PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang dimana dunia kesehatan sangat berperan
penting dalam kemajuan zaman di negara ini. Dunia kesehatan di Indonesia sudah
mengalami kemajuan dengan adanya teknologi penunjang kesehatan untuk pelayanan
yang setingi-tingginya.
Peran dan fungsi kefarmasian khususnya pelayanan kefarmasian di apotek
masih belum begitu dirasakan oleh masyarakat. Salahsatu penyebabnya yaitu mutu
pelayanan yang diberian oleh tenaga farmasi di apotek masih belum optimal. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di apotek ini, salahsatu langkah dan upaya
yang dilakukan adalah peran serta sarjana farmasi di apotek.
Hal-hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa para sarjana farmasi
memiliki latar belakang pendidikan kefarmasian. Maka untuk merealisasikannya di
masyarakat khususnya di apotek, sarjana farmasi harus memiliki pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan yang memadai sehingga dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Berkaitan dengan hal-hal diatas maka pendidikan Program S1 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) selama dua minggu. Dengan kegiatan ini diharapkan mahasiswa/i dapat lebih
memahami dan mengimplementasikan secara teoritis dengan di lapangan yang
meliputi : peracikan, manajemen, administrasi, pelayanan resep, komunikasi dengan
pasien dan pendistribusian obat.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
2. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 13 tentang Apotek.
6. Peraturan Presiden No. 35 tahun 2015 tentang Kementrian Kesehatan.
1
7. Permenkes No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin, Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
8. Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
9. Permenkes No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Kesehatan.
10. Permenkes No. 28 Tahun 2011 tentang Klinik.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang persyaratan Apotek.
C. Tujuan PKL
1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang membentuk
kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan – kegiatan penyelenggara program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial
budaya.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan lapangan kerja
yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan farmasi, rumah sakit, puskesmas, PBF, gudang farmasi, apotek dan
penyuluhan alat kesehatan kepada masyarakat.
4. Menumbuh kembangkan dan memanfaatkan sikap profesionalisme yang
diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri pada
suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan teknologi baru
dan lapangan kerja di sekolah dan sebaliknya.
7. Memperoleh masukan guna memperbaiki dan mengembangkan serta
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan farmasi.
8. Memberikan peluang kerja bagi mahasiswa apabila telah menyelesaikan
pendidikan farmasi.
2
D. Manfaat PKL
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
diharapkan dapat menghasilkan Sarjana Farmasi yang mampu menjalankan peran dan
fungsi sesuai dengan profesinya di bidang kesehatan, khususnya farmasi berdasarkan
sumpah, kode etik, peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
Sarjana Farmasi mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3
a. Observasi (Pengamatan langsung)
Melakukan observasi atau pengamatan langsung dengan praktek kerja di
Apotek Harapan Kita L-24 selama 2 minggu. Sehingga kami mengetahui
gejala-gejala yang terjadi pada instansi tersebut.
b. Interview (wawancara)
Kami melakukan percakapan dan tanya jawab secara langsung sehingga
membantu dalam penulisan laporan ini.
c. Studi Pustaka
Kami melakukan beberapa kegiatan untuk mencari data-data melalui buku-
buku yang berkaitan tentang teori-teoriyang mendukung bahasa laporan
sehingga menjadi perbandingan dengan apa yang akan kami jabarkan pada
laporan.
d. Media Online
Yaitu data diperoleh dari media internet, yang mana penulis mencari data-
data pembuatan laporan Praktek Kerja Lapangan.
4
BAB II
ASPEK UMUM
5
C. Struktur organisasi tempat PKL
PSA
APA
6
D. Tugas dan wewenang
Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas), sehingga
setiap pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung jawabnya.
Pembagian tugas di dalam apotek adalah sebagai berikut :
a. Apoteker
1) Tugas dan Kewajiban Apoteker :
a) Memimpin seluruh kegiatan apotek
b) Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
(1) Administrasi kefarmasian
(2) Administrasi keuangan
(3) Administrasi penjualan
(4) Admiistrasi barang dagangan dan inventaris
(5) Administrasi personalia
(6) Administrasi bidang umum
c) Membuat strategi tujuan, sasaran dan program kerja
d) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan rencana kerja, yaitu dengan cara
meningkatkan omzet, mengadakan pembelian sehat (menandatangani
SP) dan penekanan sejauh mungkin terhadap biaya exploitasi/ tak
langsung lainnya.
e) Membuat dan menetapkan indikator form record pada setiap fungsi
kegiatan di Apotek
2) Tanggung jawab :
a) Di bidang keuangan : Penggunaan secara efisien, Pengamanan dan
kelancaran
b) Di bidang persediaan barang : Pengadaan yang sehat, ketertiban
penyimpanan dan pengamanan
c) Di bidang inventaris : Penggunaan yang seefisien mungkin,
pemeliharaan serta pengamanannya
d) Di biang personalia : Ketentraman kerja, efisiensi dan strategi
e) Di bidang umum : Kelancaran, penyimpanan dan pengamanan
dokumen-dokumen
7
b. Asisten Apoteker (AA)
1) Tugas dan Kewajiban
a) Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani
penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter
b) Menyusun buku defecta setiap pagi ( membantu bagian pembelian)
memelihara buku harga, sehingga selalu up to date
c) Mengerjakan pembuatan persediaan obat “AanMaak” seperti OBH,
Liquor, Sol.Rivanol, Sol.Jodii Spiritousa, SASA, dan lain-lain
d) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal dan dibundel
kemudian disimpan
e) Memelihara kebersihan ruang peracikan dan lemari obat
f) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu stok
dengan rapi
g) Bila gudang terpisah dari ruang peracikan, memelihara kebersihan
gudang, rak obat, serta penyusunan obat dan kartu stok yang rapi serta
mengontrolnya. (Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan
sebagai penjual obat bebas, sebagai juru resep dan lain-lain)
2) Tanggung jawab :
Bertanggung jawab kepada asisten kepala sesuai dengan tugas yang
diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan,
kehilangan dan kerusakan.
3) Wewenang
Berwenang untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
petunjuk-petunjuk / instruksi dari asisten kepala atau Pimpinan Apotek dan
semua peraturan perundang-undangan
8
(1) Pencatatan penjualan kredit (kartu piutang)
(2) Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokkan dengan BPB
(Buku Penerimaan Barang dari gudang)
(3) Pencatatan hasil penjualan dan tagihan dan pengeluaran setiap hari
(Buku kas / Bank, kas opname)
(4) Dinas luar : mengurusi pajak-pajak dan izin asuransi
(5) Membuat laporan bulanan : realisasi data untuk pimpinan apotek
dan membuat daftar gaji / upah / pajak
(6) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan perhitungan
rugi-laba)
(7) Surat-menyurat
2) Tanggung jawab dan Wewenang
a) Bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA)
b) Berwenang untuk melaksanakan kegiatan administrasi pembukuan
sesuai dengan petunjuk-petunjuk / instruksi dari Apoteler Pengelola
Apotek (APA) dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
9
BAB III
ASPEK KHUSUS
A. Landasan Teori
a. Definisi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan
kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian
juga meliputi dalam pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi
atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan dalam sediaan farmasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan apotek
adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Undang-Undang
RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan perbekalan kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetik.
Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang wajib
menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di apotek merupakan bentuk
pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasiannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Persyaratan Apotek
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apoteker (SIA).
Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana
10
apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu tempat tertentu. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002.
disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah:
a) Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi
yang lain di luar sediaan farmasi.
c) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan
farmasi
Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek, antara
lain:
a) Tenaga Kerja/Personalia Apotek
Menurut Permenkes No. 889 tahun 2011, Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpat jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah
tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
11
d. Permohonan Perizinan Apotek
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana
dimaksud berupa:
a) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian.
b) SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian.
c) SIK bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau
fasilitas distribusi/penyaluran, atau
d) SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian
pada fasilitas kefarmasian.
SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau
SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. Apoteker
penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat
menjadi apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA bagi Apoteker pendamping
dapat diberikan paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.
SIPA, SIK, atau SITTK dapat dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA, SIK, atau SIKTTK
masih tetap berlaku sepanjang STRA/STRTTK masih berlaku dan tempat
praktek/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA, SIK, atau SIKTTK.
Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu
surat yang diberikanMenteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau
apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di
suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri
Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Dinkes
Kabupaten/Kota). Kepala Dinkes Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan
pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali
setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi. Selanjutnya, Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan berkewajiban menyediakan
sumber informasi mengenai perbekalan farmasi bagi pasien, tenaga kesehatan yang
lain dan masyarakat pada umumnya. Apotek juga dituntut mampu memberikan
pelayanan swamedikasi, hal ini didorong oleh kecenderungan masyarakat yang lebih
12
memilih kewenangan dan tanggung jawab penuh terhadap perbekalan farmasi, selain
juga harus dapat menjalankan fungsi sebagai seorang manager yang baik melalui
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian semua
kegiatan di apotek. Seorang apoteker yang profesional diperlukan ilmu pengetahuan
dan ketrampilan yang juga harus ditunjang dengan pola pikir dan perilaku yang sesuai
dengan kode etik profesi serta undang-undang yang berlaku. Selain untuk sarana
pelaynanan kesehatan, apotek juga merupakan salah satu sarana pengabdian apoteker
yang telah disumpah.
Mengingat pentingnya peranan apotek dalam upaya pelayanan kesehatan dan
pendistribusian obat secara langsung kepada masyarakat, maka diharapkan seorang
Apoteker Pengelola Apotek dalam menjalankan tugasnya diapotek dituntut
profesionalismenya yang meliputi pengetahuan dna ketrampilan kefarmasian yang
memadai, pemahaman manajerial yang cukup, kemampuan berkomunikasi yang baik
dan sikap kemauan untuk membangun sesama, sehingga dapat mengelola apotek
sebagai sarana pelayanan kesehatan yang baik. Mengingat hal-hal tersebut di atas
apoteker memerlukan bekal pendidikan, pengetahuan dan pengalaman praktis dalam
hal pengelolaan apotek agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Obat
yang diberikan kepada masyarkat berada dalam kondisi yang memenuhi syarat
sehingga harapan untuk mencapai pengobatan optimal dapat tercapai.
13
f. Pelayanan Apotek Harapan Kita L-24
1) Melayani dengan senanghati
2) Melayani dengan sopan
3) Melayani dengan ramah
14
yang cukup padat. Lokasi ini cukup strategis karena dekat dengan beberapa prektek
dokter umum, dokter gigi, dan tempat keramaian seperti pertokoan dan pasar serta
mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
j. Tata Letak
Penataan obat di apotek Harapan Kita L-24 berdasarkan :
1) Bentuk sediaan ( tablet, sediaan syrup, dry syrup, salep dan krim, sediaan tetes
mata, hidung, telinga, oral drop ).
2) Kelas terpai ( obat hipertensi, jantung, diabetes, antibiotik, asma, anti alergi,
analgetik ).
3) Obat Narkotik dan Psikotropik disimpan dalam lemari khusus yang dibedakan
dengan obat lain.
15
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes
Proses pengelolaan sediaan farmasi dan Alkes meliputi kegiatan-kegiatan
pengadaan,persediaan,dan penjualan. Dibawah ini akan diuraikan lebih terperinci
kegiatan-kegiatan tersebut.
1. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan dalam merencanakan
pengadaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan Apotek dan pada periode
selanjutnya. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan kombinasi antara :
a) Pola Konsumsi
Yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai hasil analisis data
konsumsi obat pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari resep-resep yang
masuk setiap hari. jika obat atau barang yang habis atau laku keras maka
dilakukan perencanaan pemesanan obat tersebut.
b) Pola Penyakit
Yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai data jumlah pengunjung
dan jenis penyakit yang banyak di keluhkan atau di konsultasikan dengan APA
atau TTK di Apotek, hal ini juga dapat di lihat dari data-data yang sesuai,
contohnya data UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) atau data HV (Obat
Bebas).
Salah satu dokumen perencanaan yang ada di Apotek adalah buku catatan obat
yang sudah habis/mau habis yang disebut buku defekta.
2. Pengadaan
Setelah dilakukan perencanaan maka kegiatan selanjutnya adalah pengadaan.
Tujuan pengadaan perbekalan farmasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi di Apotek sesuai dengan data perencanaan yang telah di susun
sebelumnya. Pengadaan dilakukan dengan mencari dan menemukan penyalur
masing-masing perbekalan farmasi yang dalam hal ini penyalurnya adalah
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan di lengkapi dengan nama, alamat, nomor
telepon, daftar harga masing-masing penyalur dan penentuan waktu
pembeliannya.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
16
Manjemen Pengadaan di Apotek Harapan Kita L-24 didahului oleh
Pemesanan obat dengan Surat Pesanan Resmi sesuai dengan golongannya. Ada 3
model Surat Pesanan yang ada di Apotek Harapan Kita L-24 yaitu:
a) BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) untuk pemesanan Obat Bebas,
Bebas Terbatas dan Obat Keras.
b) SP untuk Pemesanan Obat golongan Psikotropika.
c) SP Khusus untuk Pemesanan Obat golongan Narkotika.
Berdasarkan UU Nomor.23 tahun 1992 tentang kesehatan dan PP Nomor 72
tahun 1992 tentang pengamanan sediaan farmasi yang diperkenankan untuk
melakukan penyediaan obat adalah Apoteker.
3. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima perbekalan farmasi yang
diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit pengelola
dibawahnya (Apotek). Perbekalan farmasi yang telah dikirim ke Apotek Harapan
Kita L-24 disertai faktur dan di terima oleh petugas pembelian. Petugas pembelian
(TTK) akan melakukan pengecekkan terhadap barang yang datang disesuaikan
dengan surat pesanan (SP) dan diperiksa nama sediaan, jumlah, dosis, expiredate ,
dan kondisi sediaan. Setelah pengecekkan selesai faktur di tanda tangani dan
diberi stampel Apotek oleh petugas penerima (TTK), yang diketahui oleh
Apoteker Pengelola Apotek. Setiap penerimaan perbekalan farmasi dicatat pada
masing-masing kartu stok dan kemudian dientri ke komputer berdasarkan fraktur
yang telah dicocokkan pada saat penerimaan barang.
Jika barang yang datang tidak sesuai dengan surat pesanan (SP) atau ada
kerusakan fisik maka bagian pembelian akan melakukan retur barang tersebut ke
PBF yang bersangkutan untuk di tukar dengan barang yang sesuai.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan dimana barang yang diterima disimpan
dalam rak-rak obat berdasarkan penggolongan obat serta khasiat farmakologi
secara alphabetis dan kartu stok langsung di isi. Penyimpanan dilakukan
berdasarkan penggolongan sebagai berikut :
a) Berdasarkan bentuk sediaan meliputi tablet atau kapsul, sirop, obat tetes,
salep atau krem, di bedakan bentuk padat dan cair.
b) Berdasarkan jenis obat meliputi Obat Generik, obat Bebas, Obat Keras, Obat
Narkotika, Obat Psikotropika.
17
c) Berdasarkan masa perputaran barang meliputi cepat (fast moving), sedang
(moderate moving), dan lambat (low moving).
d) Berdasarkan sifat kimia dan fisik obat meliputi penyimpanan obat dalam
suhu dingin dan penyimpanan suhu kamar.
e) Obat narkotika dan psikotropika yang telah dikirim, kemudian disimpan
dalam masing-masing lemari khusus dilengkapi dengan kunci dan bukti
penerimaannya harus ditanda tangani oleh APA.
5. Pelayanan
Apotek Harapan Kita L-24 melayani palayanan perbekalan farmasi terdiri dari
pelayanan obat dengan resep dokter, obat-obat bebas tanpa resep dokter (UPDS)
dan obat-obat dengan resep dokter, baik tunai maupun kredit.
Pelayanan Obat Bebas
Alur pelayanan obat non resep (Obat Bebas) yaitu pasien datang dan dilayani
langsung oleh petugas pelayanan dan kasir serta konsultasi pemilihan obat
dilayani baik oleh TTK maupun Apoteker secara langsung. didalam operasional
sehari-sehari Apotek Harapan Kita L-24 menggunakan komputer yang dilengkapi
dengan software pelayanan untuk menunjang profesionalisme pelayanan yang
telah ada.
C. Pelayanan Resep
Pelayanan obat atas resep dilakukan sebagai berikut :
TTK menerima resep dari pasien
TTK melihat kelengkapan resep
TTK menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien
Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui, kasir menyerahkan struk
kepada pasien sebagai bukti pembayaran
Kasir menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyiapkan
barang atau obat yang diminta dalam resep
Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa
kembali kesesuaian obat dengan resep
TTK menvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi dosis, cara
pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan
Resep diserahkan kepada penanggung jawab peracikan untuk diarsipkan.
18
Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka TTK membuatkan
salinan resep dan / atau kwintansi pembayaran.
19
Apotek Harapan Kita L-24 telah memberikan informasi obat yang jelas dan pasti
tentang suatu obat untuk meningkatkan pemakaian obat secara rasional sehingga
dapat tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Pemberian Informasi obat dilakukan
pada saat penyerahan obat oleh asisten apoteker kepada pasien sehingga pasien dapat
menggunakan obatnya dengan benar dan rasional sehingga tujuan terapi dari
pengobatan tersebut dapat tercapai.
20
barang tersebut seperti nama obat, sediaan, jumlah obat, kemasan dan tanggal Expire
datenya. Apabila sesuai dengan pemesanan maka AA / TTK menanda tanganinya
serta memberi stampel. Faktur – faktur yang telah masuk dikumpulkan dan datanya
dimasukkan ke komputer.
21
3. Evaluasi apotek
Pengawasan keuntungan di Apotek dilakukan dengan melihat stok opname
yang dilakukan setiap akhir tahun, hal ini dilakukan dengan cara :
a) Mendata oabt-obat yang mendekati tanggal kadaluwarsa.
b) Mendata obat-obat yang sudah kadaluwarsa.
c) Kemudian dilakukan pendataan jumlah seluruh obat yang masih baik
untuk dihitung nilai harganya dan kemudian dimasukkan dalam
perhitungan Neraca Rugi Laba.
H. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. (Mulyana,
2007)
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik
secraa verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang
hanya dua orang seperti dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya.
(Mulyana, 2007)
Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang
terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang
mewancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.
(Rakhmat, 1994)
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau
pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar
banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal
22
memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri
kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Apotek Harapan Kita L-24 adalah apotek yang berada di Jalan Raya Km.16 Jepara-
Kudus, Kalinyamatan Jepara. Apotek berada di lokasi yang cukup strategis dan mudah
dicapai oleh masyarakat, karena apotek terletak ditepi jalan raya yang dilalui kendaraan dua
arah, banyak dilalui oleh angkutan umum, berdekatan dengan pemukiman penduduk, bank,
klinik, sekolah, dan rumah makan yang dapat turut menunjang keberhasilan apotek. Sebelum
adanya Apotek Harapan Kita L-24 sudah mendirikan apotek yaitu Apotek Harapan Kita yang
berlokasi di Jl. Simpang Gotri No.3 Kalinyamatan Jepara yang berdiri pada tahun 1995.
Berkat adanya dukungan atau motivasi dari orang tua terciptalah Apotek Harapan Kita L-24
yang dipimpin oleh Ir. H. Ali Mukarrom, dan mempunyai Apoteker yang bernama Apidina
Cahyaning Febriani S.Farm.,Apt sampai saat ini. Apotek Harapan Kita L-24 berkembang
pesat sampai sekarang karena mempunyai pelayanan yang sangat bagus dan masyarakat
sangat percaya akan kualitas pelayanan.
Pengelolaan di apotek Harapan Kita L-24 meliputi perencanaan, Pengadaan,
Penerimaan, Penyimpanan, Pelayanan, Penyerahan, Pencatatan dan Pelaporan yang akan
dibahas sebagai berikut :
a) Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan baik dan sistematis karena dilakukan
oleh petugas di Apotek Harapan Kita L-24 dengan menggunakan data dari pola penyakit,
pola konsumsi serta data dari hasil penjualan.
b) Pengadaan
perbekalan farmasi yang dalam hal ini penyalurnya adalah Pedagang Besar Farmasi
(PBF) dan di lengkapi dengan nama, alamat, nomor telepon, daftar harga masing-masing
penyalur dan penentuan waktu pembeliannya.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Penerimaan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) mengantar obat yang dipesan sesuai dengan SP dan
membawa faktur yang kemudian dilakukan penerimaan oleh petugas apotek yang
sebelumnya barang diperiksa terlebih dahulu sesuai apa tidak dengan jumlah dan jenis
barangyang dipesan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas apotek meliputi kelengkapan
barang tersebut seperti nama obat, sediaan, jumlah obat, kemasan dan tanggal expire datenya,
24
apabila sesuai dengan pemesanan maka APA atau TTK menanda tanganinya serta memberi
stampel. Faktur-faktur yang telah masuk dikumpulkan dan datanya dimasukkan ke komputer.
d) Penyimpanan
Barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat penyimpanannya seperti lemari
/ rak masing-masing, berdasarkan alfabetis dan jenis sediaannya. Khusus untuk sediaan
seperti vaksin, sera dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika berdasarkan KepMenKes, penyimpanannya harus dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi
menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfina, phetidina, dan garam-garamnya serta persediaan
narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus tersebut berupa lemari
berurukuran kurang dari 40 x 80x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok
atau lantai. Serta untuk tiap-tiap item obat terdapat kartu stok obatnya masing- masing. Obat-
obatan didistribusikan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire
First Out).
e) Pelayanan
Petugas Apotek Harapan Kita L-24 telah memberikan pelayanan yang cukup baik kepada
pasien. Pelayanan di Apotek Harapan Kita L-24 mencakup pelayanan resep tunai, obat-
obatan serta alat kesehatan. Setiap petugas yang menerima resep selalu memperhatikan isi
resep yang menyangkut nama obat, bentuk obat, umur pasien, aturan pakai dan cara
penggunaan obat apabila petugas apotek ragu maka petugas bertanya kepada dokter yang
menulis resep. Sebelum obat disiapkan, petugas apotek menghargai resep dan mengecek ada
atau tidak stok obat yang diminta, setelah pasien setuju dengan harga resep dan jenis obat,
petugas apotek menyiapkan obatnya.
Penyerahan obat di apotek kepada pasien diserahkan oleh petugas apotek, baik TTK
maupun APA disertai dengan informasi yang jelas tentang cara pemakaian, penggunaan,
khasiat obat dan Expire Date dari setiap obat yang diserahkan ke pasien. Bila pasien yang
belum memahami informasi yang jelas tentang obat maka petugas akan memberikan
informasi yang dibutuhkan. Untuk penulisan etiket meliputi tanggal penulisan, nama pasien,
nomor resep, umur, aturan pakaiyang jelas serta keterangan obat sebelum atau sesudah
makan, nama dan jumlah obat dan expire Date dari obat.
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan uraian bab-bab yang telah dijabarkan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengadaan perbekalan farmasi berdasarkan atas stok minimum obat yang dicatat pada
buku defekta yang dipesan melalui PBF yang resmi yang ditunjuk.
2. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
3. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan bentuk sediaan, jenis obat, dosis, sifat
fisik dan kimia yang kemudian disusun secara alfabetis sesuai dengan namanya.
4. Stok Opname untuk semua perbekalan farmasi dilakukan setiap satu bulan sekali. Untuk
obat golongan narkotika dan psikotropika dilaporkan juga kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai POM melalui online.
5. Pelayanan penjualan perbekalan farmasi dibantu dengan sistem komputerisasi.
6. Pencatatan penjualan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dan dilaporkan kepada
PSA (Pemilik Sarana Apotek) serta direkap setiap bulan.
B. Saran
1. Saran Kepada Pihak kampus :
Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL lebih
diperbanyak dan diperluas sehingga mahasiswa dapat lebih mantap lagi dalam
melaksanakan PKL.
Dan perlu adanya bimbingan kepada mahasiswa yang akan PKL bagaimana cara
membuat laporan PKL
2. Saran Untuk Apotek :
Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien.
Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi.
26
3. Saran untuk mahasiswa yang akan melaksanakan PKL
Sebaiknya mahasiswa yang hendak melaksanakan PKL kiranya bisa menguasai
pelajaran kefarmasian khususnya sinonim, mengetahui nama-nama obat baik generik maupun
paten serta pengetahuan mengenai tata cara pemakaian komputer.
Hendaknya mahasiswa PKL dapat lebih disiplin, menjaga sikap dan mengikuti segala
aturan yang telah ditetapkan oleh instansi yang menjadi tempat PKL.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, Y.S., dan Sulasmono, 2007, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek termasuk Naskah dan Ulasan
PerMenKes tentang Apotek Rakyat, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suhartono, Ricke S.si., Apt., M.M., Dkk, Farmakognosi Kelas XI, Jakarta : Pilar
Media
Drs Sjukri, Kimin Apt, 2002, Undang-Undang Kesehatan kelas X Jilid 1, Jakarta :
DepKes RI
Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, Jakarta
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Jakarta.
Anonim, 1981, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
278/MenKes/SK/V/1981 tentang Persyaratan Apotek, Jakarta.
Anonim, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MenKes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, Jakarta.
Anonim, 1993, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
924/MenKes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2
Anonim, 1990, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
Anonim, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika
Anonim, 1076, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 Pasal 18 ayat 2 tentang
Narkotika
Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek. Departemen Kesehatan, Jakarta
28
29