Anda di halaman 1dari 18

PELAYANAN KEFARMASIAN dan

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Dr. apt. Satibi, M.Si.


1. Fauziyya Muliawati 1062021028
2. Vify Lestari 1062022088
3. Annisa Rachmi 1062011013
4. Yun Ainindhiya Tatsa 1062021097
5. Kurnia Dwi Utari 1062022041
6. Solihati Lestari 1062022082

Anggota
7. Prasdianto 1062022066
8. Yulia Hikmah 1062022095

Kelp. 3
9. Livia Puput Damayanti 1062021045
10. Risna Novita 1062021073
11. Lusiana Apriliani 1062022046
12. Firna oktaviani 1062022030
13. Eka Aulia Febryani 1062022024
14. Aulia Rahma P 1062021013
15. Cahyaning Wulandari R 1062011024
CASE STUDY
Sebuah Rumah Sakit Y yang sebelumnya adalah Rumah Sakit Bedah, dikembangkan menjadi Rumah
Sakit kelas C dengan jenis-jenis pelayanan : Rawat inap dengan 150 tempat tidur, Rawat jalan dengan
menyediakan poliklinik umum, gigi dan spesialis (kandungan kebidanan, mata, bedah umum, kulit kelamin,
penyakit dalam, anak, jiwa, syaraf, bedah orthopedic dan THT), Pelayanan 24 jam (IGD) Pelayanan
penunjang medis (radiologi, laboratorium, fisioterapi, dan farmasi rumah sakit) Instalasi Farmasi mempunyai
visi dan misi : memberikan pelayanan Pharmaceutical Care dan penyedia sediaan farmasi yang bermutu dan
terjangkau. Program baru yang juga harus dilaksanakan dalam upaya akreditasi RS adalah peran farmasis
dalam penanggulangan resistensi Antibiotik.
Pelayanan tersebut diberikan kepada masyarakat umum termasuk juga masyarakat yang masuk sebagai
peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan unggulan Rumah Sakit ini pada pelayanan Bedah.
Asumsikan anda sebagai Apoteker dalam tim manajemen yang bertugas ikut mendesain IFRS tersebut.
• Struktur Organisasi, jumlah tenaga kefarmasian, penempatan Apoteker beserta job desk-nya mencakup
seluruh pelayanan di Rumah Sakit yang mengacu pada visi dan misi Instalasi Farmasi.
• Bagaimana strateginya untuk memulai praktek Pharmaceutical Carenya? Dengan kondisi yang ada, dan
bagaimana dengan kondisi ideal untuk RS di atas ?
Struktur Organisasi
Kepala Instalasi Rumah Sakit
(Apoteker)

Administrasi

Wakil Kepala Pendidikan,


Wakil Kepala Pengelolaan Wakil Kepala Pelayanan Farmasi
Penelitian dan Penjaminan
Perbekalan Farmasi Klinik
Mutu
(Apoteker) (Apoteker)
(Apoteker)

Instalasi Rawat Instalasi Rawat


Jalan Inap
(2 Apoteker) (4 Apoteker)

Tenaga Teknis Tenaga Teknis


Kefarmasian Kefarmasian
(4 TTK) (8 TTK)
Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Penempatan Apoteker
Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit
terdiri atas :

1 1 orang Apoteker,
sebagai Kepala Instalasi
2 2 orang Apoteker
yang bertugas di Rawat
3 4 orang Apoteker yang
bertugas di Rawat Inap
Farmasi Rumah Sakit Jalan yang dibantu 4 orang yang dibantu 8 orang
tenaga teknis kefarmasian tenaga teknis kefarmasian

1 orang Apoteker
4 sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tanaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit
Jobdesk
Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a Penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
(PMK 72 tahun 2016 hal 43).

Apoteker Rawat Inap:

b Pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pemantauan terapi obat, pemberian informasi obat, konseling, edukasi dan visite.
Idealnya dibutuhkan 1 apoteker untuk 30 pasien (PMK 72 tahun 2016 hal 43).

Apoteker Rawat Jalan:


c  Pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep,
penyerahan Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan konseling. Idealnya dibutuhkan 1 apoteker
untuk 50 pasien (PMK 72 tahun 2016 hal 43).
 Apoteker untuk pelayanan farmasi lainnya, seperti di unit logistik medik atau distribusi, unit produksi
steril, unit pelayanan informasi obat, dll tergantung dari jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan
yang dilakukan oleh instalasi farmasi (hal 44).
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional
a
berdasarkan prosedur kefarmasian dan kode etik profesi.

Menyediakan, mengawasi dan mengevaluasi kebutuhan dan


b
distribusi obat ke pasien.

Jobdesk c Menerapkan analisis DRP pada setiap pengobatan untuk efektivitas

Pelayanan
dan efisiensi terapi.

d
di Rumah
Mendampingi dokter agar pengobatan yang diberikan tetap rasional.

Sakit e
Memberikan informasi dan konseling kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta
berbagai aspek pengetahuan tentang obat sebagai upaya
peningkatan derajat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat.

Melakukan pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian


f
penggunaan obat.
Pharmaceutical Care

Merupakan suatu kegiatan yang terpadu dengan tujuan


mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Meliputi semua
aktifitas apoteker yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah terapi
pasien terkait dengan obat.
STRATEGI UNTUK MEMULAI
PRAKTEK PHARMACEUTICAL
CARE

Menentukan dan melakukan visi dan misi disertai


1
dengan data-data penunjang pelaksanaan
pharmaceutical care.
Contoh : Awalnya Rumah Sakit bedah, sekarang dikembangkan
menjadi Rumah Sakit tipe C.

2 Mencari sumber daya yang kompeten yang diharapkan mampu


menjalankan perannya di pharmaceutical care

3 Memanfaatkan sumber daya Manusia yang ada dalam pelaksanaan


pharmaceutical care.
4 Menentukan tugas dan fungsi masing masing
sumber daya.

5 Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana yang


mendukung pelaksanaan pharmaceutical care

6 Melakukan perubahan organisasi dengan memfasilitasi


terselenggaranya quality assurance (perubahan organisasi). Dalam
kasus ini awalnya rumah sakit hanya melakukan pelayanan farmasi
klinis yaitu melayani bedah. Lalu berubah menjadi dan bertambah
dengan berbagai pelayanan meliputi poli umum, gigi dan spesialis
(kandungan, kebidanan, mata, bedah umum, kulit kelamin, penyakit
dalam, anak, jiwa, syaraf, bedah ortgopedi dan THT), pelayanan IGD
dan pelayanan penunjang medis.
Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit
Menurut PMK No.72 tahun 2016 hal 28

Rekonsiliasi obat Pelayanan Informasi Obat (PIO)


3 4

Penelusuran riwayat
penggunaan obat 2 5 Konseling

Pengkajian dan Pelayanan Visite


1

6
resep
Lanjutan…

Evaluasi penggunaan obat

9
Dispensing sediaan steril
Monitoring Efek Samping
(MESO) 8 10

Pemantaun Terapi Obat Pemantaun kadar obat

11
7

(PTO) dalam darah (PKOD)


1 Menjawab pertanyaan.

2 Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.

Menyediakan informasi bagi komite/subkomite


3
KEGIATAN farmasi dan terapi.
yang
Sehubungan dengan penyusunan formularium rumah
DILAKUKAN 4
sakit.
PIO
5
Bersama dengan Penyuluhan Kesehatan
Meliputi :
Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap.

6 Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi


tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya dan melakukan penelitian.
KONSELING

Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi,


memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek samping,
meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.

VISITE

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang


dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung

Mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat
yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan
menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko ROTD.

MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)


MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap
obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang
tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstrukturi dan


berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
DISPENSING SEDIAAN STERIL
Dispensing sediaan steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan
tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari
terjadinya kesalahan pemberian obat.

Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas


dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat berbahaya, dan
menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
Pelayanan Kefarmasian
Menurut Permenkes no.56 Tahun 2014 pasal 38
01
Rumah sakit Kelas C melakukan pelayanan
kefarmasian meliputi Pengelolaan sediaan
02
farmasi
Alat kesehatan dan bahan
03 medis habis pakai

Pelayanan farmasi
klinik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai