PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945 dan
Undang- undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Selain itu pembangunan
kesehatan juga memiliki tujuan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Pembangunan kesehatan kota Pekalongan secara umum bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya sumber daya manusia,
meningkatnya kualitas hidup masyarakat, memperpanjang umur harapan hidup,
meningkatnya kesejahteraan keluarga dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
hidup sehat.
Agar proses pembangunan kesehatan Kota Pekalongan khususnya Puskesmas
Kusuma Bangsa berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan pengelolaan
manajemen kesehatan yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan
kebiajakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Keberhasilan pengolaan
manajemen kesehatan sangat ditentukan oleh tersedianya data dan informasi yang
akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi
kesehatan.
Profil Kesehatan Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 merupakan salah satu
produk dari sistem informasi kesehatan yang berisi tentang gambaran situasi kesehatan
masyarakat Puskesmas Kusuma Bangsa yang memuat berbagai data tentang situasi
dan hasil pembangunan kesehatan. Data dan informasi yang termuat antara lain data
kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program- program kesehatan dan
masalah kesehatan yang lainnya. Profil kesehatan ini disajikan secara sederhana dan
informatif dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa khususnya dan semua masyarakat Kota Pekalongan pada umumnya.
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Puskesmas Kusuma
Bangsa Kota Pekalongan dapat dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan/ kemajuan
pembangunan kesehatan yang telah dilakukan. Untuk memberikan gambaran tentang
pembangunan kesehatan, program dan kebijakan yang dilaksanakan di Puskesmas
Kusuma Bangsa juga sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan kegiatan,
program dan kebiajakan dibidang kesehatan.
1
B. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN BUKU PROFIL
Maksud disusunnya Buku Profil Kesehatan puskesmas Kusuma Bangsa adalah
untuk menyajikan hasil kinerja yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kusuma
Bangsa Tahun 2016.
Adapun tujuanya adalah untuk mengevaluasi keberhasilan, kekurangan/kendala
dalam pelaksanaan program, serta metode pemecahannya yang selanjutnya akan
digunakan dalam menentukan kebijakan prioritas program di Tahun 2017 agar hasilnya
lebih baik dari tahun sebelumnya.
2
BAB V I : KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil kinerja Puskesmas
Kusuma Bangsa, baik keberhasilan- keberhasilan yang telah di dapat
oleh Puskesmas Kusuma Bangsa, maupun kekurangan/ kendala dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS KUSUMA BANGSA
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Luas wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 402,67 ha yang terdiri dari :
1. Kelurahan Panjang Wetan : 141 ha
2. Kelurahan Kandang Panjang : 150,5 ha
3. Kelurahan Panjang Baru : 111,17 ha
B. KEADAAN PENDUDUK
1. Sex Ratio Penduduk
Secara demografi wilayah Puskesmas kusuma Bangsa memiliki penduduk
seluruhnya 35.219 jiwa yang terdiri dari 16525 laki-laki dan 18694 perempuan.
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa memiliki 9988 KK yang terdiri dari 199 RT dan
36 RW
4
Gambar 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
19000
18500
18000
17500
17000 Jml Penduduk
16500
16000
15500
15000
Laki-laki Perempuan
Jml Penduduk 16525 18694
5
C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
1. Tingkat Pendidikan Penduduk
a. Lulusan Pendidikan Umum
1. Taman Kanak- kanak : 870
2. Sekolah Dasar : 5728
3. SMP/ SLTP : 4042
4. SMU/ SLTA : 3303
5. Akademi/ DI- DIII : 452
6. Sarjana (S1- S2) : 471
b. Lulusan pendidikan khusus
1. Pondok Pesantrean : 115
2. Madrasah : 160
3. Pendidikan Keagamaan : 130
4. Sekolah Luar Biasa : 28
5. Kursus/ Keterampilan : 205
6
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak hanya berasal
dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial,
keturunan dan faktor lainnya.
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka
morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian) dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi
derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa digambarkan melalui Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.
Gambaran situasi derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa adalah
sebagai berikut :
A. ANGKA KEMATIAN
Angka kematian (mortalitas) adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun
waktu tertentu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat
berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini
yaitu AKN, AKB, AKABA, dan AKI. Angka kematian yang terjadi di masyarakat dari
waktu ke waktu sehingga dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara
kasar, kondisi tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik
secara tidak langsung. Disamping itu angka kematian juga dapat digunakan sebagai
suatu tolok ukur dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan pembangunan
kesehatan
1. Angka Kematian Neonatal
Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur kurang
dari 28 hari (0-28 hari) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.
AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk antenatal
care, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil.Semakin tinggi angka
kematian neonatal, berarti semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Pada hakikatnya kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna
tanpa dukungan upaya dalam meningkatkan kesehatan ibu hamil. Angka kematian
neonatal di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa dapat dilihat pada grafik berikut:
7
Gambar 3.1
Jumlah Kematian Neonatal
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 4 3 4 7 4
Perempuan 1 1 3 1 2
Dari grafik diatas terlihat angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2015
dengan jumlah kasus sebanyak 8 dan menurun pada tahun 2016 sejumlah 6 kasus.
Jumlah kematian neonatal tahun 2012 sebanyak 5 kasus dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 4 kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 1
kasus.
Jumlah kematian neonatal di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2012 berjumlah 5 kasus (kasus perinatal 0-7 hari) dengan angka kematian 7,4% per
1.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian neonatal pada tahun 2012
adalah karena lahir kurang bulan (prematur), karena tersedak, dan cacat kongenital.
Pada tahun 2013 kasus kematian neonatal berjumlah 4 kasus (3 kasus perinatal
0-7 hari, 1 kasus neonatal 8-28 hari) dengan angka kematian 6,4% per 1.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2013 penyebab kematian neonatal adalah karena berat
bayi lahir sangat rendah, akibat febris, dan asfiksia berat.
Pada tahun 2014 kasus kematian neonatal berjumlah 7 kasus (6 kasus perinatal
0-7 hari, 1 kasus neonatal 8-28 hari) dengan angka kematian 11,6% per 1.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal diantaranya berat badan lahir sangat
rendah, bayi lahir kurang bulan, asfiksia berat, kejang, dan cacat kongenital.
Pada tahun 2015 kasus kematian neonatal berjumlah 8 kasus (8 kasus perinatal
0-7 hari) dengan angka kematian 13,6 % per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian neonatal diantaranya adalah berat bayi lahir rendah, bayi lahir kurang
bulan, polihidramnion, fetal distres, dan asfiksia.
Pada tahun 2016 terdapat 6 kasus kematian (4 kasus perinatal 0-7 hari, 2 kasus
neonatal 8-28 hari) dengan angka kematian 10,3 % per kelahiran hidup. Penyebab
kematian neonatal diantaranya adalah berat bayi lahir sangat rendah dan lahir
kurang bulan.
8
Gambar 3.2
Penyebab Kematian Neonatal
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
Preterm
1
5 Cacat Kongenital
11
Aspirasi
BBLR/BBLSR
10
3 Asfiksia
1
Polihidramnion
9
Gambar 3.3
Jumlah Kematian Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 2 3 1 3 3
Perempuan 1 5 0 2 3
Dari grafik diatas terlihat angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2013
dengan jumlah kasus sebanyak 8 dan menurun pada tahun 2016 sejumlah 6 kasus.
Gambar 3.4
penyebab Kematian Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016Jantung bawaan
Febris
Jumlah kematian bayi tahun 2012 sebanyak 3 kasus dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 2 kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 1
kasus. Penyebab kematian bayi pada tahun 2012 adalah penyakit saluran napas
(bronchopneumonia), penyakit jantung dan febris. Jumlah kematian bayi tahun 2013
sebanyak 8 kasus dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 kasus dan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 kasus.
Penyebab kematian bayi pada tahun 2013 adalah karena adanya penyakit
penyerta diantaranya penyakit jantung bawaan, sesak nafas, febris, penyakit saluran
napas (bronchopneumonia) dan diare akut. Jumlah kematian bayi tahun 2014
sebanyak 1 kasus bayi berjenis kelamin laki-laki yang disebabkan oleh penyakit
saluran napas (pneumonia). Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi 5 kasus dimana
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 kasus dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 2 kasus.
10
Pada tahun 2015 penyebab kematian bayi adalah karena penyakit saluran
napas (infeksi saluran pernafasan dan pneumonia), febris, dan diare. Pada tahun 2016
jumlah kematian bayi 6 kasus dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3
kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 kasus. Pada tahun 2016
penyebab kematian bayi adalah karena penyakit saluran napas (bronchopneumonia,
penyakit paru tidak spesifik, bronkhiolitis dan bronkhitis), berat bayi lahir sangat
rendah dan penyakit jantung bawaan (kardiomegali).
Penyebab kematian terserbesar sepanjang 2012-2016 adalah penyakit saluran
napas diantaranya infeksi saluran napas, penyakit paru tidak spesifik,
bronkhopneumonia, bronkiolitis, pneumonia dan bronkhitis
Gambar 3.5
Jumlah Kematian Anak Balita Usia 1-5 Tahun
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 2 1 0 0 5
Perempuan 0 2 1 1 2
11
Dari grafik diatas terlihat angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2016
dengan jumlah kasus sebanyak 7 yang naik dari tahun sebelumnya pada tahun 2015
yaitu hanya terdapat 1 kasus kematian balita.
Gambar 3.6
Penyebab kematian Balita
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
Sepsis
Febris
1 1 SGB
1
2 Kejang
1
Penyakit saluran napas
1 1
Jantung Bawaan
1
2 Dehidrasi
3 Cerebral Palsy
Leukimia
Peny. KGB
12
merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian karena 5 tahun pertama
kehidupan anak merupakan masa kritis (critical period), masakeemasan (golden
period), dan jendela kesempatan (window opportunity) bagikelangsungan hidup dan
tumbuh kembang anak yang optimal.Oleh karena ituanak sebagai modal bangsa
harus mendapat perhatian seluruh pihak baikpemerintah, masyarakat maupun swasta.
13
Gambar 3.7
Jumlah Kasus Kematian Ibu
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
2,5
2
1,5
1 Bumil
0,5 Bersalin
0 Nifas
2014 2015 2016
Bumil 0 0 2
Bersalin 0 0 0
Nifas 2 0 1
B. ANGKA KESAKITAN
1. Case Notification rate (CNR) Kasus Baru BTA (+)
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien
14
TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana
pasien TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna
dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB. Angka Notifikasi Kasus (Case
Notification Rate = CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka
ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan
kasus dari tahun ketahun di wilayah tersebut.
Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
CNR kasus baru BTA positif adalah angka yang menunjukkan jumlah kasus baru
TB BTA positif yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu
wilayah tertentu. CNR kasus baru BTA positif di wilayah Puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2014 sebesar 60,53 per 100.000 penduduk, tahun 2015 sebesar
68,42 per 100.000 penduduk dan tahun 2016 sebesar 60,5 per 100.000 penduduk.
Pada gambar 3.5 terlihat ada peningkatan penemuan kasus mulai tahun 2014 dan
menurun kembali pada tahun 2016.
Gambar 3.8
CNR Kasus TB BTA Positif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
CNR TB BTA POSITIF 75 33,33 60,53 68,42 60,5
15
Puskesmas Kusuma Bangsa mengalami penurunan dibanding tahun-tahun
sebelumnya.
Gambar 3.9
CNR Seluruh Kasus TB
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
120
100
80
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
CNR Seluruh Kasus TB 75 48,57 83,51 110,52 73,82
Gambar 3.10
Proporsi Kasus TB Anak (0-14 Tahun)
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2014 2015 2016
Proporsi Kasus TB Anak 6,67 2,56 4,76
16
4. Angka Kesembuhan Pengobatan Penderita TB BTA (+)
Angka kesembuhan Tuberculosis (Cure Rate) adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien TB Paru BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan diantara pasien baru TB paru BTA Positif yang tercatat. Dalam masa
pengobatan tersebut dilaksanakan pemeriksaaan dahak ulang dengan hasil BTA
Negatif sekurangnya 2 kali dari 3 kali masa follow up, dengan penghitungan mulai
pengobatan 9-12 bulan sebelumnya. Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan,
namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap.
Evaluasi jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan
pengobatan (baik sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien TB baru
yang tercata disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan
(Cure Rate) TB Paru di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa mengalami penurunan
dari tahun 2014 sampai tahun 2016. Cakupan angka kesembuhan pada tahun 2016
belum melampaui target nasional yaitu > 85%. Berikut grafik angka kesembuhan
pengobatan TB BTA Positif di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa:
Gambar 3.11
Angka Kesembuhan PengobatanTB BTA Positif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
120
100
80
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Angka Kesembuhan TB 78,95 96,67 85,7 82,14 76,9
17
5. Persentase Balita dengan Pnemonia Ditangani
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi
akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan
terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih
dari 65 tahun atau orang yang memilki masalah kesehatan (seperti malnutrisi,
gangguan immunologi dan lainnya). Berikut grafik penemuan kasus balita dengan
pneumonia ditangani di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa:
Gambar 3.12
Presentase Balita Dengan Pneumonia Ditangani
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Pneumonia Pada Balita 6,4 41,71 3,66 7,77 94,35
Dari grafik diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan cakupan penemuan kasus
pneumonia pada balita. Pada tahun 2014 terdapat 14 kasus pneumonia balita (9
balita laki-laki, 5 balita perempuan), tahun 2015 terdapat 10 kasus (6 balita laki-laki,
4 balita perempuan) dan tahun 2016 terdapat 120 kasus (65 balita laki-laki, 55 balita
perempuan) dan 1 kasus balita dengan pneumonia yang berasal dari luar wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa.Perbedaan persentase capaian tergantung dari
perhitungan perkiraan jumlah kasus berdasarkan jumlah penduduk.
Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan
tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapat antibiotik sesuai standar
atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balitadi wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa dari tahun 2014 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Hal ini
karena telah dilaksanakannya review tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) dan penerapannya dalam pelayanan serta terpisahnya pelayanan MTBS
dari pelayanan poli umum sehingga penatalaksanaan balita sakit dapat dilaksanakan
sesuai standar MTBS.
Seluruh balita dengan klasifikasi pneumonia telah mendapat penanganan 100%
sesuai standar. Adapun target penemuan penderita pneumonia balita yang ditangani
sesuai dengan SPM 2010 adalah sebesar 100%, sehingga cakupan penanganan
18
penderita sudah mencapai target 100%, sedangkan untuk kasus penemuan hampir
mendekati 100% pada tahun 2016.
19
7. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses
lebih berair dari biasanya atau bila buang air besar tiga kali atau lebih atau buang air
besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan penemuan dan
penanganan kasus penyakit Diare tahun 2014 sebanyak 1.483 kasus dengan
proporsi laki-laki sebanyak 628 kasus dan perempuan 855 kasus dengan
penanganan penderita 100% ditangani. Pada tahun 2015 sebanyak 754 kasus
dengan proporsi laki-laki sebanyak 380 kasus dan perempuan 374 kasus dengan
penanganan penderita 100% ditangani. Pada tahun 2016 sebanyak 1.562 kasus
dengan proporsi laki-laki sebanyak 663 kasus dan perempuan 899 kasus dengan
penanganan penderita 100% ditangani.
Adapun target penemuan diare di semua umur adalah 10% dari sasaran (214
per 1000 jumlah penduduk) yaitu sebesar 763 kasus (tahun 2014), 754 kasus (tahun
2015) dan 763 kasus (tahun 2016). Hasil capaian dari tahun 2014 sampai tahun
2016 sudah memenuhi target 100% penemuan dan penanganan.
Gambar 3.13
Penemuan Kasus Diare
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
250
200
150
100
50
0
2012 2013 2014 2015 2016
Penemuan Kasus Diare 128 138,42 194,35 100,04 210
Gambar 3.14
Penemuan Kasus Kusta Baru
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kasus Kusta Baru 6 8 3 4 9
21
Gambar 3.15
Persentase Kasus Kusta Anak
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
14
12
10
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Kasus Kusta
0 0 0 0 12,5
Anak
Gambar 3.16
Presentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Kusta Cacat
50 12,5 0 0 12,5
Tingkat 2
22
Gambar 3.17
Prevalensi Kasus Kusta
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Prevalensi Kasus Kusta
1,79 2,7 1,12 1,14 3,12
Per 10.000 Penduduk
23
Gambar 3.18
Presentase Penderita Kusta Selesai Diobati
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
120
100
80
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Penderita
100 100 100 83,33 100
Kusta Selesai Berobat
Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2015 penderita kusta selesai berobat
belum memenuhi target. Hal ini disebabkan adanya kasus drop out sebanyak 1 kasus.
Adapun kegiatan-kegiatan yang selama ini telah dilakukan Puskesmas Kusuma
Bangsa dalam mendukung pencapaian program kusta diantaranya:
a. Tata laksana dan pengobatan kusta pada penderita
b. Kunjungan kontak penderita baru dan yang telah RFT di lingkungan keluarga dan
tetangganya untuk menemukan kasus baru
c. Kunjungan rumah terhadap kasus kusta mangkir
d. Sosialisasi kusta pada dalam rangka deteksi dini kasus kusta melalui pertemuan
Musyawarah Masyarakat Kelurahan
e. Deteksi dini penyakit kusta oleh kader melalui kegiatan Survei Mawas Diri
f. Mengikuti kegiatan RVS (Rapid Village Survey) atau penemuan kusta secara aktif
di sekolahdan masyarakat melalui 14 lokasi di masing-masing wilayah kerja
Puskesmas
g. Deteksi dini melalui kegiatan penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar,
penghuni panti asuhan, dan pondok pesantren
h. Mengikuti pertemuan teknis dan evaluasi program kusta bagi petugas Puskesmas
24
poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia < 15 tahun yang mengalami
kelumpuhan mendadak (< 14 hari) dan menentukan diagnosa awal
b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan,
sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam
c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus
(untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung)
d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virology adanya virus polio
liar di dalamnya
e. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini
dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih
ada kelumpuhan atau tidak
Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan
apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus polio atau tidak sehingga
dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Pada tahun 2014, 2015
dan 2016 tidak ditemukan adanya kasus AFP di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa.
Apabila dibandingkan dengan target SPM 2010 yaitu ≥ 2 / 100.000 penduduk usia <
15 tahuh, maka penemuan kasus AFP tahun dari tahun 2014-2016 belum mencapai
target.
Gambar 3.19
Jumlah Penemuan Kasus AFP
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penemuan Kasus
1 1 0 0 0
AFP
14. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Yang termasuk dalam PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak,
Polio dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit
tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan
kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi
25
Campak (REDCAM) dan EliminasiTetanus Neonatorum (ETN). Pada tahun 2014 di
wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tidak terdapat kasus PD3I. Pada tahun
2015telah ditemukan kasus campak sebanyak 1 kasus pada anak laki-laki. Pada
tahun 2016 juga telah ditemukan kasus campak sebanyak 1 kasus pada anak laki-
laki.
Gambar 3.20
Jumlah Penemuan Kasus Campak
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penemuan Kasus
37 2 0 1 1
Campak
26
Gambar 3.21
Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
14
12
10
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Angka Kesakitan DBD 1 12 1 3 6
Dari grafik terlihat ada peningkatan kasus dari tahun 2014-2016. Hal ini
disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak
pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk
AedesAegipty yang cukup potensial. Meskipun Angka Bebas Jentik (ABJ) nya sudah
mencapai target (> 95%) yaitu sebesar 95,22%, kegiatan PSN masih perluuntuk
ditingkatkan guna mendukung penurunan angka kesakitan DBD. Berikut data Angka
Bebas Jentik:
Gambar 3.22
Angka Bebas Jentik
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
95,5
95
94,5
94
93,5
93
92,5
2012 2013 2014 2015 2016
Angka Bebas Jentik 94,34 94,08 93,5 93,59 95,2
Dari grafik tersebut diatas menunjukkan angka bebas jentik pada tahun 2016
sudah mencapai target > 95%. Pada tahun 2012 jumlah rumah yang diperiksa
sebanyak 5.263 dan positif jentik sebanyak 298 rumah (angka bebas jentik
94,34%).Pada tahun 2013 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 7.855 dan positif
jentik sebanyak 465 rumah (angka bebas jentik 94,08%). Pada tahun 2014 jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 10.848 dan positif jentik sebanyak 705 rumah (angka
bebas jentik 93,50%). Pada tahun 2015 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak
27
14.015 dan positif jentik sebanyak 899 rumah (angka bebas jentik 93,59%). Pada
tahun 2016 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 10.752 dan positif jentik sebanyak
516 rumah (angka bebas jentik 95,20%). Kegiatan pengendalian dan penanggulangan
DBD yang dilakukan antara lain:
a. Pertemuan Pokjanal DBD tingkat kelurahan
b. Pemberdayaan masyarakat dalam pemantauan jentik melalui berbagai kegiatan,
diantaranya Forum Kelurahan Siaga Sehat (FKSS) dan PKK
c. Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap suspek/tersangka. Hal ini dilakukan
dengan prinsip setiap kasus yang dilaporkan/ditemukan dilakukan penyelidikan
epidemiologi guna mengetahui penyebaran penyakit untuk dilakukan tindak lanjut
d. Pertemuan teknis dan koordinasi petugas P2 dan Jumantik Puskesmas
e. Fogging fokus yang dilaksanakan dengan radius 100 meter (20 rumah) dari indeks
kasus
f. Fogging massal yang dilakukan pada kelurahan endemis DBD
g. Kegiatan jumantik anak sekolah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan
dokter kecil
h. Pemantauan jentik nyamuk dilakukan di semua rumah dan bangunan yang ada di
semua kelurahan secara rutin yang dilaksanakan oleh petugas pemantau jentik
(Jumantik) puskesmas
i. Penyuluhan luar gedung dengan materi cara pemantauan jentik
j. Mengaktifkan kegiatan satu rumah satu jumantik
Kendala atau permasalahan yang dihadapi, diantaranya adalah:
a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN secara rutin dan
serentak
b. PSN oleh masyarakat dilakukan secara sendiri-sendiri dalam waktu yang berbeda
c. Fogging yang dilakukan belum disertai dengan PSN sehingga hasilnya tidak efektif
d. Deteksi dini penyakit DB masih rendah karena tidak mempunyai gejala khas
28
sehingga perlu dilakukan pengamatan atau surveilans yang intensif. Strategi
penemuan penderita dilakukan secara laboratoris dengan pemeriksaan darah tebal
terhadap pengunjung di unit pelayanan kesehatan dengan keluhan klinis malaria.
Apabila terdapat suspek malaria dilakukan penyelidikan epidemiologi ke lokasi dan
lingkungan sekitar serta bila ternyata positif malaria akan diberikan pengobatan dan
tatalaksana sesuai standar.
Gambar 3.23
Penemuan Kasus Malaria
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
1,2
0,8
0,6
0,4
0,2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kasus Malaria 1 0 0 0 0
29
1% yang tersebar di 4 Kecamatan. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2015 jumlah
kasus klinis atau positif mengandung microfilaria sebanyak 446 orang, sedangkan
yang sudah kronis (ada pembengkakan bagian tubuh atau kecacatan) terdapat 37
orang. Karena telah dinyatakan endemis, maka mulai tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015, seluruh penduduk di Kota Pekalongan mulai usia 2 tahun (dengan kriteria
yang ditetapkan), diberikan pengobatan filariasis yang dikenal dengan istilah
Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis, dengan jenis dan jumlah obat
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jenis dan Jumlah Obat (POMP) Filariasis
Puskesmas Kusuma Bangsa
Jenis Obat dan
Diethyl
Jumlah Albendazole Paracetamol
Carbamazine
Berdasarkan (tablet) (tablet)
(tablet)
Golongan Umur
Usia 2-5 tahun 1 1 ¼
Usia 6-14 tahun 2 1 ½
Usia > 15 tahun 3 1 1
Capaian hasil kegiatan POMP Filariasis selama lima putaran sejak tahun 2011-
2015 di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa sebagai berikut:
Gambar 3.24
Capaian POMP Filariasis
Puskesmas Kusuma Bangsa 2011-2015
95
94
93
92
91
90
89
88
2011 2012 2013 2014 2015
Capaian POMP Filariasis 94,59 92,87 93,3 90,32 93,09
POMP Filariasis tahun 2015 merupakan tahun kelima pemberian obat masal,
yang dicanangkan dengan minum obat bersama Walikota Pekalongan pada tanggal
15 Mei 2015 di SD Panjang Wetan, yang sebelumnya didahului dengan serangkaian
kegiatan mulai pertemuan advokasi dan koordinasi, pertemuan teknis, sosialisasi,
refreshing TPE (Tenaga Pelaksana Eliminasi), pengadaan media promosi, pengadaan
30
obat dan bahan habis pakai, repacking dan distribusi obat hingga pelaksanaan serta
evaluasinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan, diantaranya
kompetensi kader, keikutsertaan tokoh masyarakat, karakter masyarakat setempat
maupun dari faktor petugas kesehatan. Kendala/permasalahan yang dihadapi selama
pelaksanaan kegiatan POMP Filariasis:
a. Masih ada warga yang ragu minum obat
b. Penolakan warga untuk didata atau saat minum obat
c. Pergantian kader saat pelaksanaan
d. Saat pelaksanaan, terdapat warga yang belum terdata
e. Obat tidak diminum di depan TPE
f. Pengumpulan data hasil POMP dari TPE cukup lama
g. Faktor cuaca yang tidak mendukung seperti banjir rob
Tabel 3.2
19 Kasus Penyakit Tidak Menular
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
Tahun
No. Jenis Penyakit Tahun 2014 Tahun 2015
2016
1 Kanker Mammae 0 4 5
2 Anemia 0 0 4
3 Kanker Serviks 0 1 6
4 Diabetes Melitus tipe II 1.442 1.644 1.676
5 Hipercholesterol 7 37 66
31
6 Psikosis 26 22 40
7 Schizophrenia 102 95 45
8 Epilepsi 3 20 9
9 Angina Pectoris 6 4 5
10 Hipertensi 3.258 3.507 3.416
11 Stroke 65 24 43
12 Hipertensi Heart Disease 3 20 16
13 Congestive Heart Failure 23 31 49
14 Penyakit Paru Obstruktif Kronik 4 5 11
15 Asthma Bronkiale 635 583 376
16 Kecelakaan Lalu Lintas 77 225 136
17 Fibroadenoma Mammae 2 0 1
18 Obesitas 13 45 59
19 Acut Miocard Infark 0 4 4
Dari data tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kasus yang paling banyak adalah
hipertensi, kemudian diikuti kasus Diabetes Melitus tipe II. Kasus Obesitas cenderung
meningkat sampai tahun 2016. Begitu pula dengan kasus hipercholesterol, Congestive
heart failure dan kanker serviks.
Kegiatan pengendalian dan penanggulangan PTM yang dilakukan antara lain:
a. Sosialisasi tentang Penyakit Tidak Menular kepada kader
b. Kegiatan Posbindu
c. Review pengelola Posbindu PTM
d. Pelatihan kader Posbindu tentang surveilans PTM berbasis webs
Gambar 3.25
Persentase Kasus Hipertensi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
30
25
20
15
10
5
0
2014 2015 2016
Laki-Laki 26,88 18,92 14,18
Perempuan 17,04 22,55 19,52
Gambar 3.26
Persentase Kasus Obesitas
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
25
20
15
10
0
2014 2015 2016
Laki-Laki 6,35 1,58 23,68
Perempuan 11,25 5,09 23,16
22. Persentase IVA Positif Pada leher rahim dan Persentase Tumo/Benjolan pada
Payudara Bagi Perempuan Usia 30
Di Jawa Tengah kegiatan deteksi dini Ca Serviks dengan metode IVAmulai
dikembangkan sejak tahun 2007, dengan pelatihan yang terstandar menghasilkan
dokter dan bidan yang mampu melakukan deteksi dini Ca Serviks dengan metode
IVA. Hasil pemeriksaan positif menunjukkan adanya lesi pra kanker yang dapat
disembuhkan dengan sempurna dengan terapi Krio. Dari 139 WUS yang melakukan
IVA test, ditemukan IVA positif pada 12 WUS atau 8,63%, angka ini lebih tinggi dari
yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yaitu 3%.
Tingginya persentase IVA positif menunjukkan faktor resiko kanker leher rahim
yang cukup tinggi di wilayah tersebut. Untuk deteksi dini kanker payudara dilakukan
pemeriksaan Clinical Breast Examination (CBE) yaitu pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh tenaga terlatih. Pemeriksaan ini dipakai untuk mendeteksi kelainan-
kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada
tahap dini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Di wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2014 belum ada pemeriksaan IVA test
maupun CBE. Pada tahun 2015 dengan jumlah perkiraan sasaran WUS usia 30-50
tahun sebanyak 5.585 orang telah dilakukan pemeriksaan IVA tes sebanyak 10
orang atau 0,18% dari sasaran dengan hasil negatif. Sedangkan untuk pemeriksaan
CBE belum dilakukan.
34
Pada tahun 2016 dengan jumlah perkiraan sasaran WUS usia 30-50 tahun
sebanyak 4.356 orang telah dilakukan pemeriksaan IVA tes terhadap 29 (0,67%)
orang dengan hasil negatif, diantaranya terdapat sasaran dari kelurahan Panjang
Wetan 6 orang, Kandang Panjang 5 orang dan Panjang Baru 2 orang. Hasil
pemeriksaan CBE yang telah dilakukan terhadap 29 sasaran tersebut terdapat 1
orang dengan benjolan pada payudara, tetapi sasaran berasal dari luar kota
Pekalongan. .
35
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4
Pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter
dan bidan yang kompeten.
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan, pengukuran tekaanan darah, pengukuran lingkar lengan
atas (LILA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), penentuan status
imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi, pemberian tablet tambah darah
minimal 90 tablet selama kehamilan, penentuan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana), pelayanan tes laboratorium sederhana
minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan
golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya), tata laksana kasus.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi
pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada tri wulan
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada tri wulan kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan 2 kali pada tri wulan ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu).
Standar pelayanan antenatal tersebut memberikan perlindungan kepada ibu hamil
dan janin, antara lain dapat mendeteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi kebidanan.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator K1 dan K4. Cakupan K1 adalah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali pada trisemester I, dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun.
36
Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 97,85%
turun menjadi 97,69%. Sedangkan kunjungan ibu hamil K-4 di Puskesmas Kusuma
Bangsa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 93,84% menjadi
95,22%
Gambaran cakupan kunjungan Ibu hamil K1 dan K4 di Puskesmas Kusuma
Bangsa selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 4.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
99
98
97
96
95
94
93
92
91
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan K1 97,91 96,49 98,55 97,85 97,69
Cakuan K4 95,95 93,78 95,64 93,84 95,22
37
2. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besaar
terhadap Angka Kematian Ibu. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama
diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortility: WHO, When, Where
and Why; Lancet 2006).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ini merupakan indikator yang
memperlihatkan kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan
berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehataan (profesional, tidak
termasuk oleh dukun bayi meskipun terlatih dan didampingi oleh bidan) di
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100%. Angka tersebut sudah
melampaui target SPM sebesar 95%
Gambar 4.2
Cakupan Pertolongan Persalinan Tanaga kesehatan
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100,01
100
99,99
99,98
99,97
99,96
99,95
99,94
2012 2013 2014 2015 2016
Cak.Linakes 100 100 100 99,96 100
38
Strategi tersebut juga dilakukan dalam upaya penurunan Angka kematian Ibu
dan Bayi. Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat
menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan karena ditempat tersebut persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan telah tersedia sarana kesehatan yang memadai
sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan
yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
39
Gambar 4.3
Cakupan pelayanan Nifas
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100,1
100
99,9
99,8
99,7
99,6
99,5
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan Yan Nifas 100 99,67 99,67 100 99,67
Gambar 4.4
Cakupan Pemberian Kapsul Vit A Pada Ibu Nifas
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
95
94
93
92
91
90
89
88
87
86
85
2012 2013 2014 2015 2016
Cak.VitA 92,2 88,53 91,92 88,59 94,34
40
Beberapa hal yang mempengaruhi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi,
balita dan ibu nifas, diantaranya adalah:
Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan
penyebarluasan informasi (siaran radio, spanduk leaflet)
Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai waahana yang mendukung
terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait
Sosialisasi pemberian kapsul vitamin A oleh petugas kesehatan di
puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya
Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh ahli gizi di puskesmas dan
rumah sakit pada sasaran ibu anak
Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau
Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang
belum meendapatkan kapsul vitamin A pada bulan kapsul
41
Gambar 4.5
Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu hamil
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
96,5
96
95,5
95
94,5
94
93,5
93
92,5
2012 2013 2014 2015 2016
Fe 90 95,95 93,78 95,78 93,84 95,22
42
Gambar 4.6
Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun 2012-2016
140
120
100
80
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 96,08 100 113,04 88,57 120
43
Cakupan neonatus dengan komplikasi pada tahun 2016 sebesar 90,11%
menurun jika dibandingkan tahun 2015 (115,79%). Cakupan neonatus dengan
komplikasi ditangani selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi Ditangani
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2012 2103 2014 2015 2016
Cakupan 114,42 161,73 83,2 115,79 90,11
44
Gambar 4.8
Cakupan Peserta KB Aktif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 80,68 73,81 89,82 80,95 87,55
Gambar 4.9
Persentase Pemakaian kontrasepsi Peserta KB Aktif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
0,4 4,2
7,5 5,9 IUD
6,8
19,8 MOP
MOW
IMPLANT
SUNTIK
55,4
PIL
KONDOM
Berdasarkan gambar di atas, sebagian besar peserta KB Aktif pada tahun 2016
menggunakan alat/obat Kontrasepsi Suntik (55,4%) dan yang paling sedikit
menggunakan MOP (0,4%).
45
Secara khusus proporsi Peserta KB Aktif yang mempergunakan alat/metode
kontrasepsi suntik sangat besar, lebih dari 50% yaitu (55,4%). Hal tersebut dapat
dipahami, karena akses untuk memperoleh pelayanan tersedia sampai tingkat kelurahan
baik melalui pelayanan pemerintah maupun swasta sehingga dekat dengan tempat
tinggal peserta KB.
Gambar 4.10
Persentase Cakupan Peserta KB Baru
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 18,59 17,49 15,49 9,23 9,18
46
Gambar 4.11
Persentase pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru
Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
0,04
0,3 0,57 0,32
IUD
1,09
MOP
1,22
MOW
Implant
Suntik
2,82
Pil
Kondom
47
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama lahir.
Penyebab terjadinya BBLR bisa karena ibu hamil anemia, kurang supply gizi waktu
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ
tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebeb utama kematian bayi. Penanganan
bayi dengann berat lahir rendah meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar,
pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda, penanganan
penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di
rumah
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2016 sebesar 7,54% dari jumlah total kelahiran hidup dengan
proporsi bayi laki-laki dengan BBLR sebesar 2,05% dan bayi perempuan dengan
BBLR sebesar 5,48%. Bila dibandingkan dengan tahun 2015 presentase bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2016 mengalami penurunan. Bayi
dengan berat badan lahir rendah yang berhasil di tangani di Puskesmas Kusuma
Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100% dan sudah mencapai target Nasional
sebesar 100%
Persentase Berat Bayi Lahir Rendah di Kota Pekalongan selama kurun waktu 5
tahun terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 4.12
Persentase Berat Badan Bayi lahir Rendah
Puskesmas Kusuma Bansga 2012-2016
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Persentase (%) 6,38 3,84 4,62 9,5 7,54
48
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia rentan ini, berbagai masalah
kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal.
Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan resiko pada kelompok
ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Masalah utama penyebab kematian
pada bayi dan balita pada masa neonatus ( bayi lahir umur 0-28 hari)
Kunjungan Neonatus (KN) adlah pemeriksaan dan pelayanan kesehatan setiap
bayi baru lahir 0-28 hari oleh dokter / bidan / perawat menggunakan algoritma
Manajemen terpadu Bayi Muda (MTBM) sebagai pedoman, minimal dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu KN 1 pada 6-48 jam, KN2 pada hari 3-7, KN 3 pada hari 8-28.
Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu pada
pedoman Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda
vital, konseling perawatan bayi baru lahir an ASI Eksklusif, injeksi Vit K1, imunisasi
(jika belum diberikan saat lahir0, penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan
perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA
Cakupan neonatus 1 (KN-1) di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar
100%, sedangkan cakupan kunjungan neonatus 1,2 dan 3 (KN-lengkap) sebesar
98,97%. Pencapaian tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2015
dengan capaian 98,64%
Cakupan kunjungan neonatus di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2012-2016
Gambar 4.13
Cakupan Kunjungan Neonatus
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
99,3
99,2
99,1
99
98,9
98,8
98,7
98,6
98,5
98,4
98,3
2012 2013 2014 2015 2016
Kunj. Neonatus 99,25 99,2 98,84 98,64 98,97
Gambar 4.14
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 28,98 59,25 58,55 90,8 80
50
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dalam lima tahun terakhir cakupan
pemberian ASI Eksklusif terus mengalami fluktuatif. Pencapaian pemberian ASI
Eksklusif masih belum memenuhi target yang diharapkan. Beberapa hal yang
menghambat pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah:
1. Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan
cara menyusui yang benar
2. Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan
3. Faktor sosial budaya
4. Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja
5. Gencarnya promosi susu formula
Gambar 4.15
Cakupan Kunjungan Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
78
2012 2013 2014 2015 2016
Kunj. Bayi 85,49 97,02 95,73 93,85 94,22
Dari grafik tersebut terlihat bahwa kunjungan tertinggi pada tahun 2013 lalu
mengalami penurunan dan naik kembali di tahun 2016 (94,22%), namun demikian
masih perlu upaya agar kunjungan bayi terus mengalami peningkatan, melalui
52
peningkatan pelayanan oleh tenaga kesehatan di wilayah setempat, juga pelayanan
kunjungan tenaga kesehatan.
53
Gambar 4.16
Cakupan Imunisasi Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
98
96
94
92
90
88
86
84
DPTHb1 DPTHb3 BCG Polio4 Campak
2012 95,4 95,4 96 96 95,4
2013 96,9 96,9 98,7 97,3 96,9
2014 96,8 96,8 98,2 97,4 96,8
2015 95,8 95,5 96,7 96,1 95,7
2016 95,7 95,5 95,4 90,2 95,5
54
Gambar 4.17
Cakupan Pemberian Kapsul Vit A pada Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
80
60
40
20
0
2012
2013
2014
2015
2016
55
Gambar 4.18
Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Vit A Pada Balita 100 100 100 100 100
56
Gambar 4.19
Cakupan Baduta ditimbang
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
600
500
400
300
200
100
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 511 540 537 423 569
Perempuan 519 533 509 425 564
57
dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak. Suplementasi Vitamin A
dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12-59 bulan 2 kali per tahun
(bulan Februari dan Agustus).
Jumlah balita di Kota Pekalongan tahun 2016 sebanyak 1873 balita terdiri dari
940 balita laki-laki dan 933 balita perempuan . Balita yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanyak 1692 (90,3%) dengan jumlah balita laki-laki yang mendapat
pelayanan sebanyak 845 balita dan balita perempuan sebanyak 847 balita. Cakupan
tahun 2016 mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2015 sebanyak 1789
(88,10%). Bila dibandingkan dengan target SPM (90%), maka pada tahun 2016
sudah memenuhi target.
58
Gambar 4.20
Cakupan Balita Ditimbang
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 1074 1174 1197 985 1128
Perempuan 1087 1179 1163 984 1115
59
Gambar 4.21
Cakupan Gizi Buruk
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
47 47 46
50
45
40 36
35 30
30
25
20
15
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Gizi Buruk 47 47 46 30 36
Gambar 4.22
Persentase Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Garam Beryodium 100 100 100 100 100
60
jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama
dengan dengan guru sekolah dan kader kesehatan / konselor kesehatan. Setiap
Puskesmas mempunyai tugas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan
siswa SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun
ajaran baru sekolah.
Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan
melalui kegiatan penjaringan kesehatan. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan
diharapkan bisa deteksi dini permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah.
Dengan kegiatan penjaringan kesehatan kesehatan siswa SD dan setingkat
diharapkan juga dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan
tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak
yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Selain itu setelah ditemukannya
permasalahan kesehatan yang ada di sekolah maka ditindak lanjuti dengan
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, peerawatan
kesehatan gigi, penyuluahan tentang gizi anak sekolah dan rotasi tempat duduk bagi
siswa di sekolahnya untuk mengatasi apabila ada masalah pada ketajaman
penglihatan.
Jumlah murid kelas 1 SD dan Setingkat pada tahun 2016 berjumlah 566 yang
terdri dari 297 murid laki-laki dan 269 murid perempuan. Cakupan penjaringan
kesehatan kesehatan siswa SD/MI oleh tenaga Kesehatan/Guru UKS/Kader
Kesehatan Sekolah pada tahun 2016 sebesar 100% yang berarti semua murid baru
kelas 1 SD dan setingkat baik laki-laki maupun perempuan telah mendapatkan
pemeriksaan kesehatan. Cakupan tersebut sama dengan tahun 2015 dan
pencapaian tersebut sudah berhasil mencapai target SPM sebesar 100%.
Gambar 4.23
Pemeriksaan Kesehatan Siswa
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Pemeriksaan Kesehatan
100 100 100 100 100
Siswa SD
61
25. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmasmeliputi kegiatan pelayanan
dasar dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah
tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian
masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti
masyarakat lebih memperhatiakn kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif
sebelum gigi tetap betul-betul rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah
tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus
diambil oleh seorang pasien.
Rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap menunjukan tingkat motivasi
masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya, semakin besar rasio tumpatan
dengan pencabutan gigi tetap berarti semakin tinggi motivasi masyarakat dalam
mempertahankan gigi geliginya.
Tahun 2016 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 394 sementara jumlah
pencabutan 74, dengan demikian rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun
2016 sebesar 5,32.
Sejak tahun 2011 hingga 2016 rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap di
Puskesmas Kusuma Bangsa cenderung mengalami peningkatan, hal inimenunjukan
semakin meningkatnya perhatian terhadap kesehatan gigi ini. Walaupun meningkat,
masih tetap diperlukan upaya penyuluhan yang terus menerus agar masyarakat
memeriksakan giginya secara teratur karena melalui pemeriksaan gigi ini dapat
mengontrol fungsi kunyah gigi agar tetap baik sehingga sistem pencernaan semakin
bagus yang pada akhirnya kesehatan secara umum akan meningkat.
26. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi
khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi massal di SD/MI merupakan
salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat
memahami cara dan waktu yang tepat untuk melakukan sikat gigi. Persentase SD/MI
yang melaksanakan sikat gigi masal sebesar 18,18%, sedangkan persentase SD/MI
yang mendapatkan pelayanan gigi sebesar 100%.
Kegiatan UKGS yang lain adalah pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk
mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan
pada murid yang memerlukan. Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI
tahun 2016 sebesar 100% dengan jumlah cakupan murid laki-laki 52,3% dan murid
perempuan 47,7%. Angka ini sama bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 100%.
62
27. Cakupan Pelayanan Kesehatan USILA
Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke
atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan baik di Puskesmas maupun Posyandu/Kelompok Usia Lanjut.
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 75% dengan proporsi laki-laki sebesar 56 % dan perempuan sebesar
44%. Cakupan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan 2015 sebesar 44%.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu dengankegiatan dalam gedung
melaui Puskesmas Santun Lansia dan kegiatan luar gedung melalui Pembinaan
Posyandu Lansia. Pembinaan usia lanjut dapat dilakukan antara lain terhadap para
usia lanjut, keluarga di mana usia lanjut berada dan masyarakat.
Dukungan atau bimbingan yang diberikan pada lanjut usia untuk emelihara dan
meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri antara lain dengan
memberikan penyuluhan kesehatan dan gizi kepada usia lanjut untuk tetap
berperilaku sehat agar dapat lebih meningkatkan kesehatannya, mengnjurkan untuk
tetap melakukan aktivitas seari-hari sesuai kemampuannya serta menjaga
kebugarannya secara rutin yaitu dengan berolahraga atau senam usia lanjut,
menganjurkan untuk tetap melakukan dan mengembangkan hobi atau
kemampuannya terutama bagi aktivitas yang merupakan usaha ekonomi produktif,
menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bersama dengan usia lanjut lainnya
melalui kelompok usia lanjut di masyarakat sehingga dapat merasakan
kebersamaan dan saling berbagi pengalaman.
63
sebanyak 7.390 jiwa (49,69% ) dan laki-laki sebanyak 7.480 jiwa (50,31%) . Jumlah
peserta JKN mengalami peningkatan lagi di th 2016 sebanyak 15.632 jiwa, dengan
jumlah peserta perempuan 7.757 jiwa (49,62%) dan peserta laki-laki sebanyak 7875
jiwa ( 50,37 % ) .
Penerima Bantuan iuran ( PBI ) adalah peserta jaminan kesehatan yang meliputi
orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang di bayar oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui APBD Provinsi dan kota
Pekalongan. Jumlah Peserta JKN PBI di Puskesmas Kusuma Bangsa th 2014
sebanyak 10.398 jiwa . Kemudian pada th 2015 mengalami peningkatan sebanyak
11.530 jiwa . Dan pada th 2016 juga mengalami peningkatan di banding th 2014 dan
2015 sebanyak 12.432 jiwa.
64
Tabel 4.1
Cakupan Kunjungan Pasien JKN PBI , Non PBI dan Jamkesda
Puskesmas Kusuma Bangsa
NO JENIS 2014 2015 2016
JAMINAN
KESEHATAN
1 PBI 16.561 ( 33,84 % ) 23.121 ( 46,71%) 24.610 ( 48,22%
)
2 Non PBI 5.940 ( 12,14 % ) 5836 ( 11,79 %) 5.712 ( 11,19 % )
3 Jamkesda 10.789 ( 22,05 % ) 4.886 ( 9,87 % ) 4.750 (9,31 %)
Penurunan ini terjadi karena pasien Non PBI Mandiri ( biaya sendiri ) , berubah
kepersertaannya menjadi pasien PBI, karena mereka mengajukan ke kelurahan
setempat untuk minta bantuan jaminan kesehatan yang dibiayai daerah. Cakupan
Kunjungan pasien Jamkesda dari th 2014-2016 mengalami penurunan , dikarenakan
pasien jamkesda sudah diikutsertakan menjadi pasien Jaminan Kesehatan PBI.
Tabel 4.2
Jumlah Kunjungan Rawat jalan dan Rawat Inap
Puskesmas Kusuma Bangsa
65
3. Jumlah Kujungann Gangguan Jiwa di Puskesmas Kusuma Bangsa
Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami
gangguan kejiwaan , yang meliputi gangguan pada perasaan , proses pikir dan
perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosialnya.
Jumlah kunjungan gangguan jiwa di Puskesmas Kusuma Bangsa th 2014
sebesar 148 kunjungan (0,3%) dari total kunjungan. Th 2015 sebesar 135 kunjungan
(0,28%) . Th 2016 sebesar 117 kunjungan ( 0,23% ). Prosentase kunjungan dari th
2014 – 2016 mengalami penurunan yang tidak begitu besar , hal ini disebabkan
beberapa pasien sudah dirujuk dan masuk ke Rumah sakit Jiwa . Atau penyebabnya
adalah angka kesembuhan pasien penyakit jiwa lebih besar dari th 2014-2015.
Gambar 4.24
Cakupan Bed Occupancy Rate
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
66
2016 rata-rata lama dirawat pasien Puskesmas Kusuma Bangsa semakin
meningkat. Namun tidak melebihi nilai ideal LOS secara umum. Karena jika nilai
LOS melebihi standar, menunjukan bahwa mutu dari Puskesmas tersebut
kurang.
Gambar 4.25
Cakupan Averange length Of Stay (ALOS)
Puskesemas Kusuma Bangsa 2012-2016
3
2
1
0
2014 2015 2016
ALOS 2,41 2,79 2,92
.
Gambar 4.26
Cakupan TOI
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
10
5
0
2014 2015 2016
TOI 7,21 4,34 2,61
67
Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi
minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16
indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga meliputi :
a. Variabel KIA dan Gizi : persalinan nakes, ASI Eksklusif, penimbangan balita,
gizi seimbang
b. Variabel Kesling : Air bersih, Jamban, Sampah, Kepadatan hunian, Lantai
rumah
c. Variabel Gaya Hidup : Aktifitas fisik, tidak merokok, cuci tangan, kesehatan
gigi dan mulut, miras/narkoba
d. Variabel Upaya Kesehatan Masyarakat : Jaminan pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan sarang nyamuk
Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga di
Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016, dari 8.508 rumah tangga yang ada, yang
diperiksa sebanyak 8.508 rumah tangga. Hasil pengkajian tersebut diperoleh
persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu yang diwakili oleh
rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehart paripurna sebesar
88,33% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang telah
mencapai 95,34%. Berikut ini grafik persentase rumah tangga ber PHBS di Kota
Pekalongan dari tahun 2013-2016.
Gambar 4.27
Persentase Rumah Tangga ber-PHBS
Puskesmas Kusuma Bangsa 2013-2016
100
95
90
85
80
2013 2014 2015 2016
Rumah tangga 96,25 99,16 95,34 88,33
D. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat, disamping perilaku, genetika dan pelayanan kesehatan. Program
68
lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi : (1) Pembinaan dan Pengawasan kualitas air dan lingkungan,
(2) Pembinaan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Pemukiman, (3)
Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Tempat-tempat Umum,
(4) Penyehatan Makanan dan Minuman.
Indikator sasaran kegiatan pembinaan dan pengawasan kualitas air dan lingkungan
meliputi : (1) Kelurahan yang melaksanakan STBM, (2) Proporsi penduduk akses air
bersih, (3) Proporsi penduduk akses jamban. Sedangkan indikator sasasaran kegiatan
pengawasan hygiene dan sanitasi TTU dan TPM meliputi : (1) Proporsi TTU memenuhi
syarat, (2) Proporsi TPM memenuhi syarat, (3) Proporsi Puskesmas yang ramah
lingkungan, (4) Proporsi Rumah Sakit yang ramah lingkungan. Pencapaian dari masing-
masing indikator sasaran adalah sebagai berikut :
1. Persentase Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah seahat
dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.
Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu
Burung, TBC, ISPA, Diare dan lain-lain.
Pada tahun 2016 jumlah seluruh rumah di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa
sebanyak 8.508 rumah dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebesar 6.186
rumah (72,71%) Cakupan ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015
sebesar 72,12%.
Gambar 4.28
Persentase Rumah Sehat
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012 - 2016
74,00%
73,00%
72,00%
71,00%
70,00%
69,00%
68,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Rumah
Sehat Puskesmas
73,63% 70,00% 71,49% 72,12% 72,71%
Kusuma Bangsa Tahun
2013 - 2016
69
2. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak
Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindung meliputi air
ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan
(PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa yang
jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah,dan
pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang
dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung.
Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak
34.441 jiwa dan yang telah memiliki akses terhadap air minum yang layak sebanyak
34.441 (100%) dimana sebagian besar penduduk memanfaatkan PDAM, BPSPAM
sebagai sumber air minumnya. Proporsi dari masing-masing jenis sarana air minum
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.29
Proporsi Sarana Air Minum Menurut Jenis Sarana
Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun 2016
6% 8%
SGl Terlindung
SGL Pompa
86% Perpipaan
70
Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum
yang diproduksinya memenuhi syarat. Kegiatan pengawasan kualitas air minum
meliputii inspeksi sanitasi, pengambilan sempel air, pengujian kualitas air, analisis
hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 11
penyelenggara air minum (PDAM, BPSPAM/ Badan Pengelola Sarana Penyediaan
Air minum, Depot air minum/ DAM ). Sedangkan jumah sempel air yang diperiksa
sebanya 108 sempel. Dari sampel yang diperiksa, 94 (87,04%) sampel yang
memenuhi syarat fisik, bakteriologi dan kimia. Hal ini berarti masih ada air yang
diproduksi oleh penyelenggara air minum yang tidak memenuhi syarat sehingga
tidak aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu pengawasan kualitas air baik
eksternal maupun internal harus secara kontinyu dilaksanakan dan pemberian
sanksi kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi syarat sebagaimana
disebutkan dalam Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Gambar 4.30
Presentasi Jamban Menurut Jenisnya
Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
26%
Jamban Komunal
74% Leher Angsa
Gambar 4.31
Presentase TPM Memenuhi Syarat
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
90,00%
85,00%
80,00%
75,00%
70,00%
65,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase TPM
Memenuhi Syarat
Puskesmas Kusuma 85,00% 75,50% 88,23% 77,92% 85,07%
Bangsa Tahun 2013-
2016
Pada tahun 2016, jumlah TPM yang belum memenuhi syarat sebanyak 10 TPM,
dilakukan pembinaan sebanyak 10 TPM (100%). Dari seluruh TPM yang memenuhi
syarat pada tahun 2016, belum seluruhnya uji petik. Dari 57 TPM yang memenuhi
syarat , baru 56 (98,25%) yang dilakukan uji petik
72
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan
upaya kuratif dan rehabilitataif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga
berfungsi sebagi penyelia pelayaanan kesehatan rujukan.
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit mengeloompokkan
Rumah sakit berdasarkan jenis pelyanan yang diberikan menjadi Rumah sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang
memeberikan pelaynanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Adapun Rumah Sakit Khusus adalah Rumah sakit yang memberikan pelaynanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya
Tahun 2016 jumlah Rumah sakit di Kota Pekalongan sebanyak 7 unit yaitu RSUD
Bendan, RS Budi Rahayu, RS Siti Khodijah, RS Karomah Holistik, RS Bhakti
Waluyo, RS HA Djunaid dan RS ARO, sedangkan Rumah sakit Khusus sebanyak 1
unit yaitu RSIA Anugerah.
2. Puskesmas Kusuma Bangsa dan Jaringannya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan masyarakat mendefinisikan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerja. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka terwujudnya kecamatan sehat.
73
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan,
hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer, Puskesmas berkewajiban memberikan upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari: (1) Upaya
promosi kesehatan, (2) Upaya kesehatan lingkungan, (3) Upaya kesehatan ibu dan
anak serta keluarga berencana, (4) Upaya perbaikan gizi, (5) Upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular, (6) Upaya Pengobatan.
Puskesmas Kusuma Bangsa terdiri dari 1 Puskesmas Induk dan 2 Puskesmas
Pembantu yaitu Pustu Panjang Wetan yang buka setiap hari dan Pustu Kandang
Panjang yang buka setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Puskesmas Kusuma
Bangsa merupakan 1 dari 4 Puskesmas PONED yang ada di Kota Pekalongan.
Adanya Puskesmas PONED ini merupakan salah satu upaya untuk menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi karena PONED memudahkan akses
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar.
No Nama Alamat
1 Dr Bambang Kandang Panjang
2 Dr Marsono B.U Jl WR Supratman Panjang Wetan
3 Dr Theresia M Jl Tentara Pelajar No 10
74
4 Dr Radjin A.H Pesona Griya Panjang
5 Dr Andriani Jl Samudra Pasai No 12
Tabel 5.2
Praktek Bidan Swasta
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
No Nama Alamat
1 Rochilah Vila Kusuma Bangsa
2 Mei Wulansari Vila Kusuma Bangsa
3 Zahidah Panjang Wetan
4 Anna Supartini Panjang Wetan
5 Dwi Hesti Panjang Baru
6 Yenni herliani Salam Manis
7 Nur Ning Setyarini Perum Swadaya
Tabel 5.3
Klinik
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
No Nama Alamat
1 BP Siloam Panjang Wetan
2 BP PMI Panjang Wetan
3 Klinik Kecantikan ERHA Kandang Panjang
4 Medika Skin Care Citra Garden
Tabel 5.4
Pengobatan Tradisional
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
No Nama Alamat
1 Slamet Riyadi Kandang Panjang
2 Bekam Centre Boyongsari Panjang Wetan
Tabel 5.5
Apotik
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016
No Nama Alamat
1 Trubus Jaya Kandang Panjang
2 Aura Farma Panjang Wetan
3 Panjang Indah Panjang Baru
4 Ganesha Panjang Baru
75
gawat darurat level I, dikarenakan setiap Rumah Sakit wajib menyediakan pelayanan
gawat darurat sesuai klasifikasi Rumah sakit. Instalasi Gawat Darurat Level I
merupakan standar minimal untuk Rumah sakit kelas D
76
Skor < 60% : Posyandu Pratama
Skor > 60% - 70% : Posyandu Madya
Skor > 70% - 80% : Posyandu Purnama
Skor > 80% : Posyandu Mandiri
77
efektif, dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran
yang harus dicapai. Kementrian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana
strategis tahun 2015-2019 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan yaitu
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya hasil sasaran tersebut pada tahun
2015 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.
Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
peningkatan ketersediaan obat esensial dan generik di sarana pelayanan kesehatan
dasar.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin, dilakukan
pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya
merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan
obat yang mendukung pelayanan program keseahatan.
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 102,2%. Hal ini berarti sudah melebihi target ketersediaan obat dan
vaksin sebesar 90%.
78
Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam
(IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat
Tradisional (MOT), Produksi Alat Kesehatan, Produksi Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT), dan Industri Kosmetika
Sebagian besar saran produksi maupun distribusi berlokasi di kota basar seperti
Semarang. Ketersediaan ini terkait dengan sumberdaya yang dimiliki dan kebutuhan
pada wilayah setempat. Hingga tahun 016 belum ada saran produksi sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang berlokasi di Kota Pekalongan
B. TENAGA KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
79
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka
pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi
dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
Tabel 5.6
Standar Ketenagaan Puskesmas
Menurut PMK No.75 Tahun 2014
No Jenis Tenaga Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Kawasan Kawasan Kawasan Terpencil
Perkotaan Pedesaan dan Sangat
Terpencil
Non RI RI Non RI RI Non RI RI
1 Dokter Umum 1 2 1 2 1 2
2 Dokter Gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga Kesmas 2 2 1 1 1 1
6 Tenaga Kesling 1 1 1 1 1 1
7 Ahli teknologi Lab. 1 1 1 1 1 1
Medik
8 Tenaga Gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga Kefarmasian 1 2 1 1 1 1
10 Tenaga Administrasi 3 3 2 2 2 2
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
1. Jumlah Tenaga Medis (Dokter Umum dan Dokter Gigi) di Puskesmas Kusuma
Bangsa
a. Dokter Umum
Jumlah tenaga dokter umum di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 sebanyak 3 orang, jika dibandingkan dengan Standar Ketenagaan
Puskesmas menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk
Puskesmas Rawat Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar.
80
b. Dokter Gigi
Jumlah tenaga dokter gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016
sebanya 1 orang, jika dibandingkan dengan Standar Ketenagaan Puskesmas
menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas
Rawat Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar
81
Jumlah tenaga kesehatan lingkungan pada tahun 2016 sebanyak 1 orang,
dengan status PNS, jika dibandingkan Standar Ketenagaan Puskesmas menurut
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas Rawat
Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar
82
BAB VI
KESIMPULAN
2. Morbiditas/Angka Kesakitan
a. Angka penemuan kasus baru Tuberkulosis Paru terkonfirmsi bakteriologis (BTA
Positif) yang tercatat (Case Notification Rate/CNR BTA Positif) tahun 2016 di
Puksesmas Kusuma Bangsa sebesar 60,5% per 100.000 penduduk
b. CNR (Case Notification Rate) untuk seluruh kasus TB di Puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2016 sebesar 73,82% per 100.000 penduduk
c. Proporsi kasus TB anak di antara kasus baru Tuberkulosis paru yang tercatat di
Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 26 kasus
d. Angka keberhasilan pengobatan tuberculosis (success rate) Puskesmas Kusuma
Bangsa sebesar76,9&
e. Cakupan penemuan Pnemonia Balita di puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebesar 94,35%
f. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkasn di Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 tidak ada kasus baru
g. Cakupan penemuan dan penanganan kasus penyakit Diare tahun 2016 di
Puskesmas Kusuma Bangsa sebesar 210 kasus
h. Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa sebesar 9 kasus
i. Persentase kasus Baru Kusta Anak usia 0-14 tahun di wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa sebesar 12,5%
j. Pada tahun 2016 telah ditemukan kasus campak sebanyak 1 kasus pada anak
laki-laki di Puskesmas Kusuma Bangsa
k. Pada tahun 2016 di Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 6 kasus DBD dengan
Incidence Rate (IR) adalah 17,04 per 100.000 penduduk.
l. Angka kematian/ Case Fetality Rate (CFR) DBD tahun 2016 di wilayah Kusuma
Bangsa sebesar 0%
83
m. Sampai dengan akhir tahun 2016 tidak ditemukankasus malaria
n. Capaian POMP Filariasi Puskesmas Kusuma bangsa tahun 2015 sebesar
93,09%
o. Di tahun 2016 persentase obesitas pada pengunjung Puskesmas Kusuma
Bangsa dan jaringannya berusia . 15 tahun yang melakukan pemeriksaan
obesitas sebesar 23,32% atau sebanyak 59 orang (18 laki-laki dan 41
perempuan)
p. Pada tahun 2016 dengan jumlah perkiraan sasaran WUS usia 30-50 tahun
sebanyak 4365 orang telah dilakukan pemeriksaan IVA tes terhadap 29 orang
(0,67%) dengan hasil negatif. Hasil CBE yang telah dilakukan terhadap 29
sasaran terddapat 1 orang dengan benjolan pada payudara, tetapi sasaran
berasal dari luar kota Pekalongan
q. Tahun 2016 tidak ada KLB di Puskesmas Kusuma Bangsa
84
k. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebanyak 5685, sedangkan jumlah peserta KB baru pada tahun 2016 sebanyak
522 atau 9,18% dari jumlah PUS yang ada
l. Persentase BBLR di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 7,54%
dari jumlah total kelahiran hidup dengan proporsi bayi laki-laki dengan BBLR
sebesar 2,05% dan bayi perempuan dengan BBLR sebesar 5,48%
m. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN-1) di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 100%, sedangkan cakupan kunjungan neonatus 1,2, dan 3 (KN-
Lengkap) sebesar 98,97%. Pencapaian tersebut mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun 2015 dengan capaian 98,64%
n. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kusuma Bangsa sebesar 80%,
menurun jika dibandingkan tahun 2015 sebesar 90,8%
o. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 adalah 94,22, jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan tahun 2015
yang hanya sebesar 93,85%
p. Pencapaian UCI di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sudah mencapai
target SPM yaitu 100%
q. Cakupan masing-masing jenis imunisasi di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 adalah sebagai berikut BCG (95,4%), DPT1+HB1 (95,7%), DPT3+HB3
(95,5%), Polio 4 (90,2%) dan Campak (95,5%)
r. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi di Puskesmas
Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 100%
s. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada anak balita di Puskesmas Kusuma
Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100%
t. Pencapaian tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan baduta (D/S)
tahun 2016 sebsar 80,65%
u. Capaian pelayanan anak balita tahun 2016 sebesar 90,3% mengalami
peningkatan bila dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar 88,10%
v. Cakupan balita ditimbang tahun 2016 sebesar 80,65%, mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 yang hanya sebesar 81,1%
w. Jumlah balita gizi buruk sebesar 36 anak dimana jumlah balita perempuan gizi
buruk (15 anak) lebih sedikit dibandingkan dengan balita laki-laki (21 anak)
x. Cakupan desa dengan garam beryodium tahun 2016 sebesar 100%
y. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI oleh Tenaga Kesehatan/ Guru
UKS/ kader Kesehatan Sekolah pada tahun 2016 sebesar 100%
z. Tahun 2016 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 394 sementara jumlah
pencabutan 74 dengan demikian rasio tumpatan dan pencabutaan gigi tetap
tahun 2016 sebesar 5,32
aa. Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI tahun 2016 sebesar 100%,
dengan jumlah cakupan murid laki-laki 52% dan murid perempuan 47,7%
85
bb. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 75% dengan proporsi laki-laki sebesar 56% dan perempuan
sebesar 44%. Cakupan ini mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2015
sebesar 44%
86
C. SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN
1. Sarana Kesehatan
a. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus di Kota pekalongan pada tahun 2016
adalah 7 unit dan 1 unit
b. Puskesmas Kusuma Bangsa terdiri dari 1 Puskesmas induk dan 2 puskesmas
pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Panjang Wetan dan Puskesmas
Pembantu Salam Manis dengan hari buka, Pustu Panjang Wetan setiap hari,
Pustu Salam Manis Senin, Selasa dan Kamis
c. Jumlah Posyandu binaan Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak 43
Posyandu
d. Jumlah Kelurahan Siaga Aktif di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebanyak 3 kelurahan yaitu Kelurahan Panjang Wetan, Kandang Panjang
dan Panjang Baru
e. Sarana produksi kefarmasian di Kota Pekalongan hingga tahun 2016 belum ada
sedangkan sarana distribusi berjumlah 72 unit
f. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 102,2%
2. Tenaga Kesehatan
a. Jumlah dokter umum di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak
3 orang
b. Jumlah dokter gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 1
orang
c. Jumlah bidan di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 12
orang
d. Jumlah perawat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 11
orang
e. Jumlah perawat gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak
2 orang
f. Jumlah tenaga kefarmasian sebanyak 3 orang, 1 orang Apoteker dan 2 orang
TTK (Tenaga teknis Kefarmasian)
g. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 sebanyak 1 orang
h. Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebanyak 1 orang
Demikian gambaran hasil kinerja Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebagai
wujud nyata kinerja seluruh jajaran kesehatan di Puskesmas Kusuma Bangsa. Semoga
gambaran tersebut dapat menjadi bahan evaluasi serta perencanaan pembangunan
kesehatan di Kota pekalongan pada masa yang akan datang.
87
88