LAPORAN REFLEKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Persalinan
Oleh ;
EKA OKTAVIA
205491517003
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur, penulis memanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas stase
Persalinan dengan berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Dengan Post Matur ”.
Dalam penyusunan tugas stase Persalinan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Retno Widowati, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional.
2. Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional, Koordinator Stase
Persalinan dan Dosen Pembimbing.
3. Sri Dinengsih, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Universitas Nasional.
4. Tim dosen pengajar ibu Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, ibu Jenny Siauta, S.ST, M.Keb, ibu
Dr. Siti Syamsiah,S.ST.,M.Keb, ibu Dewi Kurniati, S.SiT, M.Keb.
5. Teman-teman kelompok 1 dan pihak lain yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan masukan dalam penyelesaiaan tugas stase kehamilan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas stase kehamilan ini masih jauh dari sempurna.
Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan tugas stase persalinan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas stase
persalinan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca umumnya, dan bagi
penulis khususnya.
Jakarta, 13 Januari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ...................................................................................... 4
1.5 Manfaat .................................................................................................. 4
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Kasus Berdasarkan Data Subyektif ........................................... 17
4.2 Analisa Kasus Berdasarkan Data Obyektif ............................................ 17
4.3 Analisa Kasus Berdasarkan Diagnosa .................................................... 18
4.4 Analisa Kasus Berdasarkan Pelaksanaan ............................................... 19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
5.2 Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKB) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan
Menurut World Health Organization (WHO) kematian ibu adalah kematian selama
kehamilan atau periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, yang terkait dengan
sedangkan kematian bayi adalah kematian anak yang tidak menunjukkan tanda – tanda
hidup waktu dilahirkan dan anak yang meninggal dalam minggu pertama dalam
Profil kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa, pada tahun 2007
ASEAN (Association Of Southeast Asian Nations) yakni 34 per 1,000 kelahiran hidup.
Sedangkan posisi pertama ditempati oleh Laos dan Myanmar dengan AKB (Angka
Kematian Bayi) sebesar 70 per 1,000 kelahiran hidup dan posisi kedua ditempati oleh
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359
disebabkan oleh komplikasi – komplikasi kehamilan, persalinan, masa nifas dan segala
intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut, sedangkan kematian ibu
tidak langsung disebakan oleh penyakit-penyakit yang sudah ada atau penyakit yang
berupa perdarahan pasca persalinan atau tindakan obstetric yang meningkat. Berbeda
dengan angka kematian ibu yang cenderung menurun, angka kematian bayi masih
menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang
tepat terhadap persalinan post matur akan memberi pengaruh dalam upaya menurunkan
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makaalah ini, sebagai berikut
:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan patologis
post matur dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen
kebidanan kompetensi bidan di Indonesia dan pendokumentasian menggunakan
SOAP.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada ibu bersalin patologis dengan
post matur.
2) Mahasiswa dapat menentukan diagnosa aktual pada ibu bersalin patologis
dengan post matur.
3) Mahasiswa dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan
Persalinan patologis dengan post matur.Mahasiswa dapat mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera pada ibu bersalin normal.
4) Mahasiswa dapat melakukan perencanaan pada ibu bersalin patologis
dengan post matur.
5) Mahasiswa dapat melakukan pelaksanaan pada ibu bersalin patologis dengan
post matur.
6) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada ibu bersalin patologis dengan
post matur.
C. Manfaat
1. Bagi PKM Cilincing
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan terhadap pasien khususnya
pasien yang melahirkan normal
2. Bagi profesi bidan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan konseling mengenai Asuhan
Persalinan Normal.
3. Bagi Institusi Profesi Bidan
Sebagai bahan informasi mengenai manajemen asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan Persalian normal bagi angkatan profesi bidan selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Persalinan Normal
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks. Masa kehamilan
di mulai dari konsepsi dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Indrayani,
2013).
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan
kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Rohani,
2011).
Menurut (Manuaba, 2010) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi(janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Sedangkan Menurut (Mochtar, 1998) partus
normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak belakang kepala dengan tenaga
ibu tanpa bantuan alat –alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung 24 jam.
belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama persalinan dalam
batas normal, berisiko rendah sejak awal persalinan hingga partus dengan masa
belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama persalinan dalam
Persalinan Kala 1 di bagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
2) Fase Aktif
Fase dimana frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat. Fase aktif
dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b. Fase dilatasi maksimal
Pembukaan serviks berlangsung cepat dalam waktu 2 jam
c. Fase deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam 2 jam
Pada primi, berlangsung selama 12 jam dengan Kecepatan pembukaan
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala tersebut juga disebut kala
pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
1) Ibu ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya tekanan peningkatan pada rektrum dan
vaginanya.
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
pada rektrum sehinnga ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai
dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah akan semakin
terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva mulai membuka dan
c. Kala III
Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala dua
persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah mulai pelepasan plasenta, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda dibawah ini:
1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus uteri di bawah pusat. Setelah
bentuk menjadi seperti buah pear / alpukat dan tinggi fundus uteri
sinklitismus (apabila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
b. Fleksi
Dengan majunya kepala, biasanya fleksi bertambah hingga ubun –
ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun –ubun besar. Fleksi disebabkan
karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
menemukan tahanan dari pinggir PAP, maka akan terjadi fleksi sehingga
shimpisis pubis. Putaran paksi dalam terjadi setelah kepala sampai di Hodge
d. Extension (ekstensi)
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala telah sampai didasar
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
f. Expulsion (Ekspulsi )
Gerakan kelahiran bahu Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan
setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang
sampai lahir janin seutuhnya depan, bahu belakang dan badan seluruhnya
(Kuswanti, 2014).
e. Psikologi (Psycology)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika
wanita tersebut tidak memahami apa yang terjadi dengan dirinya, ibu akan
mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan penampilan
wanita serta pasangannya merupakan petunjuk berharga jenis dukungan
yang akan diperlukannya. Membantu wanita dalam berpartisipasi sejauh
yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil
akhir persalinan.
Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat yang membantu
Kehamilan yang berlansung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung
dari pertama haid terakhir menurut Naegle dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(Prawirohardjo, 2014).
Persalinan post matur adalah persalinan yang usia kehamilannya
berlangsung lebih dari 42 minggu, dihitung dari haid pertama haid terakhir.
2. Etiologi persalinan post matur
Sampai pada saat ini sebab terjadinya kehamilan lewat bulan belum
jelas. Beberapa teori diajukan, pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya
kehamilan lewat bulan sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.
Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :
a. Pengaruh progesteron: penurunan hormon progesteron dalam kehamilan
dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam
yang penting dalam memacu proses biomokuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin sehingga beberapa
penulis menduga bahwa terjadinya persalinan lewat bulan karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori oksitosin: pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada
tidak ada tekanan padapleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawahmasih tinggi, semua hal tersebut diduga sebagai
ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar,
warna coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta
persalinan.
atau bukan.
terhadap gerak janin atau kontraksi uterus dan pemeriksaan USG untuk
keadaan dan derajat kematangan plasenta, jumlah (indeks cairan amnion) dan
serotinus.
c) Bersihkan mulut bayi dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk.
d) Isap cairan dari mulut dan hidung.
5) Lanjutkan menilai status pernapasan.
Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya
dengan menggosok punggung bayi (melakuka rangsangan taktil). Bila
tdiak ada perubahan segera beri napas buatan (Vivian, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN POST MATUR
A. Data Subjektif
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama : Ny. Y Tn. W
Usia : 29 tahun 32 tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SD
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Parakanlima
Golongan Darah :A
b. Keluhan utama
Ibu mengaku kehamilannya sudah lewat bulan dan saat ini sudah mulai
merasa mulas namun belum teratur dan keluar lendir darah tetapi belum
keluar air-air dari jalan lahir.
c. Riwayat Kehamilan
1) Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan kedua.
HPHT : 20 - 02 - 2020 (TP : 29 - 11- 2020). Ibu pertama kali melakukan
tes kehamilan saat usia kandungan memasuki 5 minggu. Gerakan Janin
dirasakan aktif, kurang lebih 8x sehari dan gerakan terakhir dirasa
sekitar 10 menit yang lalu. Ibu mengatakan pertama kali mendengar
detak jantung janin pada usia kehamilan 12 minggu saat diperiksa oleh
bidan dan gerakan janin pertama kali dirasakan saat usia kandungan
memasuki 12 minggu. Selama hamil ibu mengatakan berat badannya
tidak mengalami kenaikan berat badan dan tinggi badan 154 cm,
sebelum hamil berat badan ibu 75 kg dan saat hamil berat badan ibu
tetap 75 kg (IMT 31,6). Ibu mengatakan mengalami kenaikan tensi
seminggu yang lalu, tensi ibu 150/90 mmHg. Ibu kadang tidak
mengkonsumsi tablet penambah darah, karna mual setelah meminum
obat tersebut tetapi ibu rutin meminum vitamin yang lainnya diberikan
oleh bidan. Ibu sudah imunisasi TT 2 kali saat usia kehamilan 12
minggu dan 27 minggu. ibu merasa khawatir dengan kehamilannya
sejak memasuki usia kehamilan 40 minggu dan klien belum merasakan
ada tanda-tanda persalinan. Saat ibu melakukan pemeriksaan di bidan,
ibu diminta untuk konsultasi ke dokter kandung dan hasilnya ibu harus
kembali seminggu kemudian jika belum ada tanda persalinan, namun
karena rasa takut akhirnya ibu baru kembali ke bidan saat dirasakan ada
tanda persalinan.
2) Ibu datang ke PONEK RSUD Pasar Minggu atas rujukan Bidan E pada tanggal
16 Januari 2018 pukul 00.30 karena usia kehamilan ibu yang sudah lewat bulan.
3) Riwayat pemeriksaan di BPM
Ibu datang ke BPM Bidan E pukul 21.30 WIB, mengeluh merasa mulas
namun belum teratur, belum keluar air-air dan sudah keluar lendir sejak
kemarin malam jam 20.30 WIB, Gerakan janin dirasa aktif. Di bidan
dilakukan pemeriksaan Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 86x/menit,
suhu 36,6°C dan dilakukan pemeriksaan dalam, portio tebal lunak,
pembukaan 1 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, Hodge 1, DJJ
142x/menit, TFU 28 cm.
Anak tahun Kehamilan Persalinan Nifas Keadaan anak
ke UK Penyul Jenis Penolong Penyulit Penyulit JK BB
it Persalinan Lahir
1 2009 aterm Tidak normal bidan Tidak Tidak Laki 3200gr
ada ada ada -laki
e. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti
jantung berdebar-debar dan terasa sakit di dada sebelah kiri, ibu tidak
pernah merasa sesak di dada, tekanan darah tinggi, ibu tidak pernah
merasakan nyeri pada pinggang yang berlebihan, batuk berbulan-
bulan, sakit kuning, kencing manis, terasa sakit saat BAK dan keluar
nanah.
f. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan KB IUD selama 3 tahun dan dilepas
karena ingin memiliki anak.
g. Riwayat Psikososial Ekonomi
Ibu menikah secara sah pada usia 20 tahun dan suami usia 23 tahun.
Ini merupakan pernikahan pertama untuk ibu dan suaminya. Ibu
cemas dengan kehamilannya karna jarak kehamilan pertama dengan
yang sekarang cukup jauh, serta ibu takut persalinan mengalami
penyulit, suami dan keluarga juga mendukung atas kehamilan ini.
Suami dan ibu sebagai pengambil keputusan dirumah. Ibu
mengatakan tidak ada pantangan selama kehamilan. Ibu dan suami
menggunakan dana persalinan dengan BPJS KIS.
h. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
a) Sebelum hamil
Ibu makan 2 kali sehari dengan menu nasi, sayur, tempe dan
tahu.
b) Selama hamil
Ibu makan 2 kali sehari dengan nasi, sayur, tempe dan tahu, tidak
ada pantangan.
c) Makan terakhir
Ibu makan pukul 07.30 dengan makanan rumah sakit, sayur, buah,
nasi, dan ayam.
2) Hidrasi
a) Sebelum hamil
Ibu minum air putih kurang lebih 6-7 gelas sehari.
b) Selama hamil
Ibu minum air putih kurang lebih 8 gelas sehari.
c) Minum terakhir
Ibu minum terakhir air putih setengah botol air mineral 350cc dan
teh hangat 1 gelas
3) Eliminasi
a) Sebelum hamil
Ibu BAB 1 kali sehari dan BAK 3-5 kali sehari
b) Selama hamil
Ibu BAB masih lancar 1 kali sehari, sesudah hamil ibu BAK
kurang lebih 6 kali sehari, tidak ada keluhan.
c) Eliminasi terakhir
Ibu terakhir BAB kemarin sore dan BAK 1 jam yang lalu
4) Kebiasaan Hidup
a) Sebelum hamil
Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok, atau
menggunakan obat-obatan terlarang dan jamu.
b) Selama hamil
Ibu juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok, atau
menggunakan obat-obatan terlarang dan jamu.
5) Kegiatan Sehari-hari
a) Sebelum hamil
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, kadang di bantu oleh
suami dan menjaga warung di rumahnya.
b) Selama hamil
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah di bantu oleh keluarga dan tetap
menjaga warung dirumahnya.
6) Istirahat
a) Sebelum hamil
Ibu tiap malam tidur 6 jam sehari, ibu tidak rutin tidur siang karna
ibu memiliki warung.
b) Selama hamil
Ibu tidur 7 jam sehari setiap malam dan kadang ibu tidur siang.
7) Personal Hygiene
a) Sebelum hamil
Ibu mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari dan mengganti
pakaian 2 kali sehari.
b) Selama hamil
Ibu juga mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari dan mengganti
pakaian 2 kali sehari.
8) Hubungan Sex
a) Sebelum hamil
Ibu dan suami melakukan hubungan seksual, kira-kira 2 kali
seminggu.
b) Selama hamil
Ibu jarang melakukan hubungan seksual selama hamil. Tidak ada
keluhan saat berhubungan. Terakhir melakukan seminggu yang lalu.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : cm
c. Keadaan emosi : Stabil
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 86x/menit, teratur
c. Respirasi : 19x/menit, teratur
d. Suhu : 36,6oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Tidak ada oedema, tidak pucat
b. Mata
Sclera putih dan konjungtiva merah muda.
c. Payudara
Bentuk normal, posisi simetris, puting menonjol, tidak ada benjolan/massa,
tidak ada pembesaran pembuluh limfe, tidak ada nyeri tekan, belum ada
pengeluaran kolostrum dan tidak ada hiperpigmentasi
d. Abdomen:
1) Inspeksi
Tidak ada bekas luka operasi
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, terdapat linea nigra di bawah pusatdan sekitarnya,
kandung kemih kosong. His tiga kali dalam sepuluh menit, lamanya dua
puluh detik
a) Leopold I : Fundus teraba bokong. TFU pertengahan
pusat dan Prosesus Xifoideus
b) Mc Donald : 28 cm
c) TBJ : TFU-11x155
28- 11 x 155 = 2.635 gram
d) Leopod II : Punggung teraba sebelah kiri.
e) Leopod III : Bagian terendah teraba kepala.
f) Leopod IV : Sudah masuk PAP. Convergen.
g) Penurunan kepala : 4/5
3) Auskultas : DJJ 138x/menit, reguler.
e. Ekstremitas :
1) Atas
Kuku tangan kanan dan kiri tidak pucat, dan tidak ada edema.
2) Bawah
Kuku kaki kanan dan kiri tidak pucat, tidak ada edema, dan tidak ada
varises. Reflex Patella positif.
f. Genetalia :
1) Inspeksi
Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak berbau.
2) Palpasi
Vulva tidak varises, tidak ada benjolan dan tidak ada pembengkakan
kelenjar skene dan bartoline.
3) Pemeriksaan dalam
Portio tebal lunak, Ø 2 cm, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan
kepala Hodge I.
g. Anus :
Tidak ada hemorroid
h. Data penunjang :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin (Hb) 12,3 Gr% 12-14
Golongan Darah A Rhesus (+)
Hasil USG 16-02-2018 → Postterm (42 minggu, 5 hari), plasenta baik,
ketuban cukup
C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, G2P1A0 hamil 43 minggu, inpartu kala I fase laten. Janin tunggal
hidup presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
10.00 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan
d. Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
1) Palpasi
Penurunan Kepala 4/5. Kandung kemih kosong. His 3x10 menit
selama 35 detik. Intensitas kuat. Kandung kemih kosong
2) Auskultasi
DJJ 137x/menit, reguler.
b. Ekstremitas
1) Atas
Tangan kanan terpasang Infus dextrose 5% 360cc drip oxytosin 5iu 20
tetes per menit. Tidak ada edema pada kedua tangan, kuku tidak pucat.
2) Bawah
Kaki kanan dan kiri tidak ada edema, kuku tidak pucat.
c. Genetalia :
1) Inspeksi
Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak berbau.
2) Palpasi
Vulva tidak varises, tidak ada benjolan dan tidak ada pembengkakan
kelenjar skene dan bartoline.
3) Pemeriksaan dalam
Portio tebal lunak, Ø 2 cm, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan
kepala Hodge I.
C. Analisa
Ny. Y, 29 tahun, G2P1A0 hamil 43 minggu , inpartu kala I fase laten. Janin tunggal
hidup presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
14.20 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa saat ini keadaan ibu dan janin baik.
14.23 WIB Mengajurkan ibu untuk tidur miring ke kiri untuk
mempelancar oksigen ke janin. Ibu memilih berbaring
miring menghadap kiri.
14.25 WIB Mengajarkan ibu teknik pernapasan relaksasi saat dirasa
mulas. Ibu melakukan teknik pernapasan relaksasi dengan
cara mengambil nafas dari hidung lalu mengeluaran lewat
mulut.
14.27 WIB Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.
Ibu sudah BAK dan BAB.
14.32 WIB Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat diantara
his.
14.40 WIB Mengobservasi kesejahteraan ibu, janin, dan kemajuan
persalinan per 30 menit.
Catatan perkembangan INC
Mengetahui,
Pembimbing, Mahasiswa,
B. Data objektif
Pada kasus tersebut pengkaji berhasil memperoleh data objektif melalui
pemeriksaan fisik pada Ny. Y dengan Kehamilan lewat waktu di RSUD Pasar
Minggu.
Pada Ny Y, tanda persalinan kala 1 terjadi selama 7-8 jam, ibu mengatakan
mulas belum terlalu kuat, hal ini sesuai dengan pernyataan Manuaba (2010), pada
permulaan his kala pembuaan berlangsung tidak begitu kuat, sehingga parturine
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida 8 jam. Sejak pukul 09.35 WIB sampai dengan pukul 14.15
WIB pembukaan tetap 2 cm dan tidak bertambah, hal ini tidak sesuai dengan teori
Manuaba (2010) yaitu, berdasarkan kurva fierdman, diperhitungkan pembukaan
pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam, dengan
perhitungan waktu pembukaan tersebut, maka kita dapat memperkirakan kapan
pembukaan lengkap akan terjadi.
Pada tanda persalinan kala II terlihat pengeluaran lendir bercampur darah dan air-
air, terlihat perineum menonjol, terdapat tekanan pada anus,kepala bayi tampak
5-6 cm di depan vulva, portio tidak teraba, Ø 10 cm ,ketuban (-), ketuban pecah
spontan, penurunan kepala Hodge IV, ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, moulage
0. Ini sesuai dengan pernyataan Mochtar (2011) yaitu, tanda gejala kala II
adalah :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Karena
biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vagiananya.
3) Perineum menonjol
4) Vulva vagina dan anus membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam (informasi objektif )
yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
2) Terlihatnya bagian kepala bayi dilalui introitus vagina
Pada tanda persalinan kala III terlihat, TFU sepusat, uterus globuler dan
keras, tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong, terdapat semburan darah, tali
pusat menjulur didepan vulva. Proses kala III ini berlangsung selama 6 menit. Hal
ini sesuai dengan Mochtar (2010), Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari
sebelumnya. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir,
pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah antara 100-200 cc.
Pada tanda persalinan kala IV TFU 2 jari di bawah pusat dan dilakukan
massase fundus uteri selama 15 detik saat plasenta telah lahir, tidak terlihat adanya
perdarahan dan terjadi robekan jalan lahir pada mukosa vagina dan kulit perineum
atau derajat 1, serta dilakukan heacting tanpa diberikan anastesi. Ini sesuai dengan
pernyataan Wiknjosastro (2008), Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil
(masase uterus) yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat. Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau
beberapa jari di bawah pusat.
Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan dan periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Saat dilakukan heacting
ditemukan kesenjangan dimana tidak diberikannya anatesi lokal yang dapat
mengurangi rasa sakit dan hal ini juga tidak sesuai dengan asuhan sayang ibu.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil USG klien, kehamilan klien
lebih dari 42 minggu, keadaan plasenta baik dan ketuban cukup. Sesuai dengan
pernyataan Manuaba (2010), Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih
mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung
mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia. Serta penyataan Nugroho (2012),
Apabila tidak terdapat tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
Dilakukan pemeriksaan penunjang selanjutnya yaitu pemeriksaan
menggunakan Non Stress test (NTS) dan di dapatkan hasil Non Stress test (NTS)
dalam keadaan baik. Sesuai dengan pernyataan Nugroho (2012) untuk menegakkan
diagnosa dapat dilakukan, Kardiotokografi yaitu menilai kesejahteraan janin
dengan Non Stress test (NTS) relaktif atau tidak, maupun Contraction Stress Test
(CTS) negatif atau positif.
Pada pemeriksaan fisik bayi ditemukan, rambut bayi hitam, tampak kulit
di telapak tangan dan kaki kering serta sedikit mengelupas, dan kuku yang sedikit
lebih panjang. Data tersebut sesui dengan pernyataan Prawirohardjo (2010) tentang
tanda postmaturisasi pada bayi, Dapat dikendalikan pada neonatus dengan
ditemukan beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering,
keriput seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang,
tulang tengkorak paha dan genetalia luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan
pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita dan rambut kepala banyak atau
tebal.
Hasil ini juga sesuai dengan Tanda post matur dapat di bagi dalam 3
stadium menurut Sarwono Prawirohardjo (2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Pada kasus ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik bayi bahwa dari
hasil tersebut merujuk pada tanda post matur stadium I, yaitu kulit kering dan
mengelupas.
C. Assesment
Berdasarkan analisis data yang didapat pada saat pengkajian, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, maka dapat ditegakkan assessment yaitu Ny. Y
usia 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu dengan Kehamilan lewat waktu. Janin
tunggal hidup presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik.
Penegakan kehamilan lewat waktu pada kasus ini berdasarkan pernyataan
Sarwono Prawirohardjo (2010) Kehamilan postterm atau disebut juga serotinus,
kehamilan lewat waktu, merupakan kehamilan dengan umur kehamilan selama 294
hari (42 minggu) atau lebih. Umur kehamilan ini dapat dihitung dari hari pertama
haid terakhir menggunakan rumus neagle dengan siklus rata-rata 28 hari.
D. Planning
Berdasarkan assesment yang telah ditegakkan, pengkaji dapat membuat
rencana asuhan sesuai manajemen kebidanan untuk memenuhi kebutuhan klien dan
metalaksanakan tindakan-tindakan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang
diberikan serta mengevaluasi hasil dari asuhan tersebut.
Pada kasus tersebut dilakukan penangan dengan induksi persalinan dengan
metode infus oksitosin, ini sesuai dengan pernyataan Manuaba (2010), tatalaksana
pada ibu bersalin dengan kehamilan postterm memerlukan pertolongan induksi
persalinan atau persalinan anjuran. Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat
merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung dan
membuktikan keseimbangan antara kepala janin dan jalan lahir.
Menurut Manuaba (2010) terdapat bentuk induksi persalinan per vaginam
yaitu secara medis. Metode Infus Oksitosin merupakan metode yang paling umum
dilakukan. Tindakan dengan metode drip oksitosin :
1. Dipasang infus dekstrosa 5% dengan 5 unit oksitosin.
2. Tetesan pertama antara 8-12 tetes per menit.
3. Setiap 15 menit dilakukan penilaian, bila tidak terdapat his yang adekuat
jumlah tetesan ditambah 4 tetes sampai maksimal tercapai 40 tetes per menit.
4. Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc dekstrose
5%.
5. Bila sebelum tetesan ke-40 sudah timbul kontraksi otot rahim yang adekuat,
maka tetesan terakhir dipertahankan sampai persalinan berlangsung.
6. Pemberian oksitosin maksimal sebanyak 40 tetes per menit dengan
oksitosin sebanyak 10 unit.
Pada hal ini terdapat kesenjangan pada kasus tersebut, karena pada kasus
tersebut pemberian tetesan pertama drip oksitosin adalah 20 tetes per menit.
Seharusnya pemberian tetesan pertama saat dilakukan induksi dengan infus
oksitosin adalah 8-12 tetes per menit yang kemudian setia 15 menit dilakukan
penilaian, bila his tidak adekuat jumlah tetesan ditambah 4 tetes sampai maksimal
tercapai 40 tetes per menit.
Perbedaan pemberian awal tetesan infus ini dikhawatirkan akan
berpengaruh kepada janin, seperti yang diketahui bahwa induksi persalinan dapat
menyebabkan hiperstimulasi yang dapat mengakibatkan gawat janin.
Sebelum dilakukan induksi persalinan dilakukan penilaian kematangan
serviks dengan cara bishop dan didapatkan hasil skor bishop pada Ny. Y adalah 6,
sesuai dengan protap rumah sakit Sekarwangi, yaitu Menilai derajat kematangan
serviks dengan menggunakan skor bishop.
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Cunningham (2006), Keberhasilan
induksi sebagian besar bergantung pada keadaan serviks. Pada tahun 1964, bishop
merancang suatu sistem penilaian serviks untuk memperkirakan tingkat
keberhasilan induksi. Jika skor bishop baik (>5), maka kemungkinan keberhasilan
induksi dan kelahiran per vaginam adalah tinggi.
Jika skor tidak baik (<5) kemungkinan keberhasilan tidak baik.
Tabel 5.1 Sistem Skor Bishop untuk menilai induksibilitas
FAKTOR
Skor Pembukaan Pendataran Sation Konsistensi Posisi
cm (%) servik
0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60-70 -1 0 Anterior
3 ≥5 ≥80 +1 +2 - -
Sumber : Cunningham, dkk. (2006)
Segmen bawah uterus merupakan faktor yang sangat penting. Ketinggian
bagian terbawah janin atau station juga penting. Jika skor bishop baik (>5), maka
kemungkinan keberhasilan induksi dan kelahiran per vaginam adalah tinggi.
Selama dilakukan induksi persalinan pemantauan kesejahteraan ibu dan
janin terus dilakukan, namun tidak tersediannya doppler membuat terhambatnya
dalam melakukan pemantauan kesejahteraan janin, serta ibu juga dianjurkan untuk
tidur miring kiri walaupun terasa tidak nyama karena akan semakin terasa mulas,
namun sesuai dengan pernyataan Manuaba (2010), kehamilan postterm dapat
membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan kontraksi yang
menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim.
Observasi pada induksi persalinan sangat penting, sehingga kemungkinan
komplikasi dapat ditentukan melalui evaluasi C (cortonen/ denyut jantung janin),
H (his yang kuat menuju tetani uteri), P (penurunan bagian terendah), B (bandle
yang mengikat sebagai tanda terjadinya ruptura uteri yang membakat).
Serta sesuai dengan protap rumah sakit Sekarwangi dalam pengelolaan inpartu pada
ibu dengan kehamilan postterm, yaitu pengelolaan inpartu :
a) Pasien tidur miring kesebalah kiri.
b) Pemantauan dengan KTG berkelanjutan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemerikaan penunjang, diagnosa yang ditegakkan dan dilakukan rencana sesuai
kebutuhan, serta pembahasan kesesuain serta kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang ada telah diuraikan maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y dengan kehamilan lewat waktu,
melalui pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif dan secara umum
telah dapat dilakukan.
1. Data subjektif
Pada kasus tersebut telah dapat diperoleh data subjektif pada Ny. Y dengan
kehamilan lewat waktu. Dari anamnesa didapatkan pada tanggal 16 Februari
2018, HPHT : 20 - 02 - 2020 dan Ny. Y datang dengan keluhan Ibu kehamilannya
sudah lewat bulan dan saat ini sudah mulai merasa mulas namun belum teratur
dan keluar lendir darah tetapi belum keluar air-air dari jalan lahir.
Pada pengkajian riwayat kehamilan diperoleh bahwa klien merasakan
gerakan janin yang dirasakan kurang lebih 8x sehari. Klien juga mengatakan
merasa khawatir dengan kehamilannya sejak memasuki usia kehamilan 40
minggu dan klien belum merasakan ada tanda-tanda persalinan.
2. Data objektif
Melalui pemeriksaan pada Ny. Y dengan postterm telah diperoleh data
objektif. Pada pemeriksaan fisik terutama daerah abdomen, didapatkan hasil
fundus uteri teraba bokong dan bagian terendah teraba kepala. Kemudian pada
pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio lunak, pembukaan 2 cm, ketuban
utuh, presentasi kepala, hodge 1.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil USG klien, kehamilan klien
lebih dari 42 minggu, keadaan plasenta baik dan ketuban cukup. Di lakukan
pemeriksaan penunjang selanjutnya yaitu pemeriksaan menggunakan Non Stress
test (NTS) dan di dapatkan hasil Non Stress test (NTS) dalam keadaan baik.
Pada pemeriksaan fisik bayi ditemukan, rambut bayi hitam, tampak kulit
di telapak tangan dan kaki kering serta sedikit mengelupas, dan kuku yang
sedikit lebih panjang.
3. Assesment
Melalui pengjakian dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. Y
dapat ditegakkan assesment yaitu : Ny. Y, usia 29 tahun G 2P1A0 hamil 43
minggu dengan kehamilan lewat waktu. Janin tunggal hidup presentasi kepala.
Keadaan ibu dan janin baik.
4. Planning
Rencana asuhan sesuai dengan manajemen kebidanan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan menatalaksanakan tindakan-tindakan kebidanan sesuai
dengan rencana asuhan yang diberikan serta mengevaluasi hasil dari asuhan
tersebut pada kasus ini telah dapat dilakukan walaupun terdapat kesenjangan
perencanaan asuhan pada kasus tersebut dengan teori yang ada.
Rencana asuhan yang dilakukakn pada kasus tersebut yaitu :
a. Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang kehamilan lewat
waktu dalam kehamilan, persalianan dan penanganannya.
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tenaga kesehatan lain
untuk tindakan pemberian terapi dan tindakan.
c. Konseling mengenai persiapan persalinan dan persalinan.
d. Melakukan asuhan intranatal pada Ny. Y
Pada kasus tersebut dilakukan penanganan perencanaan induksi persalinan
dengan metode infus oksitosin untuk mengurangi resiko mortalitas serta
morbiditas pada Ny Y dan bayinya, namun saat penanganan ditemukan
kesenjangan, yaitu pemberian tetesan infus yang tidak sesuia dengan teori dan
protap rumah sakit dan tidak dilakukannya pemeriksaan bishop sebelum
diberikan induksi persalinan.
5. Faktor pendukung
a. Klien sangat kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis
menggali permasalahan serta memberikan asuhan.
b. Adanya kerjasama yang baik dengan dokter Sp.OG dan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan intranatal pada Ny. Y, usia 29 tahun G 2P1A0
hamil 43 minggu dengan kehamilan lewat waktu.
c. Tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional dalam memberiakn asuhan
yang tepat kepada Ny. Y, usia 29 tahun G2P1A0 hamil 43 minggu dengan
kehamilan lewat waktu.
d. Adanya protap rumah sakit dalam penanganan kehamilan lewat waktu. di
RSUD Pasar Minggu.
6. Faktor penghambat
a. Keterbatasan alat seperti doppler untuk pemantauan kesejahteraan janin
sedikit terhambat, karena harus menunggu penggunaan NST yang digunakan
sebagai doppler penganti.
b. Ketidaksesuaian pemberian tetesan infus oksitosin pada induksi persalinan
dengan teori induksi persalinan dan protap rumah sakit Sekarwangi.
B. Saran
1. Bagi RSUD Pasar Minggu
a. Pihak rumah sakit diharapkan dapat terus meningkatan kualitas sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan bagi seluruh pengguna jasa pelayanan
khususnya pada kasus postterm di RSUD Pasar Minggu.
b. Perlu adanya pengkayaan penanganan kasus postterm di rumah sakit
khususnya protap induksi persalinan.
c. Bagi klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan mengerti akan tanda bahaya kehamilan lewat
waktu serta mengetahui tanda bahaya ibu nifas yang mungkin terjadi.
d. Bagi penulis
Bidan dapat mengetahui tindakan dan penanganan yang tepat pada ibu bersalin
dengan kehamilan lewat waktu, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khusunya pada kasus kehamilan,
persalinan, dan nifas yang beresiko tinggi, seperti kehamilan lewat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Asri H dewi,dan Clevo P Cristine, Asuhan persalinan Normal ,Yogyakarta: Nuha Medika.
2012.
Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan persalinan dan kelahiran, Cetakan pertama, Jakarta:
Buku Asuhan Kedokteran EGC. 2006.
Fadlun dan Achmad feriyanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba medika.
2013.
Indrayani dan Moudy Emma Unaria. asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta:
Trans Info Media. 2013.
Joseph, H.K dan Nugroho. M. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (obgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.
Rukiyah, Yeye Ai dan Lia Yulianti. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media. 2010.
Varney, Krieb JM, Gegor CL. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC. 2002.
Wijayanti, Erna Eka. Hubungan Kehamilan Lewat Waktu dengan Kejadian Asfiksia Bayi
Baru lahir DiRSUD dr. R. Koesma Tuban. http://lppm.stikesnu.com/wp-
content/uploads/2014/02/5-Jurnal-B.-Erna-ailiyati-Q-klik.pdf. (7 Oktober
2016).