Anda di halaman 1dari 118

ANALISA KEPATUHAN PENGENDALIAN HIPERTENSI

PADA LANSIA DI PUSKESMAS PENGANDONAN


KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
TAHUN 2021

Oleh :

HESTI YOSEPTA
NPM. 19142019220P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
ANALISA KEPATUHAN PENGENDALIAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS PENGANDONAN
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
TAHUN 2021

Skripsi Ini DiajukanSebagai


Salah SatuSyaratMemperolehGelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh :

HESTI YOSEPTA
NPM. 19142019220P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, 16 Agustus 2021

Hesti Yosepta

Analisa Kepatuhan Lansia dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
(xiii+75 Halaman+13 tabel+2 bagan+10 lampiran)

Hipertensi merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan


kematian di seluruh dunia. Data WHO lebih dari 25% populasi penduduk dunia saat
ini menderita hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah gambaran kepatuhan lansia
dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun
2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepatuhan lansia dalam
pengendalian hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021.
Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan
Kabupaten OKU tahun 2021 (p value 1,000), ada hubungan antara sikap dengan
kepatuhan responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan
Kabupaten OKU tahun 2021 (p value 0,000), ada hubungan antara akses pelayanan
kesehatan dengan kepatuhan responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas
Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 (p value 0,000), ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan responden dalam pengendalian Hipertensi di
Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 (p value 0,000) dan ada
hubungan antara dukungan kader kesehatan dengan kepatuhan responden dalam
pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 (p
value 0,000).
Hasil penelitian diharapkan untuk petugas kesehatan diharapkan dapat
memberikan penyuluhan tentang pentingnya pengendalian Hipertensi pada lansia.

Daftar Pustaka : 24 (2010-2020)


Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan, Dukungan Keluarga,
Kader Kesehatan, Hipertensi

iii
ABSTRACT
COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
BINA HUSADA PALEMBANG
NURSING STUDY PROGRAM
Thesis, 16 Agustus 2021

Analysis of Elderly Compliance in Hypertension Control at Pengandonan Health Center, OKU


Regency in 2021
(xiii+75 Pages+13 tables+2 charts+10 appendices)

Hypertension is one of the causes of high morbidity and mortality worldwide. According to
WHO data, more than 25% of the world's population currently suffers from hypertension. The purpose
of this study was to describe the compliance of the elderly in controlling hypertension at the
Pengandonan Health Center of OKU Regency in 2021. The purpose of this study was to determine the
compliance of the elderly in controlling hypertension at the Pengandonan Health Center of OKU
Regency in 2021.
The results showed that there was no relationship between knowledge and respondent
compliance in controlling Hypertension at the Pengandonan Health Center, OKU Regency in 2021 (p
value 1,000), there was a relationship between attitude and respondent compliance in controlling
Hypertension at the Pengandonan Health Center, OKU Regency in 2021 (p value 0.000). there is a
relationship between access to health services and respondent compliance in controlling Hypertension
at the Pengandonan Health Center, OKU Regency in 2021 (p value 0.000), there is a relationship
between family support and respondent compliance in controlling hypertension at the Pengandonan
Health Center in OKU Regency in 2021 (p value 0.000) and there is the relationship between health
cadre support and respondent compliance in controlling hypertension at the Pengandonan Health
Center, OKU Regency in 2021 (p value 0.000).
The results of the study are expected for health workers to be able to provide counseling about
the importance of controlling hypertension in the elderly.

Bibliography : 24 (2010-2020)
Keywords : Knowledge, Attitude, Service Access, Family Support, Health
Cadre, Hypertension

iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Hesti Yosefta


Tempat/ Tanggal Lahir : Tanjung Kurung, 27 September 1981
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Lintas Sumatera Desa Batanghari Kec. Pengandonan
Kabupaten Ogan Komrering Ulu Baturaja Sumatera
Selatan
Telpon/ Hp : 0812 7367 4768
Nama Orang Tua : Ayah: Daud Achmad
Ibu : Hatama
Email : ghesyanihestiyosefta@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Tanjung Kurung Tamat Tahun 1993
2. SMP Negeri 1 Pengandonan Tamat Tahun 1996
3. SMP Negeri 1 Pengandonan Tamat Tahun 1999
4. DIII Keperawatan Al-Maarif Baturaja Tamat Tahun 2003
5. STIK Bina Husada Palembang Tahun 2019-2021

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Ku persembahkan Kepada:
 Ayah dan Ibuku yang kucintai, yang telah mendukungku, selalu
memberiku motivasi dalam segala hal. Serta memberiku kasih
saying yang teramat besar yang tidak bisa kubalas dengan apapun
 Suami dan anak-anak yang ku sayangi dan ku cintai, yang selalu
sabar dan ikhlas dalam mendampingi dan memberi semangat
hingga mampu melewati semua proses
 Sahabat seperjuangan dan almamater yang ku sayangi.

Motto:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai
penolong. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
~QS.Al-Baqarah : 153~

Sekali terjun dalam perjalanan, jangan pernah mundur sebelum


meraihnya. Yakin usaha sampai karena sukses itu harus melewati banyak
proses. Bukan hanya menginginkan hasil akhir tetapi harus selalu keep
on progress. Meskipun kenyataan banyak hambatan dan dibuat setres
percayalah tidak ada jalan lain untuk meraih sukses selain melewati
yang namanya proses.
~Hesti Yosepta~

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis bisa sampai di tahap in dan

bisa menyelesaikan Proposal skripsi ini dengan judul “Analisa Kepatuhan Lansia

dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun

2021”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan Program Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada

Palembang.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes, selaku Plt ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Kardewi, S.Kep, Ners. M.Kes, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIK Bina Husada Palembang yang sudah memfasilitasi dalam hal

pembuatan surat izin penelitian, surat izin seminar dan lain-lain.

3. Dr.dr. Chairil Zaman, MSc, selaku pembimbing skripsi yang selalu

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi.

4. Hili Aulianah, S.Kep.,Ners.,M.Kes, selaku penguji 1 dalam memberikan

masukan sistematika penulisan skripsi.

ix
5. Kardewi,S.Kep,Ners,M.Kes selaku penguji 2 dalam memberikan masukan

metodelogi penelitian dalam penulisan skripsi.

6. Kepala Puskesmas dan staf Puskesmas Pengandonan yang telah memberikan

izin tempat dan memfasilitasi dalam pelaksaan penelitian dalam

menyelesaikan tugas akhir.

7. Seluruh staf dan dosen STIK Bina Husada Palembang yang telah memberikan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti sangat menyadari bahwaskripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

untuk kesempurnaan proposal skripsi ini.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak

yang memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, Agustus 2021

Peneliti

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI......................................... ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
ABSTRCT ................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ......................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4.1. Tujuan Umum ..................................................................... 4
1.4.2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
1.5.1. Bagi Puskesmas Pengandonan ............................................. 5
1.5.2. Bagi STIK Bina Husada Palembang .................................... 5
1.5.3. Bagi Peneliti ........................................................................ 5
1.6. Ruang Lingkup Peneliti ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Hipertensi...................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Hipertensi ........................................................... 7
2.1.2 Kriteria Hipertensi ................................................................ 7
2.1.3 Tanda dan Gejala ................................................................. 8
2.1.4 Faktor-faktor resiko Hipertensi ............................................. 9
2.1.5 Komplikasi........................................................................... 11
2.1.6 Pengobatan........................................................................... 14
2.1.7 Pengendalian Hipertensi ....................................................... 18
2.2 Konsep Lansia ............................................................................... 20
2.2.1 Definisi Lansia ..................................................................... 20

xi
2.2.3 Batasan Umur Lansia ........................................................... 21
2.2.3 Proses Menua ....................................................................... 23
2.3 Konsep Perilaku ............................................................................ 25
2.3.1 Pengertian Perilaku .............................................................. 25
2.3.2 Proses Pembentukan Perilaku ............................................... 25
2.3.4 Bentuk Perilaku ................................................................... 27
2.3.5 Unsur Perilaku ..................................................................... 27
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Hipertensi 29
2.4.1 Pengetahuan ......................................................................... 29
2.4.2 Sikap .................................................................................... 31
2.4.3 Akses Pelayanan Kesehatan ................................................. 33
2.4.4 Dukungan Keluarga ............................................................. 33
2.4.5 Dukungan Kader Kesehatan ................................................. 36
2.5 Kerangka Teoritis ........................................................................ 37
2.6 Penelitian Terkait ........................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Peneltian ............................................................................ 43
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 43
3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 43
3.3.1. Populasi ............................................................................... 44
3.3.2. Sampel ................................................................................ 44
3.4. Kerangka Konsep .......................................................................... 45
3.5. Definisi Operasional ...................................................................... 46
3.6. Hipotesis ...... ................................................................................ 47
3.7. Pengumpulan Data ........................................................................ 48
3.7.1. Data Primer ......................................................................... 48
3.7.2. Data Sekunder ..................................................................... 48
3.8. Pengolahan Data ........................................................................... 48
3.9. Analisa data ................................................................................. 49
3.9.1. Analisa Univariat ................................................................. 49
3.9.1. Analisa Bivariat ................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian................................................. 51
4.2. Hasil Penelitian.................................................................................... 55
4.2.1. Analisa Univariat ............................................................... 55
4.2.2.Analisa Bivariat .................................................................. 60
4.3. Pembahasan ................................................................................. 65

xii
BAB V KESIMPULAN
5.1. Simpulan ..................................................................................... 73
5.2. Saran ........................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 46


4.1 Distribusi Statistik Frekuensi Kepatuhan Responden dalam
Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten
OKU tahun 2021 ............................................................................. 55
4.2 Distribusi Statistik Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 .. 56
4.3 Distribusi Statistik Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan
Pendidikan di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 56
4.4 Distribusi Statistik Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan
Pekerjaan di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 57
4.5 Distribusi Statistik Frekuensi Pengetahuan Responden di
Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 .................... 57
4.6 Distribusi Statistik Frekuensi Sikap Responden di Puskesmas
Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 ...................................... 58
4.7 Distribusi Statistik Frekuensi Akses Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 .................... 58
4.8 Distribusi Statistik Frekuensi Dukungan Keluarga di Puskesmas
Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 ...................................... 59
4.9 Distribusi Statistik Frekuensi Dukungan Kader Kesehatan di
Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 .................... 59
4.10 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Responden
dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan
Kabupaten OKU Tahun 2021 ......................................................... 60
4.11 Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Responden dalam
Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten
OKU Tahun 2021 ........................................................................... 61
4.12 Hubungan antara Akses Pelayanan Kesehatan dengan Kepatuhan
Responden dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas
Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 .................................... 62
4.13 Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Responden dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas
Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 ................................... 63
4.14 Hubungan Dukungan Kader Kesehatan dengan Kepatuhan
Responden dalam Pengendalian Hipertensi di Puskesmas
Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 .................................... 64

xiv
DAFTAR SKEMA

2.1. Kerangka Teori.......................................................................................42

3.1. Kerangka Konsep...................................................................................48

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed consent

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4. Data Tabulasi Penelitian

Lampiran 5. Data Hasil SPSS Penelitian

Lampiran 6. Surat Penelitian

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah

mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,

perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di

bidang medis sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta

meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan harapan hidup umur

manusia. Akibatnya jumlah pendudukyang berusia lanjut (lansia) meningkat dan

bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2019).

Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara

alamiah. Salah satunya adalah terjadinya gangguan pda sistem kardiovaskular. Hal ini

akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan

bergesernya gaya dan pola hidup, maka terjadi pula pergeseran pola penyakit menular

menjadi penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang seringkali

terjadi pada lansia adalah Hipertensi (Bandiyah, 2019).

Hipertensi merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan

kematian di seluruh dunia. Data WHO lebih dari 25% populasi penduduk dunia saat

ini menderita hipertensi. Pada tahun 2018 penderita hipertensi diperkirakan mencapai

sekitar 1 miliar orang dan dua pertiganya ada di negara berkembang. Menurut WHO

lebih dari 38% penduduk negara ekonomi berkembang merupakan penderita

1
2

hipertensi sedangkan negara maju hanya 33%. Kawasan Afrika memegang posisi

puncak penderita hipertensi sebanyak 47%, kawasan Asia Tenggara lebih dari 35%

orang dewasa adalah penderita hipertensi (WHO, 2019).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, prevalensi Hipertensi pada penduduk umur

> 18 tahun di Indonesia mengalami peningkatan dari 25,8% menjadi 34,1%.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup besar, tidak hanya di Indonesia

namun juga seluruh dunia, Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan hanya 4%

yang merupakan penderita hipertensi yang terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang

dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga

cenderung menjadi untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan

tidak mengetahui faktor resikonya dan 90% merupakan penderita hipertensi esensial

(Kemenkes RI, 2019).

Dari seluruh provinsi di Indonesia, didapatkan 8 propinsi yang memiliki angka

kejadian Hipertensi melebihi rata-rata nasional pada tahun 2019 yaitu Sulawesi

Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Sumatera Utara (24%), Riau (23%) dan

Kalimantan Timur (22%). Sumatera Selatan memiliki angka kejadian yang cukup

tinggi yaitu sebesar 24% (Depkes RI, 2019).

Sumber informasi yang didapatkan dari Dinas Kesehatan OKU berdasarkan

Rekapitulasi 10 Penyakit Terbesar didapatkan pada tahun 2020 terdapat jumlah kasus

dengan hipertensi sebanyak 7.378 (12,50%) kasus, pada tahun 2012 sebanyak 6.089

(9,02%) kasus, dan pada tahun 2013 sebanyak 6.121 (9,65%) kasus. Bila kita lihat
3

dari data tahun ke tahun maka kasus Hipertensi terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya (Dinkes OKU, 2020).

Berdasarkan data yang didapat dari UPTD Puskesmas Pengandonan dari 12

desa didapatkan tahun 2017 jumlah pelayanan penderita Hipertensi sebanyak 120

pasien dan perempuan sebanyak 269 pasien, kemudian pada tahun 2018 UPTD

Puskesmas Pengandonan memberikan pelayanan kepada pasien penderita Hipertensi

yaitu sebanyak 84 pasien laki-laki dan 147 pasien perempuan, pada tahun 2019

melayani sebanyak 92 pasien laki-lakidan 158 pasien perempuan dan pada tahun

2020 sebanyak 282 pasien laki-laki dan 247 pasien perempuan (UPTD Puskesmas

Pengandonan, 2021).

Herlinah,dkk (2013) meneliti mengenai hubungan dukungan keluarga, usia,

pendapatan, jenis kelamin, dan pendidikan lansia dengan perilaku lansia dalam

pengendalian hipertensi. Hasil analisis didapatkan ada hubungan antara dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental

keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi. Tidak ada hubungan

antara usia, pendapatan, jenis kelamin, dan pendidikan lansia dengan perilaku lansia

dalam pengendalian hipertensi.

Masyudi (2018) meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

lansia dalam mengendalikan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah

Kabupaten Aceh Besar. Dari hasil uji statistik chi-square dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia, ada hubungan antara sikap

dengan perilaku lansia, ada hubungan antara pola makan dengan perilaku lansia, dan
4

ada hubungan antara aktivitas fisik dengan perilaku lansia dalam mengendalikan

hipertensi.

Damayantie,dkk (2018) meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas

Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis bivariat menunjukan adanya

hubungan antara persepsi sakit dan dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan hipertensi oleh penderita, dan tidak adanya hubungan antara akses

pelayanan kesehatan dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita.

Soesanto (2010) meneliti faktor faktor yang berhubungan dengan praktik lanjut

usia Hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya di wilayah kerja Puskesmas

Mranggen, Kabupaten Demak. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan

antara dukungan keluarga terhadap lanjut usia yang menderita penyakit hipertensi

dengan praktik lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya, ada

hubungan antara dukungan kader kesehatan terhadap lanjut usia yang menderita

penyakit hipertensi dengan Praktik lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan

kesehatannya, dan ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan Praktik

lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya.

Maka berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul “Analisa Gambaran Kepatuhan Lansia dalam Pengendalian Hipertensi di

Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.”.


5

B. Rumusan Masalah

Penyakit Hipertensi menduduki 10 besar penyakit di Indonesia. Hipertensi pada

lansia dapat beresiko pada kematian. Belum ada penelitian tentang kepatuhan

pengendalian Hipertensi pada lansia. Perlu diteliti tentang kepatuhan lansia dalam

pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran kepatuhan lansia dalam pengendalian Hipertensi di

Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kepatuhan lansia dalam pengendalian Hipertensi

di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik demografi lansia (jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan) di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan responden dalam

pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun

2021.
6

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan responden

dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU

tahun 2021.

d. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan kepatuhan responden dalam

pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun

2021.

e. Untuk mengetahui hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan

kepatuhan responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.

f. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021.

g. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan kader kesehatan dengan

kepatuhan responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Pengandonan

Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan untuk menambah pemahaman

petugas kesehatan tentang pentingnya pengendalian Hipertensi pada lansia khususnya

di Puskesmas Pengandonan.
7

2. Bagi STIKES Bina Husada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam

kalangan akademis baik tim pengajar maupun mahasiswa keperawatan untuk

pengembangan proses berfikir ilmiah.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai tempat untuk mengaplikasikan ilmu selama menempuh pendidikan dan

metodelogi riset penelitian serta dapat memberikan wacana baru bagi peneliti untuk

melihat fenomena nyata yang ada di lapangan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan aplikasi dari mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Subjek penelitian ini adalah keluarga lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Pengandonan. Permasalahan yang akan diteliti adalah hubungan pengetahuan, sikap,

akses pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan kader kesehatan

dengan pengendalian Hipertensi pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan di

Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU. Penelitian berlangsung pada bulan April

tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan pengendalian Hipertensi pada lansia. Metode pengumpulan data adalah

dengan cara wawancara melalui kuesioner sedangkan analisis data adalah analisis

univariat dan bivariat.

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yang bertujuan untuk menemukan hubungan antara variabel


8

independen (jenis kelamin, pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, dukungan

keluarga dan dukungan kader kesehatan) dan variabel dependen (Kepatuhan dalam

Pengendalian Hipertensi). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga

dengan lansia yang menderita Hipertensi yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU yang berjumlah 147 keluarga. Dari

hasil perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 60 KK.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Hipertensi menduduki 10 besar penyakit di Indonesia. Hipertensi pada

lansia akan beresiko menyebabkan kematian. Kepatuhan lansia dalam pengendalian

Hipertensi akan dapat meningkatkan usia harapan hidup.

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistoliknya > 140 mmHg dan tekanan darah

diastoliknya > 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi (Bustan,

2017).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi medis saat tekanan

darah dalam arteri meningkat melebihi batas normal. Tekanan darah menunjukkan

tingkat kekuatan dorongan darah pada permukaan pembuluh darah arteri saat darah

dipompa oleh jantung. Tekanan darah yang diukur ditunjukkan dengan angka,

misalnya 120/80 mmHg (Widjaja, 2019).

2. Kriteria Hipertensi

Hipertensi dikelompokkan menurut jenis penyebabnya, yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan

jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,

9
10

seperti bertambahnya usia, stres psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan

hereditas (keturunan).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya telah diketahui, umumnya berupa

penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,

misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan

terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan

darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit

jantung.

(Widjaja, 2019)

3. Tanda dan Gejala

Adapun gejala-gejala hipertensi yang mungkin dialami antara lain:

a. Sering pusing kepala.

b. Gampang marah.

c. Sulit tidur dan sering gelisah.

d. Sesak nafas.

e. Mual.

f. Muntah.

g. Mudah lelah.

h. Leher belakang sering kaku.

i. Gangguan penglihatan.

j. Sulit berkonsentrasi.
11

k. Pandangan menjadi kabur.

(Widjaja, 2019)

Pada sebagian besar penderita, Hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan

yang bisa saja terjadi pada penderita Hipertensi, maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal (Lestari, 2019).

4. Faktor-faktor resiko Hipertensi

Orang-orang yang memiliki risiko menderita hipertensi adalah:

a. Orang yang mempunyai keluarga yang menderita hipertensi.

b. Orang yang berumur di atas 55 tahun.

c. Orang yang kelebihan berat badan (overweight) dais kegemukan (obesitas).

d. Orang yang tidak pernah berolahraga.

e. Orang yang suka merokok (perokok).

f. Orang yang mengkonsumsi alkohol berlebihan.

g. Wanita hamil atau menggunakan pil KB.

(Cahyono, 2018)
12

Walaupun begitu, ada beberapa faktor resiko yang sebenarnya dapat dihindari

sehingga dapat mencegah timbulnya Hipertensi. Antara lain:

a. Obesitas

Obesitas atau kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap

timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dan populasi penderita

hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang

obesitas lebih tinggi daripada penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada

obesitas, tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan

aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita

obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan

berat badan normal (Widjaja, 2019).

b. Faktor Lingkungan

1) Pola konsumsi

Asupan garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini

akan diiktiti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam

sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang

normal. Natrium cukup berpengaruh sehingga perlu dibatasi secara


13

terkontrol. Sumber natrium yang umum adalah penyedap rasa yang

mengandung monosodium glutamat.

2) Gaya Hidup yang Kurang Sehat

Kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol dan sedikitnya

aktivitas tubuh akibat pola hidup modern mempengaruhi kemunculan

Hipertensi. Saat ini ada kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat

kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi, seperti

obesitas, kurang olahraga, merokok, alkohol dan makanan yang

berkolestrol tinggi.

(Widjaja, 2019)

c. Psikologi

Stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini memengaruhi

meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres berkepanjangan,

tekanan darah tetap tinggi. Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi

dari berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya

hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi

yang efektif antara loain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat.

Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh kita terhadap

perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam,

kelenjar pituitary otak mengirimkan pesan dan hormon ke kelenjar endokrin,


14

yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam

darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap

perubahan yang muncul. Secara alamiah, yang kita rasakan adalah degup

jantung yang berpacu lebih cepat dan keringat dingin yang biasanya mengalir di

tengkuk (Widjaja, 2019).

5. Komplikasi

Hipertensi jika tidak segera ditangani, akan menimbulkan berbagai macam

penyakit komplikasi, antara lain:

a. Stroke

Stroke adalah penyakit otak yang disebabkan berhentinya suplai darah ke

otak. Stroke merupakan salah satu penyakit komplikasi akibat tekanan darah

tinggi. Penyakit stroke sangat ditakuti masyarakat karena dapat mengakibatkan

berhentinya aktivitas hidup, baik pada sebagian anggota badan maupun total

(meninggal).

b. Serangan jantung

Ketika seseorang menderita tekanan darah tinggi kronis (bertahun-tahun),

ada dua organ yang paling rawan mengalami gangguan, yaitu ginjal dan

jantung. Ginjal merupakan penghasil hormon pengatur tekanan darah. Pada

kondisi tekanan darah tinggi, ginjal harus bekerja ekstra keras dan dalam

kondisi tidak nyaman. Sedangkan jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi

terus-menerus memompa darah lebih keras dibandingkan dalam kondisi normal.

Pemompaan ini bertujuan untuk mengalirkan darah merata ke semua organ


15

tubuh. Namun, bila pemompaan ini terus terjadi dalam kondisi berat atau tidak

nyaman maka kondisi ini menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropi) atau

pembengkakan ventrikel kiri. Akibat yang ditimbulkan LVH tersebut adalah

penderita hipertensi merasakan nyeri dada, sesak napas, dan mudah lelah ketika

beraktivitas.

c. Edema paru

Edema paru adalah pembengkakan yang terjadi dalam paru. Edema paru

menunjukkan adanya akumulasi cairan di dalam paru. Paru dapat mengalami

pembengkakan akibat tekanan darah tinggi. Seperti kita ketahui, dalam

kaitannya dengan tekanan darah, terdapat dua hal yang harus diukur, yaitu

sistolik dan diastolik. Bila terjadi beban yang berlebihan pada ventrikel kiri

pada saat sistolik maka risiko terjadinya pembengkakan paru semakin besar.

Demikian pula bila terjadi beban yang berat pada saat diastolik, volume paru

akan membesar.

Paru yang mengalami pembengkakan menyebabkan penderita kekurangan

oksigen karena ruang untuk oksigen telah tertutupi oleh cairan. Akibat yang

lebih parah adalah penderita merasa seperti tercekik, tidak bisa bernapas, dan

timbul ketakutan yang luar biasa. Ketakutan dan kesulitan bernapas ini akan

menambah beban jantung dan menurunkan fungsi jantung karena kekurangan

oksigen. Bila kejadian ini tidak segera ditangani, penderita akan meninggal.
16

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal adalah suatu keadaan di mana ginjal tidak dapat melakukan

fungsinya dengan baik. Ginjal tidak mampu lagi mempertahankan metabolisme

dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Keadaan semacam ini menyebabkan

penumpukan urea dan sampah nitrogen di dalam darah. Seseorang yang

mengalami gagal ginjal dan tidak melakukan cuci darah secara teratur sering

ditandai dengan rasa sakit luar biasa pada sekujur tubuh maupun tidak bisa

tidur. Selain itu, gejala tersebut sering kali diikuti keinginan untuk muntah

terus-menerus. Hal ini terjadi karena darah telah bercampur dengan berbagai

racun atau sampah darah.


17

e. Kebutaan

Tidak sedikit penderita hipertensi berkebutaan ini muncul akibat

hipertensi yang bertahun-tahun atau yang disebut hipertensi kronis. Pada kasus

tertentu, tekanan darah akan juga menyebabkan tekanan bola mata dengan

keluarnya bola mata sehingga penderita seperti selalu melotot.

g. Pendengaran menurun

Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hipertensi adalah

menurunnya fungsi pendengaran. Selain itu, telinga sering berdenging

sepanjang hari. Namun, hal tersebut hanya terjadi pada penderita tekanan darah

tinggi menahun. Hipertensi akut atau hipertensi baru belum memberikan

dampak yang hebat.

(Soeryoko, 2015)

6. Pengobatan

Jika seseorang diduga menderita hipertensi, dilakukan beberapa pemeriksaan,

yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita.

Pemeriksan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Echocardiography, jika

perlu pemeriksaan khusus seperti ultrasonograhpy jantung, CT Scan dan lain-lain.

Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang ditimbulkan.

Langkah pengobatan adalah mengendalikan tensi atau tekanan darah agar tetap

normal (Widjaja, 2019).


18

Pengobatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti :

a. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.

b. Mampu menurunkan darah secara multifaktoral.

c. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.

d. Melindungi organ-organ vital

e. Mendukung pengobatan penyakit penyerta misalnya Diabetes Melitus.

f. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.

g. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.

h. Efek sampingan serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa

lelah, mual dan muka merah.

i. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.

j. Melindungi jantung terhadap resiko infark.

k. Tidak mengganggu gaya dan kualitas hidup penderita misalnya ngantuk dan

batuk.

(Bustan, 2017)

Secara khusus obat anti hipertensi diharapkan pula:

a. Mempunyai bioavailabilitas yang tinggi dan konsisten sehingga efektifitasnya

dapat diperkirakan. Jika tekanan darah diturunkan diharapkan obat-obat anti

hipertensi itu dapat diperkirakan sejauh mana penurunannya. penurunan

yang berlebihan dan tak dapat diperkirakan tentu tidak di inginkan.

b. Mempunyai waktu paruh (plasma elimination half-life) yang panjang sehingga

diharapkan mempunyai efek pengendalian tekanan darah yang panjang


19

sepanjang hari. Dan dengan efek 24 jam ini diharapkan juga efek yang tidak

mendadak dan tanpa akumulasi obat. Proteksi 24 jam penuh ini diharapkan juga

dapat menghindari kemungkinan efek mendadak pada masa krisis sirkadian.

c. Smooth onset of action dengan kadar puncak plasma setelah 612 jam untuk

mengurangi kemungkian efek mendadak seperti takikardia.

d. Dapat dipakai untuk jangka panjang.

e. Mampu meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin.

f. Turut memperbaiki profit lemak, misalnya menurunkan LDH.

g. Meningkatkan survival dengan menurunkan risiko gagal jantung dan

mengurangi recurrent (serangan balik) infark miokard.

Jenis-jenis obat hipertensi dapat berupa:

a. Anti hipertensi nonfarmakologik.

Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on

Detenction, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:

1) Turunkan berat badan pada obesitas.

2) Pembatasan konsumsi garam dapur.

3) Kurangi alkohol.

4) Menghentikan merokok.

5) Olahraga teratur.

6) Diet rendah lemak jenuh.

7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).


20

b. Obat anti hipertensi:

1) Diuretika

Pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input. Pemberian

diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama dalam

manajemen hipertensi.

2) Penyekat Beta (B-blocker)

Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga

kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga mengurangi

daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah

akan menurun dan daya hipotensinya balk.

3) Antagonis kalsium

Mekanisme obat Antagonis Kalsium adalah menghambat pemasukan ion

kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilatasi dan

turunnya tekanan darah.

4) Inhibitor ACE (Anti Coverting Enzyme), misalnya inhibace

Obat Penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara

menghambat Angiotensin converting enzyme yang berdaya vasokonstriksi

kuat.

5) Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika)

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin

sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergik perifer dan turunnya


21

tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi

ortostatik.

6) Obat penyekat Alpha

Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan

menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah. Karena

efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat, misalnya

hipotensi ortostatik dan tachicardia, maka jarang digunakan.

7) Vasodilator (pengendor pembuluh darah)

Obat Vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriole

sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah

menurun.

(Bustan, 2017)

7. Pengendalian Hipertensi

Modifikasi gaya hidup cukup efektif untuk menurunkan risiko komplikasi

dengan biaya sedikit, dan risiko minimal. Langkah-langkah yang dianjurkan, antara

lain:

a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan.

Kelebihan berat badan dapat membuat jantung bekerja lebih keras dan memicu

terjadinya Hipertesi. Oleh karena itu, menurunkan berat badan adalah salah satu

cara efektif untuk mengendalikan dan menurunkan tekanan darah.


22

b. Membatasi alkohol.

Walau beberapa dokter tidak melarang mengkonsumsi sedikit alkohol dengan

membatasi konsumsinya, mengkonsumsi dalam jumlah banyak sangat tidak

dianjurkan.Namun alkohol sebaiknya dilarang dikonsumsi oleh mereka yang

menderita Hipertensi karena alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

c. Mengurangi asupan garam (termasuk dari ikan asin dan telur asin).

Penderita Hipertensi dianjurkan untuk mengurangi asupan garam dengan

mengurangi makanan yang terlalu asin atau mengurangi penggunaan Natrium

pada masakan. Konsumsilah banyak buah dan sayuran yang tinggi kadar

potasiumnya seperti kacang-kacangan, aprikot dan lain-lain. Potasium dapat

membantu menurunkan tekanan darah.

d. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak dan kolesterol.

Kedua kebiasaan buruk ini adalah salah satu penyebab tekanan darah tinggi

yang cukup sering terjadi. Orang yang sering merokok dikatakan lebih beresiko

untuk mengalami komplikasi Hipertensi, seperti penyakit Jantung dan Stroke.

e. Setelah umur 30, periksa tekanan darah Anda setiap tahun, terutama bagi Anda

dengan riwayat keluarga hipertensi.

Jika sudah terdiagnosis Hipertensi, maka penderita perlu secara rutin

memeriksakan tekanan darah. Ini bisa dilakukan di rumah menggunakan

Tensimeter. Jangan lupa untuk mengatur jadwal secara rutin untuk

berkonsultasi dengan dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.


23

f. Lakukan latihan paling tidak 3 kali seminggu, lamanya 15-60 menit.

Olahraga yang disarankan untuk mengurangi tekanan darah adalah olahraga

yang dilakukan selama 15-60 menit, sebanyak 3-5 kali dalam seminggu.

Olahraga yang dilakukan secara rutin dan konsisten mampu menurunkan

tekanan darah sebanyak 5-88mmHg. Beberapa contoh olahraga yang baik untuk

menurunkan tekanan darah antara lain berenang, sepeda, joging/ jalan cepat,

aerobik, dan olahraga berat.

g. Pelajari cara mengendalikan stres.

Stress yang berkepanjangan atau terlalu sering bisa ikut meningkatkan tekanan

darah tubuh. Kendalikan stress agar tekanan darah tinggi ikut turun. Penderita

bisa mengendalikannya dengan cara yoga, meditasi ataupun kegiatan yang

disukai.

(Widjaja, 2019)

B. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Lansia (lanjut usia) atau manusia usia lanjut (rnanula), adalah kelompok

penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau

pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan,

2017).
24

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade dikatakan usia lanjut

tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan (Notoatmodjo, 2017).

2. Batasan Umur Lansia

Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 adalah

60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan Usia

Lanjut, Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokan seperti di bawah ini:

a. Kelompok Pertengahan Umur

Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang

menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun).

b. Kelompok Usia Lanjut Dini

Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia

lanjut (55-64 tahun).

c. Kelompok Usia Lanjut

Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas).

d. Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi

Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang

hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.

(Notoatmodjo, 2015)

Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.

2. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.


25

3. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

Lebih rinci batasan penduduk lansia dapat dilihat dari aspek-aspek biologi,

ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia (Bandiyah, 2019), yaitu:

a. Aspek Biologi

Penduduk lansia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah

menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang

ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit

yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan seiring meningkatnya

usia, sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta

sistem organ. Proses penuaan berbeda dengan pikun yaitu perilaku aneh atau

sifat pelupa dari seseorang di usia tua. Pikun merupakan akibat dari tidak

berfungsinya beberapa organ otak, yang dikenal dengan penyakit Alzheimer.

b. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih sebagai

beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap

sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi

yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih berada dalam lapangan

pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah

dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang

termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan

produktivitas rendah.
26

c. Aspek Sosial

Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial

tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah

kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia seperti Indonesia, penduduk

lansia menduduki kolas sosial yang tinggi yang hams dihormati oleh

masyarakat yang usianya lebih muda.

d. Aspek Umur

Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur atau usia adalah yang paling

memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut.

(Notoatmodjo, 2015)

3. Proses Menua

Secara alamiah, berbagai proses ketuaan yang tidak bisa dihindari berlangsung,

berupa:

a. Perubahan fisik-biologis/jasmani

1. Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat

capek dan stamina menurun.

2. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil,

hipotrofis, terutama di bagian dada dan lengan.

3. Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis-garis pada wajah di kening dan

sudut mata.

4. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang.

5. Gigi mulai rontok.


27

6. Perubahan pada mata, pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap

melambat, lingkaran putih pada kornea (arcus senilis), dan lensa menjadi

keruh (katarak).

7. Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun.

8. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada

menjadi kaku dan sulit bernapas.

b. Perubahan mental-emosional /jiwa

1) Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.

2) Sering pelupa/pikun, sering sangat menggangu dalam pergaulan dengan

lupa nama orang.

3) Emosi mudah berubah, sering marah-marah, rasa harga diri mudah

tersinggung.

4) Perubahan kehidupan seksual.

c. Penyakit lansia dapat meliputi:

1) Gangguan pembuluh darah: dari hipertensi sampai stroke.

2) Gangguan metabolik: Diabetes Melitus.

3) Gangguan persendian: artritis, encok dan terjatuh.

4) Gangguan sosial: kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi

lagi.

(Bustan, 2017)
28

C. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan, batasan ini mempunyai dua unsur yakni respon

dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia bersifat positif dan aktif

(Notoatmodjo, 2015).

Perilaku (Skinner dalam Notoatmodjo, 2015) adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar.

2. Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham

Harold Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar (Notoatmodjo, 2015), yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, biologis yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu

O2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak

terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis.

b. Kebutuhan rasa aman, misalnya : rasa aman terhindar dari pencurian,

penodongan, perampokan dan kejahatan lain.


29

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya: mendambakan kasih sayang/ cinta

kasih orang lain baik dari orangtua, saudara, teman, kekasih, dan lain-lain

d. Kebutuhan harga diri, ingin dihargai dan menghargai oranglain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya : ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain.

Tingkatkan dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainnya tidak dapat

dipisahkan karena merupakan satu kesatuan atau rangkaian walaupun pada

hakekatnya kebutuhan fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk

kelangsungan hidup manusia dan dalam memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisah-

pisahkan antara satu dan yang lain.

Prosedur pembentukan perilaku menurut Notoamodjo (2015) yang diambil dari

pendapat Skinner sebagai berikut :

a. Langkah pertama : melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan

penguat berupa hadiah

b. Langkah kedua : melakukan analisis, dipergunakan untuk untuk mengenal

bagian-bagian kecil pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan. Selanjutnya

bagian-bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju

terbentuknya perilaku yang diinginkan.

c. Langkah ketiga : menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu :

Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan dipakai untuk tujuan

sementara.
30

3. Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap

rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis

besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

a. Perilaku pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak

dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan

yang nyata. Contohnya : berpikir, berfantasi, berangan-angan, dan lain-lain.

b. Perilaku aktif (respon eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

diamati langsung, berupa tindakan yang nyata. Contohnya mengerjakan soal

ulangan, membaca buku pelajaran, dan lain-lain.

(Notoatmodjo, 2015)

4. Unsur Perilaku

Stimulus atau rangsangan terdiri dari empat unsur yakni :

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior)

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

c. Perilaku pencarian kesehatan (health seeking behavior)

d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) terdiri dari tiga

aspek yakni :
31

1) Perilaku terhadap sistem pelayanan adalah respon seseorang terhadap

system pelayanan baik system pelayanan kesehatan modern ataupun

system kesehatan tradisonal.

2) Perilaku terhadap gizi (nutrition behavior) makanan dan minuman dapat

memelihara kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman

dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang. Bahkan dapat

mendatangkan penyakit, misalnya kebiasaan seseorang mengkonsumsi

makanan yang bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga

dapat melawan/terhindar dari infeksi yang pendukung mempercepat

proses penyembuhan luka post operasi.

(Notoatmodjo, 2015)

5. Klasifikasi Perilaku

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2015) adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan

ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

a. Perilaku kesehatan (health behavior) yakni hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya

b. Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang

dilakukan oleh individu yang merasa sakit.


32

c. Perilaku peran sakit (the sick behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan

yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh

kesembuhan.

(Notoatmodjo, 2015)

D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Hipertensi

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2017).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (perilaku baru),

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap situmulus (objek).

2. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap

subjek sudah mulai timbul.


33

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(Notoatmodjo, 2017).

Pengetahuan dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi masalah.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


34

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, mmembedakan,

memisahkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintetis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriterita yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2017). Dalam bagian lain Allport

(1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:


35

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh. Dalam

penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan mengerjakan

tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tingi.


36

3. Akses Pelayanan Kesehatan

Keterjangkauan akses pelayanan kesehatan adalah kemampuan setiap orang

dalam mencari pelayanan kesehatan sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan

jangkauan sasaran dan mendekatkan/ meningkatkan akses pelayanan kesehatan di

wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga khusunya yang memiliki penderita

hipertensi. Dalam penatalaksanaan hipertensi perawat memiliki peran dalam

mengubah perilaku sakit penderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau

memperkecil risiko dari sakit yang diderita (Cahyono, 2018).

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang

memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami,

melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit, maka perilaku sakit bisa

berfungsi sebagai mekanisme koping. Faktor yang mempengaruhi perilaku sakit

diantaranya faktor internal berupa persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit

yang dialami dan asal atau jenis penyakit yang dialaminya. Faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku sakit adalah gejala yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar

belakang budaya, ekonomi dan kemudahan akses pelayanan

Kesehatan (Masyudi,2018).

4. Dukungan Keluarga

Murniasih (2017) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai


37

bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika di perlukan.

Menurut Smet (1994) dalam Christine (2015) dukungan keluarga didefinisikan

sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku

yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya

atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang

yang merasa memperoleh dukungan secara nyata.

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino, (1994) dalam

Christine (2015), terdiri dari :

a. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang

dapat digunakan dalam menghadapi stressor.

Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian

yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat

diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan

positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-

ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang

lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu
38

meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif

berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support

material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti

saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-

hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat

saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan

masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan

mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber

untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,

termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat,

pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh

seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang

dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk

melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari

masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga


39

dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih,

cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang

akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu

perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam

bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

5. Dukungan Kader Kesehatan

Perawat mempunyai peran sebagai educator tentang informasi hipertensi dalam

menambah pengetahuan pasien dan dapat membentuk sikap yang positif agar dapat

melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga komplikasi dapat dicegah

(Cahyono, 2018).

Dalam Damayantie (2018) dijelaskan bahwa dukungan dari kader kesehatan

bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu memahami makna

dukungan sosial tersebut sebagai penyokong/penopang kehidupannya. Namun dalam

kehidupan lansia seringkali ditemui bahwa tidak semua lansia mampu memahami

adanya dukungan sosial dari orang lain, sehingga walaupun ia telah menerima

dukungan sosial tetapi masih saja menuniukkan adanya ketidakpuasan, yang

ditampilkan dengan cara menggerutu, kecewa, kesal dan sebagainya. Hal ini dapat
40

terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, lanjut usia merasa tidak perlu

dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan

dukungan yang diberikan, dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang

dibutuhkan lanjut usia, sumber dukungan memberikan contoh buruk pada lanjut usia,

seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat atau tidak mendukung

lanjut usia dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat

mengganggu praktik pengendalian kesehatan yang seharusnya dilakukan oleh lanjut

usia dan menyebabkan lanjut usia menjadi tergantung pada orang lain. Dukungan

yang dapat diberikan oleh kader kesehatan meliputi: mengingatkan lanjut usia untuk

melakukan pemeriksaan secara berkala, menyarankan untuk banyak istirahat,

mengantar ke pelayanan kesehatan, memberikan nasehat tentang penyakit,

menyelenggarakan posyandu lansia, mengajarkan senam lansia dan mengajarkan cara

perawatan.

E. Kerangka Teoritis

WHO (World Health Organization) dalam Notoatmodjo (2015) merumuskan

determinan perilaku yang sangat sederhana. Mereka mengatakan, bahwa mengapa

seseorang berperilaku, karena adanya alasan pokok (determinan), yaitu:

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih

tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus

merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Seorang ibu akan
41

membawa anaknya ke puskesmas untuk memperoleh imunisasi, akan

didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya, dan sumber daya atau

uanganya yang tersedia dan sebagainya.

2. Adanya acuan atau referensi

Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka

perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang

pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Orang mau

membangun jamban keluarga, kalau tokoh masyarakatnya sudah lebih dulu

mempunyai jamban keluarga sendiri.

3. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat.

Sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan

prasarana atau fasilitas). Sebuah keluarga akan selalu menyediakan makanan

yang bergizi bagi anak-anaknya apabila mempunyai uang yang cukup untuk

membeli makanan tersebut, dan orang mau menggosok gigi menggunakan pasta

gigi kalau mampu untuk membeli sikat gigi dan pasta gigi.

4. Sosio budaya (culture)

Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio budaya merupakan faktor

eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat dilihat dari

perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang

masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.


42

Terjadinya perilaku kesehatan yang berhubungan dengan perilaku

kesehatan seseorang digambarkan dalam skema berikut ini.

Internal
Persepsi
1. Pengetahuan
Eksternal
2. Sikap Respon
ari skema
1. Pengalaman
3. Keyakinan
2. Ketersediaan Fasilitas Perilaku
4. Keinginan Kesehatan
3. Sosio-Budaya
5. Motivasi
4. Lingkungan
6. Niat
7. Dukungan

Skema 2.1
Determinan Perilaku menurut Teori WHO
(World Health Organization) dalam Notoatmodjo (2015)

Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku terjadi diawali

dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-fakor di luar

orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik. Kemudian

pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan

sebagainya sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya

terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2015).


43

F. Penelitian Terkait

Berbagai penelitian menunjukkan bervariasinya prevalensi Hipertensi,

bergantung kepada populasi target studi, kondisi wilayah, metodologi yang

digunakan dan sebagainya:

1. Triono dan Hikmawati (2020) meneliti mengenai pengaruh dukungan keluarga

terhadap perilaku pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi lansia

di Puskesmas Subang 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

dukungan keluarga terhadap perilaku pengendalian tekanan darah pada

penderita hipertensi lansia (p value < 0,05).

2. Herlinah,dkk (2013) meneliti mengenai hubungan dukungan keluarga, usia,

pendapatan, jenis kelamin, dan pendidikan lansia dengan perilaku lansia dalam

pengendalian hipertensi. Hasil analisis didapatkan ada hubungan antara

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan

dukungan instrumental keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian

hipertensi. Tidak ada hubungan antara usia, pendapatan, jenis kelamin, dan

pendidikan lansia dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi.

3. Astanti (2017) meneliti hubungan dukungan keluarga dengan perilaku

pengendalian hipertensi di Puskesmas Margoyoso Kecamatan Sumberejo

Tanggamus. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan dukungan keluarga

dengan perilaku pengendalian hipertensi di wilayah kerja puskesmas

Margoyoso Sumberejo Tanggamus tahun 2017 dengan p-value 0.023< 0,05.


44

4. Masyudi (2018) meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

lansia dalam mengendalikan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Darul

Imarah Kabupaten Aceh Besar. Dari hasil uji statistik chi-square dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia,

ada hubungan antara sikap dengan perilaku lansia, ada hubungan antara pola

makan dengan perilaku lansia, dan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

perilaku lansia dalam mengendalikan hipertensi.

5. Damayantie,dkk (2018) meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas

Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis bivariat menunjukan

adanya hubungan antara persepsi sakit dan dukungan keluarga dengan perilaku

penatalaksanaan hipertensi oleh penderita, dan tidak adanya hubungan antara

akses pelayanan kesehatan dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh

penderita.

6. Soesanto (2010) meneliti faktor faktor yang berhubungan dengan praktik lanjut

usia Hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya di wilayah kerja Puskesmas

Mranggen, Kabupaten Demak. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan

antara dukungan keluarga terhadap lanjut usia yang menderita penyakit

hipertensi dengan praktik lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan

kesehatannya, ada hubungan antara dukungan kader kesehatan terhadap lanjut

usia yang menderita penyakit hipertensi dengan Praktik lanjut usia hipertensi

dalam mengendalikan kesehatannya, dan ada hubungan antara akses pelayanan


45

kesehatan dengan Praktik lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan

kesehatannya.
46

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yang bertujuan untuk menemukan hubungan antara variabel

independen (jenis kelamin, pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, dukungan

keluarga dan dukungan kader kesehatan) dan variabel dependen (Kepatuhan dalam

Pengendalian Hipertensi).

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini akan menghubungkan antara variabel independen

(pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan

kader kesehatan) dengan variabel dependen (kepatuhan pengendalian Hipertensi).

Sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka secara sistematis kerangka konsep dibuat

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan
- Sikap
Kepatuhan dalam
- Akses pelayanan
Pengendalian Hipertensi
kesehatan
- Dukungan Keluarga
- Dukungan Kader
Kesehatan

46
47

Skema 3.1

Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variabel
Dependen
Kepatuhan Upaya yang Wawancara Kuesioner 1) Patuh Ordinal
Pengendalian dilakukan agar 2) Tidak patuh
Hipertensi tidak
mengalami
hipertensi
Jenis kelamin Perbedaan Wawancara Kuesioner 1) Perempuan Ordinal
biologis antara 2) Laki-laki
pria dan
wanita
Pendidikan Jenjang Wawancara Kuesioner 1) Tinggi Ordinal
pendidikan 2) Rendah
formal yang
pernah
ditempuh
Pekerjaan Aktivitas yang Wawancara Kuesioner 1) Bekerja Ordinal
dilakukan 2) Tidak
untuk bekerja
mendapatkan
penghasilan
Pengetahuan Pemahaman Wawancara Kuesioner 1) Tinggi Ordinal
yang dimiliki 2) Rendah
oleh
responden
tentang
pengendalian
Hipertensi
Sikap Respon/ Wawancara Kuesioner 1) Positif Ordinal
Tanggapan 2) Negatif
responden
terhadap
pengendalian
Hipertensi
48

Akses Kemampuan Wawancara Kuesioner 1) Baik Ordinal


pelayanan responden 2) Kurang baik
kesehatan dalam
menjangkau
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Dukungan Tindakan yang Wawancara Kuesioner 1) Mendukung Ordinal
keluarga dilakukan 2) Tidak
keluarga yang mendukung
bertujuan
untuk
meningkatkan
motivasi klien
dalam
melakukan
pengendalain
hipertensi
Dukungan Tindakan yang Wawancara Kuesioner 1) Mendukung Ordinal
kader dilakukan oleh 2) Tidak
kesehatan kader mendukung
kesehatan
yang bertujuan
untuk
meningkatkan
motivasi klien
dalam
melakukan
pengendalain
hipertensi

D. Hipotesis

1. Untuk Variabel Jenis Kelamin

Ha : Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan responden

dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021.


49

2. Untuk Variabel Pekerjaan

Ha : Ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan responden dalam

pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten

OKU tahun 2021.

3. Untuk Variabel Pendidikan

Ha : Ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan responden

dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021.

4. Untuk Variabel Pengetahuan

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan responden

dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021.

5. Untuk Variabel Sikap

Ha : Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan responden dalam

pengendalian Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten

OKU tahun 2021.

6. Untuk Variabel Akses Pelayanan Kesehatan

Ha : Ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan kepatuhan

responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.


50

7. Untuk Variabel Dukungan Keluarga

Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.


51

8. Untuk Variabel Dukungan Kader Kesehatan

Ha : Ada hubungan antara dukungan kader kesehatan dengan kepatuhan

responden dalam pengendalian Hipertensi di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dalam objek penelitian (Notoatmodjo, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga dengan lansia yang menderita

Hipertensi yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU yang berjumlah 147 keluarga.

2. Sampel

Notoatmodjo (2015) menyimpulkan sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi yang diambil secara acak

(random sampling) dihitung berdasarkan rumus Iwan Ariawan dalam Notoatmodjo

(2015) berikut:

Z 2 .1   .2.P(1  P).N
n
d 2 .( N  1)  Z 2 .1   / 2. p(1  p)

Keterangan:

N : Sampel yang akan diteliti

Z.1-/2: Derajat kepercayaan diri seluruh populasi yaitu 95% (1,96).


52

P : Proporsi pada populasi 0,5

d : Simpangan dari proporsi populasi yaitu presisi digunakan 0,1

n : Jumlah seluruh populasi 185

Z 2 .1   .2.P(1  P).N
n
d 2 .( N  1)  Z 2 .1   / 2. p(1  p)

(1,96) 2 .0,5.(1  0,5).147


n
0,12.(147  1)  1,96 2.0,5.(1  0,5)

3,8416 (0,25).147
n
0,01.(146)  (3,8416).0,25

141,18
n
1,46  0,9604

141,18
n
2,4204

n = 58,32

n = dibulatkan menjadi 60 sampel.

Dari hasil perhitungan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan

adalah 60 responden.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU.

2. Waktu Penelitian
53

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai bulan Oktober tahun

2021.

G. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin Kepala UPTD Puskesmas

Pengandonan untuk melakukan penelitian dan penelitian ini juga dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari responden yang bersedia untuk diteliti.

H. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data adalah data primer, dimana data yang dikumpulkan dengan cara

melalui wawancara terstruktur dengan seluruh keluarga dengan lansia yang menderita

Hipertensi yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara melalui

kuesioner.

3. Instrumen Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitan ini adalah dengan

menggunakan kuesioner.
54

I. Pengolahan Data

1. Editing (pengeditan data)

Untuk meneliti apakah kuesioner sudah lengkap atau belum, sehingga

apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.

2. Coding (pengkodean data)

Adalah suatu usaha memberikan kode atau menandai jawaban-jawaban

responden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner.

3. Entry (pemasukan data)

Memasukan hasil data-data penelitian ke tabel sesuai dengan criteria.

4. Cleaning (pembersihan data)

Melihat apakah data apakah sudah benar-benar bebas dari kekeliruan.

(Notoatmodjo, 2015)

J. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi

variabel independen (jenis kelamin, pengetahuan, sikap, akses pelayanan

kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan kader kesehatan) dan

variabel dependen (Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi).


55

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen (jenis kelamin, pengetahuan, sikap, akses pelayanan

kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan kader kesehatan) dan

variabel dependen (Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi).

Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat

kepercayaan 95%. Artinya dikatakan ada hubungan bermakna antara

variabel yang diteliti bila P value < 0,05 dan dikatakan tidak ada

hubungan bermakna antara variabel yang diteliti bila P value > 0,05

(Notoatmodjo, 2015).

Kemudian mencari nilai Odd Ratio (OR) untuk melihat besar resiko

masing-masing variabel independen.


56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Pengandonan
a. Sejarah Singkat Puskesmas Pengandonan
Puskesmas Pengandonan yang didirikan pada tahun 1976, terletak di Jalan

Lintas Sumatera Km.45 Desa Semanding Kecamatan Pengandonan. Puskesmas

Pengandonan pertama kali berdiri merupakan Puskesmas Pelayanan Rawat Jalan,

dengan perkembangan Kecamatan Pengandonan, dan mengingat Puskesmas

Pengandonan berada di Jalur padat kendaraan yaitu jalan lintas Sumatera maka pada

tahun 1993 ditingkatkan menjadi Puskesmas Perawatan dengan 10 tempat tidur.

Pada Tahun 2011 seiring dibentuknya Kecamatan Muara Jaya yang merupakan

pecahan KecamatanPengandonan, maka dibentuk juga Puskesmas baru yaitu

Puskesmas Muara Jaya. Maka wilayah kerja Puskesmas Pengandonan yang semula

membawahi 3 Puskesmas Pembantu dan 19 Desa, berubah menjadi 1 Pustu dan 12

Desa.

b. Keadaaan Geografis

Secara geografis, letak Kecamatan Pengandonan berada diposisi antara 103 o

40’ Bujur Timur sampai dengan 104o 33’ Bujur Timur, dan 3o 45’ Lintang Selatan

sampai dengan 4o 55’ Lintang Selatan. Kecamatan Pengandonan mempunyai iklim

tropis dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22 oC – 31oC.


57

Bertani dan berkebun merupakan mata pencarian utama masyarakat Kecamatan

Pengandonan. Padi, karet dan kopi menjadi pilihan yang paling banyak di usahakan.

Sebagian lainnya bekerja sebagai buruh, pegawai negeri dan swasta serta berdagang.

Puskesmas Pengandonan terletak di Kecamatan Pengandonan Kabupaten Ogan

Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. Batas wilayah kerja Puskesmas

Pengandonan adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Puskesmas Lubuk Batang

2) Sebelah Selatan : Puskesmas Muara Jaya

3) Sebelah Barat : Puskesmas Mendingin

4) Sebelah Timur : Puskesmas Ulak Pandan

Wilayah kerja Puskesmas Pengandonan meliputi :

1) 12 Desa / Poskesdes, yaitu:

a. Desa/Poskesdes Gunung Kuripan

b. Desa/Poskesdes Ujan Mas

c. Desa/Poskesdes Tanjungan

d. Desa/PoskesdesSemanding

e. Desa/Poskesdes Pengandonan

f. Desa/Poskesdes Gunung Liwat

g. Desa/Poskesdes Kesambirata

h. Desa/Poskesdes Belambangan

i. Desa/Poskesdes Tangsi Lontar

j. Desa/Poskesdes Tanjung Sari


58

k. Desa/PoskesdesTanjung Pura

l. Desa/Poskesdes Gunung Meraksa

c. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Pengandonan

1) Visi

Menjadikan wilayah UPTD Puskesmas Pengandonan yang sehat melalui

pembangunan kesehatan yang optimal.

2) Misi

a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

b) Mendorong kemandirian keluarga dan masyarakat untuk berprilaku

hidup bersih dan sehat

c) Memberikan pelayanan kesehatan tingkat dasar yang bermutu, merata

dan terjangkau

d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya.

e) Menyelenggarakan Sistem Informasi Kesehatan yang berkualitas.

3) Motto

PRIMA (Peduli, Ramah, Inovatif, Mandiri, Adil)

4) Kebijakan Mutu

a) Memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan sesuai

dengan standar mutudan persyaratan peraturan dan undang-undang

yang berlaku.
59

b) Pelayanan terhadap pelanggan dilaksanakan oleh petugas yang

berkompeten dengan peningkatan profesionalisme karyawan melalui

pelatihan.

c) Meningkatkan peran serta masyarakat di wilayah kerja dalam

kemandirian hidup sehat.

d) Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektoral atau unsur terkait

dalam menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

e) Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu sehingga

tercipta efektivitas dan efisiensi sistem secara berkesinambungan.

d. Ketenagaan

Tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Pengandonan berjumlah

67 orang dengan perincian status sebagai berikut :

1) PNS sebanyak : 20 Orang

2) PTT sebanyak : 11Orang

3) TKS sebanyak : 21 Orang

4) Magang Sebanyak : 27 Orang

e. Program Puskesmas Pengandonan

Program yang dilaksanakan di Puskesmas Pengandonan diantaranya:

1) Upaya Kesehatan Wajib, meliputi:

a) Upaya Promosi Kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkungan

c) Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana


60

d) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e) Upaya Pemberantasan Penyakit Menular

f) Upaya Pengobatan

2) Upaya Kesehatan Pengambangan, meliputi:

a) Upaya Kesehatan Sekolah

b) Upaya Kesehatan Lansia

c) Upaya Kesehatan Jiwa

d) Upaya Kesehatan Keluarga Miskin

e) Upaya Kesehatan Mata

2. Hasil Penelitian

a. Analisis Univariat

1) Distribusi Frekuensi Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Statistik Frekuensi Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Patuh 42 70,0
2. Tidak patuh 18 30,0
Jumlah 60 100
61

Berdasarkan tabel 4.1 dari 60 responden didapatkan 42 responden (70,0%) yang

patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 18 responden (30,0%) yang tidak

patuh dalam pengendalian Hipertensi.

2) Distribusi Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Jenis Kelamin di


Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase demografi Lansia berdasarkan jenis kelamin di

Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Statistik Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Jenis Kelamin
di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Perempuan 27 55,0
2. Laki-laki 33 45,0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.2 dari 60 responden didapatkan 27 responden (55,0%)

berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 33 responden (45,0%) yang berjenis

kelamin laki-laki.

3) Distribusi Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Pendidikan di


Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase demografi Lansia berdasarkan pendidikan di

Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:
62

Tabel 4.3 Distribusi Statistik Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Pendidikan di


Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Tinggi 36 60,0
2. Rendah 24 40,0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.3 dari 60 responden didapatkan 36 responden (60,0%)

berpendidikan tinggi dan sebanyak 24 responden (40,0%) yang berpendidikan rendah.

4) Distribusi Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Pekerjaan di


Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase demografi Lansia berdasarkan pekerjaan di

Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Statistik Frekuensi Demografi Lansia berdasarkan Pekerjaan di


Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Bekerja 33 55,0
2. Tidak bekerja 27 45,0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.4 dari 60 responden didapatkan 33 responden (55,0%) yang

bekerja dan sebanyak 27 responden (45,0%) tidak bekerja.

5) Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Puskesmas Pengandonan


Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase pengetahuan responden di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
63

Tabel 4.5 Distribusi Statistik Frekuensi Pengetahuan Responden di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Tinggi 29 48,3
2. Rendah 31 51,7
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.5 dari 60 responden didapatkan 29 responden (48,3%) yang

memiliki pengetahuan tinggi dan sebanyak 31 responden (51,7%) yang memiliki

pengetahuan rendah.

6) Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Puskesmas Pengandonan


Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase sikap responden di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Statistik Frekuensi Sikap Responden di Puskesmas Pengandonan


Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Positif 34 56,7
2. Negatif 26 43,3
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.6 dari 60 responden didapatkan 34 responden (56,7%) yang

bersikap positif dan sebanyak 26 responden (43,3%) yang bersikap negatif.

7) Distribusi Frekuensi Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase akses pelayanan kesehatan di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
64

Tabel 4.7 Distribusi Statistik Frekuensi Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Mendukung 27 61,7
2. Tidak mendukung 23 38,3
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.7 dari 60 responden didapatkan 27 responden (61,7%) yang

memiliki akses pelayanan mendukung dan sebanyak 23 responden (38,3%) yang

memiliki akses pelayanan tidak mendukung.

8) Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Puskesmas Pengandonan


Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase dukungan keluarga di Puskesmas Pengandonan

Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Statistik Frekuensi Dukungan Keluarga di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Mendukung 40 66,7
2. Tidak mendukung 20 33,3
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.8 dari 60 responden didapatkan 40 responden (66,7%) yang

memiliki keluarga mendukung dan sebanyak 20 responden (33,3%) yang memiliki

keluarga tidak mendukung.


65

9) Distribusi Frekuensi Dukungan Kader Kesehatan di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

Hasil penelitian persentase dukungan kader kesehatan di Puskesmas

Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Statistik Frekuensi Dukungan Kader Kesehatan di Puskesmas


Pengandonan Kabupaten OKU tahun 2021

No Hasil Jumlah Sampel (F) Persentase (%)


1. Mendukung 39 65,0
2. Tidak mendukung 21 35,0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.9 dari 60 responden didapatkan 39 responden (65,0%)

dengan kader kesehatan mendukung dan sebanyak 21 responden (35,0%) dengan

kader kesehatan tidak mendukung.

b. Analisis Bivariat

1) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Jenis Kelamin

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


66

Tabel 4.10 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Patuh Tidak Patuh Total


n % n % N %
Laki-laki 19 70,4 8 29,6 27 100
Perempuan 23 69,7 18 30,3 33 100
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 27

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 responden (70,4%) patuh

dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 8 responden (29,6%) tidak patuh dalam

pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 33 responden berjenis kelamin perempuan

sebanyak 23 responden (69,7%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak

18 responden (30,3%) tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

2) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Pendidikan

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


67

Tabel 4.11 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Patuh Tidak Patuh Total


n % n % N %
Tinggi 24 66,7 12 33,3 36 100
Rendah 18 30,0 6 25,0 24 100
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 36

responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 24 responden (66,7%) patuh dalam

pengendalian Hipertensi dan sebanyak 12 responden (33,3%) tidak patuh dalam

pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 24 responden berpendidikan rendah

sebanyak 18 responden (30,0%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 6

responden (25,0%) tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

3) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Pekerjaan

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


68

Tabel 4.12 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Patuh Tidak Patuh Total


n % n % N %
Bekerja 22 66,7 11 33,3 33 100
Tidak bekerja 20 74,1 7 25,9 27 100
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 33

responden yang bekerja sebanyak 22 responden (66,7%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi dan sebanyak 11 responden (33,3%) tidak patuh dalam pengendalian

Hipertensi, sedangkan dari 27 responden tidak bekerja sebanyak 20 responden

(74,1%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 7 responden (25,9%)

tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

4) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Pengetahuan

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


69

Tabel 4.13 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Patuh Tidak Patuh Total


n % n % N %
Tinggi 20 69,0 9 31,0 29 100
Rendah 22 71,0 9 29,0 31 100
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 29

responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 20 responden (69,0%) patuh dalam

pengendalian Hipertensi dan sebanyak 9 responden (31,0%) tidak patuh dalam

pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 31 responden berpengetahuan rendah

sebanyak 22 responden (71,0%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 9

responden (29,0%) tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

5) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Sikap

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


70

Tabel 4.14 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Sikap

Sikap Patuh Tidak Patuh Total


n % n % N %
Positif 28 82,4 6 17,6 34 100
Negatif 14 53,8 12 46,2 26 100
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 34

responden bersikap positif sebanyak 28 responden (82,4%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi dan sebanyak 6 responden (17,6%) tidak patuh dalam pengendalian

Hipertensi, sedangkan dari 26 responden bersikap negatif sebanyak 14 responden

(53,8%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 12 responden (46,2%)

tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

6) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Akses Pelayanan Kesehatan

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

akses pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


71

Tabel 4.15 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Akses Pelayanan Kesehatan

Akses Patuh Tidak Patuh Total


Pelayanan n % n % N %
Kesehatan
Mendukung 35 94,6 2 5,4 37 100
Tidak 7 30,4 16 69,6 23 100
Mendukung
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 37

responden dengan akses pelayanan mendukung sebanyak 35 responden (94,6%)

patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 2 responden (5,4%) tidak patuh

dalam pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 23 responden dengan akses pelayanan

tidak mendukung sebanyak 7 responden (30,4%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi dan sebanyak 16 responden (69,6%) tidak patuh dalam pengendalian

Hipertensi.

7) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Dukungan Keluarga

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


72

Tabel 4.16 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Dukungan Keluarga

Dukungan Patuh Tidak Patuh Total


Keluarga N % n % N %
Mendukung 39 97,5 1 2,5 40 100
Tidak 3 15,0 17 85,0 20 100
Mendukung
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 40

responden dengan dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 39 responden

(97,5%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 1 responden (2,5%) tidak

patuh dalam pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 20 responden dengan dukungan

keluarga yang tidak mendukung sebanyak 3 responden (15,0%) patuh dalam

pengendalian Hipertensi dan sebanyak 17 responden (85,0%) tidak patuh dalam

pengendalian Hipertensi.

8) Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Dukungan Kader Kesehatan

Dari analisis yang dilakukan terhadap kepatuhan responden dalam pengendalian

Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan

dukungan kader kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


73

Tabel 4.17 Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian


Hipertensi di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021
berdasarkan Dukungan Kader Kesehatan

Dukungan Patuh Tidak Patuh Total


Kader n % N % N %
Kesehatan
Mendukung 37 94,9 2 5,1 39 100
Tidak 5 23,8 16 76,2 21 100
Mendukung
Total 60 100

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 39

responden dengan dukungan kader kesehatan yang mendukung sebanyak 37

responden (94,9%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 2 responden

(5,1%) tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 21 responden

dengan dukungan kader kesehatan tidak mendukung sebanyak 5 responden (23,8%)

patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 16 responden (76,2%) tidak patuh

dalam pengendalian Hipertensi.

4.2 Pembahasan

1. Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Pengetahuan

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 29

responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 20 responden (69,0%) patuh dalam

pengendalian Hipertensi dan sebanyak 9 responden (31,0%) tidak patuh dalam

pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 31 responden berpengetahuan rendah


74

sebanyak 22 responden (71,0%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 9

responden (29,0%) tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berpengetahuan rendah

sebanyak 22 responden (71,0%) patuh dalam pengendalian Hipertensi. Pengetahuan

merupakan tingkat perilaku penderita dalam melaksanakan pengobatan dan perilaku

yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh

pasien hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang

sering menyertai dan pentingnya melakukan pengobatan yang teratur dan terus-

menerus dalam jangka panjang serta mengetahui bahaya yang ditimbulkan jika tidak

patuh dalam pengendalian Hipertensi (Pramestutie, 2016).

2. Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Sikap

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 34

responden bersikap positif sebanyak 28 responden (82,4%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi dan sebanyak 6 responden (17,6%) tidak patuh dalam pengendalian

Hipertensi, sedangkan dari 26 responden bersikap negatif sebanyak 14 responden

(53,8%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 12 responden (46,2%)

tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden bersikap positif sebanyak

28 responden (82,4%) patuh dalam pengendalian Hipertensi. Ginting (2018)

menyatakan sikap terhadap hipertensi mempengaruhi tindakan pencegahan hipertensi.


75

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada diri individu belum tentu

terwujud dalam suatu tindakan nyata. sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Dengan demikian sikap

merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai kesehatan

individu serta dapat menentukan cara pengendalian yang tepat untuk penderita

hipertensi.

3. Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Akses Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 37

responden dengan akses pelayanan mendukung sebanyak 35 responden (94,6%)

patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 2 responden (5,4%) tidak patuh

dalam pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 23 responden dengan akses pelayanan

tidak mendukung sebanyak 7 responden (30,4%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi dan sebanyak 16 responden (69,6%) tidak patuh dalam pengendalian

Hipertensi.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden dengan akses pelayanan

mendukung sebanyak 35 responden (94,6%) patuh dalam pengendalian Hipertensi.

Keterjangkauan akses pelayanan kesehatan adalah kemampuan setiap orang dalam

mencari pelayanan kesehatan sesuai dengan yang mereka butuhkan. Pendekatan

keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran
76

dan mendekatkan/ meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

dengan mendatangi keluarga khusunya yang memiliki penderita hipertensi. Dalam

penatalaksanaan hipertensi perawat memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit

penderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko dari

sakit yang diderita (Cahyono, 2018).

4. Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Dukungan Keluarga

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 40

responden dengan dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 39 responden

(97,5%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 1 responden (2,5%) tidak

patuh dalam pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 20 responden dengan dukungan

keluarga yang tidak mendukung sebanyak 3 responden (15,0%) patuh dalam

pengendalian Hipertensi dan sebanyak 17 responden (85,0%) tidak patuh dalam

pengendalian Hipertensi.

Hasil penelitian sebagian besar didapatkan responden dengan dukungan

keluarga yang mendukung sebanyak 39 responden (97,5%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi. Murniasih (2017) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan

dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika di perlukan.


77

5. Distribusi Statistik Kepatuhan Responden dalam Pengendalian Hipertensi


di Puskesmas Pengandonan Kabupaten OKU Tahun 2021 berdasarkan
Dukungan Kader Kesehatan

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa dari 60 responden didapatkan 39

responden dengan dukungan kader kesehatan yang mendukung sebanyak 37

responden (94,9%) patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 2 responden

(5,1%) tidak patuh dalam pengendalian Hipertensi, sedangkan dari 21 responden

dengan dukungan kader kesehatan tidak mendukung sebanyak 5 responden (23,8%)

patuh dalam pengendalian Hipertensi dan sebanyak 16 responden (76,2%) tidak patuh

dalam pengendalian Hipertensi.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar dengan dukungan kader kesehatan

yang mendukung sebanyak 37 responden (94,9%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi. Dalam Damayantie (2018) dijelaskan bahwa dukungan dari kader

kesehatan bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu

memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong/penopang

kehidupannya. Dukungan yang dapat diberikan oleh kader kesehatan meliputi:

mengingatkan lanjut usia untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, menyarankan

untuk banyak istirahat, mengantar ke pelayanan kesehatan, memberikan nasehat

tentang penyakit, menyelenggarakan posyandu lansia, mengajarkan senam lansia dan

mengajarkan cara perawatan.


78

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 74 responden terhadap

gambaran gambaran kadar gula darah pada Lansia di Rumah Sakit St. Antonio

Baturaja Tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar responden berpengetahuan rendah sebanyak 22 responden

(71,0%) patuh dalam pengendalian Hipertensi.

2. Sebagian besar responden bersikap positif sebanyak 28 responden (82,4%)

patuh dalam pengendalian Hipertensi.

3. Sebagian besar responden dengan akses pelayanan mendukung sebanyak 35

responden (94,6%) patuh dalam pengendalian Hipertensi

4. Sebagian besar didapatkan responden dengan dukungan keluarga yang

mendukung sebanyak 39 responden (97,5%) patuh dalam pengendalian

Hipertensi.

5. Sebagian besar dengan dukungan kader kesehatan yang mendukung sebanyak

37 responden (94,9%) patuh dalam pengendalian Hipertensi.

4.2 Saran

1. Untuk petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang

pentingnya pengendalian Hipertensi pada lansia.

78
79

2. Untuk Lansia agar dapat mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh petugas

kesehatan.

3. Untuk peneliti berikutnya agar meneliti kembali tentang pengendalian

Hipertensi pada Lansia dengan karakteristik responden yang lebih beragam.


80

DAFTAR PUSTAKA

Astanti. 2019. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansa dalam


Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Margoyoso Kecamatan Sumberejo
Tanggamus 2019. Skripsi STIKES Muhammadiyah Lampung

Bandiyah,Siti. 2019. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nusa


Media

Bustan, MN. 2017. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Cahyono, S. 2018. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta : Kanisius

Christine. 2015. Dukungan Keluarga dan Harga Diri Pasien Kanker Payudara di
RSUP H.Adam Malik Medan. Jurnal Penelitian Keperawatan USU

Damayantie,dkk.2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku


Penatalaksanaan Hipertensi oleh Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi tahun 2018. Jurnal Ners dan Kebidanan,
Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 224–232

Depkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Dinkes OKU. 2010. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu 2020.

Hastono, S. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarat : Rineka Cipta

Herlinah. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia dalam


Pengendalian Hipertensi. Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2,
November 2013; 108-115

Jhonson.R dan Leny. 2019. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nusa Medika

Kemenkes RI. 2019. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI

Lestari, Diana Putri. 2019. Hidup Sehat Bebas Penyakit. Yogyakarta : Moncher
Publisher
81

Masyudi. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Lansia dalam


mengendalikan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017. Jurnal AcTion: Aceh Nutrition
Journal,Mei 2018; 3(1): 57-64

Mubarak dan Chayatin, N. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori Dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba medika

Murniasih. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien


di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi STIKES Muhhamadiyah
Yogyakarta

Notoatmodjo, S. 2015. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2017. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Soeryoko, H. 2010. 20 Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta:


Andi

Soesanto. 2010. Faktor- faktor yang berhubungan dengan Praktik Lanjut Usia
Hipertensi dalam Mengendalikan Kesehatannya di Wilayah Kerja Puskesmas
Mranggen, Kabupaten Demak. Jurnal Keperawatan Vol. 3 No. 2 September
2010 : 98 - 108

Triono dan Hikmawati. 2020. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku


Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia di Puskesmas
Sumbang 1. Jurnal Keperawatan Muhamadiyah September 2020.

UPTD Puskesmas Pengandonan. 2020. Profil UPTD Puskesmas Pengandonan 2020.

Widjaja, R. 2019. Penyakit Kronis. Jakarta : Bee Media Indonesia


82

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Responden yang lansia hormati,


Lansia yang tertulis di bawah ini :
Nama : Hesti Yosepta
NPM : 19142019220P
Merupakan mahasiswa program studi S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bina Husada Palembang, akan melaksanakan penelitian dengan judul :
“Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi di UPTD Puskesmas Pengandonan Kecamatan Pengandonan Kabupaten
Ogan Komering Ulu”.
Hasil penelitian yang akan di lakukan ini dapat membawa manfaat untuk menekan
angka kesakitan, kekambuhan dan kematian akibat Hipertensi. Peneliti menjamin
hasil penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak yang tidak baik negatif bagi
siapapun. Peneliti akan menjunjung tinggi hak-hak responden yaitu :
1. Menyimpan seluruh kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam proses
pengumpulan data, pengolahan data, maupun penyajian hasil penelitian.
2. Menghargai keinginan saudara sebagai responden bila tidak ingin berpartisipasi
dalam penelitian ini.

Demikian penjelasan secara singkat mengenai penelitian yang akan lansia lakukan.
Atas kerjasama dan ketersediaan saudara menjadi responden dalam penelitian ini,
lansia mengucapkan terimakasih.
Hormat lansia,
Peneliti,

Hesti Yosepta
83

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah membaca dan mendapat penjelasan singkat mengenai penelitian ini, lansia
mengerti dan memahami manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilakukan terkait
dengan lansia. Lansia yakin bahwa peneliti menghargai serta menjunjung tinggi hak –
hak lansia sebagai responden dan penelitian ini tidak akan berdampak buruk bagi
lansia. Lansia mengerti bahwa keikutsertaan lansia dalam penelitian ini akan
membawa manfaat bagi peningkatan kualitas kesehatan khususnya di wilayah saudara
tinggal.
Dengan ini, maka lansia menyatakan untuk bersedia berpartisipasi secara aktif dalam
penelitian ini dan bersedia menandatangani lembar persetujuan ini.

Pengandonan, 2021
Responden,

.........................................
84

LEMBAR KUISIONER

A. Karakteristik responden
1. Kode Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur : . . . . . . .Tahun
4. Tingkat Pendidikan :

Petunjuk Pengisian:
1. Sebelum mengisi angket ini mohon agar dibacadahulu pertanyaan dengan teliti
2. Beri tanda (√) pada jawaban yang menurut anda benar
3. Jawaban harus sesuai dengan pendapat sendiri dan bukan atas pendapat orang
lain
4. Periksa kembali untuk meyakini bahwa semua pertanyaan telah terisi semua

B. Kuisioner Pengetahuan
No Pertanyaan Benar Salah
1. Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular dan
cukup berbahaya bagi kesehatan
2. Salah satu gejala Hipertensi adalah sakit kepala
3. Hipertensi beresiko tinggi pada mereka yang berusia di
atas 55 tahun
4. Orang dengan obesitas lebih mudah terkena Hipertensi
5. Merokok merupakan pemicu terkena Hipertensi
6. Penderita Hipertensi harus membatasi asupan garam
bagi tubuhnya
7. Alkohol sangat tidak baik bagi penderita Hipertensi
8. Penderita Hipertensi hendaknya rutin berolahraga
9. Stress adalah hal yang harus dihindari bagi penderita
Hipertensi
10. Hipertensi jika tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan Stroke
85

11. Seseorang yang menderita Hipertensi bertahun-tahun


beresiko terkena serangan jantung
12. Kekambuhan Hipertensi jika tidak ditangani dapat
berujung pada kematian
13. Obat Hipertensi harus diminum secara teratur
14. Kekambuhan Hipertensi dapat dikendalikan dengan cara
menerapkan gaya hidup sehat
15. Pola makan merupakan salah satu upaya pengendalian
Hipertensi

C. Kuisioner Sikap
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju
1. Penderita Hipertensi tidak boleh merokok
2. Penderita Hipertensi tidak boleh minum alkohol
3. Penderita Hipertensi tidak boleh mengkonsumsi
makanan instant/cepat saji
4. Penderita Hipertensi tidak boleh terlalu banyak makan
makanan asin dan berlemak
5. Penderita Hipertensi tidak boleh mengkonsumsi kafein
secara berlebihan
6. Penderita Hipertensi harus rajin mengkonsumsi buah
dan sayur
7. Penderita Hipertensi harus meminum obat secara teratur
8. Penderita Hipertensi harus melakukan olahraga secara
rutin
9. Penderita Hipertensi harus menghindari stress karena
dapat memicu kambuhnya Hipertensi
10. Penderita Hipertensi harus memiliki motivasi untuk
mengendalikan Hipertensi
11. Penderita Hipertensi sebaiknya menjalani gaya hidup
yang sehat
12. Penderita Hipertensi sebaiknya rutin mengontrol
tekanan darah
13. Penderita Hipertensi sebaiknya aktif mengikuti
posyandu Lansia
86

14. Penderita Hipertensi sebaiknya rutin memeriksakan diri


ke pelayanan kesehatan
15. Penderita Hipertensi sebaiknya membatasi asupan
garam
D. Kuisioner Akses Pelayanan Kesehatan
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Tempat pelayanan kesehatan yang lansia tuju mudah
dijangkau
2. Lansia mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari
petugas kesehatan
3. Biaya yang lansia keluarkan untuk memeriksakan diri
sangat terjangkau
4. Lansia mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
mudah
5. Jarak tempuh dari rumah ke pelayanan kesehatan cukup
dekat
6. Lansia menggunakan alat transportasi yang memadai
untuk ke pelayanan kesehatan
7. Pelayanan kesehatan yang lansia pakai sangat
memperhatikan aspek mutu
8. Pelayanan kesehatan memberikan pelayanan yang
sempurna
9. Medan jalan yang lansia tempuh untuk ke pelayanan
kesehatan sangat memadai
10. Petugas pelayanan kesehatan melayani dengan sigap dan
ramah
11. Petugas kesehatan memberikan pelayanan dengan prima
12. Pelayanan kesehatan selalu siap sedia membantu
keluhan lansia
13. Pelayanan kesehatan memberikan pelayanan secara
kontinyu kepada lansia
14. Pelayanan kesehatan memberikan informasi yang sangat
berarti bagi lansia
15. Fasilitas yang disediakan pelayanan kesehatan cukup
memadai
87

E. Kuisioner Dukungan Keluarga


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Keluarga membantu dalam mengatasi masalah
perekonomian dengan memberikan bantuan dana
2. Keluarga peduli terhadap makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh lansia
3. Keluarga menemani dan mengunjungi lansia sewaktu
sakit
4. Keluarga membantu lansia melakukan aktivitas yang
tidak bisa dilakukan
5. Keluarga membantu lansia untuk mengatasi rasa sakit
pada saat pengobatan
6. Keluarga berdiskusi untuk mengatasi masalah yang
timbul karena Hipertensi
7. Keluarga mencari informasi untuk pengobatan
Hipertensi
8. Keluarga memberikan dukungan dalam mencegah
komplikasi akibat Hipertensi
9. Keluarga memberi semangat pada lansia untuk tetap
menjalani pengobatan secara teratur
10. Keluarga memberikan suasana yang nyaman di dalam
rumah
11. Keluarga tidak melarang lansia untuk tetap menjalin
hubungan dengan lingkungan
12. Keluarga tidak membiarkan lansia bersedih
13. Keluarga memberikan nasehat untuk mengatasi efek
samping yang timbul akibat Hipertensi
14. Keluargaberusaha memberikan semangat bagi lansia
untuk mempertahankan pengobatan
15. Keluarga mengarahkan lansia untuk menjalani
pengobatan Hipertensi
88

F. Kuisioner Dukungan Kader Kesehatan


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Kader kesehatan mengingatkan lanjut usia untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala
2. Kader kesehatan menyarankan untuk banyak istirahat
3. Kader kesehatan mengantar ke pelayanan kesehatan
4. Kader kesehatan memberikan informasi tentang
penyakit Hipertensi
5. Kader kesehatan menyelenggarakan posyandu lansia
6. Kader kesehatan mengajarkan senam lansia
7. Kader kesehatan mengajarkan cara perawatan
8. Kader kesehatan memberi informasi mengenai
pencegahan Hipertensi
9. Kader kesehatan mengingatkan untuk minum obat
secara rutin
10. Kader kesehatan memberikan penyuluhan mengenai
pencegahan Hipertensi
11. Kader kesehatan memberikan informasi mengenai
penyebab kambuhnya Hipertensi
12. Kader kesehatan memberikan nasehat agar lansia mau
menerapkan pola hidup sehat
13. Kader kesehatan menganjurkan lansia agar melakukan
olahraga ringan
14. Kader kesehatan memberikan petunjuk tentang makanan
pantangan bagi lansia
15. Kader kesehatan memberikan dukungan kepada lansia

G. Kuesioner Pengendalian Hipertensi


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Lansia penderita Hipertensi mengurangi makanan yang
asin
2. Lansia penderita Hipertensi mengurangi penggunaan
garam
3. Lansia penderita Hipertensi tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol
89

4. Lansia penderita Hipertensi tidak mengkonsumsi


minuman berkafein
5. Lansia penderita Hipertensi membatasi asupan lemak
6. Lansia penderita Hipertensi berolahraga secara teratur
7. Lansia penderita Hipertensi melakukan jogging secara
teratur
8. Lansia penderita Hipertensi tidak merokok
9. Lansia penderita Hipertensi beristirahat dengan teratur
10. Lansia penderita Hipertensi tidak memikirkan hal yang
berat yang berakibat stress
11. Lansia penderita Hipertensi mengkonsumsi makanan
yang sehat dan gizi seimbang
12. Lansia penderita Hipertensi rajin mengontrol tekanan
darah
13. Lansia penderita Hipertensi tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung kolestrol
14. Lansia penderita Hipertensi memeriksakan diri secara
teratur ke pelayanan kesehatan
15. Lansia penderita Hipertensi aktif mengikuti posyandu
lansia
90

Frequency Table

Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Patuh 42 70.0 70.0 70.0
Valid Tidak Patuh 18 30.0 30.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Perempuan 27 45.0 45.0 45.0
Valid Laki-laki 33 55.0 55.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tinggi 36 60.0 60.0 60.0
Valid Rendah 24 40.0 40.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
91

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bekerja 33 55.0 55.0 55.0
Valid Tidak Bekerja 27 45.0 45.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Positif 34 56.7 56.7 56.7
Valid Negatif 26 43.3 43.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tinggi 29 48.3 48.3 48.3
Valid Rendah 31 51.7 51.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Akses Pelayanan Kesehatan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Mendukung 37 61.7 61.7 61.7
Valid Tidak Mendukung 23 38.3 38.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
92

Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Mendukung 40 66.7 66.7 66.7
Valid Tidak Mendukung 20 33.3 33.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
93

Dukungan Kader Kesehatan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Mendukung 39 65.0 65.0 65.0
Valid Tidak Mendukung 21 35.0 35.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
94

Crosstabs

Jenis Kelamin * Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi


Crosstab
Kepatuhan dalam Pengendalian Total
Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 19 8 27
Perempuan % within Jenis Kelamin 70.4% 29.6% 100.0%
Jenis % of Total 31.7% 13.3% 45.0%
Kelamin Count 23 10 33
Laki-laki % within Jenis Kelamin 69.7% 30.3% 100.0%
% of Total 38.3% 16.7% 55.0%
Count 42 18 60
Total % within Jenis Kelamin 70.0% 30.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .003a 1 .955
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .003 1 .955
Fisher's Exact Test 1.000 .591
Linear-by-Linear Association .003 1 .955
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin
1.033 .340 3.135
(Perempuan / Laki-laki)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 1.010 .724 1.408
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .978 .449 2.129
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60
95

Pendidikan * Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Pengendalian Total
Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 24 12 36
Tinggi % within Pendidikan 66.7% 33.3% 100.0%
% of Total 40.0% 20.0% 60.0%
Pendidikan
Count 18 6 24
Rendah % within Pendidikan 75.0% 25.0% 100.0%
% of Total 30.0% 10.0% 40.0%
Count 42 18 60
Total % within Pendidikan 70.0% 30.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .476a 1 .490
Continuity Correctionb .162 1 .687
Likelihood Ratio .483 1 .487
Fisher's Exact Test .573 .347
Linear-by-Linear
.468 1 .494
Association
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan
.667 .210 2.116
(Tinggi / Rendah)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .889 .641 1.232
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 1.333 .580 3.066
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60
96

Pekerjaan * Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Pengendalian Total
Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 22 11 33
Bekerja % within Pekerjaan 66.7% 33.3% 100.0%
% of Total 36.7% 18.3% 55.0%
Pekerjaan
Count 20 7 27
Tidak Bekerja % within Pekerjaan 74.1% 25.9% 100.0%
% of Total 33.3% 11.7% 45.0%
Count 42 18 60
Total % within Pekerjaan 70.0% 30.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .388a 1 .533
Continuity Correctionb .115 1 .734
Likelihood Ratio .391 1 .532
Fisher's Exact Test .582 .369
Linear-by-Linear
.382 1 .537
Association
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pekerjaan
.700 .227 2.155
(Bekerja / Tidak Bekerja)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .900 .648 1.250
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 1.286 .578 2.860
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60
97

Sikap * Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Pengendalian Total
Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 28 6 34
Positif % within Sikap 82.4% 17.6% 100.0%
% of Total 46.7% 10.0% 56.7%
Sikap
Count 14 12 26
Negatif % within Sikap 53.8% 46.2% 100.0%
% of Total 23.3% 20.0% 43.3%
Count 42 18 60
Total % within Sikap 70.0% 30.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.701a 1 .017
Continuity Correctionb 4.425 1 .035
Likelihood Ratio 5.726 1 .017
Fisher's Exact Test .024 .018
Linear-by-Linear Association 5.606 1 .018
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.80.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sikap (Positif /
4.000 1.240 12.905
Negatif)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 1.529 1.037 2.255
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .382 .166 .883
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60
98

Pengetahuan * Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Total
Pengendalian Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 20 9 29
Tinggi % within Pengetahuan 69.0% 31.0% 100.0%
% of Total 33.3% 15.0% 48.3%
Pengetahuan
Count 22 9 31
Rendah % within Pengetahuan 71.0% 29.0% 100.0%
% of Total 36.7% 15.0% 51.7%
Count 42 18 60
Total % within Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square .029a 1 .866
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .029 1 .866
Fisher's Exact Test 1.000 .544
Linear-by-Linear Association .028 1 .867
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.70.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan
.909 .301 2.744
(Tinggi / Rendah)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .972 .697 1.355
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 1.069 .494 2.315
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60
99

Akses Pelayanan Kesehatan * Kepatuhan dalam Pengendalian


Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Total
Pengendalian Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 35 2 37
% within Akses Pelayanan
Mendukung 94.6% 5.4% 100.0%
Kesehatan
Akses % of Total 58.3% 3.3% 61.7%
Pelayanan
Kesehatan Count 7 16 23
% within Akses Pelayanan
Tidak Mendukung 30.4% 69.6% 100.0%
Kesehatan
% of Total 11.7% 26.7% 38.3%
Count 42 18 60
% within Akses Pelayanan
Total 70.0% 30.0% 100.0%
Kesehatan
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 27.803a 1 .000
Continuity Correctionb 24.831 1 .000
Likelihood Ratio 29.476 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 27.339 1 .000
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.90.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Akses
Pelayanan Kesehatan
40.000 7.462 214.428
(Mendukung / Tidak
Mendukung)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 3.108 1.668 5.793
Patuh
100

For cohort Kepatuhan dalam .307


Pengendalian Hipertensi = .078 .020
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60

Dukungan Keluarga * Kepatuhan dalam Pengendalian Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Total
Pengendalian Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 39 1 40
Mendukung % within Dukungan Keluarga 97.5% 2.5% 100.0%
Dukungan % of Total 65.0% 1.7% 66.7%
Keluarga Count 3 17 20
Tidak
% within Dukungan Keluarga 15.0% 85.0% 100.0%
Mendukung
% of Total 5.0% 28.3% 33.3%
Count 42 18 60
Total % within Dukungan Keluarga 70.0% 30.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
(2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 43.214a 1 .000
Continuity Correctionb 39.375 1 .000
Likelihood Ratio 47.043 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 42.494 1 .000
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Dukungan
Keluarga (Mendukung / Tidak 221.000 21.422 2279.970
Mendukung)
101

For cohort Kepatuhan dalam 18.472


Pengendalian Hipertensi = 6.500 2.287
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .029 .004 .205
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60

Dukungan Kader Kesehatan * Kepatuhan dalam Pengendalian


Hipertensi

Crosstab
Kepatuhan dalam Total
Pengendalian Hipertensi
Patuh Tidak Patuh
Count 37 2 39
% within Dukungan Kader
Mendukung 94.9% 5.1% 100.0%
Kesehatan
Dukungan % of Total 61.7% 3.3% 65.0%
Kader
Kesehatan Count 5 16 21
% within Dukungan Kader
Tidak Mendukung 23.8% 76.2% 100.0%
Kesehatan
% of Total 8.3% 26.7% 35.0%
Count 42 18 60
% within Dukungan Kader
Total 70.0% 30.0% 100.0%
Kesehatan
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 32.824a 1 .000
b
Continuity Correction 29.527 1 .000
Likelihood Ratio 34.474 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 32.277 1 .000
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
102

Value 95% Confidence Interval


Lower Upper
Odds Ratio for Dukungan Kader
Kesehatan (Mendukung / Tidak 59.200 10.375 337.800
Mendukung)
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = 3.985 1.848 8.593
Patuh
For cohort Kepatuhan dalam
Pengendalian Hipertensi = .067 .017 .265
Tidak Patuh
N of Valid Cases 60

Anda mungkin juga menyukai