Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

DI PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE BANDUNG


Tanggal 20 April 2021

NAMA : APT SURAEDAH,S.FARM


KELAS : 11
ANGKATAN : II

BALAI BESARPELATIHAN KESEHATAN CILOTO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
`Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peratura
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
tingkat pertama.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian
merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan kefarmasian di
puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial
berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian. Tenaga kesehatan termasuk tenaga kefarmasian harus
bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya, salah
satunya melalui pelatihan.
Observasi Lapangan (OL) merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu
bentukpengkayaan dari materi yang telah diajarkan. Tujuan yang hendak
dicapai pada kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi peserta
dalammelihat penerapan kegiatan pelayanan Kefarmasian Puskesmas
rekomendasiguna mendapatkan lesson learnt yang dapat diaplikasikan di
Puskesmas peserta masing-masing
Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar
pertimbangan berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat
terjadi melalui 2 (dua) cara yang berbeda, yaitu :
1. Belajar melalui pemahaman, dimana seseorang mulai belajar ketika
munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya
hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta
OL akan mendapat banyak pengalaman lain tentang bagaimana
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas rekomendasi.
2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya
terhadap tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut
kemudian meniru tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini
pesertaakan banyak melihat berbagai macam gambaran contoh yang sesuai
ataupun tidak sesuai dengan pedoman tentang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas pada umumnya secara langsung dan hal ini tentunyaakan dapat
memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan OL, peserta mendapatkan pengalaman nyata
tentang penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, sebagai
satupengalaman (lesson learnt) yang didapat dari proses pelatihan.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai OL, peserta dapat:
a. .Mengetahui cara yang dilakukan Puskesmas dalam melakukan:
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP diPuskesmas
2) Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas
b. Memotret dan mempelajari program inovasi pelayanan kefarmasian
yang dilaksanakan Puskesmas serta latar belakang dan metode inisiasi
program inovasi tersebut
C. Waktu dan Tempat
Observasi Lapangan dilaksanakan pada hari Selasa Tanggal 19 April 2021 di
Puskesmas Ibrahim Adjie, Jl Ibrahim Adjie no.88 Bandung
D. Proses Observasi Lapangan
Pembelajaran ini dilaksanakan dengan metode distance learning (full e
learning), sehingga kegiatan Observasi Lapangan juga dilaksanakan melalui
kelas virtual. Setiap angkatan peserta akan mengikuti 2 sesi OL
1. Observasi Lapangan sesi 1 - melalui pengamatan video pembelajaran
tentang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Ibrahim Adjie. Melalui
video visitasi Puskesmas tersebut, peserta dapat mengamati, mendapatkan
informasi, dan mengambil kesimpulan tentang pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Ibrahim Adjie tersebut. Sehingga peserta dapat
mengambil pembelajaran lesson learnt untuk dapat diaplikasikan /
dimodifikasi di Puskesmas tempat kerjanya.
2. Observasi Lapangan sesi 2 – melalui diskusi dengan nara sumber dari
Puskesmas tsb, yang dihadirkan melalui kelas virtual. Pada sesi ini peserta
dapat menggali informasi yang mereka butuhkan pasca melihat tayangan
video mengenai pelayanan kefarmasian puskesmas Ibrahim Adjie . Peserta
dapat pula menggali 1 program inovasi di layanan farmasi. OL sesi ke 2
dilaksanakan melalui zoom meting untuk dapat menggali pengalaman
lebih dalam.
BAB II
HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN

A. Penerimaan Obat
Sistem penerimaan obat pada Puskesmas Ibrahim Adjie terdiri dari 3 sumber :
1. Berasal dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, dimana penerimaannya
dengan mencocokkan Surat Bukti Barang Keluar ( SBBK ) yang berasal
dari Dinkes dengan fisik barang yang diterima.
2. Berasal dari bantuan /Hibah dengan mecocokkan Berita Acara dengan
fisik barang.
3. Berasal dari dana BLUD yaitu pembelian sendiri pada PBF dengan
melihat kesesuaian Faktur dari PBF dengan fisik barang yang diterima.
Setelah semua batang yang diterima sudah sesuai selanjutnya ditulis pada
buku penerimaan barang dalam hal ini Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP).
B. Pendistribusian obat
Sistem pendistribusian obat pada Puskesmas Ibrahim Adjie, memakai
- Sistem distribusi ke sub unit dengan metode floor stock ( Unit Gawat
Darurat, Ruang bersalin, Laboratorium, Ruang Gigi )
- Sistem ditribusi ke Posyandu, Puskel ( 1 bulan sekali), dan juga
distribusi obat program berdasarkan permintaan
- Distribusi obat emergency ke ruangan ( unit pelayanan )
C. Pengendalian Obat
- Menggunakan Kartu stok untuk memudahkan pengecekan
- Laporan Stok Opname yang dilakukan setiap 1 bulan sekali pada akihr
bulan
D. Pencatatan, Pelaporan Obat
- LPLPO yang dibuat 1 kali sebulan yang memuat pemakaian dan
permintaan obat yang disampaikan ke Dinas
- LPLPO obat BLUD
- LPLPO obat Hibah
- Buku Pencatatn harian pengeluaran obat yang direkap pada alhir
bulan
- Laporan Persediaan obat ang dilakukan setiap 2 kali setahun .
- Laporan PIO dan Konseling, jumlah pasien yang diberi konseling
baik itu eawta jalan maupun rawat inap
- Laporan pemantauan Ketersediaan Obat dan Vaksin yang dibuat
setiapo bulan.
- Laporan Catatan pasien yang dilayani di ruang farmasi berdasarkan
asal unit pelayanan yang diabuat setiap bulan.
- Laporan Indikator Peresepan Obat Rasional ( dengan mengambil
pasien pertama yang dilayani yang menderita Penyakit Diare non
spesifik, ISPA non pneumonia).
- Laporan Pengajuan Pengaaan Obat dan BMHP yang menggunakan
dana BLUD yang ditujukan ke pejabat Pengadaan barang dan Jasa
Puskesmas.
- Laporan Persediaan Barang yang dilaporakan ke Bagian keuangan.
- Surat Pesanan Langsung yang ditujukan ke PBF dan bagian keuangan
- Laporan OBat yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggung jawab
dan pejabat pengadaan Barang dan jasa Puskesmas.
- Laporan Obat dan BMHP Hibah
- Berita acara pelaporan Alkon yang ditandatangani oleh Pj Program
dan penanggungjawab Farmasi.
- Buku catatan Penerimaan Barang
- Buku distribusi obat dan BMHP
- Buku hibah dan berita acara
- Buku PIO
E. Penyimpanan obat di Puskesmas
Sistem penyimpanan obat yang dilaksanakan pada Gudang Farmasi
menggunakan kombinasi Alphabetis dan Sistem First Expired date First Out
(FEFO ) dengan alasana system FEFO meminimalkan banyaknya obat yang
kadaluarsa.
Jenis penyimpanan
1. Obat –obat dan BMHP disimpan sesuai bentuk sediaan ( untuk 1 jenis
sediaan disimpan terpisah dari bentuk sediaan lain )
- Tablet, syrup,
- salep kulit, salep mata, injeksi, BMHP disimpan terpisah
2. Sesuai dengan penandaan kemasan
- Berdasrkan suhu penyimpanan
- Mudah atau tidaknya meledak ( Aerosol)
- Obat Narkotika dan Psikotropik

Untuk kartu stok yang ada digudang menggunakan warna untuk


memudahakan mengontrol masa kadaluarsa dari obat.
 Warna Merah untuk obat dan BMHP yang masa kadaluarsanya < 6 bulan
 Warna Kuning untuk obat dan BMHP yang masa kadaluarsanya > 6
bulan – 1 tahun.
 Warna Hijau untuk obat dan BMHP yang masa kadaluarsanya > 1 tahun
Gudang Farmasi dilengkapi dengan AC dan ekshaut untuk mengatur udara
dalam Ruangan penyimpanan.
1. Sedangkan Untuk Metode penyimpanan di Ruang pelayananm farmasi,
sistem yang digunakan system farmakologi :
 Warna orange untuk obat analgesik , anti piretik
 Warna hijau, untuk obat saluran pernapasan dan batuk
 Warna Kuning untuk obat alergi dan kortikosteoid
 Warna Ungu untuk obat Pencernaan
2. Penandaan warna pada kotak obat sama dengan penandaan pada kartu
stok di gudang.
3. Untuk cepat atau lambatnya obat keluar menggunakan metode fast
moving disimpan dibagian bawah sedangkan yang slow moving/kosong
disimpan dibagian atas.
4. Penandaan LASA
5. Obat High Alert ( contoh Obat Jantung, obat diabetes ) disimpan di
lemari terpisah dengan diberi penandaan High Alert.
6. Sediaan khusus untuk suhu 2-8 disimpan pada lemari es
7. Obat Narkotika dan Psikotropika dsimpan pada lemari khusus
F. Pemantauan dan evaluasi
 Pengkajian Resep :
Persyaratan Administrasi, :
- Nama, umur dan jenis kelamin, berat badan jika diperlukan
- Nama dan Paraf dokter.
- Tanggal Penulisan resep
- Ruangan /unit asal resep
Persyaratan Farmasetik
- Bentuk dan kekuatan sediaan
- Dosis
- Inkompantibilitas
Persyaratan Klinis:
- Ketepatan indikasi
- Duplikasi
- Alergi
 Untuk pemantauan sebelum obat diberikan
- Tepat indikasi ( sesuai yang dijelaskan ke pasien )
- Waktu pemakaian obat
- Rute cara pakai obat
Untuk menghindari kesalahan pengkajian dan penyiapan resep dilaksanakan
oleh 1 orang sedangkan untuk pemantauan sebelum dilaksanakan
dilaksanakan oleh orang ke 2 untuk dilaksanakan double check.
G. PIO
Pemberian informasi obat dilakukan pada pasien, keluarga pasien, teman
sejawat dan tenaga kesehatan.
Pio dilaksanakan secara langsung, melalui leaflet, brosur dan media elektronik
seperti siaran radio dll.
H. Konseling
Konseling adalah kegiatan dilakukan untuk memberi pemahaman kepada
pasien tentang obat yang akan dikonsumsi.
Konseling dilakukan di ruangan konseling yang dilakukan dengan 2 kriteria
yaitu :
 Pasien umum sesuai dengan aturan yaitu menggunakan three Prime
Question.
 Pasien dengan kondisi khusus seperti pasien HIV harus menggunakan
pendekatan kepada pasien dan tidak menggunakan three Prime Question.
Dimana yang harus dijelaskan adalah bagaimana obat itu bekerja dan
efeknya jika obatnya tidak dikonsumsi.
BAB III
LESSON LEARN

Setelah melaksanakan observasi lapangan ada beberapa hal yang bisa kami
adopsi dari Puskesmas Ibrahim Adjie antara lain :
1. Sistem Penyimpanan
 Pada sistem penyimpanan di Gudang farmasi dan Ruang farmasi diberi
penandaan untuk mengetahui masa kadaluarasa dari obat dan BMHP,
sehingga memudahkan petugas untuk mengontrol masa kadaluarsa obat
dan BMHP.
 Pada sistem penyimpanan di ruang farmasi, dipisahkan antara obat yang
slow moving/ kosong dan obat fast moving sehingga akan memudahkan
dalam perencanaan obat dan pengajuan permintaan obat dan BMHP.
2. Pada Sistem penulisan etiket
Penulisan etiket yang lengkap pada pasien yang baru berkunjung sangat baik,
mengingat informasi obat yang disampaikan secara lisan kepada pasien
terkadanag pasien lupa tentang apa yang sudah dijelaskan pada saat
pengambilan obat
3. Pembuatan LPLPO, dipisahkan antara obat dari DInkes, Obat Program dan
obat dari sumber lain, mengingat selama ini di Puskesmas Kami melaporkan
semuanya dalam satu LPLPO.
4. Pelaporan dan pencatatan yang lengkap akan sangat membantu dalam
memonitor pengelolaan obat dan BMHP di Puskesmas.
5. Pembuatan stempel untuk evaluasi obat sebelum diserahkan ke pasien.

Anda mungkin juga menyukai