Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SMK kesehatan Amanah Husada Pemalang terletak di JL. D.I Panjaitan
KM 4 Sewaka Kec. Pemalang Kab. Pemalang, SMK Kesehatan Amanah Husada
Pemalang merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang didirikan oleh
Yayasan Amanah Barokah Ibu dengan Badan Hukum Akta Notaris, Nomer :
08/VII 1997, pembaharuan No. 42 Tanggal 18\02\2010. SMK Kesehatan Amanah
Husada Pemalang mempunyai dua jurusan yaitu Perawat Kesehatan dan Farmasi
dengan lama pendidikan 3 tahun. SMK Kesehatan Amanah Husada Pemalang
menjadi Sekolah Menengah Kejuruan yang merupakan pendidikan terpadu dan
sistematis dibidang kesehatan guna menghasilkan lulusan yang memiliki
kopetensi di bidangnya, sehingga diharapkan dapat meraih pospek kerja maupun
sebagai landasan pengembangan ilmu bidang kesehatan.
Pola program pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
terampil tingkat menengah. Semua siswa diwajibkan mengikuti program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) \ Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang sesuai guna
memperoleh pengalaman megang kerja. Sehingga dengan adanya praktek kerja
industri tersebut, siswa dapat mengaplikasikan teori dasar keperawatan dan
farmasi dapat mempraktekan teori yang di terima selama siswa KBM di sekolah.
Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) \ pendidikan sistem ganda (PSG)
adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang
memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan disekolah, dengan
tuntutan keahlian. Keahlian professional tertentu dilapangan kerja melalui
kegiatan bekerja secara langsung di dunia kerja. Keberhasilan program ini sangat
mendukung peningkatan mutu sekolah, oleh karena itu perlu adanya dukungan
dari berbagai pihak yang terkait dan releven.

1.2 Tujuan Umum


Tujuan Praktek Kerja Lapangan dikarenakan sebagai berikut :
1. Siswa mampu mengenal dan memahami kegiatan pemeriksaan medis.
2. Pengenalan fasilitas dan alat untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
3. Memahami dan mengenal sistem pelayanan kefarmasian di apotek.

1
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menjelaskan manfaat obat pada pasien.
2. Mengenal dan memahami distribusi obat pada apotek.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya prakerin antara lain :
1. Mengetahui tentang struktur organisasi dan diskripsi tugas yang terdapat di
Apotek Bojongbata.
2. Mengetahui tentang sistem pelayanan yang terdapat di Apotek Bojongbata.
3. Mampu menjalin kerja sama dan komunikasi dengan petugas kesehatan lain
secara professional.
4. Mengetahui dunia kerja yang nyata.
5. Melatih diri untuk menjadi lebih jujur, tanggung jawab dan disiplin.
6. Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentag dunia kefarmasian.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek


kefarmasina oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk mengingatkan mutu
kehidupan pasien (PERMENKES, 2016), maka dapat dikatakan bahwa apotek
adalah salah satu pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat membantu
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan juga sebagai
tempat mengabdi dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian (Hartini dan Sulasmono, 2006). Sedangkan untuk penempatan Apotek
ada dua macam pengertian, yaitu :
1. Apotek Rumah Sakit
Apotek Rumah Sakit yaitu apotek yang hanya melayani resep – resep dari
para dokter rumah sakit yang bersangkutan.
2. Apotek Umum
Apotek Umum yaitu apotek swasta yang tidak hanya melayani resep pribadi
tetapi semua resep dokter, bahkan juga melayani kertas resep rumah sakit bila
apotek rumah sakit secara kebetulan tidak memiliki obat yang di minta.
Apotek umum juga dapat melayani penjualan obat bebas dan obat bebas
terbatas yang untuk mendapatkannya tidak menemukan resep dokter.
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027 MENKES KLX 2004)
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MenKes/SK/IX/2004, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan ke farmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud
adalah bahan obat tradisional dan kosmetik. Perbakalan kesehatan adalah semua
bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
(http://repository.poltekes-tjk.ac.id)
2.2 Tugas Dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsi apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

3
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain : obat, bahan baku obat, obat tradisional dan kosmetik.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (PP No. 51 Tahun
2009).
(https://id.scrbid.com/doc/92804025/definisi -apotek-2009)

2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


A. Perencanaan
Perencanaan adalah seluruh proses pemilihan dan penentuan secara
matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di Apotek.
Dalam Perencanaan ada 4 metode yang digunakan :
1. Metode Konsumsi
Metode ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun
sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
Kelebihan metode konsumsi:
 Data Konsumsi akurat (Metode paling mudah)
 Tidak membutuhkan data epidemiologi namun standar pengobatan.
 Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi tidak berubah
dan kebutuhan relatif konstan.
Kekurangan Metode Konsumsi:
 Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan
perbaikan pola preskripsi.
 Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3
bulan, obat yang berlebih atau adanya krhilangan.
 Pencatatan data morbiditas yang baik tidak diperlukan.
2. Metode Epidemiolgi
Metode ini didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan,
frekuensi penyakit, dan standar pengobatan yang ada.
Kelebihan metode Epidemiologi:
 Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.

4
 Program- program yang baru dapat digunakan.
 Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat didukung oleh
standar pengobatan.
Kekurangan Metode Epidemiologi:
 Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil.
 Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat
penyakit yang tidak termasuk dalam daftar/tidak melapor.
 Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan.
 Polaa penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama.
 Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan
insidentil tidak terpenuhi.
 Variasi obat terlalu lama.
3. Metode Kombinasi (Konsumsi dan Epidemiologi)
Metode Kombinasi merupakan metode Konsumsi dan metode
Epidemiologi. Metode ini berupa kebutuhan obat dan alat-alat kesehatan
yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas, namun kasus
penyakit cenderung berubah (naik/turun).
4. Metode Just In Time
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengendalikan persediaan
perbekalan farmasi karena dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam
jumlah yang cermat.
(www.mipa.farmasi.com)

B. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses perbekalan Farmasi di Apotek dilakukan
oleh bagian unit pembelian yang meliputi pengadaan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras tertentu, narkotika dan psikotropika, dan alat kesehatan.
Pengadaan perbekalan farmasi dapat berasal dari beberapa sumber,
yaitu;

1. Pengadaan rutin
Merupakan cara pengadaan perbekalan farmasi yang paling utama
pembelian rutin yaitu pembelian barang kepada para distributor
perbekalan farmasi untuk obat-obat yang kosong berdasarkan buku
defecta.
Pemesanan dilakukan dengan cara membuat surat pesanan (Sp) dan
dikirimkan ke masing-masing distributor/PBF yang sesuai dengan jenis

5
barang yang dipesan. PBF akan mengirim barang-barang yang dipesan
keapotek beserta faktumnya sebagi bukti pembelian barang.
2. Pengadaan mendesak
Pengadaan mendesak dilakukan,apabila barang yang diminta tidak
ada dalam persediaan serta untuk menghindari penolakan obat/resep.
Pembelian barang dapat dilakukan diapotek lain yang terdekat sesuai
dengan jumlah sediaan farmasi yang dibutuhkan tidak dilebihkan untuk
stok diapotek.
3. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara apotek dengan
suatu atau distributor yang menitipkan produknya untuk dijual diapotek,
misalnya alat kesehatan,obat-obat baru,suplemen kesehatan,atau sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan yang baru beredar dipasaran. Setiap dua
bulan sekali perusahaan yang menitipkan produknya akan memeriksa
produk yang dititipkan diapotek, hal ini bertujuan untuk mengetahui
beberapa jumlah produk yang terjual pada setiap apotek sesuai jumlah
barang yang laku. Maka dapat diretur/kedistributor/perusahaan yang
menitipkan.
Apotek melakukan kegiatan pembelian hanya kedistributor atau PBF
resmi. Pemilihan pemasok didasarkan kepada beberapa kriteria, antar lain
legalitas PBF kecepatan dalalm pengiriman barang pesanan. Jangka waktu
pembayaran, harga yang komperatif dan untuk obat-obat golongan
narkotika hanya dapat dipesan ke PBF yang ditunjuk oleh pemerintah
yaitu PBF kimia farma.
(www.mipa.farmasi.com)

C. Penerimaan
Penerimaan barang setelah dilakukan pemesanan maka perbekalan
farmasi akan dikirim oleh PBF disertai dengan faktur. Barang yang datang
akan diterima dan diperiksa oleh petugas bagian penerimaan barang. Tujuan
penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kontrak baik spesifikasi farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi
mutu jumlah maupun waktu kedatangan.
Barang yang datang akan diterima dan diperiksa oleh petugas bagian
penerimaan barang, antara lain :

6
a. Pada surat pesanan faktur. Apabila terdapat ketidaksukaan, petugas
penerimaan akan mengembalikan atau menolak barang yang dikirim
(retur) disertai nota pengambilan barang dari apotek.
b. Kualitas barang serta tanggal kadaluarsa, kadaluarsa tidak kurang dari
satu tahun untuk obat biasa dan 3 bulan untuk vaksin.
c. Jika barang-barang tersebut dinyatakan diterima, maka petugas akan
memberikan nomor urut pada faktur pengiriman. Barang membutuhkan
cap apotek dan menandatangani faktur asli sebagai bukti bahwa barang
telah diterima.
d. Faktur asli selanjutnya dikembalikan, sebagai bukti pembelian dan satu
lembar lainnya disimpan sebagai resip apotek. Barang tersebut
kemudian disimpan pada wadahnya masing-masing.
e. Salinan faktur dikumpulkan setiap hari lalu dicatat sebagai data arsip
faktur dan barang yang diterima dicatat sebagai data stok barang dalam
komputer.
f. Pemeriksaan barang kelengkapanya
g. Alamat pengirim yang dituju
h. Nama, kemasan dan jumlah barang yang dikirim harus sesuai dengan
yang tertera yang diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat kerusakan
fisik maka bagian pembelian atau membuat nota pengembalian barangn
(retur) dan mengembalikan barang tersebut kedistributor yang
bersangkutan untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai.
Barang-barang yang tidak sesuai dengan faktur harus dikembalikan, hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya praktek penyalahgunaan obat
yang dilakukan oleh pihak tertentu.
(www.mipa.farmasi.com)

D. Penyimpanan
Adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan dan
memudahkan pencarian dan pengawasan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penyimpanan adalah
lokasi penyimpanan (gudang), desin penyimpanan, jenis dan pengelompokan,
prosedur dan ADM dan pemakaian alat/binatang pembantu. Mekanisme

7
pengeluaran barang menggunakan prinsip FIFO (First In First Out), yang
berarti barang yang datang lebih dulu akan dikeluarkan lebih dulu. Selain itu,
barang juga dilihat dari masa kadarluwasanya. Walaupun datang lebih
dulu/terakhir, barang dengan expired date terdekat dikeluarkan terlebih
dahulu. Mekanisme ini disebut FEFO (First Expire Fist Out). Setelah
diperoleh semua barang yang dikehendaki, seluruh barang yang akan
disimpan harus dikelompokan dengan memperhatikan kelompok pelayanan
kondisi yang diperlukan untuk menjaga kualitas, ukuran volume, fast atau
slow moving, abjad dan fifo.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam merancang bangunan gudang
adalah sebagai berikut :
 Kemudahan bangunan
 Sirkulasi udara yang baik
 Rak dan pailet
 Kondisi penyimpanan khusus
 Pencegahan kebakaran
 Perlindungan terhadap ham (tikus)
 Pengaturan suhu dan temperature
 Perlindungan terhadap sinar matahari dan panas
 Penyimpanan produk-produk tertentu yang sensitive dalam refrigerator
dan freezer. Berikut pembagian suhu untuk penyimpanan sediaan farmasi :
 Suhu Beku : - 20°C (Penyimpanan jangka panjang, untuk produk
jenis vaksin dan produk tertentu)
 Suhu Dingin : 2° - 8°C (beberapa jenis produk yang sensitive
terhadap panas tapi tidak boleh dibekukan)
 Suhu Sejuk : 8° - 15°C
 Suhu Kamar : 15° - 30°C
 Suhu Hangat : 30° - 40°C

Ada beberapa mekanisme dalam penyimpanan, antara lain :


 Berdasarkan Alfabet
Alphabet adalah sebuah sistem tulisan yang berdasarkan lambang font
vocal dan konsonan kata alphabet diambil dari bahasa yunani, dari dua
huruf pertama tulisan mereka, yaitu alfa dan beta. Alphabet berbeda
dengan abjad yang biasanya tidak memiliki lambing vocal dan berbeda
dengan abugida dan aksara silabis yang setiap hurufnya melambangkan
fonem namun dalam bentuk suku kata. (https://id.m.wikipedia.org)

8
 Bentuk sediaan
Sediaan farmasi adalah istilah yang mencangkup segala bentuk produk
farmasi mulai dari obat, bahan obat, obat tradisional hingga kosmetika.
Sediaan obat adalah sediaan farmasi yang memiliki variasi bentuk serta
kegunaannya masing-masing. (https://wira.co.id)
 Farmakologi
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk
diagnose, pencegahan dan penyembuhan penyakit.
(https://www.hotcourses.co.id)
 Lemari Narkotika dan Psikotropika
Adalah lemari yang dibuat khusus untuk menyimpan obat atau bahan obat
berbahaya/obat keras yang hanya dapat digunakan dengan resep
dokter/sesuai peraturan yang berlaku. Disimpan pada lemari khusus yang
terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat), yang ditempel
pada dinding yang memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu,
satu untuk pemakaian sehari-hari seperti kodein, dan satu lagi berisi
pethidin, morfin dan garam-garamnya, dengan ukuran lemari 40 x 80 x
120.
Lemari tersebut terletak ditempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi
dapat diawasi langsung oleh asisten apoteker yang bertugas dan
penanggung jawab narkotika.
(https://alkesmandiri.com)
E. Pendistribusian
Penjualan di Apotek meliputi penjualan tunai atau kredit. Penjualan
tunai meliputi pelayanan berdasarkan resep dokter baik resep dari dokter yang
melakukan praktek di Apotek maupun dokter Praktek Luar Apotek, serta
pelayanan non-resep yang terdiri dari pelayanan obat bebas, UPDS (Upaya
Pengobatan Diri Sendiri), serta Alat Kesehatan.
(Dikutipdari : http://novirismayanti6.blogspot.com/2013/10/pengelolaan-sediaan-
farmasi-di-apotek html7m.1)

F. Pencatatan dan Pelaporan


1) Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan dimana setiap obat yang masuk
atau keluar harus dicatat dalam buku pembelian atau buku pendapatan dan
berikut merupakan macam-macam pembukuan di Apotek :
a. Buku Defecta (barang habis)

9
Buku ini digunakan untuk mencatat nama obat atau barang yang habis
dan obat atau barang yang harus dipesan untuk memenuhi kebutuhan
di Apotek.
b. Faktur
Adalah seseorang yang memiliki tugas untuk mencatat orderan,
membuat invoice, membuat laporan penjualan, menerima retur barang,
mengurus pengiriman barang, menanggapi komplain, memonitor dan
memproses data pelunasan piutang dan masih banyak lagi tugas
lainnya.
(http;//panelhar.xy2)
c. Surat Pesanan (SP)
Adalah surat tertulis dari apoteker kepada PBF, dalam rangka
pengadaan dan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai. Dalam pemesanan perbekalan farmasi, surat pesanan harus
dibuatkan rangkap sesuai peraturan yang berlaku dan harus
menyimpan arsip di apotek, arsip pesanan harus disimpan selama 5
tahun.
Macam-macam SP yang ada di apotek diantaranya yaitu pemesanan
narkotika dan psikotropika yaitu :
1. SP Narkotika dibuat rangkap 4
 Warna putih, merah dan kuning untuk PBF
 Warna biru untuk arsip apotek atau rumah sakit
 Surat Pesanan narkotika diisi satu obat
2. SP Psikotropika dibuat 3-4 rangkap
 Warna putih untuk PBF
 Warna merah atau kuning untuk arsip apotek atau rumah sakit
3. SP Prekusor
Memiliki SP yang sama dengan SP psikotropika, dimana dalam
satu golongan saja yaitu prekusor, tetai prekusor harus terdapat
nama obat beserta isi zat aktifnya.
d. Buku Penjualan
Adalah buku yang digunakan untuk mencatat semua barang yang telah
dilayani/dijual. Buku penjualan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Buku Penjualan umum/bebas
Yaitu berisi barang pembekalan farmasi yang dilayani tanpa resep
dokter. Contohnya ; obat bebas, bebas terbatas, OWA, dll.
2. Buku Penjualan resep

10
Yaitu berisi barang pembekalan farmasi yang dilayani dengan
resep dokter. Contohnya ; obat dengan resep psikotropika, resep
antibiotic, dll.
e. Laporan Laba Rugi
Laporan ini dibuat setiap bulan dan dilakukan pelaporan satu tahun
sekali. Laporan laba rugi dibuat langsung oleh APA, yang meliputi
total penjualan dikurangi HPP dan menghasilkan laba kotor, agar
mendapatkan laba bersih maka dilakukan pengurangan antara laba
kotor dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. Netto diperoleh
dengan cara laba bersih sebelum pajak dikurangi dengan pajak 10%
dari omset.
f. Kartu Stok
Adalah sebuah kartu yang digunakan untuk mencatat pemasukan
pengeluaran perbekalan farmasi di Apotek. Kartu stok sangat
membantu dalam melakukan stok of name barang di apotek, seperti
narkotika dan psikotropika yang harus di stok of name tiap bulannya.
Kartu stok hanya boleh berisi satu perbekalan farmasi saji, sehingga
setiap pembekalan farmasi memiliki kartu stok tersendiri. Isi kartu
stok umumnya terdiri atas nama barang, keterangan, tanda tangan dll.
Kartu stok dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Kartu stok gudang, yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat
semua barang masuk dan keluar yang berada digudang.
2. Kartu stok stelling yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat
semua barang masuk dan keluar yang berada pada etalase
penjualan.
2) Pelaporan
Adalah kumpulan pencatatan dan pendapatan kegiatan administrasi
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
a. Pelaporan Narkotika dan Pelaporan Psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan melalui online SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psiktropika). Apoteker setiap
bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika
melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut diimport
paling sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya. Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan meliputi
nomor urut, nama bahan/kesediaan, satuan, persediaan awal bulan.

11
Kemudian, password dan username didapatkan setelah melakukan
registrasi pada dinkes setempat.
b. Obat Kadaluwarsa
Menurut Basba Et Al, 2015, tanggal kadaluwarsa obat merupakan hari
terakhir suatu perusahaan produksi obat menjamin keamanan obat
secara penuh. Ketika produk obat berada pada masa kadaluwarsa,
dalam obat tersebut mengandung 90% senyawa aktif yang dapat
membahayakan tubuh manusia. Adapun penggunaan obat yang sudah
kadaluwarsa dapat menimbulkan efek samping, yaitu hilangnya
khasiat obat dan kandungan kimia yang terdapat didalamnya. (Gul.
A.Et, 2016)

2.4 Perbekalan Farmasi


A. Bentuk Sediaan Farmasi
1. Pulvis (serbuk)
Pulvis (serbuk) merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia
yang dihaluskan, dituliskan untuk pemakaian luar .
2. Pulveler
Pulveler merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.
3. Tablet
Tablet merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan .
4. Pil (Pilulae)
Pil merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan
obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral.
5. Kapsul (Capsule)
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
kertas atau lunak yang dapat larut.
6. Kaplet
Kaplet merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak,
bentuknya oval seperti kapsul.
7. Larutan (Solutions)

12
Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya di larutkan dalam air, yang karena bahan-
bahan nya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukan dalam
golongan produk lainnya.
8. Suspensi (Suspensionel)
Suspensi merupakan sediaan cair mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair.
9. Emulsi (Elmulsionel)
Emulsi merupakaan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem
terdispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata pada
fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi
10. Galenik
Galenik merupakan sediaan yang di buat dari bahan baku yang berasal
dari hewan atau tumbuhan yang di sari.

11. Estrak (Extracum)


Ekstrak merupakan sediaan yang rekat yang di peroleh dengan
mengekstrasi zat dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
zat pelarut yang sesuai.
12. Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang di buat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
13. Imunoserum (Immunosera)
Imunoserum merupakan sediaan yang mengandung imonoglobulin khas
yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
14. Salep (Unguenta)
Salep merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sesiaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larus atau terdispresi homogen dalam dasar salep yang
cocok.
15. Suppositoria
Suppositoria merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya berbentuk
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
16. Obat Tetes (Guttae )

13
Obat Tetes merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi,
apabila tidak dinyatakan lain di maksudkan untuk obat dalam.
17. Injeksi (Injection)
Injeksi merupakan sediaan steril yang disuntikan dengan cara merobek
jaringan kulit kedalam atau melalui kulit selaput lendir. Memberikan efek
sistematik (langsung melalui peredaran darah).
(https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/463-macam-macam-obat-dan-tujuan-
penggunaanya)

B. Penggolongan obat
Pengelolaan obat tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbaharui dengan permenkes
RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000. Obat digolongkan menjadi 5 golongan
yaitu : obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psiktropika dan obat
narkotika. Untuk meningkatkan penggunaan obat serta pengamanan
distribusinya. Obat yang beredar di Indonesia digolongkan menjadi 7 yaitu :

1. Obat bebas
Obat Bebas merupakan obat OTC (Over The Counter) atau obat yang
dijual secara bebas di pasaran. Obat yang tergolong dengan kategori bebas
adalah obat yang memiliki efek samping rendah serta kandungan bahan-
bahan yang relatif aman. Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran
berwarna hijau dan bergaris tepi hitam dan kebanyakan obat bebas adalah
obat-obat untuk mengobati penyakit ringan seperti batuk, flu, atau demam.
Obat bebas juga bisa berupa vitamin atau suplemen nutrisi.
Obat-obatan yang dapat dibeli secara bebas biasanya digunakan untuk
mengatasi penyakit yang memiliki gejala ringan contohnya adalah
paracetamol, vitamin, multivitamin dan antasida.

2. Obat Bebas Terbatas


Obat Bebas Terbatas merupakan obat yang dijual bebas dipasaran,
namun, obat bebas terbatas termasuk obat yang lebih keras ketimbang obat
obat bebas. Meski obat dalam golongan ini juga bisa dikonsumsi tanpa
resep dari dokter, obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu
dikemasannya, yaitu lingkaran biru bergaris tepi hitam.
Penggunaan obat ini pun harus mengikuti aturan pengobatan yang
tertera pada kemasan, jangan lupa perhatikan tanggal kedaluwarsa obat,

14
serta membaca informasi pada kemasan tentang petunjuk penggunaan obat
yang tidak diperbolehkan, efek samping, dosis obat, cara penyimpanan
dan lainnya.

Terdapat 5 jenis obat terbatas, yaitu :


P.1 : Awas ! Obat keras. Baca aturan memakainya.
Contoh : Antihistaman, Choloquinum, Ibuprofen 200 mg
P.2 : Awas ! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
Contoh : Kali Chloras dalam larutan, Zincum
P.3 : Awas ! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan
Contoh : Air burowi, mercurchom dalam larutan.
P.4 : Awas ! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
Contoh : Rokok dan serbuk yang mengandung scopolamium untuk
penyakit asma yang penggunaannya dengan cara dibakar.
P.5 : Awas ! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
Contoh : Amonia dengan kadar kurang dari 100%.
P.6 : Awas ! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Contoh : Beberapa obat yang dijual bebas terbatas adalah CTM,
Theopiline, Tremenza dan Lactobin.

3. Obat Keras
Obat keras disebut dengan golongan obat “G” adalah singkatan
dari “Gevarlijik” yang artinya berbahaya. Berbahaya yang
dimaksud jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter karena
akan dikhawatirkan dapat memperoleh penyakit. Hal tersebut

15
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukkan obat-obatan ke dalam daftar obat keras.
Obat keras tidak dapat dibeli dengan bebas di apotek melainkan
harus menggunakan resep dokter, contoh : Asam Mefenamat.
Sehingga dalam hal memberikan pengertian obat keras adalah obat-
obat yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pembuat disebutkan
bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk
dipergunakan secara parental baik dengan cara parental, baik dengan
cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan merobek
rangkaian asli dari jaringan.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
d. Semua obat yang tercantum dalam daftar keras obat itu sendiri dalam
substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu terkecuali
apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain atau ada
pengecualian daftar obat bebas terbatas. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 02396/A/SK/VII/1996 tentang tanda
khusus obat keras daftar G adalah lingkaran bulatan warna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh
garis tepi. Contoh obat ini adalah : Amoxycillin, Asam Mefenat.
Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam golongan
ini, seperti:
 Obat Generik
 Obat Wajib Apotek (OWA)
 Psikotropika
 Obat yang mengandung hormon, seperti penenang atau obat
diabetes.
 Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisillin, sefalosporin

4. Obat Psikotropika
Merupakan zat atau obat yang dapat menurunkan aktifitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,
disertai dengan timbulnya halusinasi (menghayal), ilusi, gangguan cara
berpikir. Perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan

16
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para
pemakainya.
Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan :
 Golongan I : Adalah obat yang tidak boleh digunakan untuk terapi .
golongan hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan,
karena memiliki potensi yang kuat untk menyebabkan ketergantungan
pada penggunaannya.
 Golongan II : Bisa digunakan untuk pengobatan maupun untu
kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, psikotropika golongan II tetap
memiliki potensi kuat untuk menyebabkan ketergantungan.
 Golongan III : Lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat
jenis ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Risiko ketergantngan pada psikotropika golongan ini cenerung rendah.
 Golongan IV : Sama seperti golongan III, risiko ketergantungan
psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotropika golongan IV
banyak digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu
pengetahuan.

5. Obat Narkotika
Adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman maupun tidak.
Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti
psikotropika, narkotika menimbulkan efek ketergantungan, khususnya
jenis yang bisa mengurangi rasa sakit, nyeri, dan tingkat kesadaran. Obat
narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus dibawah resep
dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang merah yang
tertera dikemasannya.
Golongan Narkotika antara lain :
 Golongan I : Hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun, tidak
bisa digunakan untuk pengobatan. Pasalnya, golongan I memiliki
risiko ketergantungan yang tinggi.
 Golongan II : Bisa digunakan untuk pengobatan dan kepentingan ilmu
pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya memberi resep narkotika
golongan II sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya,
golongan II juga bisa menyebabkan ketergantungan yang kuat. Contoh
Opium, ganja, dan heroin.
 Golongan III : Bisa digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan pengobatan karena memiliki risiko yang ringan untuk

17
menyebabkan ketergantungan. Contoh Kodeina, nikokodina, dan
nikodikodina.
(Dikutip dari :https://www.guesehat.com/sistem-penggolongan-obat-
diindonesia-yang-perlu-kamu-ketahui)

6. Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat Wajib Apotek adalah beberapa obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter, namun harus diserahkan oleh Apoteker di Apotek.
Pemilihan dan penggunaan obat DOWA harus dengan bimbingan
Apoteker. Daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat
yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter.
Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam :
a. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotek berisi DOWA No 1.

b. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/MenKes/Per/X/1993


tentang DOWA No 2.
c. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999
tentang DOWA No 3.
Dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan dalam
peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah
kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan
pengobatan sendiri secara aman dan nasional, dapat dicapai melalui
peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan informasi
yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat dari obat tersebut,
walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persyaratan
yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data
pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan kepada pasien, contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep
aja termasuk OWA dan hanya diberikan satu tube.
c. Apoteker wajib memberikan informasi secara benar mencakup :
indikasi, kontra-indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek

18
samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan
bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan dari OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk
masyarakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat
yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien, antara
lain : Salep (Hodrocortison), inflasi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin),
anti alergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.

7. Obat Fitofarmaka
Adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan
uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah
distandarisasi. Contoh : Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin,
VipAlbumin plus, Rheumaneer. Obat tersebut berguna untuk memperkuat
daya tahan tubuh pada manusia pada umumnya.

8. Obat Herbal Terstandar


Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan)
dan bahan bakunya telah distandarisasi. Contoh : Antangin JRG, OB
Herbal, Mastin, Lelap, Diapet.
OHT harus memenuhi kriteria :
1) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik (pada hewan
percobaan)
3) Telah dilakukan Standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi.
4) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

9. Obat Herbal (Jamu)


Merupakan kemasan obat herbal yang berlabel dengan gambar
tumbuhan atau pohon berwarna hijau dengan lingkaran hijau. Memiliki
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut,
yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
jamu adalah salah satu bentuk obat tradisional. Contoh: Kuku Bima, Pegal

19
Linu, Gemuk Sehat, Tolak Angin, Tuntas, Rapet Wangi, Kuldon,
Antangin Jahe Merah, dll.
Jamu harus memenuhi kriteria :
1) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2) Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
3) Memenuhi Persyaratan mutu yang berlaku.
4) Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata “Secara
tradisional digunakan untuk pasien”
Pada Jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah
Farmakologi/medis seperti jamu untuk Hipertensi, Jamu untuk Diabetes,
Jamu untuk Hiperlipidemia, Jamu untuk TBC, Jamu untuk Asma, Jamu
untuk infeksi jamur candida, jamu untuk impotensi dan lain sebagainya.
(Dikutip dari :https://m.kumparan.com/berita-heboh/7-simbol-dalam-obat-
obatan-yang-harus-kamu-ketahui-1539174002324404187)

C. Macam dan Fungsi Alat Kesehatan


1. Pengertian Alat Kesehatan
Alat kesehatan merupakan salah satu unsur yang penting disebuah
Rumah Sakit atau Klinik dan juga pusat pelayanan kesehatan lainnya. Hampir
dapat kita katakana separuh atau bahkan lebih proses pelayanan medis di
Rumah Sakit diambil oleh peralatan dan instrument kesehatan.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1191/MENKES/PER/VII/2010 tentang penyaluran alat kesehatan bahwa
alat kesehatan didefinisikan sebagai appratus, instrument mesin atau implant
yang tidak berhubungan (mengandung) obat yang berfungsi/digunakan untuk
mencegah dan mendiagnosis satu penyakit dan merawat orang sakit serta
untuk memulihkan kesehatan dan untuk membentuk struktur juga
memperbaiki fungsi jaringan tubuh.

2. Fungsi Alat Kesehatan


Dari pengertian tersebut kita bisa simpulkan beberapa fungsi alat
kesehatan yaitu, sebagai berikut :
 Mendiagnosis penyakit tertentu pada pasien
 Merawat dan menyembuhkan penyakit
 Mendukung dan mempertahankan hidup pasien
 Membentuk struktur dan memperbaiki fungsi jaringan tubuh

20
Setelah kita ketahui pengertian dan fungsinya untuk lebih mengenal
alat-alat kesehatan khususnya yang ada di Rumah Sakit dan Klinik. Kita akan
sebutkan nama alat kesehatan lengkap yang umumnya digunakan ditempat-
tempat pelayanan medis baik di Rumah Sakit ataupun Klinik lainnya.

No Nama Alat Kesehatan Fungsi Gambar


1 Tensimeter Tensimeter merupakan satu
alat kesehatan yang berfungsi
untuk mengukur tekanan
darah.

2 Infus Set Fungsinya untuk menunjang


cairan tubuh yang kurang akibat
metabolisme yang tidak stabil
ketika sakit.

3 Spuit Untuk memasukkan cairan obat


ke dalam tubuh melalui
pembuluh darah (intra vena)

4 Surgical Blade Surgical Blade atau pisau


operasi termasuk alat medis
yang harus disterilkan dengan
menggunakan metode sterilisasi
yang benar untuk terhindar dari
bahaya infeksi penyakit

5 Gunting Operasi Untuk membuat potongan atau


sayatan pada tubuh manusia
atau hewan yang akan
menjalani operasi

6 Foley Catheter Fungsinya untuk menyalurkan


urine dalam sistem tertutup,
bebas dari udara dan polusi.

7 Ultrasounic Gel Untuk melumuri probe USG


saat ditempelkan pada kulit

21
8 Steril Pouch Untuk wadah atau bungkus alat-
(Sterilization pack) alat medis yang telah dilakukan
sterililkan terutama dalam
sterilisasi uap panas dengan

9 ABD (Alat Bantu Untuk mengatasi gangguan


Dengar) pendengaran

10 Multicheck (Alat Cek Untuk cek kadar glukosa, asam


Darah Portable) urat, kolesterol da nada juga
yang dilengkapi dengan uji gb
(hemoglobin)

11 Lancing device & Fungsinya untuk memberikan


Blood lancet tusukan pada jari untuk
mengambil sample darah pada
saat di cek menggunakan
multicheck.

12 Defibrillator Alat untuk kejut jantung


memberikan pada stimulus
energy listrik ketika jantung
dalam kondisi tidak normal
(Febrilasi Ventikel)
13 ECG (Electro Untuk menganalisa
Cardiograph) kemungkinan terjadinya
gangguan jantung pada pasien

14 Electrocauter (Electro Untuk membuat potongan dan


Surgical Unit) sayatan pada jaringan kulit
pasien dalam proses
pembedahan

15 Mesin Anestesi Untuk membius atau


menghilangkan kesadaran pada
pasien yang akan dioperasi

16 Lancing device alat bantu untuk pengambilan


sempel darah yang diperlukan
sebagai penunjang untuk cek
kadar gula,kolesterol,asam urat
dalam darah
(Dikutip dari://jurnalmanajemen.com/alat-kesehatan/)

22
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1. Sejarah Apotek Bagong Sae


Apotek Bagong Sae, Bantarbolang didirikan oleh Bapak Antoni
Yusup, pada tanggal 25 Mei 2015 yang berlokasi di Jl. Raya Bantarbolang
RT.03 / RW.05 Bantarbolang-Pemalang, Nama “Bagong” sendiri dipilih
karena kecintaan pemiliknya terhadap budaya Indonesia, khususnya mengenai
tokoh pewayangan Punakawan, salah satunya adalah tokoh Bagong yang
memiliki sifat dan karakter polos dan lugu, sedangkan kata “Sae” dari bahasa
Jawa Krama Alus yang artinya adalah Bagus.

3.2. Profil Apotek Bagong Sae

23
A. Denah Lokasi

24
B. Denah Ruangan

Keterangan :
I. Ruang Depan / Ruang Pelayanan
II. Ruang Gudang
III. Ruang Belakang
1. Pintu masuk dan Ruang konseling.
2. Etalase bedak bayi, salep kulit, salep dan tetes mata dan tetes
telinga.
3. Etalase obat herbal, suspensi obat lambung.
4. Etalase alkes
5. Etalase Vitamin dewasa dan anak
6. Etalase Sirup (batuk, pilek, demam)
7. Etalase pempers bayi
8. Etalase pempers bayi
9. Etalase susu bayi
10. Etalase susu hamil dan bubur bayi
11. Etalase pempers dewasa

25
12. Etalase pakaian bayi
13. Etalase kebutuhan bayi (botol bayi, sabun bayi, dsb)
14. Etalase minyak wangi dewasa, sabun dewasa, dsb
15. Etalase make up
16. Kasir
17. Etalase obat warung
18. Etalase minyak kayu putih, dsb
19. Rak madu
20. Etalase obat paten dan syrup golongan obat keras
21. Meja racik
22. Etalase obat generic
23. Rak obat paten
24. Rak obat generic dan syrup
25. Susu dan salep, TTM, TT
26. Lemari pendingin, lemari narkotika dan lemari psikotropika
27. Rak pempres bayi
28. Kamar mandi
29. Washtafel
30. Tempat es cream
31. Kulkas minuman

C. Struktur Organisasi

26
D. Shift

P : Shift Pagi = 07.00 - 16.00 WIB


M : Shift Middle = 08.00 – 17.00 WIB
S : Shift Siang = 12.00 - 21.00 WIB / 13.00 – 21.30 WIB
Hari Libur 1 Minggu 1x secara bergantian.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Bagong Sae


A. Perencanaan
Perencanaan adalah hal pentig dalam kegiatan operasional apotek.
Perencanaan obat ini dibagi dalam beberapa jenis metode :
1. Metode Epidemologi : Perencanaan yang didasarkan pada pola
penyebaran suatu penyakit dan pengobatannya di masyarakat.
2. Metode Konsumsi : Metode yang kerap digunakan. Cara kerjanya
ialah berdasarkan data pengeluaran barang/obat dalam sebuah periode.
3. Metode Kombinasi : Gabungan dari Epidemologi maupun metode
konsumsi. Intinya pengadaan obat dibuat berdasarkan pola sebaran
penyakit dan ketersediaan obat pada periode sebelumnya.
4. Metode Just In Time : Dimana metode ini digunakan untuk obat yang
jarang diresepkan dan memiliki harga mahal dan kadaluarsa pendek.

Perencanaan di Apotek Bagong Sae menggunakan Metode


Epidemologi, Metode Konsumsi, Metode Kombinasi dan Metode Just in
Time. Hal ini sudah sesuai denga teori yang ada.

B. Pengadaan
Pada Pegadaan di Apotek Bagong Sae ini merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.
Pengadaan obat-obatan di apotek biasanya dilakukan melalui pembelian /
pemesanan yang dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan medis.
Pengadaan di Apotek Bagong Sae sudah sesuai dengan teori yang ada.
Untuk pembayaran faktur pemesanan pengadaan pada Apotek
Bagong Sae, melalui alur pembayaran kepada PBF :
- Pembayaran dilakukan oleh APA ke PBF.
- Pelunasan pesanan dilakukan sesuai dengan tanggal yang disepakati
kedua belah pihak, setelah dilakukan pelunasan maka PBF
menyerahkan nota lunas kepada APA dan faktur dikembalikan APA
ke PBF.

Alur pembayaran di Apotek Bagong Sae sesuai dengan teori.

28
C. Penerimaan
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penerimaan barang Apotek
Bagong Sae merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian kedatangan
barang dengan surat pesanan dengan tanda bukti pada suatu faktur,
diantaranya kesesuaian jenis obat maupun jumlah yang dipesan.
Pada penerimaan barang ditentukan dengan faktur yang sesuai
pemesanan, yaitu lembar bukti transaksi kepada pelanggan atas pembelian
suatu barang/jasa.
Penerimaan / barang datang di Apotek Bagong Sae sudah sesuai
dengan teori.

D. Penyimpanan
Dalam penyimpanan berdasarkan golongan obat tersebut :
1. FEFO (First expired first out) barang yang memiliki tanggal
kadaluwarsa lebih cepat akan dikeluarkan lebih dahulu.
2. FIFO (First in first out) barang yang datang lebih dulu, akan
dikeluarkan lebih dulu.
3. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah
menguap seperti aether, anaestheticus.
4. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet dan
syrup.
5. Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembah (kapur tohor)
seperti kapsul.
6. Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30o C) untuk obat seperti
tablet, kaplet dan syrup.
7. Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15o C) untuk obat seperti
salep mata, cream, ovula dan suppositoria.
8. Disimpan ditempat dingin (pada suhu 0-5o C) seperti vaksin.
9. Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus yang
sesuai persyaratan peraturan MenKes No.35 Tahun 2009 khusus untuk
lemari tempat penyimpanan obat narkotika syarat yang tercantum.
10. Penyimpanan narkotik didalam lemari dibagi dua masing-masing
dengan kunci yang berlainan, lemari khusus harus ditaruh pada tempat
yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum.

29
11. Penyimpanan berdasarkan alphabet, farmakologi, komposisi kegunaan
masing-masing obat.

E. Pendistribusian
Pendistribusian di Apotek Bagong Sae dilakukan setiap hari untuk
pelayanannya berdasarkan resep dokter dari dokter yang melaksanakan
praktek diapotek atau dokter praktek luar apotek. Apotek Bagong Sae
melayani pelayanan non-resep seperti obat bebas dan obat bebas terbatas,
akan tetapi penjualan obat di Apotek tersebut hampir 50% adalah resep
dari dokter. Dan pendistribusian non resep setiap hari di Apotek Bagong
Sae melakukan pengecekan stok obat, obat yang hampir habis dicatat
dibuku defecta kemudian pemesanan ditulis disurat pemesanan (SP) dan
dikirim ke PBF/pusat, jadi pendistribusian di Apotek Bagong Sae telah
sesuai dengan teori karena sesuai dengan alurnya.

F. Pencatatan dan pelaporan


Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
sediaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem
pemesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran maka
diperlukan pencatatan dan pelaporan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa
kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian stok kartu baik melaui pencatatan dan pelaporan dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama
obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, pengeluaran dan sisa
persediaan.
Di Apotek Bagong Sae tidak menyediakan obat narkotika dan
psikotropika, tetapi tersedia lemari narotika dan psikotropika. Jadi
pencatatan dan pelaporan di Apotek Bagong Sae telah sesuai dengan teori
karena barang masuk atau keluar dibuku yang sesuai.

4.1 Perbekalan Farmasi Di Apotek Bagong Sae


A. Bentuk Sediaan Farmasi
Bentuk Sediaan Farmasi Yang ada di Apotek Bagon Sae adalah
sebagai berikut :
1. Tablet

30
Tablet merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan. Contoh sediaan yang ada di Apotek Bagong Sae :
Kalmethason, Voltadex, Danasone, Renadinac, Trisela, dll.
Bentuk sediaan Tablet di Apotek Bagong Sae sesuai dengan teori yang
ada.
2. Pulvis
Pulvis (serbuk tak terbagi) adalah campuran serbuk kering obat atau zat
kimia yang dibuat dengan proses penghalusan. Sedian Pulvis umumnya
adalah obat pemakaian luar.
Sediaan pulvis di Apotek Bagong Sae contohnya : Enbatik serbuk tabur
( lukaa bakar, luka karena operasi), Nebacetin Powder (infeksi kulit akibat
kosmetik), MBK, Herocyn, Sulfanilamide, dll.
Bentuk sediaan Pulvis di Apotek Bagong Sae sesuai dengan teori.
3. Pulveres
Pulveres (serbuk bagi) adalah bentuk sediaan obat serbuk yang bobotnya
dibagi sesuai dengan dosis dan dibungkus dengan pengemas sekali
minum.
Bentuk sediaan Pulveres di Apotek Bagong Sae sudah sesuai dengan teori.
4. Pil
Pil merupakan bentuk sediaan padat dan bundar kecil mengandung bahan
obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Contoh sediaan yang ada di
Apotek Bagong Sae : Pil KB Andalan, Pil Mikrodial 30, Pil KB Planotab,
Pil Diare-35, dll.
Bentuk sediaan Pil di Apotek Bagong Sae sudah lengkap, hal ini sesuai
dengan teori yang ada.
5. Kaplet
Kaplet merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak
bentuknya oval seperti capsule. Contoh sediaan yang ada di Apotek
Bagong Sae : Yusimox, Cargesik, Alofar, Alleron, Spasminal, Grantusif,
Intalgin, Zultrop, dll
Bentuk sediaan Kaplet di Apotek Bagong Sae sudah lengkap, hal ini
sesuai dengan teori yang ada.
6. Kapsul

31
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
kertas atau lunak seperti kapsul. Contoh sediaan yang ada di Apotek
Bagong Sae : Clinium, Interflox, Rhinos sr, Vectrine, Recustein, dll
Bentuk sediaan Kapsul di Apotek Bagong Sae sudah lengkap, hal ini
sesuai dengan teori yang ada.
7. Larutan
Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
yang dapat larut biasanya Cara peracikan dilarutkan ke dalam air.

a. Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk dimasukkan


kedalam mulut. Contoh sediaan yang ada di Apotek Bagong Sae :
Mylanta, OBH Combi, Tempra, dll.
b. Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi
seringkali mengandung pelarut lain seperti Etanol dan Poliol untuk
penggunaan luar.
Contoh sediaan Larutan Topikal untuk Mata, antara lain : Insto, Rohto
cool, Polidemisin, Erlamycetin, Reco, Genoint, Alletrol, dll.
Contoh sediaan Larutan Topikal untuk Telinga, antara lain : Otilon,
Vitol, Forumen, Sagestam, dll.
Bentuk sediaan Larutan di Apotek Bagong Sae sudah lengkap, hal ini
sesuai dengan teori yang ada.
8. Suspensi (Suspension)
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut terdispersi dalam fase cair. Contoh sediaan yang ada di Apotek
Bagong Sae, antara lain : Proris, Farsifen, Etafen, hufagrip, Magtral,
Triocid, Promag, dll.
Bentuk sediaan Suspensi di Apotek Bagong Sae sudah lengkap, hal ini
sesuai dengan teori yang ada.
9. Emulsi (Emulsa)
Emulsi merupakan berupa campuran dari dua fase dalam sistem
terdispersi, fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
Contoh sediaan yang ada di Apotek Bagong Sae : Cucurma Plus, Sanbe
Kids, Scotts, Laxadine, dll.
Bentuk sediaan Emulsi di Apotek Bagong Sae sudah lengkap, hal ini
sesuai dengan teori yang ada.
10. Salep

32
Salep merupakan sediaan setengah padat, ditujukan untuk pemakaian
topical pada kulit. Contoh sediaan yang ada di Apotek Bagong Sae :
Genion, Kalpanax salep, Ichthyol salep, dll

11. Guttae (Drops)


Guttae merupakan sediaan cair berupa larutan emulsi atau suspense,
dimaksudkan untuk obat dalam atau luar. Contoh sediaan yang ada di
Apotek Bojongbata : Tempre drops, Sanmol drops, Tiril drops, dll
12. Guttae Opthalmicae (tetes)
Guttae Opthalmicae merupakan sediaan steril berupa larutan atau suspensi
digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir
mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Contoh sediaan yang ada di
Apotek Bojongbata : cendo xitrol, Insto rohto, Genion, dll
13. Inhalation
Pembahasan sudah sesuai dengan materi. Contoh sediaan yang ada di
Apotek Bojongbata : Freshcare, Plossa, dll
14. Epithema/Obat Kompres
Epithema/Obat Kompres merupakan cairan yang dipakai untuk
mendatangkan rasa dingin pada tempat yang panas dan sakit karena
radang atau berdasarkan tekanan osmase digunakan untuk mengeringkan
luka bernanah. Contoh sediaan yang ada di Apotek Bojongbata : Rivanol
15. Sediaan Cair Rektal/Vaginal
Sediaan cair/rektal merupakan obat solid (padat) berbentuk peluru yang
dirancang untuk dimasukkan kedalam anus/rectum, vagina, uretra.
Contoh sediaan yang ada di Apotek Bojongbata : Microlax
16. Salep
Salep merupakan sediaan setengah padat, ditujukan untuk pemakaian
topical pada kulit. Contoh sediaan yang ada di Apotek Bojongbata :
Genion, Kalpanax salep, Ichthyol salep, dll
17. Krim
Krim merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Contoh
sediaan yang ada di Apotek Bojongbata : Ultrasiline, Counterpain, Hot in
Cream, Caladine lotion, dll
18. Gel
Gel merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspense yang dibuat
dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar yang terpenetrasi

33
oleh suatu cairan. Contoh sediaan yang ada di Apotek Bojongbata :
Trombogel, Bioplaceton dll
19. Linimentum
Linimentum merupakan sediaan cair atau kental yang mengandung
analgesik dan zat yang memiliki sifat rubefacient untuk menghangatkan
dan digunakan sebagai aplikasi topical. Contoh sediaan yang ada di
Apotek Bojongbata : Minyak GPU, Minyak Gosok tawon, Parcok,
Gandapura.

B. Penggolongan Obat
1. Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter. Contoh di Apotek Bojongbata : Plantacid, Mylanta, Neurobion,
Panadol, Promag, Oskadon, Microlax, dll.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual secara bebas dipasaran umum,
obat bebas terbatas termasuk obat yang lebih keras ketimbang obat-obat
bebas. Contoh di Apotek Bojongbata : Intunal, Paratusin, Hufagrip, Neo
rheomacyl, Nelco special, Paramex, Bodrex, Decolgen, dll.
3. Obat Keras
Obat Keras merupakan obat yang hanya didapatkan dengan resep dokter.
Contoh di Apotek Bojongbata : Interflox, Candesartan, Keren,
Ciprofloxacin, Lapimuc, Lapibal, Vectrin, Ketricin, Rhinos sr, Rupafin,
Cefadroxil, Dexaflox, Largan, Laprosin, dll.
4. Obat Psikotropika
Obat Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan Narkotika. Contoh di Apotek Bojongbata : Valisanbe.
5. Obat Narkotika
Obat Narkotika merupakan golongan obat yang paling berbahaya. Contoh
di Apotek Bojongbata : Code in.

6. Golongan Obat Wajib Apotek


Obat Wajib Apotek adalah bebarapa obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter, namun harus diserahkan oleh Apoteker di apotek.
Contoh di Apotek Bojongbata : untuk sediaan tablet (Clabat, Clinium,

34
Interflos, Dexyclow, Cexaflox, Maxifion, Moxibat, Wiaflox, Rhinos sr,
Vectrine, Imudator, Recaston, Intidrol, dll .

C. Macam dan Fungsi Alat Kesehatan


Macam dan fungsi alat kesehatan yang ada di Apotik
Bojongbata, antara lain :

N Nama Alat
Fungsi Alat Kesehatan
O Kesehatan
1 Masker Untuk menutupi hidung dan mulut dari
polutan atau partikel berbahaya di udara
2 Urine Bag Untuk menampung urin pasien
3 Pispot Untuk membantu seseorang yang hendak
buang air besar dan buang air kecil

4 Urinter Untuk mengatasi infeksi saluran kemih


yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif ataupun bakteri asam positif

5 Tensimeter Untuk mengukur tekanan darah


6 Termometer Untuk mengukur suhu atau temperatur
serta perubahan
suhu
7 Betadine Untuk menghentikan pertumbuhan
bakteri pada luka agar tidak terjadi
infeksi

8 Kasa Untuk operasi besar/kecil, khitan,


penutup luka dan bebat
pusar bayi
9 Perban Untuk menutup luka
Plaster Untuk melindungi luka dari terbentur,
10
rusak atau kotor
11 Hypafik Untuk mengencangkan pembalut luka,
area yang lebar
Untuk membantu mengosongkan
12 Kateter kandung kemih
uap yang dihirup

4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Bojongbata


G. Perencanaan
Admin Apoteker Penanggung Jawab (APJ) di Apotek Bojongbata
sebelum dilakukannya perencanaan pembelian obat atau pemesanan

35
kepada PBF, admin Apoteker dan asisten Apoteker selalu rutin melakukan
pengecekan terlebih dahulu, agar unit mengecek obat dan stok selama satu
minggu. Untuk obat-obatan yang sering keluar diresep, sedangkan untuk
bebas distok selama obat tersebut habis dan obat bebas tinggal sedikit, obat
bebas biasanya ada yang disorder ada juga yang dibeli.

H. Pengadaan
Apoteker Penanggung Jawab (APJ) dilakukan pengadaan
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Pengadaan perbekalan farmasi
meliputi pemesanan dan pembayaran. Cara pemesanan obat biasanya
melalui Surat Pesanan (SP) baik melalui elektronik SP untuk Prekursor dan
OTT menggunakan SP khusus rangkap 2, untuk Psikotropika dan
Narkotika rangkap 4.

I. Penerimaan
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penerimaan barang Apotek
Bojongbata :
1. Pengecekan
Saat barang datang hal pertama yang harus dilakukan adalah mengecek
sebuah faktur.
2. Kontan
Pembelian dilakukan secara kontan atau biasanya untuk transaksi obat
golongan narkotika dan barang-barang COD (Cash And Delivery) atau
dibayar langsung ketika saat barang datang.
3. Titipan
Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam waktu
maksimal 3 bulan.

J. Penyimpanan
Dalam penyimpanan berdasarkan golongan obat tersebut :
12. FEFO (First expired first out) barang yang memiliki tanggal
kadaluwarsa lebih cepat akan dikeluarkan lebih dahulu.
13. FIFO (First in first out) barang yang datang lebih dulu, akan
dikeluarkan lebih dulu.
14. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah
menguap seperti aether, anaestheticus.

36
15. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet dan
syrup.
16. Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembah (kapur tohor)
seperti kapsul.
17. Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30o C) untuk obat seperti
tablet, kaplet dan syrup.
18. Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15o C) untuk obat seperti
salep mata, cream, ovula dan suppositoria.
19. Disimpan ditempat dingin (pada suhu 0-5o C) seperti vaksin.
20. Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus yang
sesuai persyaratan peraturan MenKes No.35 Tahun 2009 khusus untuk
lemari tempat penyimpanan obat narkotika syarat yang tercantum.
21. Penyimpanan narkotik didalam lemari dibagi dua masing-masing
dengan kunci yang berlainan, lemari khusus harus ditaruh pada tempat
yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum.
22. Penyimpanan berdasarkan alphabet, farmakologi, komposisi kegunaan
masing-masing obat.

K. Pendistribusian
Pendistribusian di Apotek Bojongbata Pemalang dilakukan setiap
hari untuk pelayanannya berdasarkan resep dokter dari dokter yang
melaksanakan praktek diapotek atau dokter praktek luar apotek. Apotek
Bojongbata melayani pelayanan non-resep seperti obat bebas dan obat
bebas terbatas, akan tetapi penjualan obat di Apotek tersebut hampir 90%
adalah resep dari dokter. Dan pendistribusian non resep setiap hari di
Apotek Bojongbata melakukan pengecekan stok obat, obat yang hampir
habis dicatat dibuku defecta kemudian pemesanan ditulis disurat
pemesanan (SP) dan dikirim ke PBF/pusat, jadi pendistribusian di Apotek
Bojongbata telah sesuai dengan teori karena sesuai dengan alurnya.

L. Pemusnahan
1. Obat kadaluarsa ataupun rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung Narkotik dan Psikotropik dilakukan oleh Apoteker dan

37
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotik dan Psiktropik dilakukan oleh Apotek dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2. Resep yang terjadi melebihi jangka waktu 5 tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
resep selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandary) atau
berdasarkan inialisasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan standar BPOM.
5. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.

M. Pencatatan dan pelaporan


Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
sediaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem
pemesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa kehilangan serta pengembalian
pesanan.
Pengendalian stok kartu baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu
stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah
pemasukan, pengeluaran dan sisa persediaan.

N. Pencatatan dan pelaporan


1. Pencatatan Apotek Bojongbata meliputi:
 Buku defecta
 Buku kas
 Buku penerimaan barang
 Buku obat kadaluarsa

38
Pencatatan tersebut bertujuan untuk memonitor transaksi pembekalan
farmasi yang keluar dan masuk
2. Pelaporan
 Laporan obat generik berlogo
 Laporan stok opname
Pelaporan adalah kemampuan catatan dan pendapatan kegiatan
administrasi pembekalan farmasi dan perlengkapan kesehatan yang
diwajibkan kepada hak yang berkepentingan.
Jadi pencatatan dan pelaporan di Apotek Bojongbata telah sesuai dengan
teori karena barang masuk atau keluar dibuku yang sesuai.

BAB V
PENUTUP

39
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian yang telah dijalankan dalam
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Apotek Bojongbata, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Apotek Bojongbata merupakan cabang dari Apotek Comal yang didirikan


pada tahun 2002 dan memiliki beberapa cabang. Apotek Bojongbata
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian sehingga dapat
berjalan lancar dan tercapai tingkat kesehatan masyarakat yang baik.
2. Bentuk sediaan Apotek Bojongbata telah sesuai dengan teori karena di
apotek paramadina dari 17 berbagai jenis bentuk sediaan telah memenuhi
12 jenis bentuk sediaan
3. Penggolongan obat Apotek Bojongbata telah sesuai dengan teori namun
terkadang tidak tersedia obat narkotika dan psikotropika
4. Perencanaan Apotek Bojongbata telah sesuai dengan teori karena
menggunakan metode konsumsi dan metode epidemiologi
5. Pengadaan Apotek Bojongbata telah sesuai dengan teori yang
menggunakan sumber dari pengadaan rutin dan konsinyasi.
6. Penerimaan barang Apotek Bojongbata sesuai dengan teori yang
dilaksanakannya pemeriksaan barang dan kelengkapan Salinan faktur
dikumpulkan sebagai data arsip.
7. Penyimpanan Apotek Bojongbata telah sesuai dengan berdasarkan alphabet,
obat, dan bentuk sediaannya sesuai dengan suhu ruangan juga
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out)
8. Pendistribusian Apotek Bojongbata telah sesuai dengan teori karena
memesan obat ke pusat (Apotek comal group/PBF) sesuai alurnya
9. Pencatatan dan pelaporan obat Apotek Bojongbata telah sesuai dengan teori
karena keluar masuknya obat dengan buku yang sesuai.
10. Kegiatan pengelolaan obat dilakukan di Apotek Bojongbata sudah sesuai
prosedur, yaitu meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan.

DAFTAR PUSTAKA

40
https://dechacare.com/macam-macam_obatdantujuanpenggunaannya.html
https://www.klikdokter.com
https://id.scribd.com.Perbekalan Farmasi dan Jenis Sediaan Obat
https://www.glorymedica.com
https://journal.wima.ac.id.Metode Pengadaan Just In Time
https://www.abundancethebook.com.Alat-alat Kesehatan
https://farmasi.ugm.ac.id.Penggolongan Obat, Fitofarmaka, OHT, Jamu
https://wira.co.id.Penggolongan Obat Bebas, bebas terbatas narkotika dan
psikotropika
https://haiyulfadhli.blogspot.com

DAFTAR GAMBAR

41
Gambar 1. Tampak depan Apotek Bojongbata
Gambar 2. Etalase rak obat bebas Apotek Bojongbata

42
Gambar 3. Etalase rak obat bebas bagian depan Apotek Bojongbata

Gambar 4. Etalase rak obat bagian depan dalam Apotek Bojongbata

43
Gambar 5. Etiket dan Copy Resep Apotek Bojongbata

Gambar 6. Resep Rumah Sakit dan Surat Pesanan Ap. Bojongbata

44
Gambar 7. Surat Pesanan OOT dan Prekursor di Ap. Bojongbata

Gambar 8. Lemari obat khusus Psikitropika dan Narkotika dan contoh faktur Apotek
Bojongbata

45
Gambar 9. Ruangan tunggu Apotek Bojongbata

Gambar 10. Plang Berizin Apotek Bojongbata

LAMPIRAN

RESEP

46
a. Jurnal Resep
Racikan

Dr. Budiman
SIP: 017/BPPT/17/02/2005
Rumah : Praktek :
Jl. Jendral sudirman timur Rs. St. maria
Telp. 08232204174232 Jl. kawi

Pemalang, 19 Feb 2022

R/ Amoxicillin 200mg
Luminal 10mg
CTM 2mg
M.f.pulv.dtd.no x
S.tdd.pulv.ac

Pro :An. Zahra


Umur : 10 th
Alamat :Jl. Kencana

1. Kelengkapan resep
Resep sudah lengkap
2. Keterangan DM
DM CTM -/40 mg kandungan 4 mg/tab
3. Perhitungan bahan
Amoxicillin = 500 mg/tab = 200 mg x 10 = 2000 mg : 500 mg = 4 tab
Luminal = 100 mg/tab
= 10 mg x 10 = 100 mg : 100 mg = 1 tab
CTM = 4 mg/tab = 2 mg x 10 = 20 mg : 4 mg = 5 tab

4. Perhitungan dosis
DM CTM (-40 mg) dan kandungan 4 mg/tab
DT 1 x p = 2 mg

47
1 x h = 2 mg x 3 = 6 mg
DM 1 x p = -
DM 1 x h = n/20 x dd
= 10/20 x 40 mg
= 20 mg
%1xp
% 1 x h = DT/DM x 100%
= 6 mg/20 mg x 100%
= 30% ( TOD : Tidak overdosis)
5. Tabel penimbangan bahan

Nama Pengambila Jumlah ED Golongan


bahan obat n bahan obat Khasiat
obat

Amoxicillin Amoxicillin 4 tab Obat Anti biotik


- keras

Anti
Luminal Luminal 1 tab Obat konvulsan
- keras

CTM CTM 5 tab Obat Anti


- bebas histamin
terbatas

b. Resep Ambilan

48
Dr. Budiman
SIP: 017/BPPT/17/02/2005
Rumah : Praktek :
Jl. Jendral sudirman timur Rs. St. maria
Telp. 08232204174232 Jl. kawi
Pemalang, 19 Feb 2022

R/ Omeprazole No.V
S 1 dd 1
Acran No. VI
S1-0-1
Braxidin No. X
S3 dd 1

Pro : Tn. Sujiwo tejo

Penyelesaian :
1. Keterangan resep
Resep sudah lengkap
2. Keterangan DM
Tidak ada
3. Perhitungan bahan
Omeprazole : 5 tab
Acran : 6 tab
Braxidin :10 tab
4. Perhitungan dosisi
Tidak ada

5. Tabel penimbangan bahan

49
Nama Penimbanga Jumlah ED Gol Khasiat
bahan obat n bahan obat obat

Omeprazole Omeprazole 5 tab - Obat Untuk


keras lambung

Acran Acran 6 tab - Obat Untuk


keras lambung

Braxidin Braxidin 10 tab - Obat Untuk


keras lambung

50
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tampak depan Apotek Bojongbata

Gambar 2. Etalase rak obat bebas Apotek Bojongbata

51
Gambar 3. Etalase rak obat bebas bagian depan Apotek Bojongbata

Gambar 4. Etalase rak obat bagian depan dalam Apotek Bojongbata

52
Gambar 5. Etiket dan Copy Resep Apotek Bojongbata

Gambar 6. Resep Rumah Sakit dan Surat Pesanan Ap. Bojongbata

53
Gambar 7. Surat Pesanan OOT dan Prekursor di Ap. Bojongbata

Gambar 8. Lemari obat khusus Psikitropika dan Narkotika dan contoh faktur Apotek
Bojongbata

54
Gambar 9. Ruangan tunggu Apotek Bojongbata

Gambar 10. Plang Berizin Apotek Bojongbata

55
56

Anda mungkin juga menyukai