PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
a. Meningkatkan, memperluas, memantapkan keterampilan yang
membentuk kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki
Lapangan Kerja yang sesuai dengan kebutuhan Program Pendidikan
yang ditetapkan
b. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan Program Kesehatan
Masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi
teknis maupun sosial budaya
c. Meningkatkan dan memperluas serta menetapkan proses penyerapan
teknologi baru dan Lapangan Kerja disekolah dan sebaliknya
d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyesuaikan
diri pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya
e. Memberikan peluang kerja bagi peserta didik apabila telah
menyelesaikan pendidikan farmasi
2. Tujuan Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
a. Peserta didik mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan
pelajaran yang diperoleh disekolah dan diterapkan dilapangan kerja
b. Peserta didik mampu mencari alternatif pemecahan masalah
Kefarmasian sesuai dengan Program Pendidikan yang telah ditetapkan
secara lebih luas dan mendalam yang terungkap dan laporan disusun
peserta didik
c. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan peserta
didik
d. Menambah pembendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang
peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan selanjutnya
1.3 Manfaat
1. Mengetahui sistem pelayanan yang terdapat diapotek
2. Melatih diri untuk menjadi lebih jujur, bertanggung jawab dan disiplin
3. Mengetahui dunia kerja yang nyata
4. Dapat menambah wawasan yang luas tentang dunia Kefarmasian
2
BAB II
TUJUAN UMUM
3
a. Metode Epidemiologi
Metode ini berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola pengobatan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar.
b. Metode Konsumsi
Metode ini berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu.
Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam kelompok Fast
Moving (cepat beredar) maupun Slow Moving (lambat beredar)
c. Metode Kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan
metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan
pola penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi
periode sebelumnya
d. Metode Just In Time
Metode ini digunakan saat obat yang dibutuhkan dan obat yang
tersedia diapotek dalam jumlah terbatas. Metode just in time
merupakan metode untuk obat-obat yang jarang dipakai atau
diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluwarsa
yang pendek. Dokumen yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan
diapotek adalah:
1. Buku catatan penjualan
2. Buku konsultasi pasien
3. Buku defekta (untuk mencatat barang-barang yang hampir habis)
B. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi diapotek dilakukan oleh bagian unit
pembelian yang meliputi pengadaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras tertentu, narkotika, psikotropika dan alat kesehatan. Pengadaan
perbekalan farmasi dapaat berasal dari beberapa sumber yaitu:
a) Pengadaan Rutin
Pengadaan rutin merupakan cara pengadaan perbekalan farmasi yang
paling utama. Pembelian rutin adalah pembelian barang kepada para
distributor perbekalan farmasi untuk obat-obat yang kosong
4
berdasarkan data dari buku defekta. Pemesanan dilakukan dengan cara
membuat Surat Pesanan (SP) dan dikirimkan kepada masing-masing
distributor/PBF yang sesuai dengan jenis barang yang di pesan. PBF
akan mengirimkan barang-barang yang dipesan ke apotek beserta
fakturnya sebagai bukti pembelian barang
b) Pengadaan Mendesak (CITO)
Pengadaan mendesak dilakukan jika barang yanh diminta tidak ada
dalam persediaan serta untuk menghindari penolakan obat/ resep.
Pembelian barang dapat dilakukan dari apotek lain yang terdekat
sesuai dengan jumlah sediaan farmasi yang dibutuhkan tidak
dilebihkan untuk stok diapotek.
c) Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara apotek dengan
suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya untuk
dijual diapotek misalnya alat kesehatan, obat-obat baru, suplemen
kesehatan, atau sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang baru
beredar dipasaran. Setiap dua bulan sekali perusahaan yang menitipkan
produknya akan memeriksa produk yang dititipkan diapotek, hal ini
bertujuan untuk mengetahui beberapa jumlah produk yang terjual pada
setiap dua bulannya.
Pembayaran yang dilakukan oleh apotek sesuai jumlah barang yang
laku. Jika barang konsinyasi tidak laku, maka dapat
diretur/dikembalikan ke distributor/ perusahaan yang menitipkan.
Dokumen yang diperlukan dalam kegiatan pengadaan diapotek adalah:
1. Surat pesanan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras
2. Surat pesanan prekursor
3. Surat pesanan psikotropika
4. Surat pesanan narkotika
C. Penerimaan
Setelah dilakukan pemesanan maka perbekalan farmasi akan dikirim oleh
PBF disertai dengan faktur. Barang yang datang akan diterima dan
5
diperiksa oleh petugas bagian penerimaan barang. Prosedur penerimaan
barang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemeriksaan barang dan kelengkapannya:
1) Alamat pengirim barang yang dituju
2) Nama, kemasan dan jumlah barang yang dikirim harus sesuai
dengan yang tertera pada surat pesanan dan faktur
3) Begitu juga dengan bets dan tanggal kadaluwarsa yang tertera
difaktur harus sama dengan yang tertera dibarang. Tanggal
kadaluwarsa tidak kurang dari satu tahun obat biasa dan tiga bulan
untuk vaksin
4) Apabila terdapat ketidaksesuaian, petugas penerimaan akan
mengembalikan barang yang dikirim (retur) disertai nota
pembelian barang diapotek
b. Jika barang-barang tersebut dinyatakan diterima, maka petugas akan
memberikan nomor urut pada faktur pengiriman barang, membutuhkan
cap apotek dan menandatangani faktur asli sebagai bukti barang telah
diterima. Faktur asli selanjutnya dikembalikan sebagai bukti pembelian
dan satu lembar lainnya disimpan sebagai bukti pembelian dan satu
lembar lainnya disimpan sebagai arsip apotek. Barang tersebut
kemudian disimpan pada wadahnya masing-masing.
c. Salinan faktur dikumpulkan setiap hari lalu dicatat sebagai data arsip
faktur dan barang diterima dicatat sebagai data stok barang dalam
komputer. Jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat
kerusakan fisik maka bagian pembelian atau membuat nota pembelian
barang (retur) dan pengembalian barang tersebut ke distributor yang
bersangkutan untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai.
Barang-barang yang tidak sesuai dengan faktur harus dikembalikan,
hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya praktik penyalahgunaan
obat yang dilakukan oleh pihak tertentu. Dokumen yang diperlukan
dalam penerimaan:
1. Faktur pembelian
2. Buku penerimaan barang
6
3. Buku pembelian
D. Penyimpanan
Penyimpanan barang diapotek dilaksanakan berdasarkan sistem FIFO
(first in first out) dan FEFO (first expired first out). FIFO artinya barang
yang akan datang lebih dulu akan disimpan didepan sehingga akan
dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya. Sedangkan FEFO artinya barang
yang mendekati tanggal kadaluwarsanya diletakan didepan sehingga akan
dikeluarkan lebih dahulu. Beberapa sistem lainnya dalam penyimpanan
obat diapotek antara lain:
1. Penyimpanan berdasarkan golongan obat
a) Narkotika dan psikotropika disimpan didalam lemari khusus dua
pintu yang dilengkapi dengan kunci dan terletak menempel pada
lemari besar dengan tujuan tidak bisa dipindahkan sehingga sulit
dicuri.
b) Obat bebas dan obat bebas terbatas disebut sebagai obat OTC (over
the caunter) disimpan dirak penyimpanan dan swalayan, serta
dikelompokan berdasarkan kegunaannya. Penyusunan OTC
digolongkan menjadi susu dan nutrisi, medical cabinet, vitamin dan
suplemen, obat tradisional, obat tropikal, tetes mata, perawatan
kecantikan, perawatan oral, bayi dan perawatan anak, produk
konsinyasi.
c) Obat keras disimpan dirak penyimpanan, disusun alfabetis dan
sesuai dengan afek farmakologinya.
2. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan obat
Yaitu cara penyimpanan dengan memperhatikan jenis bentuk sediaan,
sehingga setiap bentuk sediaan memiliki kelompok tersendiri.
Contohnya penyimpanan tablet, maka penyimpanan dietalase
semuanya terdiri dari sediaan tablet. Penyimpanan ini juga bisa
digunakan pada sediaan kapsul, salep, krim, larutan (sirup, suspensi,
emulsi), dry syrup, drops, infus, injeksi, dll
7
3. Penyimpanan obat generik dan obat paten
Obat generik disimpan dirak penyimpanan dengan label warna hijau,
sedangkan obat paten disimpan dengan label warna yang berbeda-beda
berdasarkan efek farmakologinya.
4. Penyimpanan berdasrkan efek farmakologinya obat
Berdasarkan efek farmakologinya, obat dibagi menjadi golongan
antibiotik, kardiovaskular, sisitem saraf pusat (SSP), endeoin, hormon,
pencernaan, muskulas keletal, pernafasan, antialergi, kontrasepsi,
vitamin dan suplemen.
5. Penyimpanan berdasarkan sifat obat
Berdasarkan sifat atau stabilitas obat, terdapat obat yang harus
disimpan dilemari es. Contohnya insulin, suppositoria, ovula dan obat
yang mengandung lactobacillus sp seperti (Lacto-B) sistem
pencernaan.
6. Alat kesehatan disimpan dalam etalase dekat penyimpanan obat bebas.
7. Suhu
Suhu merupakan hal yang paling utama dalam stabilitas suatu sediaan
farmasi. Semakin tidak teraturnya atau tidak sesuainya suhu pada
sediaan farmasi, maka kestabilan dan mutu obat tersebut akan semakin
berkurang. Contohnya obat tablet A harus disimpan pada suhu 25˚c,
atau suppositoria disimpan pada suhu 2˚c-8˚c, ataupun juga vaksin
disimpan pada suhu 2˚c-8˚c. Berikut pembagian suhu untuk
penyimpanan sediaan farmasi:
a) Suhu beku: ¿ 2˚c
b) Suhu dingin: 2˚c - 8˚c
c) Suhu sejuk: 8˚c - 15˚c
d) Suhu kamar: 15˚c - 30˚c
e) Suhu hangat: 30˚c - 40˚c
8. Narkotika dan psikotropika
Disimpan dilemari khusus yang dibuat seluruhnya dari kayu atau
bahan lain yang kuat, tidak mudah dipindahkan, dengan ukuran
40×80×100 cm dilengkapi dengan kunci ganda. Lemari khusus ini
8
diletakkan ditempat yang aman serta tidak terlihat oleh umum dan
kunci lemari dikuasai oleh apoteker penanggung jawab atau apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Dokumen yang diperlukan dalam kegiatan penyimpanan diapotek
adalah :
1) Kartu stok
2) Buku kontrol ED
E. Pendistribusian
Pendistribusian diapotek bisa diawali dari industri farmasi yang kemudian
disalurkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan selanjutnya PBF
akan menyalurkan atau mendistribusikan obat tersebut kepada PBF
cabang, apotek, instalasi farmasi, rumah sakit, balai pengobatan dan
gedung farmasi, dan disalurkan lagi kepada pasien.
F. Pencatatan dan Pelaporan
Dalam setiap kegiatan yang dimulai dari pemesanan sampai dengan
distribusi harus dilakukan pencatatan yang tertib dan urut pada setiap saat
atau waktu terjadinya kegiatan-kegiatan tersebut. Selain pencatatan,
dilakukan juga pelaporan, terutama adalah pelaporan penggunaan-
penggunaan obat psikotropika, narkotika, dan prekursor.
Dokumen yang diperlukan dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan
diapotek:
1) Buku penjualan
Buku penjualan adalah buku yang digunakan untuk mencatat semua
barang yang telah dilayani atau dijual. Buku penjualan dapat dibagi 2
jenis yaitu:
a) Buku penjualan umum atau bebas, yaitu berisi barang perbekalan
farmasi yang dilayani tanpa resep dokter. Contohnya obat bebas,
obat bebas terbatas, obat OWA dll.
b) Buku penjualan resep, yaitu berisi barang perbekalan farmasi yang
dilayani dengan resep dokter. Contohnya obat dengan resep
psikotropika, resep antibiotik, resep narkotika dll.
9
2) Buku konsultasi
Buku konsultasi berisi catatan atau rekaman yang mencatat
permasalahan yang dikeluhkan pasien atas penyakitnya beserta
solusi yang diberikan oleh apoteker. Contoh memberi motivasi
agar pasien dapat mematuhi penggunaan obatnya terutama untuk
pasien-pasien geriatri, pediatri dan pasien-pasien yang baru pulang
dari rumah sakit serta pasien-pasien yang menggunakan obat dalam
jangka waktu lama terutama dalam penggunaan obat-obat tertentu
seperti obat-obat cardiovasculer, diabetes, TBC, asma, dan obat-
obat untuk penyakit kronis lainnya.
3) Buku pencatatan resep
Buku pencatatan resep adalah buku yang digunakan untuk
mencatat semua resep yang masuk atau diterima diapotek. Buku ini
berguna agar dapat melihat kembali data resep bila terjadi
kesalahan.
Dalam pembuatan buku catatan resep, tenaga kefarmasian dapat
memisahkan buku dengan jenis resep yang berbeda-beda.
Contohnya sebagai berikut:
a. Buku pencatatan resep umum
b. Buku pencatatan resep narkotika
c. Buku pencatatan resep psikotropika
4) Laporan psikotropika
Laporan pemakaian psikotropika adalah laporan untuk memberikan
informasi tentang penggunaan obat psikotropika diapotek. Laporan
ini dikirim ke Dinkes kab/kota, dengan disertai 3 salinan atau total
4 rangkap. Dimana salinan dikirim ke Dinkes Prov, Balai POM
setempat, dan sebagai arsip apotek. Laporan ini dilakukan sebulan
sekali, dengan berdasarkan resep dari apotek untuk
memepermudah pengisiannya dapat dilakukan stock of name tiap
bulannya.
5) Laporan narkotika
10
Laporan pemakaian narkotika adalah laporan yang dilakukan untuk
melaporkan informasi tentang penggunaan obat narkotika diapotek.
Laporan ini harus dikirim ke Dinkes kab/kota, dengan disertai 3
salinan atau total 4 rangkap. Dimana salinan dikirim Dinkes Prov,
Balai POM setempat, dan sebagai arsip apotek.
Laporan ini dilakukan sebulan sekali, dengan mempermudahnya
dilakukan stock of name obat tiap bulan dan pelaporan penggunaan
narkotika diapotek harus berdasar resep dari dokter.
11
e) Tablet sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet
dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung
melalui mukosa mulut. Contoh: ISDN (issosorbit dinitrat)
f) Tablet bukal, digunakan dengan cara meletakkan tablet
diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara
langsung melalui mukosa mulut. Contoh: steril, ellaone
g) Tablet efervesen, dibuat dengan cara dikempa. Tablet larut
dalam air, harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau
kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk
langsung ditelan”
h) Tablet kunyah, untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan
rasa enak dalam rongga mulut. Contoh: inzana, tablet
antasida
b. Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu
cangkang kapsul lunak dan keras. Merupakan bentuk sediaan obat
oral yang memiliki cangkang yang mampu larut dalam air dan
didalamnya terdapat jenis sediaan serbuk atau lainnya.
Macam-macam kapsul yaitu ada 2 :
a) Kapsul cangkang keras (hard capsule)
Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang
dibuat dari campuran gelatin, gula dan air. Jernih, tidak
bewarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Ukuran
cangkang keras bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai
nomor paling besar 000 yang diberikan kepada pasien. Contoh:
omeprazole, lansoprazol, acetystein (NAC)
b) Kapsul cangkang lunak (capsule moller soft capsule)
Merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl)
atau bulat telur (globula) yang dibuat dari gelatin (kadang
disebut gel lunak) atau bahan lain yang sesuai. Kapsul ini
biasanya mengandung air 6-15%. Contoh: minyak ikan, natur-
e, ever-e
12
c) Kaplet (kapsul tablet)
Adalah sediaan farmasi yang memiliki bentuk kombinasi dari
tablet dan kapsul. Kaplet merupakan sediaan padat kompak
dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
Contoh: panadol, neuralgin
d) Pulvis (serbuk)
Pulvis merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia
yang dihaluskan, ditunjukan untuk pemakaian luar. Campuran
serbuk kering obat atau zat kimia yang dibuat dengan proses
penghalusan. Contoh: vitamin serbuk dan bedak tabur
e) Pulveres (serbuk terbagi)
Adalah bentuk sediaan obat serbuk yang bobotnya dibagi
sesuai dengan dosis dan dibungkus dengan pengemas sekali
minum. Contoh: puyer
f) Suspensi
Adalah sediaan jenis cair yang mengandung zat padat tidak
larut terdispersi pada fase air. Contoh dari suspensi adalah obat
maag, mylanta, antibiotik dan lotion
g) Pil (pilulea)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengadung
bahan obat dan dimaksudkan untuk pemaikan oral. Contohnya:
pil kb
2. Sediaan semi solid
a. Salep (unguenta)
Salep merupakan sediaan setengah padat ditunjukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga
dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Contoh: salep chlorampuenicol
b. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung
air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
c. Pasta
13
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan
bahan dasar yang tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,
musilago atau sabun.
d. Gel
Gel merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersikoloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berkaitan pada fase terdispersi. Contoh: thrombo gel, bloplacenton
3. Sediaan cair
a. Sirup (sirupi)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang
hampir jenuh dengan sukrosa). Contoh: sanmol
b. Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air
suling. Contoh: obat kumur, obat sirup
c. Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Contoh:
scott’s emulsion
4. Sediaan streril
a. Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
melalui selaput lendir.
14
b. Infus
Infus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
virogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relatif
banyak.
c. Tetes mata
Tetes mata merupakan sediaan sretil yang berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat
pada selaput lendir disekitar kelopak mata atau bola mata, tetes
mata dibuat dengan cairan pembawa berair yang mengandung
pengawet. Contoh: insto, cendo xitrol
1. Obat Bebas
15
p6. Dibatasi hanya dapat dibeli diapotek atau toko obat berizin. Obat
bebas terbatas relatif aman selama sesuai aturan pakai. Penandaan
pada kemasan dot lingkaran dengan garis tepi berwarna hitam dan
kotak peringatan berwarna hitam berisi pemberitahuan berwarna
putih.
Contoh: bodrex migran, bodrex ekstra, tifalsic, intunal.
3. Obat Keras
Obat keras atau obat daftar “G” menurut bahasa belanda “G”
singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya. Maksudnya obat
penyerahannya harus dengan resep dokter. Penandaan obat keras
diatur berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI
no.023960/A/SK/VIII/1986 tanda khusus obat keras daftar “G”
adalah lingkaran bulat berwarna hitam dengan huruf “K” yang
menyangkut garis tepi.
Menurut keputusan menteri kesehatan RI obat keras adalah :
a) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata
untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
rangkaian asli dari jaringan.
b) Semua obat baru terkecuali apabila boleh departemen kesehatan
telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat itu tidak
membahayakan kesehatan manusia.
c) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras
Contoh: omestan, bufacetin, supertetra, tetracycline
16
4. Narkotika
Menurut undang-undang RI no.35 tahun 2009 narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunana
atau perubahan kesadaran. Hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
yang dibedakan kedalam golongan I, II, III, penandaan obat
narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam ordonisasi obat
bius adalah “palang mendali merah”.
Narkotika menurut UU RI no.35 tahun 2009 sebagai berikut:
1. Narkotika golongan I, digunakan untuk ilmu pengetahuan
dengan potensi sangat tinggi yang mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: opium, kokain, ganja, heroin
2. Narkotika golongan II, digunakan sebagai pengobatan
berpotensi tinggi dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
fentanyl, morfin
3. Narko
tika
17
golongan III, digunakan sebagai pengobatan dan mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
codein, petidin, benzetidin
5. Psikotropika
Menurut undang-undang RI no.5 tahun 1997, psikotropika adalah
zat atau obat alamiah maupun sistetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dalam
perilaku. Menurut undang-undang RI no.1 tahun 1997, psikotropika
mempunyai potensi sindrom ketergantungan dibagi dalam golongan
I, II, III, dan VI. Penandaan psikotropika sama dengan penandaan
obat keras, hal ini mungkin karna pengaruh ordopiansia sehingga
psikotropika memiliki tanda berupa “lingkaran bulat berwarna
merah, dengan huruf “K” berwarna hitam yang menyentuh garis tepi
berwarna hitam”.
Contoh obat psikotropika: valium, xunax, diazepam
1. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat menyebabkan sindrom ketergantungan.
Contoh: brolamfetamine (DOB)
2. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat, mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Contoh: amfetamine, sekobarbital
3. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
18
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Contoh: amobarbital, pentobarbital
4. Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Contoh: bromazepam, diazepam, meprobamet
7. Obat Tradisional
Menurut peraturan menteri kesehatan RI no.006 tahun 2012 obat
tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai nama yang berlaku
dimasyarakat.
Obat tradisional dibagi dalam 3 bagian :
1. Jamu
19
Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan
dari pengalaman secara turun-temurun, yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya dari generasi ke generasi. Bentuk obat
umumnya disediakan dalam berbagai bentuk serbuk, minuman,
pil, cairan dari berbagai tanaman.
Jamu umumnya terdiri dari 5-10 macam tumbuhan bahkan
lebih, bentuk jamu tidak perlu pembuktian ilmiah maupun klinis
terapi cukup dengan empiris saja. Jamu harus memenuhi
beebrapa kriteria yaitu :
√ aman
√ klaim khasiat berdasarkan data empiris (pengalaman)
√ memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Contoh : jamu buyung upik, jamu nyonya menier
20
√ memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
√ telah dilakukan standarisasi bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
21
udara
8. Handscoon Untuk
meminimalisir
kontaminasi pada
tangan
9. Kondom Mencegah
kehamilan dan
resiko penyakit
10. Warm water Untuk kompres
zak panas
22
sebagai alat
pengukur
tekanan darah
17. Multicheck Alat untuk
mengecek kadar
gula, kolesterol,
asam urat, dan
ada juga yang
dilengkapi
dengan uji kadar
hemoglobin
18. Timbangan Untuk mengukur
massa suatu
benda
23
22. Alat Untuk mengukur
pengukur tinggi badan
tinggi badan manusia
24
2.5
25
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
26
A. Denah Lokasi
27
B. Denah Ruangan Apotek Paramadina
Keterangan :
28
C. Jadwal Shift
Untuk Apotek Paramadina beroperasi dibagi menjadi 2 Shift :
Shift Pagi : 07.00 - 15.00 WIB
Shift Middle : 11.00 - 19.00 WIB
Shift Siang : 15.00 - 21.30 WIB
Kecuali libur hari Raya Islam dan Nasional.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
Contoh yang ada diapotek paramadina: fitkom, sakatonik abc, FG
troches, FG troches meiji
f. Suppositoria
Contoh yang ada diapotek paramadina: dulcolax suppo, proris
suppo, suprafenid ketoprofen suppo, pamol suppo, albothyl suppo,
faktu suppo, Ultraproct-N suppo, Borraginul-N suppo, superhoid
suppo, provagin suppo, Neo gynoxa suppo, vagistin suppo,
flagystatin suppo
2. Bentuk Sediaan Serbuk
a. Pulvis
Contoh sediaan pulvis diapotek paramadina: enbatik, nebacetin
powder, caladin powder, herocyn, salycyl
b. Pulveres
Contoh sediaan pulveres diapotek paramadina: puyer 16, puyer
19, puyer bintang 7, trolit, puyer, tay pin san, puyer yang baru
diracik
3. Bentuk Sediaan Cair
a. Larutan (salutiones)
Contoh larutan diapotek paramadina: CDR, L-bio, lactobi,
redoxon, adem sari serbuk, enervon-c
b. Suspensi (suspensiones)
Contoh suspensi diapotek paramadina: etasid, etafen, hufamag,
berlosid, triocid, farizol, mylanta, polysilane, gastrucid, farmacrol
forte, sanmag, plantacid, polycrol, proris ibu profen
c. Emulsi (emulsa)
Contoh emulsi diapotek paramadina: cerebrofort glod, scott’s,
curvit, laxadine
d. Eliksir
Contoh eliksir diapotek paramadina: becefort, imboost kids,
imudator optima, lactulax lactulose, dulcolactol, bisolvon kids,
sanvita-b, optalvit, zircum kid, OBH combi, flutamol, vicks
formula 44
31
e. Guttae opthalmicae
Contoh diapotek paramadina: vernacel, vacason-a, cendo tropin,
tobroson, cendo statrol, polynel, genta 0,3%, insto, rohto, genoint,
levocin
f. Guttae auricularis
Contoh diapotek paramadina: forumen, otolin, otilon, forotic,
sagestam
g. Inhalasi
Contoh diapotek paramadina: seretide, vicks inhaler, ventolin
inhaler, sterimer
4. Sediaan Semi Solid
a. Salep
Contoh sediaan salep diapotek paramadina: acdat, azovir,
Baycuten-N, bufacomb, centabio, dermatix ultra, erla neo
hydrocort, faktu, garabiotic, nizogen, molakrim, lafalos,
gentamicin sulfate
b. Krim
Contoh sediaan krim diapotek paramadina: cussons baby, Pure BB
Rash cream, canesten, daktarin, sriti, counterpain, hot in cream,
GPU krim
c. Gel
Contoh gel diapotek paramadina: vortadex gel, salonpas gel,
voltaren emulgel, pirofel gel, flamar emulgel, vigel, thromphob
gel
d. Pasta
Contoh diapotek paramadina: polident
e. Linimentum
32
Contoh diapotek paramadina: minyak GPU, minyak gandapura,
geliga, telon lang, my baby minyak telon, minyak kayu putih,
minyak angin cap kampak
B. Penggolongan Obat
1. Obat Bebas
Contoh diapotek paramadina: sanmol, paracetamol, itamol, hufamag
plus, etasid, fasidol forte, mylanta, OBH berlico, dapyrin, dexanta,
termorex, forumen, contrexyn, guanistrep, kaotin
2. Obat Bebas Terbatas
Contoh diapotek paramadina: halmezin, decolgen kids, woo’ds, OBH
combi, intunal, flutamol-p, termorex plus, hufagripp, lerzin, cerini,
lapifed, augentonic, cooling 5, oralit, rohto cool, proris, dulcolax
3. Obat Keras
Contoh diapotek paramadina: sammoxin, hufanoxil, gencef 125,
etabiotic, lameson, akilen, bralifex plus, cerini, tiriz, cazetin, polacel,
dexametason
4. Obat Narkotika dan Psikotropika
Contoh diapotek paramadina: codein, alprazolam, proneuron
5. Obat Tradisional
a. Jamu
Contoh diapotek paramadina: madu sp, tolak angin, diapet, pilkita,
kapsida, laxing, herbakof
b. OHT (Obat Herbal Tersetandar)
Contoh diapotek paramadina: OBH herbal, sari kurma madu,
mastin, antangin
c. Fitofarmaka
Contoh diapotek paramadina: stimuno, tensigard, vitabumin plus,
inlacin nodias
33
C. Macam dan Fungsi Alat Kesehatan
34
1. Kain Kasa Untuk menutupi luka
35
Dengar) pendengaran
36
16 Masker Mencegah penularan dan
penyebaran penyakit,
melindungi dari polusi dan
menghalangi sinar matahari.
37
22 Arm Sling Untuk penyangga tangan
patah
38
farmasi metode sebelumnya dan saat obat dibutuhkan dan obat yang
tersedia diapotek dalam jumlah terbatas. Jadi, diapotek paramadina telah
sesuai dengan teori yaitu dengan menggunakan metode konsumsi dan
epidemiologi.
B. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi diapotek paramadina yaitu melaui sumber
pengadaan rutin dimana pembelian barang kepada distributor perbekalan
farmasi untuk obat-obat dan alat kesehatan yang kosong berdasarkan
buku defecta. Dan juga menggunakan sumber pengadaan mendesak (cito)
yang pembeliannya dilakukan ke apotek comal group dan sumber
konsinyasi. Jadi, pengadaan diapotek paramadina telah sesuai dengan
teori yang menggunakan sumber pengadaan rutin.
C. Penerimaan
Penerimaan barang setelah dilakukan pemesanan maka perbekalan
farmasi akan dikirim oleh PBF disertai dengan faktur barang yang datang
akan diterima dan diperiksa oleh petugas bagian penerimaan barang.
Prosedur penerimaan barang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pemeriksaan barang
Alamat pengirim yang dituju
Nama kemasan dan jumlah barang yang dikirim harus sesuai
dengan tertera pada surat pesanan dan faktur
Kualitas barang serta tanggal kadaluwarsa tidak kurang dari
satu tahun untuk obat biasa dan tiga bulan untuk vaksin
39
paramadina sendiri barang telah diterima harus dalam keadaan baik
tanpa kerusakan, pengecekan tanggal kadaluwarsa dan nomor batch
yang harus teliti. Adanya barang konsinasi, pengumpulan salinan
faktur setiap barang datang. Jadi, penerimaan diapotek paramadina
telah sesuai teori yang dilaksanakannya. Pemeriksaan barang dan
kelengkapan salinan faktur dikumpulkan sebagai arsip.
D. Penyimpanan
Sistem penyimpanan obat diapotek paramadina berdasarkan:
1) FIFO (First In First Out)
Barang yang datang lebih dulu akan disimpan didepan sehingga
akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lain, sedangkan barang yang
terakhir datang disimpan dibelakang demikian seterusnya
2) FEFO (First Expired First Out)
Penyimpanan barang dimana barang yang mendekati tanggal
kadaluwarsa diletakkan didepan sehingga akan dikeluarkan lebih
dahulu
3) Narkotika dan Psikotropika disimpan didalam lemari khusus dua
pintu yang dilengkapi dengan kunci ganda dan terletak menempel
pada lemari besar dengan tujuan tidak bisa dipindahkan sehingga
sulit dicuri
4) Penyimpanan obat berdasarkan alphabetis dan sesuai efek
farmakologinya
5) Obat yang disimpan dilemari es yaitu insulin, suppositoria, ovula,
dan obat yang mengandung lactobaccilus sp
6) Alat kesehatan disimpan dalam etalase dekat penyimpanan obat
bebas
40
Apotek paramadina melayani pelayanan non-resep seperti obat bebas dan
obat bebas terbatas, juga alat kesehatan seperti tensi, pengecekan gula
darah, asam urat, kolesterol dan terapi uap. Serta dilakukan setiap hari
dengan mengecek stok obat yang ada. Obat yang hampir habis dicatat
dan direkap dibuku defecta untuk pemesanan obat ditulis disurat
pemesanan
F. Pencatatan dan Pelaporan
1) Pencatatan diapotek paramadina meliputi:
a. Data penjualan diinput kedalam computer
b. Kartu stok gudang, pemasukan apabila ada barang datang dicatat
dibuku lalu dimasukkan dikomputer
c. Data pembelian antibiotik
d. Setiap pembelian obat, akan dicatat melalui buku penjualan atau
komputer
2) Pelaporan
a. Laporan harian: data penjualan antibiotik
b. Laporan bulanan: untuk laporan narkotika dan psikotropika
dilakukan setiap bulan melalui aplikasi SIPNAP
c. Pelaporan tahunan yaitu untuk laporan rekap tahunan
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan uraian yang telah dijalankan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Bentuk sediaan farmasi diapotek paramadina sudah sesuai dengan teori
2. Penggolongan obat diapotek paramadina sudah sesuai dengan teori
3. Macam-macam dan fungsi alat kesehatan sudah sesuai dengan teori.
Karena alat kesehatan yang diperjual belikan banyak jenisnya dan dapat
digunakan untuk kalangan umum
4. Perencanaan diapotek paramadina telah sesuai dengan teori karena
menggunakan metode konsumsi dan metode epidemiologi
5. Pengadaan diapotek paramadina telah sesuai dengan teori yang
menggunakan sumber dari pengadaan rutin lewat apotek comal group
6. Penerimaan barang diapotek paramadina sesuai dengan teori yang
dilaksanakannya, pemeriksaan barang dan kelengkapan salinan faktur
dikumpulkan sebagai data arsip
7. Penyimpanan diapotek paramadina telah sesuai dengan teori FIFO,
FEFO, Alphabet, Suhu dan Bentuk Sediaan serta Efek Farmakologinya
8. Pendistribusian diapotek paramadina telah sesuai dengan teori karena
apotek paramadina melayani pelayanan obat resep dan non-resep serta
pemesanan obat melalui apotek comal group dan PBF sesuai dengan
alurnya
9. Pencatatan dan Pelaporan obat diapotek paramadina telah sesuai dengan
teori karena keluar masuknya obat dicatat dan direkap dengan buku
yang sesuai
42
DAFTAR PUSTAKA
https://i.d.scrib.com/doc/92804025/Definisi-Apotek-2009
https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/463-macam-macam-obat-dan-tujuan-
penggunaanya
https://jurnalmanajemen.com/alat-kesehatan/
https://www.mipa-farmasi.com/2016/05/pengelolaan-obat-dan-perbekalan
html7m.1
https://repository.unism.ac.id
http://biofarmaka.ipb.ac.id
https://positif62.com
https://eprints.umg.ac.id
https://www.slideshare.net
43
LAMPIRAN
44
Gambar 3. Surat Izin Apotek Paramadina
45
Gambar 5. Buku Defecta Apotek
46
47
Gambar 7. SP Perkusor Apotek Paramadina
48
Gambar 8. Salah Satu Resep di Apotek Paramadina
49
Gambar 10. Etiket Ap Paramadina
Gambar 11.
50
51