Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN OBSERVASI LAPARANG

PELAYANAN KEFARMASIAN
DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE

Nama : Apt. Syaraswati Wulandari


Angkatan :3
Instansi : UPT Puskesmas Sukatenang

PELATIHAN PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI


TENAGA KEFARMASIAN DI PUSKESMAS (DISTANCE LEARNING)
BBPK CILOTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerja
pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas
berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorang (UKP) tingkat pertama. Dalam menyelenggarakan fungsi UKM
dan UKP, Puskesmas harus memiliki substansi penunjang salah satunya yaitu
Pelayanan Kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan yang berperan penting dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan
farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
memiliki peran yaitu menyediakan data dan informasi obat dan pengelolaan obat
yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pencatatan dan pelaporan dan evaluasi. Obat dan perbekalan kesehatan
hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat
jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat
mutunya di tiap unit. Dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang bermutu harus
dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang kompeten sesuai dengan bidangnya. Tenaga
kesehatan termasuk didalamnya yaitu tenaga kefarmasian harus bertanggung jawab,
memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, kewenangan dan kompetensi yang
secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya, salah satunya melalui pelatihan.
Pelatihan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian dapat dilakukan melalui
beberapa kegiatan seperti pembelajaran, seminar, workshop, atau observasi
lapangan. Observasi Lapangan (OL) merupakan kegiatan pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau
lokasi penelitian. Melalui observasi lapangan ini peserta pelatihan akan mendpat
kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna
dan dapat menambah pengetahuan dari apa yang sudah dipelajari di tempat
observasi. Oleh karena itu observasi lapangan perlu dilakukan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kefarmasian kearah yang lebih baik.

B. Tujuan Observasi Lapangan


1. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan observasi lapagan, peserta pelatihan mendapatkan
pengalaman nyata tentang penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas,
sebagai salah pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari proses pelatihan.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai melakukan observasi lapangan, peserta diharapkan :
a. Mengetahui pelayanan kefarmasian yang dilakukan Puskesmas dalam
melakukan pengelolaan sedian farmasi dan BMHP dan pelayanan farmasi
klinik di Puskesmas.
b. Memotret dan mempelajari program inovasi pelayanan kefarmasian yang
dilakukan Puskesmas serta latar belakang dan metode inisiasi program
inovasi tersebut.

C. Waktu dan Tempat


Observasi lapangan (OL) pelatihan kefarmasian di Puskesmas ini dilakukan
secara distance learning melalui zoom pada hari Sabtu 5 Februari 2022 pukul 13.00 –
13.45 WIB. Observasi Lapangan (OL) dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie yang
beralamat di jalan Ibrahim Adjie No. 88 Kelurahan Kebon Waru Kecamatan
Batununggal Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

D. Proses Observasi Lapangan


Pembelajaran ini dilaksanakan dengan metode distance learning, dan juga kegiatan
Observasi Lapangan melalui kelas virtual (zoom). Setiap angkatan peserta akan
mengikuti 2 sesi OL sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan pertama : melalui pengamatan video pembelajaran tentang
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Ibrahim Adjie. Melalui video visitasi
Puskesmas tersebut, peserta dapat mengamati, mendapatkan informasi dan
pengambilan kesimpulan tentang pelaksanaan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Ibrahim Adjie tersebut. Sehingga peserta dapat mengambil
pembelajaran lesson learnt untuk dapat diaplikasikan atau dimodifikasi di
Puskesmas tempat kerjanya.
2. Observasi Lapangan kedua : melalui diskusi dengan nara sumber dari Puskesmas
tsb, yang dihadirkan melalui kelas virtual (zoom) oleh Ibu Iis Rukmawati,
M.MKes. Pada sesi ini peserta dapat menggali informasi yang mereka butuhkan
pasca melihat tayangan video mengenai pelayanan kefarmasian Puskesmas
tersebut.
3. Observasi Lapangan ketiga : penyusunan observasi lapangan dilakukan oleh tiap
peserta. Masing-masing peserta menyusun laporan sesuai dengan format
laporan yang ditentukan dan mengumpulkan melalui CLC.
BAB II
HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie meliputi
kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distrubusi,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan
obat. Tujuan dari pengeloaan sedian farmasi dan BMHP adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan serta keterjangkauan obat dan BMHP yang efisien, efektif
dan rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan system informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian pelayanan.

A. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Perbekalan Farmasi


Perencanaan kebutuhan obat di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dihitung dari laporan
LPLPO dan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Anggaran yang dapat digunakan
untuk pembelian obat meliputi APBN, APBD, DAUN (Dana Alokasi Umum) dan BLUD.
Perencanaan obat di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dilaksanakan secara terpadu
sehingga dapat menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran, adanya
keterpaduan dalam evaluasi penggunaan dan perencanaan, kesamaan persepsi anatar
pemakaian obat dan penyedia anggaran, estimasi kebutuhan lebih tepat, dan
pemanfaatan dana pengadaan obat lebih optimal.

B. Pengadaan Obat dan Perbekalan Farmasi


Pengadaan di Puskesmas Ibrahim Adjie dapat dibagi menjadi 2 . yang pertama
pengadaan dengan APBD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung dimana
puskesmas akan melakukan permintaan 1 bulan sekali dengan formulir LPLPO. Apabila
terjadi kekosongan obat karena UPT Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dapat melaksanakan pengadaan sendiri yang dilakukan
oleh penjabat pengadaan dengan mengajukan kebutuhan obat untuk 1 – 3 bulan.
Selanjutnya penjabat pengadaan akan melakukan pembelian. Pembelian dapat
dilakukan melalui e-catalog dan jika di e-catalog tidak tersedia makan dapat dilakukan
pengadaan langsung ke penyedia.
C. Penerimaan Obat dan Perbekalan Farmasi
Penerimaan obat dilakukan terhadap obat yang dikirim dari Dinas Kesehatan Kota
Bandung maupun pembelian obat mandiri oleh puskesmas dengan dana BLUD. Pada
saat penerimaan obat dari Dinas Kesehatan makan obat disamakan dengan SBBK yang
diterima sedangkan penerimaan obat pengadaan mandiri disamakan dengan faktur dari
PBF. Adapun item yang harus dilakukan crosscheck adalah nama obat, jumlah, bentuk
sediaan, no batch dan tanggal kadaluwarsa.

D. Penyimpanan Obat dan Perbekalan Farmasi


Penyimpanan obat yang dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan di 2
tempat yaitu di gudang farmasi dan diruang pelayanan. Penyimpanan obat digudang
dilakukan secara alfabetis dengan metode FEFO dimana obat yang memiliki masa
kadaluwarsa lebih dahulu maka akan dikeluarkan terlebih dahulu. Penandaan masa
kadaluwarsa dilakukan dengan memberi tanda traffic ligh seperti warna hijau untuk
obat yang masa kadaluwarsa lebih dari satu tahun, warna kuning untuk obat yang masa
kadaluwarsanya lebih dari 6 bulan sampai satu tahun, dan warna merah untuk obat
yang masa kadaluwarsanya kurang dari 6 bulan. Penyimpanan juga dibedakan
berdasarkan bentuk sediaan yaitu tablet, sirup, sediaan luar (krim/salep) dan BMHP.
Gudang penyimpanan obat dilengkapi dengan exhause fan dan AC serta alat pengukur
suhu ruangan dan juga tidak boleh digunakan untuk penyimpanan barang lain selain
obat dan BMHP untuk menghindari kontaminasi.
Penyimpanan obat diruang pelayanan dilakukan secara farmakologi dengan metode
FEFO. Penyimpanan secara farmakologi dilakukan dengan memberi tanda warna-warni.
Obat – obat yang memiliki nama sama atau mirip harus diberikan tanda LASA. Obat
yang termasuk kategori fast moving ditempatkan dirak oaling bawah untuk
memudahkan pengembalian obat sedangkan obat-obat slow moving disimpan di rak
paling atas. Obat yang masuk dalam high alert ditempatkan di almari tersendiri dan
diberi penandaan high alert. Obat yang harus disimpan pada suhu 2-8°C ditempatkan
didalam lemari es. Obat narkotik dan psikotropik dibedakan penyimpanannya dilemari
khusus dengan dua pintu dua kunci ganda yang dipegang oleh dua petugas yang
berbeda.
E. Pendistribusian Obat dan Perbekalan Farmasi
Pendistribusian obat dan perbekalan farmasi di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan
kepada sub unit yang ada di puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
posyandu dengan metode floorstock atau pemberian sesuai kebutuhan. Pengeluaran
distribusi obat. Adapun pendistribusian di sub unit yang ada di puskesmas adalah
sebagai berikut :
1. Ruang IGD
Pedistribusian di ruang IGD dilakukan secara floorstock dimana penanggung jawab
ketersediaan obat di IGD dilakukan oleh petugas farmasi sendiri dan akan dilakukan
check setiap 1 minggu sekali setiap hari sabtu untuk menghindari kekosongan obat
dan BMHP diruang IGD.
2. Ruang Laboratorium
Pendistribusia di laboratorium juga dilaksanakan secara floorstock. Petugas
laboratorium membuat permintaan ke farmasi kemudia farmasi akan mengeluarkan
obat sesuai dengan permintaan.
3. Ruang APD
Ketersediaan APD menjadi tanggungjawab dari farmasi, dimana farmasi akan
melakukan pendistribusian ke ruang APD kemudian dikelompokan menjadi ADP
level 2 dan level 3 supaya memudahkan petugas dalam penggunaan.
4. Ruang Bersalin
Penanggungjawab ruang bersalin akan membuat perencanaan dan melakukan
permintaan obat setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali atau sehatun sekali
menggunakan form yang sudah disediakan. Pemasukan dan pengeluaran juga
dicatat untuk memastikan stok obat dan BMHP yang ada diruang bersalin. Ruang
bersalin juga dilengkapi dengan obat-obat emergensi yang wajib diadakan dan di
evaluasi secara berkala
5. Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut
Pendistribusian dilakukan secara floorstock, petugas ruang gigi melakukan
permintaan obat dan BMHP ke farmasi satu bulan sekali pada awal bulan.
6. Ruang TBC
Pasien TBC akan dilayani diruangan dimana alurnya petugas akan membawa resep
ke ruang farmasi kemudian petugas farmasi akan mengirimkan obat ke ruang TBC
agar tidak terjadi kontaminasi penularan dengan pasien lainnya.

F. Pengendalian Obat dan Perbekalan Farmasi


Pengendalian dilakukan dengan menggunakan kartu stok dimasing-masing ruangan
yang diisi oleh masing-masing petugas ruangan sehingga memudahkan petugas farmasi
untuk melihat stok obat.

G. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kefarmasian yang ada di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie terdiri
dari :
1. Laporan Stok Opname
2. LPLPO
3. Buku Laporan harian pengeluaran obat
4. Buku persediaan obat disertai dengan nilai rupiah
5. Laporan PIO dan Konseling
6. Laporan ketersediaan obat dan vaksin
7. Laporan catatan jumlah pasien yang mengambil obat diruang farmasi
8. Laporan penggunaan obar rasional (POR)
9. Rincian pengajuan pengadaan ke penjabat pengadaan atau PPK
10. Laporan ketersediaan barang yang dilakukan pengadaan disertai dengan nilai rupiah
dilaporkan ke bendahara setiap 1 bulan sekali
11. Surat pesanan
12. LPLPO obat beli dan hibah
13. Berita acara pengeluaran obat konstrasepsi
14. Buku catatan penerimaan barang
15. Buku distribusi obat ke unit
16. Buku penerimaan hibah dan berita acara
17. Buku rekap PIO
H. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi penggunaan obat bertujuan untuk mengendalikan
ketidaksesuaian atau kekeliruan dalam pengelolaan obat. Monitoring dan evaluasi
dilakukan secara periodic terhadap stok obat yaitu dengan cara membandingkan jumlah
yang tertulis pada kartu stok dengan jumlah sebenarnya yang tersedia.

I. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Apoteker menyerahkan obat disertakan
PIO. Hasil dari pelaksanaan PIO di dokumentasikan dalam buku catatan PIO dan lembar
PIO.

J. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien atau keluarga
pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien.
BAB III
LESSON LEARNT

Dari video pembelajaran Observasi Lapangan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie


tentang Peleayanan Kefarmasian yang sangat sesuai dengan kelengkapan administrasi yang
dilakukan dengan sangat baik. Setiap melakukan penerimaan maupun pengeluaran obat
dicatat secara detail oleh petugas farmasi. Penanggungjawab obat disetiap sub unit
dilakukan langsung petugas farmasi. Pelaporan harian dan bulanan dilakukan secara rutin
dan berkala dengan di dokumentasi yang baik.
Kerjasama antara petugas farmasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjaga
mutu obat, dan koordinasi antar tenaga kesehatan dilakukan dengan sangat baik sehingga
tercipta pelayanan puskesmas yang baik dan terstandar.
System manajerial dan pengelolaan perbekalan kefarmasian sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas. Apoteker penanggungjawab yang memiliki wawasan
luas sangat membantu dalam proses pembangunan system pengelolaan perbekalan
kefarmasian yang baik dan benar sampai dengan pelayanan klinik yang bertanggungjawab.
Dapat menjadi bahan untuk motivasi sejawat agar terus melakukan pengembangan
diri dan pengupgradetan ilmu agar mampu membawa perubahan menjadi lebih baik dan
terarah.

Anda mungkin juga menyukai