A. LATAR BELAKANG
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan
bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan
farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Tenaga kesehatan termasuk tenaga kefarmasian harus bertanggung jawab, memiliki
etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus
harus ditingkatkan mutunya, salah satunya melalui pelatihan.
Observasi Lapangan (OL) merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk pengkayaan dari
materi yang telah diajarkan. Tujuan yang hendak dicapai pada kegiatan ini adalah
untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam melihat penerapan kegiatan
pelayanan Kefarmasian Puskesmas rekomendasi
guna mendapatkan lesson learnt yang dapat diaplikasikan di Puskesmas peserta masing-
masing.
Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar pertimbangan
berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat terjadi melalui 2 (dua) cara
yang berbeda, yaitu :
1. Belajar melalui pemahaman, dimana seseorang mulai belajar ketika
munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya hubungan antara
suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta OL akan mendapat
banyak pengalaman lain tentang bagaimana penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas rekomendasi.
2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya terhadap
tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut kemudian meniru
tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta akan banyak melihat
berbagai macam gambaran contoh yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan
pedoman tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas pada umumnya secara
langsung dan hal ini tentunya akan dapat memperkaya pengetahuan dan
keterampilan peserta.
A. PENERIMAAN OBAT
Sebelum melakukan proses penerimaan obat, ada beberapa proses yang
harus dilaksanakan yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) yang dilakukan oleh UPT Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan
Perencanaan Terpadu yaitu dilakukan oleh Apoteker Pengelola Obat, Tenaga
Kefarmasian pengelola Obat dan Tim Manajeman serta Keuangan bersama
dengan Kepala Puskesmas.
Tujuan dari Perencanaan Terpadu adalah sebagai berikut:
a. Menghindari tumpeng tindih penggunaan anggaran.
b. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan
c. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran
d. Estimasi kebutuhan lebih tepat
e. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat
f. Pemanfaatan data pengadaan obat dapat lebih optimal.
Anggaran belanja kebutuhan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) bersumber pada:
a. APBN
b. APBD 1
c. Dana Alokasi Umum (DAU)
d. BLUD
Berikut merupakan tahapan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang dilakukan oleh UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie:
a. Tahap pemilihan dan pengumpulan data. Pengumpulan data ini bisa
didasarkan pada permintaan tiap unit distribusi dan berdasarkan pemakaian
harian.
b. Melalui buku pengeluaran harian tersebut dikalkulasi untuk mengetahui
kebutuhan tiap bulannya.
c. Untuk perhitungan permintaan dimasukkan dalam Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
d. LPLPO mencantumkan stok awal (Stok Akhir Bulan Lalu), Penerimaan
yang diperoleh dari SBBK Dinas, Pengeluran 1 periode, Stok
Penyangganya, dan Jumlah Permintaan.
e. Pada Puskesmas Ibrahim Adjie, jumlah permintaan dihutung dari 2 kali
kebutuhan 1 periode (bulan) dikurangi dengan sisa stok, dan ditambah
dengan jumlah stok penyangga.
f. LPLPO inilah yang menjadi dasar permintaan persediaan farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang kemudian diajukan kepada Kepala Dinas Kota
Bandung melalui seksi kefarmasian.
2. Pengadaan
Pengadaan di Puskesmas Ibrahim Adjie berasal dari Dinas Kesehatan Kota
Bandung dan Pengadaan Mandiri. Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan Badan
Layanan Umum Daerah, maka berhak melakukan Pengadaan Mandiri apabila
terjadi kekosongan di Dinas Kesehatan. Pengadaan Obat berasal dari 2 sumber
dana yaitu Dana BLUD dan Dana BOK (hanya untuk BMHP). Penggadaan
dilakukan dengan 2 cara yaitu Pengadaan Langsung (apabila E-katalog
Kosong) dan pengadaan E-katalog (lebih diprioritaskan).
Tujuan pengadaan obat di Puskesmas adalah:
a. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
b. Mutu sediaan farmasi dan Bahan medis habis Pakai terjamin.
c. Sediaan farmasi dan Bahan medis habis Pakai dapat diperoleh pada
saat diperlukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi dan
Bahan medis habis Pakai:
a. Kriteria Sediaan farmasi dan Bahan medis habis Pakai
b. Persyaratan pemasok
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi dan
Bahan medis habis Pakai
d. Penerimaan dan pemeriksaan sediaan farmasi dan Bahan medis habis
Pakai
e. Pemantauan status pemesanan
3. Permintaan
Puskesmas Ibrahim Adjie melalukan permintaan Sediaan farmasi dan
Bahan medis habis Pakai kepada Dinas Kesehatan Kota dan kepada Distributor
Sediaan farmasi dan Bahan medis habis Pakai. Permintaan Sediaan farmasi dan
Bahan medis habis Pakai di Puskesmas Ibrahim Adjie terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Permintaan Rutin
Permintaan yang dilakukan didasarkan pada permintaan sesuai kebutuhan
yang tercamtum pada LPLPO kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung.
b. Permintaan Khusus
Permintaan Khusus dilakukan untuk beberapa situasi yaitu terjadinya:
peningkatan kebutuhan;
Terjadi kekosongan obat pada periode sebelumnya
Kejadian Luar Biasa (Wabah atau Bencana)
4. Penerimaan
Apoteker dan atau Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) Ruang Farmasi
bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah,
mutu obat pada dokumen penerimaan baik dari Dinas Kesehatan maupun dari
distributor untuk Pengadaan Mandiri. Pemeriksaan Mutu meliputi
Pemeriksaan label, kemasan dan fisik obat. Berikut adalah pemeriksaan mutu:
Tablet : kemasan, label, fisik (keutuhan , basah, lengket), warna,
bau, rasa
Tablet Salut : kemasan, label, fisik (keutuhan , basah, lengket), warna,
bau, rasa
Cairan :kemasan dan label, kejernihan, homogenitas, warna, bau,
bentuk
Salep : kemasan dan label, homogenitas, warna, konsistensi
Injeksi : kemasan dan label, kejernihan untuk larutan injeksi,
homogenitas untuk serbuk injeksi, warna
Sirup kering :kemasan dan label, warna, bau, pengggumpalan
Suppositoria : kemasan dan label, konsistensi, warna
B. PENDISTRIBUSIAN
Distribusi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas Ibrahim
Adjie adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit, satelit
farmasi puskesmas, dan jaringannya. Tujuan nya adalah untuk memenuhi Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di sub unit Puskesmas Ibrahim Adjie.
Sistem distribusi obat di puskesmas Ibrahin Adjie terkait dengan sistem kontrol
dan pengaturan alur obat sesuai permintaan dari :
Sub Unit Pelayanan yaitu loket pelayanan obat, unit gawat darurat, ruang
bersalin, poli gigi, dan laboratorium, dimana metode distribusinya adalah
floor stock yaitu memberikan sesuai dengan kebutuhan. Dimana setiap sub
unit diperksa oleh Tenaga kefarmasian yang ditunjuk, untuk mengecek
kekosongan obat dan kadaluarsa obat. Setiap sub unit ini wajib
mempunyai dan mengisi kartu stok untuk semua Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang ada di ruang.
Pustu atau Jejaring (Saat ini sudah berdiri sendiri)
Pusling
Posyandu
Polindes
Proses Distribusi tercatat dalam buku bantu Gudang. Proses pendistribusian obat di
puskesmas dilakukan dengan langkah berikut:
1) Melayani permintaan berdasarkan LPLPO tiap puskesmas jejaring yang diajukan.
2) Petugas menyiapkan obat yang diminta berdasarkan LPLPO.
3) Pemberian obat sesuai permintaan.
4) Pencatatan di buku gudang dan kartu stok.
C. PENGENDALIAN OBAT
H. KONSELING
Konseling obat adalah salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka
atau wawancara dengan pasien dana tau keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien yang membuat terjadinya perubahan perilaku dalam
penggunaan obat.
Puskesmas Ibrahim Adjie secara rutin melakukan kegiatan Konseling untuk pasien
dengan penyakit kronis seperti Diabetes melitus
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tahap Kegiatan Konseling
2. Faktor yang perlu diperhatikan.