Anda di halaman 1dari 45

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN DAN

PENGGUNAAN OBAT (PKPO)

Eka Oktavia, S.Tr.Keb.,Bd.,MARS


Oktober 2022
Eka Oktavia, S.Tr.Keb.,Bd.,MARS
Kepahiang, 13 Oktober 1995

Pendidikan
•S2 – Administrasi Rumah Sakit di Universitas Respati Indonesia (2019-2021)
•Pendidikan Profesi Bidan di Universitas Nasional (2020-2021)
•DIV – Kebidanan di Universitas Nasional (2018-2019)
•DIII – Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Bengkulu (2014-2017)

Pengalaman Kerja
•Rumah Sakit Umum Astrini sebagai Kasi Pelayanan Medik (2022 - sekarang)
•Politeknik Piksi Ganesha sebagai dosen (2022 - sekarang)
•Rumah Sakit Umum An Ni'mah sebagai Kasi Diklat dan Pengembangan (2021 - 2022)
•Puskesmas Kecamatan Kebon Manggis sebagai Contact Tracer – Relawan BNPB (2021)
081379881221 •Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung sebagai Contact Tracer – Relawan BNPB (2020)
•BPM Tusnawati sebagai Bidan Pelaksana2017 – 2020

Organisasi
•IMARSI Jawa Tengah 2022-2025
Bid. Advokasi , Bantuan Hukum dan Perlindungan Anggota
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT

PKPO PEMILIHAN, PKPO


PENGORGANISASIAN
1 PERENCANAAN DAN PENGADAAN 2

PKPO
PKPO
3; 3.1; PENYIMPANAN PERESEPAN
3.2; 3.3 4; 4.1

PKPO PKPO
PENYIAPAN (DISPENSING) PEMBERIAN (ADMINISTRATION) 6; 6.1
5; 5.1

PKPO PROGRAM PENGENDALIAN PKPO


PEMANTAUAN RESISTANSI ANTIMIKROBA 8; 8.1
7; 7.1
PENGENDALIAN PENGGUNAAN MENJAMIN KETERSEDIAAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN

PROSES PERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT TERKAIT TERAPI OBAT


Peresepan Pemberian Obat
Asesmen Pasien Penyiapan Obat Pemantauan Follow Up
(PKPO (PKPO 6; 6.1)
4.1)

Klinis
Non-Klinis/Manajemen
Klinis Pemilihan
Pemantauan Efek Terapi Obat (PKPO 7 EP a)
Perencanaan PKPO 2
Rekonsiliasi Obat (PKPO 4) Pengadaan
Pemantauan Efek Samping Obat (PKPO 7 EP b)
Penyimpanan (PKPO 3; 3.1;3.2;3.3)
Pengkajian Resep (PKPO 5.1) Distribusi
Edukasi dan Konseling Obat (PKPO 4.1 EP e,
Dispensing PKPO 5
PKPO 6.1 EP b)

Pelaporan Kesalahan Obat (PKPO 7.1)


Program Pengendalian Resistansi Antimikroba
(PKPO 8; 8.1)
(PKPO 1)
SISTEM PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
3. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika.
Dan Prekursor Farmasi
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 14 tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko Sektor Kesehatan
8. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir RI No. 3 tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan Ketenaganukliran

PEDOMAN
TERKAIT PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT

9. Pedoman Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat dan Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit, Kemenkes RI, 2019
10. Pedoman dasar dispensing sediaan steril, Kemenkes 2009, (sedang proses updating 2021-2022)
11. Modul Farmakovigilans untuk Tenaga Profesional Kesehatan, Badan POM, 2020
12. Panduan Penatagunaan Antimikroba di Rumah Sakit, Kemenkes RI, 2020

WEBSITES
TERKAIT PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
13. Institute for Safe Medication Practice: www.ismp.org
14. US FDA: www.fda.gov
15. American Society of Health-System Pharmacists: https://www.ashp.org/pharmacy-practice/policy-positions-and-guidelines/
PENGORGANISASIAN

Standar PKPO 1
Sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat dikelola untuk memenuhi kebutuhan pasien
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

a) Perencanaan sistem pelayanan kefarmasian dan


penggunaan obat.
b) Pemilihan.
c) Perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan Mengkaji Menetapkan
BMHP.
d) Penyimpanan.
e) Pendistribusian.
f) Peresepan/permintaan obat/instruksi
pengobatan. Menerapkan
g) Penyiapan (dispensing).
h) Pemberian.
i) Pemantauan terapi obat.
Elemen Penilaian PKPO 1

a. Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang sistem pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat, termasuk pengorganisasiannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Memiliki bukti apoteker memiliki izin dan kompeten serta telah melakukan supervisi
pelayanan kefarmasian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
c. Memiliki bukti kajian sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang
dilakukan setiap tahun.
d. Memiliki sumber informasi obat untuk semua staf yang terlibat dalam penggunaan
obat.
KAJIAN SISTEM
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT

a. perencanaan sistem PKPO


Tinjauan menyeluruh terhadap sistem
b. pemilihan
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat.
c. perencanaan & pengadaan
d. penyimpanan
e. pendistribusian
f. peresepan
g. dispensing
h. pemberian
Komite/Tim Farmasi dan Terapi, Komite Mutu,
i. pemantauan terapi obat
unit kerja terkait
PEMILIHAN, PERENCANAAN DAN PENGADAAN

Standar PKPO 2
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan formularium yang digunakan untuk peresepan/permintaan
obat/instruksi pengobatan. Obat dalam formularium senantiasa tersedia di rumah sakit.

Elemen Penilaian PKPO 2

a. Rumah sakit telah memiliki proses penyusunan formularium rumah sakit secara kolaboratif.
b. Rumah sakit melakukan pemantauan kepatuhan terhadap formularium baik dari persediaan
maupun penggunaannya.
c. Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap formularium sekurang-kurangnya setahun sekali
berdasarkan informasi tentang efektivitas, keamanan dan biaya.
d. Rumah sakit melakukan pelaksanaan dan evaluasi terhadap perencanaan dan pengadaan
sediaan farmasi, dan BMHP.
e. Rumah sakit melakukan pengadaan sediaan farmasi, dan BMHP melibatkan apoteker untuk
memastikan proses berjalan sesuai peraturan perundang-undangan
PENYIMPANAN

Standar PKPO 3
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP
disimpan dengan benar dan aman sesuai peraturan perundang-undangan dan standar profesi.

Elemen Penilaian PKPO 3

a. Sediaan farmasi dan BMHP disimpan dengan benar dan aman dalam kondisi yang sesuai untuk
stabilitas produk, termasuk yang disimpan di luar Instalasi Farmasi.
b. Narkotika dan psikotropika disimpan dan dilaporkan penggunaannya sesuai peraturan
perundang-undangan.
c. Rumah sakit melaksanakan supervisi secara rutin oleh apoteker untuk memastikan
penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan benar dan aman.
d. Obat dan zat kimia yang digunakan untuk peracikan obat diberi label secara akurat yang terdiri
atas nama zat dan kadarnya, tanggal kedaluwarsa, dan peringatan khusus.
PENYIMPANAN

Standar PKPO 3.1


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengelolaan obat atau produk yang memerlukan
penanganan khusus, misalnya obat dan bahan berbahaya, radioaktif, obat penelitian, produk nutrisi
parenteral, obat/BMHP dari program/donasi sesuai peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian PKPO 3.1

a. Obat yang memerlukan penanganan khusus dan bahan berbahaya dikelola sesuai sifat dan
risiko bahan.
b. Radioaktif dikelola sesuai sifat dan risiko bahan radioaktif.
c. Obat penelitian dikelola sesuai protokol penelitian.
d. Produk nutrisi parenteral dikelola sesuai stabilitas produk.
e. Obat/BMHP dari program/donasi dikelola sesuai peraturan perundang-undangan dan pedoman
terkait.
PENYIMPANAN

Standar PKPO 3.2


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengelolaan obat, dan BMHP untuk kondisi
emergensi yang disimpan di luar Instalasi Farmasi untuk memastikan selalu tersedia, dimonitor dan
aman.

Elemen Penilaian PKPO 3.2


 Penyimpanan obat emergensi harus

a. Obat dan BMHP untuk kondisi emergensi yang tersimpan sudah dikeluarkan dari kotak

di luar Instalasi Farmasi termasuk di ambulans dikelola kemasannya agar tidak menghambat

secara seragam dalam hal penyimpanan, pemantauan, kecepatan penyiapan dan

penggantian karena digunakan, rusak atau kedaluwarsa, pemberian obat, misalnya: obat

dan dilindungi dari kehilangan dan pencurian. dalam bentuk ampul atau vial.
 Pemisahan penempatan BMHP untuk

b. Rumah sakit menerapkan tata laksana obat emergensi pasien dewasa dan pasien anak.

untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan pemberian  Tata letak obat yang seragam.

obat.  Tersedia panduan cepat untuk dosis


dan
penyiapan obat.
PENYIMPANAN

Standar PKPO 3.3


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penarikan kembali (recall) dan pemusnahan
sediaan farmasi, BMHP dan implan sesuai peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian PKPO 3.3

a. Batas waktu obat dapat digunakan (beyond use date) tercantum pada label obat.
b. Rumah sakit memiliki sistem pelaporan sediaan farmasi dan BMHP substandar (rusak).
c. Rumah sakit menerapkan proses recall obat, BMHP dan implan yang meliputi identifikasi,
penarikan, dan pengembalian produk yang di-recall.
d. Rumah sakit menerapkan proses pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP.
Expiration Date VS Beyond Use Date

Expiration Date (ED):


Batas waktu yang diberikan pabrik obat dalam menjamin produk dalam
kemasan asli yang belum dibuka memenuhi persyaratan mutu pada
penyimpanan sesuai yang ditetapkan.
Contoh: Exp Date: Juni 2023 Expiration Date:
Artinya obat tersebut dijamin oleh pabrik obat memenuhi persyaratan mutu • Ditetapkan oleh produsen obat
pada penyimpanan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pabrik • Ditetapkan setelah dilakukan uji
obat sampai tanggal 30 Juni 2023 stabilitas yang valid

Beyond Use Date (BUD): Beyond Use Date (BUD):


Batas waktu yang ditetapkan pada suatu produk yang sudah dibuka kemasan • Ditetapkan bukan oleh produsen
primernya (wadah yang bersentuhan langsung dengan obat) atau • Penetapan BUD sediaan steril, selain
dipindahkan dari wadah aslinya untuk dilakukan repacking atau rekonsitusi mempertimbangkan stabilitas kimia juga
atau pencampuran, dan disimpan pada kondisi yang sudah ditetapkan. mempertimbangkan sterilitasnya
Contoh: BUD: 28 Mei 2022 • BUD tidak boleh lebih panjang dari
Artinya sediaan obat tersebut yang sudah dibuka segel aslinya dan sudah pada Expiration Date
dilakukan repacking/rekonstitusi/pencampuran masih dapat digunakan
sampai tanggal 28 Mei 2022
MEDICATION USE PROCESS  MEDICATION SAFETY
• Pengkajian Resep
• Telaah Obat

• Rekonsiliasi Obat
• Resep terbaca, • Verifikasi: 5 BENAR
lengkap, jelas PRESCRIBING
DISPENSING

ADMINISTRATION MONITORING
 Efek terapeutik
 Efek samping/ tidak
diharapkan

KNC

“Near Miss”
PERESEPAN

Standar PKPO 4 • Dapatkan riwayat penggunaan obat (Best


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan 1 Possible Medication History)
regulasi rekonsiliasi obat.
• Konfirmasi akurasi riwayat penggunaan obat
dengan cara memverifikasi beberapa sumber
data (rekam medis admisi sebelumnya, catatan
Elemen Penilaian PKPO 4 2 pengambilan obat di apotek, obat yang
dibawa pasien)

a. Rumah sakit menerapkan rekonsiliasi obat


• Bandingkan (Rekonsiliasi) riwayat penggunaan
saat pasien masuk rumah sakit, pindah obat dengan resep/instruksi pengobatan
antar unit pelayanan di dalam rumah sakit 3
• Jika ada diskrepansi, lakukan klarifikasi dengan
penulis resep
dan sebelum pasien pulang. • Catat hasil klarifikasi

b. Hasil rekonsiliasi obat didokumentasikan • Komunikasikan ke Profesional Pemberi Asuhan


di rekam medis. (PPA) terkait
4 • Berikan informasi obat yang akurat ke pasien
REKONSILIASI OBAT

PERAN DOKTER PERAN APOTEKER

• Evaluasi terapi • Memastikan informasi yang akurat


• Memutuskan terapi obat: teruskan, tentang obat-obat yang
hentikan, tambahkan, modifikasi
regimen obat digunakan
• Evaluasi apakah monitoring sudah • Mengidentifikasi adanya
dilakukan dengan benar diskrepansi
• Harus dilakukan setiap
• Menindaklanjuti diskrepansi
akan menuliskan resep
• Mengkomunikasikan ke PPA dan
pasien/keluarga
PERESEPAN

Standar PKPO 4.1


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi peresepan/permintaan obat dan BMHP/instruksi
pengobatan sesuai peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian PKPO 4.1

a. Resep dibuat lengkap sesuai regulasi.


b. Telah dilakukan evaluasi terhadap penulisan resep/instruksi pengobatan yang tidak lengkap dan
tidak terbaca.
c. Telah dilaksanaan proses untuk mengelola resep khusus seperti emergensi, automatic stop
order, tapering,
d. Daftar obat yang diresepkan tercatat dalam rekam medis pasien dan menyertai pasien ketika
dipindahkan/transfer.
e. Daftar obat pulang diserahkan kepada pasien disertai edukasi penggunaannya.
NRM : 6871234
INSTRUKSI PENGOBATAN Nama : Ny. Dian Puspita
Jenis Kelamin: Perempuan
Tanggal Lahir: 10 Oktober
RESEP 1954
Ruang Rawat / Unit Kerja : Penyakit Dalam

Riwayat Alergi : Tidak Ada


Ya Alergi terhadap obat :
* Khusus antibiotika (Ab), tandai: P/E/D
(Keterangan : P=Profilaksis, E=Empirik, D=
Definitif) ANTI- DIHENTIKAN
BIOTIK, NAMA
TGL dan CARA tandai: DAN NAMA
NO NAMA OBAT DOSIS FREKUENSI TGL dan DAN
JAM PEMBERIAN TANDA
P/E/D* TANGAN JAM TANDA
DOKTER TANGAN
DOKTER

1 23/1/2022 Clopidogrel 75 mg 1X1 PO dr. Aulia


09.15 Aulia

2 23/1/2022 Valsartan 80 mg 1X1 PO dr. Aulia


09.15 Aulia

3 23/1/2022 Atorvastatin 40 mg 1X1 PO dr. Aulia


09.15 Aulia

4 23/1/2022 Furosemid 40 mg 1X1 PO dr. Aulia


09.15 Aulia

5 23/1/2022 Spironolactone 100 mg 1X1 PO dr. Aulia


09.15 Aulia

6 23/1/2022 Insulin Lispro 6 unit 3X1 S.C dr. Aulia


09.15 Aulia
7 23/1/2022 Omeprazol 20 mg 1X1 I.V dr. Aulia
09.15 Aulia
8 23/1/2022 Ceftriaxon 1g 1X1 I.V E dr. Aulia
09.15 Aulia
9 23/1/2022 Azithromycin 500 mg 1X1 PO E dr. Aulia
09.15 Aulia
KELENGKAPAN RESEP

Semua resep/permintaan obat/instruksi pengobatan harus mencantumkan identitas pasien


(lihat SKP 1), nama obat, dosis, frekuensi pemberian, rute pemberian, nama dan tanda tangan
dokter.

Persyaratan kelengkapan lain ditambahkan disesuaikan dengan jenis resep/permintaan


obat/instruksi pengobatan, misalnya:

 Penulisan nama dagang atau nama generik pada sediaan dengan zat aktif tunggal.
 Penulisan indikasi dan dosis maksimal sehari pada obat PRN (pro renata atau “jika
perlu”).
 Penulisan berat badan dan/atau tinggi badan untuk pasien anak-anak, lansia, pasien yang
mendapatkan kemoterapi, dan populasi khusus lainnya.
 Penulisan kecepatan pemberian infus di instruksi pengobatan.
 Penulisan instruksi khusus seperti: titrasi, tapering, rentang dosis.
INSTRUKSI KHUSUS

INSTRUKSI TITRASI

Instruksi pengobatan dimana dosis obat dinaikkan/diturunkan secara bertahap tergantung status klinis
pasien.

Instruksi harus terdiri dari: dosis awal, dosis titrasi, parameter penilaian, dan titik akhir penggunaan.

Contoh:
infus nitrogliserin, dosis awal 5 mcg/menit. Naikkan dosis 5 mcg/menit setiap 5 menit jika nyeri dada menetap,
jaga tekanan darah 110-140 mmHg.

Infus dopamine 5 mcg/kg/menit. Naikkan dosis setiap 15 menit untuk menjaga MAP 60-80 mmHg

Infus dopamine 5 mcg/kg/menit. Naikkan dosis setiap 15 menit 


Infus norepinefrin, titrasi sampai MAP > 65 mmHg

INSTRUKSI KHUSUS

INSTRUKSI TAPERING DOWN/ TAPERING OFF

Instruksi pengobatan dimana dosis obat diturunkan secara bertahap


sampai akhirnya dihentikan.
Cara ini dimaksudkan agar tidak terjadi efek yang tidak diharapkan akibat
penghentian mendadak.
Contoh obat yang harus dilakukan tapering down/off: pemakaian jangka
panjang kortikosteroid, psikotropika.

Instruksi harus rinci dituliskan tahapan penurunan dosis dan waktunya.


Contoh: Prednison 5 mg tapering down
H1: Pagi 10 mg, siang 5 mg, malam 5 mg, sebelum tidur 10 mg H2:
Dexamethason 3 X 4 mg tapering


Pagi 5 mg, siang 5 mg, malam 5 mg, sebelum tidur 10 mg H3: Pagi 5
mg, siang 5 mg, malam 5 mg, sebelum tidur 5 mg H4: Pagi 5 mg, down selama 1 bulan
siang 5 mg, sebelum tidur 5 mg
H5: Pagi 5 mg, sebelum tidur 5 mg
H6: Pagi 5 mg
H7: stop
INSTRUKSI KHUSUS

INSTRUKSI RENTANG DOSIS

Instruksi pengobatan dimana dosis obat dinyatakan dalam rentang.


Instruksi interval waktu pemberian harus fixed.
Penting: monitoring kondisi klinis pasien dan dosis disesuaikan berdasarkan kebutuhan pasien

Contoh: morfin inj 2-4 mg IV tiap 3 jam jika nyeri.

Parasetamol 1-2 tablet tiap 8 jam jika nyeri

Morfin inj 2-4 mg IV tiap 3-4 jam 


Parasetamol 1-2 tablet tiap 6-8 jam

AUTOMATIC STOP ORDER (ASO)

Instruksi pengobatan yang dihentikan secara otomatis apabila telah melewati durasi
penggunaan yang telah ditetapkan dalam suatu kebijakan dan durasi penggunaan tidak disebutkan
secara spesifik oleh dokter.

ASO dapat diterapkan untuk penggunaan obat dengan tujuan mencegah penggunaan obat
berkepanjangan tanpa asesmen ulang dan memastikan dilakukannya asesmen ulang tepat
waktu pada terapi obat tertentu

Contoh: peresepan ASO antibiotik untuk indikasi CAP (community acquired pneumonia ditetapkan 7
(tujuh) hari jika tidak disebutkan lain oleh dokter penulis resep. Dalam penerapannya: jika seorang
pasien dengan CAP diresepkan antibiotik tanpa dituliskan durasinya secara spesifik oleh dokter,
maka dalam waktu 24-48 jam sebelum pemberian antibiotik tersebut dihentikan, apoteker akan
mengingatkan dokter penulis resep bahwa pemberian antibiotik untuk pasien terkait akan
dihentikan setelah pemberian di hari ke-7 kecuali dokter menuliskan resep baru untuk terapi
lanjutan.
PENYIAPAN (DISPENSING)

Standar PKPO 5
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi dispensing sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai sesuai standar profesi dan peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian PKPO 5

a. Telah memiliki sistem distribusi dan dispensing yang sama/seragam diterapkan di rumah sakit
sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Staf yang melakukan dispensing sediaan obat non steril kompeten.
c. Staf yang melakukan dispensing sediaan obat steril non sitostatika terlatih dan kompeten.
d. Staf yang melakukan pencampuran sitostatika terlatih dan kompeten.
e. Tersedia fasilitas dispensing sesuai standar praktik kefarmasian.
f. Telah melaksanakan penyerahan obat dalam bentuk yang siap diberikan untuk pasien rawat
inap.
g. Obat yang sudah disiapkan diberi etiket yang meliputi identitas pasien, nama obat, dosis atau
konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal dispensing dan tanggal
kedaluwarsa/beyond use date (BUD).
PENYIAPAN
(DISPENSING)
Standar PKPO 5.1
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengkajian resep dan telaah obat sesuai peraturan
perundang-undangan dan standar praktik profesi.

Elemen Penilaian PKPO 5.1

a. Telah melaksanakan pengkajian resep yang dilakukan oleh staf yang kompeten dan berwenang
serta didukung tersedianya informasi klinis pasien yang memadai.

b. Telah memiliki proses telaah obat sebelum diserahkan.


PENGKAJIAN RESEP
Pengkajian yang dilakukan sebelum penyiapan obat untuk memastikan bahwa resep benar/legal,
akurat, lengkap dan rasional.

aspek administratif aspek farmasetik aspek klinis

• identitas pasien (nama, nomor rekam


• ketepatan indikasi
medik, tanggal lahir)
• berat badan (pediatri, pasien • nama obat
• nama obat • dosis
kemoterapi)
• tinggi badan (pasien kemoterapi) • bentuk sediaan • waktu penggunaan obat
• ruang rawat • kekuatan sediaan • duplikasi pengobatan
• tanggal resep • jumlah obat • alergi
• nama dokter • stabilitas dan inkompatibilitas • Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
• SIP dokter (resep • cara pembuatan (jika perlu peracikan) • kontraindikasi
• aturan dan cara penggunaan • interaksi obat
narkotika/psikotropika)
• Persyaratan lain sesuai • Variasi dari kebijakan penggunaan obat
regulasi RS (restriksi)
(kelengkapan berkas
jaminan asuransi)
TELAAH OBAT
PENYERAHAN OBAT DISERTAI
a. Identitas pasien INFORMASI DAN EDUKASI
b. Nama obat & kekuatan
c. Dosis
d. Rute pemberian
e. Waktu pemberian
Cek juga: jumlah obat, tanggal
disiapkan, tanggal kedaluwarsa/
BUD

PENYERAHAN OBAT
KEPADA
PERAWAT
PEMBERIAN
(ADMINISTRATION)
Standar PKPO 6
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pemberian obat sesuai peraturan perundang-
undangan.

Elemen Penilaian PKPO 6

a. Staf yang melakukan pemberian obat kompeten dan berwenang dengan pembatasan yang
ditetapkan.
b. Telah dilaksanakan verifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien minimal meliputi: identitas
pasien, nama obat, dosis, rute, dan waktu pemberian.
c. Telah melaksanakan double checking untuk obat high alert.
d. Pasien diberi informasi tentang obat yang akan diberikan.
SAFE ADMINISTRATION

DOUBLE CHECK
UNTUK OBAT HIGH ALERT

Menyiapkan
Memverifikasi
Mengkaji kesesuaian obat
Memverifika obat dan Observasi
Cek instruksi s i memberikan
kondisi klinis dari farmasi
kesesuaian obat respon
pasien dengan instruksi
pengobatan pengobatan obat dengan (administration pasien
) kepada pasien
pasien

Cek identitas Informasikan


Cek: nama
TTV, riwayat pasien di gelang kepada
obat, kekuatan, Reaksi
alergi, data lab, sesuai dengan pasien obat
bentuk alergi, ESO
pengkajian identitas pasien yang akan
1. Memiliki Surat Penugasan Klinik fisik, skala
sediaan, dosis,
di etiket obat
rute, waktu diberikan
2. Sesuai dengan Rincian nyeri
Kewenangan Klinik (RKK) yang
dimiliki
PEMBERIAN (ADMINISTRATION)

Standar PKPO 6.1


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi penggunaan obat yang dibawa pasien dari
luar rumah sakit dan penggunaan obat oleh pasien secara mandiri.

Elemen Penilaian PKPO 6.1

a. Telah melakukan penilaian obat yang dibawa pasien dari luar rumah sakit untuk
kelayakan penggunaannya di rumah sakit.

b. Telah melaksanakan edukasi kepada pasien/keluarga jika obat akan digunakan secara
mandiri.

c. Telah memantau pelaksanaan penggunaan obat secara mandiri sesuai edukasi.


OBAT YANG DIBAWA PASIEN DARI RUMAH

• ED?
RISIKO • Mutu?
• Indikasi?

• Sumber obat
PENILAIAN
KELAYAKAN • Cek mutu obat secara visual
PENGGUNAAN • Hasil rekonsiliasi obat

• DPJP
INFORMASIKAN KE • Dokter terkait
PPA DAN SATELIT
FARMASI
• Perawat
• Staf farmasi

• Obat yang dapat digunakan


INFORMASI/EDUKASI • Obat yang tidak dapat digunakan
KE PASIEN/KELUARGA • Serah terima obat
PENGGUNAAN OBAT OLEH PASIEN SECARA MANDIRI

TUJUAN

 Memberdayakan pasien dalam menggunakan obat secara mandiri


 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obatnya
 Meningkatkan kepatuhan
 Menyiapkan pasien/keluarga/caregiver sebelum pulang dari RS
 Memantapkan support system setelah pasien pulang dari RS

 PRINSIP: Pemberian obat pasien rawat inap menjadi tanggung


jawab RS
 Pemberian obat yang dilakukan oleh pasien PATIENT
sendiri/keluarga/care giver harus dilakukan asesmen risiko SAFETY
terlebih dahulu untuk menentukan kelayakannya.
ASESMEN RISIKO KELAYAKAN PENGGUNAAN OBAT
OLEH PASIEN SECARA MANDIRI

Pasien dewasa Pasien dapat menggunakan obat


secara mandiri

 Obat tersedia di meja/laci dekat


T Tidak ada gangguan mental,
pasien
I kesadaran, visual, motorik  Lakukan edukasi cara
PEMBERIAN OBAT Y penggunaan
OLEH PERAWAT obat
D Pasien sudah biasa menggunakan A
 Edukasi tentang apa yang harus
obat secara mandiri dilakukan pasien jika terjadi terlupa
A
dosis, mengalami efek samping
 PPA memonitor kemungkinan adanya
K Pasien bersedia perubahan kemampuan pasien
menggunakan obat secara mandiri.
PEMANTAUAN

Standar PKPO 7
Rumah sakit menerapkan pemantauan terapi obat secara kolaboratif.

Elemen Penilaian PKPO 7

a. Telah melaksanakan pemantauan terapi obat secara kolaboratif.

b. Telah melaksanakan pemantauan dan pelaporan efek samping obat serta analisis laporan
untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat.
• Komunikasi
• Kolaborasi
• Proses yang terstandar • Koordinasi
• Integrasi
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT

Direktur RS Unit Pelayanan Badan POM


Dokter/Perawat/Apoteker Tim Farmasi dan Terapi

Menelusuri literatur
Identifikasi ESO tentang ESO dan
menetapkan skor
algoritma Naranjo

Mencatat data:
pasien, manifestasi
ESO, obat yang Tindaklanjut bersama Tim
digunakan/dicurigai Profesional Pemberi
Asuhan (PPA)

Mengirimkan
Laporan ESO
Kompilasi dan Evaluasi Hasil Kajian ESO Hasil Kajian ESO

Laporan ESO
PEMANTAUAN

Standar PKPO 7.1


Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pelaporan serta tindak lanjut terhadap kesalahan
obat (medication error) dan berupaya menurunkan kejadiannya.

Elemen Penilaian PKPO 7.1


a. Rumah sakit telah memiliki regulasi tentang medication safety yang bertujuan
mengarahkan penggunaan obat yang aman dan meminimalkan risiko kesalahan
penggunaan obat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit menerapkan sistem pelaporan kesalahan obat yang menjamin laporan
akurat dan tepat waktu yang merupakan bagian program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
c. Rumah sakit memiliki upaya untuk mendeteksi, mencegah dan menurunkan kesalahan
obat dalam meningkatkan mutu proses penggunaan obat.
d. Seluruh staf rumah sakit dilatih terkait kesalahan obat (medication error).
UPAYA MENURUNKAN KESALAHAN OBAT
REGULASI MEDICATION SAFETY
HIGH
Seleksi
Fail-safes and constraints

Forcing functions
Pengadaan
Automation and computerization

Penyimpanan Standardization
P
O Redundancies
W
Peresepan (Prescribing) E Reminder and checklists
R
Rules and policies
Penyiapan (Dispensing) Education and Information

Suggestions to be more careful


Pemberian (Administration) or vigilant

LOW
Pemantauan (Monitoring)
Sumber: Institute for Safe Medication Practice
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTANSI ANTIMIKROBA

Standar PKPO 8
Rumah sakit menyelenggarakan program pengendalian resistansi antimikroba (PPRA) sesuai peraturan
perundang-undangan.

Elemen Penilaian PKPO 8

a. Rumah sakit menetapkan kebijakan pengendalian resistansi antimikroba sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit menetapkan komite/tim PPRA dengan melibatkan unsur terkait sesuai regulasi
yang akan mengelola dan menyusun program kerja program pengendalian resistansi
antimikroba dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur rumah sakit,
c. Rumah sakit melaksanakan program kerja sesuai maksud dan tujuan.
d. Rumah sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi kegiatan PPRA sesuai maksud dan
tujuan.
e. Memiliki pelaporan kepada pimpinan rumah sakit secara berkala dan kepada Kementerian
Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.
STRATEGI PROGRAM PENGENDALIAN RESISTANSI ANTIMIKROBA

MENGENDALIKAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA


BERKEMBANGNYA MIKROBA
RESISTAN SECARA BIJAK

MENCEGAH PENYEBARAN PENINGKATAN KEPATUHAN


MIKROBA RESISTAN TERHADAP PRINSIP PPI
PROGRAM KERJA KOMITE/TIM PPRA

a) Peningkatan pemahaman dan kesadaran penggunaan antimikroba bijak bagi seluruh


tenaga kesehatan dan staf di rumah sakit, serta pasien dan keluarga, melalui pelatihan dan
edukasi.
b) Optimalisasi penggunaan antimikroba secara bijak melalui penerapan penatagunaan
antimikroba (PGA).
c) Surveilans penggunaan antimikroba secara kuantitatif dan kualitatif.
d) Surveilans resistansi antimikroba dengan indikator mikroba MDRO.
e) Peningkatan mutu penanganan tatalaksana infeksi, melalui pelaksanaan forum kajian
kasus infeksi terintegrasi (FORKKIT).
INDIKATOR MUTU PPRA

Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik

Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik

Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara


multidisiplin dan terintegrasi
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern

Penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh


mikroba resisten

Indikator mutu PPRA terintegrasi pada indikator mutu PMKP

PMK 8 Tahun 2015, pasal 11


PROGRAM PENGENDALIAN RESISTANSI ANTIMIKROBA

Standar PKPO 8.1


Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan penggunaan antimikroba secara bijak berdasarkan
prinsip penatagunaan antimikroba (PGA).

Elemen Penilaian PKPO 8.1


a. Rumah sakit melaksanakan dan mengembangkan penatagunaan antimikroba
di unit pelayanan yang melibatkan dokter, apoteker, perawat, dan peserta
didik.
b. Rumah sakit menyusun dan mengembangkan panduan praktik klinis (PPK),
panduan penggunaan antimikroba untuk terapi dan profilaksis (PPAB),
berdasarkan kajian ilmiah dan kebijakan rumah sakit serta mengacu regulasi
yang berlaku secara nasional. Ada mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan
penatagunaan antimikroba.
c. Rumah sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi ditujukan untuk
mengetahui efektivitas indikator keberhasilan program.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai