Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)


APOTEK KIMIA FARMA SARIO 2

Oleh :
Friska Shintia Tonsi NIM 714840119062
Gusti Ayu Wulandari NIM 714840119066

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
APOTEK KIMIA FARMA SARIO 2

Yang diajukan oleh :


Friska S. Tonsi NIM 714840119062
Gusti A. Wulandari NIM 714840119066

Telah disetujui oleh :

Manado, Manado,
Pembimbing PBL Apoteker Pengelolah Apotek
Kimia Farma Sario 2

Djois S. Rintjap, S.pd, S.Si, Msi, Apt Apt. Yulia Yasmin, S.Si
NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PBL (Praktek
Belajar Lapangan) di Apotek Kimia Farma sario 2 dengan baik. Laporan PBL ini
dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Farmasi.
Atas terlaksana dan selesainya kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya kepada :
1. Dra. Elisabeth N. Barung, M.Kes., Apt, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado.
2. Jovie M. Dumanauw, S.Si., M.Sc., Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.
3. Ibu. Djois S. Rintjap, S.pd, S.Si, Msi, Apt. selaku Pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan perhatian selama kegiatan PBL
berlangsung.
4. Ibu. Apt. Yulia yasmin, S.Si, selaku Apoteker Penanggung Jawab Apotek
Kimia Farma Sario 2.
5. Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma Sario 2 yang telah banyak
memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja selama
kami melaksanankan PBL di Apotek Kimia Farma Sario 2.

Kiranya dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi kita dan juga
pembaca dan juga menjadi pedoman serta tambahan pembelajaran di Jurusan
Farmasi. Untuk itu kami mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan
laporan ini.

Manado, 6 Nov 2021

Tim Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu unsur kesejahteraan yang merupakan hal
penting bagi manusia, karena dapat menciptakan kehidupan yang produktif.
Kesehatan sendiri pada dasarnya adalah Hak Asasi Manusia yang patut
dipelihara demi kelangsungan hidup manusia. Terwujudnya kesehatan ini
dapat dilakukan melalui optimasi bidang pelayanan, salah satunya
pelayanan kefarmasian. Dalam PP No. 73 tahun 2016, Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker (Kementrian Kesehatan RI, 2014), sedangkan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No, 1072/ Menkes/SK/IX/2004)
Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
PBL (Praktek Belajar Lapangan) merupakan salah satu pengalaman bagi
para mahasiswa, yang merupakan salah satu dari berbagai rangkaian
pengalaman kerja belajar yang lahan pendidikan dan pembelajarannya adalah
di lapangan atau masyarakat (real setting) atau keadaan sebernanya, karena
itu pelaksanaan PBL dalam kurikulum kefarmasian termasuk kegiatan
intrakurikuler.
Dapat kita ketahui bahwa Visi dan misi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado Jurusan Farmasi diantaranya menginginkan dihasilkannya lulusan
yang terampil dan bermutu, yang mampu bersaing di pasar kerja global.
Selain itu lulusan tersebut diharapkan mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat, serta mengkaji dan memanfaatkan sumber daya manusia dan
potensi yang ada termasuk masyarakat sesuai pola ilmiah dan kegiatan
sekarang dan masa depan.

1
PBL adalah suatu mata kuliah. PBL meliputi pelayanan kefarmasian,
industri farmasi pemasaran, pergudaan dan pendistribusian sedian farmasi
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Salah satu contoh PBL
dalam hal pelayanan kefarmasian dilakukan di apotek.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan yang diharapkan dicapai selama PBL di Apotek Kimia Farma
Sario 2 adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan agar dapat menyelesaikan
pendidikan D-III Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi dalam praktek farmasi klinik dan komunikasi.
3. Meningkatkan interaksi mahasiswa dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian.
4. Membantu mahasiswa mangaplikasikan teori dan praktek yang
diperoleh pada masa perkuliahan dengan lingkungan kerja secara
nyata.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan yang berkaitan
dengan pengolahan, pendistribusian obat dan perbekalan farmasi.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang ruang lingkup organisasi
serta tanggung jawab asisten apoteker di bidang farmasi khususnya di
apotik. Meningkatkan interaksi mahasiswa dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian.

1.3 Manfaat Praktek Belajar Lapangan


Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
manajemen, adminitrasi, dan pelayanan kepada pasien di apotik.

2
1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Praktek Belajar Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 2 November
– 13 November 2021. Lokasi PBL dilaksanakan di Apotek Kimia Farma
Sario 2 yang terletak di Jl. Bethesda No. 72 Manado. Peserta magang
berjumlah 2 (dua) orang yang dibagi menjadi 2 shift, yaitu:
Shift Pagi : Jam 08.00-15.00 WITA
Shift Siang : Jam 13.00-20.00 WITA

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek


Menurut (PERMENKES No. 73 Tahun 2016 Bab 1, Pasal 1) Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker.
Adapun berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat atau
terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker
sesuai standar dan etika kefarmasian.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.

4
2.3 Peraturan Perundang-Undangan Apotek
Dalam peraturan pemerintah No. 25 tahun 1980 disebutkan bahwa
Apotek dapat diusahakan oleh :
1. Lembaga atau instansi bukan pemerintah dengan tugas pelayanan
kesehatan di pusat dan di daerah.
2. Perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh pemerintah.
3. Apotek yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin
kerja dari menteri kesehatan.

2.4 Persyaratan Apotek


Menurut PERMENKES No. 9 Tahun 2017 Pasal 4, Pendirian Apotek
harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
b. Bangunan
 Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
 Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
 Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan,
apartemen, rumah toko, rumah, kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
c. Sarana, Prasarana, dan Peralatan
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit
memiliki sarana ruang yang berfungsi :
a) penerimaan Resep
b) pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

5
c) penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
d) konseling
e) penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatandan
f) arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a) instalasi air bersih
b) instalasi listrik
c) sistem tata udara dan
d) sistem proteksi kebakaran
Peralatan apotek :
(1) Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi
rak obat, alat peracikan,bahan pengemas obat, lemari pendingin,
meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan peralatan lainsesuai dengan
kebutuhan.
(3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan
Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan
catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.
d. Ketenagaan
(1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
(2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memiliki surat izin praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Surat izin apotek (BAB III, Pasal 12) :
(1) Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.

6
(2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
(4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Apotek menyelenggarakan fungsi (BAB IV, Pasal 16) :
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan
b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.
(BAB IV, Pasal 17) :
(1) Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai kepada :
a. Apotek lainnya;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. Dokter;
f. Bidan praktik mandiri;
g. Pasien dan
h. Masyarakat
(2) Penyerahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf d hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan
jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dalam hal:
a. terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BahanMedis Habis Pakai di fasilitas distribusi; dan
b. terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di fasilitas pelayanan kesehatan.

7
(3) Penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf esampai dengan huruf
hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(BAB IV, Pasal 18) :
(1) Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:
a. Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi
mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat; dan
b. Papan nama praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA dan jadwal
praktik Apoteker.
(2) Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipasang di
dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara
jelas dan mudah terbaca.
(3) Jadwal praktik Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
harus berbeda dengan jadwal praktik Apoteker yang bersangkutan di
fasilitas kefarmasian lain.
(BAB IV, Pasal 19) :
Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
kepentingan pasien.
(BAB IV, Pasal 20) :
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

2.5 Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian. Pelayanan kefarmasian diapotik
meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa

8
pengolahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dan pelayanan farmasi klinik.
Menurut PP No. 73 tahun 2016, Pengaturan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar Pelayanan Kefarmasian Menurut PP No.73 tahun 2016,


(1) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan.
(2) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengkajian Resep;
b. dispensing
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

9
2.6 Pengelohan Apotek
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan No.
922/Men.kes/Per/X/1993 pasal 10 dan 11 pengelolaan apotek meliputi :
a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan, dan penjualan obat atau bahan obat.
b. Pengadaan penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan, perbekalan
farmasi lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi:
 Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya
yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan laiinya
maupun kepada masyarakat.
 Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan
bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya.
Selain itu pengelolahan apotek juga meliputi :
1) Bidang adminitrasi dan keuangan
Pengolahan, pencatatan uang dan barang secara tertib dan teratur
2) Bidang ketenagaan
Pembinaan, pengawasan, intensif dan gaji bagi karyawan apotek
3) Bidang lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek
Pengolahan dan penataan bangunan (ruang tunggu racik, simpan,
penyerahan obat dan apoteker), toilet dan tempat pencucian alat.
Pengolahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan bertujuan agar proses pengadaan perbekalan farmasi atau
obat yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien sesuai dengan
anggaran yang tersedia. Terdapat 3 metode perencanaan yang dapat
dilakukan di apotek, yaitu:
a. Metode Konsumsi
Kebiasaan masyarakat dalam menanggulangi penyakit.

10
b. Metode Epidemiologi
Penyakit sering diderita di daerah sekitar Apotek
c. Kombonasi metode konsumsi dan epidemiologi.

2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-
undangan. Terdiri dari pemesanan dan pembelian. Pemesanan melalui dua
jalur yaitu langsung ke produsen dan melalui Perusahaan Besar Farmasi
(PBF). Proses pengadaan barang dengan cara pembelian dilakukan,
melalui:
a. Persiapan dengan mengumpulkan data barang-barang yang akan
dipesan.
b. Pemesanan
Menggunakan surat pesanan atau yang lebih sering disebut SP untuk
setiap supplier. Surat pesanan minimal 2 lembar (untuk supplier dan
Arsip Apotek), namun khusus untuk surat pesanan pembelian
narkotika dibuat 5 lembar (1 lembar untuk Arsip Apotek dan 4 lembar
dikirim ke PBF Kimia Farma).
3. Penerimaan
Mencocokan barang dengan faktur dan surat pesanan salinan kedua
(jumlah, nama obat, harga satuan, dan perhitungan harga).
4. Penyimpanan
Disusun sistematis berdasarkan bentuk sediaan, abjad, jenis
golongan obat (obat generik, obat paten, narkotika, dll), kelas terapi
(antibiotik dipisahkan dari non-antibiotik), suhu (suppositoria, insulin),
FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
5. Adminitrasi
Adminitrasi diapotek meliputi adminitrasi umum dan adminitrasi
pelayanan. Adminitrasi umum yaitu pencatatan, pengarsipan, pelaporan
narkotika, psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang

11
berlaku. Adminitrasi pelayanan yaitu pengarsipan resep, catatan
pengobatan pasien dan hasil monitoring pengunaan obat.
5.7 Alur Pelayanan Resep di Apotek
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi,
dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku kepada apoteker pengelolah apotek untuk menyiapkan dan
atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien (syamsuni,
2006). Alur pelayanan resep di apotik sebagai berikut:
1. Penerimaan Resep
Resep yang diberikan oleh pasien diterima oleh petugas apotek atau
(Asisten Apoteker atau tenaga terlatih lainnya).
2. Skrining Resep
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016
Mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek terdapat
peraturan yang mengatur tentang pelayanan resep meliputi skrining
resep dan penyiapan obat (peracikan, etiket, kemasan obat, penyerahan
obat, informasi obat, konseling, dan monitoring penggunaan obat).
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
a. Persyaratan adminitrasi
a) Nama, SIP, dan alamat dokter
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
e) Cara pemakaian yang jelas
f) Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan
lama pemberian obat.
c. Pertimbangan klinis
Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,
jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep

12
hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
3. Pemberian Harga
Resep diperiksa dan harga obat diberitahukan kepada pasien, jika
harga obat tidak sesuai dengan keadaan ekonomi pasien, maka dapat
mengusul pembelian obat sesuai keadaan ekonomi pasien. Dan akan
dibuatkan copy resep.
Salinan resep (copy resep, apograph, exemplum, atau afschrift)
adalah salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil fotokopi, salinan
resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli
harus memuat pula :
1) Nama dan alamat apotek
2) Nama dan nomor SIK Apoteker pengelolah apotek
3) Tanda tangan atau paraf apoteker pengelolah apotek
4) Tanda “det” = “detur” untuk obat yang sudah diserahkan, atau
tanda “nedet” = “ne detur” untuk obat yang belum diserahkan, dan
“did” untuk obat yang hanya diberikan setengah.
Salinan resep harus ditanda tangani apoteker, apabila apoteker
pengelolah berhalangan, penanda tangan atau paraf pada salinan resep
dapat dilakukan oleh apoteker pengganti.
4. Penyiapan dan Peracikan
Pada tahap ini dilakukan penyiapan etiket, kemasan, perhitungan dosis
dan peracikan.
5. Pemeriksaan Akhir
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, maka harus dilakukan
pengecekan kembali tentang kesesuaian obat dengan etiket dan obat
dengan resep.
6. Penyerahan obat dan pemberian informasi obat (PIO)
Pasien diberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti
serta terkini. Informasi yang diberikan sekurang-kurangnya meliputi

13
cara pemakaian obat, cara penyimpanan serta makanan dan minuman
yang harus dihindari selama terapi.

5.8 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika


5.8.1 Pengolahan Narkotika
a. Pengertian Narkotika menurut peraturan menteri kesehatan RI No.
3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan
pelaporan Narkotika, psikotropika, dan prekursor Farmasi.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergatungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undamg-
undang tentang Narkotika.
Penggolongan Narkotika berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
RI NO. 2 tahun 2017:
1. Narkotika Golongan I
a. Ganja, semua tanaman Genus Cannabis dan semua bagian dari
tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman
ganja atau bagian tanaman ganja termasuk dammar ganja dan
hasis.
b. Tanaman Papafer somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
c. Cocain (Eryhroxylon coca) semua hasil-hasil yang diperoleh
dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk
mendapatkan Kokaina.
2. Narkotika Golongan II
a. Morfin metobromida dan keturunan dan turunan morfina
nitrogen pentafalen lainnya termasuk bagian turunan morfin-N-
oksida, salah satunya kodeina-Noksida.

14
Ekgonina termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan
ekgonina dan kokaina.

b. Tebaina
3. Narkotika Golongan III
a. Nikokodina
b. Norkodeina
c. Kodeina
d. Polkodina

1. Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat di lakukan oleh Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pemesanan Narkotika bagi apotek di
tandatangani oleh APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap
empat, dimana tiap jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat
pesanan yang dilengkapi dengan SIPA Apoteker dan stempel apotek.

2. Penyimpanan Narkotika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2015 Bab
III Pasal 33, apotek harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika
Berupa lemari khusus. Lemari khusus berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab. Adapun tata cara penyimpanan
Narkotika di atur dalam PerMenKes No.28/Menkes/Per/1987 tentang
tata cara penyimpanan narkotika pasal 5 dan 6 menyebutkan bahwa
apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika
yang memenuhi persyaratan yaitu:
a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b) Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
c) Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya

15
serta persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan
narkotika yang digunakan sehari-hari.
d) Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang
40x80x100 cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau
lantai.
e) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh MenKes.
f) Anak kunci lemari khusus harus di pegang oleh pegawai yang
diberi kuasa.
g) Lemari khusus harus diletakkan si tempat yang aman dan yang
tidak diketahui oleh umum.

Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015 Bab III pasal 25 tempat


penyimpanan Narkotika adalah sebagai berikut:

a) Tempat penyimpanan Narkotika dapat berupa gudang, ruangan,


atau lemari khusus.
b) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang lain selain Narkotika.

3. Pelayanan resep mengandung narkotika


Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep doktek
dengan ketentuan berdasarkan surat edaran BPOM
No.336/EE/SE/1977 antara lain dinyatakan:
1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 undang-undang No. 9 tahun
1967 tentang narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep
yang mengandung Narkotika, walaupun resep tersebut baru
dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep
aslinya.

16
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh di
layani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah
iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.

4. Pelaporan Narkotika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tahun 2015 pasal
45 ayat 6 dinyatakan bahwa Apotek, Instalasi Farmasi Rumah sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu pengetahuan, dan dokter
praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika.
Laporan harus dilandatangani oleh apoteker pengelolah apotek,
kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Republik
Indonesia Propinsi setempat dengan tembusan kepada:
a) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
b) Balai POM setempat
c) Penanggung jawab narkotika PT.Kimia Farma Tbk
d) Arsip

Laporan yang ditandatangani APA meliputi:

a) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika


b) Laporan penggunaan bahan baku narkotika
c) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin laporan
narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

5.8.2 Pengolahan Psikotropika


Pengertian psikotropika menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 3 Tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan
pelaporan Narkotika, psikotropika, dan prekusor Farmasi. Psikotropika
adalah zat/ bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

17
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3
Tahun penggolongan psikotropika dibagi menjadi 2 Golongan yaitu
Golongan 2 dan golongan 4. Pada Permenkes ini Golongan 1 dan
Golongan 3 tidak tercantum.
1. Golongan II
a. Amineptina
b. Metilfenidat
c. Sekobarbitar
2. Golongan IV
a. Allobarbital
b. Alprazolam
c. Amfepramona
d. Aminoreks
e. Barbital
f. Benzfetamina
g. Diazepam

1) Pemesanan Psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan
obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani
oleh APA yang mempunyai SIPA, yang di kirim ke pedagang besar
farmasi. Pemesanan psikotropika tidak memerlukan surat pemesanan
khusus dan dapat di pesan apotek dari PBF atau pabrik obat.
Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam undang-undang No.5
1997 pasal 12 ayat 2 dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh
apotek hanya dapat di lakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan ressep. Satu
lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri dari beberapa jenis
obat psikotropika.

18
2) Penyimpanan Psikotropika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tahun 2015 Bab III
pasal 33 Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan harus memiliki
tempat penyimpanan psikotropika berupa lemari khusus. Lemari
khusus berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
Tempat penyimpanan Psikotropika berdasarkan Permenkes No. 3
tahun 2015 adalah sebagai berikut:
a. Tempat penyimpanan Psikotropika beruba gudang, ruangan, atau
lemari khusus.
b. Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain psikotropika.
3) Penyerahan Psikotropika
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek-
apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan
kepada pasien berdasarkan resep dokter.
4) Pelaporan Psikotropika
Berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2015 pasal 45 ayat 6 dinyatakan
bahwa, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Lembaga Ilmu pengetahuan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan psikotropika, setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat.
5) Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan Undang-undang No.5 Tahun 1997 pasal 53 tentang
psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan
dengan tindak pidana, di produksi tanpa memenuhi standar dan
persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan alam proses
psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.

19
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan
oleh pejabat yang di tunjuk alam waktu 7 hari setalah menapat
kepastian, berita acara pemusnahan tersebut memuat:
1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.
2) Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelolah apotek.
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari
apotek tersebut.
4) Nama dan jumlah psikotropika yang di musnahkan
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

20
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK
3.1 Sejarah Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817.
Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi perusahaan
Belanda di massa awal kemerdekaan, pada tahun 1958 Pemerintah
Republik Indonesia melakukan peleburan sejumblah perusahaan
farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhineka Kimia
Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum
PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan
berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero), sebuah perusahaan
farmasi negara yang bergerak dalam bidang industry farmasi,
distribusi, dan apotek. Sampai dengan tahun 2002, apotek merupakan
salah satu kegiatan usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk, yang
selanjutnya pada awal 2003 diubah menjadi PT Kimia Farma Apotek.
PT Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT Kimia
Farma (Persero) Tbk sejak tanggal 4 januari 2003 berdasarkan akta
pendirian NO.6 Tahun 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Imas
Fatimah S.H di jakarta dan telah diubah dengan akta No. 42 Tanggal
22 April 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Nila Noordjasmani
Soeyasa Besar, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Mentri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat
keputusan No: C-09648 HT.01.01.TH 2003 tanggal 1 Mei 2003.
Pada tahun 2010 dibentuk PT Kimia Farma Diagnostika dan
merupakan anak perusahaan PT Kimia Farma Apotek yang
melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha Perseroan di bidang
laboratorium klinik.
Saat ini PT Kimia Farma Apotek bertransformasi menjadi
healthcare provider company. Suatu perusahaan jaringan layanan

21
kesehatan terintegrasi dan terbesar di Indonesia, yang pada akhir tahun
2015 memiliki 725 apotek, 300 klinik dan praktek dokter bersama, 42
laboratorium klinik, dan 10 optik, dengan visi menjadi perusahaan
jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan
solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.

3.2 Profil Apotek Kimia Farma Sario 2


Apotek Kimia Farma Sario 2 adalah salah satu apotek
jaringan Kimia Farma di provinsi Sulawesi Utara beralamat di jl.
Bethesda No.72 sario, manado. Struktur Organisasi Apotek Kimia
Farma Sario Terdiri dari:
1) Dhj

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh apotek Kimia Farma adalah
adanya swalayan farmasi, dan hal ini juga dilaksanakan di Apotek
Kimia Farma Sario 2. Hal ini bertujuan mempermudah konsumen
dalam memilih dan mendapatkan obat ataupun barang lain selain
obat yang dibutuhkan di Apotek. Produk-produk yang dijual di
swalayan farmasi.
Fasilitas-fasilitas yang ada diapotek Kimia Farma Sario antara
lain :
1. Papan Nama
2. Tempat parkir
3. Ruang tunggu pasien
4. Ruangan full AC
5. Penerangan yang memadai
6. Toilet
7. Praktek dokter kandungan,
8. Swalayan Farmasi
9. Gudang
10. Kursi Meja

22
Pengaturan obat dn alat kesehatan di Apotek Sario di tata
berdasarkan :
1. Golongan obat(Obat bebas, bebas terbatas, keras, narkotika dan
psikotropika, generik, produk kimia farma dan pil kb, )
2. Jenisnya (alat kesehatan)
3. Kelas terapi (Antibiotik)
4. Bentuk sediaan (sirup, drops, tablet, salep kulit, salep mata,
obat tetes steril)
5. Alfabetis
6. Suhu (suppositoria, insulin, dan sebagian tetes mata yang
memerlukan suhu tertentu dalam penyumpanannya)
7. FEFO (First Exipired First Out) dan FIFO (First In First Out)

3.3 Alur Distribusi Obat

Alur distribusi obat di Apotek kimia Farma Sario 2 dimulai dengan


perencanaan dan pengadaan obat. Perencanaan dan pengadaan obat di
Apotek dilakukan dengan melihat hasil dari stock opname, buku
defacta dan defacta harian. Pemesanan dilakukan seminggu sekali.
Stock opname dilakukan tiga bulan sekali.

3.4 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Sario 2

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan praktek belajar lapangan selama dua


minggu di Apotek Kimia Farma 74 Samrat, sarana-prasarana,
managemen kefarmasian dan pelayanan kefarmasian Apotek Kimia
Farma 74 Samrat telah memenuhi standar yang ada.
Apotek Kimia Farma 74 Samrat akan membuat defecta (buku order
barang) atau buku rencana anggaran pembelian barang yang bertujuan
sebagai fungsi kontrol persediaan obat kosong, dan kemudian dibuat
Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) pada hari berikutnya untuk
pengadaan obat. Setelah itu pada hari yang sama, BPBA tadi
dimasukkan ke gudang Kimia Farma Pusat untuk diproses pengadaan
obatnya. Kemudian obat-obat yang dari gudang Kimia Farma Pusat
diberikan pada APP atau apotek pelayanan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan validasi apakah obat-obat yang diberikan sesuai atau
tidak dengan BPBA. Setelah itu, obat-obat distock.
Khusus untuk psikotropika dan narkotika, apotek harus membuat surat
pemesanan (SP) khusus yang ditandatangani oleh apoteker penanggungjawab.
Apotek harus membuat laporan penggunaan psikotropika dan narkotika, tiap
bulan untuk narkotika dan tiap tiga bulan untuk psikotropika, kemudian laporan
tersebut dimasukkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara.
Penerimaan obat dilakukan oleh Apoteker atau Asistent Apoteker dengan
melakukan pencocokan Surat Pemesanan dengan BPBA, pengecekan No. Batch,
Expire Date, kondisi fisik obat dan jumlah obat.
Perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 74 Samrat disimpan
berdasarkan abjad, bentuk sediaan, golongan obat, alat kesehatan, dan sesuai

24
dengan lancarnya pengeluaran obat (pareto), berdasarkan nama generik, dan
berdasarkan stabilitas obat. Penyimpanan di Apotek Kimia Farma 74 Samrat
menganut sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
Apotek Kimia Farma 74 Samrat memiliki dua gudang yang pertama untuk
penyimpanan obat yang dijual di apotek dan yang kedua untuk penyimpanan
produk-produk yang akan dijual di swalayan.
Penjualan di Apotek Kimia Farma 74 Samrat terdiri dari penjualan obat
dengan resep dan tanpa resep. Pelayanan obat dengan resep terdiri dari resep tunai
dan resep kredit. Pelayanan obat dengan resep tunai dilakukan dengan penerimaan
resep oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian dilakukan skrining resep,
pengecekan stok obat, mengambilan obat, untuk resep yang membutuhkan
peracikan akan dilakuakan perhitungan jumlah obat, penggerusan, pembagian dan
mengemasan, obat dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket sesuai dengan
resep. Apoteker atau Asisten Apoteker yang akan menyerahkan obat harus
memeriksa kembali obat serta penulisan etiket apakah telah sesuai dengan resep
yang ada, kemudian obat diserahkan kepada pasien dan memberi informasi
mengenai obat yang akan digunakan. Untuk pelayanan resep kredit sama halnya
dengan resep tunai tetapi untuk resep kredit pasien tidak membayar langsung ke
Apotek tetapi melalui Jaminan Kesehatan tertentu. Sedangkan untuk pelayanan
obat tanpa resep (swamedikasi) dilayani dengan cara pasien memberitahukan
keluhan kepada Apoteker, lalu Apoteker menyarankan obat sesuai dengan
keluhan pasien dan memberitahukan harga obat, jika pasien setuju maka
dilakukan penyiapan obat seperti pada pelayanan resep tunai kemudian diserahkan
kepada pasien dengan memberikan pelayanan informasi obat (PIO) ataupun
pasien langsung datang membeli obat tanpa melakukan konsultasi sebelumnya
dengan Apoteker.
Salah satu strategi dalam pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 74
Samrat, apabila terdapat obat yang kosong maka pihak Apotek akan memberikan
obat dengan dosis dan terapi yang sama atau Apotek akan menghubungi Apotek
Kimia Farma yang lain menyediakan obat yang dimaksud yang nantinya akan

25
diambil oleh pasien dengan menggunakan nota TA (Tinggal Ambil) tetapi hal
tersebut akan dilakukan apabila mendapatkan persetujuan dari pasien.
Pengendalian obat dalam Apotek Kimia Farma 74 Samrat dilakukan setiap
tiga bulan sekali yaitu dengan melakukan “stock opname”. Hal ini dilakukan
untuk mengecek exp.date, stok obat yang ada dan menyesuaikan stok fisik dengan
stok yang telah di input dalam komputer.
Sarana dan prasarana yang tersedia dalam Apotek Kimia Farma 74 Samrat
meliputi ruang tunggu, swalayan, ruang peracikan, tempat pencucian alat, ruang
penyimpanan obat dan alat kesehatan lainnya, ruang penyimpanan khusus seperti
kulkas, lemari khusus untuk penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, tempat
penyerahan obat, serta buku-buku literatur, komputer dan printer untuk
memudahkan pelayanan.

26
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama kegiatan PBL di
Apotek Kimia Farma Samrat dapat disimpulkan bahwa pada pelayana
kefarmasian serta sarana dan prasarana telah memenuhi standar dann aturan
yang ada. Apotek Kimia Farma 74 Samrat melayani pembelian obat dengan
resep dan tanpa resep. Selain melayani resep tunai, Apotek Kimia Farma juga
melayani resep kredit.
Apotek Kimia Farma 74 Samrat tidak terlepas dari Apotek Kimia Farma
lain yang ada di Manado karena jika obat atau alkes yang dibutuhkan pasien
tidak ada maka atas persetujuan pasien Apotek Kimia Farma 74 Samrat akan
menghubungi Apotek Kimia Farma yang lain sehingga obat atau alkes yang
dibutuhkan pasien dapat tersedia. Hal ini dapat memudahkan pasien dan
memberikan nilai tambah bagi Apotek Kimia Farma..
Untuk penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 74 Samrat berdasarkan
Alfabet, bentuk sediaan, pareto, efek farmakologis, berdasarkan nama
generic, dan stabilitas sediaan.
Apotek Kimia Farma 74 Samrat juga melakukan pelayanan yang ramah
kepada pasien. Sehingga jarang ditemukan ketidakpuasan pasien. Sebagai
mahasiswa PBL kami juga disambut dengan baik dan setiap karyawan
membantu, membimbing dan mengajarkan kami untuk melakukan setiap
tugas dengan baik. Ada banyak hal yang tidak bisa dipelajari melalui
pendidikan formal melainkan hanya bisa dipelajari ketika berada di
lingkungan pekerjaan untuk itu kegiatan praktek seperti ini sangat diperlukan.

27
B. Saran
1. Sebaiknya dapat memperluas tempat peracikan dan tempat

penyimpanan obat serta gudang swalayan.

2. Sebaiknya menambah alat tulis yang dipakai dalam hal ini pulpen.

3. Sebaiknya disediakan tempat makan pegawai.

4. Sebaiknya dibuat ruang tertutup untuk konseling pasien.

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017


Tentang Apotek
Menkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
http://ilmu-kefarmasian.blogspot.in/2014/03/semua-tentang-apotek
( Diakes 29 April 2018).
http://ilmu-kefarmasian.blogspot.in/2014/02/pengelolaan-narkotika-dan-
psikotropika ( Diakses 29 April 2018).
http://www.mipa-farmasi.com/2017/02/permenkes-nomor-73-tahun -2016
( Diakses 29 April 2018).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/per/1978

iv
LAMPIRAN

Tempat Penyimpanan Obat – Obat Generik


Tempat Penyimpanan Obat Pareto

Tempat Penyimpanan Obat-Obat Golongan Antibiotik


Tempat Penyimpanan Obat-Obat Tertentu

Tempat Penyimpanan Obat-Obat Psikotropika


Tempat Penyimpanan Obat Narkotika

Tempat Penyimpanan Obat yang membutuhkan Suhu Tertentu


Tempat Meracik Obat

Tempat Penyimpanan Obat Sediaan Sirup


Tempat Penyimpanan Sediaan Tetes Mata, sediaan injeksi & Obat Asuransi

Tempat Penyimpanan Sediaan Tetes Telinga


Tempat Penyimpanan Obat Generik

Tempat Penyimpanan Suplement


Contoh Kwitansi

Contoh Etiket di Apotek

Contoh Copy Resep Contoh Faktur pembelian


Swalayan Farmasi di Kimia Farmasi 74 Samrat

Tempat Penyerahan Obat

Anda mungkin juga menyukai