KEPERAWATAN MATERNITAS I
PROMOSI KESEHATAN
IMUNISASI PADA IBU HAMIL PADA TRIMESTER KETIGA
Pembimbing:
Dwi Prasetyaningati, S.Kep., Ns., M.Kep.
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga saya ucapkan
kepada dosen pembimbing Ibu Dwi Prasetyaningati, S.Kep.,Ns M.Kep yang turut
membimbing kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di
tentukan. Terima kasih juga kepada teman-teman yang turut andil dalam penyelesaian makalah
ini.
Sholawat serta salam senantiasa saya haturkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Makalah
ini kami buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai Imunisasi Ibu Hamil Pada Trimester Ketiga dengan harapan agar para mahasiswa
bisa lebih memperdalam pengetahuan tentang makalah ini.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 1.
Dengan segala keterbatasan yang ada ,penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya
guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya saya ucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya.
Penulis
2
Daftar Isi
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan angka 248 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 Angka Kematian Ibu maternal menunjukkan angka
yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan Angka
Kematian Bayi sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu maternal pada tahun 2008 di Kabupaten sebesar 131 per 1000
kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 106 per 1000 kelahiran
hidup.
Tingginya angka kematian di Indonesia salah satunya diakibatkan tetanus
neonatorum. Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus
dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini sedikit menurun
dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan
Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha
pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis ditunjang dengan Imunisasi
Tetanus Toxoid pada ibu hamil.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis imunisasi yang aman.
2. Untuk mengetahui jenis imunisasi yang khusus.
3. Untuk mengetahui efek samping dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui jenis imunisasi yang diberikan pada ibu hamil trimester ketiga.
5
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
6
hamil yang ada bukti serologis, tidak dapat terdeteksi influenza A, spesifik IgM, juga
tidak ditemukan bukti adanya transmisi transplcental dari virus influenza atau produksi
autoantibodi pada komplikasi kehamilan. Infeksi influenza tidak signifikan akibatnya
bagi hasil luaran persalinan, kesehatan bayi baru lahir atau ibu. Keuntungan vaksin
melindungi dari risiko meningkatnya influenza dalam kehamilan. Beberapa penelitian
menunjukkan respon antibodi pada vaksin influenza sama pada wanita hamil dan tidak
hamil. Respon antibodi diukur pada 15 wanita hamil 4-6 minggu, kemudian diikuti
setelah vaksinasi pada trimester kedua dan ketiga hasilnya sama dengan titer pada
wanita tidak hamil yang divaksinasi. Berdasarkan bukti meningkatnya risiko kematian
pada wanita hamil dari dua daerah pandemik influenza. Keuntungan vaksinasi pada
wanita hamil dapat mengurangi risiko kesakitan pada ibu dan kematian pada musim
Influenza. Hasil dari penelitian RCT, imunisasi pada wanita hamil dapat melindungi
dari demam, Berdasarkan data dari Texas ditemukan bayi dibawah 6 bulan yang
dilahirkan dari wanita yang diimunisasi sedikit yang menderita sakit pernapasan akut
(tanpa pemeriksaan laboratorium) selama musim influenza pada tahun 2004- 2005,
ketika dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari wanita yang tidak diimunisasi
selama hamil (10,9% : 31%, p<0,001).
Berdasarkan RCT di Bangladesh pada wanita hamil trimester II dan III yang
mendapat vaksin influenza efektif melindungi dari penyakit saluran pernapasan yaitu
28%. Pada 13 wanita hamil yang divaksin influenza, memiliki antibodi yang tinggi
melalui transfer transplacental dari 87% sampai 99%, tergantung dari antibodi Ig G.
Bukti Ilmiah keamanan vaksin influenza dalam kehamilan dari hasil penelitian adalah
dari USA, dianalisa 650 pasangan ibu dan anak yang terregistrasi dengan proyek
perinatal kolaborasi US (1959-1965) yang menerima vaksin influenza pada trimester
pertama. Proyek ini diikuti 50897 wanita hamil pada usia kehamilan 20 minggu yang
datang pada klinik antenatal di beberapa rumah sakit di AS. Tujuan utamanya untuk
menilai 3 faktor-faktor dalam kehamilan yang berhubungan dengan cerebral palsy dan
kerusakan lainnya pada sistem saraf pusat. Tidak signifikan reactogenicity termasuk
demam, nyeri. Rekomendasi dari Advisory Commitee on Imunization Practises
(ACIP) pemberian imunisasi rutin pada kehamilan trimester dua dan tiga. Sejak tahun
2004 ACIP merekomendasikan pemberian vaksinasi Influenza secara rutin pada semua
trimester untuk kesehatan wanita hamil selama musim influenza. Di Australia,
7
vaksinasi direkomendasikan untuk kesehatan wanita yang hamil trimester II dan III
selama musim influenza, termasuk trimester pertama dalam kehamilan. Germany’s
Standing Commision on Vaccination (STIKO) tidak merekomendasikan vaksin
influenza secara rutin pada ibu hamil.
b. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus,
penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan hati berat seperti hati yang mengeras atau
sirosis hati dan bahkan kanker hati dan menyebabkan kematian pada akhirnya.
Sebelum menjadi hamil, seharusnya calon ibu memeriksakan diri untuk memastikan
bahwa dirinya tidak sedang terinfeksi dengan virus Hepatitis B. Karena untuk bayi
yang lahir ini akan terinfeksi juga dari ibu yang positif terinfeksi virus Hepatitis B,
maka begitu bayi dilahirkan, kita harus segera memberikannya vaksin Hepatitis B
ditambah dengan zat immunoglobulin anti Hepatitis B, untuk melawan infeksi virus
Hepatitis B dari ibunya.
Hepatitis B (HBV) infeksi selama kehamilan dapat mengakibatkan penyakit
berat baik bagi ibu, janin, dan akhirnya untuk neonate. Imunisasi dianjurkan universal
di Amerika Serikat untuk semua orang di bawah usia 18 tahun dan mereka lebih tua
dari yang yang mengalami peningkatan risiko eksposur. Kehamilan bukan merupakan
kontraindikasi untuk imunisasi HBV dan vaksin harus diberikan kepada orang-orang
dengan risiko pekerjaan atau gaya hidup, kelompok risiko khusus pasien (seperti yang
menjalani hemodialisis), mereka yang memiliki penyakit menular seksual lainnya,
rumah tangga dan kontak seksual pembawa HBV, penjara tahanan, dan untuk
pelancong internasional untuk daerah-daerah endemik. Semua wanita hamil harus
memiliki skrining prenatal dini untuk kekebalan tubuh dan, jika rentan dan jika mereka
memiliki faktor risiko, harus diimunisasi. Semua wanita hamil harus diskrining untuk
infeksi hepatitis virus B aktif karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak tahu
dan, jika mereka memiliki infeksi hepatitis B, bayi baru lahir harus menerima kelahiran
dosis vaksin hepatitis B dan hepatitis B globulin imun -memberikan baik di dalam jam
lahir mengurangi kemungkinan bahwa anak akan menjadi terinfeksi virus hepatitis B
dan, jika terinfeksi, mengurangi kemungkinan bahwa bayi akan terinfeksi secara
kronis.
8
c. Meningococal
Penyebab meningitis pada anak usia 2-18 tahun. Lebih kurang 3000 kasus dari
penyakit meningococal, 10-13% dari kasus berakibat fatal, dengan pemberian
antibiotik pada awal penyakit. Vaksin menigococal mengandung polisakarida yang
terdiri dari serogroup yaitu Neisseria meningitidis. Vaksinasi secara rutin diberikan
pada kelompok yang berisiko tinggi. Penelitian menunjukkan vaksin meningococcal
aman ketika diberikan pada wanita hamil. Penelitian di Gambia dengan kontrol studi
dimana vaksinasi diberikan pada trimester terakhir dari kehamilan. Semua wanita
memiliki respon yang baik pada imunisasi dan antibodi meningkat selama persalinan.
Imunisasi pada ibu dapat memberikan perlindungan pada bayi dari penyakit
meningococal hanya selama beberapa bulan pertama dari kelahiran.
d. Diptheri
Diptheri adalah infeksi pada hidung, faring, laring atau infeksi pada mucus
membran yang dapat menyebabkan neuritis, myocarditis, thrombositopenia dan
ascending paralisis. Vaksin diphtheria direkomendasikan untuk wanita hamil karena
tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin diptheri teratogenik.
e. Rabies
Rabies adalah infeksi virus yang ditularkan pada umumnya dari air liur hewan.
Tidak ada gejala yang khusus dari enchepalitis yaitu ditandai kebingungan, halusinasi
dan pikiran aneh dan pendek. Disregulasi pada sistem saraf otonom dan saraf kranial
menimbulkan keluarnya busa dari mulut. Bentuk vaksin rabies adalah tidak aktif dan
tersedia di Amerika Serikat, semua mempertimbangkan keamanan dan
keberhasilannya. Tidak teridentifikasi adanya hubungan antara pemberian vaksinasi
rabies dengan keabnormalan janin. Pertimbangan potensial risiko bagi ibu dan janin
dari rabies yang tidak diobati. Sebagai pedoman sebaiknya dilakukan profilaksis pada
wanita hamil dan tidak hamil.
9
Eropa, Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Angka kematian tinggi dan potensial risiko
gangguan pernapasan. Vaksin antrax dikembangkan pada tahun 1965, disiapkan dari
bakteri bebas yang mengandung 3 toksin utama yang diproduksi dari bakteri : antigen
pelindung, faktor lethal, dan faktor edema. Jadwal vaksinasi yang direkomendasikan
yaitu diberikan sebanyak 3 kali yaitu interval 1-2 minggu dan yang ketiga dengan jarak
6 bulan. Vaksin antrax memberikan efek samping kesehatan reproduksi bagi yang
mendapatkannya. Berdasarkan penelitian retrospektif didapatkan adanya bayi yang
lahir cacat, setelah ibunya mendapatkan imunisasi antrax. Semuanya dilahirkan antara
tahun 1998 dan 2004. 115.169 bayi yang dilahirkan dari wanita selama periode
tersebut, 37.140 lahir dari wanita yang pernah mendapatkan vaksin antrax dan 3.465
lahir dari wanita yang divaksinasi pada trimester pertama kehamilan. Bayi yang ibunya
mendapatkan vaksinasi pada trimester pertama pada umumnya melahirkan bayi cacat
dibandingkan dengan wanita yang divaksinasi diluar trimester pertama. Informasi ini
dapat dipertimbangkan dalam memberikan vaksin antrax pada wanita hamil.
b. Hepatitis A
Hepatitis A menginfeksi ±100,000 orang di AS dengan 100 orang meninggal.
Ini berasal dari kontak orang ke orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Efek patologi dari hepatitis A yaitu terbatas di hati. Hepatitis A
mereplikasi sel hati, virions dari hepatosit yang terinfeksi ke sinusoid hepar dan
kanalikuli, dimana melewati usus dan dikeluarkan melalui feses. Selama 2 minggu
sebelumnya tampak kekuningkuningan. Konsentrasi viral dalam darah lebih rendah
dibandingkan di feses. Sebagian wanita di AS, kehamilan bukanlah faktor risiko dari
infeksi hepatitis A. Dilaporkan 2 kasus yang ibunya menderita hepatitis A selama
trimester pertama kehamilan dan bayi mereka mengalami mekonium peritonitis.
Risiko penularan hepatitis A pada trimester ketiga kehamilan ke bayi rendah. Bayi
yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Keamanan pemberian vaksinasi hepatitis A
selama kehamilan belum dapat ditentukan. Vaksin Hepatitis A dikembangkan dari
kultur sel diploid dari virus yang dikembangkan. Vaksin Hepatitis A dihasilkan dari
virus yang tidak aktif. Risiko ke janin rendah, untuk itu risiko vaksinasi lebih rendah
dari risiko infeksi dari hepatitis A. Contohnya yang melakukan perjalanan di daerah
endemik atau menggunakan obat-obatan melalui IV. Akhirnya, wanita hamil
10
dianjurkan diberikan immunoglobulin, dipertimbangkan aman selama kehamilan dan
lebih dari 85% efektif untuk mencegah infeksi akut.
c. Pneumococcal
Infeksi Pneumococcus disebabkan oleh bakteri yang berakibat serius bagi
kesehatan di seluruh dunia. Ini diperkirakan menyebabkan kematian bagi 1 juta anak-
nak balita setiap tahun. Kebanyakan mereka yang terkena pneumonia meninggal rata-
rata 2 anak per hari di Amerika Latin. Meningitis pneumococcal dapat mencapai 10 -
30 % kematian. Dengan angka kesakitan dan angka kematian tertinggi pada balita.14
Pneumococal dihubungkan dengan penyakit pneumonia. Vaksinasi pada saat hamil
dan menyusui mungkin berguna untuk mencegah infeksi pada bayi. Dilakukan
penelitian dengan membagi 3 kelompok ternyata antara ibu yang selama hamil
diberikan vaksin, setelah hamil dan tidak mendapat vaksin tidak ada perbedaan.
Akhirnya diambil kesimpulan bahwa pemberian vaksinasi polisakarida selama hamil
tidak menurunkan angka kejadian pneumoccoccal.
d. Polio (IPV)
Virus polio adalah virus dgn 3 perbedaan yang menyebabkan penyakit.
Infeksinya tidak bergejala seperti paralysis dan non paralysis penyakit. Penyakit ini
menjadi masalah bagi seluruh dunia, tetapi telah ditemukan vaksin polio oral. ACIP
merekomendasikan vaksin inaktif polio (IPV), termasuk OPV atau kombinasi OPV-
IPV. Walaupun tidak ada yang tercatat efek penggunaan OPV atau IPV pada wanita
hamil dan bayinya. Kedua vaksin tersebut sebaiknya tidak diberikan selama hamil.
Walaupun CDC merekomendasikan pemberian IPV pada wanita hamil yang memiliki
risiko terinfeksi polio dan yang akan melakukan perjalanan di daerah endemik polio.
e. Typhoid
Thypoid mengakibatkan 17 juta orang demam tifoid dan 200 ribu meninggal.
Demam tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman melalui rute kotoran dan
mulut. Di beberapa daerah endemik dimana kualitas dari suplai air minum dan fasilitas
WC tidak standar, angka kejadian kira-kira 100 per 100.000 orang per tahun.2 Di
Nepal hampir 40% infeksi dengan kultur positif. Banyak kasus dari demam thypoid di
negara berkembang menyerang orang yang berpergian ke daerah yang berisiko tinggi
seperti Amerika Selatan, India dan Afrika barat, atau berisiko sedang seperti Mexiko,
Haiti, Afrika dan Iran. Penularan Salmonella Typhosa meningkat selama di
11
perjalanan.15 Ada dua tipe dari vaksin thypoid yang digunakan sekarang yaitu vaksin
yang dilemahkan melalui oral dan vaksin polisakarida melalui suntikan. Vaksin oral
diberikan dalam 4 dosis dengan laporan efisien rata-rata (50-95%). Tidak ada bentuk
vaksin yang dianjurkan diberikan kepada ibu hamil, oleh karena oral berasal dari
vaksin hidup dan merupakan kontraindikasi untuk diberikan kepada wanita hamil.
Kontraindikasi bentuk parenteral belum ditemukan. Keuntungan dan risiko imunisasi
harus dipertimbangkan bagi wanita hamil.
f. Vaccinia (Cacar Air)
Cacar air adalah orthopoksivirus, yang ditemukan pada tahun 1980. Dengan
gejala meliputi demam tinggi dan diikuri dengan benjolan kemerah-merahan yang
akan menyerang muka dan eksteremitas. Cacar air biasanya menyebar melalui droplet
dan kontak langsung selama 10 hari setelah cacarnya pecah. Sekarang di dunia dibuat
kebijakan imunisasi dan 7 perlindungan darurat untuk menangkal cacar air. Amerika
Serikat bekerja sama dengan CDC mengimplementasikan program vaksinasi untuk
orang yang berisiko tinggi dan memiliki risiko komplikasi yang rendah dari vaksinasi.
Vaksinasi Vaccinia tidak dianjurkan diberikan secara rutin dan tanpa indikasi darurat
pada wanita hamil. Wanita hamil yang terpapar dengan virus cacar air (kontak
langsung, serumah dengan penderita cacar air) berisiko tinggi terkena penyakit
tersebut sebaiknya divaksinasi. Infeksi cacar air pada wanita hamil dilaporkan hasilnya
lebih dibandingkan dari wanita yang tidak hamil. Oleh karena itu, ibu dan janin
berisiko sebaiknya diimunisasi. Vaksin Vaccinia tidak teratogenik atau menyebabkan
kelainan kongenital, virus dilaporkan jarang menyebakan infeksi pada janin, dengan
risiko lesi pada kulit, kelahiran prematur, lahir meninggal, kematian bayi. Wanita
sebaiknya mencegah untuk hamil kurang lebih 4 minggu setelah vaksinasi. Tidak
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan. Seperti vaksinasi yang lainnya, memiliki
risiko dan keuntungan pada masing- masing pasien. Pada saat ini tidak ada diagnostik
yang reliabel untuk memeriksa infeksi intrauterin. Wanita hamil yang tanpa sengaja
diimunisasi sebaiknya dirujuk ke perinatologis.
g. Yellow Fever
Yellow fever adalah demam haemoragic sindrom yang disebarkan melalui
nyamuk yang berasal dari Amerika dan Afrika, daerah urban dan pinggiran. Vaksin
yellow fever adalah dari virus hidup yang dilemahkan yang tumbuh didalam embrio
12
telur. Tidak ada bukti ilmiah yang khusus menunjukkan keamanan imunisasi yellow
fever pada wanita hamil. Sejak infeksi ada, walaupun pada umumnya vaksinasi tidak
direkomendasikan selama kehamilan. Sedangkan untuk yang akan berpergian ke
tempat endemik dan tidak bisa ditunda dipertimbangkan untuk vaksinasi yellow fever.
2.4 Jenis Imunisasi Ibu Hamil yang Dianjurkan pada Usia Kehamilan Trimester K-3 Yaitu
Imunisasi TT
A. Definisi Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus
yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan
(Setiawan, 2006).
Penyakit tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun kuman
Clostridium tetani. Penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kejang
dan kegagalan pernapasan, yang berujung pada kematian. Pada dasarnya siapa saja
dapat terkena penyakit tetanus.
13
Tetapi yang paling rentan adalah bayi baru lahir dan ibu yang melahirkan.
Oleh karena itu, kelompok ini menjadi perhatian utama pencegahan penyakit tetanus.
Pencegahan tetanus pada ibu dan bayi dilakukan dengan mengimunisasi ibu yang
sedang hamil.
B. Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil
1. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani,
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat
(Saifuddin dkk, 2001)
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000). Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus
neonatorum (Depkes, 2004).
C. Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT Untuk Ibu Hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,
2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI,
2000).
1. Umur kehamilan mendapat imunisasi TT
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di
ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil
ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).
Antigen Interval Lama Perlindungan (%)
(Selang Waktu Minimal) Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ Seumur hidup 99
14
2. Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,
2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes
RI, 2000).
a. Kemasan
1) 1 bok vaksin terdiri dari 10 vial.
2) 1 vial berisi 10 dosis.
3) Vaksin TT berbentuk cairan.
b. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4
minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000)
c. Jadwal pemberian
1) TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
2) TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan
perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
3) TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun,
dosis pemberian 0,5 cc.
4) TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun,
dosis pemberian 0,5 cc.
5) TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun,
dosis pemberian 0,5 cc.
3.1 Kesimpulan
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah
melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum, melindungi ibu terhadap
kemungkinan tetanus apabila terluka. Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali,
dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam. Imunisasi TT sebaiknya
diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. Biasanya
hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat
suntikan.Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT antara lain: Puskesmas,
Rumah sakit, Rumah bersalin, Polindes, Posyandu, Rumah sakit swasta, Dokter praktik,
dan, Bidan praktik.
3.2 Saran
Setelah memahami dengan jelas imunisasi TT, maka diharapkan para ibu hamil, untuk
melaksanakan Imunisasi TT, agar bayi yang dilahirkan tidak terkena penyakit Tetanus.
16
Daftar Pustaka
17