Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini, dalam setiap bidang pekerjaan banyak diperlukan tenaga kerja yang
terampil, handal, dan kompeten dalam bidangnya. Namun pada kenyataannya, seringkali
perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang kompeten.
Penyebab utama dari permasalan tersebut adalah tenaga kerja yang baru menyelesaikan
studi belum siap beradaptasi terhadap lingkungan kerja yang lebih keras dan kurangnya
pengalaman kerja di lapangan. Perubahan dari studi akademik ke dunia kerja dirasa
sangat berbeda, hal ini merupakan kendala utama bagi calon tenaga kerja. Selain itu,
kurangnya pengetahuan yang diterima selama masa pembelajaran di sekolah juga
menjadi faktor utama dalam mereka beradaptasi. Waktu tiga tahun selama menuntut ilmu
tidaklah cukup untuk dapat mempelajari dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk
dapat menjadi tenaga kerja ahli. Pengalaman juga menjadi faktor penting untuk bisa
menjadi tenaga ahli yang handal dan berkompeten, karena itu calon tenaga kerja dituntut
untuk bisa beradaptasi dan mengoptimalkan kemampuan diri sehingga mereka dapat
bersaing di dalam dunia kerja nantinya.
Dengan adanya latar belakang masalah tersebut, maka institusi pendidikan
mengatasinya dengan mengadakan Kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN),
khususnya dalam kejurusan Farmasi, SMK Tunas Mandiri.
Kejuruan Farmasi ini mewajibkan setiap peserta didik, SMK Tunas Mandiri untuk
melaksanakan proses bekerja pada beberapa tempat pelayanan kesehatan yang
menangani bidang farmasi, sebagai pembelajaran dan bekal bagi peserta didik agar
mereka mempunyai pengalaman bekerja di dunia nyata, pengalaman terjun langsung di
lapangan, dan agar wawasannya terbuka dalam melihat setiap permasalahan dalam
bidang desain interior. Dengan adanya program tersebut, diharapkan mahasiswa dapat
mampu mengaplikasikan ilmu teori yang telah mereka dapat selama kuliah ke dalam
proyek nyata dan mempunyai bayangan akan kerja di dunia nyata, sehingga tidak merasa
kaget ketika akhirnya terjun dalam dunia kerja setelah dinyatakan lulus dari Sekolah.
Syarat pelaksanaan Kegiatan Pratik Kerja Industri (PRAKERIN) di bidang studi
Farmasi, SMK Tunas Mandiri, adalah lebih kurang 3 bulan, dengan tempat pelaksanaan
Kegiatan PRAKERIN yang berbeda di setiap bulannya (Puskemas, Apotek,
Klinik/Rumah Sakit). Pada prakteknya, pelaksanaan syarat PRAKERIN ini bergantung
pada kebijakan yang diberikan oleh masing-masing instalasi farmasi. Dalam jangka
waktu tersebut, praktikan harus melaporkan kegiatan dan program apa saja yang
dilakukan selama melakukan proses Kerja Praktek agar pekerjaan yang dilakukan bisa
terpantau dengan baik dan tidak keluar dari jalur pekerjaan yang diharuskan bagi seorang
calon Asisten Tenaga Kerja Kefarmasian.
Laporan kerja praktek ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan kegiatan
PRAKERIN dan sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta didik jurusan Farmasi
SMK Tunas Mandiri setelah melaksanakan PRAKERIN di salah satu tempat pelayanan
Kesehatan tertentu. Pelaksanaan Kerja Praktek ini diwajibkan bagi seluruh peserta didik
jurusan farmasi sebagai sarana pelatihan sebelum masuk ke dalam dunia kerja pada saat
lulus di kemudian hari.
Apotek Kimia Farma Juanda menjadi objek kami untuk menulis laporan PRAKERIN
selama lebih kurang 1 bulan masa kerja. Penulisan laporan ini menitikberatkan pada tiga
aspek utana, yaitu pembahasan profil Apotek, Pengelolaan sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) di Apotek, serta Pelayanan Kefarmasian yang kami lakukan
selama menjalani kegiatan PRAKERIN.

1.2 Maksud
Pembuatan Laporan PRAKERIN ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran situasi
dan kondisi serta pelaksanaan pelayanan kesehatan dan kinerja Apotek Kimia Farma
Juanda.

1.3 Tujuan
Tujuan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PRAKERIN), yaitu:
1. Menyajikan hasil-hasil pengalaman dan pengamatan selama melaksanakan kegiatan
PRAKERIN di Apotek.
2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang didapat selama pembelajaran disekolah ke
dalam dunia kerja.
3. Membangun mentalitas peserta didik dalam menggali dan melakukan Pelayanan
Kefarmasian di luar lingkungan sekolah.
4. Memberi bekal peserta didik dalam menggali, meneliti dan menganalisis berbagai
aspek yang ada pada bidang Kesehatan khususnya bidang Farmasi.
5. Memberi ruang kepada peserta didik untuk berjejaring (networking) dengan
lembaga, masyarakat dan institusi yang relevan.

Kegiatan Praktek Kerja Idustri (PRAKERIN) pastinya memiliki suatu tujuan yang
dapat mengembangkan kompetensi siswa-siswi yang melakukan kegiatan PRAKERIN,
berikut merupakan tujuan-tujuan dari dilakukannya kegiatan PRAKERIN, yaitu :
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik kerja lapangan ini siswa-siswi mampu memahami
dan mampu melakukan serta memberikan pelayanan kefarmasian dengan
pendekatan Pharmaceutical Care sebagai calon Asisten Tenaga Teknis
Kefarmasian

b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik kerja lapangan siswa mampu :
1. Mengenal peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab seorang Asisten
Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek.
2. Melakukan pekerjaan kefarmasian
3. Memahami pelayanan kefarmasian di Apotek
4. Memahami istilah-istilah yang biasa digunakan dalam dunia kerja
kefarmasian.
5. Memahami manajemen kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di
Apotek.
6. Memahami dan mampu melakukan/merealisasikan pelayanan kefarmasian
dengan pendekatan Pharmaceutical Care sebagai Asisten Tenaga Teknis
Kefarmasian

1.4 Manfaat
Manfaat Laporan Kegiatan Prakerin antara lain, sebagai berikut :
1. Bagi penulis,
dapat memahami lebih dalam tentang dunia industri dengan segala permasalahan
yang dihadapi, dapat menganalisa sistematika kerja di Apotek dalam menangani
setiap Pelayanan Kefarmasian, serta menjadi bekal yang baik ketika penulis akan
terjun ke dunia kerja.
2. Bagi SMK Tunas Mandiri,
agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten dan siap kerja
serta sebagai media dalam menjalin hubungan kerja sama dengan Apotek Kimia
Farma Juanda dalam rangka pengembangan pendidikan,
3. Bagi Apotek Kimia Farma Juanda,
Laporan Kerja Praktek ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti untuk
memperbaiki kinerja Apotek dan menguraikan sejumlah permasalahaan yang belum
diketahui selama ini.
4. Bagi Pembaca,
agar Laporan PRAKERIN ini dapat dijadikan sebagai acuan yang berarti serta
sumber inspirasi yang bermanfaat di kemudian hari.

Kegiatan PRAKERIN juga memiliki banyak manfaat dalam mengembangkan


kompetensi peserta didik untuk lebih mengenali dunia industri, hal ini membuat
PRAKERIN menjadi suatu kegiatan yang bisa membantu peserta didik untuk mengetahui
apa saja yang dilakukan/terjadi saat sudah memasuki dunia industri nantinya, berikut
manfaat dari kegiatan PRAKERIN antara lain, sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai kehidupan bermasyarakat dan apa saja
masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
2. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah kejuruan
dalam kehidupan masyarakat.
3. Melatih dan meningkatkan softskill siswa/siswi dalam bidang kefarmasian.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Istilah istilah yang harus diketahui dan dipahami


2.1.1 Tempat Pelayanan Kefarmasian: Apotek
A. Apotek
Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
B. Standar Pelayanan Kefarmasian
Tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
C. Pelayanan Kefarmasian
Suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
D. Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA)
Apoteker yang melaksanakan tugas dalam mengelola apotek.
E. Resep
Permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
F. Salinan resep atau Copy resep
Salinan yang dibuat apoteker dimana obat berdasarkan resep asli dari dokter. Copy resep
dapat memudahkan pasien dalam melihat obat apa yang pernah ditebus ke apotek
sebelumnya.Jika di dalam resep tertulis "iter" yang berarti resep boleh ditebus sebanyak "iter"
yang tertera.
G.. Apoteker Pendamping
Apoteker yang bekerja di Apotik di samping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
H. Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri
atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
I. ATTK (Asisten tenaga teknis kefarmasian)
Asisten tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari lulusan SMK Farmasi.

2.1.2 Pengetahuan Tentang Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis Pakai
Sediaan farmasi adalah zat apapun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi
organisme saat dikonsumsi. Sediaan farmasi di Apotek adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika.
1. Sediaan obat Apotek
A). Pulveres (serbuk bagi)
Sediaan padat yang berbentuk serbuk yang dikemas dalam beberapa bungkus kertas
perkamen sesuai dengan jumlah yang tertera pada resep dan biasanya digunakan untuk
pemakaian oral
Contohnya: Tay pin san cap kupu-kupu puyer, Bintang Toedjo no. 16
B). Pulvis (serbuk tidak terbagi)
Di tunjukkan untuk pemakaian luar dengan cara ditaburkan
Contohnya: Bedak salicyl Kf, Bedak herocyn, caladine powder
C). Kapsul
Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras/ lunak yang dapat larut dan
digunakan untuk pemakaian oral
Contohnya: omeprazole, lansoprazole, diapet, dll
D). Tablet
Sediaan padat yang dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih dengan
permukaan kedua cembung dan mengandung satu/ lebih jenis obat/ tanpa zat tambahan
Contohnya: Ceteme, glukosamin, Bodrex, neuralgin, voltadex, mulacort, dll
-) Tablet sublingual: di letakan di bawah lidah
Contohnya: isosorbide dinirate
-) Tablet salut gula tablet kempa yang salut dengan penyalut gula
Contohnya: Enervon c, vitalong c, Ester C holisticare, dll
-). Tablet kunyah: tablet jenis ini meninggalkan rasa enak di rongga mulut dan mudah ditelan
dan lidah meninggalkan rasa pahit/ tidak enak
Contohnya: polysiline, antasida doen, dll
-). Tablet hisap: sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat lainnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut/ hancur perlahan dalam mulut
Contohnya: imbost, Curcuma, sakatonic
E). Salep
Sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir, bahan obat obatan larut/ terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
Contohnya: Voltaren gel, voltadex gel, dll
F). Emulsi
Sediaan 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi
Contohnya: scoot's emulsions
G). Guttae (obat tetes)
Sediaan cair berupa larutan, emulsi, suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam/luar
Contohnya: Insto, Cendo Lyteers
 Contoh contoh obat yang tersedia di apotek:
a. Amoxan k. Polysilane Suspensi
b. Epexol l. Hufamag
c. Hufagesik m. Imboost
d. Alphanol n. Hemaviton
e. Lameson o. Ambeven
f. FG Troches p. Antalgin
g. Carbidu q. Lerzin
h. Hufadon r. Yusimox
i. Mylanta syrup s. Proved D3-1000
j. Dulcolac t. Zegavit

3. Alat Kesehatan Dan Bahan Medis Habis Pakai


Menurut Wikipedia bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditunjukan untuk
sekali pakai (single us) dan di gunakan untuk menunjang proses pengobatan.
Contoh contoh alat kesehatan & BMHP yang tersedia di apotek:
a. Jarum suntik f. Alat antigen
b. Masker medis g. Plester/perban
c. NaCl h. Selang infus
d. Masker medis i. Sarung tangan
e. Kasa steril j. Face shield
4. Obat Dan Resep Resep Dengan Obat Narkotika Dan Psikotropika
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
Contoh obat Narkotika :
a. Morfin d. Heroin
b. Ganja e. Opium
c. Kokain

Psikotropika adalah suatu zat atau obat alamiah maupun sintetis yang bukan narkotika
dan memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif yang terjadi pada susunan saraf
pusat sehingga dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental maupun perilaku.
Contoh obat Psikotropika :
a. Phenobarbital d. Volium
b. Amfetamin e. Shabu
c. Sedatin

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


2.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat.
B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
D. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out).
E. Pemusnahan dan penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri.
F. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
G. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang
dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.

2.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik


A. Pengkajian resep/skrining
Pengkajian dan Pelayanan Resep kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. (1)
a) Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf; dan
3. tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat)

b) Pertimbangan klinis meliputi:


1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping
Obat, manifestasi klinis lain);
5. kontra indikasi; dan

B. Alur pelayanan resep


Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap
tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
Obat (medication error). (1)

C. Alur pelayanan non resep


Menurut Repository pelayanan obat non resep pelayanan obat non resep merupakan
pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan
swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep
yang meliputi obat wajib apotik (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). (1)

D. Pelayanan informasi obat


Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat
bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain. (1)
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu

2.3 Pelayanan peracikan berdasarkan resep dokter


2.3.1 Alat peracikan yang tersedia di apotek:
A. Lumpang
B. Timbangan halus dan kasar
C. Klip plastik
D. Pot salep
E. Cangkang kapsul
F. Kertas perkamen
G.Etiket

2.3.2 Peracikan obat


1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk obat dalam/oral;
b. Warna biru untuk obat luar dan suntik;
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuntuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.

2.4 Pelayanan BPJS di Apotek


1. Prasyaratan menjadi pasien BPJS
Untuk menebus obat di apotek bpjs di luar rumah sakit, maka
persyaratannya adalah sebagai berikut:
1. Salinan resep
2. Salinan Surat eligibilitas peserta dari rumah sakit.
3. Copy Kartu BPJS
4. Copy Kartu Keluarga (KK), tidak wajib namun lebih baik disiapkan
karena beberapa kasus pihak apotek bpjs suka memintanya.
5. Copy KTP. BawaBawa berkas tersebut ke apotek bpjs pada saat anda
ingin menebus obat yang diminta, anda akan mendapatkan obat tersebut
secara gratis tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun.

2. Pelayanan obat BPJS di Apotek


Pelayanan BPJS secara gratis di apotek :
1) Bawa salinan resep
2) kepada pihak apotek rumah sakit untuk membuatkan surat keterangan bahwa
obat yang dimaksud stocknya habis atau tidak tersedia.
3) Bawa kedua berkas di atas ke petugas bpjs center yang terdapat di rumah sakit,
silahkan utarakan maksud anda untuk menebus obat di luar apotek rumah sakit
agar biayanya ditanggung oleh BPJS.
4) Pihak BPJS akan membuatkan salinan surat eligibilitas peserta untuk
melengkapi berkas persyaratan penebusan obat gratis di luar apotek rumah
sakit.
5) Selanjutnya setelah berkas di atas lengkap, maka anda bisa menuju apotek-
apotek yang sudah bekerjasama dengan BPJS yang terdapat di kota anda. Jika
anda tidak tahu nama apotek yang sudah bekerjasama dengan bpjs, anda bisa
meminta informasi dari petugas bpjs di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai