Anda di halaman 1dari 9

0LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

PELATIHAN PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI TENAGA KEFARMASIAN


DI PUSKESMAS (DISTANCE LEARNING)

PANDUAN Dibuat Oleh :


Nama : Apt. Mariza Wahyuni, S.Farm
AK : 23

OBSERVASI
LAPANGAN
PELATIHAN PEbalaLAYANAN

(DISTANCE LEARNING)

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO


KEMENTERIAN KESEHATAN Indonesia
20228/1/2020
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat


Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan
bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan
farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Tenaga kesehatan termasuk tenaga kefarmasian harus bertanggung jawab, memiliki
etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus
harus ditingkatkan mutunya, salah satunya melalui pelatihan.
Observasi Lapangan (OL) merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk pengkayaan dari
materi yang telah diajarkan. Tujuan yang hendak dicapai pada kegiatan ini adalah
untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam melihat penerapan kegiatan
pelayanan Kefarmasian Puskesmas rekomendasi
guna mendapatkan lesson learnt yang dapat diaplikasikan di Puskesmas peserta
masing-masing
Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar pertimbangan
berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat terjadi melalui 2 (dua)
cara yang berbeda, yaitu :
1. Belajar melalui pemahaman, dimana seseorang mulai belajar ketika
munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya hubungan
antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta OL akan
mendapat banyak pengalaman lain tentang bagaimana penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas rekomendasi.
2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya terhadap
tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut kemudian meniru
tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta akan banyak melihat
berbagai macam gambaran contoh yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan
pedoman tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas pada umumnya secara
langsung dan hal ini tentunya akan dapat memperkaya pengetahuan dan
keterampilan peserta.

B. TUJUAN OBSERVASI LAPANGAN

1. Tujuan Umum

Setelah selesai melakukan OL, peserta mendapatkan pengalaman nyata tentang


penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, sebagai satu pengalaman (lesson
learnt) yang didapat dari proses pelatihan.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai OL, peserta dapat:
a. Mengetahui cara yang dilakukan Puskesmas dalam melakukan:
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP diPuskesmas
2) Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas
b. Memotret dan mempelajari program inovasi pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan Puskesmas serta latar belakang dan metode inisiasi program
inovasi tersebut
C. WAKTU DAN TEMPAT

Pembelajaran ini dilaksanakan dengan metode distance learning (full e


learning), sehingga kegiatan Observasi Lapangan juga dilaksanakan melalui kelas
virtual melalui link http://bit.ly/VideoPKLPKMIbrahimAdjie yang diakses pada hari
minggu tanggal 24 September 2022.

D. PROSES OBSERVASI LAPANGAN

Waktu pelaksanaan OL pada pelatihan ini dilaksanakan setelah seluruh


materi inti disampaikan, dan dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap penyusunan laporan dan tahap presentasi hasil laporan melalui
seminar OL sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan.
 Mempersiapkan media pembelajaran (video OL) yang diawali dengan
pembuatan storyboard dan produksi video sehingga peserta seolah benar-
benar mengunjungi Puskesmas tsb., (penyampaian kepada Puskesmas
pelaksanaan OL hal-hal apa yang akan diamati agar paparan singkat dan
dokumen dipersiapkan).
 Mempersiapkan peserta dengan membagikan panduan
 Peserta berdiskusi membuat pertanyaan setelah melihat tayangan video OL,
untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pertanyaan dapat ditanyakan
pada PKL sesi ke 2 dengan narasumber puskesmas
2. Tahap Pelaksanaan, antara lain:
a. Penayangan video OL pembelajaran
b. W awancara dengan fasilitator Puskesmas.
3. Tahap Penyusunan Laporan Observasi Lapangan dan mengerjakan
Penugasan.
BAB II
A. PENERIMAAN OBAT
Penerimaan obat dan BMHP di puskesmas Ibrahim Adjie diawali
dengan mengamati kesesuaian fisik obat dan BMHP dengan faktur (jika dari
PBF) dan SBBK (jika dari IFK), kesesuaian yang diamati antara lain
mengenai kesesuaian jenis obat atau BMHP yang ada disurat permintaan
(PBF) atau di Lembar permintaan (IFK) dengan faktur/SBBK, lalu mengamati
tanggal ed serta No. bachnya.
Jika semua dokumen sesuai maka yang selanjutnya dilakukan adalah
mengamati mutu sediaan obatnya seperti:
 Tablet/tablet salut : kemasan dan label, bentuk fisik (keutuhan,
basah, lengket), warna, bau rasa.
 Cairan : warna, bau, kejernihan, homogenitas, kemasan dan label
 Salep : warna, konsisten, homogenitas, kemasan dan label
 Injeksi : warna, kejernihan, homogenitas, kemasan dan label
 Syrup kering : warna, bau pengumpalan, kemasan dan label
 Suppos : warna, konsisten, kemasan dan label
:
B. PENDISTRIBUSIAN OBAT
Pendistribusian obat dan BMHP di puskesmas Ibrahim Adjie ke sub
unit pelayanan (IGD, gigi, Ruang bersalin, Rawat Inap, dll) berdasarkan
permintaan dari masing-masing sub unit tersebut berdasarkan jumlah floor
stock yang dibutuhkan oleh masing-masing sub unit untuk melakukan
pelayanan. Sediaan farmasi dan BMHP yang didistribusikan dilampiri dengan
bukti serah terima barang ke masing-masing setiap penanggung jawab sub
unit pelayanan dan tidak lupa dicatat ke kartu stok .
Umumnya permintaan dilakukan oleh masing-masing sub unit layanan
seminggu sekali, namun tetap tergantung dengan kebutuhan dan kunjungan
pasien ke setiap unit layanan. Untuk pendistribusian obat-obat emergency
selalu dilakukan setiap jika ada penggunaan obat emergency oleh masing-
masing sub unit layanan tindakan seperti di gigi, igd, ruang bersalin, dll.
Untuk obat-obat program juga dilakukan hal yang sama, didistribusikan
dari gudang farmasi puskesmas karena puskesmas Ibrahim Adjie sudah
menerapkan sistem 1 pintu dan setiap obat yang diserahkan pun harus
disertai dengan bukti serah terima.
Setiap unit layanan maupun program yang mendapatkan distribusi dari
gudang harus membuat laporan LPLPO setiap bulannya guna mengetahui
berapa jumlah obat yang digunakan di masing-masing unit layanan dan
program setiap bulannya.

C. PENGENDALIAN OBAT
Pengendalian obat dan BMHP di puskesmas Ibrahim Adjie khususnya
sediaan farmasi dan BMHP yang expired berjalan sangat baik mengingat
gudang farmasi di puskesmas Ibrahim Ajdie menggunakan sistem FEFO
pada penyimpanannya, sehingga obat-obat yang expired nya paling
mendekati didistrusikan terlebih dahulu dibandingkan obat-obat yang
expirednya yang masih lama, hal demikian dapat membantu agar tidak
terjadinya penumpukan obat-obat expired digudang.
Pengendalian obat emergency dilakukan pemantauan secara berkala
selain itu saat ada pemakaian obat emergency dan ketika dilengkapi kembali
juga dilakukan pengecekan mengenai fisik dan expired semua obat yang ada
dikotak emergency tersebut sehingga dapat dipastikan keamanan obat
emergency yang akan digunakan nantinya.

D. PENCATATAN, PELAPORAN OBAT


Pencatatan kefarmasian di gudang puskesmas Ibrahim Ajdie meliputi
pencatatan penerimaan obat dari IFK, PBF maupun hibah, pencatatan
pengeluaran obat/pendistribusian obat ke sub unit layanan maupun program,
pencatatan stok fisik obat akhir bulan (stok opname).
Pencatatan diapotek meliputi pencatatan pemberian informasi obat,
pencatatan rekapan jumlah resep harian dan bulanan, pencatatan
permintaan obat ke gudang, penerimaan obat dari gudang dan kartu stok.
Sedangkan pencatatan di sub unit lainnya meliputi pencatatan permintaan
obat, penerimaan obat dan pencatatan pemakaian obat dan BMHP harian, ,
pencatatan stok fisik obat akhir bulan (stok opname).
Pelaporan kefarmasian meliputi LPLPO, Yanfar (jumlah pelayanan
resep setiap unit layanan, PIO dan Konseling, dan pemberian obat rasioanal
Ispa non pneumoni dan diare non spesifik), laporan obat esensial dan
vaksin, laporan narkotika dan psikotropika, dan pelaporan program seperti
SITB, SIHA, dan lain-lain.
E. PENYIMPANAN OBAT
Penyimpanan Obat dan BMHP di gudang puskesmas Ibrahim Adjie
disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan (Tablet, syrup, salep, dll)
dengan menggunakan sistem FEFO begitupun penyimpanan obat diapotek
dan di sub unit layanan seperti IGD dan rawatan. Sistem FEFO dipilih
dengan alasan agar mudah dalam pengendalian obat-obat expired.
Penyimpanan obat di puskesmas Ibrahim Adjie sudah memenuhi
persyaratan seperti adanya rak obat, lemari pendingin (kulkas), palet, cold
chain, dan lemari narkotik. Untuk penyimpanan obat di apotek berdasarkan
kelas terapi/farmakologi, dan obat yang fast moving diletakkan dibawah meja
agar mudah dalam pengambilan.
Ruang penyimpanan obat dan BMHP di puskesmas Ibrahim Adjie
selalu terkontrol pada suhu ruangan ± 25ºC sehingga dapat terjamin mutu
dan kualitas sediaan farmasi dan BMHPnya.

F. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Pada evaluasi penggunaan di puskesmas Ibrahim Adjie dimulai dari
pencatatan, pengumpulan data, monitoring dan pemantauan penggunaan
obat-obatan. Salah satu kegiatan pemantauan yaitu kegiatan pemantauan
efek samping obat, di puskesmas Ibrahim Adjie kegiatan ini baisanya
dilakukan contohnya untuk pasien baru TB, jika terjadi kejadian keluhan efek
samping selama penggunaan obat TB maka dicarikan solusi seperti
memberikan tambahan obat lain untuk mengatasi keluhan efek sampingnya.

G. PIO
Kegiatan pelayanan informasi obat (PIO) apoteker di puskesmas
Ibrahim Adjie cukup aktif seperti melakukan pelayanan informasi
mengenai obat kepada masyarakat dengan menggunakan leaflet
melalui program Apoteker bageur (Apoteker Mapag Lembur).
Selain itu Apoteker puskesmas Ibrahim Adjie juga melakukan
inovasi dalam kegiatan PIO melalui etiket khusus seperti etiket untuk
pasien anak, diabetes, hipertensi, kolesterol, dll.
H. KONSELING
Kegiatan konseling apoteker di puskesmas Ibrahim Adjie
menggunakan format konseling yang sudah dibuat dan disediakan
oleh UPT puskesmas Ibrahim Adjie itu sendiri. Ada 2 kriteria konseling
yang dilakukan, untuk teori konseling three prime question untuk
sewaktu-waktu tidak digunakan selalu dikarenakan menimbang privasi
pasien seperti pasien HIV, namun untuk pasien penyakit kronis seperti
diabet dan hipertensi itu baisa dgunakan.
Yang terpenting ketika melakukan konseling ini adalah
membangun pendekatan kepada pasien seolah-olah kita merasakan
apa yang pasien rasakan, selalu mensuport pasien agar semangat
untuk sembuh dan patuh minum obat.
BAB III

Lesson lerant saya dapatkan selama diskusi mengenai video PKL ini adalah:

 Pemusnahan resep untuk puskesmas yang sudah BLUD/belum tetap dilakukan oleh
dinkes kab kota dengan membuat berita acara
 Untuk pengadaan agar tidak terjadi doble maka harus didiskusikan dulu dengan IFK
obat-obat apa saja yang tidak tersedia maka boleh kita adakan
 Untuk puskesmas yang BLUD untuk obat diluar fornas harus ada SK kepala dinas
 Di setiap unit (contoh: Gigi, Vk, dll) harus di stok opname setiap akhir bulan dan
dimasukkan ke sisa stok di LPLPO karena semua obat yang berada di unit manapun
adalah aset puskesmas yang nantinya akan ditanyakan oleh inspektorat
 Untuk pemusnahan resep : resep ditimbang beratnya (Kg) dan buat berita acara
pemusnahan yang disaksikan oleh kepala puskesmas, Tim kesling, dan tim farmasi.
 Rekonsiliasi adalah upaya agar tidak terjadi tumpang tindih pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai