PENDAHULUAN
1
Begitupun dalam ayat (3) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai kegiatan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan program kerja
pada perusahaan/instansi yang digunakan sebagai tempat praktek. Melalui praktek
inilah mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata serta sebagai permasalahan yang
dihadapi dalam dunia kerja. Selain itu mahasiswa juga akan mempunyai rasa
tanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan dan menjaga profesinya.
2. Bagi Perguruan/Sekolah Tinggi
Sebagai rekan kerjasama dalam menjalin kerjasama kemitraan dan
mempromosikan Perguruan/Sekolah Tinggi dalam dunia perusahaan tersebut.
2
informasi mengenai situasi umum perusahaan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 menyatakan bahwa Apotek adalah
sasaran pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian apotek
(anonim, 2009). Berdasarkan pengertian pengertian di atas dapat diketahui bahwa
apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain itu
juga sebagai salah satu tempat pengabdian-pengabdian dan praktek profesi Apoteker
dalam melakukan Pekerjaan kefarmasian (Hartini dan Sulasmono, 2006).
C. Persyaratan Apotek
Menurut Permenkes Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum.
4
Berikut beberapa aturan terkait pendirian apotek:
1. Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
2. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik
modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
Terkait perizinan, setiap apotek masih membutuhkan Surat Izin Apotek (SIA),
yakni
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
D. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.Sekecil
apapun suatu apotek,sistem manajemen nya akan terdiri atas beberapa tipe
manajemen farmasi ,yaitu:
1. Manajemen keuangan, tentunya berkaitan dengan pengeloaan keuangan, keluar
masuknya uang, penerimaan, pengeluaran,dan perhitungan.
2. Manajemen pembelian, meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan vendor,
pemilihan item barang yang harus dibeli dengan memperhatikan FIFO dan
FEFO, kinetika arus barang, serta pola epidemiologi masyarakat sekitar apotek.
5
3. Manajemen penjualan, meliputi pengelolaan penjualan tunai, kredit, kontraktor.
4. Manajemen persedian barang, meliputi pengelolaan gudang, persediaan bahan
racikan, kinetika arus barang, manajemen persediaan barang berhubungan
langsung dengan manajemen pembelian.
5. Manajemen pemasaran, berkaitan dengan pengelolaan dan teknik pemasaran
untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran ini
tampak pada apotek modern, tetapi pada apotek-apotek konvensional.
6. Manajemen khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek sesuai
dengan kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang dilengkapi
dengan laboratorium klinik, apotek dengan swalayan, dan apotek yang
berkerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.
E. Pelayanan Apotek
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan
obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) mengacu kepada
pharmaceutical care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang hanya semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komuniti menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien.
6
2. Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah dengan mudah dikenali oleh masyarakat.Pada
halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek
harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas
pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukan
integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan.
7
4. Adminitrasi
Administrasi umum meliputi:
a. Pencatatan
b. Pengarsipan
c. pelaporan narkotika-psikotropika, dan
d. dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8
BAB III
APOTEK FIFA FARMA
9
Dengan adanya Apotek Fifa Farma yang terletak sangat startegis dapat
membantu meringankan beban masyarakat baik yang mampu atau kurang
mampu dan membeda-bedakan disekitar wilayah Kecamatan Saketi dan pada
umum.
10
Dengan adanya Apotek FIFA Farma yang terletak disekitar wilayah
Kecamatan Saketi dengan sangat startegis dapat membantu meringankan beban
masyarakat baik yang mampu atau kurang mampu.
11
D. Struktur Organisasi
12
E. Tata Ruang Apotek
13
b. Pengecekan Kadar gula, Kolesterol, dan Asam urat
Apotek FIFA Farma dapat melayani pengecekan kadar gula darah,
kolesterol, dan asam urat dengan menggunakan alat Easy touch GCU oleh
Apoteker atau Karyawan yang ada di apotek.
c. Pengecekan tekanan Hipertensi
Apotek FIFA Farma bisa melakukan pengukuran tensi darah mengunakan
Tensimeter Omron oleh APA atau Karyawan yang ada di Apotek.
14
2. Rincian Kegiatan Mahasiswa di Apotek FIFA Farma
a) Pada minggu pertama, Mahasiswa mendapatkan pengarahan dan
tugas menghafalkan tata ruang dan tempat obat yang ditata dengan
metode alfabetis dan farmakologi.
b) Pada minggu kedua Mahasiswa/Praktikan mendapatkan pengarahan
dan tugas menghafalkan Penggolongan Obat berdasarkan Jenisnya,
dan pada minggu kedua ini Mahasiswa juga diberi tugas memahami
SOP, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, BMHP, Suplemen kesehatan
dan Penggolongan Obat berdasarkan Farmakologinya.
c) Pada Minggu Ketiga Mahasiswa di berikan tugas pembuatan Video
dan dipersilahkan melakukan PIO, pada minggu ketiga ini juga
diberikan tugas tentang Defekta, Surat Pesanan, Pengelolaan, Faktur,
beserta PBF dan BPOM.
d) Pada minggu terakhir atau minggu keempat, Mahasiswa diberi tugas
menghitung harga jual obat/barang di apotek, juga membukukan
obat/barang yang terjual ke dalam buku online dan offline.
15
Keterangan :
Etalase Gol. Obat Bebas
Etalase Gol. Obat Bebas Terbatas dan Keras
Etalase Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Etalase Suplemen makanan dan Vitamin
Etalase Gol. Obat Jamu dan Obat Terapi
Etalase Gol. Obat Sirup/untuk anak & balita
Etalase BMHP, Alat bantu anak/balita & Kontrasepsi
Etalase Gudang Obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras dan Terapi
Etalalase Gudang Obat Suplemen makanan, Vitamin dan Jamu
Etalase Gudang Obat Narkotika dan Psikotropika
16
e. Mengecek ketersediaan sediaan farmasi-alkes di apotek dengan yang
tertulis di resep.
(1)Jika sediaan farmasi-alkes tidak tersedia atau habis stoknya maka
sediaan farmasi-alkes pada resep tidak diberi harga dan diberi
tanda (*)
(2)Sediaan farmasi-alkes yang tertulis di resep tersedia stoknya di
apotek maka sediaan farmasi-alkes tersebut di cek harganya di
catatan list harga.
f. Jika ada sediaan farmasi-alkes yang tidak tersedia di apotik, pasien
dan atau dokter diberitahu termasuk alternatif pengganti jika ada.
g. Memberitahukan harga yang harus dibayar
(1) Pasien diminta membayar jika ia setuju dengan harga yang harus
dibayar
(2) Jika Pasien tidak membawa uang yang cukup, apoteker harus
bertindak terutama untuk antibiotik, jika harga obat terlalu mahal
bagi pasien maka apoteker menghubungi dokter dan
mengkonsultasikan dengan dokter penulis resep untuk mengganti
antibiotik tersebut dengan nama dagang yang harganya mampu
dibayar oleh pasien atau ditawarkan pada pasien secara langsung
untuk diganti dengan merek lain yang lebih murah.
h. Ketika harga sudah sesuai terjadi pembayaran
i. Memberi nomor urut yang sesuai dengan nomor resep pada pasien
dengan tujuannya.
(1) Agar tidak terjadi kesalahan pada penerimaan sediaan farmasi-
alkes
(2) Sebagai nomor antrian pasien agar lebih teratur dan tertib.
(3) untuk mempermudah dalam pengecekan jika ada sesuatu sebagai
nomor resep yang masuk di apotek.
j. Nomor antrian di berikan pada pasien yang bersangkutan, selanjutnya
ditukar dengan obatnya setelah proses penyiapan selesai.
17
2. Standar Prosedur Operasional (SOP) Penyiapan dan Labeling Sediaan
Farmasi-Alat Kesehatan
a. Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan diambil dari rak.
b. Item, jumlah dan kekuatan Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan yang
diambil harus sesuai dengan resep.
c. Setiap pengambilan Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan, harus mencatat
pada masing-masing kartu stok.
d. Setelah semua Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan pada resep disiapkan,
ditulis etiket pada masing-masing Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan.
e. Untuk Sediaan Farmasi yang penggunaannya secara per oral, etiket
yang digunakan adalah etiket berwarna putih, sedangkan Sediaan
Farmasi yang digunakan non oral dan alat kesehatan menggunakan
etiket berwarna biru.
f. Penulisan etiket harus jelas dan mudah dipahami oleh orang lain
g. Penulisan etiket meliputi : tanggal pembuatan resep, nomor resep,
nama pasien, aturan penggunaan, dan waktu penggunaan.
h. Pada saat pemberian etiket juga dilakukan pengecekan ulang pada
nama, jumlah, jenis, dan kekuatan Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan.
i. Kemudian etiket yang sudah dituliskan aturan pakai ditempelkan
sesuai dengan Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan.
18
(4) Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan
informasi lain yang mendukung pengobatan pasien/klien
berkenaan dengan keluhannya.
b. Pasien datang menanyakan obat tertentu, dilakukan:
a) Dilihat ketersediaan obat di apotek
i. Bila obat ada maka ditanyakan jumlahnya. Bila menurut ilmu
kefarmasian sudah tepat obat dapat diberikan. Bila menurut ilmu
kefarmasian kurang tepat, perlu dilakukan patient assesment
untuk membantu memilihkan obat yang sesuai dengan
kebutuhan pasien/klien
ii. Bila obat tidak ada maka ditawarkan obat dengan bahan aktif
sama dari pabrik lain
b) Bila pasien setuju dilakukan pengemasan sesuai dengan
permintaan pasien (jenis dan jumlahnya)
c) Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan
informasi lain yang mendukung pengobatan pasien/klien berkenaan
dengan keluhannya.
d) Pencatatan ke dalam buku pelayanan swamedikasi untuk
monitoring penggunaan obat
19
d. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien :
(1)Jumlah, jenisdan kegunaan masing-masing obat
(2)Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi :
bagaimana cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai
obat, seberapa banyak/dosis dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum
atau sesudah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam
penggunaan
(3)Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan Peringatan atau
efek samping obat
(4)Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat Tata
cara penyimpanan obat (sediaan farmasi/alkes)
(5)Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
e. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll)
f. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
20
d. Melakukan verifikasi akhir meliputi : Mengecek pemahaman pasien
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan terapi
e. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan
21
e. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi-alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi-alat kesehatan.
22
sebagai pemesan, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat
yang dipesan.
c) Satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu
jenis Psiktropika. SP ditandatangani oleh APA dan diberi stempel
apotek.
23
3) Tanggal kedaluarsa masih jauh
Bila rusak atau tanggal kedaluarsa sudah dekat, diretur kepada PBF.
Setelah pemeriksaan dan pencocokan selesai, faktur ditandatangani
pihak apotek dan diberi stempel apotek. Faktur asli diberikan kepada
PBF dan salinannya disimpan sebagai arsip apotek.
24
11. Standar Prosedur Operasional : Pembayaran Sediaan Farmasi - Alat
Kesehatan
a. Pembayaran secara tunai
1) Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan
pemeriksaan barang sesuai prosedur penerimaan barang :
2) Jika barang sudah sesuai pesanan, dapat dilakukan pembayaran
3) Setelah pembayaran, faktur asli yang ditandatangani pihak PBF
dan salinannya akan langsung diberikan kepada penerima barang
di apotek.
b. Pembayaran secara kredit
1) Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan
pemeriksaan barang sesuai prosedur penerimaan barang :
a) Jika barang sudah sesuai pesanan, faktur ditandatangani
petugas penerima dan diberi stempel apotek. Faktur asli
dibawa oleh PBF, apotek membawa faktur copy
b) Jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi ke pengirim atau retur
2) Sebelum waktu jatuh tempo pembayaran, salesakan datang ke
apotek membawa faktur asli dan faktur pajak.
3) Faktur asli ditandatangani oleh salesman, nama terang sales dan
stempel lunas untuk menyatakan pihak apotek sudah melunasi
tagihan faktur tersebut dan diberi stempel apotek.
4) Kemudian pihak apotek membuat kuitansi bukti pembayaran atas
pelunasan faktur tersebut yang ditandatangani oleh salesman PBF
tersebut dan nama terang.
5) Faktur asli dan faktur pajak diserahkan kepada apotek dan
disimpan sebagai arsip apotek.
25
a. Obat-obat yang ED nya kurang dari 4 bulan dipisahkan beserta
fakturnya.
b. Menghubungi distributornya untuk mengambil obat tersebut
c. Salesman akan menukar obat-obat tersebut dengan obat baru dengan
ED yg lebih lama atau diganti dengan uang.
d. Untuk obat-obatyang tidak bisa diretur maka obat-obat ED
dikumpulkan tersendiri dan pemusnahan dilakukan tiap tahun dan juga
obat-obat yang rusak.
e. Pembuatan berita acara pemusnahan sediaan farmasi-alat kesehatan
f. Berita acara dibuat rangkap dua dan dikirim kepada :
1) Ka. Dinkes Kabupaten
2) Ka. Dinkes Provinsi
26
didistribusikan sebelum tanggal kadaluwarsa. Atau
mengembalikan (retur) kepada distributor sesuai dengan
persyaratan yang disepakati
4) Menyisihkan sediaan farmasi-alat kesehatan yang telah
kadaluwarsa dan simpan ditempat tersendiri dengan diberi label/
tulisan : OBAT KEDALUWARSA
5) Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak yang lain
Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku
tersendiri
d. Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada saat pengambilan sediaan
farmasi-alat kesehatan:
1) Pada saat mengambil obat untuk pelayanan harus selalu
melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa
2) Sisihkan sediaan farmasi-alat kesehatan yang telah kadaluwarsa
dan simpan ditempat tersendiri dengan diberi label/ tulisan :
OBAT KADALUWARSA
3) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku
tersendiri
27
3) Pada saat pengambilan obat Narkotika dan Psikotropika, petugas
harus mencatat nama dan jenis obat yang diambil serta waktu saat
pengambilan obat didalam buku di dekat lemari
4) Membuat laporan pemakaian obat-obat Narkotika dan
Psikotropika yang dibuat maksimal tanggal 15 berikutnya dan
diserahkan kepada Sudinkes wilayah setempat, BPOM Deputi
NAPZA
b. Look Alike, Sound Alike Errors
1) Mencegah bunyi nama obat yang kedengarannya sama tetapi
berbeda dalam penggunaannya
2) Menuliskan dengan benar dan mengucapkan ketika
mengkomunikasikan informasi dalam pengobatan. Buat
pendengar tersebut mengulang kembali pengobatan tersebut untuk
meyakinkan mereka mengerti dengan benar
3) Tempat pelayanan obat-obatan yang terlihat mirip kemasannya
dan konsentrasinya berbeda tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak
dan label masing-masing obat dan konsentrasi dengan huruf balok
yang menyolok
28
yang sekurang- kurangnya memuat :
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi -
Alat Kesehatan
2) Nama dan jumlah Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang
dimusnahkan
3) Nama Apoteker pelaksana pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat
Kesehatan
f. Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat
Kesehatan
g. Membuat laporan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan
yang ditanda tangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan (Berita Acara terlampir)
C. Sediaan farmasi
Sediaan Farmasi ialah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
1) Obat :
Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan
bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Obat memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan
kesehatan. Karena pada prinsipnya, pencegahan sekaligus penanganan
berbagai jenis penyakit tidak bisa terlepas dari tindakan terapi dengan
menggunakan obat maupun farmakoterapi.
obat hanya dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik.
29
a) Obat paten
Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset
dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya.
Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia
adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut
memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat
yang 12 dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk
memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki
perjanjian khusus dengan pemilik paten.
b) Obat generic
Obat generik merupakan salah satu kebijakan untuk
mengendalikan harga obat, dimana obat dipasarkan dengan nama
bahan aktifnya. Agar para dokter dan masyarakat dapat menerima
dan menggunakan obat generik, di Indonesia kewajiban
menggunakan obat generik berlaku di unit-unit pelayanan
kesehatan pemerintah. Obat generik biasanya dibuat setelah obat
paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut
sebagai obat generik (generik= nama zat berkhasiatnya).
2) Bahan Obat :
Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan
mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.
3) Obat Tradisional :
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
30
yang berlaku di masyarakat.
4) Kosmetika :
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut,
kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
D. Alat Kesehatan
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
F. Suplemen Kesehatan
Suplemen Kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk
melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau
memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai gizi dan/atau efek
fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam
amino dan/atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan
tumbuhan.
31
G. Penggolongan Obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat diatas ialah berdasarkan Farmakologi yang terdiri
dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika,
narkotika. Penggolongan jenis obat berdasarkan berbagai undang-undang dan
peraturan menteri kesehatan dibagi menjadi :
a. Obat Bebas Obat
Bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di DepKes RI. Tanda
khusus pada Obat Bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam.
Contoh : Tablet Paracetamol, Suplemen (Imunosplus, Fatigon), Tablet
Vitamin C, B1, B6, B12 dan B-Kompleks.
32
tanda khusus Obat Bebas Terbatas berupa lingkaran berwarna biru
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM, Dextromethorphan
c. Obat Keras
Obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari “Gevaarlijk”
artinya berbahaya jika pemakainyatidak berdasarkan resep dokter. Tanda
khusus obat keras berdasarkan Keputusan Menteri Kesrhatan Republik
Indonesia No. 02396/A/SKA/III/1986 adalah lingkaran bulat berwarna
merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh
garis tepi.
Contoh : ketoconazole, amoxicillin
33
Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 924/MENKES/PER/X/1993, Obat waijb apotek
adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa
resep dokter.
a) Contoh obat wajib apotek No. 1 (artinya yang pertama kali
ditetapkan):
a) Obat kontrasepsi: Linestrenol
b) Obat saluran cerna: Antasid dan Sedativ/Spasmodik 20.
c) Obat mulut/tenggorokan: Salbutamol 20.
b) Obat wajib apotek No. 2 :
a) Bacitracin Cream (1 tube)
b) Clindamicin Cream (1 tube)
c) Flumetason Cream (1 tube)
c) Obat wajib apotek No. 3 :
a) Ranitidin
b) Asam Fusidat
c) Alupurinol
d) Asam Mefenamat
e. Obat Psikotropika
Menurut undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
Tanda khusus obat psikotropika berupa lingkaran bulat berwarna
merah dengan huruf ‘K’ berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang
berwarna hitam.
Contoh : Alprazolam, Luminal
34
Gambar 3.6 Penandaan Obat Psikotropik
f. Obat Narkotika
Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dapat dibedakan ke dalam golongan I, II, III. Berikut pembagian Obat
Narkotika adalah sebagai berikut:
a) Golongan I
Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : Opium, Tanaman Koka, Heroina.
b) Golongan II
Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfina, Kodeina, Petidina.
35
c) Golongan III
Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
Tanda khusus obat Narkotika berdasarkan peraturan yang
terdapat dalam ordonasi obat bius yaitu “Palang Medali Merah”.
Contoh : Dihidrokodeina, Etilmorfina.
g. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secara tradisional.
Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang 24 disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Contoh : Tolak Angin Anak, Pilkita, Darsi.
36
h. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) juga tidak sama dengan
fitofarmaka. Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang
berasal dari ekstrak bahan 26 tumbuhan, hewan maupun mineral.
i. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisionalyang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar dan khasiatnya telah dibuktikan melalui uji klinis.
Fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan obat bahan alam
yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah di
standarisir.
Contoh : Stimuno, Nodiar X-Gra.
37
H. Penggolongan obat berdasarkan Farmakologinya
A. Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (khususnya fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang
dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan
mikroorganisme lain (Munaf, 1994). Antibiotik memiliki toksisitas
terhadap manusia yang relatif kecil (Tjay, H.T., dan Rahardja, K., 2007).
Secara umum, penggolongan antibiotik diklasifikasikan menjadi :
1) Golongan Beta-Laktam
Contoh antibiotik golongan beta-laktam yaitu golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefadroksil, seftazidim), golongan
penisilin (penisilin, amoksisilin). Penicillium chrysognum merupakan
jenis jamur yang dapat menghasilkan antibakterial alami yaitu
penisilin.
Contoh : Amoxan, cefadroxil, Penicillin.
2) Golongan Aminoglikosida
Antibiotik ini dihasilkan dari jenis jamur streptomyces dan
micromospora. Didalam molekul aminoglikosida mengandung
turunan sintesis dan senyawa berupa dua atau tiga gula-amino yang
saling mengikat secara glikolisis. Contoh antibiotik 10 golongan
aminoglikosida adalah streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin,
dan paranomisin.
3) Golongan Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin bekerja dengan mengganggu sintesis protein
bakteri. Golongan ini bersifat bakteriostatik. Contoh obat golongan
ini yaitu tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
38
4) Golongan Linkomisin
Antibiotik ini dihasilkan oleh bakteri streptomyces lincolnensis
(AS, 1960). Spektrum kerja golongan ini sempit, terutama pada
kuman gram positif dan anaerob. Antibiotik golongan linkomisin
memiliki efek samping yang hebat maka hanya digunakan bila
terdapat resistensi terhadap antibiotik golongan lain.
Contoh : Lincophar, Biolincom, Lincocin.
5) Golongan Kuinolon
Antibiotik golongan Kuinolon memiliki sifat bakterisida. Terjadi
inhibisi pada enzim DNA-Gyrase, maka sintesis DNA kuman dapat
dicegah. Obat golongan ini hanya bisa digunakan pada infeksi
saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.
Contoh : Ofloxacin, Quidex, Ciproxin
6) Golongan Kloramfenikol
Obat ini memiliki sifat bakteriostatis dan berspektrum luas.
Mekanisme kerja antibiotik ini dengan melakukan perintangan sitesis
polipeptida pada kuman.
Contoh : Salep Chloramfecort, Salep Kalmicetine, Tetes telinga
Colme.
7) Makrolida
Mekanisme kerja dari golongan obat ini adalah mengikat secara
reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis protein terhalangi.
Makrolida memiliki efek samping pada lambung-usus
Contoh : Mezatrin, Aztrin, Erithromycin.
39
B. Antihipertensi
Berdasarkan beberapa pedoman penatalaksanaan hipertensi
internasional, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥
140 dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90. Secara umum, penggolongan
antihipertensi diklasifikasikan menjadi :
a) ACE-Inhibitor
ACE inhibitor memblok kerja ACE sehingga menghambat
konversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga menurunkan
jumlah angiotensin II yang memegang peranan penting dalam
pathogenesis hipertensi.
Contoh : Captopryl, Ramipryl, Lisinopryl.
40
d) Antagonis Aldosteron
Golongan aldosteron receptor blocker bekerja dengan
menghambat kerja aldosteron sehingga terjadi penurunan reabsorbsi
natrium. Penurunan reabsorbsi natrium ini kemudian akan
menurunkan volume intravaskuler, menurunkan preload dan akhirnya
menurunkan tekanan darah. Contoh golongan obatnya adalah
spironolakton
Contoh : Spironolakton
e) Diuretik
Diuretik tiazid merupakan terapi inisial untuk pasien hipertensi.
Diuretik dapat meingkatkan efektifitas terapi pada terapi kombinasi
dengan antihipertensi lain dalam mencapai tekanan darah target dan
sangat terjangkau
Contoh : Hydrochlortiazide, Asetazolamid, Manitol.
f) Betablocker
BB menurunkan tekanan darah terutama dengan menurunkan CJ,
dan menurukan tahanan vaskuler perifer. BB bekerja dengan
menghamdat reseptor β adrenergik baik di jantung, pembuluh darah
dan ginjal. Obat ini tidak bekerja di otak karena tidak menembus
sawar darah otak.
C. Analgetik
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
(perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007).
Contoh : Paracetamol, Ibuprofen, Aspirin
41
D. Lipid
Lipid merupakan sumber energi yang pekat, 1 gram lipid
memberikan 9 gram kalori. Energi yang berlebihan dalam tubuh akan
disimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Lipid adiposa
ini tersimpan dalam jaringan di bawah kulit/sub cutaneus tissues
sebanyak 50%, sekeliling alat tubuh dalam rongga perut sebanyak 45%,
dan dalam jaringan bagian dalam otot/intra muscular tissues sebanyak
5%. Secara umum, penggolongan Lipid diklasifikasikan menjadi :
E. Antiematik
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam
penatalaksanaan mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan
cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari
dua cara, yaitu secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap
stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau
secara sentral, untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan
pusat muntah.
Contoh : Ondansteron
42
F. Obat Lambung/Gastritis
Gastritis adalah nyeri Epigastrium yang hilang timbul/menetap
dapat disertaidengan mual/muntah. Penyebab utama gastritis adalah
iritasi lambung , alkohol, obat atau stress. Pada keadaan ini terjadi
gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung, dan daya tahan
mukosa. Gejala yang dialami biasanya penderita mengeluh perih atau
tidak enak di ulu hati.
Secara umum, penggolongan Obat lambung/Gastritis diklasifikasikan
menjadi :
1. Antasida
Contoh : Antasida DOEN
2. Antagonis Resptor H2
Contoh : Ranitidine
3. Penghambat Pompa Proton
Contoh : Omeprazole, Lansoprazole
4. Pelindung Mukosa
Contoh : Sukralfate
5. Analog Prostaglandin EI
Contoh : Misoprostol
G. Antidiare
Diare adalah suatu masalah saluran pencernaan dimana feses
menjadi lembek atau cair, biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam
24 jam. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah.
Secara umum, penggolongan Obat lambung/Gastritis
diklasifikasikan menjadi :
1. Kemoterapeutik
Contoh : Metronidazole, Sulfonamid
43
2. Adsorbensia
Contoh: Guanistrep, Novadiar
3. Zat penekan peristaltik usus
Contoh: Lopamid, Lodia
44
Gambar 3.11 Pemerian Informasi Obat saat Swamedikasi
J. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan obat di Apotek FIFA Farma sangat diperhatikan dan
dilakukan dengan teratur, hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan obat
yang ada di Apotek terutama obat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.
Hal-hal yang sangat diperhatikan meliputi:
A. Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan dan menentukan langkah-
langkah yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan
farmasi/obat yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien dan sesuai
dengan anggaran yang tersedia.
Perencanaan obat dikatakan baik apabila pembelian memenuhi beberapa
ketentuan antara lain: jumlah obat sesuai dengan kebutuhan, pembelian
mampu melayani jenis obat yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian
menunjukkan keseimbangan dengan penjualan secara proporsional.
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 73 Tahun 2016, Dalam membuat
perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
45
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanan
pengadaan perbekalanfarmasi adalah :
1. Pemilihan pemasok. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Legalitas pemasok (Pedagang Besar Farmasi/PBF)
b) Service, meliputi:
1) Ketepatan waktu
2) Ketepatan barang yang dikirim
3) Ada tidaknya diskon atau bonus
4) Layanan obat kedaluwarsa, dan
5) Tenggang rasa penagihan.
c) Kualitas obat, perbekalan farmasi lain dan pelayanan yang
diberikan.
d) Ketersediaan obat yang dibutuhkan.
e) Harga sama.
2. Ketersediaan barang/ perbekalan farmasi.
a) Sisa stok.
b) Rata-rata pemakaian obat dalam satu periode pemesanan.
c) Frekuensi pemakaian
d) Waktu tunggu pemesanan.
B. Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang dibutuhkan di
unit pelayanan kesehatan atau dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek untuk menjamin kualitas Pelayanan
Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.. Pembelian barang di
apotek sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat.
46
Prosedur pembelian meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1) Persiapan
Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan
dipesan berdasarkan buku defecta (buku barang habis) baik dari
bagian penerimaan resep, obat bebas maupun dari gudang.
2) Pemesanan
Barang yang sudah habis atau hampir habis harus dipesankan
kepada PBF yang bersangkutan. Pemesanan dilakukan dengan
menggunakan Surat Pemesanan (SP) untuk setiap supplier. Surat
Pemesanan digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan
dengan barang yang dikirim. Selain itu dicek apakah barang dalam
keadaan utuh, jumlah sama dengan permintaan dan sesuai pada faktur
tanggal kadaluarsa sesuai dengan faktur atau tidak.
3) Penerimaan Barang
a. Penerimaan barang di Apotek FIFA Farma harus disertai faktur
penerimaan barang, untuk kemudian dilakukan pengecekan
antar barang yang datang dan faktur yang datang. Pengecekan
meliputi nama barang, bentuk sediaan, tanggal kadaluarsa, dan
nomor batch.
b. Setelah sesuai dengan pesanan, APA atau AA yang menerima
dan menandatangani faktur, memberi cap dan nama terang serta
nomor SIPA apoteker sebagai bukti penerimaan barang. Barang
yang telah diterima kemudian dimasukkan ke gudang dan
dicatat dalam kartu stok.
c. Untuk obat-obat yang memiliki waktu kadaluarsa, dalam
pembeliannya diperlukan perjanjian mengenai batas waktu
pengembalian ke PBF bersangkutan jika sudah mendekati waktu
kadaluarsa obat. Jika tidak cocok atau tidak sesuai maka barang
akan dikembalikan melalui petugas pengantar barang.
47
C. Penyimpanan Barang
Barang-barang farmasi disimpan dalam tempat yang aman tidak
terkena sinar matahari langsung, bersih dan tidak lembab, disusun
sistematis berdasarkan bentuk sediaan, khusus antibiotik disusun
tersendiri.
Penyusunan dan penyimpanan barang Apotek FIFA Farma
dilakukan secara sistematis dapat dikelompokkan berdasarkan kategori
teraupetik (farmakologi), bentuk sediaan (cair, semi padat, dan padat),
First In First Out (FIFO), First Expire First Out (FEFO), secara alfabetis,
pabrik (produsen) dan sifat sediaan.Untuk narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus
Penyimpanan narkotika berdasarkan UU No. 9 tahun 1976
tentang narkotika, bahwa narkotika disimpan pada lemari berukuran
40x80x100 cm, lemari tersebut mempunyai 2 kunci, yang satu untuk
menyimpan narkotika sehari-hari dan yang lainnya untuk narkotika
persediaan dan morfina/pethidindan garam-garamnya.
Untuk bentuk sediaan suppositoria, injeksi insulin, vaksinatau
serum disimpan dalam lemari pendingin. Sedangkan untuk bahan yang
mudah terbakar disimpan secara terpisah. Hal ini ditujukan agar akan
lebih memudahkan dan mempercepat dalam pengelolaan barang.
K. Buku Defekta
Buku defekta merupakan buku sebagai pengatur kestabilan untuk
menjaga agar tidak terjadi kekosongan atau penumpukan obat dan alat
kesehatan di apotek. Dan kemudian, daftar nama obat dan alat kesehatan
yang dibutuhkan tersebut akan dicantumkan di Surat Pesanan (SP).
48
Gambar 3.12 Penulisan buku Defekta
49
d. Mencantumkan nama sarana, nomor izin, alamat, dan stemple
sarana
e. Mencantumkan nama fasilitas distribusi beserta alamat dan no.
telepon
f. Hanya berisi satu jenis obat
50
Dalam hal Surat Pemesanan (SP) Narkotika dan Psikotropika di
Apotek FIFA Farma tidak dibuat, dikarenakan dari pihak APA
sendiri masih belum mau mengadakan obat-obat jenis tersebut,
dengan alasan tertentu.
51
M. Faktur
Faktur merupakan suatu perhitungan penjualan kredit yang diberikan
oleh penjual kepada pembeli atau konsumen atau dokumen perincian
pengiriman barang yang mencatat daftar barang, harga, jumlah, nomor
batch, kode produksi, diskon dan lainnya yang biasanya terkait dengan
pembayaran.
52
1. Kimia Farma
2. Surya Prima Perkasa
3. Bina San Prima
4. United Dico Citas
5. Buana Cahaya Sejahtera
6. Parit Padang
7. Javas
8. Sapta Sari
9. Bintang
10. PT. Dempo
11. Guna Abadi Wisesa
12. PBF Sehat dan Apotek Sehat
13. Bintang Kencana Artha
14. Pentapalen
15. Cahaya
16. PBF AAM
17. Herpam
53
Gambar 3.13 Rumus Haerga Jual Obat
Harga jual obat biasa disebut dengan harga jual apotek. Rumus HJA
Keterangan :
HJA : Harga jual apotek
HNA : Harga netto apotek
PPN : Pajak pertambahan nilai
Profit : Jumlah keuntungan yang akan diambil
Ditanya :
PPN : ?
Q. Pembukuan Administrasi
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang
digunakan sebagai alat data keuangan guna memberikan informasi bagi
pihak Apotek. Laporan keuangan menunjukkan kondisi kesehatan
perusahaan dan kinerja perusahaan tersebut.
Pada saat obat/barang keluar dengan atau tanpa perantara, prosedur
yang harus dilakukan adalah dicatat setiap jumlah dan harga barang
tersebut. Pembukuan Administrasi di Apotek merupakan dokumen catatan
yang berisi Nomor, Nama obat/barang, Jumlah dan Harga obat/barang dan
jenis sediaan.
Pencatatan/pembukuan administrasi ketika obat/barang keluar
dibedakan menjadi :
54
1. Pembukuan Online
Buku yang berupa catatan daftar nama obat/barang yang yang
keluar sesuai dengan proses perencanaan dan pengadaan, pengiriman surat
pesanan secara via virtual/media komunikasi (secara tidak langsung), yang
kemudian dikirim oleh kurir dan proses validasi obat/barang dilakukan
oleh pihak apotek, lalu didokumentasi (berupa foto/video) sebagai tanda
bukti jika terjadi kesalahan pengiriman (tertukar, jumlah kurang, cacat
dsb.)
2. Pembukuan Offline
Hampir sama dengan Pembukuan Online yang berupa buku
catatan daftar nama obat/barang yang yang keluar hanya saja yang
membedakan dari proses perencanaa dan pengadaannya. Pembukuan ini,
proses perencanaan dan pengadaannya menggunakan sistem COD (Cash
On Delivery)/ bayar ditempat ketika barang datang dan proses validasi
obat/barang disaksikan langsung oleh pihak PBF itu sendiri.
55
BAB IV
KAJIAN PENYAKIT BATUK
A. Definisi Batuk
Batuk adalah proses ekspirasi (penghembusan nafas) yang eksplosif yang
memberikan mekanisme proteksi normal untuk membersihkan saluran
pernafasan dari adanya sekresi atau benda asing yang mengganggu. Batuk itu
sendiri sebenarnya bukan penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya
gangguan pada saluran pernafasan.
Di sisi lain, batuk juga merupakan salah satu jalan menyebarkan infeksi.
Di banyak negara, batuk yang berlebihan dan mengganggu merupakan keluhan
paling sering yang menyebabkan pasien pergi ke dokter untuk diperiksa.
Alasannya antara lain meliputi ketidaknyamanan karena batuk itu sendiri,
gangguan terhadap kehidupan normal dan kekuatiran akan adanya penyebab
batuk, terutama ketakutan akan kanker atau AIDS.
Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagai refleks
pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf afferen dan efferen. Batuk
diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi
diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan
terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan penyempitan trakea.
Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran nafas dan
udara luar (atmosfir) bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan
aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan “menyapu”
sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas
B. Jenis-jenis Batuk
Penyebab batuk ini dapat diperkirakan berdasarkan durasi batuknya,
seperti yang akan dijelaskan pada klasifikasi batuk. Batuk digolongkan Menjadi
3 kategori berdasarkan durasinya, yaitu:
56
a. Akut, yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu
b. Sub akut, batuk yang terjadi selama 3-8 minggu
c. Kronis, batuk yang berlangsung lebih dari 8 minggu
1. Batuk akut
Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu.
Meskipun belum ada studi tentang spektrum dan frekuensi penyebab batuk
akut, pengalaman klinik menunjukkan bahwa penyebab utama batuk akut
adalah infeksi saluran nafas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut,
pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rinitis alergi, atau rinitis karena iritan. Infeksi
virus saluran nafas atas merupakan penyebab utama batuk akut.
2. Batuk subakut
Batuk yang terjadi selama 3-8 minggu dikelompokkan pada batuk
subakut. Untuk mendiagnosis penyebab terjadinya batuk jenis ini,
direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi empirik dan uji
lab terbatas. Jika batuk tidak terkait dengan infeksi pernafasan, pasien harus
dievaluasi dengan cara yang sama seperti pada batuk kronis (akan dijelaskan di
bawah).
Untuk batuk yang dimulai bersamaan dengan adanya infeksi pernafasan
dan berakhir 3-8 minggu, penyebabnya yang paling umum adalah batuk pasca
infeksi (post infectious cough), sinusitis bakteri, atau asma. Batuk pasca infeksi
didefinisikan sebagai batuk yang dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak
berkomplikasi dengan pneumonia (dengan rontgen dada normal) dan umumnya
dapat sembuh tanpa pengobatan. Jika batuk pasien disertai suara-suara
pernafasan seperti mengi, maka perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk dugaan
asma.
57
3. Batuk kronis
Meskipun batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh
banyak penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah
pada satu atau hanya sedikit diagnosis. Karena itu, perlu ada evaluasi secara
sistematik untuk mempelajari penyebab utama dengan cara percobaan terapi
empirik, percobaan menghindari iritan dan obat yang diduga menyebabkan
batuk, dengan dibantu dengan data-data laboratorium seperti rontgen dada atau
uji metakolin, atau uji lain yang sesuai. Diagnosis yang pasti untuk batuk
kronis didasarkan pada observasi terhadap terapi spesifik yang bisa
mengurangi batuk.
Penelitian menunjukkan bahwa pada 9570 pasien yang mengalami batuk
kronis, penyebabnya antara lain adalah post nasal drip, sinusitis, asma,
penyakit refluks gastroesofagal (GERD), bronkitis kronis karena merokok,
bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan inhibitor ACE. Lima persen
sisanya disebabkan oleh penyakit yang lebih jarang yaitu kanker paru,
sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan aspirasi karena disfungsi Jaring. Jika
tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga bisa disebabkan oleh faktor
psikologis.
Selain dari durasi batuk, berdasarkan ada tidaknya dahak, batuk juga
dibedakan menjadi dua yaitu : batuk kering dan batuk produktif atau berdahak.
Perlu untuk memastikan jenis batuk ini, karena penatalaksanaanya berbeda.
Adapun penggolongan jenis batuk berdasarkan produktivitasnya adalah:
58
2. Batuk tidak Produktif (Kering)
Jenis batuk ini sering membuat tenggorokan terasa gatal sehingga
menyebabkan suara menjadi serak atau hilang. Batuk ini sering dipicu oleh
kemasukan partikel makanan, bahan iritan, asap rokok (baik oleh perokok aktif
maupun pasif), dan perubahan temperature. Pengobatan batuk secara umum
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis batuknya berdahak atau tidak
berdahak. Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan
tidak berdahak yang dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan
antitusif.
Pada batuk kering yang tidak dimaksudkan untuk mengeluarkan sekret
atau gangguan lain dari saluran pernafasan, batuk sebaiknya ditekan, apalagi
bila sangat mengaanggu. Sebaliknya, batuk berdahak sebaiknya tidak ditekan,
karena penekanan dapat menyebabkan retensi sputum yang justru
membahayakan, misalnya menyebabkan obstruksi saluran pernafasan atau
penyebaran infeksi. Namun demikian, jika batuk disertai pengeluaran darah
(hemoptisis), maka batuk harus ditekan untuk mencegah kemungkinan darah
akan masuk ke saluran nafas atau paru-paru.
C. Penyebab Batuk
Batuk dapat dipicu oleh berbagai iritan yang memasuki cabang
trakeobronkial melalui inhalasi (asap, debu, asap rokok) atau melalui aspirasi
(sekresi jalan nafas, benda asing, isi lambung). Jika batuknya disebabkan karena
iritasi oleh adanya sekresi jalan nafas (seperti postnasal drip) atau isi lambung,
faktor pemicunya mungkin tidak dikenal dan batuknya bersifat persisten.
Paparan terhadap iritan semacam itu yang berkepanjangan dapat
menimbulkan inflamasi jalan nafas, yang dapat juga memacu batuk dan
menyebabkan jalan nafas menjadi lebih sensitif. Berbagai gangguan yang
menyebabkan inflamasi, konstriksi dan kompresi jalan nafas dapat juga
menyebabkan batuk. Inflamasi biasanya disebabkan oleh infeksi pernafasan,
baik karena virus maupun bakteri. Pada bronkitis karena virus, inflamasi
59
pernafasan biasanya menyebabkan batuk yang lama, bisa sampai berminggu-
minggu. Infeksi pertussis, kanker paru, adanya infiltrasi granuloma di jalan nafas
juga merupakan penyebab batuk persisten. Penyakit paru parenkimal juga dapat
memicu batuk, antara lain penyakit paru interstisial, pneumonia, dan abses paru.
Gangguan lain yang dapat menyebabkan batuk adalah gagal jantung
kongestif, diduga karena adanya edema di daerah peribronkial dan interstisial.
Penggunaan obat golongan inhibitor ACE sering dihubungkan dengan
kejadian batuk nonproduktif dan terjadi pada 5-20% pasien yang menggunakan
obat ini. Onsetnya biasanya terjadi pada waktu 1 minggu sejak dimulainya
pengobatan, namun bisa juga tertunda sampai 6 bulan setelah pengobatan.
Meskipun mekanismenya tidak diketahui secara pasti, diduga ada kaitannya
dengan akumulasi bradikinin atau substance P yang juga didegradasi oleh enzim
ACE.
D. Patofisiologi Batuk
Pada epitelium saluran nafas (bronkus dan trakea) terdapat lapisan tipis
mukus yang melapisi dan ia dibersihkan oleh gerakan sentripetal suatu escalator
mukosiliar. Batuk bertindak membersihkan jalan nafas ketika terdapat terlalu
banyak benda-benda asing yang terhirup, jika terdapat lendir dalam jumlah
berlebihan akibat sekresi yang berlebihan atau pembersihan lendir terganggu dan
jika ada sejumlah besar substansi abnormal di jalan nafas seperti cairan edema
atau nanah. Refleks batuk dimulai dengan adanya stimulasi pada reseptor. Apa
reseptornya? Reseptor batuk termasuk golongan reseptor yang secara cepat
beradaptasi terhadap adanya iritan.
Studi histologi pada saluran pernafasan baik pada hewan dan manusia
menunjukkan bahwa ada ujung saraf yang berlokasi di dalam epitelium di
hampir sepanjang saluran nafas. Ujung saraf itu paling banyak dijumpai pada
dinding posterior trakea, pada karina dan pada daerah percabangan saluran nafas
utama, lebih sedikit pada saluran nafas bagian lebih bawah, dan tidak ada sama
sekali pada bronkiolus.
60
Di luar saluran nafas bawah, reseptor batuk juga dijumpai pada faring.
Reseptor batuk ini dapat dipicu oleh adanya stimulus kimia maupun mekanis.
Reseptor mekanis sensitif terhadap sentuhan dan perubahan. Mereka
terkonsentrasi di laring, trakea, dan karing. Sedangkan reseptor kimia sensitif
terutama pada adanya gas atau bau-bauan yang berbahaya. Reseptor ini
terkonsentrasi di laring dan bronkus, dan lebih sedikit di trakea. Meskipun kedua
reseptor ini, mekanik maupun kimia, bisa menjadi kurang sensitif jika
dipaparkan pada stimulasi yang berlanjut, reseptor mekanis beradaptasi lebih
cepat. Sebagai contoh, pasien yang mendapatkan intubasi trakea dalam jangka
waktu lama, lama-lama akan menjadi lebih toleran dan tidak sensitif lagi,
sehingga tidak timbul refleks batuk ketika tanpa anestesi.
E. Manifestasi Batuk
Batuk bisa dialami oleh orang dewasa, tetapi anak-anak dan bayi juga
cukup sering mengalaminya. Batuk yang terjadi sesekali itu normal karena dapat
membantu menggerakkan dahak yang bertugas menjaga saluran napas tetap
lembap.
Terkadang, batuk-batuk bisa dirasakan lebih parah di malam hari. Namun,
batuk yang terus-menerus apalagi ditambah gejala lain, seperti demam dan
dahak berwana atau berdarah, dapat menandakan gangguan medis. Selain proses
normal tubuh untuk mengeluarkan benda asing, batuk dapat menjadi gejala suatu
penyakit, seperti flu, penyakit paru, jantung, atau sistem saraf. Dalam hal ini,
kemunculan batuk juga disertai dengan gejala lain, seperti:
a) Pilek.
b) Demam.
c) Lemas.
d) Nyeri tenggorokan.
e) Sulit menelan atau batuk saat menelan.
f) Mengi atau bengek.
g) Sesak napas.
61
F. Diagnosis Batuk
Guna mendapatkan diagnosis penyebab batuk, dokter akan melakukan
beberapa tes diagnostik, seperti rontgen dada dan mengambil sampel dahak
untuk dianalisis di laboratorium. Selain itu, dokter mungkin juga akan
melakukan tes spirometri dengan meminta pengidap bernapas dari tabung yang
terpasang pada mesin. Tes ini bermanfaat untuk membantu dokter menentukan
apakah ada saluran udara yang mengalami obstruksi, seperti yang biasanya
terjadi pada pengidap asma dan emfisema.
Untuk mencari penyebab batuk kronis, bertanya mengenai gejala yang
dialami dan melakukan pemeriksaan fisik. Kemudian untuk memastikan
penyebab tersebut, dokter akan menjalankan beberapa pemeriksaan lanjutan, di
antaranya:
a) Uji pencitraan, seperti foto Rontgen dada dan CT scan, guna melihat
kondisi paru-paru.
b) Tes fungsi paru, untuk mengukur kapasitas paru-paru.
c) Tes dahak, untuk memeriksa kemungkinan infeksi bakteri.
d) Tes asam lambung, untuk mengukur kadar asam lambung di
kerongkongan.
e) Endoskopi, guna melihat kondisi saluran pernapasan, atau kerongkongan
dan lambung.
f) Biopsi, atau pengambilan sampel jaringan dari saluran pernapasan, untuk
diteliti di laboratorium
G. Pengobatan
Umumnya, batuk ringan jarang membutuhkan langkah pengobatan khusus.
Meski begitu, segera periksakan diri ke dokter bila mengalami gejala batuk
sebagai berikut:
a) Lebih dari tiga minggu akibat infeksi virus.
b) Bertambah parah; dan
62
c) Disertai darah, kesulitan bernapas, sakit dada, penurunan berat badan
tanpa alasan jelas, demam, atau terjadi pembengkakan dan muncul
benjolan di leher.
63
Sebagai antitusif ( penekan batuk ) bekerja dengan cara menekan
langsung pada pusat batuk dimedulla dan digunakan untuk mengurangi
frekuensi batuk pada batuk kering non produktif.
b. Pendosisan
Dosis Dewasa
Per oral dan s.c sebagai antitusif 10 - 20 mg tiap 4 - 6 jam maksimal 120
mg per hari. Intra vena tidak dianjurkan.
Dosis pediatri: Per oral, untuk antitusif 2 - 6 tahun 2,5 —5 mg tiap 4 — 6
jam maksimal 30 mg pe hari, 7 - 10 mg tiap 4 -6 jam, maksimal 60 mg per
hari. Lebih dari 12 tahun sama dengan dosis dewasa. Dosis geriatri: sama
dengan dosis dewasa. Kondisi yang lain : Pada pasien hyposia atau
hiperkapnia dosis awal dikurangi.
c. Kontra Indikasi
Pada batuk berdahak, depresi pernanafasan, gangguan fungsi hepar,
hipersensitif terhadap Kodein. .
64
e. Interaksi Obat
Penggunaan bersama penghambat CYP2D6 seperti Ouinidine akan
menurunkan efek analgetika dari kodein.
2. DEKSTROMETORFAN
a. Farmakologi Dan Indikasi
Dekstrometorfan merupakan D isomer dari Kodein, namun tidak
menunjukkan sifat sebagai analgetika dan tidak menimbulkan adiktif. Obat
ini bekerja sebagai antitusif (penekan batuk) pada batuk kering non
produktif dengan aksi sentral. Pada dosis lazim, obat ini dapat menekan
pusat batuk di medulla, namun hanya sedikit berpengaruh menekan
pernafasan, sistem kardio vaskular dan saluran pencernaan. Kerja antitusif
obat ini dapat juga melalui blokade reseptor batuk di saluran pernafasan.
b. Pendosisan
65
Dosis Dewasa
Sebagai penekan batuk per oral 10 - 30 mg tiap 4 - 8 jam, maksimal 120
mg per hari. Bentuk sediaan lepas lambat 60 mg tiap 12 jam.
i. Kontraindikasi
Pada pasien yang menggunakan terapi penghambat MAO, hipersensitifitas
terhadap Dekstrometorfan.
k. Interaksi Obat
Penggunaan bersama-sama dengan antidepresan penghambat MAO dapat
menyebabkan hipotensi, hiperpireksia, mual, muntah dan koma. Interaksi
juga dapat terjadi pada penggunaan bersama-sama obat yang menghambat
metabolisme Dekstrometorfan melalui hambatan terhadap enzim CYP2D6,
namun belum ada laporan yang menunjukkan timbulnya akibat yang
serius.
66
l. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Obat ini jangan digunakan untuk pasien dengan batuk kronis atau batuk
dengan sekresi yang berlebihan .
b. Indikasi
Untuk meringankan batuk yang berhubungan dengan infeksi pada
saluran pernafasan seperti sinusitis, pharyngitis, bronchitis dan asma
dengan mucus yang kental
67
c. Pendosisan
Dosis Dewasa
Sebagai expectoran per oral 100 - 400 mg tiap 4 jam, bentuk lepas lambat
600- 1200 mg tiap 12 jam maksimal 2,4 g per hari.
d. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap gusiafenesin.
f. Interaksi obat
Belum diketahui
68
h. Intruksi/informasi pada pasien
Obat diminum dengan menggunakan cairan dalam jumlah banyak untuk
menjamin aksi obat. Laporkan apabila batuk menetap lebih dari 1 minggu,
berulang-ulang atau diikuti oleh demam, rash atau sakit kepala yang
menetap segera konsultasikan ke dokter. Dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan mual dan muntah.
4. BROMHEKSIN HIDROKLORIDA
a. Farmakologi
Brombeksin HCL bekerja sebagai mukolitika dengan jalan memutus
serat-serat mukopolisaccharida yang terdapat pada dahak sehingga
viskositas dahak berkurang dan mudah dikeluarkan.
b. Indikasi
Bromheksin HCL : digunakan sebagai mukolitik pada batuk dengan
dahak yang kental seperti pada bronchitis, empisema dan cystic fibrosis.
c. Pendosisan
Dosis dewasa per oral 3x4 sehari 8 — 16 mg
Pediatri: 3 X sehari 1,6-8 mg tergantung usia
d. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Bromiheksin HCL
69
e. Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD)
Gangguan pada saluran cerna, pusing
5. AMBROKSOL HIDROKLORIDA
a. Farmakologi
Ambroksol bekerja sebagai mukolitika dengan jalan memutus serat-serat
mukopolisacharida yang terdapat pada dahak sehingga viskositas dahak
berkurang, dengan demikian dahak akan mudah kekeluarkan.
b. Indikasi
Ambroksol digunakan sebagai 'mukolitik pada gangguan
saluran .pernafasan akut maupun kronis terutama pada eksaserbasi
bronchitis kronis, bronchitis asmatik dan asma bronkiale.
g. Pendosisan
Dosis dewasa per oral 2 - 3x sehari 1 tablet (30 mg) Pediatri :
2 - 6 tahun 3 x sehari ½ sendok teh (2,5 ml) sirup
6—12 tahun 2-3 x sehari 1 sendok teh (5 ml) sirup
kurang dari 2 tahun 2 x sehari "4 sendok teh (2,5 ml) sirup
h. Kontraindikasi
70
Hipersensitif terhadap Ambroksol
6. ACETYLCYSTEINE
a. Farmakologi
Mekanisme kerja obat ini bekerja sebagai mukolitik melalui
kelompok sulfhidril bebasnya yang membuka ikatan disulfida
dalam mucoprotein, sehingga menurunkan viskositas lendir.
71
b. Indikasi
Digunakan untuk terapi mukolitik (mengencerkan dahak) pada
penyakit bronkial, paru-paru akut dan kronik dengan lendir pekat,
bronkitis akut dan kronik, efisema paru.
c. Pendosisan
Dosis Dewasa
Sebagai Mukolitik 200 mg,3 x sehari,
d. Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif terhadap Asetilsistein.
f. Interaksi obat
Tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat antitusif,
tetrasiklin HC danGliserol Trinitrate.
72
i. Bentuk Sediaan, Nama Dagang atau Nama Paten
Generik : Acetylcysteine tablet 200 mg/tablet
Paten : FluiMucil 200 mg/granul,
Nyxtex 200 mg/kapsul,
150 ml/dry syrup.
Tablet Effervescent Acetin 600 mg.
N-Ace Inhalation 100 mg/ml.
H. Penatalaksanaan Terapi
1. Tujuan Terapi
2. Strategi Terapi
a. Terapi non-farmakologi
Untuk batuk akut dan subakut yang umumnya bisa sembuh dengan
sendirinya, terapi nonfarmakologi dilakukan dengan cara menghindari
pemicu/perangsang batuk yang dapat dikenali, seperti merokok, makan
makanan berminyak, dll. Minum air banyak-banyak cukup membantu agar
kerongkongan tidak kering yang kadang dapat memicu batuk.
73
b. Terapi farmakologi
a. Antitusif
Selain obat golongan obat tadi, antitusif yang sangat luas dipakai adalah
dekstrometorfan yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan banyak
dijumpai pada sediaan obat bebas terbatas.
74
Obat Dosis dan Interval
Dewasa Anak-anak
Kodein 10- 20 mg setiap 4-6 jam jika 2-6 tahun : 0,25 mg/kg sampai
perlu (tidak boleh lebih dari 120 4x sehari
mg/ hari) 6-12 tahun : 5-10 mg setiap 4-6
jam jika perlu (tidak boleh lebih
dari 60 mg/ hari)
b. Ekspektoran
75
c. Mukolitik
Dewasa Anak-anak
76
Studi mengenai efek mukolitik terhadap penurunan frekuensi batuk
menunjukkan hasil yang inkonsisten, dimana sebagian studi melaporkan
bahwa mukolitik seperti bromheksin misalnya, tidak memiliki efek
terhadap batuk pada pasien bronkitis kronis. Efek terhadap batuk baru
dapat terdekteksi pada jumlah populasi penelitian yang lebih besar.
77
Resep I
R/ acetylsysteine X
S. 2 d d 1 tab
R/ Oseltamivir XX
S.2 d d 2 tab
R/ Vitamin D3 1000 IU X
S.1 d d 1 tab
R/ Zink X
S. 2 d d 1 tab
Admistrasi Farmasetika
78
Komponen Resep Ada (✓); Tidak Ada(✓)
79
akan diproduksi didalam tubuh ketika tubuh
terkena sinar matahari dimana senyawa
kolekalsiferol akan diubah menjadi senyawa
kalsitriol yang diproduksi di ginjal kemudian
diedarkan ke bagian-bagian tubuh yang
membutuhkan, terutama tulang dan gigi.
Zink : Diindikasikan untuk obat ini digunakan
untuk membantu memperkuat sistem
kekebalan tubuh, dan mengatasi defisiensi
zinc pada kasus diare,dengan mekanisme
kerjanya kofaktor enzim akan melindungi
membran sel terhadap lisis yang disebabkan
oleh aktivasi komplemen dan pelepasan zat
toksin.
Duplikasi -
80
● Reaksi Reaksi hipersensitivitas
(misalnya urtikaria, ruam kulit,
hipotensi, mengi, dispnea).
● Gangguan saluran pencernaan: mual,
muntah.
● Berpotensi fatal: Reaksi
hipersensitivitas serius (misalnya
bronkospasme, angioedema).
Oseltamivir : Sakit perut, sakit kepala, diare,
mual dan muntah, sulit tidur
Vitamin D3 1000 IU : Hiperkalsemia,
hiperkalsiuria, pruritus, ruam, urtikaria, reaksi
hipersensitivitas, mual, muntah
Zink :Gangguan gastrointestinal: Sakit perut,
dispepsia, mual, muntah, diare, iritasi
lambung, gastritis.
Interaksi -
3. Kesesuaian Dosis
Resep II
81
R/ mucus no x
S.2 d d 0,5 ml
Admistrasi Farmasetika
82
Komponen Resep Ada (✓); Tidak Ada(✓)
Duplikasi -
Interaksi -
3. Kesesuaian Dosis
Resep III
83
R/ ambroksol syirup 1
S.3 d d 1
Admistrasi Farmasetika
84
Komponen Resep Ada (✓); Tidak Ada(✓)
Duplikasi -
Interaksi -
3. Kesesuaian Dosis
BAB V
PENUTUP
85
a. Kesimpulan
Selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek FIFA Farma
berlangsung, Praktikan/Mahasiswa didapatkan beberapa simpulan diantaranya:
1. Perencanaan dilakukan menurut metode konsumen karena melihat
konsumsi atau kebutuhan dari paisen sakit.
2. Pengadaan barang yang dilakukan yaitu seperti golongan obat bebas,
obat bebas terbatas, psikotropik dan narkotik
3. System organisasi, Administrasi, keuangan dan pengawalan di
Apotek FIFA Farma telah berjalan dengan baik
4. Penyakit Batuk yang ada di lingkungan Apotek dapat dianggap
cukup banyak, dimulai dari balita sampai lansia. Untuk pencegahan
penularan, kami anjurkan untuk selalu memakai masker setiap
melakukan kegiatan.
a. Saran
Untuk mengantisipasi jumlah persediaan yang tidak terkontrol dan
konsumen menurun, perlu ditingkatkan pelayanan dan pengelolaan dalam
beberapa hal meliputi:
1. Menjalankan kembali Kartu Stok dalam me-manage sirkulasi
barang di gudang perbekalan Apotek.
2. Mengurangi pengadaan Obat yang jarang sekali dikeluarkan,
sehingga dapat meminimalisir penumpukkan obat dalam satu
etalase sesuai tempatnya.
3. Demi keamanan dan kenyamanan, agar pemantauan lebih efektif
CCTV Apotek ditempatkan pada tempat yang lebih strategis.
4. Diadakannya pelayanan resep racikan dari dokter agar lebih
lengkap dalam pharmaceutical care kepada masyarakat.
86
DAFTAR PUSTAKA
87
Program Keahlian Farmasi. 2015. Laporan Praktek Kerja Lapangan Di
Apotek An-Nur Tasikmalaya. SMK Bhakti Kencana Tasikmalaya
2015.
Lacy C.F., Armstrong L.L., Goldman M.P., Lance L.L., 2001-2002, Drug
Information Handbook, LexiComp Inc, Hudson, Ohio.
Tjay, T.H Raharja, K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi 5, PT Elexmedia Komputindo, Jakarta.
88
89
Lampiran
90
Surat Pesanan di Apotek FIFA Farma
91
92