Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAAN MASA PERSALINAN

KALA III (SOAP)

“RETENSIO PLASENTA”

Dosen Pengampu:

Sri Ningsi destriani, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Mesha suci ramadhani_F0G021055


2. Yolanda Herliani W_F0G021066
3. Delvina Anestasyah.A.N_F0G02107
4. Revita AG_F0G021074

PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kegawatdaruratan Syok Obstetric (Pengkajian
Soap).Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bunda Sri Ningsi destriani,
S.ST.,M.Keb., selaku dosen mata kuliah Gadar Maternal Neonatal. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu kebidanan dan pengetahuan bagi kita
semua.

Bengkulu, 4 maret 2023

Penulis kelompok 5
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
1.3.Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A.Pengkajian soap...................................................................................................................................6
B.Konsep dasar retensio plasenta..........................................................................................................10
1.Pengertian retensio plasenta..........................................................................................................10
2.Etikologi atutonia uteri...................................................................................................................10
3.Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari retensio plasenta yaitu:...................................................11
4.Jenis Retensio Plasenta...................................................................................................................13
5.Patofisiologis…………………………………………………………………………………………………………………………......13

6.Bentuk Pelepasan Plasenta Terdapat 2 bentuk pelepasan plasenta, yaitu:....................................13


7.Faktor Predisposisi Faktor predisposisi Retensio Plasenta yaitu:....................................................14
8.Kebiasaan Jenis Retensio Plasenta..................................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................16
PENDOKUMENTASIAN SOAP.....................................................................................................................16
BAB IV........................................................................................................................................................24
PEMBAHASAN DARI MATERI.....................................................................................................................24
BAB V.........................................................................................................................................................25
PENUTUP...................................................................................................................................................25
A.Kesimpulan.........................................................................................................................................25
B.Saran..................................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab resiko perdarahan yang terjadi segera
setelah persalinan dan menjadi faktor penyumbang kematian ibu di indonesia. Apabila retensio
plasenta ini tidak ditangani dengan cepat dan tidak mendapatkan perawatan medis yang tepat,
Maka akan sangat berbahaya bagi kondisi ibu, Bahkan dapat mengancam jiwa ibu bersalin.
Retensio plasenta akan semakin beresiko apabila terjadi pada multipara, grandemultiparitas dan
usia ibu yang lebih dari 35 tahun, Hal ini berhubungan dengan menurunnya kualitas dari tempat
implantasi, Selain pada usia dan paritas, Retensio plasenta juga semakin beresiko pada persalinan
dengan riwayat sesarea pada persalinan sebelumnya. (Widiastini, 2018)

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017 di negara india AKI
mencapai 122 per 100.000 kelahiran hidup, Salah satu Penyebabnya adalah perdarahan karena
retensio plasenta yang mencapai 15-20%, Dan insidennya adalah 0,8 – 1,2% untuk setiap
kelahiran. Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab
kematian nomor satu (40% - 60%) kematian ibu di Indonesia. Menurut (Rakernas 2019) di
gedung ICE BSD Serpong, menyatakan bahwa penyebab kematian ibu yang diakibatkan oleh
perdarahan karena retensio plasenta mencapai 27.03%. Di Jawa timur jumlah Angka.

Kematian Ibu (AKI) yang diakibatkan oleh retensio plasenta pada tahun 2019 mencapai
24,23%. (Profil kesehatan jatim, 2019), Di kabupaten mojokerto jumlah Angka Kematian Ibu
(AKI) pada tahun 2019 mencapai 89,60 % (Dinkes kabupaten mojokerto, 2019), Salah satu
penyebabnya adalah perdarahan yang diakibatkan oleh retensio plasenta yang mencapai 20,3 %
(Dinkes kabupaten mojokerto, 2018).

Retensio plasenta disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu faktor maternal,
faktor uterus dan faktor plasenta. Faktor maternal terdiri dari gravida tua dan multiparitas, faktor
uterus terdiri dari bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak efektifnya kontraksi
uterus, bekas kuretase uterus, dan bekas pengeluaran manual plasenta, sedangkan untuk yang
faktor plasenta terdiri dari plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan
bentuk plasenta. (Fitriana, 2020)

Retensio plasenta dapat mengakibatkan perdarahan berlebih pada ibu bersalin dan sangat
beresiko bagi kondisi ibu yang mengalaminya. Apabila plasenta yang tertahan didalam rahim
tidak juga dikeluarkan, Maka pembuluh darah tempat melekatnya organ tersebut akan terus
mengalami perdarahan. Rahim juga tidak dapat menutup dengan sempurna, Sehingga sulit untuk
menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung akibatnya akan menimbulkan resiko
kehilangan banyak darah, bahkan mungkin disertai dengan infeksi. Saat ini belum ada tindakan
yang benarbenar bisa dilakukan untuk mencegah plasenta yang tertinggal didalam

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengkajian data dan penanganan kegawatdaruratan maternal pada


persalinan kala III dengan ibu yang mengalami retensio plasenta

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengkajian data dan penanganan kegawatdaruratan maternal pada


persalinan kala III dengan ibu yang mengalami retensio plasenta
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengkajian soap
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalm bentuk SOAP. Metode
ini membanatu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian berdasarkan teori yang
ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya. Pendokumentasian SOAP terdiri dari :
a. S (Subjektif) Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh
dari hasil anamnesa (wawancara).Data subjektif Ibu mengatakan perutnya terasa
mulas dan plasenta belum lahir.
b. O (Objektif) Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang menjadi data
fokus untuk mendukung pemberian asuhan pada ibu dengan autonia uteri Data
objektif Pemeriksaan fisik: Palpasi pada abdomen daerah perut didapatkan uterus
tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang baik, TFU 1 jari diatas pusat dan vesika
urinaria teraba agak menonjol serta terjadi perdarahan segera setelah anak lahir
(postpartum primer).
c. A (Analisa) Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data
objektif yang didapat.
d. P (Penatalaksanan) Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan
kepada klien sesuai dengan analisa.Penatalaksanaan. Penanganan retensio plasenta
berupa pengeluaran plasenta apabila plasenta belum lahir dalam satu setengah jam
sampai satu jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan.
Jika plasenta tetap melekat, tidak ada tindakan lain yang harus dilakukan sebelum
dokter diberi tahu. Kemungkinan pemisahan manual dapat diindikasikan. Jika
plasenta dapat di palpasi di dalam vagina, kemungkinan pemisahan telah terjadi, dan
jika uterus berkontraksi dengan baik, upaya maternal (mengejan) dapat dianjurkan.
Jika terjadi keraguan, bidan harus memakai sarung tangan steril sebelum melakukan
pemeriksaan vagina untuk memastikan terjadinya pemisahan. Sebagai upaya terakhir,
jika ibu tidak mampu mengejan secara efektif, tekanan fundus dapat dilakukan.
Uterotonik harus diberikan sebelum tekanan fundus dilakukan. Kecermatan yang
tinggi harus dilakukan untuk memastikan bahwa pemisahan plasenta sudah terjadi
dan uterus berkontraksi dengan baik. Ibu harus rileks saat bidan member tekanan ke
bawah dan ke belakang pada fundus yang sedang berkontraksi kuat.
Metode ini dapat menyebabkan nyeri yang cukup berat dan disstres pada ibu dan
mengakibatkan peregangan dan memar pada ligament uterus penopang. Jika
dilakukan tanpa kontraksi uterus yang baik, inverse akut dapat terjadi. Hal ini
merupakan prosedur yang sangat
berbahaya jika dilakukan oleh tangan yang tidak trampil dan tidak dianjurkan
dalam praktik sehari-hari jika dapat dilakukan metode yang lain yang lebih aman.
Pelepasan plasenta secara manual. Hal ini harus dilakukan oleh dokter. Infuse
intravena dipasang dulu dan anestetik bekerja secara efektif. Pilihan anesthesia yang
digunakan bergantung pada kondisi umum ibu. Jika anestetik epidural efektif sudah
diberikan dan masih bekerja, tambahannya dapat diberikan untuk menghindari
anestesi umum. Anestetik spinal merupakan alternatif lain, tetapi jika waktu
merupakan faktor yang sangat mendesak, anestetik umum dapat dilakukan.
Pelepasan manual dilakukan dengan tindakan aseptik penuh dan kecuali jika
terdapat kedaruratan yang memaksa, tindakan ini tidak boleh dilakukan sebelum
memastikan keadekuatan kerja analgesia pada ibu. Dengan tangan kiri, tali pusat
dipegang dan direntangkan, sedangkan tangan kanan ditangkupkan dan dimasukan ke
dalam vagina dan uterus sesuai arah tali pusat. Setelah letak plasenta ditemukan, tali
pusat dilepaskan sehingga tangan kiri dapat digunakan untuk menopang fundus pada
abdomen, untuk mencegah rupture uterus bagian bawah. Operator akan merasakan
adanya pelepasan tepian plasenta. Jari-jari tangan direntangkan dan tepi diselipkan
tangan secara di antara plasenta dan dinding uterus, dengan telapak tangan
menghadap plasenta. Secara perlahan, plasenta dilepaskan dari dinding uterus dengan
gerakan mengiris dari arah tepi. Setelah lepas sepenuhnya, tangan kiri merangsang
kontraksi dan tangan kanan dikeluarkan dengan plasenta dalam genggaman. Plasenta
harus segera diperiksa kelengkapannya sehingga eksplorasi uterus lebih lanjut dapat
dilakukan tanpa keterlambatan. Obat uterotonik diberikan setelah plasenta terpisah
sepenuhnya.
Pada situasi yang sangat khusus, yaitu ketika tidak ada dokter yang dapat
dipanggil, bidan diharapkan dapat melakukan pelepasan plasenta secara manual.
Setelah mendiagnosis adanya retensi plasenta sebagai penyebab perdarahan
pascapartum, bidan harus bertindak cekatan untuk menurunkan risiko awitan syok
dan kehilangan darah. Harus diingatkan bahwa risiko terjadinya syok akibat
pelepasan plasenta secara manual lebih besar jika anestetik tidak diberikan. Di Negara
maju, bidan jarang berhadapan langsung dengan situasi ini.
Peran bidan dalam penatalaksanaan retensio plasenta meliputi:
a. Melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu yang melahirkan
melalui vagina.
b. Bila plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM
dosis kedua.
c. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk
memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih.
d. Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso-kranial.
e. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum
lahir dalam waktu 30 menit.
f. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan
penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir,
rujuk segera.
g. Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
h. Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan standar
Adapun prosedur melakukan manual plasenta adalah sebagai berikut:
a. Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan
cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti cairan yang
hilang
b. Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
c. Melakukan anastesia verbal atau algesia per rectal.
d. Menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahan infeksi.
e. Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.
f. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
g. Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
h. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
i. Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
j. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
k. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila
plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu). Bila di korpus depan
maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterio ibu).
l. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan
m. Apabila terjadi atonia uteri, segera lakukan kompresi bimanual uterus dan
berikan suntikan Ergometrin 0,2 mg IM atau IV sampai kontraksi uterus baik.
n. Apabila kontraksi rahim tetap buruk dilanjutkan dengan tindakan sesuai
prosedur tindakan pada atonia uteri.
o. Melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus
kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan.
p. Mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan.
q. Melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
r. Mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir.
s. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
t. Memeriksa kembali tanda-tanda vital ibu.

B.Konsep dasar retensio plasenta


1.Pengertian retensio plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Istilah retensio plasenta dipergunakan
kalau plasenta belum lahir.Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau
keluar lebih dari 30 menit setelah persalinan.

2.Etikologi atutonia uteri


Mengetahui faktor resiko terjadinya atonia uteri sangat penting untuk mengetahui
penanganan perdarahan yang tepat sehingga tidak akan terjadi komplikasi bahkan
kematian pada perdarahan intra dan pasca salin, beberapa fakor resiko terjadinya
atonia uteri antara lain;
Penyebab uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan,
diantaranya pada hidramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan), pada kehamilan
gemeli (kembar), dan janin yang besar misalnya pada ibu pada diabetes mellitus.
Kala I dan II memanjang.
Retensio plasenta merupakan salah satu faktor risiko timbulnya kejadian
perdarahan post partum dan dapat terjadi 16-17% 17. Hal ini dapat berkaitan dengan
manajemen aktif kala tiga pelepasan plasenta, Tertinggalnya sisa plasenta dalam
uterus dapat menimbulkan kontraksi yang melemah.
Plasenta yang sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan
oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila sebagian kecil dari plasenta
masih tertinggal di dalam uterus disebut rest plasenta dan dapat menimbulkan
perdarahan post partum primer atau lebih sering sekunder.
Retensio plasenta dapat terjadi karena:
a. Fungsional:
1) His kurang kuat
2) Terhalang oleh kandung kemih yang penuh
3) Plasenta sulit lepas
b. Kelainan – Anatomik
1) Plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta
2) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
3) Plasenta sudah lepas, tetapi belum dilahirkan (disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala II)
4) Plasenta melekat erat pada dinding uterus karena villi korialis menembus
desidua sampai miometrium hingga di bawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta).

3.Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari retensio plasenta yaitu:
Mengenal tanda dan gejala sangat penting dalam penentuan diagnosis dan
penatalaksanaannya. Tanda dan gejala atonia uteri antara lain sebagai berikut :
a. Perdarahan pervaginam.
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak 500-1000 cc dan
darah tidak merembes, peristiwa yang sering terjadi pada kondisi ini adalah
darah keluar disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena tromnoplastin sudah
tidak mampu lagi berperan sebagai anti pembeku darah.
b. Konsistensi rahim lunak.

Gejala ini merupakan gejala terpenting atau khas atonia dan membedakan
atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.

c. Fundus uteri naik.


Disebabkan masih banyak darah yang sudah keluar dari pembuluh
darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus.
d. Terdapat tanda-tanda syok hipovolemik
 Nadi cepat dan lemah.
 Tekanan darah rendah.
 Pucat.
 Keringat / kulit terasa dingin dan lembab.
 Pernafasan cepat.
 Gelisah, bingung atau kehilang kesadaran.
 Urine yang sedikit
Adapun tanda dan gejala berdasarkan jenis retensio plasenta yaitu:
a. Separasi /akreta parsial Gejalanya:
1) Konsistensi uterus kenyal
2) Tinggi fundus sepusat
3) Bentuk uterus discoid
4) Perdarahan bisa sedang-banyak
5) Tali pusat terjulur didepan
6) Ostium uteri terbuka
7) Separasi plasenta lepas sebagian
8) Syok sering terjadi.
b. Plasenta inkarserata Gejalanya:
1) Konsistensi uterus keras
2) Tinggi fundus uterus 2 jari dibawah pusat
3) Bentuk uterus agak globuler
4) Perdarahan sedang
5) Tali pusat terjulur
6) Ostium uterus konstriksi
7) Separasi plasenta sudah lepas
8) Syok jarang terjadi
c. Plasenta akreta Gejalanya:
1) Konsistensi uterus cukup
2) Tinggi fundus uterus sepusat
3) Bentuk uterus discoid
4) Perdarahan sedang, sedikit bahkan tidak ada
5) Tali pusat tidak terjulur
6) Ostium uteri terbuka
7) Separasi plasenta melekat seluruhnya
8) Syok jarang sekali terjadi, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada
tali pusat.

4.Jenis Retensio Plasenta


a. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
bagian lapisan miometrium.
c. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
lapisan miometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh kontriksi ostium uteri.

5.Patofisiologis

Proses kala III yang didahuluui dengan tahap pelepasan/separasi plasenta akan
ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau plasenta sudah
lepas sebagian tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan Schulze), sampai
akhirnya tahap ekspilsi, plasenta lahir.
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi dengan
segera melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.

6.Bentuk Pelepasan Plasenta Terdapat 2 bentuk pelepasan plasenta, yaitu:


a. Schulze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan disini terjadi
hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya.
Plasenta dengan hematom di atasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas
selaput janin. Bagian plasenta yang nampak pada vulva ialah permukaan foetal,
sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik
Maka pada pelepasan plasenta secara Schultze tidak ada perdarahan sebelu
plasenta lahir dan sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru setelah terlepas
seluruhnya atau lahir, darah sekonyong-konyong mengalir. Pelepasan secara
Schulze adalah cara yang paling sering kita jumpai.
b. Duncan
Pada pelepasan secara Duncan pelepasan plasenta mulai pada pinggir
plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi
perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung
sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu.
Pelepasan secara Duncan terutama terjadi pada plasenta letak rendah.

7.Faktor Predisposisi Faktor predisposisi Retensio Plasenta yaitu:


a. Kelahiran prematur Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
b. Kontraksi uterus yang lemah
c. Tindakan manajemen aktif Kala III yang tidak benar.
Adapun faktor predisposisi lainnya yaitu:
a. Grandemultipara Persalinan lebih dari 4 kali.
b. Usia Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
c. Overdistensi rahim, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau bayi besar.
d. Partus lama Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan
lebih dari 18 jam pada multi.
e. Partus presipitatus
f. Kotiledon tertinggal
g. Riwayat atonia uteri
h. Plasenta akreta, inkreta dan perkreta i. Manajeman aktif kala III yang tidak
benar
i. Gangguan koagulopati seperti anemia dan hipofibrinogenemi.
Adapun faktor predisposisi lainnya yaitu:
a. Pembedahan uterus sebelumnya
b. Plasenta previa
c. merokok
d. Multiparitas grande.

8.Kebiasaan Jenis Retensio Plasenta


f. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
g. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
bagian lapisan miometrium.
h. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
lapisan miometrium.
i. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
j. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh kontriksi ostium uteri.
BAB III
PENDOKUMENTASIAN SOAP

PENGKAJIAN :
Hari/Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. Data subjektif
Identitas
Nama : Ny. N Nama : Tn. I
Usia : 37 tahun Usia : 42 tahun
Agama : Islama Agama :Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan: SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan:Wiraswasta
Golongan darah : A Golongan darah : -
Suku : Sunda Suku : Sunda
Alamat : RT 04/ RW 07 Kelurahan gading cempaka, Kecamatan kota Bengkulu

1. Keluhan utama
Tidak ada tanda tanda pelepasan Plasenta lahir selama 30 menit setelah bayi lahir
Ibu merasakan lemas dan sedikit pusing serta ibu tidak ada merasa mules setelah 30
menit bayi lahir
2. Riwayat menstruasi
Menarche: 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya: 5 hari
Disminorhea : tidak
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT :
TP :
a. Riwayat ANC
Frekuensi :
Trimester I : 3
Trimester II : 2
Trimester III : 3
b. Gerakan janin pertama kali di rasakan : 18 tahun
c. Keluan yang di rasakan
Trimester I : mual muntah
Trimester II : kepala sakit
Trimester III : pinggang sakit
d. Pola kebiasaanseharihari
1) Nutrisi
Sebelumhamil :
Ibumengatakanmakan 3 kali seharidenganporsisedangseperti: nasi, sayur,
laukdanbuahminum airputih 8-10gelasperhari
Sesudahhamil :
Ibumengatakanmakanmakan 1-2 kali
perharidenganposikecilseperti :nasisayurlaukpaukdanminum air
putihsebanyak 10gelasperhari
2) Eliminasi
Sebelum hamil :
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak bau, warnak has feses
BAK 4-6 kali, warnah kekuningan perhari
Sesudah hamil :
Ibu mengatakan BAB 1-2 kali sehari konsistensi lunak bau, warna khas
feses
BAK 5-8 kali, warnah kekuningan perhari
3) Istirahat/tidur
Sebelum hamil :
Ibu mengatakan tidut siang 30 menit tidur malam 8 jam
Sesudahhamil :
Ibumengatakantidursiang 1 jam dantidarmalam 8 jam
4) Seksual
Sebelumhamil :
Ibumengatakan 4 kali dalmasebulan
Sesudahhamil :
Ibumengatakan 1-2 kali dalamsebulan
5) Personal hygiene
Sebelumhamil :
Ibumengatakanmandi 2 kali sehari,menyikatgigi 3 kali sehari, keramas 1
minggu 2 kali
Sesudahhamil :
Ibumengatakanmandi 2 kali sehari,menyikatgigi 3 kali sehari, keramas 1
minggu 2 kali
e. Konsum siobat – obatan
Macam/jenis :
Frekuensi :
Alergiobat : -
f. Imunisasi TT
TT 1 : Sudah di berikan
TT 2 : Sudah di berikan
TT 3 : Sudah dilakulkan
4. Riwayat obstetric

Anak ke Uk Persalinan penolong Bb/tb penyulit Umur


di

1 38 Pmb Bidan 2800/52 10


minggu

2 39 Pmb Bidan 3000/53 7

3 38 Pmb Bidan 3100/52 5

4 Hamil ini
5. Riwayat kesehatan
a.Kesehatanibu yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti :hipertensi,DM, menahun seperti jantung,asma dan menular
seperti TBC,hepatitis,HIV/AIDS
b. Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti :hipertensi,DM, menahun seperti jantung ,asma dan menula
rseperti TBC,hepatitis,HIV/AIDS
c. Riwayat kembar
Ibu mengatakan dari kedua belah pihak tidak ada riwayat kembar
d. Riwayat oprasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan oprasi apapun
6. Keadaan psikososial
a. Kehamilaninikehamilan yang di harapkan
b. Perasaantentangkehamilanini
Ibumengatakansangatsenangdengankehamilanini,
tetapijugamerasacemasdengankeadaannyasaatini
c. Jeniskelamin yang di harapkan
Ibumengatakanlaki- lakimaupunperempuattidakmenjadimasalah
d. Dukungankeluargatentangkehamilanyasaatini
Ibumengatakansuamidankeluargasangatsenangdansangatmendukungataske
hamilanyasaatini.
e. Adatistiadat
Tidakadakebiasaanadatkhususdalam proses kehamilanya
B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum :lemah
Kesadaran :composmentis
Tandatada vital
 Tekanandarah : 90/70 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36.8C
 Pemeriksaanantropometri
Tinggi badan : 156 cm
Berat badan sebelum hamil : 60 kg Berat badan sesudah hamil : 90 kg
LILA : 30 cm
IMT : 22,25

2. Pemeriksaanfisik
a. Kepala
Warna rambut hitambersih, panjang, tidak adaketombe,tidak rontok, ada
nyeritekan.
b. Wajah
Simetrisya/tidak, ya/tidak terdapat cloasmagravidarum tidak terdapat edema
terlihat pucat dan berketingat
c. Mata
Konjungtiv aanemis sclera ikterik/anikterik, penglihatankabur
d. Hidung
Simetrisya/tidak,ya/tidak ada pernapasan cupinghidung, ya/tidak ada
penyumbatan, ya/tidaka dan yeritekan.
e. Mulut
Terjadipembekakanvaskulerpadagusimenjadihiperemikdanlunaksehinggagusi
biasanyamengalamiperdarahan
f. Leher
Ada pembesaran kelenjartiroid, ya/tidak ada pembesaran vena
jugularisdanya/tidakpembesarakelenjarlimfe.
g. Abdomen
inspeksi
ada bekas oprasi/tidak, tidak nyeri tekan pada epigastrium
Palpasi Leopold
TFU SEPUSAT
h. Ekstremitasatas
Teerlihat pucat dan dingin
Ekstremitasbawah
Tidak terdapat tiedemapadakeduatungkaikaki ,refleks fattela(+/+) terlihat
pucat dan dingin
i. Genetalia
Terdapat pengeluaran darah sebanyak 300 cc fari jalan lahir
j. Anus
adahemoroid/tidak
3. Pemeriksaanpenunjang
C. Analisa
P4A0 keadaan umum lemah dengan retensio plasenta
D. Perencanaan
Peran bidan dalam penatalaksanaan retensio plasenta meliputi:
i. Melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu yang melahirkan
melalui vagina.
j. Bila plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM
dosis kedua.
k. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk
memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih.
l. Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso-kranial.
m. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum
lahir dalam waktu 30 menit.
n. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan
penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir,
rujuk segera.
o. Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
p. Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan standar
Adapun prosedur melakukan manual plasenta adalah sebagai berikut:
u. Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan
cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti cairan yang
hilang
v. Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
w. Melakukan anastesia verbal atau algesia per rectal.
x. Menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahan infeksi.
y. Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.
z. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
aa. Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
bb. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
cc. Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
dd. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
ee. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila
plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu). Bila di korpus depan
maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterio ibu).
ff. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan
gg. Apabila terjadi atonia uteri, segera lakukan kompresi bimanual uterus dan
berikan suntikan Ergometrin 0,2 mg IM atau IV sampai kontraksi uterus baik.
hh. Apabila kontraksi rahim tetap buruk dilanjutkan dengan tindakan sesuai
prosedur tindakan pada atonia uteri.
ii. Melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus
kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan.
jj. Mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan.
kk. Melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
ll. Mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir.
mm. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
nn. Memeriksa kembali tanda-tanda vital ibu.
BAB IV
PEMBAHASAN DARI MATERI

Menurut kelompok kami isi soap asuhan data soap telah susui dengan materi yang telah
kelompok buat mengenai retensio plasenta yang dimana di lihat dari tanda dan gejala
yang di alami pada pasien yang menderita retensio plasenta dari data subjektif ibu
bersalin sudah usia lebih dari 30 tahun, ibu sudah mempunyai anak multi grande,setelah
bayi lahir setelah di suntuk ositosin itu tidak mengalami kontaksi kembali, TFU ibu
maish sepusat, tanda tanda vital ibu menurun dan terlalu cepat, terdapat pengeluran darah
di jalan lahir. Setelah bidan m melakukan pengumulan data dan pemeriksaan fisik lalu
meletakkan diagnose retensio plasenta maka bidan memberi asuhan memberikan asuhan
kebidanan sesuai dengan potensi bidan dan kewenangan bidan.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Istilah retensio plasenta dipergunakan kalau
plasenta belum lahir.Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar lebih
dari 30 menit setelah persalinan.

B.Saran
Diharapkan bidan dapat mempertahankan kualitas pelayanan dengan cara petugas
selalu melakukan tindakan sesuai SOP yang telah ditetapkan serta meningkatkan kembali
pelayanan sesuai standar dan kewenangan bidan serta meningkatkan upaya preventif
melalui deteksi dini pada antenatal care untuk mencegah kegawatdaruratan
DAFTAR PUSTAKA

Henny dkk,2021.analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan retensio plasenta pada ibu
bersalin. Jurnal kebidanan. (9) : 97-106
Syalfina dkk. 2021 menejemen kebidanan pada ibu bersalin retensio plasenta. Jurnal menejemen
kebidanan kesehatan yayasan RS dr suetomo. 7 (2) : 150-161
Fitriyani, 2020. Dampak Retensio Plasenta. Https://id.theasianparent.com/ari-ari-
Budiman, D. M. (2017) „Perdarahan Post Partum Dini e.c Retensio Plasenta‟,
Jurnal Medula Unila, 7(3), pp. 6–10.
Permata sari dkk faktor yang berhubungan dengan Kejadian Perlengketan Plasenta (Retensio
Placenta) di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih: Sebuah Studi Kasus Kontrol‟, Jurnal
ARKESMAS, 2(1), pp. 102–108
RSUD Pasir Pengaraian, 2019. Data penyakit Obstetri. Pasir Pengaraian : Rekam

Anda mungkin juga menyukai