Anda di halaman 1dari 1

LAMPIRAN 1.

MEDICATION ERROR
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan
tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991, Basse &
Myers, 1998). Medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu : fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan
fase administration oleh pasien.
1) Error pada fase prescribing adalah error yang terjadi pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi: obat yang
diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi, tidak tepat obat atau ada obat yang tidak
ada indikasinya, tidak tepat dosis dan aturan pakai.
2) Fase transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses dispensing.
3) Error pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek.
4) Error pada fase administration adalah error yang terjadi pada proses penggunaan obat. Fase ini dapat
melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya.
Menurut Cohen (1991) dari fase-fase medication error di atas, dapat dikemukakan bahwa faktor penyebabnya dapat
berupa:
1) Komunikasi yang buruk, baik secara tertulis (dalam resep) maupun secara lisan (antar pasien, dokter dan
apoteker).
2) Sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi, sistem penyimpanan obat, dan lain
sebagainya).
3) Sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan
4) Edukasi kepada pasien kurang.
5) Peran pasien dan keluarganya kurang.
Dalam Surat Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, disebutkan bahwa Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pengobatan.
Dalam pelayanan resep, Apoteker harus melakukan Pengkajian Resep yang meliputi:
1) Persyaratan administratif
a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
b. nama dokter, SIP, alamat dokter, nomor telepon dan paraf dokter;
c. tanggal penulisan resep.
2) Kesesuaian farmasetika
a. bentuk dan kekuatan sediaan;
b. stabilitas;
c. kompatibilitas.
3) Pertimbangan klinis
a. ketepatan indikasi dan dosis obat;
b. aturan, cara dan lama penggunaan obat;
c. duplikasi dan/atau polifarmasi;
d. reaksi obat yang tidak diinginkan;
e. kontraindikasi;
f. interaksi.

Anda mungkin juga menyukai