PENGGUNAAN OBAT
(PKPO)
DR.Dr.Sutoto,M.Kes, FISQua
JABATAN SEKARANG: KETUA EKSEKUTIF KARS
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua :IRSPI (Ikatan RS Pendidikan Ind) Th 2005-2008 Curiculum Vitae
2. Ketua :ARSPI (Asosiasi RS Pendidikan Ind) Th 2008-2010
Dr. dr. Sutoto, MKes,FISQua
3. Ketua IRSJAM (Ikatan RS Jakarta Metropolitan) 2008-2010
4. Ketua umum PERSI Th 2009-2012/2012-2015
SERTIFIKAT KOMPETENSI
1. Trainer BNSP
2. Konsultan Manajemen Kesehatan BNSP
3. Trainer surveyor akreditasi KARS/ISQua
• PENDIDIKAN:
1. SI, Dokter, Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro
2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)
• PENGALAMAN KERJA
1. Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UHAMKA, UMY
2. Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS):
3. Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah,1978-1979
4. Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., 1979-1992
5. Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001
6. Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 S/D 2005
7. Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010
8. Plt dirjen Binyanmed KEMENKES R.I( 2010)
MENGAPA MPO BERUBAH MENJADI PKPO ?
PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
1. Kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan:
1. Sediaan Farmasi,
2. Alat Kesehatan, dan
3. Bahan Medis Habis Pakai
2. Kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Sutoto.KARS 4
ALUR PERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT TERKAIT OBAT DALAM SNARS EDISI 1
Instruksi
Asesmen Pengobatan Pemberian Obat Monitoring Follow Up
Pasien Penyiapan Obat (PKPO 6; 6.1; 6.2) (AP 2) (PAP 2 EP 4)
ALUR (PAP 2.2;
(APPERAWATAN
1.1) PKPO 4 EP
PASIEN DI1;RUMAH SAKIT TERKAIT OBAT DALAM SNARS EDISI 1
PKPO 4.1; 4.2; 4.3)
Instruksi
Asesmen Pengobatan Pemberian Obat Monitoring Follow Up
Pasien Penyiapan
Farmasi Obat
Manajemen
(PKPO 6; 6.1; 6.2) (PAP 2 EP 4)
PASIEN RAWAT (AP 2)
FarmasiINAP
(AP 1.1) (PAP 2.2;RUMAH
Klinik PKPO 4 EP 1; SAKIT DALAM FORMAT P.C.C
PKPO 4.1; 4.2; 4.3) Farmasi Klinik:
Seleksi (PKPO 2)
Penelusuran Riwayat Penggunaan
Obat (PKPO 4 EP 4) Pengadaan Pemantauan Terapi Obat
Farmasi Manajemen
(PKPO 2.1; 2.1.1; TKRS 7.1) (AP 2 EP 4; PKPO 7 EP 2)
Farmasi Klinik
Rekonsiliasi Obat (PKPO 4 EP 3) Seleksi (PKPO 2) Farmasi Klinik:
Penelusuran Riwayat Penggunaan Penyimpanan Monitoring Efek Samping Obat (PKPO 7 EP 3)
Visite(PKPO
Obat (AP 2 EP 4) 4)
4 EP (PKPO 3; 3.1 s/d 3.5)
Pengadaan Pemantauan Terapi Obat
(PKPO 2.1; 2.1.1; TKRS 7.1) (AP 2Konseling
EP 4; PKPO
dan7 EP 2)
Rekonsiliasi
Pengkajian Obat
Resep (PKPO
(PKPO 4 EP 3)
5.1 2) Distribusi/Dispensing (PKPO 5; Informasi Obat (MKE 10 EP 1)
Penyimpanan Monitoring Efek Samping Obat (PKPO 7 EP 3)
PKPO 5.1)
Visite (AP 2 EP 4) (PKPO 3; 3.1 s/d 3.5)
Konseling dan
Pengkajian Resep (PKPO 5.1 EP 2) Distribusi/Dispensing (PKPO 5; Informasi Obat (MKE 10 EP 1)
PKPO 5.1)
PELAYANAN KEFARMASIAN
PELAYANAN FARMASI KLINIS PADA PASIEN RS
Pemantauan
Rekonsiliasi Obat Edukasi Obat Terapi Obat
5 dan Visite
6 saat transfer 4
UNDANG UNDANG RUMAH SAKIT
Sutoto.KARS 8
UURS
•Pasal 7
•(1) RS harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan.
UURS BAG KEENAM KEFARMASIAN
• Pasal 15
• (1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus
menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat,
aman dan terjangkau.
• (2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar pelayanan
kefarmasian.
• (3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit
harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.
• (4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus wajar
dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah.
• (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
PKPO
GAMBARAN UMUM
Error)
PRINSIP RANCANG PROSES PKPO YANG EFEKTIF
1. seleksi,
2. pengadaan,
3. penyimpanan,
4. Peresepan/permintaan obat/instruksi pengobatan
5. penyalinan (transcribe),
6. pendistribusian,
7. penyiapan (dispensing),
8. pemberian,
9. pendokumentasian dan
10.pemantauan terapi obat.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit13
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
RS DIMINTA UNTUK :
Standar PKPO 1
Penyimpanan
• Obat narkotika psikotropika
• Gas medis
• B3
• Obat emergensi
KARS
KARS
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
Sutoto.KARS 24
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
PERTANYAANNNYA:
• BAGAIMANA ANDA MENJAMIN KEAMANAN, MUTU, MANFAAT DAN KHASIAT SEDIAAN FARMASI DALAM PELAYANAN OBAT
DI RS ANDA ?. Sutoto.KARS 25
SELEKSI DAN PENGADAAN
Standar PKPO 2
Sutoto.KARS 34
Contoh Kriteria Penghapusan Obat dari formularium:
Sutoto.KARS 35
Standar PKPO 2.1
• Pasal 5
• (1) Alat kesehatan dan/atau PKRT yang akan diimpor,
digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik
Indonesia harus terlebih dahulu memiliki izin edar.
• (2) Izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang
ditunjuk.
KARS
Standar PKPO 2.1.1
KARS
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PENGADAAN
• a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
• b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety
Data Sheet (MSDS).
• c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar.
• d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun
kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Peraturan Menteri
KARS
Keehatan R.I. nomer 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Khusus untuk pembelian alat kesehatan , bahan medis habis pakai dan obat
yang berisiko termasuk vaksin, RS agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
KARS
PENYIMPANAN
Standar PKPO 3
Sutoto.KARS 54
TATA KELOLA BAHAN BERBAHAYA,
SERTA OBAT NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
Beberapa macam obat seperti obat radioaktif dan obat yang dibawa pasien
sebelum rawat inap mungkin memiliki risiko keamanan.
(4) Tempat
penyimpanan
(1) Tempat
(2) Tempat (3) Tempat Prekursor Farmasi
penyimpanan
penyimpanan penyimpanan dalam bentuk bahan
Narkotika, Psikotropika,
Narkotika dilarang Psikotropika dilarang baku dilarang
dan Prekursor Farmasi
digunakan untuk digunakan untuk digunakan untuk
dapat berupa gudang,
menyimpan barang menyimpan barang menyimpan barang
ruangan, atau lemari
selain Narkotika. selain Psikotropika. selain Prekursor
khusus.
Farmasi dalam bentuk
bahan baku.
KARS
Pasal 26
Syarat Gudang khusus Narkotika
KARS
(2) Ruang khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat
KARS
(3)Syarat Lemari khusus Narkotika
KARS
KARS
Pasal 33
❑Elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit perawatan kecuali dibutuhkan secara klinis
dan apabila disimpan dalam unit perawatan, disertai alasan penyimpanannya mengapa
disimpan di unit perawatan serta terdapat pengamanan untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja / kekeliruan (lihat juga SKP 3.1).
❑Selain penyimpanan elektrolit konsetrat, rumah sakit juga perlu menyediakan mekanisme
pengawasan untuk semua lokasi, dimana elektrolit konsentrat disimpan.
DAFTAR ELEKTROLIT KONSENTRAT DAN PENGENCERANNYA
KARS
Standar PKPO 3.3
KARS
• Tempat menyimpan :
TROLI/KIT/LEMARI/KOTAK OBAT EMERGENSI
• Akses terdekat dan selalu siap pakai .
CONTOH: • Terjaga isinya/aman →kunci plastik dg no
register
KEBIJAKAN
• Isi sesuai standar di masing-masing unit
PENYIMPANAN
• Tidak boleh dicampur obat lain
OBAT
• Dipakai hanya untuk emergensi saja dan
EMERGENSI sesudah Pakai harus melaporkan untuk
segera diganti
• Di cek secara berkala apakah ada yg
rusak/kadaluwarsa
Sutoto.KARS 90
TROLI EMERGENSI
Kunci Plastik
Disposable dengan nomor
register
Sutoto.KARS 91
Dibutuhkan tiga
macam troli
DAFTAR OBAT
EMERGENSI DI IGD •Merah
•Kuning
•Hijau
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2018 TENTANG
PELAYANAN KEGAWATDARURATAN
KODE WARNA PASIEN I.G.D
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN KEGAWATDARURATAN
DAFTAR OBAT EMERGENSI DI IGD
LEVEL PELAYANAN
KEGAWAT DARURATAN
Standar PKPO 3.5
PERESEPAN
DAN •Peresepan/permintaan
PENYALINAN obat dan instruksi
pengobatan.
PERESEPAN RS menetapkan staf medis yang kompeten dan
berwenang untuk melakukan
DAN peresepan/permintaan obat serta instruksi
pengobatan.
Maksud dan
Menetapkan proses rekonsiliasi
Tujuan obat
Contoh :
Patient Medication History
(Riwayat Pasien Makan Obat)
Daftar semua jenis obat yg digunakan pasien atau dibawa dari rumah; (obat
resep, bebas, herbal atau tcm)
Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?
Ya tidak
1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN
Sutoto.KARS INTERVIU 108
Diadaptasi dari : Improving Communication During transtition. JCR,JCI, 20102 p 54
• Hanya Yang Berhak Menulis Dan Memesan Resep Saja
Yangdilayani
• (Tersedia Daftar Staf Medis Yang Berhak Menulis Resep/ Daftar
Petugas Yang Berhak Memesan Resep Di Instalasi Farmasi)
• Resep Harus Lengkap ( Tersedia Contoh Dan Keterangan Resep
Yang Lengkap )
RUANG/INSTALASI::
TANGGAL:
ALERGI : TIDAK/ YA : …………………
BERAT BADAN :
NAMA DOKTER
Sutoto.KARS 113
Contoh: Automatic Stop Order
Sutoto.KARS 114
contoh
automatic
stop order
Sutoto.KARS 115
Contoh : KEBIJAKAN AUTOMATIC STOP ORDER
• I. TUJUAN:
• Tjuan kebijakan automatic stop order Untuk memastikan bahwa terdapat obat yang harus
dievaluasi dan ditinjau secara konsisten dan bahwa informasi ini diberi tahu kepada
dokter.
• III. KEBIJAKAN:
• Rumah Sakit akan memastikan administrasi aman obat melalui proses stop order.
• IV. PROSEDUR:
• A. obat berikut akan otomatis dihentikan oleh Instalasi Farmasi setelah penggunaan awal
telah dimulai:
1. Ketorolac - setelah 5 hari penggunaan
2. Nesiritide - setelah 2 hari penggunaan
3. Alvimopan - setelah 15 dosis telah diberikan
4. Meperidin - setelah 2 hari penggunaan
Menentukan pengertian
dan syarat kelengkapan
resep atau pemesanan.
Data identitas pasien secara akurat (dengan stiker);
KELENGKAPAN elemen pokok di semua resep atau permintaan obat atau instruksi
pengobatan;
SUATU RESEP kapan diharuskan menggunakan nama dagang atau generik;
/PERMINTAAN kapan diperlukan penggunaan indikasi seperti pada PRN (pro re nata atau
“jika perlu”) atau instruksi pengobatan lain;
OBAT/INSTRUK jenis instruksi pengobatan yang berdasar atas berat badan seperti untuk
anak-anak, lansia yang rapuh, dan populasi khusus sejenis lainnya;
SI kecepatan pemberian (jika berupa infus);
No TGL/JAM NAMA OBAT DAN Rute Nama DPJP Apoteker Diberikan Oleh Waktu Keterangan
DOSIS /Tanda Pemberian
Penelaah:
Tangan
1
Misal : Bila perlu,
Tapering off, titrasi,
stop
2
Sutoto.KARS 130
PERSIAPAN DAN PENYERAHAN
Standar PKPO 5
Sutoto.KARS 140
• PENCAMPURAN OBAT IV LAMINAR AIRFLOW
• REPACKAGING ANTI BIOTIC VERTICAL
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik (sebagian)
142
Dst…..
BUKU PEDOMAN PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA . Dirjen Binyanfar .2009
INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT
PENCAMPURAN OBAT IV TAK SESUAI STANDAR
PROBABILITY RISK IMPACT (HEALTH, CURRENT SYSTEM/ SCO
FINANCIAL, LEGAL, PREPAREDNESS RE
POTENSIAL RISK/PROBLEM REGULATORY)
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
ICRA
CYTOTOXIC SAFETY CABINET
Sutoto.KARS 144
PELAYANAN KEMOTERAPI
KARS
SPILKIT
KEMOTERAPI
Sutoto.KARS 146
JENIS LIMBAH
Limbah padat:
oInfeksius( kantong kuning)
oNon infeksius (kantong hitam)
oDaur ulang ( kantong putih)
oLimbah sitotoksik ( kantong
ungu)
Limbah cair
oInfeksius
oNon infeksius
Limbah benda tajam
Standar PKPO 5.1
1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
3. Dosis/Konsentrasi
4. Cara pemberian
5. Tanggal Penyiapan
6. Tanggal Kadaluwarsa
Sutoto.KARS 162
CONTOH
KEBIJAKAN ETIKET OBAT RAWAT INAP
1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
3. Dosis/Konsentrasi
4. Rute/Cara Pemberian
5. Waktu Pemberian
Sutoto.KARS 163
CONTOH: FORM TELAAH OBAT
Label identitas pasien
NO TELAAH OBAT YA TDK KETERANGAN/TINDAK
LANJUT
• Jadwal ini tidak berlaku unt antibiotik injeksi dan obat dgn
program pengobatan khusus
Sutoto.KARS 165
PEMBERIAN (ADMINISTRATION) OBAT
Standar PKPO 6
Rumah sakit dapat membatasi kewenangan individu dalam melakukan pemberian obat,
seperti pemberian obat narkotika dan psikotropika, radioaktif, atau obat penelitian.
Dalam keadaan darurat maka rumah sakit dapat menetapkan tambahan staf klinis yang
diberi izin memberikan obat. (lihat juga PKPO 1.1, KKS 3, dan KKS 10)
Elemen penilaian PKPO 6 Telusur Skor
D Bukti pelaksanaan pemberian obat 10 TL
3. Ada bukti pelaksanaan pemberian
sesuai pembatasan 5 TS
obat dilaksanakan sesuai dengan 0 TT
(D,W)
a) identitas pasien;
b) nama obat;
c) dosis;
e) waktu pemberian.
Elemen penilaian PKPO 6.1 Telusur Skor
1. Ada regulasi verifikasi sebelum R Regulasi tentang verifikasi sebelum 10 TL
penyerahan obat kepada pasien penyerahan obat sesuai a s/d e 5 TS
yang meliputi butir a) sampai dengan 0 TT
e) pada maksud dan tujuan. (R)
W • Perawat
• Apoteker klinis
1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
Resep/Perintah
3. Dosis/Konsentrasi
Dokter/Permintaan Obat
4. Rute/Cara Pemberian
5. Waktu Pemberian
Sutoto.KARS 176
Standar PKPO 6.2
Obat semacam ini harus diketahui oleh dokter yang merawat dan
dicatat di rekam medik. Pemberian obat oleh pasien sendiri, baik
yang dibawa sendiri atau yang diresepkan dari rumah sakit harus
diketahui oleh dokter yang merawat dan dicatat di rekam medis
pasien.
Contoh :
Patient Medication History
(Riwayat Pasien Makan Obat)
Daftar semua jenis obat yg digunakan pasien atau dibawa dari rumah; (obat
resep, bebas, herbal atau tcm)
Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?
Ya tidak
1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN
Sutoto.KARS INTERVIU 180
Diadaptasi dari : Improving Communication During transtition. JCR,JCI, 20102 p 54
PEMANTAUAN (MONITOR)
Standar PKPO 7
3. RUMAH SAKIT MENETAPKAN REGULASI UNTUK EFEK SAMPING OBAT YANG HARUS
DICATAT DAN DILAPORKAN.
ALGORITMA NARANJO
KARS
Sutoto.KARS 186
KEGIATAN PTO
1. Pengkajian Pilihan Obat
2. Dosis
3. Cara Pemberian Obat
4. Respons Terapi
5. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
6. Rekomendasi Perubahan Atau Alternatif Terapi.
Sutoto.KARS 187
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
• Adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
• Kegiatan PTO mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD),)dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
• Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan
dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan
ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
• Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat,
serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya
masalah terkait obat.
• Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek
profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek
yang tidak dikehendaki.
Sutoto.KARS 188
METODE PTO (SOAP)
S : Subjective
• Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien.
• Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
• Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga
kesehatan. Tanda-tanda obyektif mencakup tanda vital
(tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
A : Assessment
• Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis
terkait obat.
P : Plans
• Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah
menyusun rencana yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.
Sutoto.KARS 189
PASIEN/JENIS OBAT YANG DI PTO
1.. Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti :
• obat dengan indeks terapi sempit (contoh: Digoksin,fenitoin),
• Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik
(contoh: OAT),
• Sitostatika (contoh: metotreksat),
• Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin),
• Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid, AINS),
• Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).
Sutoto.KARS 190
KONDISI PASIEN YG DILAKUKAN PTO
Sutoto.KARS 191
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi
adanya masalah terkait obat. (Hepler dan Strand)
1. Ada indikasi tetapi tidak di terapi :Pasien yang diagnosisnya telah
ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus
diterapi dengan obat.
2. Pemberian obat tanpa indikasi ,pasien mendapatkan obat yang tidak
diperlukan.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang
bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan merupakan pilihan
pertama, obat yang tidak cost effective, kontra indikasi
4. Dosis terlalu tinggi
5. Dosis terlalu rendah
6. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
7. Interaksi obat
Sutoto.KARS 192
Standar PKPO 7.1
1. Pengadaan yg aman,
2. Penyimpanan yang aman,
3. Peresepan/permintaan obat/instruksi pengobatan yang
aman
4. penyalinan (transcribe) yang aman,
5. Pendistribusian yang aman,
6. penyiapan (dispensing) yang aman,
7. Pemberian yang aman,
8. pendokumentasian yang aman
9. pemantauan terapi obat.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit195
FORMULIR LAPORAN IKP
Sutoto.KARS 202
SENTINEL RCA
MERAH &
KTD KUNING
RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU
INVESTIGASI
SEDERHANA
TERIMA KASIH