“PEMERIKSAAN PERSALINAN”
DOSEN PEMBIMBING :
Rosita Syaripah,S.SiT,.M.Keb
DISUSUN OLEH :
Kelas IIA
Dosen Pembimbing
Rosita Syaripah,S.SiT,.M.Keb
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................3
1. Tujuan Umum................................................................................3
2. Tujuan Khusus...............................................................................3
C. Manfaat Penelitian.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Kesimpulan............................................................................................31
B. Saran......................................................................................................31
DARTAR PUSTAKA..........................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
murni (frankbreech), 5-10% adalah presentasi bokong kaki sempurna
(completebreech)dan 10-30% adalah presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (incomplete breech presentation)
(Wiknjosastro, 2005:215).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Grobogan diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 38 kasus AKI dan
305 kasus AKB. Dan pada tahun 2014 terdapat 43 kasus AKI dan 460
kasus AKB. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus AKI
dan kasus AKB dari tahun ke tahun (Dinkes Kabupaten Grobogan, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Grobogan diketahui bahwa jumlah AKI pada persalinan presentasi bokong
(sungsang) mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Jumlah
AKI pada persalinan presentasi bokong (sungsang) pada tahun 2013
diketahui sebanyak 7 kematian (18,4%) dari keseluruhan jumlah total
kematian. Sedangkan AKI pada persalinan presentasi bokong (sungsang)
pada tahun 2014 diketahui sebanyak 9 kematian (20,9%) dari keseluruhan
jumlah total kematian.
Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Wirosari I
diketahui bahwa di Wilayah Puskesmas Wirosari I pada tahun 2013
terdapat 30 (3,9%) persalinan presentasi bokong dari jumlah 764
keseluruhan persalinan, dimana semua pasien (100%) dirujuk ke tingkat
pelayanan selanjutnya. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 24 (3,2%)
persalinan presentasi bokong dari jumlah 606 keseluruhan persalinan,
dimana semua pasien (100%) dirujuk ke tingkat pelayanan selanjutnya
(Data Laporan Pasien Puskesmas Wirosari I, 2014).
Meskipun jumlah persalinan presentasi bokong di Wilayah
Puskesmas Wirosari I mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
namun resiko dan jumlah angka kematian prenatal dengan persalinan
presentasi bokong yang tinggi perlu di waspadai. Pertolongan persalinan
dengan presentasi bokong memerlukan perhatian karena dapat
menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan
kematian bayi (Sarwono, 2002:47).
v
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengambil sebuah studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Ny. S GII PI A0 dengan Presentasi Bokong Murni di Puskesmas
Wirosari I Kabupaten Grobogan”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
vi
Memberikan pengalaman yang berharga bagi penulis memperluas
wawasan dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan
ibu bersalin dengan presentasi bokong murni.
2. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai studi pustaka dan bahan bacaan ilmiah dan
kerangka konsep perbandingan untuk pengembangan kualitas ilmu
kebidanan.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan yang akhirnya menimbulkan kesadaran untuk
mendeteksi dini masalah yang muncul pada ibu bersalin dengan
presentasi bokong murni.
4. Bagi Lahan Praktik / Nakes
Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan kebidanan ibu bersalin
dengan presentasi bokong murni.
vii
BAB II
PEMBAHASAN
PENUNTUN BELAJAR
PERSALINAN NORMAL
LANGKAH / TUGAS KASUS
1 2 3 4 5
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya
Perineum menonjol
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan, yaitu :
Partus set :
2 klem kelly atau kocher
Gunting tali pusat
Benang tali pusat
½ kocher
1 ½ pasang sarung tangan DTT
Kateter nelaton
Gunting episiotomi
Kassa secukupnya
Kapas DTT dalam tempatnya
Spuit 2 ½ atau 3 ml
1 ampul oksitosin 10 U
Kapas alkohol dalam tempatnya
DeLee
2 kain bersih
2 handuk
Celemek plastic
Perlengkapan perlindungan pribadi : masker, kaca mata, alas kaki
tertutup
Perlak
Linec
Tensimeter
Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya
5
6
MENERAN
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang)
Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu
Menganjurkan asupan cairan per oral
Menilai denyut jantung janin setiap lima menit
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran
pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Sediakan tempat untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi
persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu tempat yang datar alas
keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk. Dengan lampu sorot 60 watt
(jarak 60 cm dari tubuh bayi)
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu
16) Membuka partus set
8
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
VII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernafas cepat saat kepala lahir.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir
DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap
yang baru dan bersih
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat, dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior
Lahinya Badan dan Tungkai
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berda di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterio (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
VII. PENANGAN BAYI BARU LAHIR
25) Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban
tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal), kemudian
9
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan)
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting, dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang
sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
Oksitosin
uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali pusat
selama 15 menit :
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepasakan selaput yang
tertinggal
Rangsangan Taktil (Pemijatan) Uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan kanan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras ).
IX. MENILAI PERDARAHAN
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42) Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik
Mengevaluasi perdarahan pervaginam
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air didensinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati di
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
11
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin
0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
Evaluasi
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan mengunakan teknik yang
sesuai.
50) Mengajarkan ibu / keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus
51) Mengevaluasi kehilangan darah
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascapersalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
Kebersihan dan Keamanan
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
56) Memastikan ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5%, dan membilasnya dengan air bersih
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
12
Teori:
Gejala dan tanda persalinan kala II adalah sebagai berikut.
1. Ibu merasa ingin meneran seiring dengan bertambahnya kontraksi.
Rasa ingin meneran disebabkan oleh tekanan kepala janin pada
vagina dan rektum, serta tekanan oleh uterus yang berkontraksi lebih
kuat dan lebih sering.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya Tekanan di rektum dan vagina disebabkan oleh daya
dorong uterus dan turunnya kepala ke dasar panggul.
3. Perineum menonjol yang disebalbkan penurunan kepala janin
sebagai akbat dari kontraksi yang semakin sering.
4. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka. Membukanya vulva-vagina
dan sfingter ani terjadi akibat adanya tahanan kepala janin pada
perineum.
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.Lendir
bercampur darah ini merupakan lendir yang berasal dari jalan lahir
akibat turumnya kepala ke dasar panggul.
a. Teori :
Pelindung pribadi merupakan penghalang atau barier antara penolong
dengan bahan- bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit.
Oleh sebab itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang
bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong
persalinan. Selain itu, gunakan juga masker penutup mulut dan
pelindung mata (kacamata) yang bersih dan nyaman. Kenakan semua
pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta, serta saat
melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
a. Teori :
Sarung tangan DTT atau steril harus selalu dipakai selama melakukan
periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan
laserasi, dan asuhan segera bagi bayi baru lahir. Sarung tangan
desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari
perlengkapan untuk menolong persalinan (partus set) dan prosedur
penjahitan (rnetruring atau hecting set). Sarung tangan harus diganti
apabila te:kontaminasi, robek, atau bocor.
Langkah 8 : Amniotomi
a. Teori :
Teknik aseptik
Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi
baru lahir, dan penolong. Teknik asepsis meliputi penggunaan
perlengkapan pelindung pribadi, antisepsis, dan menjaga tingkat
sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi.
Amniotomi
a. Teori :
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat
bedah, sarung tangan, dan benda lainnya yang telah tercemar. Hal
penting sehelum membersikkan adalah mendekontaminasi alat tersebut
dengan merendamnya dalam laru:an klorin 0.5% selama 10 menit.
Larutan klorin terbuat dari sodium hipoklorit yang umurmnya tidak
mahal dan merupakan produk dengan reaksi yang paling cepat dan
efektif pada proses dekontaminasi, tetapi ada juga bahan lainnya yang
bisa digunakan seperti etil atau isopropyl alkohol 70 % dan bahan
fenolik 0,5-3%.
15
a. Teori :
Pemberian informasi.
Ibu dan suami harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan
persalinan dan perkembangannya selama proses persalinan. Setiap
pengobatan atau intervensi yang mungkin dan akan dilakukan harus
dijelaskan terlebih dahulu. Ibu dan suaminya dilibatkan dalam
pengambilan keputusan
Mobilitas.
Ibu dianjurkan untuk mengubah posisi dari waktu ke waktu agar
merasa nyama dan mungkin persalinan akan berjalan lebih cepat
karena ibu merasa menguasai keadaan. Jika ibu bisa didorong untuk
tetap tegak dan bergerak, persalinan mungkin akan berjalan lebih cepat
dan ibu akan lebih merasa menguasai keadaan terutama jika ia
didorong untuk mengubah posisi dari waktu ke waktu agar bisa merasa
senyaman mungkin.
a. Teori :
Jika pembukaan sudah lengkap, tetapi ibu tidak ada dorongan
untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila
ibu masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan).Posisi berdiri dapat
membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk
meneran.Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung yaitu
bernapas melalui hidung dan menge uarkannya melalui mulut, pantau
16
a. Teori :
Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain bersih
dan kering yang dilipat %nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain
atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera
setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain
bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala
bayi. Hal ini berguna untuk melindungi perineum dan mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati. Cara ini dapat
mengurangi regangan berlebilhan (robekan) pada vagina dan
perineum. Tekanan ke arah bawah melibatkan lebih banyak jaringan
dan gerakan ke arah dalam menyebarkan setiap jaringan tambahan ke
arah bagian tengah perineum sehingga dapat mengurangi regangan.
Tangan berada di bawah kain bersih dan kering untuk mencegah
terkontaminasinya tangan terhadap tindakan menggosok orifisium
vagina.
Tahan bagian belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
Menahan kepala bayi dengan menempatkan ujung-ujung jari pada
verteks yang berada pada introitus vagina. Bidan harus berhati-hati
agar jari-jari tidak terselip ke dalam vagina sepanjang sisi kepala
17
a. Teori :
Usap muka bayi dengan kain/kasa bersih atau DTT untuk
membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi. Jangan
melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut, serta hidung
bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut
secara alamiah dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir.
Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul pengisap dapat
menventuh daeran orofaring yang kaya dengan persarafan parasimpatis
sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi ini
menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikarda dan/atau henti
napas (apnea) sehingga dapat menyelamatkan jiwa bayi. Dengan alas
tersebut, maka pengisapan lendir secara rutin tidak dianjurkan.
a. Teori :
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan
bernapas cepat.Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika
ada dan lilitan di leher cukup longgar, maka lepaskan lilitan tersebut
melalui kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat, maka jepit tali
pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong
tali pusat di antara 2 klem tersebut. Manuver tangan untuk memeriksa
lilitan tali pusat ini yaitu dengan menempatkan ujung jari salah satu
tangan pada oksiput dan kemudian gerakkan tangan tersebut ke bawah
lengkung kepala bayi sampai punggung bayi setinggi puncak bahu dan
usap bahu dalam dua arah, raba tali pusat.
a. Teori :
1. Setelah menyeka mulut, hidung bayi, dan memeriksa tali pusat,
tunggu kontraksi berikutnya sehingga terjadi putaran paksi luar
secara spontar. Letakkan tangan di bawah setengah bagian atas
kepala bayi sambil terus memperhatikan. Tidak perlu tergesa-gesa
atau mengintervensi dengan merotasi bahu secara manual kecuali
jika tali pusat sudah dipotong. Hal ini dilakukan untuk memberi
topangan pada kepala. Dengan mempertahankan tangan tepat di
bawah kepala bagian atas dan mempertahankan jari-jari jauh dari
rektum dapat mencegah kontaminasi
2. Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi sehingga jari-
jari menuniuk ke arah wajah bayi dan jari-jari kelingking berada
paling dekat dengan perineumibu.Posisi tangan ini mencegah
kontaminasi dari rektum.
3. Minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan
lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis pubis dan
19
a. Teori :
1. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah
perineum dengan melewati kepala dan leher bayi, sanggah bahu
dan lengan atas bayi pada tangan tersebut
2. Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan
tangan posterior saatmelewati perineum. Tangan ini mutlak
penting untuk mengontrol lengan atas, siku, dan tangan bahu
belakang saat bagian-bagian ini dilahirkan karena jika tidak,
tangan atau siku dapat tergelincir keluar dan menimbulkan
laserasi perineum.Laserasi dapat dicegah jika tangan
mempertahankan lengan atas menekan tubuh sampai siku dan
tangan telah melewati perineum.
3. Tangan bawah (posterior) menopang bagian lateral tubuh bayi
saat lahir. Posisi tangan saat ini adalah tangan bagian bawah dan
ibu jari berada di punggung bayi, jari-jari di dada bayi, leher bayi
berada pada posisi V, yang terbentuk antara ibu jari dan jari yang
lain, serta kepala bayi disokong oleh pergelangar tangan.
Tindakan ini memungkinkan penolong menahan bayi sehingga
penolong dapat mengontrol kelahiran badan bayi yang tersisa
dan menempatkan bayi dalam rengkuhan tangan penolong tanpa
ada kemungkinan tergelincir melewati badan atau tangan atau
jari-jari penolong.
20
a. Teori :
Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi
dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan kepala bayi
tertutup dengan baik. Pertahankan satu tangan pada bayi saat penolong
menggunakan tangan yang lain untuk mengambil bahan dan alat yang
diperlukan untuk pengisapan dan mengeringkan bayi, mengklem,
memotong tali pusat, dan sebagainya.Hal ini merupakan tindakan
pengamanan yang melindungi bayi dari meluncur, jatuh atau lepas dari
abdomen ibu.
21
a. Teori :
1. Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat
dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat)
bayi.
2. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada
saat dilakukan pemotongan tali pusat).
3. Lakukan jepitan kedua dengan jarak 2 cm dari jepitan pertama
pada sisi atau mengarah ke ibu.
a. Teori :
Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di antare kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
a. Teori :
1. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut bayi
dengan selimut atau kain yang bersih dan kering.
2. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu.Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
22
3. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
a. Teori :
5. Pemberian Suntikan Oksitosin
7. Mengeluarkan Plasenta
Struktur plasenta :
Fungsi plasenta :
Tali pusat
1. Dua arteri dan satu vena yang berbeda dalam tali pusat menghubungkan
system kardiovaskuler janin dengan plasenta
2. Pada beberapa kasus dilaporkan adanya bentuk tali pusat yang tidak
normal, misalnya terlalu kecil dan berpilin, tersimpul, terlalu besar,
terlalu panjang, terlalu pendek dll.
a. Teori :
Luka Perinium
a. Teori :
Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk menurunkan
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan dan
barang-barang lain yang dipakai kembali adalah :
a. Teori :
ASI merupakan makanan alami yang pertama untuk bayi. ASI telah
mencukupi semua kebutuhan energi dan nutrisi yang bayi perlukan selama
bulan-bulan pertama kehidupan hingga berusia 6 bulan, sehingga pemberian
susu formula atau makanan tambahan sebelum usia 6 bulan belum
diperlukan. Selain itu, ASI mencukupi setengah dari kebutuhan bayi usia 6-
12 bulan dan sepertiga dari balita usia 1-2 tahun.
Pada ASI terdapat sistem kekebalan tubuh yang terkandung dalam protein-
protein seperti lactoferin dan IgA yang berfungsi melindungi bayi dari
infeksi kuman-kuman seperti bakteri, virus maupun parasit. Pemberian ASI
eksklusif 6 bulan tanpa pemberian susu formula dapat mengurangi angka
kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit seperti diare atau radang paru-
paru dan membantu mempercepat proses penyembuhan.
a. Teori :
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat, karena
darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin, dan mungkin
terserap handuk, kain atau sarung. Meletakkan wadah atau pispot dibawah
bokong ibu bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah
juga tidak mencerminkan asuhan sayang ibu karena berbaring di atas wadah
atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan
menyusui bayinya.
a. Teori :
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala
IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60
mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul
kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
30
1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
3. Bekuan darah banyak.
4. Bau busuk dari vagina.
5. Pusing.
6. Lemas luar biasa.
7. Kesulitan dalam menyusui.
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
a. Teori :
Dekontaminasi adalah proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh staf sebelum dibersihkan (meng-inaktifasi HBV, HBC, dan
HIV) dan mengurangi, tetapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi.
31
Pembersihan adalah proses yang secara fisik membuang semua debu yang
tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek. Proses terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas
dengan air bersih, dan mengeringkan.
a. Teori :
Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran
infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
a. Teori :
Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I persalinan untuk
keselamatan ibu, hasil observasi dicatat didalam patograf. Patograf
membantu bidan mengenali apakah ibu masih dalam kondisi normal atau
mulai ada penyulit. Dengan selalu menggunakan patograf, bidan dapat
mengambil keputusan klinik dengan cepat dan tepat sehingga dapat
terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan ibu bersalin. Patograf
dilengkapi halaman depan dan halaman belakang untuk diketahui dengan
lengkap proses persalinan kala I sd IV.
a)Nama, umur
b)Gravida, para, abortus (keguguran)
c)Nomor catatan medis/nomor puskesmas
d)Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
e) Waktu pecahnya selaput ketuban
2. Kondisi janin :
a) DJJ
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan (molase) kepala janin
3. Kemajuan persalinan :
33
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak
5. Kontraksi uterus :
a) Frekuensi dan lamanya
7. Kondisi ibu :
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
b) Urin (volume, aseton atau protein)
c) Asupan cairan dan nutrisi
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom
yang tersedia di sisi patograf atau di catatan kemajuan persalinan)
a) Halaman belakang patograf diisi setelah kelahiran berlangsung,
semua proses, tindakan dan obta-obatan serta observasi yang
dilakukan dicatat dilembar ini. Data ini penting jika tiba-tiba ibu
mengalami penyulit di klinik atau setelah dirumah.
A. Kesimpulan
B. Saran
34
DARTAR PUSTAKA
Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Rohani, Saswita Reni, dan Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa
Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika.
Gulardi.2008.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : departemen
Kesehatan RI