Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH EFEK SAMPING OBAT ALAM

KHASIAT, EFEK SAMPING DAN KANDUNGAN KIMIA


BERBAHAYA OBAT HERBAL

Dosen : Apt. Hesti Trisnianti Burhan, S.farm., M.Farm

OLEH

NAMA : YEDHIT KURNIAWAN SJAHRUL


NIM : 917312906201011

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Efek Samping Obat Alam yaitu makalah tentang
Khasiat, Efek Samping, dan Kandungan Kimia Berbahaya Obat Herbal.

Adapun makalah Khasiat, Efek Samping, dan Kandungan Kimia Berbahaya


Obat Herbal telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah biologi ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Khasiat, Efek


Samping, dan Kandungan Kimia Berbahaya Obat Herbal dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Kendari, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................8
1.3 Manfaat................................................................................................................8
BAB II KHASIAT DAN EFEK SAMPINGOBAT TRADISIONAL..........................9
2.1 Pengertian Obat Tradisional................................................................................9
2.2 Penggolongan Obat Tradisional...........................................................................9
2.3 Manfaat dan Efek Samping Obat Herbal...........................................................13
BAB III OBAT HERBAL YANG BERBAHAYA.....................................................14
3.1 Berikut ini adalah ciri-ciri obat jenis ini yang berbahaya bagi tubuh Anda......14
3.2 Alasan Merek Obat Herbal Ini Berbahaya.........................................................16
BAB IV KANDUNGAN KIMIA OBAT HERBAL YANG BERBAHAYA............21
4.1 Bahan kimia obat (BKO) di dalam obat tradisional...........................................22
4.2 Tips Identifikasi Secara Cepat Adanya BKO di dalam Obat tradisional...........23
Bahaya macam-macam BKO yang sering dicampurkan kedalam obat tradisional. 23
4.3 Sanksi Terhadap Pelanggaran............................................................................26
BAB V CARA MENGATASI EFEK SAMPING DARI OBAT HERBAL...............28
BAB VI PENUTUP.....................................................................................................29
6.1 Kesimpulan........................................................................................................29
6.1 Saran..................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes RI No. 007 Tahun 2012),
bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung bahan kimia sintetik.

Obat tradisional terbuat dari campuran berbagai tumbuhan yang dapat dibuat menjadi
bentuk sediaan yang bervariasi diantaranya adalah kapsul, tablet, pil, dan lain-lain.
Menurut WHO, obat tradisional telah digunakan secara luas di dunia sejak hampir 20
tahun. Pada negara-negara seperti Ghana, Mali, Nigeria, dan Zambia, penggunaan
obat tradisional mencapai 60% dan sekitar 80% populasi di banyak negara
menggunakan obat tradisional sebagai perlindungan kesehatan mereka (Kayne,
2010).

Penggunaan obat tradisional secara luas oleh masyarakat disebabkan selain karena
alami, mudah didapat, serta harganya yang murah, penggunaan obat ramuan
tumbuhan secara tradisional ini tidak menghasilkan efek samping yang ditimbulkan
seperti yang sering terjadi pada pengobatan secara kimiawi, selain itu masih banyak
orang yang beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman
dibandingkan dengan obat sintesis (Thomas A.N.S, 1989).

Seiring dengan modernisasi, banyak masyarakat baik pria maupun wanita yang
menginginkan berat tubuh yang ideal serta mengurangi obesitas. Obesitas sendiri
dapat mengakibatkan munculnya penyakitpenyakit serius seperti diabetes mellitus
serta dapat meningkatkan resiko 2 kematian dini. Penyakit-penyakit kronis lainnya
seperti hipertensi, hiperlipidemia, jantung koroner, stroke, gangguan sistem
musculoskeletal, penyakit kandung empedu, serta beberapa jenis kanker meningkat
seiring dengan peningkatan berat badan sehingga dilakukan banyak cara dalam
perwujudannya menghindari obesitas serta mendapatkan berat badan yang ideal
(Malone, 2005).

Salah satunya dengan mengkonsumsi obat pelangsing tradisional yang


penggunaannya mudah, nyaman, aman, serta dapat diperoleh dengan harga yang
cukup terjangkau. Adanya faktor-faktor di atas menyebabkan banyaknya penggunaan
obat-obat pelangsing yang beredar di pasaran baik produk lokal maupun produk
impor yang dijual bebas di toko-toko obat maupun secara on line melalui internet
dalam berbagai macam bentuk sediaan diantaranya dalam bentuk pil, kapsul, maupun
dalam bentuk teh. Banyak produk pelangsing menjanjikan penurunan berat badan 8-
12 kg setelah 1 bulan disertai dengan testimonial konsumen yang telah mengalami
penurunan berat badan sesuai yang dijanjikan, namun anehnya produk ini
memberikan peringatan bahwa konsumen di bawah usia 10 tahun atau di atas 65
tahun, serta wanita hamil dilarang mengkonsumsi produk sehingga menimbulkan
kecurigaan bahwa produk pelangsing herbal tersebut ditambah dengan bahan kimia
obat tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat.

Selain itu juga tertulis bahwa penderita penyakit jantung dilarang untuk
mengkonsumsi produk, sehingga makin memperkuat dugaan bahwa obat herbal
pelangsing tersebut dicampur dengan bahan kimia obat yaitu Sibutramin HCl karena
salah satu efek samping penggunaan sibutramin HCl yaitu terjadinya peningkatan
resiko kardiovaskular. Banyaknya penggunaan obat pelangsing tradisional yang
beredar di masyarakat menyebabkan adanya penyalahgunaan produksi obat
tradisional yang tidak sesuai dengan pedoman cara pembuatan obat 3 tradisional yang
baik.

Berdasarkan Permenkes RI No. 007 tahun 2012, di dalam obat tradisional dilarang
mengandung bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik yang
berkhasiat sebagai obat. Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa sekitar 63%
tanaman obat tradisional dapat menyebabkan interaksi farmakokinetik dengan obat
konvensional jika dikonsumsi secara bersamaan. Misalnya, jamu yang mengandung
fenilbutason dapat menyebabkan peradangan lambung serta dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal, jamu yang mengandung sibutramin
HCl dapat meningkatkan resiko kardiovaskular (Hermanto dan Subroto, 2007).

Walaupun demikian, beberapa obat pelangsing tradisional ternyata diketahui


mengandung bahan kimia obat yaitu sibutramin. Biasanya, pencampuran obat
tradisional dengan bahan kimia obat sering dilakukan agar obat tradisional tersebut
dapat berkhasiat secara instan. Hal ini berbahaya pada tubuh karena selain memiliki
efek samping serta kontra indikasi, obat sintetik memiliki dosis tertentu yang harus
dipatuhi saat terapi agar menimbulkan efek terapi dan tidak terjadi reaksi toksisitas
karena kelebihan dosis pemakaian (over dose), apalagi bahan kimia obat yang
ditambahkan tidak diketahui jumlahnya. Sibutramin sendiri merupakan obat yang
digunakan sebagai pengobatan tambahan dalam membantu penurunan kelebihan berat
badan disamping olah raga dan pengaturan diet. Sibutramin menginduksi rasa
kenyang sehingga mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran
energi. Dari hasil studi SCOUT (Sibutramine Cardiovascular Outcomes Trial)
mengenai aspek keamanan penggunaan sibutramin jangka panjang, sibutramin
meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular pada pasien dengan riwayat penyakit
kardiovaskular (James, et al., 2010).

Untuk melindungi masyarakat dari bahaya obat tradisional yang dicemari dengan
bahan kimia obat, badan POM melakukan pembatalan izin 4 edar dan penarikan
produk obat yang mengandung bahan kimia obat. Salah satunya adalah pembatalan
izin edar dan penarikan produk obat yang mengandung sibutramin di antaranya
adalah Reductil®, Maxislim®, Redufast®, Slimact®, Redusco®, dan Decaslim®
berdasarkan Keterangan Pers Badan POM No PN.01.04.1.31.10.10.9829 tanggal 14
Oktober 2010 (www.pom.go.id).
Tidak hanya itu, berdasarkan lampiran public warning Badan POM No.
HM.03.05.1.43.09.12.6081 Tanggal 19 September 2012 tentang obat tradisional
mengandung bahan kimia obat, diketahui bahwa obat herbal pelangsing ABC Acai
Berry kapsul lunak mengandung bahan kimia obat yaitu sibutramin hidroklorida.
Selain obat herbal pelangsing di atas, ternyata masih banyak obat herbal pelangsing
lain yang kemungkinan besar mengandung bahan kimia obat sibutramin berdasarkan
perolehan hasil yang maksimal dalam waktu konsumsi yang relatif singkat, sehingga
perlu adanya suatu metode yang selektif dan sensitif untuk mendeteksi serta
menentukan jumlah sibutramin yang ditambahkan dalam obat-obat herbal pelangsing
tersebut. Penelitian mengenai analisa sibutramin dalam formula herbal pelangsing
telah dilakukan oleh Kanan, et al., pada tahun 2009 untuk identifikasi dan kuantifikasi
sibutramin dan rimonabant dalam beberapa sediaan herbal pelangsing secara HPLC
dengan detector DAD (Diode Array Detector) dan HPTLC (High Performance Thin
Layer Chromatography).

Pada penelitian tersebut dengan menggunakan HPTLC, sampel diekstraksi


menggunakan metanol dan dianalisa menggunakan fase gerak toluena : etil formiat :
asam formiat (5 : 4 : 1) dan penampak noda Dragendoff. Dari hasil penelitian tampak
bahwa matriks yang ada dari beberapa sampel memberikan puncak pada waktu
retensi yang dekat dengan waktu retensi sibutramin. Hal ini disebabkan karena
sibutramin berada dalam bentuk ion yang bersifat polar sedangkan fase diam yang
digunakan bersifat non polar 5 sehingga sibutramin tidak ditahan oleh fase diam dan
menghasilkan harga Rf yang tinggi seperti harga Rf pada matriks sehingga puncak
matriks yang dihasilkan memiliki waktu retensi yang dekat dengan waktu retensi
sibutramin.

Berdasarkan alasan di atas maka diperlukan adanya penelitian yang lebih lanjut untuk
mendapatkan hasil pemisahan sibutramin yang lebih baik, yaitu dilakukan
pengembangan lebih lanjut dari metode yang sudah ada untuk mencari penetapan
metode identifikasi dan kadar sibutramin dalam sediaan herbal pelangsing khususnya
dalam bentuk kapsul yang banyak beredar secara luas di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah kromatografi lapis tipis karena dari segi
finansial, harga plat KLT lebih terjangkau dibandingkan dengan harga plat HPTLC.
Di antara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis merupakan
metode yang sederhana, hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan,
menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis (15-60 menit), dan
memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (kira-kira 0,1g).

Pengukuran kuantitatif menggunakan metode densitometri karena densitometri


merupakan metode yang selektif untuk pengukuran kuantitatif kromatografi lapis
tipis. Selain itu, densitometri merupakan metode yang cepat dan akurat untuk
menentukan jumlah zat pada kromatogram pada plat kromatografi lapis tipis (Stahl,
1985).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan khasiat serta efek samping dari obat tradisional!
2. Jelaskan tentang obat-obat herbal yang tergolong berbahaya!
3. Apa-apa saja kandungan kimia obat herbal yang berpotensi membahayakan
tubuh?
4. Bagaimanakah cara mengatasi efek samping dari obat herbal?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui khasiat serta efek samping dari obat tradisional.
2. Untuk mengetahui obat-obat herbal yang tergolong berbahaya .
3. Untuk mengetahui kandungan kimia apa saja yang dapat berpotensi
membahayakan tubuh.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi efek samping dari obat herbal.
BAB II
KHASIAT DAN EFEK SAMPING
OBAT TRADISIONAL

2.1 Pengertian Obat Tradisional


Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (BPOM, 2014). Ciri dari obat tradisional yaitu bahan bakunya masih
berupa simplisia yang sebagian besar belum mengalami standardisasi dan belum
pernah diteliti. Bentuk sediaan masih sederhana berupa serbuk, pil, seduhan atau
rajangan simplisia, klaim kahsiatnya masih berdasarkan data empiris. Obat tradisional
sendiri dibagi menjadi tiga yaitu, jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
(Anggraeni dkk, 2015).

2.2 Penggolongan Obat Tradisional


Untuk meluruskan pemahaman masyarakat terhadap obat tradisional maka perlu
diketahui bahwa di Indonesia terdapat 3 macam obat herbal yang diumumkan oleh
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yaitu : Obat tradisional (jamu, obat
tradisional impor, obat tradisional lisensi), obat herbal terstandar (OHT) dan
fitofarmaka. Sesuai keputusan Kepala BPOM No HK.00.05.4.2411 tertanggal 17 Mei
2004 tentang Ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam
Indonesia terdapat logo 3 macam serta kriteria masing-masing jenis. Berdasarkan
pada :

1. Keputusan Kepala BPOM No HK.00.05.4.2411 tertanggal 17 Mei 2004


tentang Ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam
Indonesia.
2. Peraturan BPOM No.HK 00.05.41.1384 tanggal 2 Maret 2005 tentang
Kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, OHT dan fitofarmaka.
3. Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tanggal 23 Oktober 2019 tentang
Persyaratan keamanan dan mutu obat tradisional.
Kriteria obat tradisional, OHT dan fitofarmaka adalah sebagai berikut:

A. Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
Jamu adalah salah satu bentuk obat tradisional.

Gambar 2.1 Logo Jamu

Jamu harus memenuhi kriteria :

 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.


 Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
 Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
 Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: ” Secara tradisional
digunakan untuk …”.

Contoh jamu bermerek adalah Kuku bima, Pegal linu, Gemuk sehat, Tolak angin,
Tuntas, Rapet wangi, Kuldon, Strong pas, Tolak Angin, Antangin Mint, Antangin
Jahe merah, Darsi, Enkasari, Batugin elixir, ESHA, Buyung upik, Susut perut,
Selangking singset, Herbakof, Curmino.
Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah farmakologi/medis
seperti jamu untuk hipertensi, jamu untuk diabetes, jamu untuk hiperlipidemia, jamu
untuk TBC, jamu untuk asma, jamu untuk infeksi jamur candida, jamu untuk
impotensi dll.

B. Obat Herbal Terstandarisasi (OHT)

Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan
percobaan) dan bahan bakunya telah distandarisasi.

OHT harus memenuhi kriteria :

 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.


 Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan percobaan).
 Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
 memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin,


Lelap, Diapet.

Gambar 2.2 Logo Obat Herbal Terstandar

C. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada
manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Gambar 2.3 Logo Fitofarmaka

Fitofarmaka memenuhi kriteria :

 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.


 Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik
(pada manusia).
 Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
 Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
 Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.

Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin


plus, Rheumaneer.

Memang fitofarmaka merupakan obat herbal yang diresepkan oleh para dokter
mengingat sudah teruji baik pada hewan maupun manusia.
2.3 Manfaat dan Efek Samping Obat Herbal

a. Manfaat Obat Herbal

Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk proses penyembuhan penyakit


pada manusia, yaitu mengendalikan dan membunuh kandungan racun dalam tubuh
manusia. Selain itu obat-obatan herbal juga dapat membentuk zat kekebalan tubuh
(antibodi) yang tidak dimiliki tubuh manusia, dengan tujuan melindungi dari unsur
yang merusak organ tubuh.

Obat-obatan herbal juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang rusak,sebagai


contoh obat herbal yang berasal dari ramuan mahkota dewa dapat menyembuhkan
penyakit kanker, tumor dan jantung. Terapi pengobatan dengan herbal (tumbuhan
berkhasiat) bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat
radang dengan penyembuhannya bersifat permanen.

b. Efek Samping Obat Herbal

Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama
dengan obat-obatan sintetis atau konvensional.Tubuh kita tidak bisa membedakan
antara pengobatan  menggunakan herbal dengan pengobatan  sintetis. Produk  obat
herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan (misalnya akar, daun, kulit, dll) dan
mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan  juga  dapat memiliki efek samping yang dapat   merugikan.

Para ahli pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan kombinasi ekstrak


tumbuhan memiliki efek penyembuhan yang lebih ampuh dibanding dengan hanya
menggunakan satu komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari tumbuh-tumbuhan ini
memiliki efek  sinergi, yang saling melengkapi dan bahkan  menamba  daya
khasiatnya.Kombinasi ini juga diklaim dapat mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan, misalnya dapat mengurangi kejadian keracunan dibanding hanya dengan
menggunakan satu jenis herbal.

Namun, secara teoritis, kombinasi zat kimia aktif dalam beberapa jenis herbal juga
bisa berinteraksi untuk membuat ramuan herbal menjadi lebih beracun daripada
menggunakan satu jenis herbal. Efek samping ini dapat terjadi dalam beberapa cara,
misalnya keracunan, kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain.
BAB III
OBAT HERBAL YANG BERBAHAYA

Obat herbal biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia sejak dahulu. Biasa disebut
dengan jamu atau obat tradisional, obat herbal telah sejak lama dipercaya oleh
masyarakat untuk mengusir masuk angin, menambah energi, mempercantik diri,
hingga meningkatkan gairah dan kemampuan seksual Anda.

Saat ini obat tradisional sudah banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Obat
herbal sering menjadi alternatif pengobatan bagi mereka yang secara fisik sudah tidak
kuat menjalani tindakan medis besar. Misalnya bagi pasien kanker yang sudah tidak
kuat menjalani kemoterapi.

Penggunaan obat jenis herbal pun sudah menjadi kebiasan masyarakat sehari-hari.
Misalnya ketika merasa masuk angin, masyarakat cenderung tidak pergi ke dokter
atau minum obat. Masyarakat lebih memilih minum obat herbal. Perhatikan ciri-ciri
obat herbal sebelum dibeli dan dikonsumsi

Di balik berbagai khasiatnya, ternyata obat herbal juga bisa berbahaya bagi tubuh
Anda. Pasalnya, sembarangan mengonsumsi obat herbal bisa membuat gejala yang
Anda alami jadi makin parah. Berbagai bahan dari obat herbal mungkin memberikan
efek samping yang tidak Anda ketahui.Selain itu, tanpa sepengatahuan konsumen,
obat herbal juga mungkin sudah ditambahi berbagai bahan kimia berbahaya meski
katanya alami. Karena itu, Anda harus bijak dan jeli dalam memilih obat herbal yang
aman dan sudah teruji klinis.

3.1 Berikut ini adalah ciri-ciri obat jenis ini yang berbahaya bagi tubuh Anda

1. Tidak jelas siapa produsennya

Badan Kesehatan Dunia atau WHO sudah menetapkan standar yang harus diikuti oleh
setiap negara mengenai kelengkapan informasi pada kemasan obat.
Obat yang bagus seharusnya bukan hanya menyebut merek, tapi juga jelas
mencantumkan siapa produsennya.

2. Kandungan dari orbat herbal tidak jelas


Kandungan yang terdapat dalam obat seharusnya dijabarkan secara rinci pada
kemasan. Jika tidak ada, Anda patut mencurigai obat tersebut. Selain jenis
kandungannya, obat tradisional yang baik juga seharusnya menyebutkan berapa
banyak kandungan setiap bahan yang digunakan. Dengan begitu, Anda bisa
mengukur apakah takarannya terlalu banyak atau sedikit.
3. Tidak ada izin edar dari Badan POM dan SNI
Seperti yang Anda ketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) adalah badan
yang berwenang untuk mengawasi peredaran obat dan makanan di Indonesia. BPOM
akan menulis nomor registrasi pada kemasan obat tersebut untuk menandakan bahwa
obat tersebut sudah teruji klinis sehingga aman untuk dikonsumsi. Ini bukti bahwa
obat tersebut sudah melewati berbagai macam tes yang resmi. Namun, saat ini ada
beberapa produsen obat yang menempelkan nomor izin palsu di kemasannya. Inilah
yang harus diwaspadai. Anda bisa mengeceknya di website BPOM
http://cekbpom.pom.go.id/. Caranya mudah. Anda tinggal mengetik hal-hal yang ada
pada obat tersebut, misalnya nomor registrasi, nama produk, atau merek obat herbal
yang ingin Anda ketahui.

Selain itu, obat jenis herbal yang aman seharusnya mencantumkan SNI atau Standar
Nasional Indonesia. SNI akan dikeluarkan bila produknya sudah mengikuti standar
produksi dan kualitas barang di Indonesia. Ini berarti produk yang ada SNI-nya punya
pabrik yang bersih, aman, dan terjamin. Tanpa SNI, kualitas produk Anda
dipertanyakan.

4. Sekali minum, Anda merasa penyakit langsung hilang

Kebanyakan obat herbal membutuhkan proses untuk menyelesaikan masalah


kesehatan Anda. Banyak obat yang khasiatnya akan baru muncul beberapa hari atau
bahkan beberapa minggu setelah pertama kali mengonsumsinya. Jika Anda merasa
penyakit Anda hilang sekejap setelah Anda meminum atau mengoleskan obat jenis
ini, Anda patut mencurigainya. Bisa jadi, herbal tersebut mengandung Bahan Kimia
Obat (BKO).

BKO adalah bahan kimia yang biasa digunakan pada obat-obatan. Seharusnya BKO
tidak digunakan dalam herbal. Selain itu, penggunaan obat haruslah sesuai dengan
aturan.
Misalnya pada beberapa jenis kortikosteroid seperti obat deksametason dan salep
betametason. Penggunaan sembarangan akan membuat fungsi kelenjar adrenal pada
tubuh Anda rusak dan menyebabkan berbagai macam gejala, mulai dari rasa lemas
hingga kematian.

Produsen obat herbal yang tidak bertanggung jawab akan memasukkan BKO ke
dalam produknya. Ini akan membuat produknya dipandang sangat berkhasiat. Saat ini
ada banyak sekali produk herbal yang menggunakan BKO. Badan POM sendiri masih
terus memantau dan menemukan berbagai produk herbal yang berbahaya. Karena itu,
jangan sembarangan beli produk herbal karena tergiur harga murah dan khasiat yang
menjanjikan.

3.2 Alasan Merek Obat Herbal Ini Berbahaya

Mengapa dilarang karena benda-benda tersebut disinyalir bisa menyebabkan kanker,


kelainan janin, dan iritasi kulit. Adapun BKO yang teridentifikasi dalam temuan
temuan obat tradisional didominasi oleh sildenafil sitrat, fenibutazon, dan
parasetamol yang berisiko menimbulkan efek kehilangan penglihatan dan
pendengaran. Bahan kimia itu juga disebut bisa menyebabkan stroke, serangan
jantung, kerusakan hati, peradangan lambung, hingga gagal ginjal.

BPOM juga menindaklanjuti hasil temuan PMAS (post-marketing alert system) yang


dilaporkan oleh negara lain yaitu sebanyak 113 item kosmetik mengandung BD/BB
dan 115 sistem OT dan suplemen kesehatan yang mengandung BKO.

Produk-produk itu merupakan produk yang tidak terdaftar di BPOM RI. Berikut
beberapa obat yang dimaksud.
BAB IV
KANDUNGAN KIMIA OBAT HERBAL YANG BERBAHAYA

Kesehatan hal yang terpenting diperlukan oleh tubuh manusia karena, kesehatan
memberi pengaruh besar dalam aktifitas manusia. Dalam kehidupan obat berperan
penting untuk meningkatkan kesehatan dan obat juga untuk memulihkan kesehatan
seseorang mencoba berbagai macam obat agar cepat memulihkan keadaannya.

Obat adalah zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit serta
pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunaannya. Setiap obat mempunyai
manfaat, namun juga mempunyai efek samping yang merugikan. Oleh karena itu,
gunakanlah obat sesuai dengan aturan pakai

Produk obat tradisional dalam perkembangannya semakin lama semangkin


meningkat. Banyak dijumpai produk obat-obatan tradisional yang telah dijual kepada
masyarakat dengan berbagai macam merk dan jenis. Didalam perkembangannya tidak
ketinggalan obat-obatan tradisional yang sampai sekarang ini semakin lama semakin
berkembang.

Hal ini membuktikan bahwa obat-obat tradisional masih dipercayai oleh masyarakat
dan terbukti menyembuhkan berbagai macam penyakit. Jadi para konsumen perlu
akan adanya informasi yang dapat membantu mengenali produk-produk obat
tradisional yang sehat, atau yang baik untuk dikonsumsi masyarakat atau
konsumen.

Badan POM selaku badan yang memiliki otoritas didalam pengawasan obat dan
makanan di Indonesia, terus berupaya untuk memenuhi keinginan masyarakat dengan
meningkatkan perannya didalam melindungi masyarakat dari peredaran obat
tradisional yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan. Disamping itu Badan
POM juga berperan dalam membina industri maupun importir/distributor secara
komprehensif mulai dari pembuatan, peredaran serta distribusi, agar masyarakat
terhindar dari penggunaan obat tradisional yang berisiko bagi pemeliharaan
kesehatan. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan POM dimulai sebelum produk
beredar yaitu dengan evaluasi produk pada saat pendaftaran (pre marketing
evaluation/product safety evaluation), inspeksi sarana produksi sampai kepada
pengawasan produk di peredaran (post marketing surveillance).

Definisi Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat tradisional dilarang


menggunakan:

 Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;


 Narkotika atau psikotropika;
 Hewan atau tumbuhan yang dilindungi

4.1 Bahan kimia obat (BKO) di dalam obat tradisional

Sampai saat ini Badan POM masih menemukan beberapa produk obat tradisional
yang didalamnya dicampuri bahan kimia obat (BKO). BKO di dalam obat tradisional
inilah yang menjadi selling point bagi produsen Hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat
secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-
mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat
tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh.

Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari obat tradisional yang
dikonsumsinya, apalagi memperhatikan adanya kontra indikasi penggunaan beberapa
bahan kimia bagi penderita penyakit tertentu maupun interaksi bahan obat yang
terjadi apabila pengguna obat tradisional sedang mengkonsumsi obat lain, tentunya
sangat membahayakan. Untuk itulah Badan POM secara berkesinambungan
melakukan pengawasan yang antara lain dilakukan melalui inspeksi pada sarana
distribusi serta pengawasan produk di peredaran dengan cara sampling dan pengujian
laboratorium terhadap produk yang beredar. Informasi adanya BKO didalam obat
tradisional juga bisa diperoleh berdasarkan laporan / pengaduan konsumen maupun
laporan dari Yayasan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (Yabpeknas).

Menurut temuan Badan POM, obat tradisional yang sering dicemari BKO umumnya
adalah obat tradisional yang digunakan pada:
No Klaim kegunaan Obat BKO yang sering ditambahkan
. tradisional

Fenilbutason, antalgin, diklofenak


1. Pegal linu / encok / rematik sodium, piroksikam, parasetamol,
prednison, atau deksametason

2. Pelangsing Sibutramin hidroklorida

3. Peningkat stamina / obat kuat pria Sildenafil Sitrat

4. Kencing manis / diabetes Glibenklamid

5. Sesak nafas / asma Teofilin

4.2 Tips Identifikasi Secara Cepat Adanya BKO di dalam Obat tradisional.

Yang dapat dilakukan secara cepat sebagai tindakan kewaspadaan terhadap obat
tradisional yang tidak bermutu dan bahkan mungkin tidak aman adalah :

 Apabila produk di klaim dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit.


 Bila manfaat atau kerja obat tradisional dirasa sedemikian cepatnya terjadi

Bahaya macam-macam BKO yang sering dicampurkan kedalam obat tradisional

BKO yang sering dicampurkan ke dalam obat tradisional dan bahayanya adalah
sebagai berikut :

1) Fenilbutazon
Efek samping :

o Timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, kadang
pendarahan dan tukak, reaksi hipersensifitas terutama angio edema dan
bronkospasme, sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran,
fotosensifitas dan hematuria.

o Paroritis, stomatitis, gondong, panareatitis, hepatitis, nefritis,


gangguan penglihatan, leukopenia jarang, trombositopenia,
agranulositosis, anemia aplastik, eritema multifoema 9 syndroma
Steven Johnson, nekrolisis epidermal toksis (lyll), toksis paru-paru.

2) Antalgin (Metampiron)
Efek samping :
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan agranulositosis.

3) Deksametason
Efek Samping :
o Glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang berbahaya
bagi usia lanjut. Dapat terjadi gangguan mental, euphoria dan
myopagh.
o Pada anak-anak kortikosteroid dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan, sedangkan pada wanita hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan adrenal anak.
o Mineralokortikoid adalah hipertensi, pretensi Natrium dan cairan serta
hypokalemia.
o
4) Prednison
Efek samping :
o Gejala saluran cerna : mual, cegukan, dyspepsia, tukak peptic, perut
kembang, pancreatitis akut, tukak oesofagus, candidiasis.
o Gejala musculoskeletal : miopatiproximal, osteoporosis, osteonekrosis
avaskuler.
o Gejala endokrin : gangguan haid, gangguan keseimbangan Nitrogen
dan kalsium, kepekaan terhadap dan beratnya infeksi bertambah.
o Gejala neuropsikiatri : euphoria, ketergantungan psikis, depresi,
insomnia, psikosis, memberatnya shizoprenia dan epilepsy.
o Gejala pada mata : glaucoma, penipisan kornea dan sclera, kambuhnya
infeksi virus atau jamur di mata.
o Gejala lainnya : gangguan penyembuhan, atrofi kulit, lebam, acne,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, leukositosis, reaksi
hipersensitif (termasuk anafilaksis), tromboemboli, lesu.

5) Teofilin
Efek samping :
Takikardia, palpitasi, mual, gangguan saluran cerna, sakit kepala, insomnia
dan aritmia.

6) Hidroklortiazid (HCT)
Efek samping :
Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan, impotensi
(reversible bila obat dihentikan), hipokalimia, hipomagnesemia, hipoatremia,
hiperkalsemia, alkalosis, hipokloremik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia
dan peningkat kadar kolesterol plasma.

7) Furosemid
Efek samping :
Hiponatremia, hipokalemia, hipomagnesia, alkalosis, hipokloremik, ekskresi
kalsium meningkat, hipotensi, gangguan saluran cerna, hiperurisemia, pirai,
hiperglikemia, kadar kolesterol dan trigliserida plasma meningkat sementara.

8) Glibenklamid
Efek samping :
o Umumnya ringan dan frekuensinya rendah diantaranya gejala saluran
cerna dan sakit kepala.M
o Gejala hematology trombositopeni dan agranulositosis.
9) Siproheptadin
Efek samping :
Mual, muntah, mulut kering, diare, anemia hemolitik, leukopenia,
agranulositosis dan trombositopenia.

10) Chlorpeniramin maleat (CTM)


Efek samping :
Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik, hipotensi, kelemahan
otot, tinitus, euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi dankelainan
darah.
11) Parasetamol
Efek samping :
Jarang, kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut dan kerusakan
hati setelah over dosis.

12) Diclofenac sodium


Efek samping :
Gangguan terhadap lambung, sakit kepala, gugup, kulit kemerahan, bengkak,
depresi, ngantuk tapi tidak bias tidur, pandangan kabur, gangguan mata,
tinitus, pruritus.
Untuk hipersensitif : menimbulkan gangguan ginjal, gangguan darah.

13) Sildenafil Sitrat


Efek samping :
Dyspepsia, sakit kepala, flushing, pusing, gangguan penglihatan, kongesti
hidung, priapisme dan jantung.

14) Sibutramin Hidroklorida


Efek samping:
Dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta sulit tidur.

4.3 Sanksi Terhadap Pelanggaran

Untuk melindungi masyarakat dari bahaya akibat penggunaan obat tradisional yang
dicemari BKO, Badan POM RI telah memberikan peringatan keras kepada produsen
yang bersangkutan dan memerintahkan untuk segera menarik peredaran produk serta
memusnahkannya. Apabila peringatan tersebut tidak ditanggapi, Badan POM dapat
membatalkan ijin edar produk dimaksud bahkan mengajukanya ke pengadilan.
Tindakan produsen dan pihak-pihak yang mengedarkan produk obat tradisional
dengan menambah BKO telah melanggar UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
dan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Kepada masyarakat dihimbau, apabila mengkonsumsi jamu agar selalu


memperhatikan nomor pendaftaran, aturan pakai, perhatian / peringatan yang
tercantum pada etiket / label produk tersebut serta menghindari mengkonsumsi
produk yang dicemari BKO seperti yang tercantum dalam daftar lampiran Public
Warning yang dikeluarkan Badan POM. Apabila ada keraguan, dapat dikonsultasikan
kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) dengan nomor telepon (021)
4263333 dan email ulpk@pom.go.id.
BAB V
CARA MENGATASI EFEK SAMPING DARI OBAT HERBAL

Berkaitan dengan efek samping obat adalah suatu kondisi dimana muncul gejala dari
penggunaan obat dimana biasanya setiap obat memiliki efek samping karena obat
merupakan suatu senyawa kimia.Tidak semua herba aman dikonsumsi. Sebab itu,
sebelum mengkonsumsi herba, sepatutnya Anda mencermati dulu dengan baik
keamanan kandungan di dalamnya, dan lebih ideal lagi mengkonsultasikannya dulu
ke dokter terkait keamanannya untuk dikonsumsi. Jika pun kandungannya aman,
tidak selalu herba tersebut tepat dan perlu juga Anda konsumsi.
Saat tubuh merasakan jantung berdebar, tubuh gemetar, pusing, mulut pahit, dan
gelisah berlebihan usai mengkonsumsi herba pelangsing bisa jadi memang
disebabkan oleh efek samping kandungan dalam herba tersebut. Di samping itu,
beragam keluhan ini mungkin juga muncul karena alergi, dispepsia, gejala
ekstrapiramidal, infeksi pencernaan atau sistem organ lain, gangguan kelenjar tiroid,
gangguan cemas berlebih, anemia, hipoglikemia, konsumsi kafein atau stimulan lain
berlebihan, gangguan somatoform, dan banyak lagi kondisi medis lainnya.
Lebih tepat, jika keluhan masih terasa mengganggu, selain menghentikan konsumsi
herba tersebut, lakukanlah juga:

 Tidur lebih awal dan lebih teratur


 Jauhi kafein dan stimulan lain yang berlebihan
 Jangan juga mengkonsumsi sembarang obat atau herba tanpa arahan dokter
 Atur napas Anda dengan baik
 Rajinlah berolahraga
 Tenangkan pikiran Anda dengan meditasi dan melakukan hal lain yang
membuat Anda rileks
 Hindari hal-hal yang membuat Anda alergi
 Makan variasi buah, sayur, dan minum banyak air putih dengan porsi kecil-
kecil namun sering

Secara umum efek obat akan berkurang sesuai masa aktif obat dalam tubuh biasanya
ada yang 4 jam sampai dengan beberapa hari dan tiap obat akan berbeda cara
kerjanya. Namun secara umum biasanya adalah bekerja sekitar 8 jam dalam tubuh
Namun bila ada gejala sesak, gelisah, kejang, muntah, pingsan maka sebaiknya segera
ke RS untuk ditangani kegawatan yang terjadi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa :

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan.

Untuk meluruskan pemahaman masyarakat terhadap obat tradisional maka perlu


diketahui bahwa di Indonesia terdapat 3 macam obat herbal yang diumumkan oleh
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yaitu : Obat tradisional (jamu, obat
tradisional impor, obat tradisional lisensi), obat herbal terstandar (OHT) dan
fitofarmaka.

Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk proses penyembuhan penyakit


pada manusia, yaitu mengendalikan dan membunuh kandungan racun dalam tubuh
manusia. Selain itu obat-obatan herbal juga dapat membentuk zat kekebalan tubuh
(antibodi) yang tidak dimiliki tubuh manusia, dengan tujuan melindungi dari unsur
yang merusak organ tubuh.

Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama
dengan obat-obatan sintetis atau konvensional.Tubuh kita tidak bisa membedakan
antara pengobatan  menggunakan herbal dengan pengobatan  sintetis. Produk  obat
herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan (misalnya akar, daun, kulit, dll) dan
mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan  juga  dapat memiliki efek samping yang dapat   merugikan.

Berikut ini adalah ciri-ciri obat jenis ini yang berbahaya bagi tubuh Anda.

o Tidak jelas siapa produsennya


o Kandungan dari orbat herbal tidak jelas
o Tidak ada izin edar dari Badan POM dan SNI
o Sekali minum, Anda merasa penyakit langsung hilang

Alasan mengapaobat herbal berbahaya karena benda-benda tersebut disinyalir bisa


menyebabkan kanker, kelainan janin, dan iritasi kulit. Adapun BKO yang
teridentifikasi dalam temuan temuan obat tradisional didominasi oleh sildenafil sitrat,
fenibutazon, dan parasetamol yang berisiko menimbulkan efek kehilangan
penglihatan dan pendengaran. Bahan kimia itu juga disebut bisa menyebabkan stroke,
serangan jantung, kerusakan hati, peradangan lambung, hingga gagal ginjal.

6.1 Saran
Sebagai masyarakat awam, disarankan untuk lebih mengetahui tentang jenis-jenis
obat tradisional yang mengandung BKO yang dapat membahayakan bagi tubuh,
dengan cara jangan asal membeli obat herbal dan selalu mengecek apakah obat
tersebut telah terdaftar di BPOM karena efek yang ditimbulkan akan sangat fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Penggolongan Obat Tradisional, http://www.tanaman-


obat.com/artikelobat-tradisional/45-penggolongan-obat-tradisional,

Barnes, J., Anderson L. A., and Philipson J. D., 1996, Herbal Medicine, 2nd
edition, 126, 313, Pharmacetical Press,London.

Hermanto dan Subroto (2007). Pilih Jamu dan Herbal tanpa Efek Samping,
Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta

james, et al. (2010). Principles of Diabetes Mellitus. New York: Springer


Science.

Kayne, S. B., 2010, Introduction to Traditional Medicine dalam: Traditional


Medicine, Pharmaceutical Press, London, 1-2

Malone GW. Nutrient Enrichment in Integrated Broiler Production System.


Poultry Sci. 71: . 1992:117-22 p.

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi,


diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17, ITB,
Bandung.

Thomas, A. n, S, 1989. Tanaman Obat Tradisional Kanisins : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai