasil menunjukkan

responden dengan dukungan keluarga rendah mengalami kecemasan ringan 1

responden (3,0%), kecemasan sedang 22 orang (66,7%) dan kecemasan berat 2

responden (6,1%). Sedangkan pada responden dengan dukungan keluarga sedang

mengalami kecemasan ringan 2 responden (6,1%), kecemasan sedang 2 orang (6,1%)

dan kecemasan berat 4 responden (12,1%).


70

Berdasarkan data diatas hasil perhitungan data dengan menggunakan uji

statistik p value didapatkan nilai p < 0,05 yaitu adalah sebesar 0,002. Karena nilai

p value < 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diartikan

bahwa “Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

e) Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisa Dengan tingkat kecemasan

pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

Tabel 4.13
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisa
Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu Tahun 2021

Tingkat Kecemasan
Lama Ringan Sedang Berat Jumlah P
menjalani Value
Hemodialisa n % n % n % n %
1 < 6 bulan 1 3,0 22 66,7 1 3,0 24 72,7
2 > 6 bulan 2 6,1 2 6,1 5 15,2 9 27,3 0,000
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.0

Tabel 4.13 menunjukkan hasil analisis mengenai hubungan antara lama

menjalani hemodialisa dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisis. Hasil

menunjukkan responden dengan lama menjalani hemodialisa < 6 bulan mengalami

kecemasan ringan 1 responden (3,0%), kecemasan sedang 22 orang (66,7%) dan


71

kecemasan berat 1 responden (3,0%). Sedangkan pada responden lama menjalani

hemodialisa >6 bulan mengalami kecemasan ringan 2 responden (6,1%), kecemasan

sedang 2 orang (6,1%) dan kecemasan berat 5 responden (15,2%).

Berdasarkan data diatas hasil perhitungan data dengan menggunakan uji statistik p

value didapatkan nilai p < 0,05 yaitu adalah sebesar 0,000. Karena nilai p value <

0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa “Ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan pada pasien

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden Yang Mengalami Tingkat

Kecemasan

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner dan wawancara langsung dengan pasien hemodialisis di Rumah Sakit

Umum Daerah Sekayu. Setelah itu dilakukan pengolahan data dan analisis data maka

akan dibahas sebagai berikut : Berdasarkan usia diperoleh distibusi Usia terbanyak

berusia dewasa muda yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), berdasarkan jenis kelamin

diperoleh distibusi jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 23 orang

(69,7%), berdasarkan pendidikan diperoleh distibusi terbanyak adalah tingkat


72

pendidikan rendah yaitu sebanyak 30 orang (90,9%), berdasarkan pekerjaan diperoleh

distribusi pekerjaan responden terbanyak bekerja yaitu sebanyak 20 orang (60,6%).

4.3.2 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden Berdasarkan Usia dengan

tingkat kecemasan

Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square

yang menunjukkan p value 0,452 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,452 <

0,05), sehingga Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara usia dengan

tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di RSUD Sekayu tahun 2021.

Data menunjukkan pasien yang menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Sekayu rata-rata dewasa muda yang mengalami tingkat kecemasan. Gangguan

kecemasan dapat dialami semua usia dan lebih banyak dialami oleh usia dewasa

begitupula semakin bertambahnya usia pasien maka kecemasan pasien cenderung

semakin menurun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian berdasarkan hasil uji Spearman,

didapati nilai signifikansi 0,341 (<0,05), maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan

usia pasien dengan kecemasan pasien hemodialisa di RSU HKBP Balige. Berbeda

dengan penelitian oleh Ullya, Cut Husna tahun 2016 menyatakan bahwa Hasil analisa

bivariat menunjukkan ada hubungan usia dengan tingkat kecemasan dengan nilai p-

value =  0,048 (p˂0,05). Berdasarkan hasil penelitian Siti Arafah Julianty Hrp, dkk

(2015) dalam judul penelitiannya “ faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan” menjelaskan bahwa


73

berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, ada hubungan usia dengan tingkat

kecemasan pasien hemodialisis dengan uji Spearman didapat nilai signifikansi p =

0,049 dan r = 0,250.

Menurut Hamilton, Caskey, Casula, Bensholomo, and Inward (2018) seseorang

yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan

kecemasan daripada yang lebih tua. Pada usia dewasa seseorang sudah memiliki

kematangan baik fisik maupun mental dan pengalaman yang lebih dalam

memecahkan masalah sehingga mampu menekan kecemasan yang dirasakan.

4.3.3 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden Berdasarkan Jenis kelamin

dengan tingkat kecemasan

Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square

yang menunjukkan p value 0,298 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,298 <

0,05), sehingga Ha ditolak tidak yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di RSUD Sekayu tahun 2021.

Data menunjukkan pasien yang menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Sekayu rata-rata laki-laki. Laki – laki bersifat lebih kuat secara fisik dan

mental, laki-laki dapat dengan mudah mengatasi sebuah stressor oleh karena itu laki-

laki lebih rileks dalam menghadapi sebuah masalah, sedangkan perempuan memiliki

sifat lebih sensitive dan sulit menghadapi sebuah stressor sehingga perempuan lebih

mudah merasa cemas dan takut dalam berbagai hal misalnya seperti dalam
74

menghadapi kenyataan bahwa harus menjalani pengobatan secara terus menerus

untuk kelangsungan hidupnya.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siti Arafah Julianty Hrp, dkk

(2011) dalam judul penelitiannya “ faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan” menjelaskan bahwa

berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, tidak ada hubungan jenis kelamin dengan

tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan uji Spearman didapat nilai signifikansi

p = 0,507 dan r = 0,86. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Widiyati (2016) yang

menyimpulkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecemasan pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Menurut Brinzendine (2017) kecemasan pada perempuan empat kali lebih

sering terjadi pada perempuan karena faktor pencetus yang sangat responsif pada

perempuan membuat lebih cemas dibandingkan laki-laki. Keadaan ini

memungkinkan otak perempuan untuk terpusat pada bahaya yang dihadapi dan

bereaksi dengan cepat.

4.3.4 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden Berdasarkan Pengetahuan

dengan tingkat kecemasan

Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square

yang menunjukkan p value 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 >

0,05), sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan

tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di RSUD Sekayu tahun 2021.


75

Data menunjukkan pasien yang menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Sekayu rata-rata memiliki pengetahuan yang kurang baik, hal itu dikarenakan

kurangnya pemahaman pasien terhadap kondisi penyakitnya dan terhadap tindakan

terapinya akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kecemasan. Semakin baik

pengetahuan pasien akan mengurangi tingkat kecemasan selama menjalani terapi dan

semakin kurang pengetahuan pasien akan menambah tingkat kecemasan pasien

selama menjalani terapi.

Penelitian ini didukung berdasarkan hasil penelitian Fyl Asro Arosa, dkk

(2014) dalam judul penelitiannya “ Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang

tingkat kecemasan keluarga yang anggota keluarganya menjalani terapi Hemodialisa”

menjelaskan bahwa berdasarkan, Ada hubungan pengetahuan keluarga dengan

tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan hasil uji statistik continuinty

correction didapat nilai signifikansi p = 0,002 < (0,05).

Sejalan dengan penelitian lain Andaru Setiyowati (2014) menjelaskan bahwa

ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien hemodialisa di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah surakarta dengan uji kendall tau didapat nilai (т)

sebesar -0,594 dan p = 0,013 pada signifikan 5% . Berdasarkan penelitian lain

Marlina, Andika di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012 menjelaskan

bahwa ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal

kronik selama menjalani hemodialisis dengan hasil uji statistik didapat p value 0,026

kurang dari a (0,05).


76

Notoatmodjo (2015) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku baru dari

seseorang dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu

terhadap stimulus yang berupa materi objek yang menimbulkan respon batin dalam

bentuk sikap kemudian objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut

akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus

atau objek, sehingga pengetahuan merupakan langkah awal dari seseorang untuk

menentukan sikap dan perilakunya.

4.3.5 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden Berdasarkan Dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan

Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square

yang menunjukkan p value 0,002 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,002 >

0,05), sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di RSUD Sekayu tahun 2021.

Data menunjukkan pasien yang menjalani Hemodialisa di RSUD Sekayu

banyak yang mendapat dukungan dari keluarga hal ini dibuktikan dengan hampir

rata-rata anggota keluarga penderita memberikan dorongan untuk makan sesuai

dengan diet yang dianjurkan, anggota keluarga mengingatkan jadwal rutin

hemodialisa, anggota keluarga mengingatkan untuk selalu minum obat dan anggota

keluarga selalu menemani saat berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu,

selain itu masih banyak juga anggota keluarga yang jarang mengingatkan untuk
77

selalu melakukan aktivitas fisik/olahraga dan anggota keluarga tidak membantu

Bapak/Ibu dalam mencari informasi terkait Hemodialisa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Sely Selvia Aodina (2017) dalam judul penelitiannya “ Hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis di

RSUD Dr. Soebandi JEMBER” menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji korelasi

Rank Spearman, ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien

hemodialisis dengan uji Rank Spearman didapat nilai signifikansi p = 0,000 dan r =

0,874. Berdasarkan penelitian lain yakni penelitan Marlina, Andika (2012)

menjelaskan ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien

gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dengan hasil uji statistik p value 0,001.

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku sehat

masyarakat, maka harus dimulai pada masing-masing tatanan keluarga. Dalam teori

pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai

anggota masyarakat. Karena itu bila persemaian itu jelek maka jelas akan

berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat yang

kondusif untuk tempat tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon

anggota masyarakat, maka promosi sangat berperan. (Notoatmodjo, S, 2015).

Dukungan keluarga memegang peranan sangat penting, dimana keluarga

merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonalnya, keluarga

adalah orang terdekat mempunyai fungsi afektif, ekonmi dan perawatan kesehatan,

keluarga dipandang sebagai suatu sistem. (Friedman, 2015).


78

4.3.6 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden Berdasarkan Lama menjalani

Hemodialisa dengan tingkat kecemasan

Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square

yang menunjukkan p value 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 >

0,05), sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan antara lama menjalani

hemodialisa dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di RSUD Sekayu tahun

2021.

Data menunjukkan pasien yang menjalani Hemodialisa di RSUD Sekayu

pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 6 bulan telah mampu menyesuaikan

diri dengan penyakitnya, dan menjelaskan bahwa semakin lama pasien menjalani

hemodialisis maka semakin ringan tingkat kecemasannya, karena pasien yang sudah

lama telah mencapai tahap yang menerima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Arafah Julianty Hrp, dkk

(2011) dalam judul penelitiannya “ faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan” menjelaskan bahwa

berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, ada hubungan lama menjalani hemodialisa

dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan uji Spearman didapat nilai

signifikansi p = 0,021 dan r = 0,292.

Berdasarkan penelitian lain Marlina, Andika (2012) di RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh menjelaskan bahwa ada hubungan lama menjalani hemodialisa

dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik selama menjalani hemodialisis
79

dengan hasil uji statistik didapat p value 0,010 kurang dari a (0,05). Penelitian lain

juga menjelaskan bahwa ada hubungan antara lama menjalani hemodialisa di RSUD

Ambarawa dan RSUD Ungaran dengan hasil uji statistik didapat p value 0,000

kurang dari a (0,05).

Semakin lama seseorang menjalani terapi hemodialisis akan berbanding

terbalik dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal terminal. Hal ini disebabkan oleh

adanya kekhawatiran atau stress pasien yang semakin meningkat karena menganggap

terapi hemodialisa dapat menyembuhkan penyakitnya (Annes et al, 2011). Pada

pasien gagal ginjal yang sudah sering melakukan hemodialisis tingkat kecemasannya

lebih ringan, berbeda dengan pasien gagal ginjal yang baru pertama kali melakukan

hemodialisis akan mengalami kecemasan yang lebih tinggi (Sasmita, 2015).

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang hanya

menggambarkan variabel yang diteliti, baik bebas maupun terikat pada waktu

yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.

2. Peneliti menyadari variabel bebas yang mempengaruhi kepatuhan menjalani

Hemodialisa cukup banyak, karena terbatasnya kemampuan peneliti sehingga

peneliti hanya menggunakan 5 variabel bebas.

BAB V
80

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di RSUD Sekayu dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien

hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin tahun 2021 (P value 0,000).

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien

hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin tahun 2021 (P value 0,002).

3. Ada hubungan antara lama menjalani Hemodialisa dengan tingkat kecemasan

pasien hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin tahun 2021 (P value

0,000).

4. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien

hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin tahun 2021 (P value 0,452).

5. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan

pasien hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin tahun 2021 (P value

0,298).

6. Secara statistik ada hubungan antara lama menjalani hemodialisa dengan

tingkat kecemasan saat melakukan hemodialisa di RSUD Sekayu Musi

Banyuasin tahun 2021 dengan nilai p value = 0,04 < 0,05.


81

5.2 Saran

Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan penelitian maka diberikan beberapa saran

antara lain :

a. Bagi Penelitian

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama

diharapkan mampu menggunakan variabel-variabel yang lainnya dikarenakan

penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel saja.

b. Bagi Institusi Rumah Sakit

 Bagi Instansi Rumah Sakit dan petugas kesehatan khususnya perawat

diperlukan tindakan keperawatan yang lebih spesifik untuk menindaki

kecemasan pasien yang mencakup Bio – psiko – sosial dan spiritual.

 Perawat dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan sumber daya

manusia sehingga memberikan masukan dalam pelayanan asuhan

keperawatan baik fisik maupun psikologis pasien sebelum melakukan

prosedur hemodialisis pada pasien hemodialisis.

c. Bagi STIK Bina Husada

Bagi pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan pengetahuan

tentang hemodialisis dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien

hemodialisa dibidang pendidikan khususnya bagi pendidikan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Aditiya Puspanegara. (2019). Pengaruh Usia terhadap Hubungan Mekanisme


Coping Dengan Kecemasan Ketika Menjalani Terapi Hemodialisa bagi Para
Penderita Gagal Ginjal Kronik Di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jurnal
Kesehatan Bhakti Husada.

Alfikrie, F ., Sari, L., & Akbar, A. (2020). Factors associated with anxiety in patients
with chronic kidney disease undergoing hemodialysis: a crossectional study.
International Journal of Nursing, Health and Medicine, 2(2), 1-6.

Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep, M.Kes. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta.

Andaru setiyowati. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan


Pasien Hemodialisa di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
https://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/download/57/48

Ariga, R.A. (2020). Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan. Siregar, C.T,


editor. Yogyakarta: Deepublisher.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan : Prinsip dan Praktik. Jakarta :


Raja Grafndo Persada.

Bayhakki. (2013). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik .


Jakarta:EGC.

Brinzendine. 2017. Female Brain : Mengungkap Misteri Otak Perempuan. Penerbit


Phoenix Publishing Project. Jakarta.

Brunzel, N.A. 2013. Fundamentals of Urine and Body Fluid Analysis. Philadelphia:
Elsvier.

Butar-butar, A. and Siregar, C. T. (2011). Karakteristik Pasien dan Kualitas Hidup


Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa.

Diyono & Mulyani, 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Eknoyan, G., Lameire, N. (2013). KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the
Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. Kidney International
Supplements, 3(1), 4-4. https://doi.org/10.1038.kisup.2012.76
Fly Asro Arosa, dkk. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan keluarga tentang
Hemodialisa dengan tingkat kecemasan keluarga yang anggota keluarganya
menjalani terapi Hemodialisa.
https://media.neliti.com/media/publications/185244-ID-hubungan-tingkat-
pengetahuan-keluarga-te.pdf

Friedman, M. M., Bowden, V. R., &Jones, E. G. 2014. Buku Ajar Keperawatan


Keluarga (Riset, Teori dan Praktek) Ed.5. Jakarta:EGC.

Hawari, Dadang. (2016). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Hidayati, W. and Wahyuni, K. (2012). Pengalaman Self-care Berdasarkan Teori
Orem pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis.
Jurnal Nursing Studies. 1 (1), pp. 244-251.

(https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210310170730-260-616145/9-dari-
10-orang-di-dunia-tak-sadar-sakit-ginjal-kronik)

Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal – Bedah, Vol 1. Jakarta :


EGC.

Indonesian Renal Registry (IRR). 2018. 11th Report of indonesian Renal Registry
(Online).tersediadari
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL
%20REGISTRY%202016.pdf Diakses pada:23 april 2021).

Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish.

Javadi. 2017. Depression And Anxiety Among Patients With Chronic Kidney Disease
Receiving Hemodialysis. International Journal Of AppliedBehavioral
SciencesQazvin Universityof Medical Sciences, Qazvin,IRIran.

Kaplan, H.I., & Sadoct, B.J. (2010). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya
Medika.

Kusyati, E. D. (2018). Hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat


kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisis di RSUD
Wates. Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Lumenta, N.A, dkk. (2016). Penyakit Ginjal, penyebab, Pengobatan Medik dan
Pencegahannya. Cetakan I. Penerbit PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Mailani, Fitri. (2015). Kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa : systematic review. Ners Jurnal Keperawatan Volume 11, No 1,
Maret 2015 1 – 8.

Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan


NANDA NIC NOC. Jakarta : TIM.

Marlina & Andika. (2013). Hubungan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Kecemasan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Selama
Menjalani Terapi Hemodialisis. Diakses pada 01 agustus 2021.

Maulaya Z. F. (2018). Hubungan Lama Hemodialisa dengan Tingkat Kecemasan


pada Pasien Gagal Ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD
Ambarawa dan RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Skripsi : Politehnik
Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Nicola, L. D., & Zoccali, C. (2016). Chronic Kidney Disease Prevelence in the
general Population : Heterogeneity and Concerns. Nephrol Dial Transpalt ,
31 : 331-335 doi : 10.1093/ndt/gfv427.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Pt. Rineka Cipta.Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2015. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Pt. Rineka


Cipta.Jakarta.

Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksaaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublisher.

Nursalam (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Nurwulan, D. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan


Pada Pasien Pre Anastesi Dengan Tindakan Spinal Anastesi di RSUD Sleman.
Skripsi : Politehnik Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Potter & Perry. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit EGC.Jakarta.

Price Sylvia A. Wilson Lorraine M. (2012).Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Purwanto (2018). Ilmu Komunikasi : Teori dan praktek. Bandung : CV Remaja Karya

Rahman, A. R. A., Rudiansyah, M., & Triawanti, T. (2013). Hubungan antara


adekuasi hemodialisis dan kualitas hidup pasien di RSUD Ulin Banjarmasin:
tinjauan terhadap pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
rutin. Jurnal Berkala Kedokteran, 9.

Rekam Medik. (2018). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin.

Rekam Medik. (2019). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin.

Rekam Medik. (2020). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf– Diakses April 2021

Sasmita, Desti, and Oswati Hasanah. 2015. “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan
Denganstrategi Kopingpasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis.” Jom Psik 2(2).
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/Jumkep/article/view/480.

Saputro, H, dan Farzin I. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses,
Manfaat dan Pelaksanaannya. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES).

Sely Selvia Aodina. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Daerah
dr. SOEBANDI JEMBER .
http://repository.unmuhjember.ac.id/1064/8/ABSTRAKSI.pdf

Siti Arafah Julianty Hrp, dkk (2015). “faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan”.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6736

Stuart, G, W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.


Stuart. G. W., & Sundeen, SJ. (2016), Prinsip dan Praktek Keperawatan dan
Kesehatan Jiwa Stuart, Elsevier.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Suliswati. (2015). Konsep Keperawatan Jiwa, cetakan 1. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Ullya, F. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Gagal Ginjal


Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainal
Abidin Banda Aceh, Skripsi Sarjana Keperawatan, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh. Di akses pada tanggal 30 juli 2021.

Veronika, Nofita, Asti Nuraeni dan Mamat Supriyono. (2017). Efektifitas


pelaksanaan Pendampingan Oleh Kader dalam Pengaturan Diet Rendah
Garam Terhadap Kestabilan tekanan darah Lansia dengan Hipertensi di
Kelurahan Purwoyoso Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
Vol. 3 No. 1: 1-53.

WHO. ( 2018). The Global Burden of Kidney Disease and The


SustainableDevelopment Goals. Bulletin of World Health Organization.

Widiyati. S. (2016), Hubungan Mekanisme Koping Individu Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di
Bangsal Teratai RSUD dr. Soedirman Mangun,Naskah Publikasi, StiKes
Kusuma HusadaSurakarta.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdsriwidiyat-1483-1-
artikel-0.pdf di akses pada 30 juli 2021.

Yuliana, E. 2017. Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Makanan Yang Sehat dan
Bergizi Terhadap Pemilihan Jajanan di Sekolah. Skripsi. Purwokerto :
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Inisial :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden

didalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa STIK Bina Husada

Palembang dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu”,

dimana pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun

dan kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sekayu, 2021

Peneliti
( Umi Nur Astutik )

(Responden)

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA

No.Responden: Tgl.Pengisian:
A. Data Demografi
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Suku :
5. Status perkawinan :
6. Agama :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Lama Menjadi Hemodialisis :

LEMBAR KUESIONER KECEMASAN


HARS ( HAMILTON ANXIETY RATING SCALE )

Berilah tanda ( √ ) jika terdapat gejala yang terjadi selama menjalani

hemodialisa. Jawaban boleh lebih dari 1 (satu).

Penilaian: 0 = Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1 = Ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada)

2 = sedang (separuh dari gejala yang ada)


3 = berat ( lebih dari separuh dari gejala yang ada)

4 = Sangat Berat ( semua gejala ada)

1) Perasaan Cemas (ansietas)

Cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri


Score :
Mudah tersinggung

Mudah Emosi

2) Ketegangan

Merasa tegang

Lesu
Score :
Tidak bisa istirahat dengan tenang

Mudah terkejut

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

3) Ketakutan

Pada gelap

Pada orang asing


Ditinggal sendiri
Score :
Pada binatang besar

Pada keramaian lalu lintas

Pada kerumunan orang banyak

4) Gangguan tidur

Sukar masuk tidur

Terbangun malam hari

Tidur tidak nyenyak


Score :
Bangun dengan lesu

Banyak mimpi-mimpi

Mimpi buruk

Mimpi menakutkan

5) Gangguan kecerdasan

Sukar konsentrasi

Daya ingat buruk

Daya ingat menurun Score :

Sering bingung

6) Perasaan depresi (murung)


Hilangnya minat

Berkurangnya kesenangan pada hobi

Sedih
Score :
Bangun dini hari

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7) Gejala somatik/fisik (otot)

Sakit dan nyeri di otot

Kaku

Kedutan otot Score :

Gigi gemerutuk

Suara tidak stabil

8) Gejala somatik/fisik (sensorik)

Tinitus (telinga berdenging)

Penglihatan kabur

Muka merah atau pucat


Score :
Merasa lemas

Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala Kardiovaskuler

Takikardia (denyut jantung cepat)

Berdebar-debar

Nyeri di dada
Score :
Denyut nadi mengeras

Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

Detak jantung menghilang sekejap

10) Gejala Respiratori (pernafasan)

Rasa tertekan didada

Perasaan tercekik
Score :
Merasa napas pendek atau sesak

Sering menarik napas panjang

11) Gejala Gastrointestinal (pencernaan)

Sulit menelan

Perut melilit Score :

Gangguan pencernaan

Nyeri sebelum dan sesudah makan


12) Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin)

Sering buang air kecil

Tidak dapat menahan air seni

Amenor/menstruasi yang tidak teratur Score :

Menjadi dingin (frigid)

Ejakulasi dini

13) Gejala Autonom

Mulut kering Muka merah

Mudah berkeringat Score :

Pusing /sakit kepala

Bulu roma berdiri

14) Tingkah laku (sikap) pada wawancara

Gelisah

Tidak tenang

Jari gemetar

Kerut kening

Muka tegang Score :

Perasaan terbakar diperut

Rasa penuh atau kembung Mual


Muntah

Buang air besar lembek

Sukar buang air besar (konstipasi)

Kehilangan berat badan

Jumlah skor :

Kesimpulan : Tidak ada

kecemasan

Kecemasan

ringan

Kecemasan

sedang

Kecemasan berat

Keterangan :

Skor < 6 ( tidak ada kecemasan )

Skor 6-14 ( kecemasan ringan )

Skor 15-27 ( kecemasan sedang )

Skor > 27 ( kecemasan berat )


C. KUESIONER PENGETAHUAN

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah gagal ginjal adalah keadaan dimana
ginjal tidak mampu untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan tubuh ?

2 Apakah diabetes militus dan hipertensi


merupakan salah satu penyebab dari gagal
ginjal ?
3 Apakah kulit pucat, kaki bengkak dan mual
mutah merupakah salah satu tanda gagal ginjal
kronis ?
4 Apakah batuk dan bersin dapat menularkan
gagal ginjal ?
5 Apakah anemia merupakan salah satu
komplikasi dari gagal ginjal kronis ?
6 Apakah dengan banyak minum air dapat
memperbaiki fungsi ginjal pada penderita gagal
ginjal kronis ?
7 Apakah terapi hemodialisa merupakan salah
satu terapi pengganti ginjal ?
8 Apakak tujuan dari terapi hemodialisa adalah
untuk mengeluarkan zat racun dalam tubuh ?

9 Apakah dengan dikeluarkannya racun dalam


tubuh dapat mencegah kerusakan permanen
pada ginjal ?
10 Apakah lebih baik jika melakukan terapi
hemodialisa dengan tidak sesuai jadwal ?
D. KUESIONER PENELITIAN

Dukungan Keluarga

Kode Respoden :....................

Petunjuk pengisian kuesioner :

- Baca pernyataan dengan teliti

- Isilah setiap pernyataan dengan dengan lengkap

N Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak


o - pernah
kadang
1 Keluarga mengingatkan saya
untuk beristirahat
2 Tidak satupun anggota keluarga
yang memperhatikan kebutuhan
saya
3 Keluarga saya selalu mencoba
membantu saya
4 Keluarga tidak memberikan bantuan
secara emosional dan dukungan yang
saya butuhkan
5 Keluarga menyediakan waktu dan
fasilitas jika pasien memerlukan untuk
keperluan pengobatan
6 Keluarga tidak berperan aktif dalam
setiap dalam setiap pengobatan dan
perawatan pasien
7 Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan saya
8 Keluarga tidak mencarikan
kebutuhan sarana dan peralatan
yang saya perlukan
9 Keluarga selalu memberitahu
mengenai hasil pemeriksaan dokter
10 Keluarga tidak mengingatkan saya
pada saat jadwal minum obat
11 Keluarga memberikan informasi
pada saya tentang hal-hal yang bisa
memperburuk penyakit saya
12 Keluarga tidak mau
menjelaskan kepada saya
setiap saya bertanya hal-hal
13 yang tidakmemberikan
Keluarga jelas tentangpujian saat
saya melakukan sesuai yang
dikatakan dokter
14 Keluarga tidak mensupport saya saat
menjalani pengobatan
15 Keluarga berusaha menenangkan
perasaan saya
Lampiran 2

Frequencies

Statistics

usia jenis kelamin status pekerjaan pendidikan tingkat


kecemasan

Valid 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1,39 1,30 1,39 1,09 3,06
Median 1,00 1,00 1,00 1,00 3,00
Mode 1 1 1 1 3
Sum 46 43 46 36 101

Statistics

tingkat pengetahuan dukungan keluarga lama menjalani HD

Valid 33 33 33
N
Missing 0 0 0
Mean 1,42 1,42 1,27
Median 1,00 1,00 1,00
Mode 1 1 1
Sum 47 47 42

Frequency Table

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid DEWASA MUDA 20 60,6 60,6 60,6

DEWASA TUA 13 39,4 39,4 100,0


Total 33 100,0 100,0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

laki-laki 23 69,7 69,7 69,7

Valid perempuan 10 30,3 30,3 100,0

Total 33 100,0 100,0

status pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

bekerja 20 60,6 60,6 60,6

Valid tidak bekerja 13 39,4 39,4 100,0

Total 33 100,0 100,0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

RENDAH 30 90,9 90,9 90,9

Valid TINGGI 3 9,1 9,1 100,0

Total 33 100,0 100,0

tingkat kecemasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

CEMAS RINGAN 5 15,2 15,2 15,2

Valid CEMAS SEDANG 21 63,6 63,6 78,8

CEMAS BERAT 7 21,2 21,2 100,0


Total 33 100,0 100,0

tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

KURANG 22 66,7 66,7 66,7

CUKUP 8 24,2 24,2 90,9


Valid
BAIK 3 9,1 9,1 100,0

Total 33 100,0 100,0

dukungan keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

RENDAH 22 66,7 66,7 66,7

SEDANG 8 24,2 24,2 90,9


Valid
TINGGI 3 9,1 9,1 100,0

Total 33 100,0 100,0

lama menjalani HD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

< 6BULAN 24 72,7 72,7 72,7

Valid > 6BULAN 9 27,3 27,3 100,0

Total 33 100,0 100,0


Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * tingkat kecemasan 33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%


jenis kelamin * tingkat
33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%
kecemasan
tingkat pengetahuan *
33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%
tingkat kecemasan
dukungan keluarga * tingkat
33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%
kecemasan
lama menjalani HD * tingkat
33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%
kecemasan

usia * tingkat kecemasan

Crosstab

tingkat kecemasan

CEMAS RINGAN CEMAS


SEDANG

Count 1 16

Expected Count 1,8 14,5

DEWASA MUDA % within usia 5,0% 80,0%

% within tingkat kecemasan 33,3% 66,7%

% of Total 3,0% 48,5%


usia
Count 2 8

Expected Count 1,2 9,5

DEWASA TUA % within usia 15,4% 61,5%

% within tingkat kecemasan 66,7% 33,3%

% of Total 6,1% 24,2%


Count 3 24
Expected Count 3,0 24,0
Total % within usia 9,1% 72,7%
% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%
% of Total 9,1% 72,7%

Crosstab

tingkat kecemasan Total

CEMAS BERAT

Count 3 20

Expected Count 3,6 20,0

DEWASA MUDA % within usia 15,0% 100,0%

% within tingkat kecemasan 50,0% 60,6%

% of Total 9,1% 60,6%


usia
Count 3 13

Expected Count 2,4 13,0

DEWASA TUA % within usia 23,1% 100,0%

% within tingkat kecemasan 50,0% 39,4%

% of Total 9,1% 39,4%


Count 6 33

Expected Count 6,0 33,0

Total % within usia 18,2% 100,0%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 18,2% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,587a 2 ,452


Likelihood Ratio 1,562 2 ,458
Linear-by-Linear Association ,015 1 ,901
N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,18.

jenis kelamin * tingkat kecemasan

Crosstab

tingkat kecemasan

CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG

Count 3 17

Expected Count 2,1 16,7

laki-laki % within jenis kelamin 13,0% 73,9%

% within tingkat kecemasan 100,0% 70,8%

% of Total 9,1% 51,5%


jenis kelamin
Count 0 7

Expected Count ,9 7,3

perempuan % within jenis kelamin 0,0% 70,0%

% within tingkat kecemasan 0,0% 29,2%

% of Total 0,0% 21,2%


Count 3 24

Expected Count 3,0 24,0

Total % within jenis kelamin 9,1% 72,7%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 9,1% 72,7%

Crosstab
tingkat Total
kecemasan

CEMAS BERAT

Count 3 23

Expected Count 4,2 23,0

laki-laki % within jenis kelamin 13,0% 100,0%

% within tingkat kecemasan 50,0% 69,7%

% of Total 9,1% 69,7%


jenis kelamin
Count 3 10

Expected Count 1,8 10,0

perempuan % within jenis kelamin 30,0% 100,0%

% within tingkat kecemasan 50,0% 30,3%

% of Total 9,1% 30,3%


Count 6 33

Expected Count 6,0 33,0

Total % within jenis kelamin 18,2% 100,0%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 18,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2,421a 2 ,298


Likelihood Ratio 3,193 2 ,203
Linear-by-Linear Association 2,300 1 ,129
N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,91.

tingkat pengetahuan * tingkat kecemasan


Crosstab

tingkat kecemasan

CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG

Count 1 22

Expected Count 2,2 17,5

% within tingkat
KURANG 4,2% 91,7%
pengetahuan

% within tingkat kecemasan 33,3% 91,7%

% of Total 3,0% 66,7%


tingkat pengetahuan
Count 2 2

Expected Count ,8 6,5

% within tingkat
CUKUP 22,2% 22,2%
pengetahuan

% within tingkat kecemasan 66,7% 8,3%

% of Total 6,1% 6,1%


Count 3 24

Expected Count 3,0 24,0

% within tingkat
Total 9,1% 72,7%
pengetahuan

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 9,1% 72,7%

Crosstab

tingkat Total
kecemasan

CEMAS BERAT

Count 1 24

Expected Count 4,4 24,0

KURANG % within tingkat pengetahuan 4,2% 100,0%


tingkat pengetahuan
% within tingkat kecemasan 16,7% 72,7%

% of Total 3,0% 72,7%

CUKUP Count 5 9
Expected Count 1,6 9,0

% within tingkat pengetahuan 55,6% 100,0%

% within tingkat kecemasan 83,3% 27,3%

% of Total 15,2% 27,3%


Count 6 33

Expected Count 6,0 33,0

Total % within tingkat pengetahuan 18,2% 100,0%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 18,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 16,194a 2 ,000


Likelihood Ratio 15,679 2 ,000
Linear-by-Linear Association 2,667 1 ,102
N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,82.

dukungan keluarga * tingkat kecemasan

Crosstab

tingkat kecemasan
CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG

Count 1 22

Expected Count 2,3 18,2

RENDAH % within dukungan keluarga 4,0% 88,0%

% within tingkat kecemasan 33,3% 91,7%

% of Total 3,0% 66,7%


dukungan keluarga
Count 2 2

Expected Count ,7 5,8

SEDANG % within dukungan keluarga 25,0% 25,0%

% within tingkat kecemasan 66,7% 8,3%

% of Total 6,1% 6,1%


Count 3 24

Expected Count 3,0 24,0

Total % within dukungan keluarga 9,1% 72,7%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 9,1% 72,7%

Crosstab

tingkat Total
kecemasan

CEMAS BERAT

Count 2 25

Expected Count 4,5 25,0

RENDAH % within dukungan keluarga 8,0% 100,0%

% within tingkat kecemasan 33,3% 75,8%

% of Total 6,1% 75,8%


dukungan keluarga
Count 4 8

Expected Count 1,5 8,0

SEDANG % within dukungan keluarga 50,0% 100,0%

% within tingkat kecemasan 66,7% 24,2%

% of Total 12,1% 24,2%


Total Count 6 33
Expected Count 6,0 33,0

% within dukungan keluarga 18,2% 100,0%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 18,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12,128a 2 ,002


Likelihood Ratio 11,329 2 ,003
Linear-by-Linear Association ,980 1 ,322
N of Valid Cases 33

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,73.

lama menjalani HD * tingkat kecemasan

Crosstab

tingkat kecemasan

CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG

Count 1 22

Expected Count 2,2 17,5

< 6BULAN % within lama menjalani HD 4,2% 91,7%

% within tingkat kecemasan 33,3% 91,7%

% of Total 3,0% 66,7%


lama menjalani HD
Count 2 2

Expected Count ,8 6,5

> 6BULAN % within lama menjalani HD 22,2% 22,2%

% within tingkat kecemasan 66,7% 8,3%

% of Total 6,1% 6,1%


Count 3 24

Expected Count 3,0 24,0

Total % within lama menjalani HD 9,1% 72,7%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 9,1% 72,7%

Crosstab

tingkat Total
kecemasan

CEMAS BERAT

Count 1 24

Expected Count 4,4 24,0

< 6BULAN % within lama menjalani HD 4,2% 100,0%

% within tingkat kecemasan 16,7% 72,7%

% of Total 3,0% 72,7%


lama menjalani HD
Count 5 9

Expected Count 1,6 9,0

> 6BULAN % within lama menjalani HD 55,6% 100,0%

% within tingkat kecemasan 83,3% 27,3%

% of Total 15,2% 27,3%


Count 6 33

Expected Count 6,0 33,0

Total % within lama menjalani HD 18,2% 100,0%

% within tingkat kecemasan 100,0% 100,0%

% of Total 18,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 16,194a 2 ,000


Likelihood Ratio 15,679 2 ,000
Linear-by-Linear Association 2,667 1 ,102
N of Valid Cases 33
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,82.

Lampiran 3

Anda mungkin juga menyukai