Standar PKPO 1
Sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat dikelola untuk
memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Struktur organisasi dan tata hubungan kerja operasional pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat di rumah sakit mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Rumah sakit harus menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan staf yang terlibat
dalam pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat.
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Rumah sakit telah menetapkan regulasi tentang sistem Dokumen Regulasi tentang :
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat,
termasuk pengorganisasiannya sesuai dengan 1) Pedoman pengorganisasian unit pelayanan
peraturan perundang-undangan. kefarmasian
2) Penetapan Komite/Tim Farmasi dan terapi
disertai dengan pedoman kerja
EP 2 Rumah sakit memiliki bukti seluruh apoteker memiliki Dokumen (STRA dan SIPA) semua apoteker dan
izin dan kompeten, serta telah melakukan supervisi hasil supervisi yang dilakukan
pelayanan kefarmasian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang- undangan.
EP 3 Rumah sakit memiliki bukti kajian sistem pelayanan Dokumen pelaksanaan tentang kajian manajemen
kefarmasian dan penggunaan obat yang dilakukan pelayanan ke farmasian sesuai EP , selama 12 bulan
setiap tahun.. terakhir
EP 4 Rumah sakit memiliki sumber informasi obat untuk Dokumen minimal Formularium/MIMS yang terkini
semua staf yang terlibat dalam penggunaan obat. (hardcopy atau elektronik) ada disemua layanan
yang terlibat dalam penggunaan obat
Standar PKPO 2
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan formularium yang
digunakan untuk peresepan/permintaan obat/instruksi
pengobatan. Obat dalam formularium senantiasa tersedia di
rumah sakit.
Formularium didasarkan atas misi rumah sakit, kebutuhan pasien, dan jenis pelayanan yang diberikan.
Formularium harus dijadikan acuan dan dipatuhi dalam peresepan dan pengadaan obat.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi melakukan evaluasi terhadap formularium rumah sakit sekurang-kurangnya
setahun sekali dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan biaya.
Rumah sakit merencanakan kebutuhan obat, dan BMHP dengan baik agar tidak terjadi kekosongan yang
dapat menghambat pelayanan.
Apabila terjadi kekosongan, maka tenaga kefarmasian harus menginformasikan kepada profesional pemberi
asuhan (PPA) serta saran substitusinya.
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi pengadaan sediaan farmasi dan BMHP yang
melibatkan apoteker untuk memastikan proses berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
EP 2 Rumah sakit melakukan pemantauan kepatuhan Dokumen monitoring penggunaan obat baru :
terhadap formularium baik dari persediaan maupun 1) Bukti laporan kejadian KTD, efek samping dan
penggunaannya Medication Error
2) Bukti Rapat Komite/ Tim Farmasi dan Terapi untuk
evaluasi obat baru
EP 3 Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap Dokumen tentang pelaksanaan kajian tahunan
formularium sekurang- kurangnya setahun sekali formularium
berdasarkan informasi tentang efektivitas, keamanan
dan biaya.
EP 4 Rumah sakit melakukan pelaksanaan dan evaluasi Dokumen tentang pelaksanaan dan evaluasi terhadap
terhadap perencanaan dan pengadaan sediaan perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi, BMHP
farmasi, dan BMHP
EP 5 Rumah sakit melakukan pengadaan sediaan farmasi, Dokumen keterlibatan apoteker dalam melakukan
dan BMHP melibatkan apoteker untuk memastikan pengadaan sediaan fatrmasi, dan BMHP untuk
proses berjalan sesuai peraturan memastikan proses berjalan sesuai peraturan
perundangundangan. perundangan
Apoteker melakukan supervisi secara rutin ke lokasi penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP, untuk
memastikan penyimpanannya dilakukan dengan benar dan aman.
Rumah sakit harus memiliki sistem yang menjamin bahwa sediaan farmasi dan BMHP yang tidak layak
pakai karena rusak, mutu substandar atau kedaluwarsa tidak digunakan serta dimusnahkan.
Rumah sakit harus menetapkan tanggal kedaluwarsa sediaan obat (BUD=Beyond Use Date).
Rumah sakit harus memiliki sistem penarikan kembali (recall) yang meliputi:
Identifikasi keberadaan obat yang di-recall di semua lokasi
penyimpanan di rumah sakit.
Penarikan dari semua lokasi penyimpanan.
Pengembaliannya ke distributor.
Rumah sakit memastikan bahwa proses recall dikomunikasikan dan dilaksanakan secepatnya untuk
mencegah digunakannya produk yang di-recall.
EP 2 Narkotika dan psikotropika disimpan dan dilaporkan Dokumen (SPO) penyimpanan bahan berbahaya/
penggunaannya sesuai peraturan perundang- narkotika / psikotropika sesuai peraturan dan doken
undangan. bukti pelaporan narkotika dan psikotropika.
Observasi penyimpanan Narkotika dan psikotropika
EP 3 Rumah sakit melaksanakan supervisi secara rutin Dokumen pelaksanaan supervisi/ceck list supervisi oleh
oleh apoteker untuk memastikan penyimpanan apotker penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP secara
sediaan farmasi dan BMHP dilakukan dengan benar benar dan aman
dan aman.
EP 4 Obat dan zat kimia yang digunakan untuk peracikan Observasi : obat yang keluar dari farmasi diberi label
obat diberi label secara akurat yang terdiri atas nama obat yang terdiri atas isi/nama obat, tanggal
zat dan kadarnya, tanggal kedaluwarsa, dan kedaluwarsa, dan peringatan khusus termasuk obat
peringatan khusus. racikan
EP 2 Radioaktif dikelola sesuai sifat dan risiko bahan Observasi tempat penyimpanan obat dan bahan
radioaktif. radioaktif yang baik, benar, dan aman sesuai
dengan Dokumen Regulasi
EP 3 Obat penelitian dikelola sesuai protokol penelitian. Observasi tempat penyimpanan obat yang
digunakan untuk penelitian yang baik, benar, dan
aman sesuai dengan Dokumen Regulasi
EP 4 Produk nutrisi parenteral dikelola sesuai stabilitas Observasi tempat penyimpanan produk nutrisi yang
produk. baik, benar, dan aman sesuai dengan Dokumen
Regulasi
EP 5 Obat/BMHP dari program/donasi dikelola sesuai Observasi tempat penyimpanan obat program atau
peraturan perundang-undangan dan pedoman bantuan pemerintah/pihak lain yang baik, benar,
terkait. dan aman sesuai dengan Dokumen Regulasi
EP 2 Rumah sakit menerapkan tata laksana obat Dokumen daftar obat emergensi di setiap tempat
emergensi untuk meningkatkan ketepatan dan penyimpanan lengkap dan siap dipergunakan serta
kecepatan pemberian obat. bukti tentang catatan supervisi tentang
penyimpanan obat emergensi
EP 1 Batas waktu obat dapat digunakan (beyond use Dokumen batas waktu obat dapat digunakan
date) tercantum pada label obat. (beyond use date) tercantum pada label obat
Observasi
EP 2 Rumah sakit memiliki sistem pelaporan sediaan Dokumen pelaporan sediaan farmasi dan BMHP
farmasi dan BMHP substandar (rusak). substandar atau rusak dan pemusnahannya
EP 3 Rumah sakit menerapkan proses recall obat, BMHP Dokumen penerapan proses recall obat dan BMHP,
dan implan yang meliputi : implan yang meliputi :
o identifikasi, o Identifikasi
o penarikan o penarikan kembali
o pengembalian produk yang di-recall. o pengembalian produk yg di recall.
EP 4 Rumah sakit menerapkan proses pemusnahan Dokumen pelaksanaan dan berita acara
sediaan farmasi dan BMHP pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP
Standar PKPO 4
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan regulasi rekonsiliasi
obat.
Rekonsiliasi obat merupakan proses kolaboratif yang dilakukan oleh dokter, apoteker dan perawat, serta
melibatkan pasien/keluarga.
Rekonsiliasi obat dimulai dengan menelusuri riwayat penggunaan obat pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemudian membandingkan daftar obat tersebut dengan obat yang baru diresepkan saat perawatan.
Hasil rekonsiliasi obat didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada profesional pemberi asuhan (PPA)
terkait dan pasien/keluarga.
Kajian sistematik membuktikan bahwa rekonsiliasi obat dapat menurunkan diskrepansi dan kejadian yang
tidak diharapkan terkait penggunaan obat (adverse drug event).
EP 1 Rumah sakit menerapkan rekonsiliasi obat saat Dokumen penerapan rekonsilasi obat saat pasien
pasien masuk rumah sakit, pindah antar unit masuk rumah sakit, pindah antar unit pelayanan
pelayanan di dalam rumah sakit dan sebelum didalam rumah sakit dan sebelum pasien pulang
pasien pulang.
EP 2 Hasil rekonsiliasi obat didokumentasikan di rekam Dokumen dokumen rekonsilasi obat dalam rekam
medis. medis
Rumah sakit harus menetapkan dan menerapkan regulasi tentang peresepan/permintaan obat dan
BMHP/instruksi pengobatan yang benar, lengkap dan terbaca.
Rumah sakit menetapkan dan melatih tenaga medis yang kompeten dan berwenang untuk melakukan
peresepan/permintaan obat dan BMHP/instruksi pengobatan.
Rumah sakit menetapkan persyaratan bahwa semua resep/permintaan obat/instruksi pengobatan harus
mencantumkan identitas pasien (lihat SKP 1)
Nama obat.
Dosis.
Frekuensi pemberian.
Rute pemberian.
Nama dan tanda tangan dokter.
a) Penulisan nama dagang atau nama generik pada sediaan dengan zat aktif tunggal.
b) Penulisan indikasi dan dosis maksimal sehari pada obat PRN (pro renata atau ´jika perluµ).
c) Penulisan berat badan dan/atau tinggi badan untuk pasien anak-anak, lansia, pasien yang
mendapatkan kemoterapi, dan populasi khusus lainnya.
Instruksi rentang dosis adalah instruksi pengobatan dimana dosis obat dinyatakan dalam rentang. Dosis
disesuaikan berdasarkan kebutuhan pasien.
Daftar obat yang diresepkan tercatat dalam rekam medis pasien yang mencantumkan identitas pasien.
Daftar obat pulang diserahkan kepada pasien disertai edukasi penggunaannya agar pasien dapat
menggunakan obat dengan benar dan mematuhi aturan pakai yang sudah ditetapkan.
EP 2 Telah dilakukan evaluasi terhadap penulisan Dokumen pelaksanan evaluasi terhadap penulisan
resep/instruksi pengobatan yang tidak lengkap dan resep atau instruksi pengobatan yg tidak lengkap dan
tidak terbaca. tidak terbaca
EP 3 Telah dilaksanaan proses untuk mengelola resep Dokumen pelaksanaan pengelolaan resep khusus
khusus seperti emergensi, automatic stop order,
tapering,
EP 4 Daftar obat yang diresepkan tercatat dalam rekam Dokumen pelaksanaan pencatatan dalam satu daftar
medis pasien dan menyertai pasien ketika di rekam medis obat yang diberikan kepada pasien,
dipindahkan/transfer. menyertai pasien saat dipindah/transfer
EP 5 Daftar obat pulang diserahkan kepada pasien Dokumen daftar obat pulang diserahkan kepada
disertai edukasi penggunaannya pasien disertai edukasi penggunaannya
Penyiapan obat dilakukan oleh staf yang terlatih dalam lingkungan yang aman bagi pasien, staf dan
lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan dan standar praktik kefarmasian untuk menjamin
keamanan, mutu, manfaat dan khasiatnya.
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat pada pasien rawat inap, maka obat yang diserahkan harus
dalam bentuk yang siap digunakan, dan disertai dengan informasi lengkap tentang pasien dan obat.
EP 2 Staf yang melakukan dispensing sediaan obat non Dokumen sertifikat pelatihan prinsip penyiapan obat
steril kompeten. non streril
EP 3 Staf yang melakukan dispensing sediaan obat steril Dokumen sertifikat pelatihan prinsip penyiapan obat
non sitostatika terlatih dan kompeten. dan teknik aseptik, yang dimiliki staf
EP 4 Staf yang melakukan pencampuran sitostatika Dokumen sertifikat kompetensi/ pelatihan
terlatih dan kompeten. pencampuran sitosttika.
EP 5 Tersedia fasilitas dispensing sesuai standar praktik Observasi ruang dan pelaksanaaan pencampuran obat
kefarmasian. kemoterapi, serta adanya cabin laminary air flow
EP 6 Telah melaksanakan penyerahan obat dalam bentuk Observasi pelaksanaan penyerahan obat di rawat inp
yang siap diberikan untuk pasien rawat inap dalam bentuk siap diberikan
EP 7 Obat yang sudah disiapkan diberi etiket yang Observasi etiket yang meliputi identitas pasien, nama
meliputi identitas pasien, nama obat, dosis atau obat, dosis atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu
konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, pemberian, tanggal dispensing dan tanggal
tanggal dispensing dan tanggal kedaluwarsa/beyond kedaluwarsa/beyond use date (BUD).
use date (BUD).
a) Pasien.
b) Nama obat.
c) Dosis dan jumlah obat.
d) Rute pemberian.
e) Waktu pemberian.
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Telah melaksanakan pengkajian resep yang Dokumen pelaksanaan pengkajian resep yang
dilakukan oleh staf yang kompeten dan berwenang dilakukan oleh staf yang kompeten dan berwenang
serta didukung tersedianya informasi klinis pasien didukung tersedianya informasi klinis yg memadai
yang memadai. meliputi :
o ketepatan identitas,
o duplikasi,
o potensi alergi,
o interaksi
o ,kontra indikasi
EP 2 Telah memiliki proses telaah obat sebelum Dokumen obat ditelaah sebelum diserahkan
diserahkan.
Rumah sakit menetapkan professional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang memberikan
obat sesuai peraturan perundangundangan.
Rumah sakit dapat membatasi kewenangan staf klinis dalam melakukan pemberian obat.
Sebelum pemberian obat kepada pasien, dilakukan verifikasi kesesuaian obat dengan instruksi pengobatan
yang meliputi:
(a) Identitas pasien
(b) Nama obat.
(c) Dosis.
(d) Rute pemberian.
(e) Waktu pemberian.
Obat yang termasuk golongan obat high alert, harus dilakukan double-checking untuk menjamin ketepatan
pemberian obat.
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Staf yang melakukan pemberian obat kompeten dan Dokumen bukti kompetensi staff
berwenang dengan pembatasan yang ditetapkan
EP 2 Telah dilaksanaan verifikasi sebelum obat diberikan Dokumen pelaksanaan verifikasi sebelum obat
kepada pasien minimal meliputi: identitas pasien, diberikan
nama obat, dosis, rute, dan waktu pemberian. Interview
EP 3 Telah melaksanakan double checking untuk obat Dokumen pelaksanaan double check untuk obat high
high alert. alert
Interview
EP 4 Pasien diberi informasi tentang obat yang akan Dokumen pemberian informasi tentang obat yang
diberikan diberikan
Interview pasien
Penggunaan obat oleh pasien secara mandiri, baik yang dibawa dari luar rumah sakit atau yang diresepkan
dari rumah sakit harus diketahui oleh dokter yang merawat dan dicatat di rekam medis pasien.
Penggunaan obat secara mandiri harus ada proses edukasi dan pemantauan penggunaannya untuk
menghindari penggunaan obat yang tidak tepat.
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Telah melakukan penilaian obat yang dibawa pasien Dokumen pelaksanaan rekonsiliasi obat oleh apoteker
dari luar rumah sakit untuk kelayakan pada saat pasien masuk, pindah unit pelayanan , dan
penggunaannya di rumah sakit. sebelum pulang
EP 3 Telah memantau pelaksanaan penggunaan obat Dokumen rekam medis : monitoring pelaksanaan
secara mandiri sesuai edukasi pemberian obat oleh pasien sendiri sesuai edukasi
Pemantauan terapi obat didokumentasikan di dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) di
rekam medis.
Rumah sakit menerapkan sistem pemantauan dan pelaporan efek samping obat untuk meningkatkan
keamanan penggunaan obat sesuai peraturan perundangundangan.
Rumah sakit melaporkan efek samping obat ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Telah melaksanakan pemantauan terapi obat secara Dokumen rekam medis : pelaksanaan pemantauan
kolaboratif. terapi obat secara kolaboratif
EP 2 Telah melaksanakan pemantauan dan pelaporan Dokumen monitoring efek samping obat dan
efek samping obat serta analisis laporan untuk pelaporannya serta analisi laporan untuk
meningkatkan keamanan penggunaan obat. meningkatkan keamanan penggunaan obat
Insiden kesalahan obat harus dijadikan sebagai pembelajaran bagi rumah sakit agar kesalahan tersebut
tidak terulang lagi.
Rumah sakit menerapkan pelaporan insiden keselamatan pasien serta tindak lanjut terhadap kejadian
kesalahan obat serta upaya perbaikannya.
Proses pelaporan kesalahan obat yang mencakup kejadian sentinel, kejadian yang tidak diharapkan (KTD),
kejadian tidak cedera (KTC) maupun kejadian nyaris cedera (KNC), menjadi bagian dari program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Rumah sakit memberikan pelatihan kepada staf rumah sakit tentang kesalahan obat dalam rangka upaya
perbaikan dan untuk mencegah kesalahan obat, serta meningkatkan keselamatan pasien.
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Rumah sakit telah memiliki regulasi tentang Dokumen Regulasi tentang Medication safety yang
medication safety yang bertujuan mengarahkan bertujuan mengarahkan penggunaan obat yg aman
penggunaan obat yang aman dan meminimalkan dan risiko kesalahan minimal
risiko kesalahan penggunaan obat sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
EP 2 Rumah sakit menerapkan sistem pelaporan Dokumen laporan instalasi farmasi ke komite / Tim
kesalahan obat yang menjamin laporan akurat dan Keselamatan pasien rumah sakit tentang kesalahan
tepat waktu yang merupakan bagian program obat tepat waktu
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
EP 3 Rumah sakit memiliki upaya untuk mendeteksi, Dokumen Implementasi upaya mencegah dan
mencegah dan menurunkan kesalahan obat dalam menurunkan kesalahan penggunaan obat (medication
meningkatkan mutu proses penggunaan obat. Error)
EP 4 Seluruh staf rumah sakit dilatih terkait kesalahan Dokumen bukti pelatihan staf rumah sakit terkait
obat (medication error). kesalahan obat ( medication error/medication safety)
Interview staff
b. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan
antibiotik di rumah sakit.
c. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba.
d. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program
pengendalian resistensi antimikoba.
g. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik.
j. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada kepala/direktur rumah sakit
Implementasi PPRA di rumah sakit dapat berjalan dengan baik, apabila mendapat dukungan penuh dari
pimpinan rumah sakit dengan:
Penetapan kebijakan.
Pembentukan organisasi pengelola program dalam bentuk komite/tim yang bertanggungjawab
langsung kepada pimpinan rumah sakit.
Penyediaan fasilitas, sarana, SDM.
Dukungan finansial dalam mendukung pelaksanaan kegiatan PPRA.
d) Surveilans resistansi antimikroba dengan indikator mikroba multi drugs resistance organism (MDRO).
e) Peningkatan mutu penanganan tata laksana infeksi, melalui pelaksanaan forum kajian kasus infeksi
terintegrasi (FORKKIT).
EP 2 Rumah sakit telah menetapkan komite/tim PPRA Dokumen penetapan Komite PPRA/tim PPRA yang
dengan melibatkan unsur terkait sesuai regulasi melibatkan unsur terkait dan menyususn Program
yang akan mengelola dan menyusun program kerja Tim/Komite PPRA
pengendalian resistansi antimikroba dan
bertanggungjawab langsung kepada Direktur rumah
sakit.
EP 3 Rumah sakit telah melaksanakan program kerja Dokumen pelaksanaan program kerja atau kegiatan
sesuai maksud dan tujuan. PPRA
EP 4 Rumah sakit telah melaksanakan pemantauan dan Dokumen pementauan dan evaluasi program PPRA
evaluasi kegiatan PPRA sesuai maksud dan tujuan.
EP 5 Memiliki telah membuat laporan kepada pimpinan Bukti dokumen pelaporan kepada pimpinan RS secara
rumah sakit secara berkala dan kepada Kementerian berkala dan kepada Kementerian Kesehatan
Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. ((Kualitatif dan kuantitatif penggunaan AB)
Kegiatan ini dimulai dari tahap penegakan diagnosis penyakit infeksi, penggunaan antimikroba berdasarkan
indikasi, pemilihan jenis antimikroba yang tepat, termasuk dosis, rute, saat, dan lama pemberiannya.
Dilanjutkan dengan pencatatan dan pemantauan keberhasilan dan/atau kegagalan terapi, potensial dan
aktual jika terjadi reaksi yang tidak dikehendaki, interaksi antimikroba dengan obat lain, dengan makanan,
dengan pemeriksaan laboratorium, dan reaksi alergi.
Rumah sakit menetapkan mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan PGA dan memantau berdasarkan
indikator keberhasilan program sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
EP DESKRIPSI EP PEMENUHAN EP
EP 1 Rumah sakit telah melaksanakan dan Dokumen pelaksanaan pengembangan dan penataa
mengembangkan penatagunaan antimikroba di unit gunaan anti mikroba yg melibatkan apoteker,dokter,
pelayanan yang melibatkan dokter, apoteker, perawat
perawat, dan peserta didik.
EP 2 Rumah sakit telah menyusun dan mengembangkan Dokumen Regulasi pengendalian resistensi
panduan praktik klinis (PPK), panduan penggunaan antimikroba di RS yang meliputi:pengendalian
antimikroba untuk terapi dan profilaksis (PPAB), resistensi antimikroba dan kebijakan penggunaan
berdasarkan kajian ilmiah dan kebijakan rumah sakit antibiotik untuk terapi dan profilaksis pembedahan
serta mengacu regulasi yang berlaku secara Interview
nasional. Ada mekanisme untuk mengawasi
pelaksanaan penatagunaan antimikroba.
EP 3 Rumah sakit telah melaksanakan pemantauan dan Dokumen pelaksanakan evaluasi dan analisis indikator
evaluasi ditujukan untuk mengetahui efektivitas mutu PPRA sesuai peraturan perundang-undangan
indikator keberhasilan program meliputi:perbaiakan kuantitas penggunaan antibiotik
dan perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
PKPO 3.2 Regulasi Pengelolaan Obat dan 2 PKPO 7 Pemantauan terapi obat secara 2
BMHP untuk kondisi emergensi kolaboratif.
PKPO 3.3 Regulasi recall dan Pemusnahan 4 PKPO 7.1 Pelaporan Medication Obat 4