Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NILAI ETIK, MORAL, ETIKA PROFESI DAN HUKUM DALAM

KOLABORASI ANTAR PROFESI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Inter Profesional

Collaboration (IPE) dan Inter Profesional Collaboration (IPC).

Dosen Pembimbing : Siti Handayani, SST,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 3

1. Hana Ayu Afifah (P27220017 141)

2. Latifah Nur Liestyani (P27220017 145)

3. Maratul Qoniah (P27220017 148)

4. Nida’ Isti’anah (P27220017 150)

5. Nur Hesti Prasojo (P27220017 153)

3B D-IV Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian surakarta

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Di dalam makalah ini kami sudah

berupaya semampunya, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi

maupun bahasannya, kami mengharapkan adanya masukan maupun saran perbaikan dan

kesempurnaan makalah ini. Dalam hal ini kami mengambil judul “Makalah Nilai Etik

atau Moral, Etika Profesi dan Hukum dalam Kolaborasi antar Profesi“.

Dalam proses pengerjaan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan, bimbingan,

baik moral maupun material dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Handayani, SST,M.Kes sebagai dosen

pembimbing mata kuliah keperawatan Inter Profesional Collaboration (IPE) dan Inter

Profesional Collaboration (IPC).

Akhirnya kami berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga ilmu yang

diperoleh dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan diharapkan mampu mampu

menerapkan di dunia nyata sebagai pelayanan kesehatan.

Surakarta, 30 Januari 2020

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
A. Nilai dan Moral Profesi ........................................................................................... 4
B. EtikaProfesi ............................................................................................................. 5
C. Hukum dalam Kolaborasi Antar Profesi ................................................................. 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok
profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda
keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari
anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim
kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial,
ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan
saling menghargai antar sesama anggota tim.
Proses sinergi dan pemahaman antar profesi dapat dibangun sejak
calon-calon tenga professional ini duduk dibangku kuliah. Melakukan
aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu masalah yang dapat dilihat
dari berbagai macam perspektif profesi akan meningkatkan kesadaran diri
tentang keterbatasan profesi, meningkatkan pemahaman arti pentingya
kerja tim profesi dan pada akhirnya memunculkan perasaan penghargaan
antar anggota tim kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Nilai dan Moral Profesi
2. Bagaimana Etika Profesi Profesi
3. Apa saja hukum yang mengatur dalam Kolaborasi Antar Profesi

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami nilai-nilai atau etik, moral, etika profesi dan hukum
dalam kolaborasi antar profesi
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui nilai dan moral profesi
b Untuk mengetahui etika profesi

2
c Untuk mengetahui hukum yang mengatur dalam kolaborasi antar
profesi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai dan Moral Profesi


Etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan
moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi
individual dengan objektivitas untuk menentukan “kebenaran” atau
“kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of
Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya
mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan
profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial
dalam kehidupan profesional, yaitu:
1. Aesthetics (keindahan)
Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan
kepedulian. Estetika secara sederhana adalah ilmu yang membahas
keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang
bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang
dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Keperawatan
sebagai salah satu konsep ilmu pelayanan jasa diharapkan mempunyai
standar estetika dalam pelayanannya. Konsep nilai estetika mungkin
berada dalam ranah aktualisasi diri dalam penerapannya. (Moslow).
jadi dengan kata lain, untuk menerapkan konsep estetika dalam
keperawatan, dibutuhkan seseorang yang sudah mempunyai pemikiran
dan kualitas sebagai orang yang sudah dalam tahapan aktualisasi diri.
2. Altruism (mengutamakan orang lain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati
serta ketekunan.

4
3. Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan
sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi .
4. Freedom (Kebebasan )
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5. Human dignity (Martabat manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat
manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan,
kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap
kepercayaan.
6. Justice (Keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk
objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta
kewajaran.
7. Truth (Kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, termasuk akuntabilitas, kejujuran,
keunikan dan reflektifitas yang rasional.

Pengertian moral, pada prinsipnya moral merupakan alat


penuntun,pedoman sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam
mengarahkan kehidupan manusia.Seorang manusia yang tidak
memfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalamdiri manusia
yang tepatnya berada dalam hati, maka manusia tersebut akan
menjadimanusia yang akan selalu melakukan perbuatan atau tindakan-
tindakan yang sesat. Dengandemikian, manusia tersebut telah
merendahkan martabatnya sendiri.

B. EtikaProfesi
Etik (Ethics) berasal dari kata Latin yaitu berkaitan dengan kata mores dan
ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang
baik, dan yang layak. Umumnya kedua kata ini dalam rangkaian mores of

5
community (kesopanan masyarakat) dan etos of the people (akhlak
manusia)`
Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar Etika
Kesehatan sebagai berikut:
1. Autonomy ( otonomi )
Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang
menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights
to self determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien
untuk memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang
kemudian melahirkan konsep Informed consent. Prinsip otonomi
didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara
logis dan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Beberapa contoh prinsip otonomi adalah sebagai berikut : •
Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan
atas persetujuan dirinya.
2. Beneficience ( Berbuat baik )
Beneficience ( Berbuat baik ) adalah prinsip moral yang
mengutamakan tindakan yang bertujuan untuk kebaikan pasien atau
penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut
dengan risiko dan biaya. Dalam Beneficence tidak hanya dikenal
perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi
baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya. Beneficience
berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut : • Dokter memberi

6
obat gatal tetapi mempunyai efek yang lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat atas tindakannya tersebut.
3. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip
menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal
sebagai “primum non nocere” atau “ above all do no harm “. Prinsip
ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis
pada klien atau pasien. Contoh: • Pendapat dokter dalam memberikan
pelayanan tidak dapat diterima oleh pasien dan keluarganya sehingga
jika dipaksakan dapat merugikan pasien.
4. Confidentiality ( kerahasiaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa
merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip
kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus dijaga. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien
dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Contoh: • Seorang
dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien menjaga setiap
data informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik itu nama,
alamat, panyakit yang diderita, dan sebagainya.
5. Fidelity ( Menepati janji )
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada
komitmen dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari tenaga kesehatan

7
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Contoh: • Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga
setiap rahasia pasiennya, dan sampai kapanpun akan tetpa menjaga
komitmennya untuk menjaga kerahasiaan setiap pasiennya
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya
dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di masyarakat
sesuai dengan program yang telah dibuat.
6. Fiduciarity ( Kepercayaan )
Adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih
pihak. Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara professional
kesehatan dan pasien. Seseorang secara hukum ditunjuk dan diberi
wewenang untuk memegang aset dalam kepercayaan untuk orang lain.
Para fidusia mengelola aset untuk kepentingan orang lain daripada
untuk keuntungan sendiri.
Contoh: • Seorang dokter dipercaya oleh pasiennya untuk melakukan
operasi pengangkatan sel kanker dalam tubuhnya.
• Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan
oleh masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
7. Justice (Keadilan)
Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive
justice) atau pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara
adil. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama rata dan
adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan.
Contoh: • Tenaga kesehatan medis tidak boleh diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kesehatan antara pasien kelas III dan pasien
VVIP. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) memberikan
pelayanan kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan
jentik – jentik pada semua lapisan masyarakat.
8. Veracity (Kejujuran)

8
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa pendapat yang mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Contoh: • Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit
pasien namun tidak dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarga
pasien. • Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) meberikan
informasi tekait dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
C. Hukum dalam Kolaborasi Antar Profesi
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36
TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
BAB X PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN
Bagian Ketiga Pelimpahan Tindakan
Pasal 65
(1) Dalam melakukan pelayanan kesehatan, Tenaga Kesehatan dapat
menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis.
(2) Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tenaga teknis kefarmasian
dapat menerima pelimpahan pekerjaan kefarmasian dari tenaga
apoteker.

9
(3) Pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan dengan ketentuan:
a tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan;
b pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan pemberi pelimpahan;
c pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan; dan
d tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan
sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan tindakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, akan dapat
ditarik kesimpulan bahwa etika profesi mengarahkan atau menghubungkan
penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk menentukan
“kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang
lain dan untuk melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya
mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan
profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial
dalam kehidupan profesional,yaitu diantaranya : Aesthetics (keindahan),
Altruism (mengutamakan orang lain), Equality (kesetaraan),Freedom
(Kebebasan, Human dignity (Martabat manusia),Justice (Keadilan) ,Truth
(Kebenaran). Adapun Etika Profesi, Etik (Ethics) berasal dari kata Latin
yaitu berkaitan dengan kata mores dan ethos, yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik, dan yang layak.
Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar
Etika Kesehatan sebagai berikut: Autonomy ( otonomi ), Beneficience
( Berbuat baik ), Non Maleficience (Tidak merugikan) Confidentiality (
kerahasiaan), Fidelity ( Menepati janji ),Fiduciarity ( Kepercayaan )
Justice (Keadilan) ,Veracity (Kejujuran). Didalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab sebagai tenaga kesehatan yang kompeten, ada juga tentang
hukum undang undang yang mendasari kita dalam menjalankan tugas
sesuai etika profesi kita.

B. Saran
Demikian makalah ini disusun diharapkan menjadi sumber
informasi bagi mahasiswa maupun semua kalangan masyarakat. Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang baik dan masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai