Anda di halaman 1dari 114

SKRIPSI

PENGARUH PIJAT WOOLWICH DAN EDUKASI TERHADAP


PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBUPOSTPARTUM
NORMAL DI RS BHAYANGKARA
KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH :

HESTI KARMILA
NIM. P05120316017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
HALAMAN JUDUL

PENGARUH PIJAT WOOLWICH DAN EDUKASI TERHADAP


PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBUPOSTPARTUM
NORMAL DI RS BHAYANGKARA
KOTA BENGKULU

Skripsi Ini Dianjurkan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Keperawatan (Str.Kep)

DISUSUN OLEH

HESTI KARMILA
NIM.P05120316 017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

i
ii
iii
BIODATA

A. Identitas Diri

1. Nama Hesti Karmila


2. Jenis kelamin Perempuan
3. NIM P05120316 017
4. Tempat/ tanggal lahir Bengkulu, 02 Oktober 1997
5. E-mail hestikarmilaam@gmail.com
6. Nomor telp/Hp 082280923095
7. Alamat rumah Jl. M. Ali Amin Pematang Gubernur RT.06
RW.04 No.32
8. Nomor Telpon/Faks -

B. Riwayat Pendidikan

TK SD SMP SMA
Nama - SDN 71 Kota SMPN 17 Kota SMAN 8 Kota
Sekolah Bengkulu Bengkulu Bengkulu
Tahun
masuk- - 2004-2010 2010-2013 2013-2016
lulus

iv
PERSEMBAHAN

v
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.Skripsi ini
kupersembahkan untuk :

 Kedua Orang tuaku, Maridun (Bapak) dan Lati Narti (Ibu) yang selalu
memberikan doa, kasih sayang yang membesarkan serta mendidik dengan
sabar dan ikhlas, yang tiada hentinya selalu memberikan bantuan baik
materi maupun support untukku, selalu ada untukku saat aku butuhkan dan
mengeluh.
 Kakakku tersayang Elisti Kasmita, S.KM, dan adikku tersayang Zeko
Padli dan Ponakan tersayang Ghifari Alfarizi terimakasih sudah memberi
support, do’a, motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi
 Terimakasih untuk dosen pembimbingku Mami Ns.Mardiani, S.Kep,Mm,
dan Miss Erni Buston,SST,M.Kes yang selama ini telah meluangkan
waktu dan pikirannya untuk memberikan ilmu dan bimbingan sampai
selesainya skripsi ini.
 Terimakasih untuk dosen pengujiku Bapak Ns. Hermansyah, M.Kep dan
Mam Ns. Husni, S.Kep,M.Pd yang telah memberikan kritik dan saran
yang berguna sampai selesainya skripsi ini.
 Terimakasih kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan
keperawatan, yang telah sabar mendidik dan membimbingku selama 4
tahun ini.
 Seluruh dosen di Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah mendidik dan
membimbing aku selama berada di bangku kuliah, jasa kalian takkan
pernahku lupakan.
 Terimakasih Keluarga Jay yang selalu memberikan semangat untuk
mengerjakan skripsi (Gitajay, Upikjay, Shanjay, wistikjay) yang selalu
memberi semangat “sukses selalu guys pada akhirnya nama kita sama
S.Tr.Kep”.
 Sahabat sahabat tersayang LGMPG (Alma Almut, Bintang Bibin , Anik,
Ayu, Rika bihun, Inas Manyundul dan yang kecil Elena) terimakasih

vi
sudah saling mendukung, menghibur dan memberikan semangat satu
sama lain.
 Terimakasih untuk orang terkasih yang selalu ada (Mangaradja,
A.md.Kep) yang selalu memberikan semangat, do’a dan motivasi untuk
keberhasilanku.
 Terimakasih kepada (Indah Hai, Nuva, dan Aurel) yg selalu sabar
mengajarkan apa yang aku tidak bisa.
 Terimakasih untuk seluruh teman-teman DIV Keperawatan angkatan IV
yang 4 tahun saling memberikan motivasi dan saling mendukung selama
ini.
 Terimakasih untuk seluruh adek-adek asuh DIV Keperawatan
angkatan(Sherly, Reka, Nofia, Mujahid, Anin dan Dila ) yang selalu
memberikan semangat dan doa.
 Terimakasih kepada teman-temanku yang tidak dapat dituliskan satu
persatu yang selalu memberikan doa dan support selama ini.
 Almamaterkutercinta……….

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat sehat,
ilmu dan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi penelitian ini dengan judul “Pengaruh Pijat Woolwich dan Edukasi
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu PostpartumNormal di RS
Bhayangkara Kota Bengkulu Tahun 2020”.Penyusunan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Saint Terapan Keperawatan (Str.Kep) dalam Ilmu Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dari dosen pembimbing
dan dorongan dari berbagai pihak. Namun penulis berharap semoga skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan kepentingan lainnya. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Darwis,S.Kp.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp., M.PH selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns.Septiyanti, S.Kep.,M.Pd selaku Ketua Prodi D IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
4. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep,MM selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Erni Buston, SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan, yang telah sabar
mendidik dan membimbingku selama empat tahun ini.

viii
7. Kedua orang tua, keluarga dan semua pihak yang telah banyak membantu
baik dari materi, semangat dan yang telah banyak memberikan bantuan
dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.
8. Terimakasih untuk seluruh teman-teman DIV Keperawatan angkatan IV
9. Terima kasih untuk pasien yang telah membantu dalam penelitian ini.
10. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah
diberikan akan menjadi berguna untuk kedepannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini


masih ada kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyusunan dan
metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan
dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi
di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga skripsi yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa prodi keperawatan Bengkulu
lainnya.

Bengkulu, 29 Mei 2020

Penulis

ix
x
Pengaruh Pijat Woolwich Dan Edukasi Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada
Ibu Postpartum Normal Di RS Bhayangkara Kota Bengkulu Tahun 2020
*Hesti karmila, *Mardiani, *Erni Buston

*Prodi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Email : hestikarmilaam@gmail.com

ABSTRAK
Kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengetahui derajat
kesehatan suatu negara dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa
(WHO, 2017). Berdasarkan kajian global “The Lancet Breastfeeding Series” 2016 telah
membuktikan menyusui eksklusif menurunkan angka kematian bayi yang dikarenakan
infeksi, dimana angka kejadian infeksi terjadi 88% pada bayi yang berusia kurang dari
tiga bulan dan kematian anak karena kekurangan gizi 2,7% karena tidak menerima ASI
eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan pada bayi
sampai usia enam bulan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pijat
woolwich dan edukasi terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum normal.
Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pretest-posttest whit control
group desain.Sample adalah ibu postpartum normal yang ASInya tidak lancar dan tidak
bisa mengeluarkan ASI. teknik yang digunakan tehnik purposive sampling. Jumlah
responden 34 orang terdiri dari 17 kelompok intervensi yang diberikan pijat woolwich
dan edukasi dan 17 kelompok kontrol yang diberikan edukasi leaflet peningkatan
produksi ASI. Analisis menggunakan uji Wilcoxon Test dan Mann-Whitney Test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelompok intervensi sebelum diberikan pijat
0,41cc dan kelompok kontrol 0,35cc setelah diberikan pijat pada kelompok intervensi
25,82cc dan pada kelompok kontrol 17,65cc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan rata-rata jumlah produksi ASI (pre-post) antara pada kelompok intervensi yang
diberikan pijat woolwich dan edukasi dan kelompok kontrol yang diberikan edukasi
leaflet peningkatan produksi ASI dengan (p=0,00).Saran diharapkan dapat menggunakan
teknik pijat woolwich untuk meningkatkan jumlah produksi ASI pada ibu postpartum
normal.

Kata kunci : ASI,Pijat Woolwich, Ibu Postpartum Normal

xvi
The Effect of Woolwich Massage and Education on Increased Breast Milk Production
in Normal Postpartum Mothers in Bhayangkara Hospital Bengkulu City in 2020
* Hesti karmila, * Mardiani, * Erni Buston
* DIV Nursing Study Program Poltekkes Ministry of Health Bengkulu
Email: hestikarmilaam@gmail.com

ABSTRACT
Infant mortality is one of the sensitive indicators to determine the health status of a
country and even to measure the level of progress of a nation (WHO, 2017). Based on the
2016 global study "The Lancet Breastfeeding Series" has proven exclusive breastfeeding
reduces infant mortality due to infection, where the incidence of infection occurs 88% in
infants aged less than three months and child deaths due to malnutrition 2.7% due to not
receiving Exclusive breastfeeding. Exclusive breastfeeding is breastfeeding alone without
additional food in infants up to the age of six months. The purpose of this study was to
determine the effect of woolwich massage and education on increasing milk production in
normal postpartum mothers. This research method is a quasi-experimental design with
pretest-posttest whit control group design. Sample is a normal postpartum mother whose
milk is not smooth and cannot express milk. the technique used was purposive sampling
technique. The number of respondents 34 people consisted of 17 intervention groups who
were given woolwich massage and education and 17 control groups who were given
education leaflets to increase milk production. Analysis using the Wilcoxon Test and
Mann-Whitney Test. The results showed that the average intervention group was given
0.41cc massage and the control group 0.35cc after being given a massage in the 25.82cc
intervention group and in the control group 17.65cc. The results showed that there were
differences in the average amount of milk production (pre-post) between the intervention
group given woolwich massage and education and the control group given education
leaflets to increase milk production with (p = 0.00). Suggestions are expected to use
woolwich massage techniques to increase the amount of milk production in normal
postpartum mothers.

Keywords: ASI, Woolwich Massage, Normal Postpartum Mother

xvii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii

BIODATA ............................................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... vi

KATA PENGANTAR........................................................................... ix

DAFTAR ISI.......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL.................................................................................. xiv

DAFTAR BAGAN................................................................................. xv

ABSTRAK ............................................................................................ xvi

ABCTRACT........................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7

A. Konsep ASI............................................................................... 7
1. Pengertian......................................................................... 7
2. Proses pembentukan ASI.................................................. 8
3. Jenis ASI........................................................................... 10
4. Komposisi ASI.................................................................. 11
5. Jumlah ASI Perhari........................................................... 14
6. Tanda cukup ASI.............................................................. 15

xviii
7. Manfaat pemberian ASI.................................................... 15
8. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI ....................... 17
9. Cara memperbanyak produksi ASI .................................. 19
B. Pijat Woolwich........................................................................ 20
1. Pengertian .......................................................................... 20
2. Manfaat ............................................................................. 20
C. Konsep Pengetahuan (Edukasi) ........................................... . 21
1. Pengertian .......................................................................... 21
2. Klasifikasi Pengetahuan .................................................... 21
3. Cara-cara Penemuan Pengetahuan ................................... . 22
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............. . 24
5. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan ............................... 26
D. Pengaruh Pijat woolwich terhadap peningkatan produksi ASI. 26
E. Pengaruh Edukasi terhadap peningkatan produksi ASI ... ........ 27
BAB IIIKERANGKA KONSEP HIPOTESIS, DEFINIS OPERASIONAL
................................................................................................................. 30

A. Kerangka konsep ...................................................................... 30


B. Hipotesis.................................................................................... 31
C. Definisi Operasional.................................................................. 31
BAB IV METODE PENELITIAN....................................................... 33

A. Desain Penelitian....................................................................... 33
B. Waktu Penelitian ...................................................................... 34
C. Tempat Penelitian ..................................................................... 34
D. Populasi Dan Sampel Penelitian .............................................. 34
E. Pengumpulan Data.................................................................... 36
F. Instrumen Penelitian ................................................................. 36
G. Pengolahan Data........................................................................ 36
H. Analisa Data.............................................................................. 37
I. Alur penelitian........................................................................... 37
J. Etika Penelitian......................................................................... 38

xix
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................ 41
A. Jalannya Penelitian ..................................................................... 43
B. Analisis Univariat ....................................................................... 43
C. Analisis Bivariat ......................................................................... 46
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................... 49
A. Karakteristik Responden ........................................................... . 49
B. Produksi ASI pada ibu postpartum normal
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pijat woolwich dan
edukasi....................................................................................... 51
C. Perbedaan rerata jumlah produksi ASI pada ibu postpartum
normal sebelum dan sesudah perlakukan pijat woolwich dan
edukasi ...................................................................................... 53
D. Pengaruh Pijat Woolwich Dan Edukasi Terhadapat Peningkatan
Produksi Ibu Postpartum Normal ............................................... 55
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 55
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................... 57
A. Kesimpulan ............................................................................... 57
B. Saran ........................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 60

LAMPIRAN

xx
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel volume ASI sekali Menyusui perhari .............................. ... 14

3.1 Tabel definisi Operasional dan kriteria objektif ........................... 31

5.1 Tabel karakteristik responden berdasarkan umur ibu................... 43

5.2 Tabel karakteristik responden berdasarkan pendidikan,pekerjaan,

paritas, frekuensi menyusui, umur kehamilan saat melahirkan ..... 44

5.3 Tabel rerata jumlah produksi ASI sebelum diberikan perlakukan

pijat woolwich dan edukasi pada kelompok intervensi dan edukasi

pada kelompok kontrol di RS Bhayangkara Kota Bengkulu tahun

2020 ........................................................................................... 45

5.4 Tabel rerata jumlah produksi ASI sesudah diberikan perlakukan

pijat woolwich dan edukasi pada kelompok intervensi dan edukasi

pada kelompok kontrol di RS Bhayangkara Kota Bengkulu tahun

2020 ............................................................................................ 46

5.5 Tabel gambaran kelompok intervensi rata-rata jumlah produksi ASI

pada ibu postpartum Normal diruangan Melati RS Bhayangkara

kota bengkulu .............................................................................. 47

5.6 Tabel gambaran kelompok kontrol rata-rata jumlah produksi ASI

pada ibu postpartum Normal diruangan Melati RS Bhayangkara

kota bengkulu .............................................................................. 47

5.7 Tabel perbedaan jumlah produksi ASI setelah diberikan intervensi

Antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RS Bhayangkara

Kota bengkulu ............................................................................. 48

xxi
xxii
DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 29

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 31

4.1 Alur penelitian ............................................................................. 38

xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kajian global “The Lancet Breastfeeding Series” 2016 telah


membuktikan menyusui eksklusif menurunkan angka kematian bayi yang
dikarenakan infeksi, dimana angka kejadian infeksi terjadi 88% pada bayi
yang berusia kurang dari tiga bulan dan kematian anak karena kekurangan
gizi 2,7% karena tidak menerima ASI eksklusif. Selain kematian bayi, akibat
dari tidak diberikan ASI eksklusif dapat menimbulkan diare sebanyak 67%,
ISPA 39%, serta risiko obesitas 42%( Kemenkes RI, 2015). ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan pada bayi sampai usia
enam bulan. Menurut penelitian banyak yang tidak diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ (Intellectual quotient) lebih rendah 7-8 pom dibandingkan
dengan anak-anak yang diberikan ASI secara eksklusif (WHO,2016).
Pemberian ASI eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data
dari United Nations Children’s (UNICEF) pada tahun 2015 hanya 40% bayi
di bawah usia enam bulan yang mendapatkan ASI secara eksklusif di seluruh
dunia dan menurun pada tahun 2016 hanya 39% bayi di bawah umur enam
bulan yang mendapatkan ASI secara eksklusif di seluruh dunia. Hal ini
karena banyak faktor, salah satunya adalah tidak optimalnya Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) yang di lakukan ibu post partum. Menurut data
UNICEF tahun 2018 menyatakan bahwa persentase tingkat pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sangat bervariasi antar wilayah yaitu dari
Afrika Utara dan Selatan 65%, Timur Tengah 35%, terendah di Asia Timur
dan Pasifik 32%. Diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal setiap
tahun akibat diare, penyakit saluran nafas dan infeksi lainnya karena mereka
tidak disusui secara eksklusif. Untuk menurunkan angka kematian tersebut
Indonesia telah menyusun strategi standarisasi Nasional dalam salah satu
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (UNICEF,2018).

1
2

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-


2025 adalah untuk mewujudkan pembangunan kesehatan dan kesejateraan
masyarakat dengan menetapkan tiga strategi standarisasi Nasional, tiga
diantaranya yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif yaitu menurunkan
angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, menurunkan
angka kematian menjadi 288 per 100 kelahiran hidup, dan menurunkan
prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan balita pendek menjadi 32%
(Kemenkes RI, 2015).
Hasil Rikesdas tahun 2018 menunjukkan proporsi pola pemberian ASI
pada bayi umur 0-5 bulan di Indonesia 37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI
parsial dan ASI predominan. ASI predominan menyusui bayi tetapi pernah
diberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya, teh, sebagai
minuman/makanan prelakteal sebelum ASI keluar Sedangkan menyusui
parsial adalah menyusui bayi tetapi ditambah dengan makanan buatan seperti
susu formula, bubur, atau makanan lain sebelum bayi berusia enam bulan,
baik diberikan secara kontinyu maupun sebagai makanan prelakteal
(Kemenkes RI, 2018).
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah
dan bersih karena langsung diminum dari payudara ibu. ASI juga
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk
memenuhi kebutuhan gizi di enam bulan pertama. Jenis ASI terbagi menjadi
tiga yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature (Walyani, 2015).
ASI begitu penting bagi bayi, namun masih banyak ibu yang tidak
memberikan ASI pada bayinya antara lain karena puting susu tidak menonjol
sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup
dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak atau bernanah,
muncul benjolan di payudara, gizi kurang,ibu bekerja, dan susu formula lebih
praktis dibandingkan dengan ASI (Roesli, 2015). ASI yang tidak dikeluarkan
secara efisien dan menyebabkan bayi merasa lapar dan tidak puas. Payudara
tidak dikosongkan secara efektif dapat menyebabkan ASI terakumulasi dalam
sinus di bawah aerola. Siatuasi ini dapat menyebakan pembengkakan
3

payudara (Soetjiningsi, 2007). Pembengkakan payudara atau bendungan ASI


ini dapat disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar dan bayi
tidak cukup sering menyusu pada ibu (Sarwono, 2010).
Upaya untuk mengeluarkan ASI yaitu produksi dan pengeluaran,
produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran
dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui
rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi, pijat oksitosin, pijat
woolwich, breast care dan pijat endorphin sehingga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Produksi ASI yang kurang biasanya dapat ditanggulangi dengan
beberapa upaya diantaranya dengan memperhatikan gizi ibu menyurui yaitu
perlu makan 1 1/2 kali lebih baik dari biasanya dan minum minimal 8 gelas
sehari, ibu menyurui harus cukup istirhat dan menjaga ketenangan pikiran
serta hindari pekerjaan terlalu lelah (Anik, 2009). Upaya atau rangsangan
untuk meningkatkan produksi ASI yang banyak di lakukan di BPM baru yaitu
pijat oksitosin, Itupun hanya dilakukan di klinik dan ketika pasien sudah
pulang biasanya tidak lagi dilakukan karena pada pemijatan oksitosin ini
membutuhkan satu orang tenaga untuk memijat di belakang pasien. Para ahli
telah menemukan metode baru yaitu dengan pijat woolwich. Pijat Woolwich
adalah suatu teknik memijat payudara untuk meningkatan produksi ASI ibu ,
ibu dapat melakukan pijat ini sendiri dan kapanpun ibu mau, pijat ini tidak
menggunakan biaya dan sangat praktis untuk dilakukan (Wijayanti.T, 2017).
Teknik pijat woolwich merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah
melahirkan yang memberikan sensasi rileks pada ibu. Pijat woolwich
dilakukan dengan memijit melingkar menggunakan kedua ibu jari pada area
sinus laktiferius tepatnya 1-1,5 cm diluar areola mamae selama 15 menit yang
akan merangsang sel saraf pada payudara, diteruskan ke hipotalamus dan
direspon oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin, yang
akan dialirkan oleh darah ke sel mioepitel payudara untuk memproduksi ASI
(Pemuji, 2014).
4

Selain teknik pijat woolwich juga bisa dilakukan edukasi tentang


peningkatan produksi ASI pada ibu. Menurut Atmawati (2010), mengatakan
untuk berhasilnya seorang ibu dalam memberikan ASI eksklusif tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI karena
dengan dibekali pengetahuan yang baik, perilaku seseorang dapat diarahkan
ke hal yang lebih baik.
Hasil survey awal pengambilan data rumah sakit Bhayangkara Kota
Bengkulu, dengan tindakan persalinan normal tahun 2016 terdapat 360
persalinan normal , tahun 2017 336 persalinan normal, tahun 2018 Januari-
Oktober terdapat 250 persalinan normal di rumah sakit Bhayangkara Kota
Bengkulu.
Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 15-20 September
2019 di RS Bhayangkara Bengkulu didapatkan bahwa dari 10 pasien ibu
normal terdapat enam orang ibu yang memberikan susu formula kepada
bayinya dikarenakan ASI ibu tidak keluar, payudara nyeri, dan ibu takut
anaknya kelaparan, dua ibu ASInya hanya sedikit sehingga ibu mengeluh jika
tidak diberikan susu tambahan nanti anaknya masih lapar dan dua orang ibu
dengan ASI nya lancar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melaksanakan
penelitian tentang “Pengaruh Pijat Woolwich dan Edukasi Terhadap
peningkatan Produksi ASI pada ibu postpartum normal di RS Bhayangkara
Kota Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah pada penelitian ini adalah
meningkatnya prevalensi kejadian bayi yang tidak diberikan ASI dan
menggantikannya dengan susu formula. Ini disebabkan karena pengetahuan
ibu yang kurang tentang teknik mengeluarkan ASI. Pijat woolwich adalah
pijat yang bisa dilakukan oleh ibu sendiri, tanpa menggunakan biaya dan
sangan pratis untuk dilakukan juga merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk merangsang horman prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah
5

melahirkan yang memberikan sensasi rileks pada ibu, sehingga muncul


pertanyaan di masyarakat “Adakah pengaruh pijat woolwich dan edukasi
terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum normal di rumah
sakit Bayangkara Kota Bengkulu tahun 2020 ?”.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Diketahui pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum normal di rumah sakit
Bhayangkara Kota Bengkulu
2. Tujuan khusus
a. Diketahui karakteristik ibu menyusui meliputi (umur ibu,
pendidikan, pekerjaan, paritas, dan frekuensi menyusui)
b. Diketahui rerata jumlah produksi ASI pada ibu postpartum normal
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pijat woolwich dan
edukasi pada kelompok intervensi dan edukasi pada kelompok
kontrol
c. Diketahuiperbedaan rata-rata jumlah produksi ASI pada ibu
postpartum normal sebelum dan sesudah perlakukan pijat
woolwich dan edukasi pada masing-masing kelompok intervensi
dan edukasi pada kelompok kontrol.
d. Diketahui pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadap
peningkatan produksi ASI pada kelompok intervensi dan edukasi
pada kelompok kontrol.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi klien
Menambah pengetahuan dan keterampilan tindakan keperawatan
pada ibu post partum dalam mengatasi produksi ASI dengan pijat
woolwichdan edukasi kemudian juga dapat meningkatkan produksi ASI
dan meningkatkan ASI eksklusif.
6

2. Bagi peneliti lain


Untuk membantu penulis dalam mengaplikasikan tindakan
keperwatan dan untuk mengatasi produksi ASI yang tidak keluar secara
optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah literature sebagai bahan pustaka bagi poltekkes kemenkes
bengkulu khususnya program studi Sarjana Terapan keperawatan
pengaruh pijatwoolwich dan edukasi terhadap peningkatan produksi ASI
dan juga menambah tindakan keperawatan pada payudara ibu post partum
dalam bentuk pengembangan SOP tindakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep ASI
1. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah hadiah dari ibu kepada bayi yang
disekresiakan oleh dua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan
alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi yang mudah
dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap
disajikan dalam suhu kamar dan bebas dalam kontaminasi, ASI juga
mengandung beberapa mikronutrien yang dapat membantu
memperkuat daya tahan bayi, selain itu pemberian minimal selama
enam bulan juga dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau
kelebihan berat badan karena ASI membantu mengstabilkan
pertumbuhan lemak bayi (Wiji, 2013).
Jumlah ASI yang dikeluarkan tergantung dari frekuensi dan
lamanya bayi menghisap payudara makin banyak dan lama ia
menghisap makin banyak ASI yang diproduksi dan ikeluarkan. Jika
bayi tersebut mendapatkan ASI yang cukup, ia akan buang air kecil
setidaknya enam atau delapan kali selama 24 jam, jika bayi mendapat
kalori yang cukup, ia akan buang air besak setidaknya sampai lima
kali sehari.
Laktasi adalah bagian dari proses reproduksi yang memberikan
makanan bayi secata ideal dan alamiah serta merupakan dasarbiogenik
dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu
(ASI) merupakan makanan ideal bagi pertumbuhan neonatus. Laktasi
merupakan suatu seni yang harus dipelajari kembali tanpa diperlukan
alat-alat khusus dan biaya mahal, yang diperlukan adalah kesabaran,
waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari berbagai
pihak khususnya suami (Nugroho, 2011).

7
8

2. Proses pembentukan ASI


a. Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki
fase laktogenisis I mengeluarkan kolostrum sebelum lahirnya bayi,
dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi
ASI setelah melahirkan nanti.
b. Laktogenisis II
Saat melahirkan keluarnya palsenta menyebabkan turunya
tingkat hormon progesteron, esterogen, dan Hormon Pacental
Laktogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang di
namakan dengan fase laktogenesis II. Pada fase ini, apabila
payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,
memuncak dalam periode 45 menit dan kemudian kembali ke level
sebelumnya rangsangan tiga jam kemudian keluarmya hormon
prolaktin menstimulsi sel dalam aveoli untuk memproduksi ASI
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.
Pada fase ini, apabila payudara dirangsang, kadar prolaktin
dalam darah akan meningkat dan akan bertambah lagi pada periode
waktu 45 menit dan akan kembali ke level semula sebelum
rangsangan tiga jam kemudian. Hormon prolaktin yang keluar
dapat menstimulasikan sel di dalam alveoli untuk memproduksi
ASI, hormon prolaktin juga akan keluar dalam ASI.
Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam
susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
pukul dua pagi hingga enam pagi, namun level prolaktin rendah
saat payudara terasa penuh. Hormon lainnnya, seperti insulin,
tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
mengindikasikan bahwa proseslaktogenesis 11 dimuai sekitar 30-
40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan
payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan.
9

Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah


melahirkan. Kolostrum di konsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.
Kolostrom mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi
dari pada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rendah dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan-pelan hilang dan terganggukan oleh
ASI sebenarnya.
c. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap dan juga
seberapa sering payudara dikosongkan.
Laktogenesis III sistem kontrol hormon endokrin mengatur
produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol
autokrin dimulai. Fase ini dinamakan laktogenesis III. Pada tahap
ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksiASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan
bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga aakn
meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI
sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi
menghisap, dan juga sering payudara dikosongkan.
10

3. Jenis ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Asi susu ibu khusus
dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus
dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbh kembang bayi.
ASI dibedakan menjadi tiga stadium
a. Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar.
Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari
pertama sampai hari keempat pasca persalinan. Kolustrum
merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein,
mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu kolustrum
masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama
pada kolustrum adalah imunoglobin (IgG, IgA, dan IgM), yang
digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran
kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Volume kolostrum antara 150-300 ml/ 24 jam.
b. ASI transisiatau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari
ke-10, selama dua minggu, volume air susu bertembah banyak
dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imonoglobin
dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur
relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu
11

yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama


disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai
kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein,
mineral dan air.
Selanjutnya ASI berubah menjadi hindmilk. Hinmilk kaya
akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih
cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan
keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
4. Komposisi ASI
a. Karbohidrat
Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali
lipat dibandingkan laktosa yang terdapat disusu sapi dan susu
formula namun demikian, angka kejadian diare yang
disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi
laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang menkonsumsi ASI
hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibandingkan susu sapi susu formula manfaat lain dari laktosa
yaitu mempertinggi absorsi kalsium dan merangsang
pertumbuhan lacktobacillus bifidus. Kadar kalbohidrat dalam
kolostrum meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari
hari setelah melahirkan), sesudah melewati masa ini kadar
kaebohidrat relatif stabil.
b. Protein
ASI mengandung whey protein dan casein yang mudah
diserap oleh usus bayi. Casein adalah protein yang sukar
dicerna oleh usus bayi rasio. Rasio whey-casein yang tinggi
pada ASI membantu pencernaan bayi untuk menghasilkan
hasil pencernaan yang lebih lembut dan mengurangi waktu
pengosongan gaster bayi. Rasio whey:casein pada ASI adalah
40:60 sedangkan pada susu bayi dan susu formula adalah
80:20 dan 82:18 meskipun kedua susu tersebut sama-sama
12

mengandung whey protein yang baik untuk pencernaan, tetapi


whey protein pada ASI terdiri dari alpha-laktabumin yang
membantu sintesa laktosa, sedangkan pada susu sapi terdiri
dari beta-lactogloulin. Selain alpha-laktalbumin ASI juga
mengandung empat unsur penting yaitu serum albumin,
lisozim, laktoferin dan imonoglobulin
c. Lemak
Lemak asi terdiri dari trigiserid (98-99%) yang dengan
enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak.
Enzim lipase tidak hanya terdapat didalam saluran pencernaan
bayi tetapi terdapat juga didalam ASI. lemak ASI lebih mudah
dicerna karena sudah dalam bentuk elmusi. Salah satu
keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak
essensial, Docosahexaenoic Acid (DHA) dan Arachnoid Acid
(AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak
trimester satukehamilan yang berperan sampai satu tahun usia
anak konsentrasi lemak dari 2,0 g/100ml pada kolostrum
menjadi sekitar 4-4,5 g/100ml pada 14 hari pascapartus. Kadar
lemak juga berpariasi pada saat baru menyusui (fore milk)
menjadi 2-3x lebih tinggi pada lahir menyusui (hind milk).
d. Karnitin
Karnitin berperan dalam membantu proses pembentukan
energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme
tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama
pada tiga minggu yang pertama menyusui, bahkan didalam
kolestrum, kadar karnitin ini lebih tinggi. Konsentrasi karnitin
bayi yang mengkonsumsi ASI lebih tinggi dibandingkan bayi
yang mengkonsumsi susu formula.
13

e. Vitamin
1.) Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin A merupakan salah satu vitamin penting
yang tinggi kadarnya didalam kolostrum dan menurun
kadarnya pada ASI matur. Vitamin A sekiar 200 IU-dl
terdapat didalam ASI sedangkan konsentrasi vitamin D
dan k sedikit didalam ASI. Untuk negara tropis yang
terdapat suku sinar matahari,vitamin D tidak menjadi
masalah. Vitamin K juga akan terbntuk oleh bakteri
didalam usus bayi berapa waktu kemudian.
2.) Vitamin yang larut dalam air
Vitamin c, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2
(riboflavin), B6 (piridoksin) sangat dipengaruhi kadarnya
oleh makanan ibu, namun untuk ibu yang dengan status
gizi normal tidak perlu diberi suplemen.
3.) Zat besi
Meskipun kandungan zat besi(0,5-1,0mg perliter)
dalam ASI sedikit, tetapi bayi yang menyusui jarang
terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dari
ASI lebih mudah diserap (>70%) oleh bayi dibandingkan
dengan zat besi dari susu sapi (30%) dan zat besi dari susu
formula (10%).
4.) Zat anti infeksi
ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai
macam penyakit, seperti penyakit diare,saluran
cerna,saluran pernapasan atas. ASI mengandung enzim
imonoglobulin dan leukosit. Lukosit meskipun sedikit
tetap dapat memberikan efek protektif yang siknipikan
tergadap bayi. imonoglobulin merupakan protein yang
dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon terhadap adanya
14

imonogen atau anti gen (zat menstimulasi tubuh untuk


memproduksi antiboti).
Ada 5 imonologi: IgA,IgM,IgE,IgD,dan IgG dari
kelimanya sectory IgA (sIgA) disekresi makrofag
(disentesis dan disimpan dalam payudara), yang berperan
dalam fungsi antibodi ASI bayi lahir mempunyai
cadangan IgA yang sedikit oleh sebab itu bayi barulahir
sangat memelukan proteksi sIgA dalam ASI terhadap
penyakit infeksi.
5.) laktoferin
laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap
zat besi sehingga menyebabkan terganggunya
pertumbuhan organisme patogenik seperti Eschericia coli
(E.coli) dan candida albicans yang membutuhkan zat besi.
Jadi, pemberian suplemen zat besi kepada bayi menyusui
harus lebih dipertimbangkan.
5. jumlah ASI Perhari
Tabel 2.1 Volume ASI Sekali Menyusui Perhari

Jumlah Produksi ASI per sekali menyusui (2jam)

1. Hari pertama-kedua 5-7ml

2. Hari ketiga 22-27 ml

3. 1 minggu 45-60 ml

4. 1 bulan 80-150 ml

5. 7 bulan 800 ml
Sumber : Sulastri, 2017

6. Tanda Cukup ASI


15

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila
mencapai keadaan sebagai berikut:
a. Bayi minum ASI setiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.
c. Bayi akan buang airkecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g. Pertumbahan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan.
h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai
dengan rentang usianya).
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat laparbangun dan tidur
dengan cukup.
j. Bayi menyusui dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tidur
pulas.
7. Manfaat Pemberian ASI
a. Bagi bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik.
Meningkatkan berat badan dengan bayi setelah lahir,
pertumbuhan seteah lahir periode perinatal baik, dan
mengurangi obesitas.
2) Mengandung antibodi
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai
berikut, apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan
membentuk antibodi dana akan disalurkan dengan bantuan
jaringan limposit. Antibodi dipayudara disbut mammae
assciated immunocompetent lymhoid tissue (MALT).
Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafaan yang ditransfer
16

disebut bronchus associated immunocompetent lymphoid


tissue(BALT), dan untuk penyakit saluran penernaan ditransfer
melalui GUT associeted immunocompetednt lymphoid tissue
(GALT).
3) ASI mengandung proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas
semua zat gizi yang dperlukan untuk kehidupan 6 bulan
pertama.
4) Mengurangi kejian karies gigi
5) Memberikan rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi.
6) Terhindar dari alergi
7) Mengandung kecerdasan bagi bayi, lemak pada ASI adalah
lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan
sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI
eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan
kejang sehingga menjadi anak lebih cerdas dan terhindar dari
kerusakan sel-sel saraf otak.
8) Membantu perkembangan rahang dan rangsangan
pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada
payudara (Ambarawati, 2010)
Dampak yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan ASI
eskslusif yaitu bayi yang tidak mendapatkan ASI resiko
kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa bayi yang diberikan susu
formula lebih sering mengalami diare dibandingkan dengan
bayi yang mendapatan ASI eksklusif (Josefa dkk, 2011). Di
Amerika, tingkat kematian bayi pada bulan pertama berkurang
sebesar 21% pada bayi yang disusui. Bayi yang tidak
memperoleh zat kkebalan tubuh dan tidak mendapatkan
makanan yang bergizi tinggi serta berkualitas dapat
17

menyebabkan bayi mengalami sakit yang mengakibatkan


pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan terhambat
(Wadud, 2013).
8. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Umur
Umur sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan
dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta caa
mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari
20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani
dan sosial dalam mengahadapi kehamilan, serta persalinan (Somi,
2014).
Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3
periode yaitu, kurun reproduksi mudah ( 15-19 tahun), kurun
waktu reproduksi sehat (20-35 tahun), kurun waktu reproduksi tua
(36-45 tahun). Umur juga dapat mempengaruhi daya tangkap dan
pola pikir seseorang dimana semakin bertambahnya umur akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.
Sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin mambaik
(Rahmawati, 2015).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah unsur penting yang
menentukan keadaan gizi keluarga. Orang yang memiiki dasar
pendidikan yang tinggi lebih mudah mengerti dan memahi
informasi yang diterimanya bila dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan lebih rendah (Pratiwi, 2009). Pendidikan ibu
merupakan salah satu faktor penguat yang mempengaruhi
seseorang berperilaku. Faktor pendidikan menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh.

c. Pekerjaan
18

Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan yang dikerjakan


seseorang untuk mendapatkan hasil/uang. Faktor pekerjaan juga
dapat mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja
pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak
bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak
mempunyai informasi (Depkes RI, 2013).
Ibu yang tidak bekerja (IRT) memiliki keberhasilan dalam
memproduksi ASI atau memberikan ASI eksklusif dibandingkan
dengan ibu yang bekerja diluar rumah. Hal ini disebabkan karena
meskipun mereka harus menyusui anaknya tetapi mereka harus
menyusui anaknya tetapi mereka harus kembali bekerja setelah
cuti melahirkan selesai, sehingga waktu yang dimiliki untuk
merawat bayi dan frekuensi menyusui akan berkurang. Frekuensi
menyusui akan mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering
seorang ibu menyusui maka akan mempengaruhi hormon yang
akan memperbanyak produksi ASI (Warsini, 2015).
d. Frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka
produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi,
frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan
berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi
prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali
per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakuka karena bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan
pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 +- 3 kali perhari
selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan
dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan
penyusun paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara
e. Paritas
19

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai


oleh seorang wanita. Paritas terbagi dua, yaitu pimipara dan
multipara, primipara adalah seorang wanita yang pernah sekali
melahirkan janin, dengan demikian penghentian kehamilan
setelah tahap abortus memberikan paritas bagi wanita yang
bersangkutan. Sedangakn untuk multipara adalah seorang wanita
yang pernah dua kali atau lebih melahirkan janin (Arma,dkk
2015). Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi
produkvitas ASI, karena sangat berhubungan dengan status
kesehatan ibu dan kelelahan serta asupan gizi (Roesli (2012). Ibu
yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh lebih
tinggi dibandingkan ibu yang melahirkan pertama kali. Jumlah
persalinan yang pernh dialami ibu memberikan pengalaman
dalam memberikan pengalaman dalam memberikan ASI kepada
bayi. Semakin banyka paritas ibu akan semakin berpengalaman
dalam memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatakn
produksi ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam
memberikan ASI (proverawati, 2010).
9. Beberapa cara yang dapat dianjurkan untuk memperbanyak
pengeluaran ASI, antara lain :
a. Mengusahakan agar setia kali bayi menyusui, payudara isinya
betul-betul dalam keadaan kosong, karena pengosongan payudara
denganwaktu tertentu itu merangsang kelenjar-kelenjar payudara
untuk memproduksi susu lebih banyak.
b. Minum susu setiap hari satu liter.
c. Perbanyak mengkonsumsi sayuran hijau, seperti daun katu, daun
oyong dan daun pepayaIbu yang hidup tenang lebih banyak
mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam kesedihan
d. Melakukan perawatan payudara dua kali sehari.

B. Pijat Woolwich
20

Menurut Pamuji, 2014 Untuk mencegah dan menangani masalah


laktasi tersebut , maka dimungkinkan sebuah intervensi yaitu metode pijat
woolwich, metode pijat ini didasarkan pada pengamatan bahwa pengaliran
ASI lebih penting dari sekresi ASI oleh kelenjar ASI .
1. Pengertian
Pijat woolwich adalah pemijatan dilakukan pada area sinus
laktiferus tepatnya 1-1,5 cm diatas areola mamae ,dengan tujuan
mengeuarkan ASI yang ada pada sinus laktiferus Pemijatan tesebut
akan merangsang sel saraf pada payudara, rangsangan tersebut
diteruskan kehipotalamus dan direspon oleh hipofisis anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke sel
mioepitel payudara untuk memproduksi ASI.
2. Manfaat pijat woolwich
Manfaat pemijatan metode woolwich meningkatkan sekresi ASI
dan mencegah peradangan payudara atau mastitis. salah satu upaya
yang bisa dilakukan untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah memberikan sensasi
rileks pada ibu yaitu dengan melakukan pijat woolwich yang akan
merangsang sel saraf pada payudara, diteruskan ke hipotalamus dan
direspon oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin
yang akan dialirkan oleh darah ke sel mioepitel payudara untuk
memproduksi ASI.
Penelitian Bowel (2011) pada penelitian yang bertujuan melihat
efektivitas pijat terhadap produksi ASI yang dilakukan terhadap 30
ibu yang masing masing dibagi dalam kelompok kontrol dan
kelompok intervensi, dimana dalam penelitian ini produksi ASI diukur
sebelum dan setelah menyusui untuk mengetuahui jumlah susu yang
tertelan dari hasil penelitanya menunjukkan bahwa bayi dari
kelompok yang dilakukan pijat woolwich mengkonsumsi rata rata
22,3g ASI setiap kali menyusui dibandingkan bayi pada kelompok
yang tidak dilakukan pijat woowich dan berdasarkan total harian bayi
21

yang berada pada kelompok intervensi rata rata menkonsumsi 4,5 ons
ASI lebih banyak dibandingkan bayi kelompok kontrol
C. Konsep Pengetahuan (Edukasi)
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan (knowledge) adalah
hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “what”,
misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan
ilmu (science) bukan sekadar menjawab ”what”, melainkan akan
menjawab pertanyaan “why” dan “how”, misalnya mengapa air
mendidih bila dipanaskan. Pengetahuan hanya dapat menjawab
pertanyaan apa sesuatu itu. Perlu dibedakan disini antara pengetahuan
dan keyakinan, walaupun keduanya mempunyai hubungan yang sangat
erat.
2. Klasifikasi pengetahuan
Klasifikasi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010)
pengetahuan dalam struktur kognitif hirarki mencakup enam
klasifikasi, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahun di artikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang di
pelajari atau rangsangan yang diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar – benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang di pelajari pada situasi atau kondisi reall (sebenarnya).
d. Analisis (Analisis)
22

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


objek ke dalam komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
3. Cara-cara penemuan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini antara lain:
a. Cara coba salah (Trial an Eror)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah
digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah
melalui cara coba – coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial
and eror”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara
coba–coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain.
b. Secara kebetulan
Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan
enzim urase oleh Summers pada tahun 1926.
c. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari hari, banyak sekali
kebiasaan dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
23

Misalnya mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah


pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu,
mengapa anak tidak boleh makan telur, dan sebagainya.
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab
itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan.
e. Cara akal sehat (Gommon sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini
berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau
menuruti nasihat orang tuanya. Atau agar anak disiplin
menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
misalnya dijewer telinganya atau dicubit.
f. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau
tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasul usaha penalaran atau penyelidikan
manusia.
g. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara
yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh
24

seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan


hati saja.
h. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan untuk umat
manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun dedukasi. Induksi
dan dedukasi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat
suatu kesimpulan.
i. Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ahwa induksi
adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
j. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM)
mengembangkan cara berpikir dedukasi ini ke dalam suatu cara
yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu bentuk
dedukasi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai
kesimpulan yang lebih baik.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
25

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang


tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang
akan cenderung untuk mendapat informasi, baik dari orang lain
maupun media massa.
b. Media massa/informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sebagai saran
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise, radio,
surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi orang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.
Lingkungan berpengaruh terhadap proes masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
26

5. Cara mengukur tingkat pengetahuan


Menurut Nursalam (2010) menyatakan bahwa pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian
atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor >75% - 100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%

D. Pengaruh Pijat Woolwich Terhadap Produksi ASI


Umur 20-30 tahun merupakan umur reproduksi sehat. Pada masa
ini adalah kurun waktu yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil
karena oragan reproduksi wanita sudah siap dan matang. Demian juga
dengan psikologis ibu. Kesiapan itulah yang menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan bayi di dalam rahim bisa tumbuh secara optimal
(Kusumastuti, 2019). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
sebagian besar responden berada pada umur 20-30 tahun, paritas multipara
dan berat bayi baru lahir mayoritas memilikiberat badan ≥ 2500 gram baik
pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Salah satu metode perawatan pada ibu nifas yang dianjurkan
adalah metode woolwich. Metode ini di dasarkan pada pengamatan bahwa
pengaliran ASI lebih penting dari sekresi ASI dari kelenjar ASI. Metode
woolwich berpengaruh terhadap saraf vegetatif dan jaringan bawa kulit
yang dapat melemaskan jaringan sehingga memperlancar aliran darah pada
sitem duktus, sisa-sisa sel sistem duktus akan dibuang agar tidak
mengahambat aliran ASI melalui duktus lactiferous sehingga aliran ASI
akan menjadi lancar. Pijat woolwich memicu rangsangan sel-sel mioepitel
di sekitar kelenjar payudara, rangsangan tersebut diteruskan ke
hipotalamus sehingga memicu hipofisi anterior untuk memproduksi
27

hormon prolaktin. Disamping itu, peradangan atau bendungan pada


payudara dapat dicegah (Potter & Ane, 2005 dalam Kusumastuti, 2019).
Hormon prolaktin dan oksitosin sangat berperan dalam kelancaran
produksi ASI. Pijat oksitosin berfungsi untuk merangsang reflek oksitosin
atau let down refleksehingga ibu akan merasa rileks, kelelahan akibat
melahirkan berkurang sehingga dapat merangsang pengeluran hormone
oksitosin (Depkes RI, 2007) usaha untuk merangsang hormone prolaktin
dan oksitosin pada ibu post partum dapat melakukan dengan memeras
ASI, perawatan atau pemijatan payudara, membersihkan puting, sering
menyusui bayi meskipun ASI belum keluar, menyusui dini dan teratur
serta pijat oksitosin (Biancozzo, 2003).
Pada ibu postpartum normal ibu dapat menyusui bayinya 1 jam
pertama setelah melahirkan. Menyusui bayi setiap 2 jam dengan lama
menyusui 10-15 menit di setiap payudara (Sulistyawati, 2009). Pemijatan
dilakukan pada hari pertama setelah melahirkan karena setelah bayi
dilahirkan sekresi dari estrogen dan progesteron hilang dari placenta
kemudian terjadi efek laktogenik dari kelenjar hipofisis ibu untuk
mengambil peran dalam memproduksi ASI, dan 1-7 hari kelenjar payudara
mulai mensekresikan kolostrum, kemudian beransur produksinya akan
semakin banyak dan sebagai pengganti kolostrum maka keluarla ASI
(Gyton, 2007). melakukan pereawatan payudara dengan menjaga
kebersihan dan memassage (memijat) payudara dapat melancarkan
produksi ASI (Istiany, 2013).
Penelitian Pamuji (2011), ibu post partum yang diberikan metode
pijat woolwich memiliki peningkatan kadar hormone prolaktin dan volume
ASI dibandingakn dengan ibu post partum yang tidak diberikan intervensi
pijat tersebut dengan nila (p-value 0,034).

E. Pengaruh Edukasi Terhadap Peningkatan Produksi ASI


Menurut penelitian bahwa distribusi frekuensi responden
berdasarkan pendidikan ibu diperoleh dari 94 orang responden yang
28

berkategori tinggi yaitusebanayk 56 (59,6%) responden lebih banyak jika


dibandingkan dengan kategori rendah yaitu sebanyak 38 (40,4%)
responden. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian atabik (2013),
dilihat mengenai proporsi tingkat pendidikan ibu di desa pamotan
kecamatan pamotan kabupaten rembang tahun 2012. Proporsi ibu yang
memiliki pendidikan tinggi 33 orang (56,9%) dan ibu yang memiliki
pendidikan rendah sebanyak 25 orang (43,1%). Menurut asumsi peneliti
ibu yang memiliki pendidikan tinggi lebih paham akan manfaat ASI selain
mendapat informasi melalui ibuku, teman, dan media social lainnya
sedangkan ibu yang berpendidikan rendah kurang memahami dan
cenderung memberikan susu formula pada bayinya.
Menurut Ramadhanny (2015), bahwa pendidikan ibu merupakan
salah satu faktor penguat yang mempengaruhi seorang berperilaku. Faktor
pendidikan menentukan mudah tidaknya seorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang meraka peroleh. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori yang ada, menurut Susanti (2012) yang menyatakan bahwa
secara umum mudah diduga bahwa tingat pendidikan ibu mempengaruhi
keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya
juga mempengaruhi pengetahuan tentang gizi yang lebih baik dan
mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebihbik dan mempunyai
perhatian lebih besar terhadap kebutuhan gizi anak. Demikian juga halnya
dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum
dinyatakan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih,
mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi pula.
Menurut hasil penelitian, penelitian terkait dan teori penunjang
yang ada maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan mayoritas telah
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibandikan dengan responden
yang berpendidikan dengan responden yang berpendidikan rendah. Hal ini
dikarenakan bahwa responden dengan pendidikan tinggi mampu menerima
informasi mengenai pemberian ASI eksklusif dan lebih mempunyai
29

pengetahuan yang luas tentang ASI eksklusif dibandingkan dengan


responden yang berpendidikan renda

3. Kerangka teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Faktor yang mempengaruhi :

a. Makanan
b. Ketenangan jiwa dan
pikiran
Menyebabkan
c. Penggunaan alat
hormon prolaktin ASI tidak
kontrasepsi
dan oksitosin keluar
d. Perawatan payudara
menurun
e. Anatomis payudara
f. Faktor fisiologi
g. Pola istirahat
h. Faktor isapan anak atau Penatalaksaan : Hormon prolaktin
Vasodilatasi
frekuensi payusuan dan oksitos darah
i. Faktor obat-obatan pembuluh
1. Pijat woolwich
j. Berat lahir bayi pada payudara
2. Perawatan payudara
k. Umur kehamilan saat
(breast care)
melahirkan Memberikan
3. Pijat oksitosin
l. Konsumsi rokok dan sensai rileks ibu
alkohol 4. Pijat endorphin
5. Edukasi Merangsang
peningkatan payudara dan
meningkatkan
diteruskan ke
pengetahuan ibu produksi ASI
hipotalamus

Pemahaman IBU tentang


manfaat ASI Hormon prolaktin
dan oksitos
Produksi
1. Pijat ASI
woolwich
Produksi ASI

Sumber : Marmi (2014) : Pamuji (2014) : Juhar latifa (2015), Susanti (2012).
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan bagian penelitan yang menyajikan
konsep teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep
merupakan abstraksi dari suatu realita agara dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel
independen dan dependen. variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi variabel bebas. Sedangkan variabel dependen merupakan
variabel terikat. Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam
menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2016).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah “ Pijat Woolwich dan
edukasi” sedangkan variabel dependen adalah peningkatan produksi.
Secara skematis, kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pijat woolwich dan Produksi ASI


edukasi

Variabel perancu :
a. Umur
b. pendidikan
c. pekerjaan
d. paritas
e. frekuensi payusuan

Ket : : Variabel independen


: Variabel dependen

: Variabel perancu

30
31

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis alternatif (Ha)

Ada pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadappeningkatan


produksi ASI ibu post partum dirumah sakit Bhayangkara Kota Bengkulu.

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif


Tabel 3.1 Definisi operasional dan kriteria objektif
N Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
O operasional
Variabel Independen
1. Pijat adalah suatu SOP Observasi 1= Dilakukan Interval
woolwich teknik pre dan pijat
dan edukasi pemijatan di post woolwich
payudara pada terhadap dan
ibu Nifas dan kelompok edukasi
sekaligus intervensi 2= Diberikan
diberikan dan edukasi
edukasi kelompok dengan
tentang kontrol mengguna
peningkatan kan leaflet
produksi ASI.
Pemijatan ini
dilakukan 2x /
hari selama 15
menit dan
diukur 2 jam
setelah
tindakan,
dilakukan di
hari ke2 dan
ke3 post
partum
Variabel Dependen
2. Peningkata Produksi ASI Gelas ukur Observasi Jumlah Rasio
n Produksi adalah jumlah pre dan ASI......cc/
ASI ASI yang post ml
dihasilkan terhadap
oleh ibu kelompok
postpartum intervensi
normal dan
kelompok
kontrol
Variabel perancu
3. Umur Lamanya Wawancara Lembar Dinyatakan interval
hidup seseoran kuesioner darimusia....tahu
didunia yang n
dihitung dari
tanggal lahir
32

4. Pendidikan Pengalaman Wawancara Lembar 0 = Pendidikan Ordinal


belajar formal kuesione dasar (SD-
yang r SMP)
diselesaikan
berdasarkan 1= Pendidikan
ijazah terakhir menengah
(SMA)

2= Pendidikan
tinggi
(Diploma/S
1)

5. Pekerjaan Suatu aktivitas Wawancara Lembar 1= Bekerja Ordinal


rutin sebagai kuesioner
2= Tidak
upaya untuk
Bekerja
mempengaruhi
kebutuhan diri
dan keluarga

6. Frekuensi Interval ibu Wawancara L 1-7 = jarang Ordinal


menyusui menyusui bayi e
dalam 24 jam m 8-9= kadang-
(perhari) b kadang
a
10-12 = sering
r
k 12-14 = sangat
u sering
e
s
i
o
n
e
r
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental dengan pendekatan quasi eksperimental. Menggunakan
rancangan pre-test and post-test with control group design. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadap
peningkatan produksi ASI di Rumah sakit kota bengkulu.
Responden pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol diobservasi
tanpa dilakukan intrevensi, kelompok intervensi diobservasi dan dilakukan
intervensi (Nursalam, 2008). Pretest dilakukan untuk mengukur produksi
ASI, rancangan penelitian pada skema berikut :
Skema 4.1 Rancangan Penelitian

Subjek Pre intervensi Perlakuan Post intervensi


R1 01 Kontrol. 3 O1a

R2 02 Intervensi. 4 O2a

Keterangan
R1 : Responden kelompok kontrol
R2 : Responden kelompok intervensi
O1 : Pengukuran jumlah produksi ASI pada kelompok kontrol
O2 : Pengukuran jumlah produksi ASI pada kelompok intervensi sebelum
dilakukan tindakan Pijat woolwich dan edukasi
O1a : Pengukuran jumlah produksi ASI pada kelompok kontrol setelah
diberikan leaflet tentang peningkatan produksi ASI
O2a : Pengukuran jumlah produksi ASI pada kelompok intervensi setelah
dilakukan tindakan pijat woolwich dan edukasi peningkatan produkasi
ASI

33
34

B. Waktu penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2019-Mei 2020.
Dan dilanjutkan pengumpulan data pada tanggal 10 Februari hingga
30April 2020.
C. Tempatdan Waktu
Tempat penelitian dilakukan di ruangan Melati Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Bengkulu selama kurang lebih 2 bulan setengah.
D. Populasi dan sampel penelitian
Populasi pada penelitian ini seluruh pasien sesar yang melahirkan
dirumah sakit Bhayangkara Kota Bengkulu Tahun 2020. Sampel pada
penelitian ini ibu post sesar yang tidak dapat memproduksi ASI dirumah
sakit Bhayangkara Kota Bengkulu. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab
permasaahan penelitian. Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini
ditentukan berdasarkan rumus beda 2 mean dibawah ini

2 σ 2 ( Zα + Z 1−β )2
n= 2
( μ 1−μ 2 )
keterangan :

n = Besar sampel
Zα = Standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α 90% =
1,64)
Zβ = Standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β 80%=
0,84)
µ1 = Nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literature
µ2 = Nilai mean kelompok intervensi yang didapat dari literature
σ2 = Estimasi standar deviasi dari beda mean pretest dan post
test literatur (Dharma,2012)

Berdasarkan hasil penelitian Usman.A tahun 2017 bahwa mean


pada kelompok intervensi 6,85 dan kelompok kontrol 5,88
35

Mean SD
Intervensi 6,85 1,095
Kontrol 5,88 1,088

2 σ 2 ( Zα + Z 1−β )2
n= 2
( μ 1−μ 2 )
2× 1,191 ( 1,64+ 0,84 )2
n= 2
( 6,85−5,88 )
14,64
= =15,0=15
0,94
Dari hasil perhitungan diatas, jumlah sampel minimal adalah 15
orang. Sampel pada penelitian ini diambil 34 orang, yaitu ada 17 orang
untuk kelompok kontrol dan ada 17 orang untuk kelompok intervensi.
Sampel yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012) yaitu:
1) Bersedia menjadi responden dan mau dilakukan tindakan pijat
woolwich dan edukasi
2) Mampu berkomunikasi dengan baik dan mempunyai pendengaran
yang baik.
3) Pasien tidak meminum obat pelancar ASI selama dilakukan
intervensi
4) Ibu nifas hari pertama post partum normal
b. kriteria ekslusi
1) Responden yang mendadak sakit saat dilakukan intervensi
2) Ibu nifas kelahiran SC

E. Pengumpulan Data
36

Pengumpulan data pada penelitian ini mulai dari Data primer yaitu
teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang dilakukan
dengan cara wawancara sebelum ibu setelah melakukan persalinan
normal. Data primer diperoleh dari pengukuran ada atau tidaknya ASI
yang keluar dan berapa jumlah ASI yang keluar pre-post dilakukan
tindakan pijat woolwich dan edukasi peningkatan produksi ASI .Dan
pengukuran produksi ASI menggunakan dot yang ada ukurannya.
F. Instrument Data
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Lembar ceklist yang dilakukan setelah tindakan pijat woolwich
dan edukasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrolyang
diberikan stiker tentang peningkatan produksi ASI.
G. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dari proses pengumpulan data akan di
olah menggunakan program komputer dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Tahap editing
Mengecek dan memeriksa kembali data yang sudah terkumpul
untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian dan kejelasan data.
2. Tahap coding
Memberika nkode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari
beberapa kategori sehingga memudahakan peneliti untuk melihat arti
suatu kode suatu variabel.
3. Tahap entry
Tahap memasukan data kedalam komputer sesuai dengan variabel
yang sudah ada. Selanjutnya data yang diperoleh akan di analisa
sesuai jenis dan kegunaan data.
4. Tahap cleaning
Mengecek kembali data yang sudah di entry ke program untuk
melihat ada data yang hilang (missing) dengan melakukan list, dan
37

data yang sudah di entry benar atau salah dengan melihat variasi data
atau kode yang digunakan.
H. Analia Data
Setelah semua terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan
memeriksa semua kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan
benar (editing), kemudian data diberi kode (coding) untuk mempermudah
peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan. Data dimasukkan dalam bentuk tabel, entri data
dilakukan dengan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning
dan entri computer guna mneghindari terjadinya kesalahan input data.
Analisa data dilakukan dalamdu tahap yaitu:
1. Analisis univariat
Analisa univariat untuk mendeskripsikan karateristik (umur,
pendidikan, pekerjaan, paritas, frekuensi menyusui, umur kehamilan)
jumlah produksi ASI masing masing responden yang diteliti dan
melihat peningkatan jumlah sebelum dan sesudah diberikan pijat
woolwich dan edukasi peningkatan produksi ASI. Data penelitian ini
adalah numeric, maka dicari mean, standar deviasi median, min-max,
dan CI for mean 95% hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisis bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis hubungan dua variabel sebelum dan sesudah diberikan
tindakan (Dahlan,2004). Pada penelitian ini data berdistribusi tidak
normal maka analisi menggunakan Uji Wilcoxon Test Dan Mann-
Whitney Test pada setiap pengukuran untuk menguji pengaruh pijat
woolwich dan edukasi terhadap peningkatan produksi ASI pada
kedua kelompok analisis menggunakan Uji Wilcoxon untuk skala data
nominal dan rasio.
I. Alur Penelitian
Sebelum dilakukan data penelitian, peneliti melakukan tahapan
penelitian yang dimulai dari seleksi sampling melalui teknik porposive
38

sampling untuk menentukan responden alur dalam penelitian ini dapat


dilihat di bagan 4.1 alur penelitian.

Perizinan penelitian

Ibu post partum dengan sectio caesarea di RS Bhayangkara

Pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi

Proporsive samping

Kelompok kontrol Kelompok intervensi

Pre test hari-1 Pre test hari-1

Edukasi tentang peningkatan Melakukan pijat woolwich dan edukasi


produksi dengan menggunakan tentang peningkatan produksi ASI 2x
leaflet dalam sehari selama 15 menit, kemudian
dilanjutkan intervensi di rumah pasien
selama 2 hari.

Post test hari ke-3 Post test hari ke-3

Analisa data Analisa data

Bagan 4.1 Alur Penelitian

J. Etika Penelitian
Penelitian telah mempertimbangkan etik dan legal untuk melindungi
responden dan terhindar dari segala bahaya dan ketidaknyamanan
psikologis, ini dibuktikan dengan Ethical clearene
No.KEPK.M/075/04/2020 mempertimbangkan hal-hal dibawah ini :
39

1. Self deteminant
Dalam penelitian ini dijaga dengan memberikan kebebasan pada
responden untuk memilih dan memutuskan berpartisipasi dan
menolak dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonimity)
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar observasi.
Penggunaan anomity pada penelitian ini dilakukan dengan cara
menggunakan kode dan alamat pada lembar observasi dan
mencantumkan tanda tangan pada lembar persetujuan sebagai
responden.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan ini diartikan sebagai semua informasi yang didapat
dari responden tidak akan disebar luaskan ke orang lain dan hanya
peneliti yang melakukannya informasi yang telah terkumpul dari
subjek dijamin kerahasiannya. Peneliti menggunakan nama inisial
(anonim) dikode responden.
4. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan memenuhi prinsip kejujuran, keterbukaan dan
kehatihatian. Responden diperlakukan secara adil dari awal sampai
sampai ahir tanpa ada diskriminasi. Peneliti memberikan reward yang
sama kepada semua responden.
5. Asas Kemanfaatan ( benefiency)
Manfaat yang dirasakan ibu pada penelitian ini yaitu bisa
diberikan pijat woolwich yang dpat membuat ibu tenangb dan rileks
sehingga dapat meningkatkan produksi ASI ibu, kemudian ibu juga
mendapatkan edukasi tentang peningkatan produksi ASI yang dapat
meningkatakan pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI pada
bayinya sehingga ibu dapat merubah sifat dan perilaku ibu untuk
meningkatkan produksi ASI ibu postpartum normal.
40

6. Malbenefience
Menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan
ketidaknyamanan, menyakiti, atau psikologi, dalam penelitian tidak
ada perlakuan yang menyakiti responden.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil penelitian
1. Jalannya penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara TK III Kota
Bengkulu untuk melihat pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu post partumnormal di rumah Sakit
BhayangkaraTK III Kota Bengkulu. Pengambilan data menggunakan
lembar Observasi dan SOP.
Tahap pertama yang dilakukan pada awal penelitian adalah
persiapan penelitian dengan mengurus surat pengantar dari poltekkes
kemenkes bengkulu yang ditunjukan kepada Badan Kesehatan Bangsa
dan Politik (Kesbangpol) kemudian di teruskan ke Rumah sakit
Bhayangkara TK III Bengkulu kemudian setelah mendapatkan surat
izin melakukan penelitian dilanjutkan dengan meminta persetujuan di
ruang Melati RS. Bhayangkara TK III Bengkulu untuk memulai
penelitian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang pasien untuk
kelompok intervensi dan kontrol di rumah sakit Bhayangkara TK III
Kota Bengkulu tahun 2020 yang diberikan intervensi berupa pijat
woolwich dan edukasi pada kelompok intervensi dan edukasi pada
kelompok kontrol.
Setelah peneliti mendapatkan izin dari Rumah sakit Bhayangkara
TK III Kota Bengkulu, peneliti mulai melakukan pendataan terhadap
ibu post partum normal yang ada di ruangan Melati Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Kota Bengkulu yang tidak bisa memproduksi
ASInya dan ASInya yang tidak lancar. Cara pengambilan sampel ialah
dengan cara teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian
42

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 10 Februari sampai tanggal


30April 2020di ruang Melati RS. Bhayangkara Bengkulu. Populasi
yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien postpartum normal di
Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Bengkulu. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 34 orang yang dibagi secara sistematis
menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 17 orang
kelompok intervensi dan 17 orang kelompok kontrol.
Setelah ditetapkan responden yang telah memenuhi kriteria inklusi
dimulai informed concent pada responden dilanjutkan dengan
permintaan persetujuan dari responden dengan menandatangani lembar
persetujuan dan dilanjutkan dengan menyiapkan leaflet untuk
diberikan kepada responden.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
metode diantaranya wawancara, dilakukan dengan tatap muka dengan
responden untuk mendapat informasi tentang nama, umur, pendidikan
pekerjaan, frekuensi menyusui paritas dan umur kehamilan ibu
sedangakan observasi dilakukan pada pasien untuk melihat
peningkatan produksi ASI pasien sebelum dan setelah diberikan
intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Pengukuran produksi ASI sebelum di berikan intervensi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di lakukan pada pasien
postpartum normal sebelum diberikan intervensi. Pengukuran
peningkatan produksi ASI setelah intervensi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol dilakukan pada pagi dan sore hari selama 3 hari.
Pengukuran intervensi menggunakan alat ukur berupa botol susu bayi
Responden pada kelompok intervensi akan diberikan pijat
woolwich dan edukasi tentang peningkatan produksi ASI selama 3
hari. Sedangkan pada kelompok kontrol responden diberikan edukasi
tentang peningkatan produksi ASI dan diberikan leaflet peningkatan
produksi ASI dan di pantau selama 3 hari.
43

Data yang telah terkumpul kemudian diperiksa kembali untuk


memastikan kelengkapan, dan kejelasan data kemudian diberikan kode
terhadap data dan dicatat dalam master tabel untuk selanjutnya
dianalisis. Setelah data diolah selanjutnya data dianalisis menggunakan
program komputer.

B. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendiskripsikan karakteristik dan
variabel independen serta dependen. Untuk data numerik seperti umur ibu
akan dilakukan analisis univariat menggunakan tendencycentral Mean, SD,
Median, Max-Min, 95% CI For Mean. Sedangkan data katagorik seperti
pendidikan, pekerjaan, paritas, frekuensi menyusui, umur kehamilan akan
disajikan dengan menampilkan nilai kemudian di uji setara.
a. Karakteristik ibu menyusui
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan,
paritas, frekuensi menyusui, umur kehamilan saat melahirkan di RS
Bhayangkara Kota Bengkulu tahun 2020 ( n = 34)

Intervensi Kontrol P value


Karakteristik
N=17 N=17
1. Umur
Mean 27,76 25,71
Median 26,00 26,00 0,276
Stnd. Deviasi 6,833 3,331
Min-Maks 18-39 21-32
CI for Means 95% 24,25-31,28 23,99-27,42

Berdasarkan tabel 5.1 terlihat bahwa pada kelompok intervensi


rata-rata umur responden adalah 27,76 tahun, standar deviasi 6,833
tahun pada kelompok intervensi 24,25-31,28 sedangkan kelompok
kontrol rata-rata umur responden adalah 25,71 tahun, standar deviasi
3,331. Pada interval kepercayaan 95% kita yakin bahwa rata-rata umur
responden pada kelompok intervensi 24,25-31,28 dan kelompok
44

kontrol 23,99-27,42.Pada uji kesetaraan nilai p value untuk variabel


umur adalah 0,276 artinya umur responden kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setara.
Tabel 5.2
Karakteristik responden Pendidikan, pekerjaan, paritas, dan
frekuensi menyusui.
P value
Intervensi Kontrol
Karakteristik
N=17 N=17
2. Pendidikan
Pendidikan Dasar 3 (17,6%) 6 (35,4%)
Pendidikan 12 (70,5%) 8 (47,1%) 0,00
Menengah 2(11,8%) 3 (17,6%)
Pendidikan tinggi

3. Pekerjaan
Bekerja 3 (17,6%) 6 (35,3%)
Tidak Bekerja 14 (82,4%) 11 (64,7%) 0,006

4. Paritas
Primipara 9 ( 52,9%) 12 (70,6%)
Multipara 8 (47,1%) 5 (29,4%) 0,17

5. Frekuensi
Menyusui - -
Jarang - -
Kadang-kadang 14 (82,4%) 14 (82,4%)
Sering 3 (17,8%) 3 (17,8%) 0,00
Sangat Sering

Berdasarkan tabel 5.2 terlihat bahwa Pada keompok intervensi


pendidikan yang paling banyak adalah pendidikan menengah (SMA)
yaitu sebanyak 12 orang (70,5%) sedangkan pada kelompok kontrol
pendidikan yang paling banyak adalah pendidikan menengah (SMA)
yaitu sebanyak 8 orang (47,1%) .Pada uji kesetaraan nilai P value untuk
variabel pendidikan adalah 0,00 artinya pendidikan responden kelompok
intervensi dan kelompok kontrol tidak setara.
45

Pekerjaan terlihat bahwa pada kelompok intervensi ibu paling


banyak tidak bekerja sebanyak 14 orang (82,4%) sedangkan pada
kelompok kontrol ibu paling banyak tidak bekerja sebanyak 11 orang
(64,7%). Pada uji kesetaraan nilai p value untuk variabel pekerjaan adalah
0,006 artinya pekerjaan responden kelompok intervensi dan kelompok
kontrol tidak setara.
Paritas terlihat bahwa riwayat paritas ibu postpartum normal pada
kelompok intervensi yang paling banyak adalah primipara sebanyak 9
orang (52,9%) sedangkan pada kelompok kontrol riwayat paritas ibu
postpartum normal paling banyak adalah primipara 12 orang (70,6%).
Pada uji kesetaraan nilai p value untuk variabel paritas adalah 0,17 artinya
paritas responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol setara.
Frekuensi menyusui terlihat bahwa frekuensi ibu menyusui bayinya
pada kelompok intervensi paling banyak adalah sering yaitu 10-12x / 24
jam itu ada 11 orang (64,7%) sedangkan pada kelompok kontrol frekuensi
ibu menyusui bayinya paling banyak adalah sering yaitu 10-12x /24 jam
yaitu 13 orang (76,5%). Pada uji kesetaraan nilai p valueuntuk variabel
frekuensi menyusui adalah 0,00 artinya frekuensi menyusui responden
kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak setara.

b. Jumlah produksi ASI pada ibu postpartum normal sebelum


dansesudah diberikan perlakuan pijat woolwich dan edukasi
Tabel 5.3
Rerata jumlah produksi ASI sebelum diberikan perlakukan pijat woolwich
dan edukasi pada kelompok intervensi dan edukasi pada kelompok kontrol
di RS Bhayangkara Kota Bengkulu tahun 2020

PRE Intervensi Intervensi Kontrol P value


N=17 N=17
Mean 0,41 0,35
Median 0,00 0,00 0,797
Stnd. Deviasi 0,712 0,606
Min-Maks 0-2 0-2
CI for Means 95% 0,05-0,78 0,04-0,66
46

Berdasarkan tabel 5.3 terlihat bahwa pada kelompok intervensi rerata


produksi ASI sebelum dilakukan intervensi adalah 0,41 cc, standar deviasi
0,712. sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,35 cc, standar deviasi
0,606 . Pada uji kesetaraan nilai p valueuntuk rerata pre intervensi adalah
0,797 artinya rerata pre intervensi responden kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setara.

Tabel 5.4
Rerata jumlah produksi ASI sesudah diberikan perlakukan pijat woolwich
dan edukasi pada kelompok intervensi dan edukasi pada kelompok kontrol
di RS Bhayangkara Kota Bengkulu tahun2020.

POST Intervensi Intervensi Kontrol


N=17 N=17
Mean 25,82 17,65
Median 25,00 18,00
Stnd. Deviasi 2,215 3,656
Min-Maks 22-30 10-25
CI for Means 95% 24,68-26,96 15,77-19,53

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa pada kelompok intervensi rerata


produksi ASI setelah dilakukan intervensi adalah 25,82 cc, standar deviasi
2,215 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 17,65 cc, standar deviasi
3,656.

C. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis
hubungan dua variabel sebelum dan sesudah diberikan tindakan
(Dahlan,2004). Peneliti sebelumnya telah melakukan uji normalitas data
dengan Shafiro wilk. Hasil uji statistis didapatkan p valuekurang dari 0,05
sehingga data dinyatakan berdistribusi tidak normal. Uji yang digunakan
peneliti untuk melihat peningkatan produksi ASI didalam kelompok yaitu uji
wilcoxon testsedangkan untuk menguji pengaruh pijat woolwich dan edukasi
47

pada kelompok intervensi dan edukasi pada kelompok kontrol yaitu uji
Mann-Whitney.
c. Perbedaanpijat woolwich dan edukasi pada masing-masing
kelompok intervensi dan edukasi pada kelompok kontrol terhadap
jumlah produksi ASI pada ibu postpartum normal.

Tabel 5.5
Gambaran rata-rata kelompok intervensi jumlah produksi ASI pada ibu
postpartum normal diruangan Melati RS Bhayangkara Kota Bengkulu

N Median Min-max Z P
Kelompok Pre 17 0,00 0-2 -3,632 0,00
Post 17 25,00 22-30
intervensi
* Uji Wilcoxon
Berdasarkan tabel 5.5 Nilai median post intervensi adalah 25,00 lebih
tinggi dibandingkan nilai median pre intervensi 0,00 pada kelompok
intervensi. Dilihat dari nilai signifikan (Z= -3,632) dan P= 0,00. Sehingga
dapat disimpulkan ada peningkatan rerata jumlah produksi ASI pada
kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan pijat woolwich dan
edukasi.
Tabel 5.6
Gambaran rata-rata kelompok kontrol jumlah produksi ASI pada ibu
postpartum normal diruangan Melati RS Bhayangkara Kota Bengkulu

N Median Min-max Z P
Kelompok Pre 17 0,00 0-2 -3,632 0,00
Post 17 18,00 10-25
kontrol
* Uji Wilcoxon
Berdasarkan tabel 5.6 Nilai median post intervensi adalah 18,00
lebih tinggi dibndingkan nilai median pre intervensi 0,00 pada kelompok
kontrol . Dilihat dari nilai signifikan (Z=-3,632) dan P= 0,00. Sehingga
dapat disimpulkan ada peningkatan rata-rata jumlah produksi ASI pada
kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan leaflet peningkatan
produksi ASI .
48

d. Pengaruh pijat woolwich dan edukasi pada ibu postpartum


normal.

Tabel 5.7
Pengaruh jumlah produksi ASI Setelah Diberikan Intervensi Antara
Kelompok Kontrol Dengan Kelompok intervensi Di RS. Bhayangkara
Kota Bengkulu Tahun 2020

N ΔMean Z(df)
Variabel P Value

Produksi ASI 34 8,11 -4,785 0,000

* Uji Mann Whitney

Berdasarkan tabel 5.7 terlihat bahwa rata-rata selisih jumlah


produksi ASI setelah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi dan
kontrol sebesar 8,11. Didapatkan pula hasil df sebesar -4,785. Hasil uji
Mann Whitney didapatkan nilai p 0,00 (p < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat woolwichdan edukasi terhadap
peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum pada kelompok intervensi
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan di ruangan Melati Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Bengkulu
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan tentang makna hasil penelitian serta


membandingkan dengan teori dan penelitian terkait, serta mendiskusikan hasil
penelitian yang telah di uraikan pada bab hasil. Sesuai dengan tujuan khusus
penelitian ini, maka pembahasan hasil penelitian dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu
postpartum normal.
A. Karakteristik responden
Usia merupakan faktor terpenting dalam menghadapi persalinan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rerata usia responden pada pada kelompok
intervensi 27,76 tahun sedangkan pada kelompok kontrol 25,71 tahun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jumria dkk (2018)
Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3 periode yaitu, kurun
reproduksi mudah ( 15-19 tahun), kurun waktu reproduksi sehat (20-35 tahun),
kurun waktu reproduksi tua (36-45 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa usia
responden dalam penelitian ini pada pasien masuk dalam kategori baik dan
aman untuk melakukan proses pijat woolwich dan edukasi pada ibu post
partum normal.
Pendidikan ibu menyusui terbanyak pada penelitian ini pada kelompok
intervensi adalah pendidikan menengah (SMA) yaitu sebanyak 12 orang
(70,5%) dan kelompok kontrol adalah pendidikan menengah (SMA) yaitu 8
orang (47,1%). Menurut Radharisnawati (2016), semakin tinggi tingkat
pengetahuan ibu menyusui maka semakin tinggi pula pengetahuan dan
kesadaran ibu menyusui utk meningkatkan dan mengatur pola makan pada
saat menyusui sehingga akan perpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Atabik (2013) hasil
penelitiannya yaitu ibu yang memiliki pendidikan tinggi 33 orang (56,9%)
dan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 25 orang (43,1%).
50

Pekerjaan ibu menyusui pada kelompok intervensi paling banyak ibu


tidak bekerja sebanyak 14 orang (82,4%), sedangkan pada kelompok kontrol
paling banyak ibu tidak bekerja sebanyak 11 orang (64,7%). Menurut
Juliastuti ( 2011), menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja dapat dikatakan
sebagai ibu yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan
banyak menghabiskan waktunya dirumah, sehingga mempunyai banyak
kesempatan untuk memperoleh informasi dalam memberikan ASI secara
optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Dahlan, dkk (2013) bahwa lebih banyak ibu
yang tidak bekerja 24 (51,1%) dibandingkan ibu yang bekerja 23 (48,9%).
Paritas ibu menyusuipada kelompok intervensi paling banyak adalah
primipara yaitu 9 orang (52,9%) dan kelompok kontrol 12 orang (70,6%).
Arma,dkk (2015) mengatakan, primipara adalah seorang wanita yang pernah
sekali melahirkan janin, dengan demikian penghentian kehamilan setelah
tahap abortus memberikan paritas bagi wanita yang bersangkutan. Sedangakn
untuk multipara adalah seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih
melahirkan janin. Roesli (2012) mengatakan bahwa semakin banyak anak
yang dilahirkan akan mempengaruhi produkvitas ASI, karena sangat
berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan serta asupan gizi. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh kuswati & istikhomah
(2017) yang berjudul peningkatan kecepatan pengeluaran kolostrum dengan
perawatan totok payudara dan pijat oksitosin pad ibu post partum,
menunjukkan sebagian besar paritas adalah mutipara. Pada penelitian ini
peneliti berasumsi bahwa ibu yang peratama kali melahirkan belum memiliki
pangalaman dalam hal perawatan payudara sehingga memungkinkan ibu
tidak mengetahui hal-hal yang terkait dengan produksi ASI. Sedangkan ibu
yang pernah melahirkan sangat berpengaruhi terhadap pengetahuan ibu
karena pengalaman ibu sebelumnya sangat berhubungan dengan proses
belajar pada anak kedua dan selanjutnya.
Frekuensi ibu menyusui bayinya pada kelompok intervensi paling
banyak adalah sering yaitu10-12x/24 jam sebanyak 14 orang (82,4%) dan
51

kelompok kontrol paling banyak adalah sering yaitu 10-12x/24 jam sebanyak
14 orang (82,4%). Marni (2014) mengatakan pemberian ASI sebaiknya
sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi di susui sesuai dengan
keinginannya (on demand) biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3
jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Ambarwati & Wulandari (2010)
mengatakan bahwa pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan sebaiknya
dilakukan ≥ 10 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan.
Sedangkan penyususan paling sedikit minimal 8 kali sehari pada periode awal
setelah melahirkan. Karena semakin sering bayi menyusui, maka produksi
dan pengeluaran ASI akan semakin banyak.

B. Produksi ASI pada ibu postpartum normal sebelum dan sesudah


diberikan perlakuan pijat woolwich dan edukasi
Hasil analisis rerata jumlah produksi ASI sebelum dilakukan
perlakuanpada kelompok intervensi 0,41 dan kelompok kontrol adalah 0,35
(P=0,797) rerata jumlah produksi ASI sebelum dilakukan perlakuan
kelompok intervensi 0,41 dan setelah dilakukan perlakukan pada kelomok
intervensi (P=0,00), rerata jumlah produksi ASI sebelum dilakukan perlakuan
pada kelomok kontrol 0,35 dan setelah dilakukan perlakuan pada kelompok
kontrol 17,65 (P= 0,06).
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian bahwa kadar hormon
prolaktin ibu postpartum yang diberikan intervensi lebih besar nilainya
dibandingkan pada ibu postpartum pada kelompok kontrol dan disimpulkan
ada perbedaan antara kadar hormon prolaktin pada ibu postpartum primipara
setelah diberikan kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine dengan p
value 0,034 pada pengukuran hari ke-4. VolumeASI ibu postpartum yang
diberikan intervensi lebih besar nilainya dibandingkan pada ibu postpartum
pada kelompok kontrol dan disimpulkan ada perbedaan antara volume ASI
pada ibu postpartum primipara setelah diberikan kombinasi pijat woolwich
dengan endorphine (P=0,000) pada pengukuran hari ke-4. Hal tersebut dapat
diasumsikan ibu postpartum yang diberikan kombinasi metode pijat
52

woolwichdan endorphine memiliki signifikasi yang besar dalam peningkatan


kadar hormon prolaktin dan volume ASI dari pada kelompok kontrol
(Erniyati.S, dkk 2014)
Peningkatan kadar hormon prolaktin dan volume ASI sangat
dipengaruhi oleh persiapan fisik payudara sehingga perlu dilakukan
perawatan payudara. Salah satu metode perawatan yang dianjurkan adalah
metode woolwich. Metode ini didasarakan pada pengamatan bahwa
pengaliran ASI lebih penting dari pada sekresi ASI oleh kelenjar ASI .
dengan metode woolwich akan mempengaruhi saraf vegetative dan jaringan
bawah kulit yang dapat melemaskan jaringan sehingga memperlancar aliran
darag pada sistem duktus, sisa-sisa sel sitem duktus akan dibuang agar tidak
menghambat aliran ASI melalui ductus lactiferus sehingga aliran ASI akan
menjadi lancar. pijat woolwich memicu ransangan sel-sel mioepitel disekitar
kelenjar payudara, rangsangan tersebut diteruskan ke hipotalamus sehingga
memicu hipofisis anterior untuk memproduksi hormon prolaktin. Disamping
itu, peradangan atau bendungan pada payudara dapat dicegah (Syamien 2008;
Potter & Perry 2005)
Salah satu faktor untuk mendapatkan produksi ASI yang cukup yaitu
ibu rutin melakukan perawatan payudara. Perawatan payudara merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memelihara
kesehatan payudara. Perawatan payudara sangat penting bagi para ibu karena
merupakan tindakan perawtaan yang dilakukan oleh pasien maupun dibantu
orang lain biasa dilakukan mulai dari hari pertama atau kedua setelah
melahirkan (Rosana, 2015). Tujuan dari perawatan payudara untuk
melancarkan sirkulasi dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
pengeluaran ASI lancar. Produksi ASI dan pengeluaran ASI di pengaruhi dua
hormon, yaitu prolactin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah
produksi ASI sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI
(Maritalia, 2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan payudara
adalah pengetahuan ibu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang
perawatan payudara maka akan mempengaruhi pola fikir dan sikap ibu
53

sehingga menumbuhkan perilaku positif untuk melakukan perawatan


payudara (Mododahi, 2018).
Pendidikan kesehatan adalah proses yang dirancang dengan sadar
untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar
memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan (life skills) demi kepentingan kesehatannya (nursalam, 2008).
Pendidikan kesehatan tentang peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum
normal adalah suatu usaha untuk memberikan pengetahuan pada ibu untuk
meningkatan produksi ASI (Suryoprajogo, 2009). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdausi (2016) yang berjudul
hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap perawatan payudara dengan
kelancaran produksi ASI post partum, menunjukkan bahwa terdapat
hubunganan atara pengetahuan dan sikap perawatan payudara dengan
kelancaran produksi ASI. Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa ibu
postpartum yang sudah memiliki pengetahuan payudara baik dan melakukan
perawatan payudara secara rutin dan teratur akan memperoleh produksi ASI
yang cukup.

C. Perbedaan rata-rata jumlah produksi ASI pada ibu postpartum normal


sebelum dan sesudah perlakukan pijat woolwich dan edukasi
Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi ASI pada ibu
postpartum normal sebelumdan setelah diberikan pijat woolwich dan edukasi
pada kelompok intervensi 25,41 (P= 0,00) sedangkan jumlah produksi ASI
sebelum dan sesudah dilakukan edukasi leaflet peningkatan produksi ASI
pada kelompok kontrol 17,30 (P= 0,06).
Hasil penelitian selisih jumlah produksi ASI pada ibu postpartum
kelompok kontrol lebih kecil dari selisih jumalah produksi ASI ibu
postpartum kelompok intervensi. Hal ini dikarenakan kurangnya rangsangan
pada payudara ibu sehingga ASI menjadi tidak lancar pada kelompok kontrol.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Badrus, 2018) yang menyebutkan bahwa
salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormon prolaktin
54

dan oksitosin pada ibu postpartum normal yaitu dengan message woolwich.
Selain itu, dalam hasil peningkatan produksi ASI setelah diberikan intervensi
message woolwich. Pada penelitian (Pamuji, 2014) juga mengatakan
berdasarkan hasil dari penelitianya hasil dari penelitiannya didapatkan nilai
rata-rata kenaikan kadar hormon prolaktin pasca tindakan message woolwich
pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan kelompok kontrol,
demikian juga volume ASI pasca tindakan message woolwich memiliki nilai
rata-rata kenaikan yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.
Kelompok intervensi itu sendiri memberikan rangsangan sel-sel
mioepitel saat pelaksanaan pijat yang diberikan meningkatkan sensasi rileks
pada ibu dalam melakukan pijat woolwich pada ibu postpartum normal. Pada
proses pemijatan perawat memberikan informasi, bantuan ketermpilan dan
kepercayaan diri untuk menjadi aktif dalam perawatan mereka sehingga ibu
lebih berani dan tidak takut untuk melakukan pijat woolwich pada ibu
postpartum normal. Hal ini didukung oleh Pamuji (2014) menjelaskan bahwa
pijat woolwich dapat merangsang hormone prolaktin dan oksitosin pada ibu
setelah melahirkan.
Pemberian woolwich message ditujukan untuk memicu rangsangan sel-
sel mioepitel di sekitar kelenjar payudara, kemudian rangsangan tersebut
menunju ke hipotalamus dan dapat memicu hipofisis anterior untuk
memproduksi hormon prolaktin. Ibu nifas disarankan untuk memberikan ASI
paya bayinya karena terbukti kandungan ASI sudah mewakili dari beberapa
sumber nutrisi. Laktosa didalam ASI dapat meningkatkan penyerapan
kalsium dan zat besi dan meningkatkan pertumbuhan lactobacili (R, 2005).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Usman (2019) menyebutkan bahwa
adanya kenaikan berat badan pada bayi setelah diberikan intervensi message
woolwich.
55

D. Pengaruh Pijat Woolwich Dan Edukasi Terhadapat Peningkatan


Produksi Ibu Postpartum Normal
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pijat woolwich dan edukasi
terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum normal di RS
Bhayangkara (P= 0,00).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa pijat woolwich bermanfaat
pada peningkatan produksi ASI, berdasarkan penelitian yang dilakukan
Pamuji (2014) menyatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan
adalah memberikan sensasi rileks pada ibu yaitu dengan melakukan pijat
woolwich yang merangsang sel saraf pada payudara, diteruskan ke
hipotalamus dan respin oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke sel mioepitel payudara untuk
memproduksi ASI.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni dan
Noviyanti (2019) yang mengatakan bahwa efek woolwich message yang
diberikan kepada ibu nifas menjadi salah satu faktor yang sangat signifikan
terhadap meningkatnya pengeluaran ASI. Maka dari ini ketika intervensi
woolwich message dilakukn rutin oleh ibu nifas, ibu tidak perlu khawatir
terhadap pengeluaran ASI dan kecukupan nutrisi yang diterima oleh bayi,
karena ASI yang dihasilkan secara otomatis akan melimpah.
Metode non farmakologi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pijat woolwich dan edukasi yang dapat dijadikan sebagai intervensi dalam
asuhan keperawatan pada ibu postpartum normal untuk meningkatkan
produksi ASI karena tidak memiliki efek samping pada ibu dan bayi sehingga
dapat diterapkan di Rumah Sakit Bhayangkara TK III Kota Bengkulu Tahun
2020.

E. Keterbatasan Penelitian
1. Jumlah sampel relatif terbatas jika dibandingkan dengan populasi yang
besar di beberapa tempat yang ada. Memperluas tempat penelitian atau
56

menambah tempat penelitian lain agar mencukupi sampel yang


dibutuhkan.
2. Sampel yang kecil membuat ujinormalitas menghasilkan distribusi data
tidak normal sehingga menggunakan uji non parametrik dan tidak
generalisasi hasil penelitian. Menambah jumlah sampel yang dibutuhkan
dengan cara memperkecil α dan memperbesar β.
3. Instrumenyang tidak sesuai dikarenakan jika menggunakan botol ASI,
bayi mendapatkan ASI bukan dari payudara ibu sendiri melainkan dengan
menggunakan botol ASI.
4. Belum ditelitinya variabel confonding lain yang mempengaruhi
peningkatan produksi ASI seperti makanan dan faktor stres ibu.
5. Teknik pengumpulan data yang tidak sesuai, pada penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling (purposive sampling) yang
mana seharusnya menggunakan teknik probability sampling.
6. Ada variabel perancu yang tidak setera seperti pendidikan, pekerjaan dan
frekuensi menyusui. Disarankan untuk peneliti seanjutnya untuk menguji
variabel tersebut sebagai variabel confonding pada analisis multivariat.
Namun demikian dari beberapa keterbatasan penelitian tersebut, hasil
penelitian tetap dapat dipertahankan karena mmakai uji nor parametric dan
hasil akhir yangdidpatakan dari penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
dari intervensi yang dilakukan kepada responden yang diuji dengan dengan
uji parametrik
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh pijat woolwich dan
edukasi terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum normal,
maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Rerata umur responden 26-28 tahun. Pendidikan rata-rata paling banyak
adalah pendidikan SMA 12 orang (70,5%). Pekerjaan rata-rata paling
banyak adalah tidak bekerja sebanyak 14 orang (82,4%), Riwayat paritas
paling banyak yaitu primipara 12 orang (70,6%). Frekuensi menyusui
paling banyak yaitu sering sebanyak 14 orang (82,4%).
2. Rerata jumlah produksi ASI pada ibu postpartum normal sebelum
intervensi pada kelompok intervensi 0,41 dan pada kelompok kontrol 0,35,
sedangkan sesudah intervensi pada kelompok intervensi 25,82 dan pada
kelompok kontrol 17,65
3. Perbedaan rata-rata jumlah produksi ASI sebelum dilakukan perlakukan
pada kelompok intervensi dan kontrol (p= 0,797), jumlah produksi ASI
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi
(p=0,000) dan jumlah produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan pada kelompok kontrol (p=0,06)
4. Ada pengaruh pijat woolwich dan edukasi terhadap peningkatan produksi
ASI pada ibu postpartum normal (p = 0,000).

B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas tempat penelitian atau
menambah tempat penelitian agar mencukupi sampel yang
dibutuhkan.
58

b. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampe yang


dibutuhkan dengan cara memperkecil α dan memperbesar β
c. Peneliti selanjutkan diharapkan mengganti instrumen yang digunakan
dengan menilai tingkat kepuasan bayi agar bayi mendapatkan ASI dari
menghisap payudara ibu sendiri.
d. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel confonding lain
seperti makanan dan faktor stres ibu.
e. Peneliti selanjutnya diharapkan mengganti teknik pengumpulan data
teknik probability sampling.
f. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan tranformasi data untuk
variabel yang tidak normal, seperti pendidikan, pekerjaan, dan
frekuensi menyusui .
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Untuk diterapkan dipelajaran keperawatan maternitas dan sebagai
bahan pengapmas dosen dan mahasiswa.
3. Bagi Rumash Bhayangkara Kota Bengkulu
Diharapkan perawat dapat menerapkan pijat woolwich dan edukasi
pada ibu postpartum normal yang ASInya sedikit atau tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. (2010). Asuhan kebidanan ibu nifas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ambarwati, E.R & Wulandari, Diah (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :
Nuha Offset

Arma, Karlinah dan Yanti. (20125). Bahan Ajar Obstetri Fisiology. Deepublish :
CV Budi Utama. Yogyakarta.

Budiati.(2009). Efektifitas pemberian paket ASI terhadap produksi ASI ibu


menyusui dengan seksio sesarea di wilayah Depok Jawa Barat. Jawa Barat
di akses pada tanggal 16 Oktober 2019.

Badrus, A. R. (2018). Perbedaan message woolwich dan message rolling


punggung terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum, J-
HESTECH (Journal Of Health Educational Science And Technolohy).
Doi: 10.25139/htc.vlil.1081

Dinkes kota .(2018). Presentasi pemberian ASI eksklusif . Bengkulu

Endah Tri Wahyuni, Ratri Noviyanti. (2019). Pemanfaatan Woolwich Message


Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nipas. Yogyakarta. Keyword

Juliastuti, Rany. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu,


& Pelakdaan Iniasi Menyusui Dini Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mujokerto. Universitas
Sebelas Maret: Surakerta.
http://eprints.uns.ac.id./5255/1/2089101120111051.pdf (di akses 31 maret
2018 pukul 17.00)

Jumria Mododahi, Mario Katuuk, Rina Kundre. 2018. Hubungan Pengetahuan


Perawatan Payudara Dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu
Postpartum Di Ruangan Dahlia RSD Liun Kandegahe Tahuna Kbupaten
Kepulauan Sangihe. E-Journal Keperawatan.Vol.6. No.1

Kementrian kesehatan RI.2015. Dukungan ibu bekerja beri ASI eksklusif.


WWW.depkes.go.id diakses pada tanggal 20 september 2019

Kementrian kesehatan RI. 2018. Paparan hasil utama riset kesehatan dasar 2018.
Jakarta di akses tanggal 10 Oktober 2019
Khoiriah, Latifah (2018). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif pada bayi berumur di bawah 6 bulan. Vol 2. Aisiyah
Medika. 70-71.

Kuswati & Istikhomah. (2017). Peningkatan Kecepatan Pengeluaran Kolostrum


Dengan Perawatan Totok Payudara Dan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum Di Wilayah Klaten. Jurnal : Politeknik Kesehatan Surakarta
Http://Jurnal.Poltekkes.Solo.Ac.Id/Inx.Php/Int/Article/View/339 (Di
Akses Tanggal 05 Maret 2018 Pukul 00.00)

Latifah, dkk. (2015). Perbandingan breast care dan pijat oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu post partum normal. Vol.3 . No.1 . hal 40

Marmi.(2014). Asuhan kebidanan pada masa nifas”peurperium care” .


yogyakarta. Pustaka pelajar.

Maritalia, D (2012). Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Nuha Medika :


Yogyakarta

Muliani (2013). Perbedaan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan


kombinasi metode message depan (breast care) dan message belakang
(pijat oksitosin) pada ibu menyusui 0-3 bulan di wilayah kerja puskesma
kesamiran kabupaten tegal.

Mododahi,dkk. (2018). Hubungan pengetahuan perawatan payudara dengan


kelancaran produksi ASI. Vol 6. No 01.

Moehyi, Syamien. (2008). Bayi Sehat Dan Cerdar Melalui Gizi Dan Makanan
Pilihan : Pnduan Asupan Gizi Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta : Pustaka
Mina

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta :


Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta

Notoatmodjo, S. 2012, Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta


: Jakarta

Nursalam. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta . Salemba Medika


Pamuji (2014) Pengaruh pijat woolwich terhadap produksi ASI di BPM Appi
Amelia Bibis Kasihan Bantul. Prosiding seminar nasional dan ca11 for papers.
244-225

Pamuji, dkk.(2014) pengaruh kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine


terhadap kadar hormon prolaktin dan volume ASI ( studi pada Ibu
postpartum di griya hamil sehat mejasem kabupaten tegal). Vol 5 no 1.
BRAMADA, JITK.

Rahmadhanny,R. 2015. Faktor Penyebab Putusnya ASI Eksklusisf Pada Ibu


Menyusui Di Puskesmas Ramabi Rahmawati,E. 2015, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Motivasi Ibu Daa Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif di kelurahan panggang (Kota) dan desa keling (Desa)Kabupaten
Jepara. Semarang :Fakultas Ilmu Keolaragaan.

Radharisnawati, Nikadek. (2016). Hubungan Pemenuhan Gizi Ibu Dengan


Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Skripsi PSIK FK UNSRAT

Rosanah, H. Mardiah. (2015). Ibadah penuh berkah ketika Haid &nifas. Lembar
langit Indonesia : Jakarta.

Roesli, U. 2015. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya.

Potter & Anne Griffin perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta:
EGC dalam kusumastuti, dkk (2019) kombinasi pijat woolwich dan
oksitosin terhadap produksi ASI ibu post partum. 63-64

Proverawati, Rahmawati. 2015. Kapita Selekta ASI Dan Menyusui. Yogyakarta :


Nuha Medika

Sylvia verralls. (2003). Anatomi dan fiologi terapan daam kebidanan. Edisi
3.EGC

Soetjiningsih. (2007). ASI : petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : penerbit


Buku Kedokteran EGC. dalam Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan

Siti Erniyati Berkah Pamuji, Supriyana, Sri Rahayu, Suhartono. (2014). Pengaruh
Kombinasi Metode Pijat Woolwich Dan Endorphine Terhadap Kadar
Hormon Prolaktin Dan Volume ASI Pada Ibu Postpartum Di Griya Hamil
Sehat Mejasem Kabupaten Tegal.

Suryoprajogo. (2009). Keajaiban Menyusui. Yogyakarta : Keyword

Usman. (2017). Pengaruh perawatan payudara terhadap produksi ASI.


United Nations Children’s Fund (UNICEF). Trens in maternal Mortality. Geneva.
2015 dia akses tanggal 25 september 2019.

Usman. H. (2019) Kombinasi metode pijat woolwich dan message roling


(punggung) mempengaruhi kecukupan ASI pada ibu postpartum di
wilayah kerja Puskesmas Mapane Kabupaten Poso. Hal 29 dan 148

Varney , H (1997). Varney’s midwifvery. London :Bartlett Publishers di akses


pada tanggal 23 september 2019

Windi Aulia Sari, dkk. (2017) . Pengaruh perawatan payudara dengan teknik
massage rolling pada ibu hamil trimester III terhadap kelancaran
pengeluaran ASI postpartum di wilayah kerja puskesmas perumnas II
Pontianak Barat.hal 3

Walyani, E.S.(2015). Perawatan kehamilan dan menyusui anak pertama agar


bayi lahir dan tumbuh sehat. Yogyakarta: Pusaka Baru Press
LAMPIRAN
FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Hesti Karmila

NIM : PO5120316017

Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes


Kemenkes Bengkulu yang akan melakukan penelitian dalam rangka menyusun
skripsi sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh ujian siding skripsiyang
berjudul“Pengaruh Pijat Woolwich dan Edukasi Terhadap Peningkatan Produksi
ASI Pada Ibu Postpartum Normal Di RS Bhayangkara Kota Bengkulu”.
Untuk kelancaran penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu
untuk menjadi responden penelitian dengan melaksanakan terapi tersebut. Saya
akan menjamin kerahasiaan keadaan dan identitas Bapak/Ibu. Apabila
Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden,maka saya persilahkan Bapak/Ibu
untuk menandatangani Lembar Persetujuan Penelitian.
Atas kerjasama dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden, saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya

( Hesti Karmila)
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Di tempat
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hesti Karmila
NIM : P05120316 017
Adalah mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang sedang
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pijat Woolwich dan Edukasi
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Postpartum Normal Di RS
Bhayangkara Kota Bengkulu”. Dengan ini memohon pasien di ruangan
melati RS Bhayangkara Kota Bengkulu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden maka saya
mohon kesediaannya untuk menandatangi lembar persetujuan yang saya
sediakan dengan sejujurnya dan apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak
manapun sesuai petunjuk yang saya buat.
Atas perhatian kerjasama dan kesediaannya menjadi responden saya
mengucapkan terimakasih

Hormat saya

Hesti Karmila
Peneliti
INFORM CONSENT DAN PENJELASAN PENELITIAN
Dengan hormat, Bapak/Ibu diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tujuan penenlitian ini untuk mengetahui Pengaruh Pijat Woolwich dan Edukasi
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Postpartum Normal di RS
Bhayangkara Kota Bengkulu. Penelitian (saya) akan memberikan lembaran
persetujuan ini dan menjelaskan bahwa keterlibatan anda dalam penelitian ini atas
dasar sukarela.
Nama saya adalah Hesti Karmila, mahasiswa jurusan Keperawatan prodi
DIV Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang beralamatkan di jalan
M.Ali Amin Pematang Gubernur, Kecamatan Muara Bangkahulu, Provinsi
Bengkulu. Saya dapat dihubungi di nomor 082280923095. Penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan
Keperawatan (Str.Kep).
Penelitian ini melibatkan ibu untuk mengikuti pijat woolwich dan edukasi,
keputusan ibu untuk ikut maupun tidak dalam penelitian ini tidak berpengaruh
pada fasilitas pelayanan kesehatan ibu. Apabila ibu memutuskan untuk ikt serta,
ibu juga bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian sekitar 34 responden
yang terlibat dalam penelitian ini. Tindakan yang akan dilakukan yaitu berupa
Pengaruh PijatWoolwich dan Edukasi Terhadap Peningkatan Produksi ASI
pada Pasien post partum normal.
Saya akan menjaga kerahasiaan ibu dalam penelitan ini. Nama ibu tidak
akan di catat di manapun. Selain itu keterlibatan ibu dalam penelitan ini sejauh
yang saya ketahui, tidak akan menyebabkan resiko yang benar. Keterlibatan
dalam penelitan ini dapat memberikan keuntungan langsung pada ibu, hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan ibu tentang Pijat
Woolwich dan Edukasi Terhadap Peningkatan Produksi ASI. Apabila setelah
terlibat dalam penelitian ini, ibu masih punya pertanyaan, ibu dapat menghubungi
saya pada nomor diatas.
Setelah membaca informasi dan memahami tujuan penelitian dan peran
yang diharapkan dalam penelitian ini, saya setujuh untuk berpartisipasi dalam
penelitian

Bengkulu, 2020
Responden

( Nama jelas)
Lembar Observasi
Jumlah produksi ASI pada ibu postpartum nomal

Hari/ tanggal :
Nama responden :
Alamat lengkap :
Nama suami :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan responden :
Paritas :
Frekuensi menyusui :
Umur kehamilan :

Intervensi Pelaksanaan pijat woolwich dan Nama pemberi


edukasi intervensi
Hari pertama

Pagi Sore
pre post pre post
Hari kedua

Hari ketiga
Hasil SPSS

Tests of Normality
Kode_respo Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
nden Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur intervensi ,192 17 ,096 ,909 17 ,097
*
kontrol ,171 17 ,200 ,931 17 ,230
Pekerjaan intervensi ,497 17 ,000 ,470 17 ,000
kontrol ,410 17 ,000 ,611 17 ,000
Pendidikan intervensi ,441 17 ,000 ,494 17 ,000
kontrol ,243 17 ,009 ,809 17 ,003
frekuensi_m intervensi ,497 17 ,000 ,470 17 ,000
enyusui kontrol ,497 17 ,000 ,470 17 ,000
Paritas intervensi ,349 17 ,000 ,642 17 ,000
kontrol ,440 17 ,000 ,579 17 ,000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

 Uji normalitas 1

Case Processing Summary


Cases

Kode_respo Valid Missing Total


nden N Percent N Percent N Percent
PRE intervensi 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%
kontrol 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%

Descriptives
Kode_responden Statistic Std. Error
PRE intervensi Mean ,41 ,173
95% Confidence Interval for Lower Bound ,05
Mean Upper Bound ,78
5% Trimmed Mean ,35
Median ,00
Variance ,507
Std. Deviation ,712
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness 1,526 ,550
Kurtosis 1,094 1,063
kontrol Mean ,35 ,147
95% Confidence Interval for Lower Bound ,04
Mean Upper Bound ,66
5% Trimmed Mean ,28
Median ,00
Variance ,368
Std. Deviation ,606
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness 1,596 ,550
Kurtosis 1,899 1,063

Tests of Normality
Kode_respo Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
nden Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE intervensi ,424 17 ,000 ,626 17 ,000
kontrol ,426 17 ,000 ,630 17 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas :
Uji Normalitas untuk melihatb nilai normal lihat dari analisis univariat pre lihat dari
sig di kolom shapiro-wilk pada kelompok intervensi (0,000) dan kontrol (0,000)
hasil dikatakan normal jika menunjukkan angka ≥ 0,05 maka, dapat disimpulkan
data tidak berdistribusi normal dan menggunakan uji wilcoxon.
 Anilisa univariat

Descriptives
Kode_responden Statistic Std. Error
Umur intervensi Mean 27,76 1,657
95% Confidence Interval for Lower Bound 24,25
Mean Upper Bound 31,28
5% Trimmed Mean 27,68
Median 26,00
Variance 46,691
Std. Deviation 6,833
Minimum 18
Maximum 39
Range 21
Interquartile Range 12
Skewness ,539 ,550
Kurtosis -,904 1,063
kontrol Mean 25,71 ,808
95% Confidence Interval Lower Bound 23,99
for Mean Upper Bound 27,42
5% Trimmed Mean 25,62
Median 26,00
Variance 11,096
Std. Deviation 3,331
Minimum 21
Maximum 32
Range 11
Interquartile Range 6
Skewness ,303 ,550
Kurtosis -,695 1,063
Frequency Table Kelompok Intervensi

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bekerja 3 17,6 17,6 17,6
tidak bekerja 14 82,4 82,4 100,0
Total 17 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar 1 5,9 5,9 5,9
Pendidikan 15 88,2 88,2 94,1
Menengah
Pendidikan Tinggi 1 5,9 5,9 100,0
Total 17 100,0 100,0

frekuensi_menyusui
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 14 82,4 82,4 82,4
sangat sering 3 17,6 17,6 100,0
Total 17 100,0 100,0

Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid primipara 9 52,9 52,9 52,9
multipara 8 47,1 47,1 100,0
Total 17 100,0 100,0

Frequency Table Kelompok kontrol

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bekerja 6 35,3 35,3 35,3
tidak bekerja 11 64,7 64,7 100,0
Total 17 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar 6 35,3 35,3 35,3
Pendidikan Menengah 8 47,1 47,1 82,4
Pendidikan Tinggi 3 17,6 17,6 100,0
Total 17 100,0 100,0

frekuensi_menyusui
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sering 14 82,4 82,4 82,4
sangat sering 3 17,6 17,6 100,0
Total 17 100,0 100,0

Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid primipara 12 70,6 70,6 70,6
multipara 5 29,4 29,4 100,0
Total 17 100,0 100,0

 Analisa Bivariat 1
Uji wilcoxon kelompok intervensi
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


PRE 17 ,41 ,712 0 2

POST_SORE_H3 17 25,82 2,215 22 30

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
POST_SORE_H3 – PRE Negative Ranks 0a ,00 ,00
b
Positive Ranks 17 9,00 153,00
Ties 0c
Total 17
a. POST_SORE_H3 < PRE
b. POST_SORE_H3 > PRE
c. POST_SORE_H3 = PRE

Test Statisticsa
POST_SORE_H
3 – PRE
Z -3,632b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Uji wilcoxon :

Terlihat bahwa pada kolom Asymp.Sig (2-tailed) untuk di uji 2 sisi adalah 0,000.
Karena kasus adalah uji satu sisi, maka probabilitas menjadi 0,000/2= 0,000. Disini
didapat probabilitas di bawah 0,05 maka H0 di tolak atau pijat woolwich dan
edukasi memang nyata dapat meningkatkan produksi ASI.

Uji wilcoxon kelompok kontrol

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
PRE 17 ,35 ,606 0 2
POST_SORE_H3 17 17,65 3,656 10 25

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
POST_SORE_H3 – PRE Negative Ranks 0a ,00 ,00
Positive Ranks 17b 9,00 153,00
c
Ties 0
Total 17
a. POST_SORE_H3 < PRE
b. POST_SORE_H3 > PRE
c. POST_SORE_H3 = PRE

Test Statisticsa
POST_SORE_H
3 – PRE
Z -3,661b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Uji wilcoxon :

Terlihat bahwa pada kolom Asymp.Sig (2-tailed) untuk di uji 2 sisi adalah 0,000.
Karena kasus adalah uji satu sisi, maka probabilitas menjadi 0,000/2= 0,000. Disini
 Uji normalitas 2
didapat probabilitas di bawah 0,05 maka H0 di tolak edukasi leaflet peningkatan
produksi ASI tersebut
Explore dapatJumlah
Selisih meningkatkan
ASI produksi ASI.

Descriptives
Kode_responden Statistic Std. Error
SELISIH intervensi Mean 25,41 ,493
95% Confidence Interval for Lower Bound 24,37
Mean Upper Bound 26,46
5% Trimmed Mean 25,40
Median 25,00
Variance 4,132
Std. Deviation 2,033
Minimum 22
Maximum 29
Range 7
Interquartile Range 4
Skewness ,220 ,550
Kurtosis -,872 1,063
kontrol Mean 17,29 ,886
95% Confidence Interval for Lower Bound 15,42
Mean Upper Bound 19,17
5% Trimmed Mean 17,38
Median 18,00
Variance 13,346
Std. Deviation 3,653
Minimum 9
Maximum 24
Range 15
Interquartile Range 5
Skewness -,380 ,550
Kurtosis ,180 1,063

Tests of Normality
Kode_responde Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
n Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SELISIH intervensi ,168 17 ,200* ,951 17 ,473
kontrol ,241 17 ,010 ,891 17 ,048

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Uji Normalitas :

Uji normalitas untuk melihat nilai normal lihat dari analisis univariat selisih jumlah
ASI. Karena sampel < 1001 maka dilihat dari sig di kolom Shapiro wilk. Pada
kelompok intervensi (0,473) dan kontrol (0,048). Hasil dikatakan normal jika
menunjuukan angka ≥ 0,05. Maka, dapat disimpulkan data berdistribusi tidak
normal dan menggunakan Uji Mann Whitney.

 Analisa Bivariat 2
Uji Mann Whitney

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
POST_SORE_H3 34 21,74 5,107 10 30
Kode_responden 34 ,50 ,508 0 1

Ranks
Kode_responden N Mean Rank Sum of Ranks
POST_SORE_H3 Intervensi 17 25,59 435,00
Kontrol 17 9,41 160,00
Total 34

Test Statisticsa
POST_SORE_H
3
Mann-Whitney U 7
,000
Wilcoxon W 160,000
Z -4,785
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,000b
a. Grouping Variable: Kode_responden
b. Not corrected for ties.

Uji Mann Whitney :

Terlihat bahwapada kolom Asymp sig (2-failed) untuk dapat diuji 2 susu adalah
0,000. Disini didapatkan probabilitas dibawah 0,05, maka dapat diartikan
adaperbedaan rara-rata peningkatan produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan
pijat woolwich dan edukasi.

Explore Post Intervensi kelompok intervensi dan kontrol

Case Processing Summary


Cases

Kode_resp Valid Missing Total


onden N Percent N Percent N Percent
POST_SOR intervensi 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%
E_H3 Kontrol 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%

Descriptives
Kode_responden Statistic Std. Error
POST_SORE_H3 intervensi Mean 25,82 ,537
95% Confidence Interval for Lower Bound 24,68
Mean Upper Bound 26,96
5% Trimmed Mean 25,80
Median 25,00
Variance 4,904
Std. Deviation 2,215
Minimum 22
Maximum 30
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness ,487 ,550
Kurtosis -,034 1,063
kontrol Mean 17,65 ,887
95% Confidence Interval for Lower Bound 15,77
Mean Upper Bound 19,53
5% Trimmed Mean 17,66
Median 18,00
Variance 13,368
Std. Deviation 3,656
Minimum 10
Maximum 25
Range 15
Interquartile Range 5
Skewness -,027 ,550
Kurtosis ,027 1,063

Tests of Normality
Kode_respo Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
nden Statistic df Sig. Statistic df Sig.
POST_SO Intervensi ,174 17 ,179 ,943 17 ,352
RE_H3 Kontrol ,236 17 ,013 ,899 17 ,066
a. Lilliefors Significance Correction

Mann Whitney Test Pre Intervensi dan Kontrol

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PRE 34 0 2 ,38 ,652
Kode_responden 34 0 1 ,50 ,508
Valid N (listwise) 34

Ranks
Kode_responden N Mean Rank Sum of Ranks
PRE Intervensi 17 17,65 300,00
Kontrol 17 17,35 295,00
Total 34

Test Statisticsa
PRE
Mann-Whitney U 142,000
Wilcoxon W 295,000
Z -,108
Asymp. Sig. (2-tailed) ,914
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,946b
a. Grouping Variable: Kode_responden
b. Not corrected for ties.

Wilcoxon Test Post Intervensi dan kontol

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PRE 34 0 2 ,38 ,652
POST_SORE_H3 34 10 30 21,74 5,107
Valid N (listwise) 34

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
POST_SORE_H3 - PRE Negative Ranks 0a ,00 ,00
b
Positive Ranks 34 17,50 595,00
c
Ties 0
Total 34
a. POST_SORE_H3 < PRE
b. POST_SORE_H3 > PRE
c. POST_SORE_H3 = PRE

Test Statisticsa
POST_SORE_H
3 - PRE
Z -5,096b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Explore Umur

Descriptives
Kode_responden Statistic Std. Error
Umur intervensi Mean 27,76 1,657
95% Confidence Interval for Lower Bound 24,25
Mean Upper Bound 31,28
5% Trimmed Mean 27,68
Median 26,00
Variance 46,691
Std. Deviation 6,833
Minimum 18
Maximum 39
Range 21
Interquartile Range 12
Skewness ,539 ,550
Kurtosis -,904 1,063
kontrol Mean 25,71 ,808
95% Confidence Interval for Lower Bound 23,99
Mean Upper Bound 27,42
5% Trimmed Mean 25,62
Median 26,00
Variance 11,096
Std. Deviation 3,331
Minimum 21
Maximum 32
Range 11
Interquartile Range 6
Skewness ,303 ,550
Kurtosis -,695 1,063

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kode_responden Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur intervensi ,192 17 ,096 ,909 17 ,097
*
kontrol ,171 17 ,200 ,931 17 ,230
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Uji T-independen Umur

Group Statistics
Kode_responden N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Umur intervensi 17 27,76 6,833 1,657
kontrol 17 25,71 3,331 ,808

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Mean Error Interval of the
Sig. (2- Differe Differe Difference
F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper
Umur Equal 7,782 ,009 1,117 32 ,272 2,059 1,844 -1,697 5,814
variances
assumed
Equal 1,117 23, ,276 2,059 1,844 -1,753 5,871
variances 198
not
assumed

Uji Chi-Square Pendidikan, Pekerjaan, Frekuensi Menyusui, Paritas


a. Pendidikan

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pendidikan 34 ,91 ,570 0 2

Pendidikan
Observed N Expected N Residual
Pendidikan Dasar 7 11,3 -4,3
Pendidikan Menengah 23 11,3 11,7
Pendidikan Tinggi 4 11,3 -7,3
Total 34

Test Statistics
Pendidikan
Chi-Square 18,412a
df 2
Asymp. Sig. ,000
a. 0 cells (0,0%) have
expected frequencies less
than 5. The minimum
expected cell frequency is
11,3.

b. Pekerjaan

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pekerjaan 34 1,74 ,448 1 2

Pekerjaan
Observed N Expected N Residual
bekerja 9 17,0 -8,0
tidak bekerja 25 17,0 8,0
Total 34

Test Statistics
Pekerjaan
Chi-Square 7,529a
df 1
Asymp. Sig. ,006
a. 0 cells (0,0%) have
expected frequencies less
than 5. The minimum
expected cell frequency is
17,0.
c. Frekuensi Menyusui
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
frekuensi_menyusui 34 2,18 ,387 2 3

frekuensi_menyusui
Observed N Expected N Residual
sering 28 17,0 11,0
sangat sering 6 17,0 -11,0
Total 34

Test Statistics
frekuensi_meny
usui
Chi-Square 14,235a
df 1
Asymp. Sig. ,000
a. 0 cells (0,0%) have expected
frequencies less than 5. The
minimum expected cell
frequency is 17,0.

d.Paritas

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Paritas 34 1,38 ,493 1 2

Paritas
Observed N Expected N Residual
primipara 21 17,0 4,0
multipara 13 17,0 -4,0
Total 34
Test Statistics
Paritas
Chi-Square 1,882a
df 1
Asymp. Sig. ,170
a. 0 cells (0,0%) have
expected frequencies less
than 5. The minimum
expected cell frequency is
17,0.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai