Anda di halaman 1dari 17

cover

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Gandus
telah dapat diselesaikan. Adapun maksud dari disusunnya pedoman ini adalah
sebagai acuan bagi puskesmas Gandus dalam melaksanakan pelayanan obat
sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Gandus. Pedoman ini diharapkan dapat
mewujudkan penyelenggaraan pelayanan obat di Puskesmas Gandus dengan mutu
tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien

Pedoman ini memuat uraian tentang pengelolaan sumber daya manusia,


pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan, administrasi, pelayanan resep, pelayanan informasi obat, monitoring dan
evaluasi penggunaan obat. Pedoman ini diharapkan dapat memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan tenaga farmasi yang bekerja di Puskesmas. Kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman ini.
Saran serta kritik membangung tentunya sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga pedoman
ini dapat bermanfaat bagi tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan kefarmasian
di Puskesmasn Gandus,

Mengetahui, Palembang, 2019


Kepala Puskesmas Gandus Pengelola

dr. Amalia Sari


198407292008022001 drg. Ariyanti Agustini
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

- Latar Belakang
- Ruang Lingkup
- Landasan Hukum

BAB II PENGORGANISASIAN

BAB III STANDAR KETENAGAAN

BAB IV STANDAR FASILITAS

BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN FARMASI Peresepan Obat


Pelayanan Obat Pengadaan Obat Penyimpanan Obat
Distribusi obat Monitoring dan Penilaian Terhadap Penggunaan Obat
Pencegahan dan Penanganan Obat Kadaluarsa Pelayanan dan
Penyimpanan pbat Psikotropika dan Narkotika Rekonsiliasi obat
Monitoring efek samping obat Penyediaan dan Penggunaan Obat
emergensi

BAB IV LOGISTIK PELAYANAN OBAT

BAB VII KENDALI MUTU PELAYANAN FARMASI DAN KESELAMATAN PASIEN

BAB VIII KESELAMATAN KERJA KARYAWAN FARMASI

BAB IX PENUTUP
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah merupakan bagian integral dari


pembangunan nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia. Salah satu upaya
pembangunan kesehatan adalah melaksanakan pelayanan kesehatan melalui
Puskesmas. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas
adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai
visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan
pelayanan kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan
pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. Tujuan
 Tujuan umum: terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
Puskesmas
 Tujuan khusus: sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Gandus. Sasaran
dari kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pasien di Puskesmas Gandus

D. Ruang Lingkup
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dan kegiatan pelayanan Farmasi Klinik.. Kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana

E. Batasan Operasional
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan,
pelaporan, pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian
yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi

F. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah no 51 tahum 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
4. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Peraturan Menpan nomor 70 M. PAN/4/2008 tentang jabatan Fungsional
Apoteker dan Angka Kredit serta Petunjuk Pelaksanaannya
6. Undang-undang nomor 35 tentang Narkotika
7. Undang-undang Puskesmas no 75 tahun 2014 Tentang pusat Kesehatan
Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga Apoteker per 30 pasien
dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan apoteker (Undang-
Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) yang memenuhi persyaratan
(PP Nomor 51 tahum 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian):
 Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) bagi Apoteker
 Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) bagi Tenaga
Teknis Kefarmasian
 Terdaftar di Asosiasi profesi
 Mempunyai izin kerja, SIPA bagi Apoteker dan SIK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian
 Mempunyai SK penempatan

Jabatan Fungsi Kualifikasi Nama petugas


Koordinator  Mengkoordinir Apoteker 1. Asni, S.Farm., Apt
farmasi pekerjaan 2. Della Arsela, S.Farm.,
kefarmasian Apt.
 Pengelolaan
sediaan farmasi
 Pelayanan farmasi
klinis
Tenaga teknis Melaksanakan tugas Sarjana farmasi, 1. Masitoh, A.Md., Farm.
kefarmasian kefarmasian ahli madya 2. Hety Askiana, A.Md.,
farmasi Farm

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan tugas tenaga kefarmasian diatur oleh
Koordinator Farmasi, mengetahui Kepala Sub Bag TU atau diatur sesuai dengan
kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
Hari kerja Jam kerja
Senin-kamis 08.00 WIB – 14.00 WIB
Jumat 08.00 WIB – 11.30 WIB
Sabtu 08.00 WIB – 12.30 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Tempat penyerahan obat dan pemberian obat, PIO dan


KIE
Wastafel

Meja skrining resep dan penyiapan obat

Lemari penyimpanan obat Lemari es

Pintu

B. Denah Lokasi

Kesling, Poli Poli Ruang


Gudang Labor Poli Tb
Promkes, KIA-KB Umum Tindakan
Obat Gizi

Unit Kasir, Informasi &


Rujukan

Toilet
Unit Poli Poli Unit Unit
Mushola Pelayanan Tangga
Imunisasi Anak Lansia Pendaftaran
Toilet
Obat

Pintu
C. Standar Fasilitas
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
a. lokasi harus menyatu dengan system pelayanan puskesmas
b. Papan nama “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
c. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
d. Tersedia tempat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
e. Tempat penyerahan obat yang memadai , yang memungkinkan untuk
melakukan Pelayanan informasi obat
2. Peralatan
a. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain mortar, stamper,
gelas ukur, Lemari obat, rak obat dan pallet.kertas puyer, etiket, sendok
obat, kotak obat
b. Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer
c. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir,
Informasi Spesialite Obat Indonesia (IONI) dan lain-lain
d. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria,
serum dan vaksin, dan lemari obat yang terkunci khusus untuk obat
psikotropika dan narkotika
e. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat , komputer dll.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan
resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan
resep dilakukan sebagai berikut:
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal,
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
obat dalam bentuk larutan
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah

B. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain nama obat, kekuatan obat, frekuensi
minum obat, manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping dan timdakan yang harus dilakukan, serta
cara penyimpanan obat dirumah
C. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat
yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat dapat berupa buku dan brosur
obat.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah:
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes
hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep
rektal dan tablet vagina
D. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat
tersebut, dan lain-lain
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

E. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli
gizi, dan lain-lai

F. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis

G. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.

H. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

I. Cara Penyimpanan Obat


1. Penyimpanan Obat secara Umum adalah:
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
2. Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat:
a. Alfabetis berdasarkan nama generik
Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama generiknya. Saat
menggunakan sistem ini, pelabelan harus diubah ketika daftar obat
esensial direvisi atau diperbaharui.
b. Kategori terapetik atau farmakologi
Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan kelas farmakologinya.
c. Bentuk sediaan
Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya.
Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan
untuk mengatur obat secara rinci.
d. Frekuensi penggunaan
Untuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya disimpan
pada ruangan yang dekat dengan tempat penyiapan obat
BAB V

LOGISTIK

Logistik terkait erat dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian persediaan


adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

Kegiatan Pengendalian adalah:


1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok kerja.
2. Menentukan:
 Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan
 stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena
keterlambatan pengiriman dari gudang obat Puskesmas atau dari
distributor
3. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Identifikasi pasien harus dengan nama, tanggal lahir, nomor rekam medic
supaya tidak terjadi kesalahan pemberian obat. Pemberian informasi efek samping
obat meliputi melaporkan jika terjadi kejadian alergi agar dicatat di rekam medis
sehingga tidak terjadi pengulangan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan


keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait, dengan melakukan
identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanaka
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indikator


yang digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat
keberhasilan pelayanan kefarmasian di Puskesmas antara lain:
1. Tingkat kepuasan konsumen: dilakukan oleh tim mutu dengan survei berupa
angket melalui kotak saran atau wawancara langsung.
2. Dimensi waktu: lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan)
3. Prosedur tetap (Protap) Pelayanan Kefarmasian: untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai standar yang telah ditetap
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok
Puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.Dalam upaya membangun semangat Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di puskesmas, perlu diadakan suatu penilaian Puskesmas
melalui akreditasi Puskesmas. Untuk tercapainya tujuan ini maka disusunlah
Pedoman Pelayanan farmasi Puskesmas Gandus sebagai acuan bagi tenaga
kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Gandus
Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada komitmen
yang kuat dan kerjasama dari semua pihak terkait terutama tenaga kefarmasian
yang harus bekerja dengan profesional sehingga tercapainya tujuan yaitu
meningkatkan mutu pelayanan farmasi, menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian, melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional. Dan bagi pasien dan masyarakat dapat dirasakan manfaatnya yang pada
akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai