Di Susun Oleh:
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
hidayahnya kami bisa menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Ny “M” dengan Asfiksia Intrauterin di RS X” untuk memenuhi mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Tak lupa kami selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kolonel CKM (Purn) I Putu Gde Santika, M.Si selaku Direktur Poltekkes RS
dr. Soepraoen Malang.
2. Letkol CKM dr. Zainal Alim, Sp.OG selaku Kepala Program Studi
Kebidanan.
3. Yeni Agus Safitri, SST selaku dosen pengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan ilmu pengengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna kesempurnaan isi makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
2.1.1 Pengertian......................................................................................3
2.1.4 Patofisiologis.................................................................................5
2.2.1 Pengkajian...................................................................................10
2.2.5 Intervensi.....................................................................................16
iii
2.2.6 Implementasi...............................................................................16
2.2.7 Evaluasi.......................................................................................16
3.5 Intervensi........................................................................................21
3.6 Implementasi..................................................................................21
3.6.1 Populasi.......................................................................................17
3.6.2 Sampel.........................................................................................17
5.2 Saran...............................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor
terpenting yang dapat menghambat bayi baru lahir terhadap kehidupan extra
uterin. Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis
menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Dragc and Berendes 1966
yang mendapatkan bahwa scor apgar yang rendah sebagai manifestasi
hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang
tinggi.
Hasil Survey di RSUD dapat diketahui angka kejadian asfiksia berat pada
periode 2007 sebanyak 160 dari angka kelahiran hidup 10.000, sehingga didapat
angka kejadian asfiksia berat sebesar 1,6 %.
Penyebab utama kematian bayi baru lahir / neonatal (0 - 1 bulan) di
Indonesia menurut hasil survei kesehatan Nasional 2001 dan kasus asfiksia ini
merupakan kasus no. 2 dari penyebab kematian bayi sebesar 25 %.
Di RSUD masih banyak kasus asfiskia. Diantaranya yaitu asfiksia berat dan
rumah sakit umum daerah termasuk sebagai rumah sakit rujukan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan penulis dapat memberikan asuhan kebidanan pada BBL
dengan asfiksia dengan menerapkan manajemen varney dan mendokumentasi
kan dengan SOAP secara komprehensif dan berkesinambungan.
1
2
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri.
Bayi baru lahir adalah organisme yang sedang tumbuh yang baru
mengalami intra uteri ke kehidupan ekstra uteri.
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat benafas
secara spontan dan segera setelah lahir yang disertai dengan keadaan hipoksia
hyperkanoe dan berakhir dengan asidosis.
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis.
Asfiksia berat adalah BBL tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
sampai apnoe.
Asfiksia neonaturum adalah adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
3
4
2. Faktor Neonatal
Faktor neonatal yang dapat menyebabkan asfiksia adalah:
a. Kelainan letak.
b. Distorcia.
c. Hidramnion.
d. Lahir premature.
e. Berat Badan Lahir rendah (BBLR).
f. Ketuban bercampur meconium.
3. Faktor tali pusat
a. Kelainan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
4. Faktor placenta
a. Solutio placenta.
2.1.4 Patofisiologis
Faktor-faktor yang menyebabkan bayi asfiksia
1. Penyakit Kronis
Hipertensi, penyakit jantung gangguan aliran darah uterus dimana
berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurang pula
pengaliran oksigen ke placenta dan demikian pula ke janin mengalami hipoksia
yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Terjadi karena gangguan pertukaran gas
serta O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O 2 dan
dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun
akibat kelainan pada ibu selama kehamilan. Gangguan menahun dalam kehamilan
dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti hipertensi dan
penyakit jantung. Pada keadaan ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh
gangguan oksigenterasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan
berhubungan dengan gangguan fungsi placenta.
2. Jenis persalinan
Partus lama dengan vacum ekstrasi menyebabkan gangguan pertukaran gas
serta transfer O2 dari ibu ke janin, gangguan dalam persediaan O2 sehingga janin
kekurangan O2.
3. Faktor janin
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus, sehingga menghambat pertukaran gas antara ibu ke
janin.
3. Riwayat Persalinan
12
a. Penolong persalinan
Untuk mengetahui oleh siapa ibu ditolong saat melahirkan
apabila ditolong oleh bukan tenaga kesehatan pada bayi dengan
asfiksia tidak dapat ditangani dengan tepat dan cepat karena
kurangnya pengetahuan dalam menangani asfiksia dan harus
dirujuk.
b. Jenis persalinan
Untuk mengetahui jenis persalinan pada saat ibu melahirkan
persalinan dengan partus lama. Pada tindakan vacum ekstrasi
oleh forcep dapat menyebabkan bayi asfiksia.
c. Tempat persalinan
Tempat bersih, nyaman akan membantu ibu dalam proses
menghadapi persalinan dan memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi dalam persalinan. Tempat persalinan di
rumah pada kasus bayi dengan asfiksia tidak dapat ditangani
dengan baik dan dianjurkan untuk dirujuk. Tetapi apabila
ditolong di rumah sakit dapat ditangani dengan secepat
mungkin dan dengan sebaiknya karena sarana prasarana yang
lebih lengkap.
d. Lama persalinan
Persalinan yang terlalu lama dapat mengakibatkan gangguan
baik pada ibu maupun pada janin dan hai ini dapat
menyebabkan bayi asfiksia.
e. Masalah yang terjadi selama persalinan.
f. Pada kasus neonatus dengan bayi asfiksia keadaan air ketuban
yang keruh atau bercampur dengan mekonium pada letak
kepala sangat mempengaruhi terhadap bayi dengan asfiksia.
13
2.2.5 Intervensi
1. Langkah-langkah resusitasi.
2. Bersihkan jalan nafas.
3. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki bayi.
4. Nilai usaha nafas bayi, frekuensi denyut jantung, warna kulit.
5. Berikan O2 2 liter dengan tekanan >30 cm H2O
2.2.6 Implementasi
1. Mencegah kehilangan panas dengan alat pemancar panas
yang telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat, rneletakkan bayi
hangat. Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas.
2. Mengeringkan tubuh bayi dan kepala bayi dengan menggunakan handuk
atau selimut hangat (apabila diperlukan penghisapan mekonium
dianjurkan dengan menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium
dihisap dari trakhea).
3. Meletakkan bayi dalam posisi benar. Bayi diletakkan terlentang diatas alas
yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah (extensi) untuk
mempertahankan agar leher tetap tengadah letakkan handuk atau selimut
yang digulung dibawah bahu bayi sehingga bahu bayi terangkat ¾ - 1 inci.
4. Membersihkan jalan nafas. Kepala bayi dimiringkan agar cairan
berkumpul di mulut dan tidak difaring bagian belakang, mulut dibersihkan
apabila ada mekonium kental dan bayi mengalami depresi
harus dilakukan penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa
endotrakhea (pipa ET).
5. Menilai usaha nafas bayi, frekuensi denyut jantung, warna kulit.
6. Memberikan O2 2 liter dengan tekanan 30 cm H2O. Melakukan resusitasi
atau VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
2.2.7 Evalusi
Telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnose:
1. Bayi dalam keadaan hangat ditempatkan di dalam incubator.
2. Oksigen terpasang 1-2 liter.
17
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Bayi
Nama bayi : bayi Ny. M
Umur bayi : 0 hari
Tgl / jam lahir : 12 Maret 2008 jam 09.00 WIB
Berat badan : 2900 gram
Panjang badan : 48 cm
No. register : 301726
b. Orang Tua
Nama Ibu : Ny. M
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Bangsa : Sunda / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
18
19
DO :
1. Antropometri
a. Berat badan : 2900 gram.
b. Panjang badan : 48 cm.
c. Lingkar lengan : 10,5 cm.
d. Lingkar kepala : 32 cm.
e. Lingkar dada : 29 cm
2. Refleks
a. Moro : Baik.
b. Tonic neck : Lemah.
c. Garff : Baik.
d. Rooting : Lemah
3. Menangis : segera setelah lahir tidak menangis
4. Tanda-tanda vital
a. Suhu : 36° C.
b. Nadi : 130x/menit.
c. Pernafasan : 72 x/menit.
d. Apgar Score : 2/4
3.5 Intervensi
Tanggal :12 Maret 2008
Pukul : 05.30 WIB
3.6 Implementasi
Tanggal : 12 Maret 2008
Pukul : 05.40 WIB
Setelah dilakukan pengkajian pada bayi baru lahir asfiksia Ny. “M” penulis
Menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktek, diantaranya :
4.1 Pengkajian
Salah satu faktor yang mempengaruhi bayi asfiksia yaitu riwayat penyakit
ibu, diantaranya hipertensi dan penyakit paru.
Setelah dilakukan pengkajian pada bayi Ny. M dengan asfiksia ternyata
Ny. M selama kehamilannya tidak pernah mengalami hipertensi maupun penyakit
paru.
Maka ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan yaitu
riwayat penyakit ibu.
4.2 Interpretasi Data
Pada langkah interpretasi data pada bayi Ny. M dengan asfiksia berat,
penulis menegakkan diagnosa dengan melihat keadaan umum lemah, nadi 100-
120 x/mnt, pernafasan >60 x/mnt, suhu 36-37°C, dinyatakan sesuai teori menurut
(Prawirohardjo, 2002 : 200) dan setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi Ny. M
dengan keadaan umum lemah, nadi 130 x/mnt, pernafasan 70 x/mnt, suhu 36°C.
NCB, SMK 0 hari dengan asfiksia berat.
Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
4.6 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan asuhan pada bayi Ny.M dengan asfiksia berat
dilakukan sesuai perencanaan yaitu pemasangan O2 1 — 2 liter, pemberian
antibiotik yaitu cefataxime, bayi ditempatkan pada inkubator.
Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
4.7 Evaluasi
Dalam tahap evaluasi setelah memberikan asuhan pada bayi dengan
asfiksia berat diharapkan keadaan umum bayi baik, pernafasan normal 40 -60
x/menit, tidak terjadi hipotermi.
Pada bayi Ny. M keadaan bayi sekarang, keadaan umum bayi baik,
pernafasan 54 x/menit, tidak hipotermi.
Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir normal biasanya ditandai dengan menangis kuat. Warna
kulit merah, Apgar score 7-9, panjang badan 46 - 50 cm, berat badan 2500 - 4000
gram, lingkar kepala 32 - 35 cm, lir.gkar dada 30 - 33 cm. (Prawirohardho, 2002 :
213)
Setelah melakukan asuhan pada bayi Ny. M dengan asfiksia berat dengan
berat badan 3000 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada
29 cm, lingkar lengan 10,5, menangis sesaat setelah melahirkan dan tidak
menangis lagi, tanda-tanda vital : suhu 36° C, nadi 130 x/menit, pernafasan 72
x/menit, Apgar score 2/4.
Penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia berat yaitu kebutuhan O2 -> O2
terpasang, mencegah hipotermi dengan cara meletakkan bayi pada inkubator,
memberikan antibiotik berupa Cefotaxime telah diberikan secara I.V.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia berat maka
dapat diambil kesimpulan bahwa bayi dengan asfiksia berat harus ditangani
dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari apnoe atau kematian.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
Bagi pihak petugas kesehatan di RS khususnya pada bidan / perawat
diruang perinatologi agar lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam
menangani dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia.
25
26
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS Bagian Pertama
(Obstetri). Bandung. 2005