Oleh
NABILAH VISTA
NIM. PO.71.24.4.21.025
Disusun Oleh
Nabilah Vista
PO.71.24.4.21.025
Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Komprehensf
terkait Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal pada By.Ny.“R” dengan
Asfiksia Neonatorum. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
2. Bapak dr. Alfurqon, Sp.M, selaku Direktur Rumah Sakit H.M.Rabain
Muaraenim
3. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
4. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang
5. Ibu Rosyati Pastuty S.SiT, M.Kes selaku pembimbing akademik
6. Ibu Misdalifah S.Kep, Ners selaku Kepala Unit Perinatologi dan NICU PICU
dan Ibu Ns. Wiwin Afridianti S.Kep selaku pembimbing lahan
7. Ibu Hj. Lismini, AM.Kep selaku Kepala Unit Diklat dan Ibu Yuliana Bertha,
SST, M.Kes selaku pembimbing Diklat
8. Seluruh pegawai dan staf RS.H.M.Rabain Muaraenim
Akhir kata, saya berharap laporan ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
LAPORAN KOMPREHENSIF.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup.......................................................................................................3
D. Manfaat...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Masalah Kasus...........................................................................................5
1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir (BBL)....................................................................5
2. Konsep Dasar Asfiksia.........................................................................................12
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif.......................................................................................................19
B. Data Objektif........................................................................................................20
C. Analisis..................................................................................................................21
D. Penatalaksanaan...................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan..........................................................................................................30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................33
B. Saran......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................v
iv
v
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan
zat asam arang dari tubuhnya. Salah satu faktor kegagalan pernapasan dapat
disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dari ibu ke janin karena ketuban
telah pecah atau ketuban pecah dini (Abdul Rahman & Lidya 2014:34).
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta
bayi ini meninggal. Di indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak
36,9% meninggal dikarenkan gangguan pernafasan termasuk asfiksia. Penyebab
kematian bayi baru lahir di indonesia adalah gangguan pernfasan (36,9)
prematuritas (32,4%), BBLR (12%), sisanya disebabkan oleh trauma lahir
infeksi lain dan kelainan kongenital (Lisa, Ningsih, 2016)
Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia masih cukup tinggi..
Menurut hasil Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, mencatat
bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) menurun mencapai 25,5 kematian
setiap 1.000 bayi yang lahir dengan mayoritas kasus kematian terjadi dalam
periode neonatus.
Asfiksia merupakan penyebab kematian bayi baru lahir yang paling
utama (Ardyana & Sari 2019). Asfiksia Neonatorum adalah keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia
dan hiperkapnia serta sering berakhir dengan asidosis asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna,
sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan (Nurarif &Hardhi,
2016).
Asfiksia bermula dari kondisi gawat janin, Kondisi ini dapat terjadi
apabila aliran darah dari tubuh ibu ke plasenta mengalami gangguan,
sehingga menyebabkan janin kekurangan pasokan oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) keadaan ini vitetap berlanjut maka bayi beresiko lahir
mengidap asfiksia saat lahir. Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ
7
berat dan berakibat fatal pada bayi baru lahir. Redistribusi sirkulasi yang
ditemukan pada pasien hipoksia dan iskemia akut telah memberikan gambaran
yang jelas mengapa terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi asfiksia.
Gangguan fungsi berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya
asfiksia terjadi dan kecepatan penanganan. Berdasarkan hasil penelitian lanjut
Riskesdas, asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah
infeksi (Opitasari 2015:111).
Suatu studi mengenai dampak kerusakan organ pada bayi asfiksia
menunjukkan 34% bayi tidak didapatkan kerusakan organ, 23% bayi
didapatkan kerusakan pada satu organ, 34% bayi pada dua organ, dan 9% bayi
pada tiga organ. Beberapa peneliti melaporkan frekuensi disfungsi berbagai
organ vital yaitu otak, kardiovaskular, paru, ginjal, saluran cerna dan darah.
Adapun organ vital yang sering terkena adalah ginjal (50%), otak (28%),
kardiovaskular (25%) dan Paru-paru (23%)
Berdasarkan data dari ruang perinatalogi dan PICU NICU pada bulan
Januari sampai November tahun 2021 jumlah kelahiran bayi yang mengalami
asfiksia neonatorum sebanyak .... bayi. Akan tetapi angka tersebut belum
mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat, karena belum
semua bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya
yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Dinkes
Sumsel,2017). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengambil laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Neonatal pada By. Ny. “R” di Ruang Perinatalogi RSUD
H.M Rabain Muara Enim Tahun 2022”
vi
i
8
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya implementasi asuhan kebidanan kegawatdaruratan
neonatal pada kasus asfiksia neonatorum dengan menggunakan pola
pikir manajemen kebidanan serta melakukan pendokumentasian hasil
asuhannya.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pengkajian mendalam terhadap perawatan bayi
baru lahir dengan asfiksia neonatorum.
b. Tersusunnya identifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan
data subyektif dan data obyektif pada bayi baru lahir.
c. Diketahuinya kebutuhan segera pada bayi baru lahir.
d. Tersusunnya rencana tindakan yang akan dilakukan pada kasus
bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum.
e. Terlaksananya tindakan untuk menangani kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia neonatorum.
f. Terlaksananya evaluasi untuk menangani kasus bayi baru lahir
dengan asfiksia neonatorum.
g. Tersusunnya pendokumentasian kasus bayi baru lahir dengan
asfiksia neonatorum.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada kasus bayi baru lahir dengan
asfiksia neonatorum.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga
menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada kasus
bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum.
s 8
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan
asuhan kebidanan kasus bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum.
b. Bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi bagi bidan di RS H.M Rabain mengenai
kasus bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum.
c. Bagi Ibu
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait sindrom gangguan
nafas yang dialami bayinya.
s 9
10
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN TEORI
B. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram. Dengan ciri-ciri yaitu bunyi jantung dalam menit-
menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun 120-140x/menit
(Saleha,2012:2).
Bayi baru lahir normal ialah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tampa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2.500- 4.000
gram, nilai Appereance Pulse Grimace Activity Respiration
(APGAR) kurang lebih 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus ialah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari.
b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram. Umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan.
s 10
11
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160
x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR>7, refleks-
refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, moro, grasping),
organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada scrotum dan
penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta
adanya labia mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama
berwarna hitam kecoklatan (Dwiendar, Okta, dkk, 2014)
c. Penilaian APGAR-Score pada Bayi Baru Lahir
Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian bertujuan untuk menilai apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Adapun penilaian meliputi : frekuensi jantung
(heart rate), usaha napas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone),
warna kulit (colour), dan reaksi terhadap rangsangan (respon to stimuli).
Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2. Dari hasil penilaian itu dapat
diketahui apakah bayi normal (jika diperoleh nilai APGAR 7-10), asfiksia
sedang-ringan (nilai APGAR 4-6) atau bayi asfiksia (nilai APGAR 0-3).
Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan
tindakan resusitasi lebih lanjut. Hal ini dikarenakan jika bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologic
lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilaian APGAR selain
dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit kelima setelah
kelahiran bayi (Tando 2013:145-146).
Tabel 2.1 Penilaian APGAR Skor
Nilai 0 1 2
Appereance Tseluruh Badan merah Seluruh tubuh
tubuh biru ekstremitas biru kemerahan
atau putih
Pulse (nadi) Tidak ada <100 kali permenit >100 kali
permenit
Greemace Tidak ada Perubahan mimic Bersin/menangis
(menyeringai)
Activity Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan
(tonus otot) fleksi aktif/ekstremitas
fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis
(pernafasan) kuat/keras
s 11
12
s 12
13
s 13
14
(mungkin normal pada bayi baru lahir) atau mata menyilang
secara berlebihan.
5) Telinga dan Pendegaran
a) Periksalah struktur telinga luar untuk penjajaran, catatlah
fleksibilitas tulang rawan telinga.
b) Bayi harus merespons pada suara keras (refleks terkejut).
6) Mulut, Tenggorokan, Hidung
a) Perhatikan area oral pada langit-langit bayi baru lahir,
(catatlah celah pada lidah atau langit-langit).
b) Laporkan adanya pelebaran cuping hidung, yang dapat
mengindikasi ketidaknormalan pernapasan.
c) Catatlah luka tenggorakan, mulut, atau hidung, dan
kemerahan atau kekeringan yang mengindikasi infeksi.
d) Celah, inflamasi mulut, atau inflamasi lidah mungkin
mengindikasi kurangnya cairan atau nutrisi.
e) Bercak-bercak putih pada kulit pada bayi baru lahir
mengindikasi candidialisis.
7) Dada
a) Bentuk dada, simetris, gerakan harus dicatat.
Laporkan penarikan signifikan otot dada, yang dapat
mengindikasi gangguan pernapasan
b) Periksalah putting susu untuk simetrisnya
c) Dengarkan jantung dengan bayi dalam posisi terlentang,
catatlah desiran bunyi abnormal jantung dan rekamlah lokasi
dan intensitas volumenya.
d) Catatlah indikasi penyakit jantung bawaan (misalnya sulit
bernafas, air liur berbusa).
e) Proses penggelembungan pembuluh darah leher dapat
mengindikasi kegagalan jantung kongesti.
f) Laporkan jika bayi menjadi lelah atau menunjukkan nafas
pendek selama makan. Seperti ini mungkin mengindikasi
tanda-tanda penurunan sirkulasi atau fungsi jantung.
g) Kisaran denyut nadi istirahat pada bayi baru lahir adalah 110
sampai 160 denyut permenit dengan ketidakteraturan tipis.
Hitunglah selama satu menit penuh.
s 14
15
s 15
16
s 16
17
2. Konsep Dasar Asfiksia
a. Definisi Asfiksia
Asfiksia merupakan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosi. Asfiksia yang terjadi pada bayi
biasanya merupakan kelanjutan dari anoksida/hipoksia janin. Diagnosis
anoksida/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian ( Maryunani 2013:291).
Denyut jantung janin, frekuensi normal ialah antara 120 dan 160
denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan menurun sampai di bawah
100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya. Mekonium dalam air ketuban, adanya mekonium pada
prseentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat
janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltic usus
meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban
pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.Pemeriksaan PH
darah janin, adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu
turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
(Rukiyah 2013:31-32).
s 17
18
d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum
atau sesudah persalinan.
2) Asfiksia Sedang (APAR Score 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :
a) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit.
b) Usaha nafas lambat.
c) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e) Bayi tampak sianosis.
f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna
selama proses persalinan.
3) Asfiksia Ringan (7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul
adalah sebagai berikut :
a) Takipnea dengan nafas lebih dari 60 x/menit.
b) Bayi tampak sianosis.
c) Adanya retraksi sela iga.
d) Bayi merintih (grunting).
e) Adanya pernafasan cuping hidung.
f) Bayi kurang aktifitas.
g) Auskultasi diperoleh hasil ronchi rales, dan wheezing
positif
c. Etiologi Asfiksia
1) Faktor Ibu
a) Ketuban Pecah Dini
b) Hipoksia
2) Faktor Plasenta
a) Plasenta tipis
b) Plasenta kecil
c) Plasenta tak menempel
d) Solution plasenta
e) Perdarah plasenta
s 18
19
3) Faktor Non Plasenta
a) Premature
b) IUGR
c) Gemeli
d) Tali pusat menumbung
e) Kelainan congenital
4) Faktor Persalinan
a) Partus Lama
b) Partus dengan Tindakan (Rochmah,dkk,2012:20).
d. Patofisiologi Asfiksia
Menurut Safrina, (2013) dalam Lia Yulianti (2015), segera setelah lahir
bayi akan menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru
janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang udara
akan masuk dan cairan yang ada di dalam alveoli akan meninggalkan
alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara memadai
(Yulianti, 2015).
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurang O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama epneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak dapat berekasi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan (Yulianti 2015).
s 19
20
e. Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
1) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak
teratur.
2) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala Tonus
otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ
lain
3) Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
4) Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak.
5) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
6) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan
paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-megap.
7) Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam
darah.
8) Pucat (Lockhart 2014: 51-52).
f. Diagnosis Asfiksia
1) Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap
terjadinya asfiksia neonatorum.
a) Gangguan/ kesulitan waktu lahir.
b) Cara dilahirkan.
c) Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah
dilahirkan (Ghai, 2012)
2) Pemeriksaan Fisik
a) Bayi tidak bernafas atau menangis.
b) Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
c ) Tonus otot menurun.
s 20
21
s 21
22
4) Persiapan Alat
a) 2 helai kain atau handuk.
b) Bahan ganjal bahu bayi, bahan ganjal dapat berupa kain,
kaos, selendang, handuk kecil di gulung 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
d) Tabung atau sungkup atau balon atau sungkup neonatal.
e) Kotak alat resusitasi.
f) Jam untuk pencatat waktu.
g) Sarung tangan (Tando 2013: 148).
h. Penatalaksanaan Asfiksia
Untuk semua bayi baru lahir, lakukan penilaian awal dengan
menjawab 4 pertanyaan :
1) Sebelum Bayi Lahir
a) Apakah kehamilan cukup bulan ?
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
2) Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain
bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu,
segera lakukan penilaian berikut:
a) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen bayi baru lahir dapat dilihat alur
pelaksanaan bayi baru lahir mulai persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi
baru lahir. Untuk bayi baru lahir cukup bulan dengan air ketuban jernih
yang langsung menangis atau bernafas spontan dan bergerak aktif cukup
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal.
Jika bayi kurang bulan (≤37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bula
(≥ 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium
dan atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik
lakukan manjemen bayi baru lahir dengan asfiksia.
s 22
23
s 23
24
BAB III
KAJIAN KASUS DAN ASUHAN KEBIDANAN
Pengkajian :
A. Data Subjektif
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata
1) Biodata Bayi
Nama : By.Ny.R
Jenis kelamin : Laki-laki
2) Biodata Orangtua
Nama : Ny. R Nama : Tn. M
Umur : 23 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Pasar Tanjung Enim
b. Keluhan
Bayi tidak segera menangis dan tidak bernapas secara spontan pada
saat lahir.
c. Riwayat Kelahiran
1) Tanggal Lahir : 21 Maret 2022
2) Jenis Persalinan : Sectio Caessaria
3) Penolong : Dokter Sp.OG
4) BB/PB/LK/LD : 3690 gram, 49 cm, 34 cm, 33 cm
5) Komplikasi : Pre Eklampsia dan Fetal Distres
s 24
25
B. Data Objektif
1. Pengkajian Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Lemah
2) BB : 3690 gram
3) Tanda-Tanda Vital
a) N : 136x/menit
b) T : 36.5°C
c) RR : 65x/menit
d) SpO2 : 97 %
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Tidak ada caput succedaneum, cepal hematoma
2) Muka : simetris, agak pucat
3) Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
4) Hidung : simetris, terdapat pernafasan cuping hidung
5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada tanda infeksi
6) Mulut : tidak ada labioskizis, palatoskizis, labiopalatokizis
7) Dada : simetris, ada retraksi dinding dada
8) Abdomen : tidak ada massa dan nyeri tekan
9) Genetalia : testis sudah turun ke skrotum
10) Ekstremitas
Atas : warna kulit kebiruan, aktifitas lemah,
.......... tidak ada kelainan ......
Bawah : warna kulit kebiruan, aktifitas lemah,
.......... tidak ada kelainan
s 25
26
c. Pemeriksaan Refleks
1) Grasp : (+)
2) Tonic Neck : (+)
3) Moro : (+)
4) Sucking : (-)
5) Rooting : (-)
6) Babinski : (+)
d. Pemeriksaan Laboratorium
C. Analisis
Diagnosis : NCB SMK
Masalah : Asfiksia Berat
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu
bahwa keadaan umum bayi belum bisa langsung menangis spontan,
kulit kebiruan bagian tubuh dan ekstremitas, dan tonus otot lemah
serta meminta persetujuan akan dilakukan tindakan kepada bayinya.
a. Rasionalisasi :
Pemberian informasi hasil pemeriksaan pada pasien merupakan
hak pasien untuk mengetahui keadaan dirinya.
b. Evaluasi :
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan.
2. Melakukan penatalaksanaan awal pada bayi asfiksia
a. Rasionalisasi :
Penatalaksanaan awal pada kasus asfiksia neonatorum
merupakan langkah awal yang dilakukan tenaga kesehatan
menurut alogaritma resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia..
s 26
27
b. Evaluasi :
Penatalaksaan awal asfiksia pada bayi telah dilakukan sesuai
dengan standar operasional prosedur RS.H.M.Rabain .
3. Menilai kembali napas bayi selama 1 menit.
a. Rasionalisasi :
mengetahui keadaan bayi setelah diberi tindakan dan untuk
mengevaluasi tindakan.
b. Evaluasi :
Tindakan telah dilakukan bayi masih menangis merintih, warna
kulit kebiruan di ujung kuku, tonus otot lemah APGAR Skor 5
a. Rasionalisasi :
untuk menangani masalah pada bayi sehingga bayi dapat
bernafas normal kembali.
b. Evaluasi
VTP telah dilakukan.
5. Menilai kembali napas bayi selama 1 menit.
a. Rasionalisasi
untuk mengetahui keadaan bayi setelah diberi tindakan dan
untuk menevaluasi tindakan.
b. Evaluasi :
Penilaian telah dilakukan, bayi menangis masih merintih, warna
kulit kemerahan, tonus otot baik.
6. Memasang SpO2 dan memberikan Oksigen bebas 2liter/menit.
a. Rasionalisasi :
SpO2 merupakan alat yang dapat mengukur kadar oksigen
dalam darah, dan indikasi diberikannya oksigen pada bayi
adalah hasil SpO2 <90%..
s 27
28
b. Evaluasi :
Oksigen dan monitor SpO2 telah dipasang.
7. Menjaga kehangatan bayi.
a. Rasionalisasi :
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Cara menjaga kehangatan bayinya
yaitu dengan menaruhnya di infarm warmer, menyelimuti bayi
dan memakaikan topi bayi, menggantikan pakaian atau popok
bayi bila basah terkena BAB atau BAK, tidak menidurkan bayi
di dekat jendela atau tempat yang dingin..
b. Evaluasi :
Bayi telah diletakkan di infant warmer.
8. Memberikan Injeksi Vitamin K dan Salep mata
a. Rasionalisasi :
Fungsi Vtamin K pada bayi baru lahir adalah mencegah
terjadinya perdarahan pada otak, selain itu merupakan bahan
pembentuk faktor pembekuan darah pada kulit, selaput lendir,
dan organ lain dalam tubuh bayi (Utami, 2008). Semua bayi
baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg (dosis
tunggal) intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin untuk
mencegah perdarahan pada bayi baru lahir (perdarahan
intracranial) akibat defisiensi vitamin K yang dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Ikatan Bidan Indonesia, 2007),
sedangkan pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk
pencegahan infeksi mata. Salep mata berisikan antibiotika
tetrasiklin 1%, upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian
Kesehatan RI, 2013)..
b. Evaluasi :
Bayi telah di injeksi vit.k dan diberikan salep mata.
s 28
29
a. Rasionalisasi :
Kolaborasi dilakukan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas sesuai dengan keahlian atau keprofesionalan
tenaga kesehatan
b. Evaluasi :
Telah dilakukan konsultasi dengan dr.Sp.A.
b. Evaluasi :
Pendokumentasian telah dilakukan di status pasien.
s 29
30
CATATAN PERKEMBANGAN
O (Obyektif), A
No Tanggal/ Jam Diagnosa Kebidanan
(Asssment), P (Planning)
1. 21/ 03/ 2022 NCB SMK dengan O :
14.00-20.00 WIB asfiksia - Keadaan Umum :
(Dinas Sore) Lemah
- .Memasang monitor
...untuk memantau tanda
...vital bayi
...TTV :
RR:68x/menit, HR:13
7x/ ...menit, SpO2: 97
%, ...BB: 3690gr
Cyanosis (-),
merintih (+), retraksi
dada (+), pernapasan
cepat (+), gerakan
lemah
- Memberikan oksigen .
.. dengan O2 Nasal 3 L
- Intake : Infus : IVFD
... RL
- Output : 100 cc
A :
NCB SMK dengan
asfiksia
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2 pada
..bayi
- Observasi output
- Personal hygiene
A :
NCB SMK dengan
asfiksia
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2 pada
....bayi
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian ASI 20 cc
A :
NCB SMK dengan asfiksia
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2 pada
..bayi
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian ASI 25 cc
- Output : 100cc
A :
NCB SMK dengan
.Asfiksia
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2 pada
...bayi
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian ASI 25 cc
A :
NCB SMK
P :
- Observasi TTV dan
SpO2 pada bayi
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian ASI (25 cc,
30 cc, 35 cc, 40 cc)
meningkat 5 cc setiap 4
jam
-TTV :
RR:43x/menit, HR: 15
4x/menit., SpO2: 98%,
BB: 3630gr Cyanosis
(-), merintih (-), retraksi
s 32
33
dada
- Intake : Infus : IVFD
...RL
Cinam 180 mg,
Ceftazidine 180 mg
- Output : 100 cc
A :
NCB SMK
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian nutrisi ASI 40
cc
A :
NCB SMK
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian ASI 40 cc
- TTV :
RR:45x/menit, HR:
132x/menit., SpO2: 99
%, , Cyanosis (-),
merintih (-), retraksi
dada (-),
s 33
34
A :
NCB SMK
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian ASI 40 cc
A :
NCB SMK
P :
- Observasi TTV
- Observasi SpO2
- Observasi output
- Personal hygiene
- Pemberian nutrisi ASI 40
cc
s 34
35
BAB IV
PEMBAHASAN
persalinan yang dapat menyebabkan janin terlibat dalam persalinan dalam waktu
yang lama membawa risiko yang lebih tinggi dari trauma lahir dan asfiksia A.
(Chiabi, S. Nguefack, M. A. Evelyne et al, 2013) (Reiter & Walsh ,2010).
Selain itu dalam kasus ini ibu juga memiliki riwayat pre eklampsia yang
dapat meningkatkan kejadian asfiksia pada neonatus. Berdasarkan studi, neonatus
yang lahir dari ibu yang mengalami preeklamsia adalah 7,94 kali lebih mungkin
mengalami asfiksia perinatal daripada neonatus dari ibu tanpa preeklamsia. ini di
kesepakatan dengan studi yang dilakukan di universitas di Nigeria oleh (I. Aliyu, T.
O. Lawal, and B. Onankpa, 2017), Nairobi (E. K. Kibai, 2017), dan di Pakistan
yang dilakukan oleh (F. Tabassum, A. Rizvi, S. Ariff, S. Soofi, and Z. A. Bhutta,
2014). Alasan mengapa preeklamsia merupakan faktor risiko asfiksia perinatal
dapat disebabkan oleh: penurunan aliran darah ke janin yang dapat menyebabkan
hipoksia dan akhirnya asfiksia perinatal.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny. R mencakup tentang
penanganan awal, penilaian selintas, hingga pemberian Ventilasi Tekanan Positif
dan berakhir pada asuhan pascaresusitasi. Penatalaksanaan telah dilakukan sesuai
dengan diagnosa, masalah, dan kebutuhan yang telah dibuat yaitu saat bayi lahir
dan didapatkan tanda-tanda asfiksia berupa bayi tidak segera menangis, seluruh
tubuh dan ekstremitas kebiruan dan tonus otot lemah, APGAR skor berada di angka
5. Kami melakukan penatalaksanaan dengan menjaga kehangatan, atur posisi bayi,
isap lendir, berikan oksigen 2 liter per menit, lalu keringkan dan rangsang taktil
serta muscle pumping, caranya dengan menggosok bagian belakang, menggosok
telapak kaki kemudian menggerakan kedua kaki bayi, posisi kedua lutut dilipat
menuju kearah dada bayi, kemudian atur posisi kembali, dan nilai. Hal ini sesuai
dengan teori Hidayat (2011), Asfiksia cara mengatasinya yaitu bersihkan jalan
napas, berikan oksigen 2 liter per menit, dan rangsang pernapasan dengan menepuk
telapak kaki.
Evaluasi yang didapatkan yaitu di menit ke 5 Bayi Ny. R sudah bisa
menangis meskipun nafasnya masih megap-megap, kulit badan dan ekstremitas
sudah kemerahan, denyut jantung dalam batas normal, namun tonus ototnya sudah
baik dan APGAR skor nya 5 pada menit ke 5 dan pada menit ke 10 APGAR
skornya menjadi 7, serta keadaan bayi sudah stabil. Selanjutnya dilakukan konsul
dokter spesialis anak dan mendapatkan advis untuk dirawat di ruang neonatus.
s 36
37
s 37
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan management Varney
dengan tahap-tahap manajemen asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa/ masalah potensial, tindakan antisipasi, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat asuhan
kebidanan kegawatdaruratan neontatal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian didapatkan data subjektif dan dari data objektif dari
neonatus, berdasarkan data yang telah didapat melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan observasi.
2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan.
3. Pada kasus tersebut, perencanaan yang dibuat berdasarkan masalah yang
ada dimana perencanaan ini dibuat untuk memberikan asuhan kepada
neonatus dan mengatasi masalah yang ada.
4. Pada kasus tersebut, pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
5. Pada kasus tersebut, evaluasi yang didapatkan dari perencanaan yang telah
dilakukan, dimana evaluasi yang ada untuk menilai perencanaan apa yang
telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
memberikan asuhan terkait asfiksia neonatorum.
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi
khususnya tentang asuhan kebidanan pada kasus asfiksia neonatorum.
s 38
39
s 39
40
DAFTAR PUSTAKA
Andayasari, L., Muljati, S., Sihombing, M., Arlinda, D., Opitasari, C., Mogsa, D. F., &
Widianto, W. (2015). Proporsi Seksio Sesarea dan Faktor yang Berhubungan
dengan Seksio Sesarea di Jakarta. Buletin Penelitian Kesehatan.
https://doi.org/10.22435/bpk.v43i2.4144.105-116
Anik Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta :
Trans Info Medika.
Dwienda, Octa, dkk, (2014) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak pra
Sekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta. Deepublish
E.K. Kibai, Perinatal factors associated with birth asphyxia among neonates in maternity
ward Kakamega County Reera O Hospital, Kenya, MMUST Digital Repository,
2017
F. Tabassum, A. Rizvi, S. Ariff, S. Soofi, and Z. A. Bhutta, “Risk factors associated with
birth asphyxia in rural district Matiari, Pakistan: a case control study,”
International Journal of Clinical Medicine, vol. 5, no. 21, pp. 1430–1441, 2014.
G. Gebreheat, T. Tsegay, D. Kiros et al., “Prevalence and associated factors of perinatal
asphyxia among neonates in general hospitals of Tigray, Ethiopia, 2018,”
BioMed Research International, vol. 2018, Article ID 5351010, 7 pages, 2018.
Ghai et al., 2012, Pencegahan Dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.Health
Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia
I. Aliyu, T. O. Lawal, and B. Onankpa, “Prevalence and outcome of perinatal asphyxia:
our experience in a semi-urban setting,” Tropical Journal of Medical Research,
vol. 20, no. 2, pp. 161–165, 2017
J. M. Whitfield, D. S. Charsha, and A. Chiruvolu, “Prevention of meconium aspiration
syndrome: an update and the Baylor experience,” Baylor University Medical
Center Proceedings, vol. 22, pp. 128–131, 2009
Lockhart Anita dan Saputra Lyndon. 2014. Asuhan Kebidanan Fisiologis dan
Patologis. Tanggerang: BINARUPA AKSARA Publisher
N. A. Ibrahim, A. Muhye, and S. Abdulie, “Prevalence of birth asphyxia and associated
factors among neonates delivered in Dilchora Referral Hospital, in Dire Dawa,
Eastern Ethiopia,” Clinics Mother Child Health, vol. 14, no. 4, p. 279, 2017.
M. Krishnan and S. Padarthi, “A prospective study on intrapartum risk factors for birth
asphyxia,” IOSR Journal of Dental and Medical Sciences, vol. 15, no. 9, pp. 04–
07, 2016.
M. Solayman, S. Hoque, T. Akber, M. I. Islam, and M. A. Islam, “Prevalence of
perinatal asphyxia with evaluation of associated risk factors in a rural tertiary
level hospital,” KYAMC Journal, vol. 8, no. 1, pp. 43–48, 2017.
Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction
Publishing.
Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L (2013). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita (3th
ed). Jakarta: TIM.
s 40
41
Saleha, S. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sudarti dan Fauziah. A. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Hal 4
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : EGC.
Y. Kibret, G. Hailu, and K. Angaw, “Determinants of birthasphyxia among newborns in
Dessie Town Hospitals, North Central Ethiopia,” International journal of Sexual
Health and Reproductive Health, vol. 1, no. 1, pp. 1–12, 2018.
Yulianti, L (2015). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita (3th ed). Jakarta: TIM.
s 41