Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK (SAUROPUS

ANDROGYNUS) TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI

PADA IBU MENYUSUI DI DESA KWALA SIMEME

KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2021

PROPOSAL

OLEH :

ERIKA WULANDARI

17.11.058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK (SAUROPUS


ANDROGYNUS) TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI
PADA IBU MENYUSUI DI DESA KWALA SIMEME
KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2021

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :

ERIKA WULANDARI
17.11.058

Skripsi ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapkan

Penguji Seminar ProgramSarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA

Oleh:

Dosen Pembimbing Skripsi

Dra.Ns.MegawatiSinambela,S.Kep,M.Kes

NPP : 19621116 199304 2 001

LEMBAR PERSETUJUAN PELAKSANAAN SIDANG PROPOSAL


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS

KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN

DELI HUSADA DELITUA

Nama Mahasiswa :Erika Wulandari

Npm :17.11.085

Judul Proposal :Pengaruh Rebusan Daun Katuk(Sauropus Androgynus)


Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di
Desa Kwala Simeme Kecamatan Namorambe Tahun 2021

Dengan ini dinyatakan telah mendapat izin dari pembimbing untuk pelaksanaan

sidang proposal.

Dosen Pembimbing Skripsi

Dra.Ns.MegawatiSinambela,S.Kep,M.Kes

NPP : 19621116 199304 2 001

Dekan Ketua Jurusan

Dra.Ns.Megawati Sinambela,S.Kep,M.Kes Ns. Meta Rosaulina,M.Kep


NPP : 19621116 199304 2 001 NPP : 19880426 201411 2 001
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK (SAUROPUS


ANDROGYNUS) TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI
PADA IBU MENYUSUI DI DESA KWALA SIMEME
KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2021

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

SUSINTA NOVIANTI AMBARITA


17.11.185

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan tim penguji proposal

Penguji I

Dra.Ns.Megawati Sinambela,S.Kep,M.Kes

NPP : 19621116 199304 2 001

Penguji II Penguji III

Bd. Vitrilina Hutabarat,SST,M.Keb Husnah Sari,SKM,M.Kes


NPP : 19890501 201808 2 001 NPP: 19911030.201804.2.001

Mengesahkan

Dekan Fakultas Keperawatan Ka. Jurusan Program Studi Sarjana


Deli Husada Delitua Keperawatan Deli Husada Delitua

Dra. Ns. Megawati Sinambela, S.Kep,M.Kes Ns. Meta Rosaulina, M. Kep


NPP : 19621116 199304 2 001 NPP : 19880426 201411 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberi karunia, rahmat dan hidayat- Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh Rebusan Daun

Katuk (sauropus Androgynus)Terhadap Peningkatan ASI Pada Ibu Menyusui”

Penelitian ini dibuat untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan di Institut Kesehatan DELI HUSADA

Delitua.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada

pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian proposal peneliti ini yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun

material. Dan dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih

kepada bapak/ibu:

1. Terulin S. Meliala, AMKeb, SKM, M.kes selaku ketua yayasan RSU

SEMBIRING Delitua.

2. Drs.Johannes sembiring, M.Pd, M.Kes selaku rektor Institut Kesehatan DELI

HUSADA Delitua.

3. Ns.Megawati Sinambela, S.Kep, M.Kes selaku dekan Fakultas llmu

Keperawatan Institut kesehatan DELI HUSADA Delitua.

4. Ns.Meta Rosaulina, M.Kep selaku ketua jurusan Program Studi Ilmu

Keperawatan Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua.

5. Dra. Ns. Megawati Sinambela, S.Kep,M.Kes selaku dosen pembimbing yang

telah banyak membimbing dan memberikan ilmu dan bantuan dalam

menyelesaikan proposal ini.


6. Ns.Zuliawati,M.Kep selaku wali tingkat program studi lmu keperawatan

7. Seluruh staf dosen pengajar di institut DELI HUSADA Delitua yang telah

menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peneliti.

8. Ucapan terimakasih yang teristimewa yang tak terhingga kepada kedua

orang tua saya, Ayahanda saya Sarianto ,dan Ibunda Ermawati Br

Ketaren,dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungan moril, materil

dan doa yang tiada hentinya kepada saya penulis selama melaksanakan

pendidikan hingga selesai, tiada kata yang dapat terucap semoga ayahanda

dan ibunda selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

9. Kepada sahabat peneliti Sri Andini Putri, Mainita Syahputri, lasnida,,Dime

Sinaga yang selalu membantu peneliti dan selalu meluangkan waktunya

kepada peneliti.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan Program studi ilmu keperawatan

angkatan ke XVI yang tak dapat diucapkan satu per satu yang telah banyak

menjadi teman suka dan duka dalam menyelesaikan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sangat membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang

akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih dan peneliti berharap semoga

proposal ini dapat bermanfaat nantinya bagi profesi keperawatan khususnya dan

masyarakat luas umumnya.


RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
Nama : Erika Wlandari
Tempat Tanggal Lahir : sibiru-biru, 07-07-1999
Agama : Islam
Anak Ke : 2 dari bersaudara
Status : Mahasiswa
Nama Istri/Suami :-
Nama Anak :
Nama Orang Tua
Ayah : Sarianto
Ibu : Ermawati Br Ketaren
Alamat Lengkap : Desa Kwala Simeme kecamatan
Namorambe

II. Riwayat Pendidikan


2017-2020 : Program Studi Ilmu Keperawatan Program
Sarjana Institut Kesehatan DELI
HUSADA Deli Tua
2014-2017 : SMAN 1 Parapat
2010-2013 : SMPN 2 Parapat
2005-2010 : SD N.69 Motung
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyusui merupakan pemberian makanan pada bayi secara langsung dari

payudara ibu. Kesulitan awal penting diketahui agar segera tearatasi sebagai

upaya menjalin hubungan yang baik antara ibu dan bayi. Ibu yang menyusui

terkadang menghentikan proses menyusui terlalu dini dengan alasan karena ibu

primipara yang dimana pada awal ibu menyusui bukanlah hal yang mudah untuk

dilakukan para ibu, akan merasakan stres akhirnya keinginan untuk menyerah

dapat terjadi sehingga ibu mulai berpikir untuk mengganti ASI dengan susu

formula untuk memenuhi kebutuhan bayinya (Werdayanti, R,2013).

Menyusui sejak dini mempunyai dampak positif baikbagi ibu maupun bayi.

Bagi bayi, ASI mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan,

kesehatan, dan kelangsungan hidup karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi.

ASI mengandung sel darah putih, protein,dan zat kekebalan yang cocok untuk

bayi. Perilaku menyusui pada ibu dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas

karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi

perdarahan setelah melahirkan (postpartum) (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013).

Pemberian ASI Eksklusif belum maksimal dikarenakan banyak faktor yaitu

kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI, ibu bekerja, kurangnya dukungan dari

keluarga dan lingkungan. Penyebab lainnya adalah peran tenaga kesehatan yang

berkaitan langsung dengan persalinan belum sepenuhnya membantu pelaksanaan

inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif (Dinkes, 2019).
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Program pemberian ASI

merupakan program prioritas, karena memberi dampak yang luas status gizi dan

kesehatan balita. Kementerian Kesehatan menargetkan peningkatan target

pemberian ASI ekslusif hingga 80%. Namun pemberian ASI ekslusif diIndonesia

masih rendah. Pencapaian ASI ekslusif di Indonesia hanya 74,5% (Balitbangkes,

2019).

Dampak dari tidak memberikan ASI yaitu menyumbang angka kematian bayi

karena buruknya status gizi yang berpengaruh pada kesehatan bayi dan

kelangsungan hidup bayi. Apabila bayi tidak diberi ASI eksklusif maka hal ini

akan meningkatkan pemberian susu formula pada bayi. Pernyataan tersebut

didukung oleh hasil penelitian Siregar tahun 2004 yang menunjukkan bahwa

pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena ASI

tidak segera keluar setelah melahirkan/produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam

menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja dan

pengaruh promosi pengganti ASI (Lestari, 2018).

Berdasarkan survei di Indonesia, kurangnya produksi ASI yang dihasilkan

membuat 38% Ibu Post Partum berhenti menyusui bayinya. Kecemasan yang

dialami Ibu Post Partum saat menyusui bayinya membuat ibu menghindar dan

tidak mau memberikan ASI pada bayinya, akan berdampak terhadap kurangnya

isapan pada bayi dan akan berpengaruh terhadap kurangnya produksi ASI

sehingga membuat ASI tidak lancar. Ibu yangberhenti menyusui dan tidak

memberikan ASI tetapi mala memberikan susu formula kepada bayinya, akan

mempengaruhi penurunan produksi dan kinerjaa hormon oksitosin dan prolaktin


yang akan membuat produksi ASI semakin menurun bahkan menyebabkan

bendungan danstatis ASI (Doko, dkk, 2019).

Menurut Elly (2013) United Nations International Childrens Emergency Fund

(UNICEF) mengungkap sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI

eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan

atau minuman tambahan pada bayi.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian ASI

eksklusif pada bayi sampai usia mencapai 4 atau 6 bulan. Pemberian ASI

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dinilai memberikan hasil yang lebih baik.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 450/2003, juga merekomendasikan tentang

pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Septyasrini, 2016).

Pravalensi data bayi yang telah mendapatkan ASI Ekslusif di Sumatera Utara

pada tahun 2018 yaitu 34.86%. Terjadi penurunan sebesar 2,07% dari tahun 2017

ke tahun 2018 sehingga tidak adanya peningkatan cakupan bayi yang telah

mendapat ASI Ekslusif dan belum tercapainya target Renstra Nasional (Dinkes,

2018).

Menurut WHO (World Health Organization) 2016 menyatakan bahwa

cakupan pemberian ASI eksklusif didunia hanya 38% selama priode 2007-2014.

WHO juga merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat 1 jam pertama

setelah melahirkan dan melanjutkan nya hingga bayi usia 6 bulan pertama secara

eksklusif. Setelah 6 bulan bayi diberi ASI eksklusif selanjutnya bayi boleh diberi

MPASI untuk mengenal makanan pelengkap dengan nutrisi yang memadai yang

iberikan dari 6 bulan sampai 2 tahun.


Menurut data Riset Kesehatan dasar (Riskesdes, 2013) menunjukan bahwa,

cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Proses mulai menyusui tebanyak terjadi

1-6 jam setelah kelaharin (34,5%). Sedangkan proses mulai menyusui terendah

terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar (3,7%). Cakupan pemberian

ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan menurut provinsi tahun 2015 dimana

persentase Nusa Tenggra Barat Yaitu, 74,1%, nusa tenggara sealatan 77.0%.

Bengkulu 75,0%, Sumatra barat 74,1% serta untuk Sulawesi utara 26,3%.

Pemberian ASI eksklusif yang masih rendah dapat menimbulkan gizi pada balita.

Upaya untuk meningkatkan darri kualitas ASI (Ditjen kemenkes RI, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI saat menyusui, antara

frekuensi ibu menyusui, menghindari pemberian susu formula dan pengaruh

psikologis ibu saat menyusui juga. Bayi menyusui idealnya adalah 8-12 kali

dalam 24 jam dan 10 sampai 20 menit untuk masing-masing payudara, dengan

jarak menyusui dengan menyusui berikutnya yaitu antara satu setengah sampai 2

jam sekali. Tetapi ada yang sering lama, mungkin sampai setengah jam. Kondisi

seperti itu tergantung pada kekuatan bayi menghisap, kecepatan menelan,serta

kenyamanan bayi saat disusui (Nursanti, I., 2012).

Beberapa permasalahan yang sering dialami ibu pada saat pemberian ASI

yaitu dimana keadaan yang tidak jarang ditemui adalah terdapatnya putting

payudara ibu yang tidak menonjol atau terbenam (retracted nipple), sehingga

mungkin bayi dapat menghisap putting payudara secara baik dan efektif. Pada

kasus seperti ini dapat ditangani seperti pada saat masih dalam kehamilan dapat

dilakukannya perawatan payudara seperti pada saat masih dalam kehamilan dapat

dilakuannya perawatan payudara seperti breast care, apabila cara perawatan


payudara tidak juga efektif maka saat menyusui dapat menggunakan penyambung

putting agar bayi dapat menghisap payudara dengan baik, serta putting payudara

tidak menonjol tidak menjadi alasan ketidaklancaran produksi ASI (Nugroho,

ddk,2014).

Menurut penelitian Soraya Rahmanisa, untuk mempelancar produksi ASI

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi daun katuk berupa rebusan maupun

ekstrak daun katuk karena mengandung alkaloid dan sterol yang dapat

meningkatkan kelancaran ASI. Selain itu daun katuk mengandung vitamin

A,B1,C, tanin, saponin alkaloid papaverin ( Rahmanisa, 2015).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti dengan melihat data

atau catatan buku persalinan di Desa Kwala Simeme selama 1 tahun terakhir

didapatkan bahwa jumlah ibu nifas yang sedang menyusui sebanyak 30 orang.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian yang memenuhi sasaran ibu

yang menyusi 0-6 bulan sebanyak 15 ibu menyusui mengalami masalah Produksi

ASI. Karena kurangnya pengetahuan ibu menyusui akan bagaimana caranya untuk

meningkatkan produksi ASI. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap Peningkatan

Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di Desa Kwala Simeme Kecamatan Namorambe

Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah ada

Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap Peningkatan Produksi ASI

Pada Ibu Menyusui “ di Desa Kwala Simeme Kecamatan Namorambe Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2021.


1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap

Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui “ di Desa Kwala Simeme .

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi institusi

pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa/ mahasiswi lainnya

terhadap “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap Peningkatan

Produksi ASI Pada Ibu Menyusui “.

1.4.2 Bagi Ibu Menyusui

Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya ibu menyusui untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Pengaruh Pemberian Rebusan

Daun Katuk Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui. Sehingga

ibu-ibu menyusui dapat termotivasi untuk mengkonsumsi rebusan daun katuk

selama menyusui bayinya, demi peningkatan produksi ASI.

1.4.3 Bagi Pendidikan

Sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Institut

Kesehatan Deli Husada Delitua.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Asi

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama

kehidupannya tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air

teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur

susu, biskuit dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan

pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau

lebih (Nurcahyani, 2017).

Namun pada kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua

menyusui bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu,

sedangkan faktor eksternalmeliputi kurangnya dukungankeluarga, masyarakat,

petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula

(Hanifah, Astuti, & Susanti, 2017).

Kondisi ini menyebabkan penundaan pemberian ASI, Penundaan pemberian

ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya penumpukan ASI

dalam payudara, sehingga menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan payudara

berdampak pada psikologis ibu seperti rasa sakit, cemas karena tidak dapat

menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu yaitu ibu

akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang berdampak

pada semakin menurunnya produksi ASI (Deswani, Gustina, & Rochimah, 2014).
2.1.2 Komposisi Gizi Dalam ASI Biasa (matur)

ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang

proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya.

Komposisi utama yang terdapat pada ASI (Anik Maryunani,2018):

1. Protein

Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi. Komponen

dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak.

Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang

membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lembut. Protein dalam susu

adalah whey dan casein/ kasien. Asi memiliki perbandingan antara whey dan

casein yang sesuai untuk bayi, rasio whei dengan casein merupakan salah satu

keunggulan ASI dibandingan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih

banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah

diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whey: casein adalah

20:80, sehingga tidak mudah diserap.

2. Lemak

Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI Dan menjadi sumber

energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Berfungsi

sebagai penghasil kalori/energy utama, menurunkan risiko penyakit jantung diusia

muda. Lemak di ASI Mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam

linoleat dan asam alda linoleat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan

DHA. Komposisi dalam ASI : lemak-2,7-4,8gr/100 ml.

3. Vitamin
ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. ASI mengandung

vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan

kecuali vitamin k, karena bayi baru lahir usus nya belum mampubmembentuk

vitamin k. vitamin-vitamin tersebut, adalah vitamin: ADEK antara lain:

a) Vitamin A: Vitamin yang sangat berguna bagi perkembangan

penghelihatan bayi.

b) Vitamin D: larut dalam air lemak.

c) Vitamin E: terdapat terutama kolostrum.

d) Vitamin K: berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan

darah terdapat dalam ASI Dengan jumlah yang cukup dan dapat

diserap.

4. Garam dan Mineral

a) ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya

relative rendah, tetapi bias mencukupi kebutuhan bayi sampai

berumur 6 bulan.

b) Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat

stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh

diet ibu. Zat besi adalah zat yang membantu pembentukan darah

untuk menghindarkan bayi dari penyakit kurang darah dan anemia,

Ferum adalah fe rendah tapi mudah diserap.

c) Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagai

besar tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usus dan

meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga

mengakibatkan kontraksi usuus bayi tidak normal.


5. Laktosa (karbohidrat)

Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan

penting sebagi sumber energi. Sebagai sumber penghasil energy, sebagi

karbohidrat utama, meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang

tumbuhnya laktobasilius bifidus. Laktobasilius bifidus berfungsi menghambat

pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagi

penyakit atau gaangguan kesehatan. Zat ini membantu penyerapan kalsium dan

magnesium dimasa pertumbuhan bayi, komposisi dalam ASI: Laktosa-7gr/100 ml.

6. Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Laktoferin yaitu

sejenis komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencrnaan.

Lactoferin menyerap Fe dari saluran pencernaan, mengurangi suplai C.Albicans

dan E.coli.

Tabel 2.1.2 Perbandingan komposisi gizi dalam kolostrum, ASI, dan

sussu sapi untuk setiap 100 ml:

ZAT-ZATGIZI KOLOSTRUM ASI SUSU

SAPI
Energi (kcal) 58 70 65
Protein : 2,3 0,9 3,4

Kasein/whey - 1:1,5 1:1,2

Kasein (Mg) 140 187 -

Laktamil bumil(Mg) 218 161 -

Laktoferin(Mg) 330 167 -

IgA(Mg) 364 142 -


Laktosa (g) 5,3 7,3 4,8
Lemak (g) 2,9 4,2 3,9
Vitamin:

Vit A(Mg) 151 75 41

Vit B1(Mg) 1,9 14 43

Vit B2(Mg) 30 40 145

Asam nikontinmik 75 160 82

(Mg)

Vit B6 (Mg) - 12-15 64

Asam Pantotenik 183 246 340

Biotin 0,06 0,6 2,8

Asam folfat 0,05 0,1 13

Vit B12 0,05 0,1 0,6

Vit C 5,9 5 1,1

Vit D (Mg) - 0,04 0,02

Vit Z 1,5 0,25 0,07

Vit K(Mg) - 1,5 6


Mineral:

Kalsium (mg) 39 35 130

Klorin (mg) 85 40 108

Tembaga (mg) 40 40 14

Zat besi (mg) 70 100 70

Magnesium (mg) 4 4 12

Fosfor (mg) 14 15 120

Potassium (mg) 74 57 145

Sodium (mg) 48 15 58
Sulfur (mg) 22 14 30

2.1.3 Manfaat Pemberian ASI

Terdapat banyak manfaat insiasi menyusui dini, baik untuk ibu dan

bayinya, serta manfaat psikologis (Anik Maryunani,2018).

1. Manfaat untuk ibu

a. Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi.

b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko

perdarahan sesudah melahirkan.

c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan

kegiatan menyusui selama masa bayi.

d. Mengurangi stress ibu setelah melahirkan.

e. Mencegah kehamilan.

f. Menjaga kesehatan ibu.

2. Manfaat untuk bayi

a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat.

b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak

jantung.

c. Kolonisasi bakiterial dikulit dan usus bayi dengan bakteri badan

ibu yang normal (bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat

yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat

pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi).

d. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga

yang dipakai bayi.


e. Memungkin bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk

memulai menyusu.

f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam

tubuh bayi.

g. Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau

agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminumair

ketuban.

h. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu,sehingga mengurangi

kesulitan menyusu.

i. Membantu perkembangan persarafan bayi (nervous system).

j. Memproleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi system

kekebalan bayi.

k. Mencegah terlewatnya puncak ” reflex mengisap” pada bayi yang

terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, reflek

akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam

kadar secukupnya 40 jam kemudian.

3. Manfaat secara psikologis

a. Adanya ikatan emosi (emotiona l bonding):

 Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih saying.

 Ibu merasa lebih bahagia.

 Bayi lebih jarang menangis.

 Ibu berprilaku lebih peka (affectionately).

 Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).

b. Perkembangan
 Anak menunjukan uji kepintaran yang lebih baik

dikemudian hari.

Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi.

Dengan ASI bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat

lemah lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI

mengandung asam dekosa heksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara

bermkana akan mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dan bayi yang

diberi susu bubuk (Ari Sulistiyawati,2016).

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI Keberhasilan menyusui

tergantung pada beberapa faktor, seperti ketepatan posisi bayi pada puting ibu

ketika menyusu, frekuensi menyusui dan menyusui yang tidak dijadwal atau

menyusui sesuai dengan keinginan bayi. Selain itu, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi ASI, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Makanan ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang menyusui tidak secara

langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Unsur

gizi dalam dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring

nasi ditambah 1 butir telur.Jadi, diperlukan energi yang sama dengan jumlah

energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter. Apabila ibu yang

sedang menyusui bayinya tidak mendapatkan tambahan makanan maka akan

terjadi kemunduran dalam produksi ASI (Khasanah, 2013).

b. Frekuensi menyusui.
Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering

menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan

ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian ,

produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 5 kali atau lebih per hari

selama 1 bulan awal menyusui.

c. Menyusui sesuai keinginan bayi.

Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan ternyata

dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini menunjukan

bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi dibandingkan

kapasitas ibu untuk memproduksi ASI. Artinya, ASI akan diproduksi sesuai

kebutuhan sang bayi. Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI.

Semakain sering menyusui akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh

karena itu berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi.

d. Umur kehamilan

Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir belum cukup bulan kadang

belum dapat menyusu secara efektif. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur

sangat lemah lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi

ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan

mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan

belum sempurnanya fungsi organ tubuh.

e. Ketentraman jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Saat menyusui,

seorang seorang ibu memerlukan ketenangan pikiran, dan sebaliknya jauh dari

dari perasaan tertekan karena akan berpengaruh terhadap produksi ASI dan
kenyamanan bayi saat menyusu. Terkadang, ibu merasa tidak percaya diri karena

ASI-nya kurang. Ditambah lagi pendapat dan saran yang salah dari orang lain

menyebabkan ibu cepat berubah pikiran dan menjadi stres. Akibatnya, bisa

menekan refleks sehingga ASI tidak berproduksi dengan baik.

f. Penggunaan alat kontrasepsi

Yang mengandung estrogen dan progesteron menggunakan kontrasepsi pil

yang mengandung hormon estrogen karena hal ini dapat mengurangi jumlah

produksi ASI , bahkan menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Oleh

karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah IUD sehingga

dapat merangsang uterus ibu dan meningkatkan hormon prolaktin.

g. Perawatan payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan yaitu

1dengan menurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.

Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada saluran dalam

payudara dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan

lancar.

2.1.5 Tanda Bayi cukup ASI

Menurut Ari sulistiyawawti (2016) tanda bayi cukup asi yaitu ditandai

dengan sebagai berikut:

1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali.

2) Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.

3) Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.

4) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur


dengan cukup.
5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.

6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.

7) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai
menyusui.

8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan
ASI.

9) Bayi bertambah berat badannya

2.1.6 Faktor penyebab kekurangan ASI

a) Faktor menyusui

Hal-hal yang dapat mengurai produksi ASI adalah tidak melakukan

inisiasi atau menjadwalkan pemberian ASI.

b) Faktor Psikologi Ibu

Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui,karena

ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI

umumnya produksi ASI akan mengurang.

c) Faktor Bayi

Ada beberapa kendala yang bersumber pada bayi contohnya bayi sakit,

premature dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak bisa

memberikan asi nya hal itu lah yang dapat menyebabkan produksi asi

berkurang (Depkes, 2015).

2.2 Defenisi Daun Katuk

2.2.1 Pengertian Daun katuk (Sauropus androgynus)

Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman sayuran yang banyak

terdapat di Asia tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai
mani cai (bahasa Cina), cekur manis (bahasa Melayu), dan rau ngot (bahasa

Vietnam), di Indonesia masyarakat Minangkabau menyebut katuk dengan nama

simani. Selain menyebut katuk, masyarakat Jawa juga menyebutnya katukan atau

babing. Sementara itu masyarakat Madura menyebutnya kerakur dan orang Bali

lebih mengenalnya dengan kayu manis. Tanaman katuk sesungguhnya sudah

dikenal nenek moyang kita sejak abad ke-16 (Santoso, 2008).

Katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian 3-5 m.

Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas, akan tumbuh

tunas-tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya kecil-kecil mirip daun

kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk tanaman yang rajin berbunga. Bunganya

kecil-kecil, berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan bintik-

bintik merah. Bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di

dalamya terdapat biji berwarna hitam (Santoso, 2008).

Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diperoleh di

setiap pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau dari kandungan

gizinya, daun katuk merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaat bagi

kesehatan dan pertumbuhan badan. Di dalam daun katuk terdapat cukup banyak

kandungan kalori, protein, kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin yang

dibutuhkanoleh tubuh manusia. Daun katuk dapat memperlancar pengeluaran

ASI, kemudian dalam perkembangan selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk

digunakan sebagai diuretik dan sari daun katuk digunakan sebagai pewarna

makanan (Rukmana, 2003).


Ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk dengan dosis 2x

dan 3x sehari memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kadar hormon prolaktin

dalam darah. Pada ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk,

sebanyak 70% dari ibu menyusui terjadi peningkatan produksi ASI hingga

melebihi kebutuhan bayinya. Sedangkan pada ibu yang tidak mengkonsumsi

ekstrak daun katuk,hanya 6,7% yang mengalaimi kenaikan produksi ASI hingga

melebihi kebutuhan bayinya (Suwanti,E dan Kuswati,2016). Produksi ASI

meningkat karena dalam daun katuk mengandung alkaloid dan sterol.

Gambar 2.1 Daun Katuk (Sauropus androgynus)

2.2.2 Klasifikasi Katuk

Tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut ( Santoso, 2014) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae

Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynus

2.3.3 Kandungan Zat Gizi Daun Katuk

Tabel 2.3 Gizi yang terkandung 100 gram Daun Katuk

Komponen Nilai

Energi 59 kal

Fosfor 83 mg

Protein 4,8 gram

Besi 2, mg

Lemak 2 gram

Karbohidrat 11 gram

Vitamin C 164 mg

Serat 1,5,gram

Air 81 gram

Kalsium 204 gram

Vitamin A 1,0370

Vitamin B1 0,1 mg

2.3.4 Manfaat Daun katuk


Beberapa manfaat daun katuk antara lain :

1. Pelancar Air Susu Ibu

(ASI) Ekstrak daun katuk banyak digunakan sebagai bahan fortifikasi pada

produk makanan yang diperuntukkan bagi ibu menyusui. Konsumsi sayur katuk

oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu menyusui bayi secara nyata dan

untuk bayi pria hanya meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Kandungan

yang terdapat dalam daun katuk untuk ibu menyusui adalah asam amino, saponin,

dan tanin dan senyawa lainnya yang dapat memicu produksi ASI (Santoso, 2014).

2. Mengatasi sembelit

Sembelit biasa terjadi karena banyak hal, diantaranya karena terlalu lama

duduk, kurang minum air, menahan-nahan buang airbesar, kerja hati dan kantong

empedu yang tidak lancar. Untuk mengusir sembelit, siapkan 200 g daun katuk

segar yang sudah dicuci bersih. Rebus dengan segelas air selama 10 menit, lalu

saring. Minum air hasil saringan tersebut secara teratur 2 kali sehari, masing-

masing 100 ml (Santoso, 2008).

3. Menyembuhkan luka

Untuk mengobati luka, siapkan segenggam daun katuk, lalu cuci, dan

lumatkan. Tempelkan lumatan daun katuk pada bagian badan yang luka (Santoso,

2008).

2.3.5 Jenis dan Macam Daun Katuk

Daun katuk sebenarnya telah dikenal sejak lama oleh nenek moyang kita dari

abad ke-16 dan dimanfaatkan hingga saat ini. Tanaman katuk terdiri dari dua jenis

yaitu :

a) Katuk merah
merupakan katuk yang masihbanyak dijumpai di hutan belantara sebagi

tanaman hias. Katuk merah ini sangat cocok karena warnanya sangat

menarik yaitu hijau kemerahan.

b) Katuk hijau

merupakan katuk yang paling produktif penggunaanya, dibandingkan

katuk merah karena penggunaan khasiatnya lebih banyak dibanding katuk

merah. Katuk hijau banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, yaitu

sebagai sayuran dan obat-obatan. Di Indonesia daun katuk lazim

dimanfaatkan untuk melancarkan air susu ibu (ASI), serta sebagai obat

borok, bisul, demam, dan darah kotor.

Masyarakat Indonesia telah menggunakan daun katuk sebagai sayuran hijau

untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui sehingga dapat

menghasilkan jumlah ASI yang lebih banyak untuk buah hatinya. Hal ini

disebabkan karena daun tersebut memiliki banyak kandungan gizi seperti protein,

kalori, dan karbohidrat.

2.3.7 Penggunaan Daun Katuk Untuk Peningkatan ASI

Bagian tanaman katuk yang dapat dimanfaatkan di antaranya daun, batang,

akar, buah dan bunganya. Daun katuk bermanfaat untuk produksi ASI bagi ibu

menyusui. Banyak ibu baru yang sering merasa kesulitan saat awal–awal harus

memberikan ASI untuk bayi mereka. Bahkan tak sedikit para ibu yang ASInya

tidak bisa langsung keluar setelah melahirkan. Akhirnya entah karena frustasi atau

kurang sabar dan juga kasihan dengan bayi yang kelaparan, susu formula pun

menjadi pilihan. Padahal sebenarnya kita hanya perlu sedikit bersabar dan

berusaha untuk dapat membuat ASI menjadi lancar dan berlimpah.


Daun katuk adalah sayuran yang di anjurkan untuk memperlancar ASI ibu

menyusui. Tanaman hijau dengan daun berukurankecil ini sangat populer untuk

membantu memperbanyak produksi ASI serta memperbaiki kualitas ASI itu

sendiri. Daun katuk memiliki kandungan yang sangat baik seperti protein, lemak,

kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C.

Daun katuk bisa dikonsumsi sebagai lalapan, sayur bening, dan minuman.

Untuk membuat lalapan, rebus daun katuk dalam air mendidih yang ditambah

sedikit garam selama 3-4 menit. Sementara itu, untuk membuat minuman segar,

ambil 300 g daun katuk segar yang sudah dibersihkan, kemudian rebus dengan 1,5

gelas air selama 15 menit. Air rebusan daun katuk tersebut dapat langsung

diminum (Santoso, 2008).

2.3.8 Pengelolahan Daun Katuk

Tips Mengelola Daun Katuk

Agar kandungan nutrisi pada tanaman ini tidak hilang dan dapat

memberikan manfaat yg maksimal bagi tubuh, maka cara pengelolahan nya pun

harus benar-benar diperhatikan. Hal ini karena pengelolahan yang salah justru

dapat merusak kandungan gizi didalamnya. Jika terlalu lama matang dalam

memasak dengan bahan daun katuk, dapat menurunkan kualitasnya sebagai

pelancar ASI.Untuk memasaknya, hanya dibutuhkan waktu 3 menit sejak air

mendidh.

Resep : Sayur Daun Katuk Bening

Bahan:

 300 gram daun katuk yang sudah bersih

 2 siung bawang putih


 3 butir bawang merah

 Gula pasir secukupnya

 Garam halus secukupnya

 Air 600 ml

1. Rebus air bersama irisan bawang merah, bawang putih.

2. Tunggu sampai air rebusan benar-benar mendidih.

3. Masukkan daun katuk ke dalam rebusan air yg sudah mendidih kemudian

tambahkan gula dan garam secukupnya.

4. Aduk sampai tercampur rata dan tunggu sampai matang.

5. Sayur daun katuk siap dihidangkan pada pagi hari di jam (08.00), siang

(13.00) dan sore hari (18.00).


2.4 Kerangka Teori

Faktor Yang
mempengaruhi produksi
ASI:

1. Makanan ibu
2. Frekuensi Penyebab
menyusui Peningkatan produksi
3. Menyusui sesuai Produksi ASI ASI
keinginan bayi
4. Umur kehamilan
5. Ketentraman
jiwa dan pikiran Penatalaksanaan
6. Penggunaan alat
kotrasepsi
7. Perawatan
Payudara

Terapi Farmakologis: Non Farmakologis:

Obat-obatan (Analgesik dan Rebusan Daun Katuk


Anastesi) (Sauropus Androgynus)

Manfaat Rebusan Daun


Katuk (Sauropus
Androgynus)

1. Mempelancar ASI
2. Mengatasi sembelit
3. Menyembukan luka
2.5 Kerangka Konsep

Menurut Notoadmodjo 2012, kerangka konsep adalah suatu urain atau

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau

variabel yang satu dengan variabel yang lain dengan masalah yang ingin diteliti.

Berdasarkan tinjauan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian

“Pengaruh Rebusan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) terhadap produksi ASI

pada ibu menyusui di Desa Kwala Simeme kecamatan Namorambe tahun 2021.

Variabel Independen Variabel Dependen

Rebusan Daun Peningkatan


Katuk (Sauropus Produksi ASI
Androgynus)

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimna rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan (sugiyono, 2018). Adapun Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu:

Ha: Ada pengaruh rebusan daun katuk (sauropus androgynus) terhadap

produksi ASI pada ibu menyusui di desa kwala simeme kecamatan namorambe
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

metode eksperimen semu (Quasi Experimen). Eksperimen semu merupakan

penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang

dikenakan pada subjek yang diteliti. Dengan menggunakan metode pendekatan

one-group pre-test posttest design suatu ungkapan dengan cara melibatkan suatu

kelompok subjek (Notoatmodjo,2018).

One Groups Pretest-Post test Desigen

O1 X O2

Gambar 3.1 Desain Penelitian

O1 : Observasi sebelum perlakuan

X :Memberikan perlakuan berupa daun katuk

O2 :Observasi setelah perlakuan

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Kwala Simeme Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang.


3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2021 dimulai dari pembuatan

proposal, penelitian, sampai pembuatan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui 0- 6 bulan di Desa Kwala Simeme sebanyak 15 responden.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakn obejek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi tersebut (Notoadmodjo, 2015).Pada penelitian ini sampel yang

digunakan adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Kwala

Simeme.

Dengan Kriteria :

Kriteria Inklusi

1) Ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan.

2) Sedang menyusui.

3) Dapat berkomunikasi dengan baik.


Kriteria Eksklusi

1) Ibu yang sakit karena adanya gangguan pada payudara.

2) Ibu menyusui menolak berpartisipasi.

3) Ibu menyusui dengan sudah ada terapi tertentu.

3.3 Tehnik Sampling

Pengambil sampling pada penelitian ini menggunakan teknik total

sampling.Teknik total sampling teknik pengambil sampel dimana jumlah sampel

sama dengan jumlah populasi (Sugiono,2017). Pada penelitian ini sampel yang

saya ambil sebanyak 15 orang di Desa Kwala Simeme.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel

1) Variabel Independen

Variabel independen adalah yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain dan diamati, diukur untuk diketahui hubungannya atau

pengaruhnya terhadap variable lain (Nursalam, 2013).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi rebusan daun katuk.

2) Variabel Dependen

Variabel dependen adalah yang diamati dan diukur untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan ASI pada ibu

menyusui.
3.4.2 Definisi Operasioanal

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

(diukur) dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam,2017).

Tabel 3.4.2 Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

. Ukur
Oprasional

1. Variabel Pemberian rebusan Sop dan 1. Sebelum ornidal

Independen daun katuk adalah lembar mengkonsums

pemberian jenis sayuran yang observasi i

rebusan daun banyak manfaat


2. Sesudah
nya ,bukan hanya
mengkonsums
saja sebagai
i
sayuran yang biasa

di masak, daun

katuk juga

mempunyai

kegunaan untuk

memperlancar ASI

pada ibu menyusui.

Daun katuk dibuat

bening atau

direbus. Ibu yg
sedang yang

sedang dalam

proses menyusui

bagus untuk

mengkonsumsi ini

dengan cara

meminum air

rebusan atau

sayuran daun katuk

secara teratur.

2. Variabel Peningkatan Lembar 1. Meningkat Ordinal

dependen produksi ASI Observsasi


( frek 8-12)
peningkatan dipengaruhi oleh
2. Tidak
produksi ASI progesteron,
meningkat
pada ibu estrogen, prolaktin,

menyusui oksitosin serta ( frek < 8-12)

laktogen.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

wawancara dan lembar observasi. Lembar observasi terdiri dari kode responden,

usia responden, jumlah ibu menyusui dan pendidikan responden.

3.6. Metode Pengumpulan Data


Metode menggunakan lembar observasi untuk mengetahui pengaruh rebusan

daun katuk (sauropus androgynus) terhadap produksi ASI pada ibu menyusui.

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapati oleh peneliti berdasarkan sumber

langsung atau data yang didapati oleh peneliti dari responden.Data primer

dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang diberikan kepada ibu menyusui

Yang memenuhi kriteria.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapati oleh peneliti berdasarkan sumber lain

(Notoadmojo, 2016). Data sekunder didapatkan dari Desa Kwala Simeme

Kecamatan Namorambe tahun 2021.

3.7 Metode Pengelolahan Data

Pengelolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data ringkasan

berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu

sehingga menghasilkan informasi yang dipelukan. Data yang masih mentah diolah

sedemikain rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan

untuk menjawab tujuan penelitian. Kegiatan yang dilakukan peneliti pengelolahan

dan dibagi menjadi beberapa tahap (setiadi, 2013).

1. Editing

Editing adalah hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan

harus dilakukan penyutingan terlebih dahulu. Secara umum editing adalah


kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir dan kuesioner

tersebut.

2. Coding

Coding adalah setelah semua kuesioner di edit atau di sunting, slanjutnya

dilakukan peng”kode”an atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Processing

Processing adalah jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau

“software” computer.

4. Cleaning

Cleaning adalah apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

melakukan pembetulan atau koreksi.

3.8 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan survey lokasi di Desa Kwala Simeme, kecamatan

Namorambe.

b. Mempersiapkan data populasi dan sampel berupa lembaran yang

berisi identitas responden.

c. Pengajuan judul skripsi.


d. Setelah judul disetujui oleh Dosen Pembimbing, peneliti

mengajukan surat permohonan izin pelaksanan survey awal kepada

kaprodi Institut Kesehatan Deli Husada Delitua.

2. Tahap Penelitian

a. Setelah peneliti mendapat surat izin survey awal , lalu peneliti

mengajukan surat survey awal penelitian kepada Kepala Desa

Kwala Simeme Kecamatan Namorambe.

b. Setelah peneliti mendapatkan balasan surat survey penelitian,

peneliti langsung melakukan survey awal di Desa Kwala Simeme

dan meminta data kepada Kepala Desa dan ketua PKK di Desa

Kwala Simeme.

c. Kemudian peneliti mengadakan pendekatan kepada calon

responden untuk memberikan penjelasan maksud dan tujuan

penelitian serta prosedur peneliti.

d. Bila responden bersedia, maka dipersilahkan untuk

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

e. Setelah semua data sudah terkumpul, peneliti melakukan analisa

data dengan memantau responden dalam melakukan kegiatan

mengkonsumsi daun katuk setiap hari selama 7 hari (seminggu)

sebanyak 3 x sehari, pagi dan sore dan melihat lembar obsevasi

kegiatan.
3.9. Kode Etik Penelitian

Menurut sugiono, 2018 etik yang diperhatikan dalam penelitian adalah :

1. Sukarela

Penelitian harus bersifat sukarela, tidak ada paksaan atau tekanan

baik lansung maupun tidak langsung atau adanya ketergantungan untuk

menjamin consent.

2. Persetujuan (informed consent)

Merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

berupa lembar persetujuan. Tujuan informed consent agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak yang terjadi.

3. Kerahasian (confidentiality)

Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, karena

hanya kelompok data tertentu yang akan dijadikan sebagai hasil

persetujuan.

4. Tanpa Nama (anonimity)

Masalah yang memberikan jaminan dalam pengguanan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disetujui.

3.10 Analisa Data

Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap menurut

(Notoadmojo,2012) antara lain adalah :

1). Analisa Univariat


Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel atau

lebih, tapi tidak saling terkait dan dianalisis secara sendiri-sendiri ( Noor

Kholifah, 2018).

2). Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel, yang

bermanfaat untuk mengetahui hubungan pada dua variabel tersebut. Analisis ini

terdiri dari satu variabel bebas dan satu terikat ( Noor Kholifah, 2018).

Dilakukan analisa bivariat untuk melihat pengaruh variabel independen

yaitu Daun Katuk pada variabel dependen yaitu peningkatan produksi ASI pada

Ibu Menyusui dengan menggunkan uji dependent t-test. Jika porbabilitas

(Asymp.Sig) atau p.value > 0,05 maka data berdistribusi normal.


DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani, 2018. Inisiasi menyusu Dini ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta. Buku Kesehatan.
Ari Sulistyawati.2016, ASI eksklusif.Jakarta
Balitbangkes, 2019. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. ISBN 978-602-373-
116-3KemenkesRI.
http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/201
8/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
DinkesProv. (2018). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
Doko, T. M.,aristiati, K., & hadissaputro, S. (2019) pengaruh pijat oksitosin oleh
suami terhadap peningkatan produksi Asi pada ibu nifas jurnal
keperawatan silampari 2(2),(66-86).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Infodatin Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia :
Jakarta (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lestari, L. (2018). JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 2 October 2018 p-
ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870 Peningkatan Pengeluaran Asi
Dengan Kombinasi Pijat Oksitosin Dan Teknik Marmet Pada Ibu Post
Partum (Literatur).Kebidanan, 8(2). Retrieved from
http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/3741/923
Maryunani, 2016.world health organization (WHO) ASI eksklusif.
Muryani, Anik. 2012. Insiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Bogor, Juni 2012.
Notoatmodjo, Seokidjo.2012.Metodologi Penelitian Keehatan .Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurcahyani, A. S.(2017) Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Keberhasilan
Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Pskesmas Godean II.Skripsi.Program
Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Nursanti, I., 2012. Meningkatkan Frekuensi Menyusui mempercepat onset
laktasi RSUD Kota Yogyakarta.

Nugroho , T., ddk. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan nifas .


Yogyakarta: Nuha Medika
Rahmanisa,S. 2016. Efektifitas Eksrtak Alkoloid dan katuk terhadap produksi
ASI.Vol 5 No 1 febuari 2016.
Septyasrini, N (2016) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Status
Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusifdi Wilayah Kerja Puskesmas
Banyudono1 Boyolali Universitas Muhamadiyah Surakarta Tahun 2016.

Santoso. 2008. Definisi Daun katuk. Diambil dari :


https://docslide.net/documents/jtptmus-gdl-fajarermau-6200-3-habii.htm(15 Mei
2017).

Soraya R, Auliananova T.2016. Efektivitas Ekstrasi Alkaloid dan Sterol Daun


Katuk Terhadap Produksi ASI. Vol 5 no.1.1
Teti S S, Anita P.2019. Pengaruh Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk Terhadap
Pengeluaran ASI pada Nifas, Bidan Praktik Mandiri Manurung. Vol 1 No
2.
Werdayanti, R. Bapak ASI dan Ibu bekerja Menyusui. Jakarta: EGC.2013.
FORMULIR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Nomor Telepon :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian dari :
Nama : Erika Wulandari
NPM : 17.11.058

Setelah saya mendapatkan informasi mengenai penelitian ,serta membaca


prosedur penelitian yang terlampir, saya mengerti dan memahami dengan benar
prosedur penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk
Terhadap Peningkatan ASI Pada Ibu Menyusui, saya menyatakan bersedia
menjadi responden penelitian ini.
Demikian surat ini saya sampaikan dengan sebenar-benarnya tanpa
suatu paksaan dari pihak manapun.
Medan Februari 2021
Responden

( )
STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR

(SOP) PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK

TERHADAP PENINGKATAN ASI PADA IBU MENYUSUI

DI DESA KWALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE


Pengertian Daun katuk adalah sayuran yang di anjurkan untuk

memperlancar ASI ibu menyusui. Tanaman hijau dengan daun

berukuran kecil ini sangat populer untuk membantu memperbanyak

produksi ASI serta memperbaiki kualitas ASI itu sendiri. Daun

katuk memiliki kandungan yang sangat baik seperti protein, lemak,

kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C

Tujuan Memperlancar & Meningkatkan Produksi ASI


Indikasi Ketidakcukupan ASI
Persiapan Alat 1. 300 gram daun katuk yang sudah bersih
dan Bahan
2. 2 siung bawang putih

3. 3 butir bawang merah

4. Gula pasir secukupnya

5. Garam halus secukupnya

Persiapan Responden diberi penjelasan dan inform consent


Responden

Pelaksanaan a. Memperkenalkan diri

b. Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan

penelitian.

c. Bila responden bersedia dan dipersilakan untuk

menandatangani informed consent

d. Kemudian lakukan pelaksanaan pembuatan katuk


e. Setelah daun katuk diambil dari batangnya, ada baiknya di cuci

terlebih dahulu daun katuknya.

f. Setelah dicuci bersih, masukkan daun katuk kewadah untuk

direbus.

g. Rebus air bersama irisan bawang merah, bawang putih.

h. Tunggu sampai air rebusan benar-benar mendidih.

i. Masukkan daun katuk ke dalam rebusan air yg sudah mendidih

kemudian tambahkan gula dan garam secukupnya.

j. Aduk sampai tercampur rata dan tunggu sampai matang.

k. Setelah itu Sayur daun katuk siap dihidangkan.

l. Sayur daun katuk dikonsumsi pada pagi hari di jam (08.00),

siang (13.00) dan sore hari (18.00).

Pada hari ke7 , responden melakuan observasi untuk melihat

perubahan setelah diberikan perlakuan.

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden Penelitian

Di Desa Kwala Simeme


Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Erika Wulandari

Npm : 17.11.058

Mahasiswi Institut Kesehatan Deli Husada Delitua Program Studi


Keperawatan Program Sarjana bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “
Pengaruh Rebusan Daun Katuk (Sauropus androgynus) Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan
Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021”. Saya mengharapkan
partisipasi ibu atas penelitian yang akan saya lakukan. Saya akan menjamin
kerahasiaan semua informasi yang akan diberikan dan hanya digunakan untuk
pengembangan ilmu keperawatan dan kepentingan Proposal Skripsi, tidak digunakan
maksud lain.

Apabila ibu bersedia menjadi responden, saya mohon untuk mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Atas perhatian dan kerja sama saudari sebagai responden, saya ucapkan
terimakasih.

Hormat saya,

Peneliti

LEMBAR OBSERVASI PERLAKUAN


PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK (SAUROPUS
ANDROGYNUS)
TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA
KWALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE TAHUN 2021
NO RESPONDEN USIA PERLAKUAN
(THN) PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK
TERHADAP PENINGKATAN ASI
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
1 2 3 4 5 6 7

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN
PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK (SAUROPUS
ANDROGYNUS)TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU
MENYUSUI DI DESA KWALA SIMEME KECAMATAN
NAMORAMBE TAHUN 2021

NO NAMA SEBELUM SESUDAH (POST) KETERANGAN


(PRE)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Anda mungkin juga menyukai