Untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan Program Studi S-1 Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Kudus.
Oleh :
Dhian Rachma Mulida
NIM. F120155034
Pembimbing :
Aji Tetuko, M.Sc., Apt.
Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Harapan Kita L-24 Jepara telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui :
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktek Kerja
lapangan Program Studi S-1 Farmasi, Universitas Muhammadiyah Kudus.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menemui kesulitan-kesulitan, karena itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih
dan penghargaan yang sedalam-dalamnya karena telah banyak membantu dan memberi
bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini, diantaranya kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa karena atas Rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktek Kerja Lapangan ini.
2. Keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil
sehingga laporan ini terselesaikan.
3. Bapak Ir. Ali Mukarrom selaku Direktur di Dunia Usaha.
4. Ibu Apidina Cahyaning Febriani S.Farm.,Apt. selaku pembimbing di Dunia Usaha.
5. Bapak Aji Tetuko, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing dari Universitas
Muhammadiyah Kudus.
6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Harapan Kita L-24 Jepara.
7. Rekan-rekan mahasiswa Prodi S-1 Farmasi angkatan 2015 di Universitas
Muhammadiyah Kudus.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa selalu
memberi dorongan dan semangat, sehingga penulis dapat melanjutkan penyusunan
laporan ini hingga selesai pada akhirnya.
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Tujuan PKL
D. Manfaat PKL
E. Ruang Lingkup Materi PKL
F. Metode Pengumpulan Data
A. Landasan Teori
a. Definisi Apotek
b. Persyaratan Apotek
c. Tugas dan fungsi Apotek
d. Permohonan Perizinan Apotek
e. Tentang Apotek Harapan Kita L-24
f. Pelayanan Apotek Harapan Kita L-24
g. SDM
h. Sarana dan prasarana yang ada di Apotek Harapan Kita L-24
i. Lokasi Apotek Harapan Kita L-24
j. Tata Letak
k. Kategori item tersedia di Apotek Harapan Kita L-24
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. pelayanan
C. Pelayanan Resep
D. Pelayanan non Resep
E. Pelayanan PIO / KIE
F. Dokumentasi Pekerjaan Kefarmasian
G. Manajemen dan Administrasi
H. Komunikasi Interpersonal
I. Pengelolaan Sediaan Kadaluarsa
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skrinning Resep
2. Copy Resep
3. Rak Obat generik
4. Rak Alat Kesehatan
5. Lemari penyimpanan sirup dan rop
6. Faktur
7. Etiket
8. Lemri penyimpanan Narkotik dan Psikotropik
9. Rak tempat vitamin sirup dan drop
10. Sediaan yang disimpan dalam lemari pendingin
11. Contoh swalayan farmasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang dimana dunia kesehatan sangat berperan
penting dalam kemajuan zaman di negara ini. Dunia kesehatan di Indonesia sudah
mengalami kemajuan dengan adanya teknologi penunjang kesehatan untuk pelayanan
yang setingi-tingginya.
Peran dan fungsi kefarmasian khususnya pelayanan kefarmasian di apotek
masih belum begitu dirasakan oleh masyarakat. Salahsatu penyebabnya yaitu mutu
pelayanan yang diberian oleh tenaga farmasi di apotek masih belum optimal. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di apotek ini, salahsatu langkah dan upaya
yang dilakukan adalah peran serta sarjana farmasi di apotek.
Hal-hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa para sarjana farmasi
memiliki latar belakang pendidikan kefarmasian. Maka untuk merealisasikannya di
masyarakat khususnya di apotek, sarjana farmasi harus memiliki pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan yang memadai sehingga dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Berkaitan dengan hal-hal diatas maka pendidikan Program S1 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) selama dua minggu. Dengan kegiatan ini diharapkan mahasiswa/i dapat lebih
memahami dan mengimplementasikan secara teoritis dengan di lapangan yang
meliputi : peracikan, manajemen, administrasi, pelayanan resep, komunikasi dengan
pasien dan pendistribusian obat.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
2. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 13 tentang Apotek.
6. Peraturan Presiden No. 35 tahun 2015 tentang Kementrian Kesehatan.
7. Permenkes No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin, Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
8. Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
9. Permenkes No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Kesehatan.
10. Permenkes No. 28 Tahun 2011 tentang Klinik.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang persyaratan Apotek.
C. Tujuan PKL
1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang membentuk
kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan – kegiatan penyelenggara program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial
budaya.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan lapangan kerja
yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan farmasi, rumah sakit, puskesmas, PBF, gudang farmasi, apotek dan
penyuluhan alat kesehatan kepada masyarakat.
4. Menumbuh kembangkan dan memanfaatkan sikap profesionalisme yang
diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri pada
suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan teknologi baru
dan lapangan kerja di sekolah dan sebaliknya.
7. Memperoleh masukan guna memperbaiki dan mengembangkan serta
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan farmasi.
8. Memberikan peluang kerja bagi mahasiswa apabila telah menyelesaikan
pendidikan farmasi.
D. Manfaat PKL
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
diharapkan dapat menghasilkan Ahli Farmasi yang mampu menjalankan peran dan
fungsi sesuai dengan profesinya di bidang kesehatan, khususnya farmasi berdasarkan
sumpah, kode etik, peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
Ahli Farmasi mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
PSA
APA
1.
Karyawan
1. Inne Desiana
2. Nikmatus Sa’adah
3. Meisella
4. Hanna salafia
5. Ulin
D. Tugas dan wewenang
Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas), sehingga
setiap pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung jawabnya.
Pembagian tugas di dalam apotek adalah sebagai berikut :
a. Apoteker
1) Tugas dan Kewajiban Apoteker :
a) Memimpin seluruh kegiatan apotek
b) Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
(1) Administrasi kefarmasian
(2) Administrasi keuangan
(3) Administrasi penjualan
(4) Admiistrasi barang dagangan dan inventaris
(5) Administrasi personalia
(6) Administrasi bidang umum
c) Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan
d) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan rencana kerja, yaitu dengan cara
meningkatkan omzet, mengadakan pembelian sehat (menandatangani
SP) dan penekanan sejauh mungkin terhadap biaya exploitasi/ tak
langsung lainnya.
e) Melakukan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan apotek
2) Tanggung jawab :
a) Di bidang keuangan : Penggunaan secara efisien, Pengamanan dan
kelancaran
b) Di bidang persediaan barang : Pengadaan yang sehat, ketertiban
penyimpanan dan pengamanan
c) Di bidang inventaris : Penggunaan yang seefisien mungkin,
pemeliharaan serta pengamanannya
d) Di biang personalia : Ketentraman kerja, efisiensi dan strategi
e) Di bidang umum : Kelancaran, penyimpanan dan pengamanan
dokumen-dokumen
BAB III
ASPEK KHUSUS
A. Landasan Teori
a. Definisi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan
kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian
juga meliputi dalam pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi
atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan dalam sediaan farmasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan apotek
adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Undang-Undang
RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan perbekalan kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetik.
Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang wajib
menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di apotek merupakan bentuk
pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasiannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Persyaratan Apotek
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apoteker (SIA).
Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana
apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu tempat tertentu. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002.
disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah:
a) Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi
yang lain di luar sediaan farmasi.
c) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan
farmasi
Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek, antara
lain:
a) Tenaga Kerja/Personalia Apotek
Menurut Permenkes No. 889 tahun 2011, Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpat jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah
tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
j. Tata Letak
Penataan obat di apotek Harapan Kita L-24 berdasarkan :
1) Bentuk sediaan ( tablet, sediaan syrup, dry syrup, salep dan krim, sediaan tetes
mata, hidung, telinga, oral drop ).
2) Kelas terpai ( obat hipertensi, jantung, diabetes, antibiotik, asma, anti alergi,
analgetik ).
3) Obat Narkotik dan Psikotropik disimpan dalam lemari khusus yang dibedakan
dengan obat lain.
C. Pelayanan Resep
Pelayanan obat atas resep dilakukan sebagai berikut :
TTK menerima resep dari pasien
TTK melihat kelengkapan resep
TTK menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien
Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui, kasir menyerahkan struk
kepada pasien sebagai bukti pembayaran
Kasir menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyiapkan
barang atau obat yang diminta dalam resep
Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa
kembali kesesuaian obat dengan resep
TTK menvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi dosis, cara
pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan
Resep diserahkan kepada penanggung jawab peracikan untuk diarsipkan.
Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka TTK membuatkan
salinan resep dan / atau kwintansi pembayaran.
3. Evaluasi apotek
Pengawasan keuntungan di Apotek dilakukan dengan melihat stok opname
yang dilakukan setiap akhir tahun, hal ini dilakukan dengan cara :
a) Mendata oabt-obat yang mendekati tanggal kadaluwarsa.
b) Mendata obat-obat yang sudah kadaluwarsa.
c) Kemudian dilakukan pendataan jumlah seluruh obat yang masih baik
untuk dihitung nilai harganya dan kemudian dimasukkan dalam
perhitungan Neraca Rugi Laba.
H. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. (Mulyana,
2007)
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik
secraa verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang
hanya dua orang seperti dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya.
(Mulyana, 2007)
Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang
terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang
mewancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.
(Rakhmat, 1994)
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau
pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar
banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal
memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri
kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
Apotek Harapan Kita L-24 adalah apotek yang berada di Jalan Raya Km.16 Jepara-
Kudus, Kalinyamatan Jepara. Apotek berada di lokasi yang cukup strategis dan mudah
dicapai oleh masyarakat, karena apotek terletak ditepi jalan raya yang dilalui kendaraan dua
arah, banyak dilalui oleh angkutan umum, berdekatan dengan pemukiman penduduk, bank,
klinik, sekolah, dan rumah makan yang dapat turut menunjang keberhasilan apotek. Sebelum
adanya Apotek Harapan Kita L-24 sudah mendirikan apotek yaitu Apotek Harapan Kita yang
berlokasi di Jl. Simpang Gotri No.3 Kalinyamatan Jepara yang berdiri pada tahun 1995.
Berkat adanya dukungan atau motivasi dari orang tua terciptalah Apotek Harapan Kita L-24
yang dipimpin oleh Ir. H. Ali Mukarrom, dan mempunyai Apoteker yang bernama Apidina
Cahyaning Febriani S.Farm.,Apt sampai saat ini. Apotek Harapan Kita L-24 berkembang
pesat sampai sekarang karena mempunyai pelayanan yang sangat bagus dan masyarakat
sangat percaya akan kualitas pelayanan.
Pengelolaan di apotek Harapan Kita L-24 meliputi perencanaan, Pengadaan,
Penerimaan, Penyimpanan, Pelayanan, Penyerahan, Pencatatan dan Pelaporan yang akan
dibahas sebagai berikut :
a) Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan baik dan sistematis karena dilakukan
oleh petugas di Apotek Harapan Kita L-24 dengan menggunakan data dari pola penyakit,
pola konsumsi serta data dari hasil penjualan.
b) Pengadaan
perbekalan farmasi yang dalam hal ini penyalurnya adalah Pedagang Besar Farmasi
(PBF) dan di lengkapi dengan nama, alamat, nomor telepon, daftar harga masing-masing
penyalur dan penentuan waktu pembeliannya.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Penerimaan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) mengantar obat yang dipesan sesuai dengan SP dan
membawa faktur yang kemudian dilakukan penerimaan oleh petugas apotek yang
sebelumnya barang diperiksa terlebih dahulu sesuai apa tidak dengan jumlah dan jenis barang
yang dipesan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas apotek meliputi kelengkapan barang
tersebut seperti nama obat, sediaan, jumlah obat, kemasan dan tanggal expire datenya, apabila
sesuai dengan pemesanan maka APA atau TTK menanda tanganinya serta memberi stampel.
Faktur-faktur yang telah masuk dikumpulkan dan datanya dimasukkan ke komputer.
d) Penyimpanan
Barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat penyimpanannya seperti lemari
/ rak masing-masing, berdasarkan alfabetis dan jenis sediaannya. Khusus untuk sediaan
seperti vaksin, sera dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika berdasarkan KepMenKes, penyimpanannya harus dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi
menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, phetidina, dan garam-garamnya serta persediaan
narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus tersebut berupa lemari
berurukuran kurang dari 40 x 80x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok
atau lantai. Serta untuk tiap-tiap item obat terdapat kartu stok obatnya masing- masing. Obat-
obatan didistribusikan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire
First Out).
e) Pelayanan
Petugas Apotek Harapan Kita L-24 telah memberikan pelayanan yang cukup baik kepada
pasien. Pelayanan di Apotek Harapan Kita L-24 mencakup pelayanan resep tunai, obat-
obatan serta alat kesehatan. Setiap petugas yang menerima resep selalu memperhatikan isi
resep yang menyangkut nama obat, bentuk obat, umur pasien, aturan pakai dan cara
penggunaan obat apabila petugas apotek ragu maka petugas bertanya kepada dokter yang
menulis resep. Sebelum obat disiapkan, petugas apotek menghargai resep dan mengecek ada
atau tidak stok obat yang diminta, setelah pasien setuju dengan harga resep dan jenis obat,
petugas apotek menyiapkan obatnya.
Penyerahan obat di apotek kepada pasien diserahkan oleh petugas apotek, baik TTK
maupun APA disertai dengan informasi yang jelas tentang cara pemakaian, penggunaan,
khasiat obat dan Expire Date dari setiap obat yang diserahkan ke pasien. Bila pasien yang
belum memahami informasi yang jelas tentang obat maka petugas akan memberikan
informasi yang dibutuhkan. Untuk penulisan etiket meliputi tanggal penulisan, nama pasien,
nomor resep, umur, aturan pakaiyang jelas serta keterangan obat sebelum atau sesudah
makan, nama dan jumlah obat dan expire Date dari obat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan uraian bab-bab yang telah dijabarkan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengadaan perbekalan farmasi berdasarkan atas stok minimum obat yang dicatat pada
buku defekta yang dipesan melalui PBF yang resmi yang ditunjuk.
2. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
3. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan bentuk sediaan, jenis obat, dosis, sifat
fisik dan kimia yang kemudian disusun secara alfabetis sesuai dengan namanya.
4. Stok Opname untuk semua perbekalan farmasi dilakukan setiap satu bulan sekali. Untuk
obat golongan narkotika dan psikotropika dilaporkan juga kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai POM melalui online.
5. Pelayanan penjualan perbekalan farmasi dibantu dengan sistem komputerisasi.
6. Pencatatan penjualan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dan dilaporkan kepada
PSA (Pemilik Sarana Apotek) serta direkap setiap bulan.
B. Saran
1. Saran Kepada Pihak kampus :
Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL lebih
diperbanyak dan diperluas sehingga mahasiswa dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan
PKL.
Dan perlu adanya bimbingan kepada mahasiswa yang akan PKL bagaimana cara
membuat laporan PKL
2. Saran Untuk Apotek :
Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien.
Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi.
Hartini, Y.S., dan Sulasmono, 2007, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek termasuk Naskah dan Ulasan
PerMenKes tentang Apotek Rakyat, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suhartono, Ricke S.si., Apt., M.M., Dkk, Farmakognosi Kelas XI, Jakarta : Pilar
Media
Drs Sjukri, Kimin Apt, 2002, Undang-Undang Kesehatan kelas X Jilid 1, Jakarta :
DepKes RI
Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, Jakarta
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Jakarta.
Anonim, 1981, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
278/MenKes/SK/V/1981 tentang Persyaratan Apotek, Jakarta.
Anonim, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MenKes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, Jakarta.
Anonim, 1993, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
924/MenKes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2
Anonim, 1990, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
Anonim, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika
Anonim, 1076, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 Pasal 18 ayat 2 tentang
Narkotika
Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek. Departemen Kesehatan, Jakarta
LAMPIRAN
1. Skrinning Resep
Kelengkapan Administratif
Analisis SOAP
Pasien menderita dispensia atau sakit maag dan candidiasis atau infeksi jamur.
1. Subjektif
Pasien Tn. Jumari 50 tahun
Nyeri ulu hati
Mual
Gatal - gatal
2. Objektif
Suhu : 36,40 C
BB : 65 Kg dan TB 160 Cm2
TD : 120/80 mmHg
Diagnosis untama pasien adalah gastritis dan diagnosis sekunder adalah gatal
jamur.
3. Assesmant
Dari data yang diberikan pasien tidak memiliki riwayat penyakit tertentu dan
tidak memiliki riwayat penggunaan obat-obatan.
4. Planning
Tujuan terapi :
a. Meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Mencegah terjadinya kejadian yang kronis dan mengganggu.
c. Mengurangi morbiditas dan kematian.
d. Menyembuhkan tukak, mencegah tukak kambuh, menghilangkan nyeri
tukak, dan menghindari kejadian komplikasi.
e. Mengurangi rasa gatal pada badan.
Sasaran terapi :
a. Menetralkan asam lambung, melindungi pertahanan mukosa, dan
membunuh Hp.
b. Menghilangkan / mematikan jamur yang menyebabkan gatal-gatal.
Terapi :
a) Terapi non farmakologi
Mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 gr /
hari NaCl.
Melakukan aktivitas fisik seperti aerobik.
Mandi dengan sabun gatal.
b) Terapi farmakologi
Untuk gastritis
- H2 reseptor antagonis
Mekanisme kerja : mengurangi sekresi asam dengan cara memblok
reseptor histamin dalam sel-sel parietal lambung.
- Sucralfate
Mekanisme kerja : melindungi mukosa dengan cara membentuk
gel yang sangat lengket dan dapat melekat kuat pada dasar tukak
sehingga menutupi tukak.
- Lansoprazole
Mekanisme kerja : mengontrol sekresi asam lambung dengan cara
menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari
sel parietal lambung.
Untuk gatal jamur
- Ketokonazole
Sebagai anti jamur untuk infeksi sistemik, efektif terhadap
candida, coccodioides immitis, cryptococcus, Aspergillus.
Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim p-450 untuk
menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang penting
untuk membran jamur.
6. Terdapat interaksi obat yang terjadi dalam resep, yaitu antara obat lansoprazole,
sucralfate, dan ketokonazole.
Efek : efek ketekonazole akan menurun dengan adanya perubahan PH
lambung.
Mekanisme : absorpsi ketokonazole akan berkurang jika terjadi
peningkatan PH lambung karena lansoprazole akan meningkat PH
lambung sehingga akan mengurangi daya larut dan absorpsi
ketokonazole yang diberikan secara oral.
Penatalaksanaan : berikan lansoprazole malam hari dan sucralfate 3 x
sehari, ketokonazole pada pagi hari saja.
Kelengkapan Administratif
Pasien menderita DM tipe 2 dan 2 hari yang lalu mengalami kesemutan, gatal-gatal,
dan mengeluh pusing, anoreksia, berkeringat,riwayat gastritis yang sedang kambuh.
1. Subjektif
Pasien Ny. Jannah 60 tahun
BB : 85 Kg
TB : 160 cm
Riwayat penyakit : DM tipe 2, gastritis
Keluhan : kesemutan, gatal-gatal, dan mengeluh pusing, anoreksia, berkeringat,
riwayat gastritis yang sedang kambuh.
Fisik pasien nampak lemah, pucat, muka tampak menahan sakit.
Catatan lain : patuh pada pengobatan
2. Objektif
Glucodex : 80 mg 1x sehari a.c (sebelum makan)
Mecobalamin : 1x sehari
Hufadin : 2x sehari p.c (sesudah makan)
3. Assesmant
Problem 1 Hiperglikemia
Terjadi hiperglikemia terlihat dari kadar glukosa dalam darah harus segera di
atasi.
Problem 2 Hipotensi
Terjadi hipotensi terlihat dari hasil tekanan darah harus segera di atasi untuk
menaikkan kadar tekanan darah menjadi normal kembali.
Problem 3 Hipokalemia
Terjadi hipokalemia terlihat dari kaadr kalium dalam darah kurang dari 3,5
mmol/L harus segera diatasi kadar kalium kembali normal.
Problem 4 gastritis
Terjadi nyeri pada tukak lambung, dan merasa mual-mual. Harus segera diatasi
agar kadar asam dilambung kembali normal.
4. Planning
Problem 1 Hiperglikemia
- Rekomendasikan kombinasi obat golongan biguanida agar dapat
meningkatkan produksi dan sensitivitas insulin.
- Rekomendasikan diet rendah gula.
- Rekomendasikan pemantauan terhadap kadar glukosa darah.
Problem 2 Hipotensi
- Rekomendasikan pemantauan tekanan darah secara rutin.
Problem 3 Hipokalemia
- Rekomendasikan untuk memberi suplementasi kalium preparat kalium.
- Rekomendasikan untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalium seperti pisang.
- Rekomendasikan pemantauan kadar kalium darah.
Kelengkapan Administratif
Seorang ibu sedang hamil 2 bulan, mengalami infeksi saluran kemih dan diberi
Tetrasiklin.
Mengalami demam dan muntah-muntah diberi paracetamol dan metoklopramid.
1. Subjektif
Pasien Ny. Tutik 30 tahun
Problem pasien : infeksi saluran kemih, demam, dan muntah.
2. Objektif
ISK : Tetracycline 500 mg
Demam dan Muntah : Paracetamol 500 mg dan Metoklopramide 10 mg
3. Assesmant
Adanya ADR (Adverse Drug Reaction)
- Tidak dianjurkan menggunakan obat Tetrasiklin (termausk kategori D).
- Adanya problem disebabkan karena obat.
- Pengobatan diperlukan untuk terapi.
- Semua pengobatan dibutuhkan.
- Tidak ada duplikasi obat.
- Semua terapi obat tepat kecuali tetrasiklin.
- Bentuk sediaan dan cara pemberian benar.
- Adanya efek samping penggunaan obat yang harus dihindari (tetrasiklin).
4. Planning
Penggantian tetracyclin dengan antibiotik lain dengan kontra indikasi yang tidak
berbahya untuk ibu hamil.
Tetracycline diganti dengan cefadroxil.
a. Tetracycline : obat golongan D
- Kategori D : ada bukti mengenai resiko terhadap janin manusia. Tetapi
besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari resikonya.
- Mengganggu pertumbuhan tulang mewarnai gigi menjadi kuning
kecoklatan, hypoplasia dan kerusakan pada email.
b. Cefadroxil : obat golongan B
- Kategori B : studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya resiko pada janin, tetapi tidak ada studi terkontrol
pada wanita hamil, atau studi terhadap sistem reproduksi binatang
percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan
fertilitas) yang tidak dilaporkan terjadi pada studi terkontrol pada wanita
hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada
trimester selanjutnya).
- Cefadroxil merupakan obat untuk gangguan saluran kemih dan saluran
nafas.
Kelengkapan Administratif
Bp. Samsuri (35 tahun) datang ke dokter dan memeriksakan giginya kemudian
dicabut, terdapat luka namun tidak terlalu banyak.
Beberapa hari kemudian setelah menggunakan obat, Bp. Samsuri mengalami
gangguan lambung. Karena pasien menganggap antibiotik harus diminum rutin
sampai habis maka Bp. Samsuri melanjutkan pemakaian obat, dan lambung Bp.
Samsuri semakin sakit. Sehingga Bp. Samsuri konsultasi kepada apoteker.
1. Assesmant
Data pasien : Bp. Samsuri (35 tahun)
Riwayat penyakit : Keluhan sekarang, sakit gigi dan nyeri lambung
Riwayat pengobatan : Amoxicillin 500 mg, Asam Mefenamat 500 mg, dan
Kalium Diklofenac 50 mg.
Keadaan khusus pasien : Nyeri lambung
2. Objektif
Asam Mefenamat : 3x sehari 1 tablet p.c (sesudah makan)
Kalium Diklofenac : 1 tablet jika perlu, maksimal 3x sehari bersama makan
Polysilane : 3x sehari 1 tablet bersama makan
3. Planning
Dianjurkan untuk makan-makanan yang lunak.
Menjaga kesehatan gigi dan mulut yakni menyikat gigi dengan benar minimal
2x sehari.
Tidak berkendara / menjalankan mesin selama minum obat.
Hindari makanan yang terlalu asam, pedas, panas dan dingin.