Oleh ;
UMI NUR ASTUTIK
19.14201.91.16
Oleh ;
ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, 04 agustus 2021
Secara global kejadian gagal ginjal kronik lebih dari 500 juta orang dan yang
harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisa) adalah 1,5
juta orang. Proses Hemodialisis di Rumah Sakit dapat menimbulkan stres psikologis
(kecemasan) dan fisik yang mengganggu sistem neurologi seperti kelemahan, fatigue,
kecemasan, penurunan kosentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Musi Banyuasin 2021.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan
crossectional dengan menggunakan uji analisa data Chi Square . Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh pasien yang rutin menjalani hemodialisa setiap bulan.
Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik total sampling dengan jumlah
sampel 33 responden. Dari hasil penelitian diperoleh hasil ada hubungan antara
pengetahuan, dukungan keluarga dan lama menjalani hemodialisa dengan tingkat
kecemasan pasien Hemodialisa dengan tingkat kemaknaan nilai p value dibawah
(<0,05). Sedangkan untuk usia dan jenis kelamin diperoleh hasil tidak ada hubungan
dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisa dengan nilai p value (>0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisa adalah faktor pengetahuan, dukungan keluarga
dan lama menjalani hemodialisa. Oleh karenanya untuk mengurangi tingkat
kecemasan klien diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan klien
dengan pemberian informasi, edukasi (KIE), dengan jalan menggalakkan program
penyuluhan-penyuluhan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
iii
ABSTRACT
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
BINA HUSADA PALEMBANG
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, 04 nd August 2021
Globally, the incidence of chronic kidney failure is more than 500 million people
and 1.5 million people have to live a life dependent on dialysis (hemodialysis). The process
of hemodialysis in hospitals can cause psychological (anxiety) and physical stress that
interferes with the neurological system such as weakness, fatigue, anxiety, decreased
concentration. This study aims to determine the factors associated with the level of anxiety in
hemodialysis patients at the Sekayu Musi Banyuasin Regional General Hospital 2021.
The research design used is descriptive, with a cross-sectional approach using Chi
Square data analysis test. The population of this study were all patients who routinely
undergo hemodialysis every month. The sampling technique was carried out with a total
sampling technique with a sample of 33 respondents. From the results of the study, it was
found that there was a relationship between knowledge, family support and duration of
hemodialysis with the anxiety level of hemodialysis patients with the significance level of the
p value below (<0.05). Meanwhile, for age and gender, the results showed that there was no
relationship with the anxiety level of hemodialysis patients with p value (> 0.05).
The conclusion of this study is that the factors associated with the anxiety level of
hemodialysis patients are knowledge, family support and length of time undergoing
hemodialysis. Therefore, to reduce the client's anxiety level, it is expected that health workers
will further increase client knowledge by providing information, education (KIE), by
promoting counseling programs that can improve optimal health status.
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
I. BIODATA
Nama : Umi Nur Astutik
Tempat, tanggal lahir : Bangun Mulyo, 25 Agustus 1990
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat tempat tinggal : Jalur 01 Kayuara RT 003 RW 002 Sekayu Musi
Banyuasin
No. Telp : 081276700440
Email : uminurastutik@gmail.com
Nama orang tua :
- Ayah : Saring
- Ibu : Supriyanti
vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Kupersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakanku, dan selalu mendukungku;
Suami serta anak-anakku tercinta yang selalu mendoakan dan mensupportku;
Para dosen-dosen yang dengan sabar membimbing dan mengajariku;
Sahabat-sahabat yang tidak mengeluh untuk membantuku.
Motto:
Semua butuh proses, Jika ada kemauan pasti ada jalan.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-nya yang tiada henti diberikan kepada hambaNya. Salam dan Sholawat
tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat,
dan para pengikutnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021”
Supriyanti serta Suamiku tercinta Hery Irwanto, Anak-anak tersayang (Fhadilla &
Fatih), terima kasih atas segala dukungan moril, materil, dan doa di setiap
hembusan nafas beliau, kasih sayang tulus yang tak akan tertandingi oleh siapapun
dan apapun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisannya. Dengan demikian penulis sangat
mengharapkan masukan yang membangun berupa kritik dan saran yang bersifat
ix
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes selaku Plt. Ketua STIK Bina Husada Palembang.
2. Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
5. dr. Lita selaku dokter penanggung jawab ruang Hemodialisa RSUD Sekayu
yang selalu siap membantu dalam segala hal dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Raden Surahmat, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep Selaku penguji I yang telah
8. Aris Citra Wisuda, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep, Selaku penguji II yang
9. Seluruh Perawat serta Pasien Hemodialisa RSUD Sekayu yang selalu siap
membantu.
10. Kepala Ruang Medang Ns. Aryadi, S.Kep dan Team Satu Shift (Dicky
x
memberikan semangat, yang selalu siap membantu, dan yang selalu siap
11. Serta tak lupa untuk seluruh Satu Almamater Reguler B2 Bina Husada
Palembang yang selalu saling support sampai ditahap akhir. thanks you so
much.
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta hidayah nya.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan bagi kita semua,
Aamiin .
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
xii
4.2.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 64
4.3 Pembahasan .............................................................................................. 70
4.3.1 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Yang Mengalami Tingkat Kecemasan ............................................... 70
4.3.2 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Usia dengan Tingkat kecemasan .................................... 71
4.3.3 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Jenis kelamin dengan Tingkat kecemasan ...................... 72
4.3.4 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Pengetahuan dengan Tingkat kecemasan........................ 73
4.3.5 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Dukungan keluarga dengan Tingkat kecemasan ............ 75
4.3.6 Hasil analisis Distribusi Frekuensi Rensponden
Berdasarkan Lama menjalani Hemodialisa
dengan Tingkat kecemasan ................................................................ 77
4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 78
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79
5.1 Simpulan .............................................................................................. 79
5.2 Saran .................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
angka kejadian Gagal Ginjal Kronik (GGK) telah meningkat 50% dari tahun
sebelumnya, secara global kejadian gagal ginjal kronik lebih dari 500 juta orang dan
yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisa) adalah
1,5 juta orang. Prevalensi gagal ginjal kronik bagi World Heath Organization ialah
salah satu permasalahan kesehatan utama di dunia, secara global kurang lebih 1 dari
kronis (PGK) telah menjadi suatu epidemi global dengan perkiraan prevalensi 14%
di Amerika Serikat dan 5-15% di seluruh dunia (Nicola dan Zoccali, 2016).
jumlah pasien baru penyakit ginjal. Data tahun 2018 mencatat ada 66.433 pasien,
kemudian tahun 2019 menjadi 69.124 pasien atau ada peningkatan 2.691 pasien.
Pasien yang mengakses layanan hemodialisis (cuci darah) pun meningkat karena
biaya hemodialisis yang ditanggung BPJS sejak 2014. Pada tahun 2019 tercacat ada
Penderita dialisis yang alami kecemasan apabila tidak teratasi dengan baik
dan dapat berakibat buruk pada kualitas hidup penderita. Kecemasan dalam jangka
waktu yang lama bakal merangsang stress serta bakal jadi kendala tekanan mental.
2
Sekian banyak dari penderita alami kendala kognitif, seperti kehabisan ataupun
penurunan memori daya ingat, konsentrasi menurun, terjalin kendala fisik, mental,
serta kehidupan sosial yang pengaruhi seluruh kegiatan tiap hari( Mailani, F. 2015).
Aspek lain seseorang tetap alami kecemasan ringan hingga berat terlepas dari
tidak hadapi trauma yang sama dengan sebelumnya. Dorongan keluarga juga
merupakan faktor yang berperan berarti, terus menjadi baik dukungan keluarga
tingkat kecemasan sebagian besar masuk dalam kategori ringan yaitu 68,5%,
kecemasan sedang 15,7%, kecemasan berat 3,4%, panik 1,1% dan pasien yang tidak
hasil Pvalue 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara mekanisme koping
pasien mengalami kecemasan sedang sebanyak 12 orang (54,5%) dan ansietas berat
signifikansi 0,341 (<0,05), maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan usia pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah salah satu Rumah Sakit yang
hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu , jumlah keseluruhan pasien yang
menjalani terapi hemodialisis rata-rata tahun 2021 adalah 85 orang. (sumber buku
Dari data Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, jumlah pasien
Jumlah pasien Hemodialisa tahun 2018 sebanyak 2.423 orang, tahun 2019 berjumlah
3.570 orang dan tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 4.183 orang. (Sumber
Sakit Umum Daerah Sekayu dr. Syahpri Putra Wangsa SpPD (05 April 2021),
sehingga pasien tampak tegang dan gelisah saat menjalani hemodialisis. Selain itu,
hasil wawancara dengan pasien yang akan melakukan terapi Hemodialisa di Ruang
rawat inap Medang, ada dua pasien yang mengatakan cemas sebelum melakukan
Hemodialisa. Ada dua pasien tidak nafsu makan atau hilang nafsu makan jika sudah
tau akan jadwal Hemodialisa rutin. Ada satu pasien yang tidak mau Hemodialisa
dikarenakan waktu yang cukup lama saat menjalankan terapi Hemodialisa.Selain itu
Hemodialisa diruang rawat inap medang RSUD Sekayu, ditemukan dari 10 pasien
terdapat tiga orang (30%) mengalami kecemasan ringan ditandai dengan pasien
telihat tenangdan sadar akan lingkungan, dua orang (20%) mengalami kecemasan
sedang ditandai dengan tanda-tanda vital meningkat serta mudah tersinggung, empat
orang (40%) mengalami kecemasan berat ditandai dengan menarik diri dan memilih
Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Hasil survey awal pada pasien rawat inap yang melakukan jadwal rutin terapi
orang (40%) mengalami kecemasan berat dan satu orang (10%) tidak megalami
kecemasan.
2. Dari hasil wawancara dengan pasien yang akan melakukan terapi Hemodialisa,
Ada beberapa pasien tidak nafsu makan atau hilang nafsu makan jika sudah tau
akan jadwal Hemodialisa rutin. Ada juga pasien yang tidak mau Hemodialisa
5
Selain itu pasien juga mudah kesal, tegang, gelisah, mudah panik dan pesimis.
Sekayu.
pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.
pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021.
tahun 2021.
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta mengetahui lebih dekat tentang
kecemasan yang terjadi pada pasien hemodialisis dan dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pandangan untuk peneliti selanjutnya dengan metode yang lebih
baik.
sakit sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dan keluarganya.
7
tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat
Penelitian ini termasuk dalam lingkup kajian ilmu keperawatan jiwa dan
keperawatan medikal bedah dan yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah
2021. Masalah yang diangkat yaitu tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
data variabel independen dan dependen hanya pada suatu waktu tanpa adanya tidak
lanjut. Dalam penelitian ini variabel yang akan dihubungkan adalah Usia, Jenis
pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun 2021. Tehnik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian
dari beberapa penyakit yang tidak menular, dimana proses perjalanan penyakitnya
membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi penurunan fungsinya dan tidak
dapat kembali ke kondisi semula. Kerusakan ginjal terjadi pada nefron termasuk
pada glomerulus dan tubulus ginjal, nefron yang mengalami kerusakan tidak dapat
GGK adalah penurunan faal ginjal yang menahun mengarah pada kerusakan
jaringan ginjal yang tidak reversible dan progresif. Adapun GGT (gagal ginjal
terminal) adalah fase terakhir dari GGK dengan faal ginjal sudah sangat buruk.
Kedua hal tersebut bias di bedakan dengan tes klirens kreatinin (Irwan, 2016).
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure) atau sering disebut chronic
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan azotemia (retensi urea dan sampah
b. Penyebab
Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat disebabkan oleh gangguan prerenal,
renal dan post renal. Pasien yang menderita penyakit seperti Diabetes melitus
kongenital dan keganasan dapat mengalami kerusakan ginjal (Siregar & Ariga,
2020).
secara cepat, bertahap dan pasien tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi
ginjal dalam jangka waktu yang lama (Siregar & Ariga, 2020).
c. Anatomi Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian kulit (korteks),
Gambar 2.1
Bagian-bagian ginjal
(dikutip dari www.adamimages.com)
darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung
dikelilingi oleh simpai bownman dan gabungan antara glomerulus dengan simpai
bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi,
yaitu diantara glomerulus dan simpai bownman. Zat-zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju
ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat didalam
sumsum ginjal.
12
piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks
atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris-garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang
membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari
piramid. Kaliks minor ini menampung urine yang terus keluar dari papila. Dari
kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga
d. Fisiologi Ginjal
plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh direabsropsi di tubulus.
13
Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah dengan sekresi (prostaglandin oleh sel
Menurut Prabowo dan Pranata (2014) fungsi ginjal adalah sebagai berikut:
a) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain : urea, asam
urat, amoniak, kreatinin, garam aroganik, bakteri dan juga obat-obatan. Jika zat-
zat ini tidak diekskresikan oleh ginjal, maka tubuh akan diracuni oleh kotoran
yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal yang berfungsi untuk
menyaring nefron.
osmotik ekstraseluler.
ion hidtrodium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat
f. Manifestasi Klinis
penyakit ginjal kronis (PGK) menurut (Siregar & Ariga, 2020) adalah tidak
tetapi gejala yang muncul mulai menurun secara berkelanjutan. Penyakit ginjal
fungsi ginjal yang tidak dilakukan penatalaksanaan secara baik dapat berakibat
buruk dan menyebabkan kematian. Tanda gejala umum yang sering muncul
a. Darah ditemukan dalam urin, sehingga urin berwarna gelap seperti teh
(hematuria)
Pasien Gagal ginjal kronik stadium satu sampai tiga (dengan GFR ≥ 30
tersebut dapat ditemukan pada gagal ginjal kronik stadium empat dan lima (dengan
GFR < 30 mL/menit/1,73 m2) bersamaan dengan poliuria, hematuria dan edema.
Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan peningkatan limbah nitrogen
di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dalam tubuh
yang pada keadaan lanjut akan menyebabkan gangguan fungsi pada semua sistem
e. Patofisiologi
penurunan dan kerusakan nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang
progresif. Total laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun dan klirens menurun, BUN
16
dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat
usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal kehilangan
urine yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri (Veronika,
2017).
Pada Pasien gagal ginjal kronik, terjadi peningkatan kadar air dan natrium
dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu
reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler
jantung meningkat dan merusak pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah
a. Pengertian
Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara
pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen
17
lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang
digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute
dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi
pendek atau jangka panjang. Terapi hemodialisa jangka pendek sering dilakukan
untuk mengatasi kondisi pasien akut seperti keracunan, penyakit jantung overload
cairan tanpa diikuti dengan penurunan fungsi ginjal. Terapi ini dilakukan dalam
jangka waktu beberapa hari atau beberapa minggu. Terapi hemodialisa jangka
panjang dilakukan oleh pasien yang mengalami penyakit ginjal stadium akhir
atau end stage renal disease (ERSD) (Siregar & Ariga 2020).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang
membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam
sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,
maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)
berlebihan dan toksin saat darah pasien bersirkulasi melalui ginjal buatan.
mengeluarkan toksin dan produk sisa metabolisme serta mengontrol tekanan darah
(Hurst, 2019).
18
b. Indikasi
Tidak ada petunjuk yang jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk
keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai
penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak
sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan
gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin
serum diatas 6 mg/100 ml pada pria, 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro
filtration rate (GFR) kurang dari 4ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus
menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak
Secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15
LFG kurang dari 5 ml/menit walaupun tanda gejala dapat menjalani dialisis. Selain
indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat
komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang dan
dibawah 10 ml/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mg/dL.
relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa ensefalopati dan toksin
pulmonum) dan asidosis yang tidak dapat diatasi ( Nuari & Widayati,2017).
c. Kontra indikasi
terhadap presor, penyakit stadium terminal dan sindrom otak organik, tidak
adalah penyakit alzaimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati
d. Tujuan Hemodialisa
cairan didalam sel dan di luar sel (Siregar & Aida, 2020).
e. Proses Hemodialisa
20
sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh
ukuran membran dalam alat dialisa , dan kecepatan aliran darah dan larutan
saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring
dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang
vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin
hemodialisa.
semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk
dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam
darah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber
atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun
paralel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan
dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena
semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah
dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah
darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan kedalam tubuh
melalui arterio venosa shunt (AV-shunt) . Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit,
satu untuk darah dan satu lagi untuk cairan dialisa. DArah mengalir dari pasien
melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan
Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran difitrasi dan dihangatkan
sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan
perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa.
Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar
serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan
hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difus solut. Sirkuit
22
darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau Nacl 0,9% sebelum
sirkuit ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah
untuk membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit)
pada jalur arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap
udara atau bekuan darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin
Tiap hemodialisa dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa
Widayati,2017).
1. Pengertian
Menurut Stuart dan Sundeen (2016) kecemasan adalah keadaan emosi tanpa
objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai semua
pengalaman baru, seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan
anak. Kecemasan adalah sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan
23
yang tidak menentu dan tidak berdaya. Kedua definisi kecemasan di atas dapat
menjadi 2 yaitu:
a. Teori psikoanalitik
impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai
mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Stuart, 2013).
b. Teori Interpersonal
harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan yang sangat
c. Teori Perilaku
menghindari rasa sakit. Pada individu yang pada awal kehidupan dihadapkan pada
b) Faktor presipitasi
Menurut Stuart (2016) rentan respon kecemasan terdiri dari respon adaptif
dan maladaptif.
Bagan 2.1
Sumber: Stuart (2016)
1) Respon Adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis,
2) Respon Maladaptif
26
maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas
isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat
terlarang.
4. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan
b. Kecemasan sedang
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang memilik rentang
yang lebih selektif namun masih dapat melakukan sesuatu lebih terarah.
c. Kecemasan berat
27
d. Panik
dan teror. Hal yang terinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
walaupun dengan arahan. Tingkat kecemasan jika berlangsung terus dalam waktu
6. Manifestasi kecemasan
1) Respon fisiologi
b. Sistem pernafasan: nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas
7. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Menurut Kaplan dan Sadock (2010) bahwa dua jenis obat utama yang harus
anti depresan. Anti ansietas, meliputi buspirone dan benzodiazepin, sedangkan anti
2) Non farmakologi
29
a. Terapi perilaku
Terapi perilaku atau latihan relaksasi dapat juga digunakan untuk mengatasi
stes dengan mengatur tekanan emosional yang terkait dengan kecemasan. Jika otot-
otot yang tegang dapat dibuat menjadi lebih santai, maka ansietas akan
berkurang (Stuart,2016).
b. Terapi kognitif
(distraksi) pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami
c. Psiko terapi
(HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk
mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri
dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak
dan orang dewasa”. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada
tersinggung.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
kecemasan pada pasien hemodialisa beserta dampak yang terjadi. faktor yang
berhubungan antara lain faktor demografi, faktor pengetahuan, faktor dukungan dan
a. Usia
32
Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat
dia masih muda mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang
punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau
anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek hanya menunggu
juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang
memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia
b. Jenis Kelamin
Menurut Brinzendine (2017) kecemasan pada perempuan empat kali lebih sering
terjadi pada perempuan karena faktor pencetus yang sangat responsif pada
memungkinkan otak perempuan untuk terpusat pada bahaya yang dihadapi dan
bereaksi dengan cepat. Pengukuran untuk jenis kelamin ini berdasarkan Laki-Laki &
c. Dukungan keluarga
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya
dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga,
Dukungan orang tua adalah salah satu dari faktor yang paling kuat terkait dengan
tingkat kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada
konflik yang terjadi pada dirinya. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi,
empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa
lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari
Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas,
rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan
34
psikologis.
dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori Friedman yang
telah di modifikasi oleh Nurwulan (2017). Aspek yang digunakan untuk mengukur
No. Indikator
1 Dukungan emosional
2 Dukungan instrumental
3 Dukungan penilaian/penghargaan
4 Dukungan informasional
Skala ini menggunakan skala model Skala Likert yang terdiri dari pernyataan
sering, 4 = selalu.
d. Pengetahuan
35
coping yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya defisit perawatan diri serta
self-care dengan cara disiplin dalam mengontrol keseimbangan cairan dan nutrisi
Rumus yang dipakai untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat
jumlah soal
(<=55%).
menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah dengan kejadian yang ada dan
merasa sedih dengan kejadian yang dialami sehingga memerlukan penyesuaian diri
36
yang lama terhadap lingkungan yang baru dan harus menjalani Hemodialisa
metabolisme tubuh, dan terutama pada penyakit GGK tahap akhir atau stadium 5.
Jika tidak dilakukan terapi pengganti ginjal maka pasien akan meninggal (Sasmita,
2015).
Terapi Hemodialisis cukup berdampak pada gaya hidup pasien, karena terapi
ini memakan waktu yang lama. Lama waktu hemodialisis adalah idealnya 10-12 jam
hemodialisis < 6 bulan memiliki tingkat kecemasan yang lebih berat dibandingkan
Hemodialisa Penatalaksanaan :
Faktor faktor Kecemasan
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi
1. faktor predisposisi
2. faktor presipitasi
Tingkat Kecemasan
37
METODE PENELITIAN
data variabel independen dan dependen hanya pada suatu waktu tanpa adanya tidak
Sekayu.
38
Waktu penelitian dilakukan pada bulan 17 Mei sampai dengan 17 Juni tahun 2021.
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis dengan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
besaran sampelnya < 100, maka dari itu besar sampel yang diambil dalam penelitian
Adapun responden yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah
Kriteria inklusi
39
Kriteria eksklusi
2) Responden menolak
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian yaitu total sampling yaitu
pengambilan sample didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, beerdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
jumlah sampel diperoleh rumus untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000.
Rumus :
N
n=
N . d 2 +1
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
N = Jumlah Sampel
N
n=
N . d 2 +1
51
n=
51. 0,01+1
51
n=
1,51
n = 33,7 = 33 responden
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tinggi signifikasi
Kerangka konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generelisasi dari hal –
hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat
Bagan 3.2
Kerangka konsep penelitian
Variabel Independen
Usia
41
Jenis Kelamin
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Tingkat Kecemasan Kuisioner 1. Tidak Cemas, jika Ordinal
Kecemasan adalah sesuatu skor <14
yang tidak jelas 2. Cemas ringan,
dan jika skor 14-20
berhubungan 3. Cemas sedang,
dengan perasaan jika skor 21-27
yang tidak 4. Cemas berat, jika
menentu dan skor 28-41
42
5. Cemas berat
sekali, jika skor
tidak berdaya
42-56
saat menjalani
hemodialisa
(Hawari,2016)
dikarenakan
perempuan
mempunyai
faktor pencetus
kecemasan yang
lebih besar
dibandingkan
laki-laki.
Dukungan Dukungan Kuisioner Dinyatakan dalam Ordinal
keluarga keluarga adalah dengan
skor:
sikap, tindakan pengukuran
dan penerimaan skala likert 1. Rendah : < 20
keluarga
2. Sedang : 21-39
terhadap
anggotanya. 3. Tinggi : > 40
Anggota
keluarga
(Nurwulan 2017)
dipandang
sebagai bagian
yang tidak
terpusahkan
dalam
lingkungan
keluarga.
Anggota
keluarga
memandang
bahwa orang
yang bersifat
mendukung
selalu siap
memberikan
pertolongan dan
bantuan jika
diperlukan
Pengetahuan Pengetahuan Kuisioner Dikategorikan Ordinal
adalah suatu menjadi :
hasil tau dari 1. Kurang (0-10)
manusia atas
2. Cukup (11-14)
penggabungan
atau kerjasama 3. Baik (15-20)
antara suatu
44
(Maulaya zulfa
farida, 2018).
3.6 Hipotesis
1. Ha : kecemasan.
kecemasan
kecemasan
3. Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap
tingkat kecemasan.
45
kecemasan.
4. Ho : Tidak ada hubungan antara Pengetahuan terhadap tingkat
kecemasan.
kecemasan.
5. Ho : Tidak ada hubungan antara lama menjalani Hemodialisa
tingkat kecemasan.
a. Data Primer
Data primer merupakan data utama yang diperoleh dari responden berupa
kecemasan pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tahun
2021.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari refrensi buku-buku, data tertulis dari media
elektronik (internet), serta dapat diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
dan Ruang Hemodialisa RSUD Sekayu. Didalam data sekunder ditampilkan seperti
terdiri terdiri atas beberapa pertanyaan diukur dengan dengan menggunakan skala
likert.
2 ) Kuesioner B
kuesioner (Hamilton Anxiety Rating Scale). Terdiri atas 14 item Skala HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip dari (Saputro & Fazris, 2017)
tersinggung.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
menggunakan skala Guttman. Skala dalam penelitian ini, akan di dapat jawaban
yang tegas, yaitu”Ya dan Tidak”. Instrumen penelitian ini menggunakan daftar
tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat dari
jumlah soal
(<=55%). Kuesioner pengetahuan terdiri atas 10 Soal dengan ketentuan Benar nilai 1,
dan Salah nilai 0. Maka untuk menentukan Hasil Ukur pengetahuan: Baik bila nilai
76-100%, Cukup 56-75%, dan Kurang bila <=55%, maka Hasil Ukur untuk Baik:
76% x 10= 7,6 (digenapkan 8) sampai 10; Cukup: 10 x 56%= 5,6 (digenapkan 6)
responden yang akan menjalani terapi Hemodialisa. Kuisioner ini akan diberikan
bersamaan dengan kuisioner yang lainnya. Pertanyaan dalam kuisioner ini terdiri dari
Dinyatakan dalam skor: Rendah : <20, Sedang : 21-39, Baik : >40 (Nurwulan 2017).
Data dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu data primer adalah data yang
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku registrasi ruangan
hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu tentang jumlah pasien yang
menjalani terapi hemodialisa perbulan tahun 2021. Untuk data primer dilakukan
dengan cara :
Uji validasi adalah uji yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana
responden, setelah itu kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi dengan
dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca
yang lainnya.
b. Coding (pengkodean)
1) Kode Kecemasan
2) Kode Usia
53
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
5) Kode Pengetahuan
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
1 : ˂ 6 bulan
2 : > 6 bulan
(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau "sofware" komputer, dengan
menggunakan perangkat lunak komputer. Proses ini juga dituntut ketelitian dari
54
peneliti kaarena apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan
data saja.
atau koreksi.
Yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
Misalnya distribusi penyakit yang ada didaerah tertentu, distribusi pemakaian jenis
1. Analisa Univariat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini
55
2012). Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dengan cara
2. Analisa Bivariat
antara variable bebas dengan skala ordinal dengan variable terikat dengan skala
dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
penelitian dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu. Setelah
1. Informed Consent
56
yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak
responden di kuesioner dan tabel tabulasi, namun hanya menulis kode nama atau
3. Confidientiality
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti. Masalah ini
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
Inklusi
Eksklusi
informed consent
Pengisian Kuesioner
BAB IV
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu merupakan salah satu
pasien rawat jalan maupun rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu maupun
unit pelayanan yang berada disekitar Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
59
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu dioperasikan pada tanggal 26 Januari 2016.
o Selain itu ada penambahan 8 (Delapan) mesin dialisis terdiri dari 6 (enam)
Analisis univariat dalam hal ini dilakukan untuk melihat distribusi dari
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Tingkat Kecemasan
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
sebanyak 21 orang (63,6%) dan responden yang mengalami cemas berat sebanyak 7
2) Variabel usia
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Usia
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
61
sebagian besar responden berusia dewasa muda sebanyak 20 orang (60,6%), dan
berusia dewasa tua sebanyak 13 orang ( 39,4% ). Data selengkapnya bisa dilihat
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 23 orang ( 69,7% ), dan berjenis kelamin
62
perempuan sebanyak 10 orang (30,3%). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel
4.3.
4) Variabel Pendidikan
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
tinggi sebanyak 3 orang ( 9,1% ). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel 4.4.
5) Variabel Pekerjaan
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pekerjaan pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
responden bekerja sebanyak 20 orang (60,6% ), dan tidak bekerja sebanyak 13 orang
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
cukup sebanyak 8 orang (24,2%) dan berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (9,1%).
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
64
keluarga tinggi sebanyak 3 orang (9,1%). Data selengkapnya bisa dilihat dalam tabel
4.7.
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Hemodialisa
di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
responden menjalani lama hemodialisa <6 bulan sebanyak 24 orang (72,7%), dan
memiliki menjalani lama hemodialisa >6 bulan sebanyak 9 orang (27,3%). Data
ini digunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan atau kemaknaan α = 0,5.
Tabel 4.9
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Usia Dengan tingkat
kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021
Tingkat Kecemasan
Usia Ringan Sedang Berat Jumlah P
Responden Value
n % n % n % n %
1 Dewasa 1 3,0 16 48,5 3 9,1 20 60,6
Muda
2 Dewasa 2 6,1 8 24,2 3 9,1 13 39,4
0,452
Tua
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18, 33 100.0
2
Tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis mengenai hubungan antara usia dengan
16 orang (48,5%) dan kecemasan berat 3 responden (9,1%). Sedangkan pada usia
66
statistik p value didapatkan nilai p > 0,05 yaitu adalah sebesar 0,452. Karena nilai
p value > 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat
bahwa “ Tidak Ada hubungan antara Usia dengan Tingkat Kecemasan pada pasien
Tabel 4.10
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan
tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021
67
Tingkat Kecemasan
Jenis Ringan Sedang Berat Jumlah P
kelamin Value
Responden n % n % n % n %
1 Laki - laki 3 9,1 17 51,5 3 9,1 23 69,7
2 Perempuan 0 0,0 7 21,2 3 9,1 10 30,3 0,298
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.0
statistik p value didapatkan nilai p > 0,05 yaitu adalah sebesar 0,298. Karena nilai
p value > 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat
bahwa “ Tidak Ada hubungan antara jenis kelamin dengan Tingkat Kecemasan
pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.
Tabel 4.11
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Pengetahuan responden
Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu Tahun 2021
Tingkat Kecemasan
Tingkat Jumlah P
pengetahua Value
n Ringan Sedang Berat
Responden
n % n % n % n %
1 kurang 1 3,0 22 66,7 1 3,0 24 72,7
2 cukup 2 6,1 2 6,1 5 15,2 9 27,3
0,000
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.
0
statistik p value didapatkan nilai p < 0,05 yaitu adalah sebesar 0,000. Karena nilai
p value < 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat
pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.
Tabel 4.12
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
Tahun 2021
Tingkat Kecemasan
Dukungan Ringan Sedang Berat Jumlah P
keluarga Value
Responden n % n % n % n %
1 Rendah 1 3,0 22 66,7 2 6,1 25 75,8
2 Sedang 2 6,1 2 6,1 4 12,1 8 24,2 0,002
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.0
statistik p value didapatkan nilai p < 0,05 yaitu adalah sebesar 0,002. Karena nilai
p value < 0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, dapat
pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Tahun 2021.
Tabel 4.13
Distribusi Responden Menurut Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisa
Dengan tingkat kecemasan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu Tahun 2021
Tingkat Kecemasan
Lama Ringan Sedang Berat Jumlah P
menjalani Value
Hemodialisa n % n % n % n %
1 < 6 bulan 1 3,0 22 66,7 1 3,0 24 72,7
2 > 6 bulan 2 6,1 2 6,1 5 15,2 9 27,3 0,000
Jumlah 3 9.1 24 72,7 6 18,2 33 100.0
Berdasarkan data diatas hasil perhitungan data dengan menggunakan uji statistik p
value didapatkan nilai p < 0,05 yaitu adalah sebesar 0,000. Karena nilai p value <
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa “Ada
4.3 Pembahasan
Kecemasan
Umum Daerah Sekayu. Setelah itu dilakukan pengolahan data dan analisis data maka
akan dibahas sebagai berikut : Berdasarkan usia diperoleh distibusi Usia terbanyak
berusia dewasa muda yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), berdasarkan jenis kelamin
diperoleh distibusi jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 23 orang
tingkat kecemasan
Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square
yang menunjukkan p value 0,452 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,452 <
0,05), sehingga Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara usia dengan
RSUD Sekayu rata-rata dewasa muda yang mengalami tingkat kecemasan. Gangguan
kecemasan dapat dialami semua usia dan lebih banyak dialami oleh usia dewasa
semakin menurun.
didapati nilai signifikansi 0,341 (<0,05), maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan
usia pasien dengan kecemasan pasien hemodialisa di RSU HKBP Balige. Berbeda
dengan penelitian oleh Ullya, Cut Husna tahun 2016 menyatakan bahwa Hasil analisa
bivariat menunjukkan ada hubungan usia dengan tingkat kecemasan dengan nilai p-
value = 0,048 (p˂0,05). Berdasarkan hasil penelitian Siti Arafah Julianty Hrp, dkk
berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, ada hubungan usia dengan tingkat
yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan
kecemasan daripada yang lebih tua. Pada usia dewasa seseorang sudah memiliki
kematangan baik fisik maupun mental dan pengalaman yang lebih dalam
Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square
yang menunjukkan p value 0,298 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (0,298 <
0,05), sehingga Ha ditolak tidak yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin
RSUD Sekayu rata-rata laki-laki. Laki – laki bersifat lebih kuat secara fisik dan
mental, laki-laki dapat dengan mudah mengatasi sebuah stressor oleh karena itu laki-
laki lebih rileks dalam menghadapi sebuah masalah, sedangkan perempuan memiliki
sifat lebih sensitive dan sulit menghadapi sebuah stressor sehingga perempuan lebih
mudah merasa cemas dan takut dalam berbagai hal misalnya seperti dalam
74
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siti Arafah Julianty Hrp, dkk
berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, tidak ada hubungan jenis kelamin dengan
tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan uji Spearman didapat nilai signifikansi
p = 0,507 dan r = 0,86. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Widiyati (2016) yang
menyimpulkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecemasan pasien gagal
sering terjadi pada perempuan karena faktor pencetus yang sangat responsif pada
memungkinkan otak perempuan untuk terpusat pada bahaya yang dihadapi dan
Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square
yang menunjukkan p value 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 >
0,05), sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan
RSUD Sekayu rata-rata memiliki pengetahuan yang kurang baik, hal itu dikarenakan
pengetahuan pasien akan mengurangi tingkat kecemasan selama menjalani terapi dan
Penelitian ini didukung berdasarkan hasil penelitian Fyl Asro Arosa, dkk
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah surakarta dengan uji kendall tau didapat nilai (т)
Marlina, Andika di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012 menjelaskan
bahwa ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal
kronik selama menjalani hemodialisis dengan hasil uji statistik didapat p value 0,026
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku baru dari
seseorang dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi objek yang menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap kemudian objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut
akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus
atau objek, sehingga pengetahuan merupakan langkah awal dari seseorang untuk
Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square
yang menunjukkan p value 0,002 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,002 >
0,05), sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga
banyak yang mendapat dukungan dari keluarga hal ini dibuktikan dengan hampir
hemodialisa, anggota keluarga mengingatkan untuk selalu minum obat dan anggota
keluarga selalu menemani saat berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu,
selain itu masih banyak juga anggota keluarga yang jarang mengingatkan untuk
77
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Sely Selvia Aodina (2017) dalam judul penelitiannya “ Hubungan dukungan
RSUD Dr. Soebandi JEMBER” menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji korelasi
Rank Spearman, ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien
hemodialisis dengan uji Rank Spearman didapat nilai signifikansi p = 0,000 dan r =
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dengan hasil uji statistik p value 0,001.
masyarakat, maka harus dimulai pada masing-masing tatanan keluarga. Dalam teori
anggota masyarakat. Karena itu bila persemaian itu jelek maka jelas akan
kondusif untuk tempat tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon
adalah orang terdekat mempunyai fungsi afektif, ekonmi dan perawatan kesehatan,
Analisis hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji chi square
yang menunjukkan p value 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000 >
0,05), sehingga Ha diterima yang artinya ada hubungan antara lama menjalani
2021.
pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 6 bulan telah mampu menyesuaikan
diri dengan penyakitnya, dan menjelaskan bahwa semakin lama pasien menjalani
hemodialisis maka semakin ringan tingkat kecemasannya, karena pasien yang sudah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Arafah Julianty Hrp, dkk
berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, ada hubungan lama menjalani hemodialisa
dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis dengan uji Spearman didapat nilai
Abidin Banda Aceh menjelaskan bahwa ada hubungan lama menjalani hemodialisa
dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik selama menjalani hemodialisis
79
dengan hasil uji statistik didapat p value 0,010 kurang dari a (0,05). Penelitian lain
juga menjelaskan bahwa ada hubungan antara lama menjalani hemodialisa di RSUD
Ambarawa dan RSUD Ungaran dengan hasil uji statistik didapat p value 0,000
terbalik dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal terminal. Hal ini disebabkan oleh
adanya kekhawatiran atau stress pasien yang semakin meningkat karena menganggap
pasien gagal ginjal yang sudah sering melakukan hemodialisis tingkat kecemasannya
lebih ringan, berbeda dengan pasien gagal ginjal yang baru pertama kali melakukan
menggambarkan variabel yang diteliti, baik bebas maupun terikat pada waktu
yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.
BAB V
80
5.1 Kesimpulan
berikut :
0,000).
0,298).
5.2 Saran
Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan penelitian maka diberikan beberapa saran
antara lain :
a. Bagi Penelitian
Alfikrie, F ., Sari, L., & Akbar, A. (2020). Factors associated with anxiety in patients
with chronic kidney disease undergoing hemodialysis: a crossectional study.
International Journal of Nursing, Health and Medicine, 2(2), 1-6.
Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep, M.Kes. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta.
Brunzel, N.A. 2013. Fundamentals of Urine and Body Fluid Analysis. Philadelphia:
Elsvier.
Diyono & Mulyani, 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Eknoyan, G., Lameire, N. (2013). KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the
Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. Kidney International
Supplements, 3(1), 4-4. https://doi.org/10.1038.kisup.2012.76
Fly Asro Arosa, dkk. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan keluarga tentang
Hemodialisa dengan tingkat kecemasan keluarga yang anggota keluarganya
menjalani terapi Hemodialisa.
https://media.neliti.com/media/publications/185244-ID-hubungan-tingkat-
pengetahuan-keluarga-te.pdf
Hawari, Dadang. (2016). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Hidayati, W. and Wahyuni, K. (2012). Pengalaman Self-care Berdasarkan Teori
Orem pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis.
Jurnal Nursing Studies. 1 (1), pp. 244-251.
(https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210310170730-260-616145/9-dari-
10-orang-di-dunia-tak-sadar-sakit-ginjal-kronik)
Indonesian Renal Registry (IRR). 2018. 11th Report of indonesian Renal Registry
(Online).tersediadari
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL
%20REGISTRY%202016.pdf Diakses pada:23 april 2021).
Javadi. 2017. Depression And Anxiety Among Patients With Chronic Kidney Disease
Receiving Hemodialysis. International Journal Of AppliedBehavioral
SciencesQazvin Universityof Medical Sciences, Qazvin,IRIran.
Kaplan, H.I., & Sadoct, B.J. (2010). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya
Medika.
Mailani, Fitri. (2015). Kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa : systematic review. Ners Jurnal Keperawatan Volume 11, No 1,
Maret 2015 1 – 8.
Nicola, L. D., & Zoccali, C. (2016). Chronic Kidney Disease Prevelence in the
general Population : Heterogeneity and Concerns. Nephrol Dial Transpalt ,
31 : 331-335 doi : 10.1093/ndt/gfv427.
Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksaaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublisher.
Potter & Perry. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit EGC.Jakarta.
Rekam Medik. (2018). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin.
Rekam Medik. (2019). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin.
Rekam Medik. (2020). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Sekayu Musi Banyuasin.
Sasmita, Desti, and Oswati Hasanah. 2015. “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan
Denganstrategi Kopingpasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis.” Jom Psik 2(2).
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/Jumkep/article/view/480.
Saputro, H, dan Farzin I. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses,
Manfaat dan Pelaksanaannya. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES).
Siti Arafah Julianty Hrp, dkk (2015). “faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan”.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6736
Yuliana, E. 2017. Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Makanan Yang Sehat dan
Bergizi Terhadap Pemilihan Jajanan di Sekolah. Skripsi. Purwokerto :
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Inisial :
dimana pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun
Sekayu, 2021
Peneliti
( Umi Nur Astutik )
(Responden)
No.Responden: Tgl.Pengisian:
A. Data Demografi
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Suku :
5. Status perkawinan :
6. Agama :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Lama Menjadi Hemodialisis :
Cemas
Firasat buruk
Mudah Emosi
2) Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Score :
Tidak bisa istirahat dengan tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3) Ketakutan
Pada gelap
4) Gangguan tidur
Banyak mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
Sukar konsentrasi
Sering bingung
Sedih
Score :
Bangun dini hari
Kaku
Gigi gemerutuk
Penglihatan kabur
Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala Kardiovaskuler
Berdebar-debar
Nyeri di dada
Score :
Denyut nadi mengeras
Perasaan tercekik
Score :
Merasa napas pendek atau sesak
Sulit menelan
Gangguan pencernaan
Ejakulasi dini
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Jumlah skor :
kecemasan
Kecemasan
ringan
Kecemasan
sedang
Kecemasan berat
Keterangan :
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah gagal ginjal adalah keadaan dimana
ginjal tidak mampu untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan tubuh ?
Dukungan Keluarga
Frequencies
Statistics
Valid 33 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1,39 1,30 1,39 1,09 3,06
Median 1,00 1,00 1,00 1,00 3,00
Mode 1 1 1 1 3
Sum 46 43 46 36 101
Statistics
Valid 33 33 33
N
Missing 0 0 0
Mean 1,42 1,42 1,27
Median 1,00 1,00 1,00
Mode 1 1 1
Sum 47 47 42
Frequency Table
usia
jenis kelamin
status pekerjaan
pendidikan
tingkat kecemasan
tingkat pengetahuan
dukungan keluarga
lama menjalani HD
Cases
Crosstab
tingkat kecemasan
Count 1 16
Crosstab
CEMAS BERAT
Count 3 20
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,18.
Crosstab
tingkat kecemasan
CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG
Count 3 17
Crosstab
tingkat Total
kecemasan
CEMAS BERAT
Count 3 23
Chi-Square Tests
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,91.
tingkat kecemasan
CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG
Count 1 22
% within tingkat
KURANG 4,2% 91,7%
pengetahuan
% within tingkat
CUKUP 22,2% 22,2%
pengetahuan
% within tingkat
Total 9,1% 72,7%
pengetahuan
Crosstab
tingkat Total
kecemasan
CEMAS BERAT
Count 1 24
CUKUP Count 5 9
Expected Count 1,6 9,0
Chi-Square Tests
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,82.
Crosstab
tingkat kecemasan
CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG
Count 1 22
Crosstab
tingkat Total
kecemasan
CEMAS BERAT
Count 2 25
Chi-Square Tests
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,73.
Crosstab
tingkat kecemasan
CEMAS CEMAS
RINGAN SEDANG
Count 1 22
Crosstab
tingkat Total
kecemasan
CEMAS BERAT
Count 1 24
Chi-Square Tests
Lampiran 3