KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Gandus
telah dapat diselesaikan. Adapun maksud dari disusunnya pedoman ini adalah
sebagai acuan bagi puskesmas Gandus dalam melaksanakan pelayanan obat
sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Gandus. Pedoman ini diharapkan dapat
mewujudkan penyelenggaraan pelayanan obat di Puskesmas Gandus dengan mutu
tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien
BAB 1. PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Ruang Lingkup
- Landasan Hukum
BAB II PENGORGANISASIAN
BAB IX PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Gandus. Sasaran
dari kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pasien di Puskesmas Gandus
D. Ruang Lingkup
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dan kegiatan pelayanan Farmasi Klinik.. Kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana
E. Batasan Operasional
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan,
pelaporan, pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian
yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah no 51 tahum 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
4. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Peraturan Menpan nomor 70 M. PAN/4/2008 tentang jabatan Fungsional
Apoteker dan Angka Kredit serta Petunjuk Pelaksanaannya
6. Undang-undang nomor 35 tentang Narkotika
7. Undang-undang Puskesmas no 75 tahun 2014 Tentang pusat Kesehatan
Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan tugas tenaga kefarmasian diatur oleh
Koordinator Farmasi, mengetahui Kepala Sub Bag TU atau diatur sesuai dengan
kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan
Hari kerja Jam kerja
Senin-kamis 08.00 WIB – 14.00 WIB
Jumat 08.00 WIB – 11.30 WIB
Sabtu 08.00 WIB – 12.30 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Pintu
B. Denah Lokasi
Toilet
Unit Poli Poli Unit Unit
Mushola Pelayanan Tangga
Imunisasi Anak Lansia Pendaftaran
Toilet
Obat
Pintu
C. Standar Fasilitas
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
a. lokasi harus menyatu dengan system pelayanan puskesmas
b. Papan nama “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
c. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
d. Tersedia tempat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
e. Tempat penyerahan obat yang memadai , yang memungkinkan untuk
melakukan Pelayanan informasi obat
2. Peralatan
a. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain mortar, stamper,
gelas ukur, Lemari obat, rak obat dan pallet.kertas puyer, etiket, sendok
obat, kotak obat
b. Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer
c. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir,
Informasi Spesialite Obat Indonesia (IONI) dan lain-lain
d. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria,
serum dan vaksin, dan lemari obat yang terkunci khusus untuk obat
psikotropika dan narkotika
e. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat , komputer dll.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan
resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan
resep dilakukan sebagai berikut:
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal,
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
obat dalam bentuk larutan
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah
B. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain nama obat, kekuatan obat, frekuensi
minum obat, manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping dan timdakan yang harus dilakukan, serta
cara penyimpanan obat dirumah
C. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat
yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat dapat berupa buku dan brosur
obat.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah:
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes
hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep
rektal dan tablet vagina
D. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat
tersebut, dan lain-lain
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
E. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli
gizi, dan lain-lai
LOGISTIK
Identifikasi pasien harus dengan nama, tanggal lahir, nomor rekam medic
supaya tidak terjadi kesalahan pemberian obat. Pemberian informasi efek samping
obat meliputi melaporkan jika terjadi kejadian alergi agar dicatat di rekam medis
sehingga tidak terjadi pengulangan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA