Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945 dan
Undang- undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Selain itu pembangunan
kesehatan juga memiliki tujuan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Pembangunan kesehatan kota Pekalongan secara umum bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya sumber daya manusia,
meningkatnya kualitas hidup masyarakat, memperpanjang umur harapan hidup,
meningkatnya kesejahteraan keluarga dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
hidup sehat.
Agar proses pembangunan kesehatan Kota Pekalongan khususnya Puskesmas
Kusuma Bangsa berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan pengelolaan
manajemen kesehatan yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan
kebiajakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Keberhasilan pengolaan
manajemen kesehatan sangat ditentukan oleh tersedianya data dan informasi yang
akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi
kesehatan.
Profil Kesehatan Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 merupakan salah satu
produk dari sistem informasi kesehatan yang berisi tentang gambaran situasi kesehatan
masyarakat Puskesmas Kusuma Bangsa yang memuat berbagai data tentang situasi
dan hasil pembangunan kesehatan. Data dan informasi yang termuat antara lain data
kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program- program kesehatan dan
masalah kesehatan yang lainnya. Profil kesehatan ini disajikan secara sederhana dan
informatif dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa khususnya dan semua masyarakat Kota Pekalongan pada umumnya.
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Puskesmas Kusuma
Bangsa Kota Pekalongan dapat dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan/ kemajuan
pembangunan kesehatan yang telah dilakukan. Untuk memberikan gambaran tentang
pembangunan kesehatan, program dan kebijakan yang dilaksanakan di Puskesmas
Kusuma Bangsa juga sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan kegiatan,
program dan kebiajakan dibidang kesehatan.

1
B. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN BUKU PROFIL
Maksud disusunnya Buku Profil Kesehatan puskesmas Kusuma Bangsa adalah
untuk menyajikan hasil kinerja yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kusuma
Bangsa Tahun 2016.
Adapun tujuanya adalah untuk mengevaluasi keberhasilan, kekurangan/kendala
dalam pelaksanaan program, serta metode pemecahannya yang selanjutnya akan
digunakan dalam menentukan kebijakan prioritas program di Tahun 2017 agar hasilnya
lebih baik dari tahun sebelumnya.

C. SISTEMATIKA PENYUSUNAN BUKU PROFIL KESEHATAN


Dalam menyusun buku profil kesehatan ini kami menggunakan sistematika sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan disusunnya Buku Profil
Kesehatan Puskesmas Kusuma Bangsa, serta sitematika penyusunan.

BAB II : GAMBARAN UMUM


Menyajikan gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa,
yaitu tentang keadaan geografis, kependudukan, keadaan sosial
ekonomi, pendidikan, perilaku dan lingkungan yang erat kaitannya
dengan kesehatan.

BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Berisi tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan
angka status gizi masyarakat Puskesmas Kusuma Bangsa

BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN


Menguraikan tentang pelayanan kesehatan yang ada pada Puskesmas
Kusuma Bangsa, antar lain : pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan
dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian,
pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kusuma
Bangsa.

BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan
kesehatan, dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada pada
Puskesmas Kusuma Bangsa.

2
BAB V I : KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil kinerja Puskesmas
Kusuma Bangsa, baik keberhasilan- keberhasilan yang telah di dapat
oleh Puskesmas Kusuma Bangsa, maupun kekurangan/ kendala dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN :Berisi resume atau angka pencapaian wilayah kerja Puskesmas


Kusuma Bangsa dan tabel data yang sebagian diantaranya merupakan
indikator kinerja standar pelayanan minimal bidan kesehatan khususnya
Puskesmas Kusuma Bangsa

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS KUSUMA BANGSA

A. KEADAAN GEOGRAFIS
Luas wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 402,67 ha yang terdiri dari :
1. Kelurahan Panjang Wetan : 141 ha
2. Kelurahan Kandang Panjang : 150,5 ha
3. Kelurahan Panjang Baru : 111,17 ha

Secara Administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut:


Sebelah Utara : laut Jawa
Sebelah Timur : Kelurahan Krapyak Kidul
Sebelah Barat : Kelurahan Padukuhan Kraton
Sebelah Selatan : Kelurahan Padukuhan Kraton

Puskesmas Kusuma Bangsa terletak di wilayah Kecamatan Pekalongan Utara yang


merupakan wilayah pesisir pantai utara (laut jawa), sehingga sebagian wilayahnya yang
berdekatan dengan pantai seringkali mengalami Rob (air laut pasang).
Keadaan tanah di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa Kota Pekalongan berwarna
agak kelabu dengan jenis tanah Aluvial Yohidromorf.

B. KEADAAN PENDUDUK
1. Sex Ratio Penduduk
Secara demografi wilayah Puskesmas kusuma Bangsa memiliki penduduk
seluruhnya 35.219 jiwa yang terdiri dari 16525 laki-laki dan 18694 perempuan.
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa memiliki 9988 KK yang terdiri dari 199 RT dan
36 RW

4
Gambar 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

19000
18500
18000
17500
17000 Jml Penduduk
16500
16000
15500
15000
Laki-laki Perempuan
Jml Penduduk 16525 18694

2. Struktur Penduduk Menurut Agama


Tabel 2.1
Struktur Penduduk Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa menurut Agama
NO Agama Panjang Kandang Panjang Jumlah
wetan Panjang Baru Total
1 Islam 12076 12520 8923 33519
2 Kristen 288 260 377 925
3 Katholik 127 163 233 523
4 Hindu 21 20 17 58
5 Budha 80 59 51 190
6 Penganut/ 23 5 - 28
penghayat
Kepercayaan
Terhadap Tuhan
YME
Jumlah 12597 13027 9595 35219

5
C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
1. Tingkat Pendidikan Penduduk
a. Lulusan Pendidikan Umum
1. Taman Kanak- kanak : 870
2. Sekolah Dasar : 5728
3. SMP/ SLTP : 4042
4. SMU/ SLTA : 3303
5. Akademi/ DI- DIII : 452
6. Sarjana (S1- S2) : 471
b. Lulusan pendidikan khusus
1. Pondok Pesantrean : 115
2. Madrasah : 160
3. Pendidikan Keagamaan : 130
4. Sekolah Luar Biasa : 28
5. Kursus/ Keterampilan : 205

2. Mata Pencaharian Penduduk


Pegawai Negeri Sipil : 1645
TNI/ POLRI : 411
Swasta : 5140
Wiraswasta/ Pedagang : 3464
Tani :4
Pertukangan : 737
Buruh Tani : 2827
Pensiun : 428
Nelayan : 3014
Pemulung : 115
Jasa : 2002
Lain-lain : 8457

6
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak hanya berasal
dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial,
keturunan dan faktor lainnya.
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka
morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian) dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi
derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa digambarkan melalui Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.
Gambaran situasi derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa adalah
sebagai berikut :

A. ANGKA KEMATIAN
Angka kematian (mortalitas) adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun
waktu tertentu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat
berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini
yaitu AKN, AKB, AKABA, dan AKI. Angka kematian yang terjadi di masyarakat dari
waktu ke waktu sehingga dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara
kasar, kondisi tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik
secara tidak langsung. Disamping itu angka kematian juga dapat digunakan sebagai
suatu tolok ukur dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan pembangunan
kesehatan
1. Angka Kematian Neonatal
Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur kurang
dari 28 hari (0-28 hari) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.
AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk antenatal
care, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil.Semakin tinggi angka
kematian neonatal, berarti semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Pada hakikatnya kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna
tanpa dukungan upaya dalam meningkatkan kesehatan ibu hamil. Angka kematian
neonatal di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa dapat dilihat pada grafik berikut:

7
Gambar 3.1
Jumlah Kematian Neonatal
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 4 3 4 7 4
Perempuan 1 1 3 1 2

Dari grafik diatas terlihat angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2015
dengan jumlah kasus sebanyak 8 dan menurun pada tahun 2016 sejumlah 6 kasus.
Jumlah kematian neonatal tahun 2012 sebanyak 5 kasus dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 4 kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 1
kasus.
Jumlah kematian neonatal di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2012 berjumlah 5 kasus (kasus perinatal 0-7 hari) dengan angka kematian 7,4% per
1.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian neonatal pada tahun 2012
adalah karena lahir kurang bulan (prematur), karena tersedak, dan cacat kongenital.
Pada tahun 2013 kasus kematian neonatal berjumlah 4 kasus (3 kasus perinatal
0-7 hari, 1 kasus neonatal 8-28 hari) dengan angka kematian 6,4% per 1.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2013 penyebab kematian neonatal adalah karena berat
bayi lahir sangat rendah, akibat febris, dan asfiksia berat.
Pada tahun 2014 kasus kematian neonatal berjumlah 7 kasus (6 kasus perinatal
0-7 hari, 1 kasus neonatal 8-28 hari) dengan angka kematian 11,6% per 1.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal diantaranya berat badan lahir sangat
rendah, bayi lahir kurang bulan, asfiksia berat, kejang, dan cacat kongenital.
Pada tahun 2015 kasus kematian neonatal berjumlah 8 kasus (8 kasus perinatal
0-7 hari) dengan angka kematian 13,6 % per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian neonatal diantaranya adalah berat bayi lahir rendah, bayi lahir kurang
bulan, polihidramnion, fetal distres, dan asfiksia.
Pada tahun 2016 terdapat 6 kasus kematian (4 kasus perinatal 0-7 hari, 2 kasus
neonatal 8-28 hari) dengan angka kematian 10,3 % per kelahiran hidup. Penyebab
kematian neonatal diantaranya adalah berat bayi lahir sangat rendah dan lahir
kurang bulan.

8
Gambar 3.2
Penyebab Kematian Neonatal
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

Preterm
1
5 Cacat Kongenital
11
Aspirasi
BBLR/BBLSR
10
3 Asfiksia
1
Polihidramnion

2. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi merupakan jumlah kematian bayi (1-12 bulan) per1.000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Apabila didapatkan AKB suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah
tersebut rendah. Jumlah kematian bayi (usia 1-12 bulan) di wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa pada tahun 2012 sebanyak 3 kasus dengan angka kematian 11,89
% per 1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2013 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 8 kasus dengan angka
kematian sebesar 20,80 % per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 jumlah
kasus kematian bayi sebanyak 1 kasus dengan angka kematian sebesar 13,22 %
per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 5
kasus dengan angka kematian sebesar 22,07 % per 1.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2016 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 6 kasus dengan angka kematian
sebesar 20,58 % per 1.000 kelahiran hidup.

9
Gambar 3.3
Jumlah Kematian Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 2 3 1 3 3
Perempuan 1 5 0 2 3

Dari grafik diatas terlihat angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2013
dengan jumlah kasus sebanyak 8 dan menurun pada tahun 2016 sejumlah 6 kasus.

Gambar 3.4
penyebab Kematian Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016Jantung bawaan
Febris

1 1 3 Peny. Saluran napas


3 Obs. Dypsneu
3
1 Diare
Encephalitis
11 BBLR/BBLSR

Jumlah kematian bayi tahun 2012 sebanyak 3 kasus dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 2 kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 1
kasus. Penyebab kematian bayi pada tahun 2012 adalah penyakit saluran napas
(bronchopneumonia), penyakit jantung dan febris. Jumlah kematian bayi tahun 2013
sebanyak 8 kasus dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 kasus dan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 kasus.
Penyebab kematian bayi pada tahun 2013 adalah karena adanya penyakit
penyerta diantaranya penyakit jantung bawaan, sesak nafas, febris, penyakit saluran
napas (bronchopneumonia) dan diare akut. Jumlah kematian bayi tahun 2014
sebanyak 1 kasus bayi berjenis kelamin laki-laki yang disebabkan oleh penyakit
saluran napas (pneumonia). Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi 5 kasus dimana
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 kasus dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 2 kasus.

10
Pada tahun 2015 penyebab kematian bayi adalah karena penyakit saluran
napas (infeksi saluran pernafasan dan pneumonia), febris, dan diare. Pada tahun 2016
jumlah kematian bayi 6 kasus dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3
kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 kasus. Pada tahun 2016
penyebab kematian bayi adalah karena penyakit saluran napas (bronchopneumonia,
penyakit paru tidak spesifik, bronkhiolitis dan bronkhitis), berat bayi lahir sangat
rendah dan penyakit jantung bawaan (kardiomegali).
Penyebab kematian terserbesar sepanjang 2012-2016 adalah penyakit saluran
napas diantaranya infeksi saluran napas, penyakit paru tidak spesifik,
bronkhopneumonia, bronkiolitis, pneumonia dan bronkhitis

3. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka kematian balita merupakan jumlah kematian balita 0-5 tahun per 1.000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan kesehatan dan kondisi sanitasi
lingkungan. Jumlah kematian anak balita usia 1-5 tahun pada tahun 2012 sebanyak
2 kasus dengan angka kematian sebesar 14,86 % per 1.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2013 jumlah kematian balita sebanyak 3 kasus dengan angka kematian
25,60% per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 jumlah kematian balita
sebanyak 1 kasus dengan angka kematian 14,88 % per 1.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2015 jumlah kematian balita sebanyak 1 kasus dengan angka kematian 23,77
% per 1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2016 jumlah kematian balita sebanyak 7 kasus dengan angka
kematian 32,59 % per 1.000 kelahiran hidup. Penemuan kasus kematian balita usia
1-5 tahun di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa selama kurun waktu 5 tahun
terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut :

Gambar 3.5
Jumlah Kematian Anak Balita Usia 1-5 Tahun
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 2 1 0 0 5
Perempuan 0 2 1 1 2

11
Dari grafik diatas terlihat angka kematian paling tinggi terjadi pada tahun 2016
dengan jumlah kasus sebanyak 7 yang naik dari tahun sebelumnya pada tahun 2015
yaitu hanya terdapat 1 kasus kematian balita.

Gambar 3.6
Penyebab kematian Balita
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

Sepsis
Febris
1 1 SGB
1
2 Kejang
1
Penyakit saluran napas
1 1
Jantung Bawaan
1
2 Dehidrasi
3 Cerebral Palsy
Leukimia
Peny. KGB

Jumlah kematian balita tahun 2012 sebanyak 2 kasus dimana semuanya


berjenis kelamin laki-laki. Penyebab kematian balita pada tahun 2012 diantaranya
sepsis dan febris. Jumlah kematian balita tahun 2013 sebanyak 3 kasus dimana yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 kasus dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 2 kasus. Penyebab kematian balita pada tahun 2013 diantaranya karena
penyakit saluran napas (infeksi saluran pernapasan), panas, kejang dan sindrom
Guillan Barre. Jumlah kematian balita tahun 2014 sebanyak 1 kasus balita berjenis
kelamin perempuan yang disebabkan oleh kelainan jantung bawaan.
Jumlah kematian balita tahun 2015 sebanyak 1 kasus balita berjenis kelamin
perempuan yang disebabkan oleh penyakit saluran napas (pneumonia). Pada tahun
2016 jumlah kematian balita 7 kasus dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
5 kasus dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 kasus. Pada tahun 2016
penyebab kematian balita adalah karena penyakit kelenjar getah bening, penyakit
saluran napas (penyakit pada paru-paru), dehidrasi, febris, kejang, leukemia dan
cerebral palsy (komplikasi TB). Penyebab kematian terserbesar sepanjang 2012-2016
adalah penyakit saluran napas diantaranya infeksi saluran napas, penyakit paru-paru
dan pneumoni.
Pengobatan anak sakit bisa lebih kompleks sehingga dibutuhkankombinasi
pengobatan untuk beberapa kondisi.Oleh karena itu sangat diperlukan pendekatan
keterpaduan untuk menangani anak sakit yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).Bagi balita yang sehat juga perlu mendapatkan perhatian yang lebih.Mereka

12
merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian karena 5 tahun pertama
kehidupan anak merupakan masa kritis (critical period), masakeemasan (golden
period), dan jendela kesempatan (window opportunity) bagikelangsungan hidup dan
tumbuh kembang anak yang optimal.Oleh karena ituanak sebagai modal bangsa
harus mendapat perhatian seluruh pihak baikpemerintah, masyarakat maupun swasta.

4. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas tanpa memperhitungkan masa kehamilan per 100.000 kelahiran
hidup. Angka kematian ibu mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama
kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka
kematian ibu dapat disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah dan
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan prenatal dan obstetri, yang
rendah.
Faktor penyebab terjadinya kematian ibu antara lain tidak mempunyai akses ke
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan
tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat
mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Selain itu, kematian ibu
biasanya terjadi karena kondisi ibu itu sendiri, dimana terlalu tua saat melahirkan (>
35 tahun), terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun), terlalu banyak anak (> 4 orang
anak) dan terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (< 2 tahun). Jumlah kematian ibu di
wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2014 sebanyak 2 kasus
(331,67/100.000 KH), tahun 2015 tidak ada kasus kematian ibu dan tahun 2016
sebanyak 3 kasus kematian (514,58/100.000 KH).
Kasus kematian ibu di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa selama kurun waktu
3 tahun terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut :

13
Gambar 3.7
Jumlah Kasus Kematian Ibu
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
2,5
2
1,5
1 Bumil
0,5 Bersalin

0 Nifas
2014 2015 2016
Bumil 0 0 2
Bersalin 0 0 0
Nifas 2 0 1

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa angka kematian ibu meningkat


pada tahun 2016 menjadi 3 kasus dari sebelumnya tidak ada kasus di tahun 2015.
Faktor penyebab kematian ibu pada tahun 2014 antara lain kasus kematian ibu
dalam masa nifas sebanyak 2 kasus yaitu 2 kasus ibu dalam masa nifas dengan
eklampsia.
Pada tahun 2016 terdapat 1 kasus perdarahan post Sectio Secaria dan 2 kasus
ibu hamil dengan penyakit penyerta yaitu pada ibu hamil dengan kardiomegal yang
sedang terinfeksi TB paru dan ibu hamil dengan penyakit liver akut. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu diantaranya dengan kegiatan
kelas ibu hamil, pemantapan P4K tingkat kelurahan, kunjungan ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas oleh petugas kesehatan, pemeriksaan ibu hamil dan nifas
melalui kegiatan Posyandu, pelayanan kesehatan dengan menggunakan sarana
BPJS, Jamkesda, koordinasi pelayanan ibu dengan bidan praktek mandiri serta
pembinaan dukun bayi.
Disamping kegiatan-kegiatan tersebut, hal lain yang tidak kalah penting adalah
adanya dukungan dan kerja sama yang baik antara puskesmas, bidan praktek
swasta, rumah bersalin, dokter spesialis obsgyn, stakeholder serta Puskesmas
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) maupun program lain di
Rumah Sakit seperti RS Sayang Ibu dan pengembangan Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan berstandar PONEK
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif), serta setiap Rumah Sakit
menjadi pusat pelayanan keluarga berencana pasca salin atau Pelayanan Keluarga
Berencana Rumah Sakit (PKBRS).

B. ANGKA KESAKITAN
1. Case Notification rate (CNR) Kasus Baru BTA (+)
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien
14
TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana
pasien TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna
dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB. Angka Notifikasi Kasus (Case
Notification Rate = CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka
ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan
kasus dari tahun ketahun di wilayah tersebut.
Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
CNR kasus baru BTA positif adalah angka yang menunjukkan jumlah kasus baru
TB BTA positif yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu
wilayah tertentu. CNR kasus baru BTA positif di wilayah Puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2014 sebesar 60,53 per 100.000 penduduk, tahun 2015 sebesar
68,42 per 100.000 penduduk dan tahun 2016 sebesar 60,5 per 100.000 penduduk.
Pada gambar 3.5 terlihat ada peningkatan penemuan kasus mulai tahun 2014 dan
menurun kembali pada tahun 2016.

Gambar 3.8
CNR Kasus TB BTA Positif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
CNR TB BTA POSITIF 75 33,33 60,53 68,42 60,5

2. Case Notificationn Rate (CNR) Seluruh Kasus TB


Seluruh kasus TB adalah kasus TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati.
Sedangkan CNR (Case Notification Rate) seluruh kasus TB menggambarkan jumlah
paisen TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati diantara 100.000 penduduk
pada satu periode di suatu wilayah tertentu. CNR (Case Notification Rate) untuk
seluruh kasus TB di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 73,82 per 100.000
penduduk, hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus Tuberkulosis di wilayah

15
Puskesmas Kusuma Bangsa mengalami penurunan dibanding tahun-tahun
sebelumnya.

Gambar 3.9
CNR Seluruh Kasus TB
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
120

100

80

60

40

20

0
2012 2013 2014 2015 2016
CNR Seluruh Kasus TB 75 48,57 83,51 110,52 73,82

3. Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun


Proporsi kasus TB anak di antara kasus baru TB yang tercatat adalah
persentase kasus TB anak (< 15 tahun) diantara kasus baru TB tercatat. Proporsi
kasus TB anak diantara kasus baru Tuberkulosis Paru yang tercatat di wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa dari tahun 2014 sampai 2016 mengalami penurunan.
Pada tahun 2014 terdapat 2 kasus TB anak yang diobati. Pada tahun 2015 terdapat
1 kasus TB anak yang diobati. Pada tahun 2016 terdapat 1 kasus TB anak yang
diobati. Ada perbedaan proporsi kasus TB anak pada tahun 2015 dan 2016, hal ini
disebabkan karena kasus TB anak dibandingkan dengan jumlah kasus TB tercatat
pada tahun 2015 (39 kasus) dan tahun 2016 (26 kasus).

Gambar 3.10
Proporsi Kasus TB Anak (0-14 Tahun)
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2014 2015 2016
Proporsi Kasus TB Anak 6,67 2,56 4,76

16
4. Angka Kesembuhan Pengobatan Penderita TB BTA (+)
Angka kesembuhan Tuberculosis (Cure Rate) adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien TB Paru BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan diantara pasien baru TB paru BTA Positif yang tercatat. Dalam masa
pengobatan tersebut dilaksanakan pemeriksaaan dahak ulang dengan hasil BTA
Negatif sekurangnya 2 kali dari 3 kali masa follow up, dengan penghitungan mulai
pengobatan 9-12 bulan sebelumnya. Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan,
namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap.
Evaluasi jumlah pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan
pengobatan (baik sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien TB baru
yang tercata disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan
(Cure Rate) TB Paru di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa mengalami penurunan
dari tahun 2014 sampai tahun 2016. Cakupan angka kesembuhan pada tahun 2016
belum melampaui target nasional yaitu > 85%. Berikut grafik angka kesembuhan
pengobatan TB BTA Positif di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa:

Gambar 3.11
Angka Kesembuhan PengobatanTB BTA Positif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
120

100

80

60

40

20

0
2012 2013 2014 2015 2016
Angka Kesembuhan TB 78,95 96,67 85,7 82,14 76,9

Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan angka kesembuhan


pengobatan TB BTA positif, terutama pada tahun 2016 yaitu sebesar 76,9%. Hal ini
disebabkan adanya 2 kasus drop out, ada 2 kasus kematian penderita TB selama
dalam pengobatan, 1 kasus gagal pengobatan OAT Kategori 1 dan 1 kasus
pengobatan lengkap. Angka kesembuhan tidak hanya dipengaruhi oleh adanya
kasus drop out, tetapi adanya kasus TB yang meninggal selama pengobatan, gagal
pengobatan OAT, kasus pengobatan lengkap dan kasus pindahan berpengaruh
terhadap kesembuhan TB.

17
5. Persentase Balita dengan Pnemonia Ditangani
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi
akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan
terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih
dari 65 tahun atau orang yang memilki masalah kesehatan (seperti malnutrisi,
gangguan immunologi dan lainnya). Berikut grafik penemuan kasus balita dengan
pneumonia ditangani di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa:

Gambar 3.12
Presentase Balita Dengan Pneumonia Ditangani
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Pneumonia Pada Balita 6,4 41,71 3,66 7,77 94,35

Dari grafik diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan cakupan penemuan kasus
pneumonia pada balita. Pada tahun 2014 terdapat 14 kasus pneumonia balita (9
balita laki-laki, 5 balita perempuan), tahun 2015 terdapat 10 kasus (6 balita laki-laki,
4 balita perempuan) dan tahun 2016 terdapat 120 kasus (65 balita laki-laki, 55 balita
perempuan) dan 1 kasus balita dengan pneumonia yang berasal dari luar wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa.Perbedaan persentase capaian tergantung dari
perhitungan perkiraan jumlah kasus berdasarkan jumlah penduduk.
Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan
tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapat antibiotik sesuai standar
atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balitadi wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa dari tahun 2014 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Hal ini
karena telah dilaksanakannya review tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) dan penerapannya dalam pelayanan serta terpisahnya pelayanan MTBS
dari pelayanan poli umum sehingga penatalaksanaan balita sakit dapat dilaksanakan
sesuai standar MTBS.
Seluruh balita dengan klasifikasi pneumonia telah mendapat penanganan 100%
sesuai standar. Adapun target penemuan penderita pneumonia balita yang ditangani
sesuai dengan SPM 2010 adalah sebesar 100%, sehingga cakupan penanganan

18
penderita sudah mencapai target 100%, sedangkan untuk kasus penemuan hampir
mendekati 100% pada tahun 2016.

6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian Akibat AIDS


HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS,
penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada
di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary,
Counselling and Testing (VCT), sero survey dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku
(STBP). Sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat
menurunnya/berkurangnya kekebalan tubuh oleh adanya virus HIV. Skreening HIV
mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Sasaran yang wajib disarankan untuk
dilakukan screening HIV adalah penderita TB BTA positif, ibu hamil dan penderita
terduga terjangkit virus HIV. Kasus skreening HIV/AIDS yang dilakukan oleh petugas
Puskesmas dan dilaporkan pada tahun 2016 berjumlah 64 orang terdiri dari 178 orang
ibu hamil, 8 penderita TB, 1 kasus diare lama dan 50 orang warga binaan
pemasyarakatan (Rutan Pekalongan).
Pada tahun 2014 ditemukan 1 penderita AIDS baru berjenis kelamin laki-laki.
Pada tahun 2015 ditemukan 1 kasus penderita AIDS baru berjenis kelamin laki-laki
dan 1 kematian akibat AIDS. Pada tahun 2016 tidak ada kasus HIV baru.
Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk mencegah dan memberantas
penyakit HIV/AIDS diantaranya:
a. Layanan VCT (Konseling dan Testing Sukarela)
b. Sero survei/pemeriksaan darah HIV bagi narapidana di Rutan Pekalongan
c. Sosialisasi HIV/AIDS bagi narapidana di Rutan Pekalongan
d. Survei Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) HIV bagi siswa siswi sekolah lanjutan
e. Sosialisasi HIV-AIDS kepada siswa siswi sekolah lanjutan
f. Pembentukan tim kolaborasi TB-HIV
g. Rapat koordinasi HIV/AIDS
h. Case Report tentang HIV/AIDS
Adapun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah:
a. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekalongan (KPAD) belum operasional secara
optimal
b. Anggaran KPAD belum memadai untuk mendukung kegiatan
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS
d. Klinik VCT belum diakses secara maksimal oleh masyarakat

19
7. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses
lebih berair dari biasanya atau bila buang air besar tiga kali atau lebih atau buang air
besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan penemuan dan
penanganan kasus penyakit Diare tahun 2014 sebanyak 1.483 kasus dengan
proporsi laki-laki sebanyak 628 kasus dan perempuan 855 kasus dengan
penanganan penderita 100% ditangani. Pada tahun 2015 sebanyak 754 kasus
dengan proporsi laki-laki sebanyak 380 kasus dan perempuan 374 kasus dengan
penanganan penderita 100% ditangani. Pada tahun 2016 sebanyak 1.562 kasus
dengan proporsi laki-laki sebanyak 663 kasus dan perempuan 899 kasus dengan
penanganan penderita 100% ditangani.
Adapun target penemuan diare di semua umur adalah 10% dari sasaran (214
per 1000 jumlah penduduk) yaitu sebesar 763 kasus (tahun 2014), 754 kasus (tahun
2015) dan 763 kasus (tahun 2016). Hasil capaian dari tahun 2014 sampai tahun
2016 sudah memenuhi target 100% penemuan dan penanganan.

Gambar 3.13
Penemuan Kasus Diare
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
250

200

150

100

50

0
2012 2013 2014 2015 2016
Penemuan Kasus Diare 128 138,42 194,35 100,04 210

8. Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Per 100.000 Penduduk


Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukuplama antara 2-
3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia.
Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2-5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu
lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk yang dapat menyebabkan
kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota
gerak dan mata, sehingga penyakit kusta dapat menurunkan kualitas hidup
penderitanya jika tidak ditemukan dan diobati secara dini. Diagnosis kusta dapat
ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut:
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa
20
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan
kelemahan/kelumpuhan otot
c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit
Di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2014 telah ditemukan 3
kasus kusta baru tipe Multi Basiler dengan proporsi 1 laki-laki dan 2 perempuan
dengan angka penemuan 1,06% per 100.000 penduduk. Pada tahun 2015, terdapat
kasus baru tipe Multi Basiler (MB) sebanyak 4 kasus di mana semua penderita
berjenis kelamin perempuan dengan angka penemuan 1,41% per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2016 telah ditemukan 9 kasus kusta baru yang terdiri atas 1 kasus kusta
tipe Pausi Basiler (PB) dan 8 kasus kusta tipe Multi Basiler dengan angka penemuan
3,17 % per 100.000 penduduk. Satu diantara kasus kusta tipe MB adalah kasus kusta
anak (0-14 tahun). Berdasarkan jenis kelamin, kusta tipe PB berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan kasus kusta tipe MB 5 penderita berjenis kelamin laki-laki dan 3 kasus
berjenis kelamin perempuan.

Gambar 3.14
Penemuan Kasus Kusta Baru
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kasus Kusta Baru 6 8 3 4 9

9. Persentase Kasus Baru Kusta Anak usia 0-14 tahun


Indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi penderita kusta
pada anak (0-14 tahun) di antara penderita baru yang memperlihatkan sumber dan
tingkat penularan di masyarakat. Proporsi kusta pada anak di wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa tahun 2014 dan 2015 sebesar 0 % yang berarti tidak ada kasus
kusta anak. Pada tahun 2016 proporsi kasus kusta anak sebesar 12,5 % (terdapat 1
kasus kusta tipe MB berjenis kelamin laki-laki).

21
Gambar 3.15
Persentase Kasus Kusta Anak
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
14
12
10
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Kasus Kusta
0 0 0 0 12,5
Anak

10. Persentase Cacat tingkat 2 Penderita Kusta


Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak
dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi
kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Proporsi cacat tingkat 2 tahun 2014
dan 2015 di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa sebesar 0% berarti tidak ada
kasus. Proporsi cacat tingkat 2 tahun 2016 sebesar 12,5 % (terdapat 1 kasus kusta
tipe MB baru yang sudah mengalami cacat tingkat 2 berjenis kelamin perempuan).

Gambar 3.16
Presentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Kusta Cacat
50 12,5 0 0 12,5
Tingkat 2

11. Angka Prevalensi Kusta Per 10.000 Penduduk


Angka prevalensi adalah jumlah kasus kusta PB dan MB yang terdaftar. Angka
prevalensi kusta di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa dari tahun 2012-2016
adalah sebagai berikut :

22
Gambar 3.17
Prevalensi Kasus Kusta
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Prevalensi Kasus Kusta
1,79 2,7 1,12 1,14 3,12
Per 10.000 Penduduk

12. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat


Cakupan program kusta bertujuan untuk tercapainya eliminasi kusta kurang dari
1/10.000 penduduk, mencegah kecacatan yang ditimbulkannya sehingga tidak
menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Cakupan program kusta ini diukur
berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multi Baciller (MB)
selesai diobati. Hasil pengobatan kusta tipe MB yang dievaluasi adalah penemuan
tahun 2012, 2013, dan 2014. Sedangkan hasil pengobatan kusta tipe PB yang
dievaluasi adalah penemuan tahun 2013, 2014 dan 2015. Untuk presentase penderita
kusta tipe MB selesai berobat tahun 2014 adalah 100% dengan jumlah 6 kasus
penderita laki-laki. Untuk presentase penderita kusta tipe PB selesai berobat tahun
2014 adalah 100% dengan jumlah 2 kasus terdiri atas 1 kasus laki-laki dan 1 kasus
perempuan. Presentase penderita kusta tipe MB selesai berobat tahun 2015 adalah
83,33% dengan jumlah 6 kasus terdiri atas 4 kasus laki-laki dan 2 kasus perempuan.
Presentase penderita kusta tipe MB selesai berobat tahun 2016 adalah 100% dengan
jumlah 3 kasus terdiri atas 1 kasus laki-laki dan 2 kasus perempuan. Dari hasil
capaian penderita selesai berobat, presentase capaian tahun 2015 belum memenuhi
target Nasional (90%). Berikut grafik capaian presentase penderita kusta selesai
berobat selama tiga tahun yaitu tahun 2014-2016 :

23
Gambar 3.18
Presentase Penderita Kusta Selesai Diobati
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
120

100

80

60

40

20

0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Penderita
100 100 100 83,33 100
Kusta Selesai Berobat

Dari grafik terlihat bahwa pada tahun 2015 penderita kusta selesai berobat
belum memenuhi target. Hal ini disebabkan adanya kasus drop out sebanyak 1 kasus.
Adapun kegiatan-kegiatan yang selama ini telah dilakukan Puskesmas Kusuma
Bangsa dalam mendukung pencapaian program kusta diantaranya:
a. Tata laksana dan pengobatan kusta pada penderita
b. Kunjungan kontak penderita baru dan yang telah RFT di lingkungan keluarga dan
tetangganya untuk menemukan kasus baru
c. Kunjungan rumah terhadap kasus kusta mangkir
d. Sosialisasi kusta pada dalam rangka deteksi dini kasus kusta melalui pertemuan
Musyawarah Masyarakat Kelurahan
e. Deteksi dini penyakit kusta oleh kader melalui kegiatan Survei Mawas Diri
f. Mengikuti kegiatan RVS (Rapid Village Survey) atau penemuan kusta secara aktif
di sekolahdan masyarakat melalui 14 lokasi di masing-masing wilayah kerja
Puskesmas
g. Deteksi dini melalui kegiatan penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar,
penghuni panti asuhan, dan pondok pesantren
h. Mengikuti pertemuan teknis dan evaluasi program kusta bagi petugas Puskesmas

13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit “Acute Flaccid


Paralysis” (AFP)
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, maka
pemerintah telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita
melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan Surveilans AFP.Surveilans AFP pada
hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi
secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada

24
poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia < 15 tahun yang mengalami
kelumpuhan mendadak (< 14 hari) dan menentukan diagnosa awal
b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan,
sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam
c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus
(untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung)
d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virology adanya virus polio
liar di dalamnya
e. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini
dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih
ada kelumpuhan atau tidak
Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan
apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus polio atau tidak sehingga
dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Pada tahun 2014, 2015
dan 2016 tidak ditemukan adanya kasus AFP di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa.
Apabila dibandingkan dengan target SPM 2010 yaitu ≥ 2 / 100.000 penduduk usia <
15 tahuh, maka penemuan kasus AFP tahun dari tahun 2014-2016 belum mencapai
target.

Gambar 3.19
Jumlah Penemuan Kasus AFP
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penemuan Kasus
1 1 0 0 0
AFP

14. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Yang termasuk dalam PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak,
Polio dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit
tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan
kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi

25
Campak (REDCAM) dan EliminasiTetanus Neonatorum (ETN). Pada tahun 2014 di
wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tidak terdapat kasus PD3I. Pada tahun
2015telah ditemukan kasus campak sebanyak 1 kasus pada anak laki-laki. Pada
tahun 2016 juga telah ditemukan kasus campak sebanyak 1 kasus pada anak laki-
laki.

Gambar 3.20
Jumlah Penemuan Kasus Campak
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penemuan Kasus
37 2 0 1 1
Campak

15. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusiamelalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedesalbopictus. Aedes aegypti
adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk
dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi
virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari,
nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia
sehat yang digigitnya. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15
tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Tahun 2014 di wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 1 kasus DBD dengan Incidence Rate (IR)
adalah 2,80 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2015 terdapat 3 kasus DBD Incidence
Rate (IR) adalah 8,52 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2016 terdapat 6 kasus DBD
Incidence Rate (IR) adalah 17,04 per 100.000 penduduk. IRDBD di wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2014-2016 telah mencapai target indikator
yaitu < 20/100.000Penduduk.

26
Gambar 3.21
Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
14
12
10
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Angka Kesakitan DBD 1 12 1 3 6

Dari grafik terlihat ada peningkatan kasus dari tahun 2014-2016. Hal ini
disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak
pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk
AedesAegipty yang cukup potensial. Meskipun Angka Bebas Jentik (ABJ) nya sudah
mencapai target (> 95%) yaitu sebesar 95,22%, kegiatan PSN masih perluuntuk
ditingkatkan guna mendukung penurunan angka kesakitan DBD. Berikut data Angka
Bebas Jentik:

Gambar 3.22
Angka Bebas Jentik
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
95,5

95

94,5

94

93,5

93

92,5
2012 2013 2014 2015 2016
Angka Bebas Jentik 94,34 94,08 93,5 93,59 95,2

Dari grafik tersebut diatas menunjukkan angka bebas jentik pada tahun 2016
sudah mencapai target > 95%. Pada tahun 2012 jumlah rumah yang diperiksa
sebanyak 5.263 dan positif jentik sebanyak 298 rumah (angka bebas jentik
94,34%).Pada tahun 2013 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 7.855 dan positif
jentik sebanyak 465 rumah (angka bebas jentik 94,08%). Pada tahun 2014 jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 10.848 dan positif jentik sebanyak 705 rumah (angka
bebas jentik 93,50%). Pada tahun 2015 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak

27
14.015 dan positif jentik sebanyak 899 rumah (angka bebas jentik 93,59%). Pada
tahun 2016 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 10.752 dan positif jentik sebanyak
516 rumah (angka bebas jentik 95,20%). Kegiatan pengendalian dan penanggulangan
DBD yang dilakukan antara lain:
a. Pertemuan Pokjanal DBD tingkat kelurahan
b. Pemberdayaan masyarakat dalam pemantauan jentik melalui berbagai kegiatan,
diantaranya Forum Kelurahan Siaga Sehat (FKSS) dan PKK
c. Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap suspek/tersangka. Hal ini dilakukan
dengan prinsip setiap kasus yang dilaporkan/ditemukan dilakukan penyelidikan
epidemiologi guna mengetahui penyebaran penyakit untuk dilakukan tindak lanjut
d. Pertemuan teknis dan koordinasi petugas P2 dan Jumantik Puskesmas
e. Fogging fokus yang dilaksanakan dengan radius 100 meter (20 rumah) dari indeks
kasus
f. Fogging massal yang dilakukan pada kelurahan endemis DBD
g. Kegiatan jumantik anak sekolah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan
dokter kecil
h. Pemantauan jentik nyamuk dilakukan di semua rumah dan bangunan yang ada di
semua kelurahan secara rutin yang dilaksanakan oleh petugas pemantau jentik
(Jumantik) puskesmas
i. Penyuluhan luar gedung dengan materi cara pemantauan jentik
j. Mengaktifkan kegiatan satu rumah satu jumantik
Kendala atau permasalahan yang dihadapi, diantaranya adalah:
a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN secara rutin dan
serentak
b. PSN oleh masyarakat dilakukan secara sendiri-sendiri dalam waktu yang berbeda
c. Fogging yang dilakukan belum disertai dengan PSN sehingga hasilnya tidak efektif
d. Deteksi dini penyakit DB masih rendah karena tidak mempunyai gejala khas

16. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)


Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2014-2016 sebesar 0 %
berarti tidak ada kasus kematian DBD di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa.
Angka tersebut sudah mencapai target nasional CFR adalah < 1%.

17. Angka Kesakitan Malaria


Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasis
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia,
ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles), dapat menyerang semua orang baik
laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan
orang dewasa. Kota Pekalongan merupakan perbatasan dengan kabupaten
endemis malaria (Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan), sehingga
dimungkinkan adanya penyebaran kasus malaria yang disebut kasus import,

28
sehingga perlu dilakukan pengamatan atau surveilans yang intensif. Strategi
penemuan penderita dilakukan secara laboratoris dengan pemeriksaan darah tebal
terhadap pengunjung di unit pelayanan kesehatan dengan keluhan klinis malaria.
Apabila terdapat suspek malaria dilakukan penyelidikan epidemiologi ke lokasi dan
lingkungan sekitar serta bila ternyata positif malaria akan diberikan pengobatan dan
tatalaksana sesuai standar.

Gambar 3.23
Penemuan Kasus Malaria
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kasus Malaria 1 0 0 0 0

Tahun 2014-2016 di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tidak ditemukan kasus


malaria. Meskipun demikian perlu kewaspadaan terhadap malaria dengan
meningkatkan kemampuan petugas BP/ poli umum dalam menegakkan diagnosa
klinis malaria (karena gejala yang tidak khas) dimana harus ditunjang pula oleh
pemeriksaan laboratorium sehingga dibutuhkan keterampilan dari petugas
laboratorium tersebut.

18. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani


Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacingfilaria,
yang terdiri dari 3 spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malay idan Brugia
timori.Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui
gigitan nyamuk yang mengandung cacing filarial dalam tubuhnya. Dalam tubuh
manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan
limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan
organ genital. Program eliminasi filariasis dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu
pemberian obat pencegahan massal (POMP) filariasis kepada seluruh penduduk di
Kabupaten endemis filariasis, kedua dengan tatalaksana kasus klinis filariasis guna
mencegah dan mengurangi kecacatan. Berdasarkan hasil survey darah jari (SDJ)
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sendiri maupun bekerjasama dengan
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dinyatakan
bahwa Kota Pekalongan merupakan daerah endemis dengan angka mikrofilaria rate >

29
1% yang tersebar di 4 Kecamatan. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2015 jumlah
kasus klinis atau positif mengandung microfilaria sebanyak 446 orang, sedangkan
yang sudah kronis (ada pembengkakan bagian tubuh atau kecacatan) terdapat 37
orang. Karena telah dinyatakan endemis, maka mulai tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015, seluruh penduduk di Kota Pekalongan mulai usia 2 tahun (dengan kriteria
yang ditetapkan), diberikan pengobatan filariasis yang dikenal dengan istilah
Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis, dengan jenis dan jumlah obat
sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jenis dan Jumlah Obat (POMP) Filariasis
Puskesmas Kusuma Bangsa
Jenis Obat dan
Diethyl
Jumlah Albendazole Paracetamol
Carbamazine
Berdasarkan (tablet) (tablet)
(tablet)
Golongan Umur
Usia 2-5 tahun 1 1 ¼
Usia 6-14 tahun 2 1 ½
Usia > 15 tahun 3 1 1

Capaian hasil kegiatan POMP Filariasis selama lima putaran sejak tahun 2011-
2015 di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa sebagai berikut:

Gambar 3.24
Capaian POMP Filariasis
Puskesmas Kusuma Bangsa 2011-2015
95
94
93
92
91
90
89
88
2011 2012 2013 2014 2015
Capaian POMP Filariasis 94,59 92,87 93,3 90,32 93,09

POMP Filariasis tahun 2015 merupakan tahun kelima pemberian obat masal,
yang dicanangkan dengan minum obat bersama Walikota Pekalongan pada tanggal
15 Mei 2015 di SD Panjang Wetan, yang sebelumnya didahului dengan serangkaian
kegiatan mulai pertemuan advokasi dan koordinasi, pertemuan teknis, sosialisasi,
refreshing TPE (Tenaga Pelaksana Eliminasi), pengadaan media promosi, pengadaan

30
obat dan bahan habis pakai, repacking dan distribusi obat hingga pelaksanaan serta
evaluasinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan, diantaranya
kompetensi kader, keikutsertaan tokoh masyarakat, karakter masyarakat setempat
maupun dari faktor petugas kesehatan. Kendala/permasalahan yang dihadapi selama
pelaksanaan kegiatan POMP Filariasis:
a. Masih ada warga yang ragu minum obat
b. Penolakan warga untuk didata atau saat minum obat
c. Pergantian kader saat pelaksanaan
d. Saat pelaksanaan, terdapat warga yang belum terdata
e. Obat tidak diminum di depan TPE
f. Pengumpulan data hasil POMP dari TPE cukup lama
g. Faktor cuaca yang tidak mendukung seperti banjir rob

19. Penyakit Tidak Menular


Indonesia mengalami double burden atau beban ganda penyakit, dimana di satu
pihak penyakit menular belum teratasi secara maksimal, penyakit tidak menular (PTM)
menunjukkan peningkatan. Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif pada
ekonomi dan produktivitas bangsa.Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama
dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronikdan
/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain
itu salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan
permanen. Berbagai faktor resiko PTM antara lain yaitu merokok dan keterpaparan
terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup yang
tidak sehat, kegemukan, obat-obatan dan riwayat keluarga (keturunan). Data jumlah
kesakitan dari 19 kasus penyakit tidak menular di wilayah Puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2014-2016 yang dipantau adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2
19 Kasus Penyakit Tidak Menular
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016

Tahun
No. Jenis Penyakit Tahun 2014 Tahun 2015
2016
1 Kanker Mammae 0 4 5
2 Anemia 0 0 4
3 Kanker Serviks 0 1 6
4 Diabetes Melitus tipe II 1.442 1.644 1.676
5 Hipercholesterol 7 37 66

31
6 Psikosis 26 22 40
7 Schizophrenia 102 95 45
8 Epilepsi 3 20 9
9 Angina Pectoris 6 4 5
10 Hipertensi 3.258 3.507 3.416
11 Stroke 65 24 43
12 Hipertensi Heart Disease 3 20 16
13 Congestive Heart Failure 23 31 49
14 Penyakit Paru Obstruktif Kronik 4 5 11
15 Asthma Bronkiale 635 583 376
16 Kecelakaan Lalu Lintas 77 225 136
17 Fibroadenoma Mammae 2 0 1
18 Obesitas 13 45 59
19 Acut Miocard Infark 0 4 4

Dari data tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kasus yang paling banyak adalah
hipertensi, kemudian diikuti kasus Diabetes Melitus tipe II. Kasus Obesitas cenderung
meningkat sampai tahun 2016. Begitu pula dengan kasus hipercholesterol, Congestive
heart failure dan kanker serviks.
Kegiatan pengendalian dan penanggulangan PTM yang dilakukan antara lain:
a. Sosialisasi tentang Penyakit Tidak Menular kepada kader
b. Kegiatan Posbindu
c. Review pengelola Posbindu PTM
d. Pelatihan kader Posbindu tentang surveilans PTM berbasis webs

20. Persentase Hipertensi/Takanan Darah Tinggi


Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi adalah peningkatan tekanan darah yaitu
keadaaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap
faktor risiko PTM seperti Hipertensi, Stroke, Jantung, Kelainan Fungsi Ginjal atau
yang lainnya. Kegiatan ini bisa dilaksanakan di setiap fasilitas kesehatan termasuk
Puskesmas atau klinik kesehatan lainnya. Juga bisa dilaksanakan di Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM yang ada di masyarakat.Posbindu di wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa telah terbentuk sejak tahun 12 Juli 2012 yaitu Posbindu Kusuma
Sari di Panjang Baru.
Pada tahun 2014 pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia > 18 tahun
sebanyak 25.412 orang yang telah melakukan pengukuran tekanan darah di
Puskesmas Kusuma Bangsa sebanyak 15.235 orang (5.431 laki-laki, 9.804
perempuan) atau sebesar 59,95 % didapatkan hasil persentase hipertensi sebesar
32
20,55 % atau sebanyak 3.131 orang (1.460 laki-laki, 1.671 perempuan). Pada tahun
2015 pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia > 18 tahun sebanyak 25.014
orang yang telah melakukan pengukuran tekanan darah di Puskesmas Kusuma
Bangsa sebanyak 15.821 orang (6.479 laki-laki, 9.342 perempuan) atau sebesar
63,25% didapatkan hasil persentase hipertensi sebesar 21,07 % atau sebanyak
3.333 orang (1.226 laki-laki, 2.107 perempuan).
Pada tahun 2016 pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia > 18 tahun
sebanyak 21.789 orang yang telah melakukan pengukuran tekanan darah di
Puskesmas Kusuma Bangsa sebanyak 19.534 orang (9.013 laki-laki, 10.521
perempuan) atau sebesar 89,65 % didapatkan hasil persentase hipertensi sebesar
17,06 % atau sebanyak 3.332 orang (1.278 laki-laki, 2.054 perempuan).

Gambar 3.25
Persentase Kasus Hipertensi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
30
25
20
15
10
5
0
2014 2015 2016
Laki-Laki 26,88 18,92 14,18
Perempuan 17,04 22,55 19,52

21. Persentase Obesitas


Obesitas adalah suatu keadaan di mana terjadi timbunan lemak yang berlebihan
atau abnormal pada jaringan adipose, yang akan mengganggu kesehatan.
Dikatakan obesitas apabila hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh(IMT) ≥ 25kg/m2.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan PTM seperti
Diabetes Militus, Jantung, Stroke, Penyakit Ginjal, Kanker dan Arteosklerosis.
Obesitas bisa terjadi karena perilaku hidup yang tidak sehat diantaranya yaitu seperti
diet yang tidak seimbang, kurang olahraga/aktifitas fisik dan pengelolaan stress yang
tidak adekuat. Pada tahun 2014 pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia ≥
15 tahun sebanyak 26.529 orang yang melakukan pemeriksaan obesitas di
Puskemas Kusuma Bangsa sebanyak 143 orang (63 laki-laki, 80 perempuan) atau
sebesar 0,54% didapatkan hasil persentase obesitas sebesar 9,09 % atau sebanyak
13 orang (4 laki-laki, 9 perempuan).
Pada tahun 2015 pengunjung puskesmas dan jaringannya berusia ≥ 15 tahun
sebanyak 24.431 orang yang melakukan pemeriksaan obesitas di Puskemas
Kusuma Bangsa sebanyak 1.189 orang (443 laki-laki, 746 perempuan) atau sebesar
33
4,87 % didapatkan hasil persentase obesitas sebesar 3,78 % atau sebanyak 45
orang (7 laki-laki, 38 perempuan). Pada tahun 2016 pengunjung puskesmas dan
jaringannya berusia ≥ 15 tahun sebanyak 34.697 orang yang melakukan
pemeriksaan obesitas di Puskemas Kusuma Bangsa sebanyak 253 orang (76 laki-
laki, 177 perempuan) atau sebesar 0,73 % didapatkan hasil persentase obesitas
sebesar 23,32 % atau sebanyak 59 orang (18 laki-laki, 41 perempuan)

Gambar 3.26
Persentase Kasus Obesitas
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016
25

20

15

10

0
2014 2015 2016
Laki-Laki 6,35 1,58 23,68
Perempuan 11,25 5,09 23,16

22. Persentase IVA Positif Pada leher rahim dan Persentase Tumo/Benjolan pada
Payudara Bagi Perempuan Usia 30
Di Jawa Tengah kegiatan deteksi dini Ca Serviks dengan metode IVAmulai
dikembangkan sejak tahun 2007, dengan pelatihan yang terstandar menghasilkan
dokter dan bidan yang mampu melakukan deteksi dini Ca Serviks dengan metode
IVA. Hasil pemeriksaan positif menunjukkan adanya lesi pra kanker yang dapat
disembuhkan dengan sempurna dengan terapi Krio. Dari 139 WUS yang melakukan
IVA test, ditemukan IVA positif pada 12 WUS atau 8,63%, angka ini lebih tinggi dari
yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yaitu 3%.
Tingginya persentase IVA positif menunjukkan faktor resiko kanker leher rahim
yang cukup tinggi di wilayah tersebut. Untuk deteksi dini kanker payudara dilakukan
pemeriksaan Clinical Breast Examination (CBE) yaitu pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh tenaga terlatih. Pemeriksaan ini dipakai untuk mendeteksi kelainan-
kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada
tahap dini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Di wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2014 belum ada pemeriksaan IVA test
maupun CBE. Pada tahun 2015 dengan jumlah perkiraan sasaran WUS usia 30-50
tahun sebanyak 5.585 orang telah dilakukan pemeriksaan IVA tes sebanyak 10
orang atau 0,18% dari sasaran dengan hasil negatif. Sedangkan untuk pemeriksaan
CBE belum dilakukan.

34
Pada tahun 2016 dengan jumlah perkiraan sasaran WUS usia 30-50 tahun
sebanyak 4.356 orang telah dilakukan pemeriksaan IVA tes terhadap 29 (0,67%)
orang dengan hasil negatif, diantaranya terdapat sasaran dari kelurahan Panjang
Wetan 6 orang, Kandang Panjang 5 orang dan Panjang Baru 2 orang. Hasil
pemeriksaan CBE yang telah dilakukan terhadap 29 sasaran tersebut terdapat 1
orang dengan benjolan pada payudara, tetapi sasaran berasal dari luar kota
Pekalongan. .

23. Cakupan Desa/kelurahan Terkena KLB < 24 Jam


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
Desa/Kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit
menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan, karena
disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada
situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat,
produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut adanya upaya/tindakan secara
cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta
melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan di atasnya. Berdasarkan data
yang ada dapat diketahui bahwa untuk tahun 2014-2016 tidak ada KLB yang terjadi
di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa.

35
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4
Pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter
dan bidan yang kompeten.
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan, pengukuran tekaanan darah, pengukuran lingkar lengan
atas (LILA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), penentuan status
imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi, pemberian tablet tambah darah
minimal 90 tablet selama kehamilan, penentuan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana), pelayanan tes laboratorium sederhana
minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan
golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya), tata laksana kasus.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi
pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada tri wulan
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada tri wulan kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan 2 kali pada tri wulan ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu).
Standar pelayanan antenatal tersebut memberikan perlindungan kepada ibu hamil
dan janin, antara lain dapat mendeteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi kebidanan.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator K1 dan K4. Cakupan K1 adalah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali pada trisemester I, dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun.

36
Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 97,85%
turun menjadi 97,69%. Sedangkan kunjungan ibu hamil K-4 di Puskesmas Kusuma
Bangsa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 93,84% menjadi
95,22%
Gambaran cakupan kunjungan Ibu hamil K1 dan K4 di Puskesmas Kusuma
Bangsa selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 4.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
99
98
97
96
95
94
93
92
91
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan K1 97,91 96,49 98,55 97,85 97,69
Cakuan K4 95,95 93,78 95,64 93,84 95,22

Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil


selama kurun waktu lima tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 selama Tahun
2012 sampai 2016 mengalami fluktuatif, terjadi penurunan pada tahun 2013,
meningkat pada tahun 2014 dan menurun kembali sampai dengan tahun 2016.
Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara
cakupan K1 dan K4. Selisih antara cakupan K1 dan K4 dari tahun 2012 hingga
tahun 2015 mengalami peningkatan mulai dari 1,96% hingga 4,04% lalu terjadi
penurunan 2,47% pada tahun 2016. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4
menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4
kecil maka hampir semua ibu hamil melakukan kunjungan pertama pelayanan
antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehungga
kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Adapun hal-hal yang
menyebabkan kesenjangan antara K1-K4 terus meningkat dikarenakan masih ada
ketidakpatuhan ibu hamil pada ANC kerena berbagai alasan mobilitas tinggi,
sebagian petugas belum maksimal memotivasi pasien.

37
2. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besaar
terhadap Angka Kematian Ibu. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama
diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortility: WHO, When, Where
and Why; Lancet 2006).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ini merupakan indikator yang
memperlihatkan kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan
berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehataan (profesional, tidak
termasuk oleh dukun bayi meskipun terlatih dan didampingi oleh bidan) di
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100%. Angka tersebut sudah
melampaui target SPM sebesar 95%

Gambar 4.2
Cakupan Pertolongan Persalinan Tanaga kesehatan
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100,01

100

99,99

99,98

99,97

99,96

99,95

99,94
2012 2013 2014 2015 2016
Cak.Linakes 100 100 100 99,96 100

Berdasarkan grafik di atas, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan di Puskesmas Kusuma Bangsa dari tahun 2012 sampai dengan 2016
sudah mencapai 100%.
Meskipun cakupan pertolongan persalinan tenga kesehatan telah melampaui
target standar pelayanan minimal Kota pekalongan, tetapi masih diperlukan upaya
peningkatan yaitu dengan optimalisasi pelaksanaan program kesehetan ibu,
diantaranya adalah kemitraan bidan dan dukun, peningkatan persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan melalui BPJS dan Jamkesda, peniingkatan sistem surveilans
monitoring dan informasi kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan rujukan RS
yang berstandar PONEK, serta pembinaan oleh petugas kesehatan (bidan dan
dokter) pada wilayah binaan di kelurahan-kelurahan untuk mengatasi maslah
kesehatan ibu dan anak.

38
Strategi tersebut juga dilakukan dalam upaya penurunan Angka kematian Ibu
dan Bayi. Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat
menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan karena ditempat tersebut persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan telah tersedia sarana kesehatan yang memadai
sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan
yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.

3. Cakupan Pelayanan Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari paska persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap
ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 4 kali dengan ketentuan waktu:
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 8 jam setelah
persalinan
b. Kunjungan nifas kedua dalam waktu 6 hari setelah persalinan
c. Kunjungan niifas ketiga dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)
d. Kunjungan nifas keeempat dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)

Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu


maternal sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas yang
meliputi pemberian vitamin A dosis tinggi dan pemeriksaan kesehatan pasca
persalinan untuk mengetahui tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi
perineum, tanda-tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, dan temperature
secara teratur. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan oleh petugas kesehatan
biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus. Cakupan pelayanan kesehatan
ibu nifas merupakan indikator untukk menilai kemampuan Pemerintah dalam
menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.

Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas di Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun


2016 sebesar 99,67% . Cakupan tersebut telah melampaui target SPM (95%)

39
Gambar 4.3
Cakupan pelayanan Nifas
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100,1

100

99,9

99,8

99,7

99,6

99,5
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan Yan Nifas 100 99,67 99,67 100 99,67

4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas


Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayinya baik di rumah dan atau rumah
bersalin dengan pertolongan tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu
nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A.
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang
mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari
setelah melahirkan sebanyak 2 kapsul. Cakupan pemberian vitamin A untuk ibu nifas
di Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun 2016 sebesar 94,34%. Cakupan tersebut
meningkat bila dibandingkan dengan cakupan pemberian Vitamin A tahun 2015
yang hanya sebesar 88,59%

Gambar 4.4
Cakupan Pemberian Kapsul Vit A Pada Ibu Nifas
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
95
94
93
92
91
90
89
88
87
86
85
2012 2013 2014 2015 2016
Cak.VitA 92,2 88,53 91,92 88,59 94,34

40
Beberapa hal yang mempengaruhi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi,
balita dan ibu nifas, diantaranya adalah:
 Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan
penyebarluasan informasi (siaran radio, spanduk leaflet)
 Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai waahana yang mendukung
terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait
 Sosialisasi pemberian kapsul vitamin A oleh petugas kesehatan di
puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya
 Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh ahli gizi di puskesmas dan
rumah sakit pada sasaran ibu anak
 Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau
 Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang
belum meendapatkan kapsul vitamin A pada bulan kapsul

5. Persentase Cakupan Imunisasi TT PAda Ibu Hamil dan WUS


Maternal and Neonatal tetanus Elimination (MNTE) merupakan program
eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Menurut
WHO, tetanus maternal dan neonatal dikatakan per 1000 kelahiran hidup di setiap
kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan
maternal adalah pertolongan persalinan yang aman dan bersis, cakupan imunisasi
rutin TT yang tinggi dan merata, penyelengaraan surveilans Tetanus Neonatorum.
Imunisasi TT Wanita Usia subur adalah pemberian imunisasi TT pada Wanita
Usia Subur (15-39 th) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi
kekebalan seumur hidup.
Jumlah ibu hamil di Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun 2016 sebanyak 648,
yang mendapat TT-1 sebesar 0%, TT-2 sebesar 0%, TT-3 sebesar 26,23%, TT-4
sebesar 31,63%, TT-5 sebesar 27,16% dan TT2+ sebesar 85,03%

6. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe


Salah satu permasalahan gizi masyarakat adalah anemia gizi yaitu suatu kondisi
ketika kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb
ini terjadi karena kekurangan asupan gizi yang diperlukan untuk pembentukan
komponen Hb terutama zat besi (Fe). Dalam rangka penanggulangan permasalahan
anemia gizi telah dilakukan program pemberian tablet tambah darah yang bertujuan
untuk menurunkan angka anemia pada balita, bumil dan bufas, remaja putri dan
WUS. Sedangkan penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan
memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya.
Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe di Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun
2016 sebesar 95,22% meningkat bila dibandingkan tahun 2015 (93,84%)

41
Gambar 4.5
Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu hamil
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
96,5
96
95,5
95
94,5
94
93,5
93
92,5
2012 2013 2014 2015 2016
Fe 90 95,95 93,78 95,78 93,84 95,22

7. Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani


Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung
termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan
/atau bayi yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Komplikasi dalam
kehamilan diantaranya abortus, Hiperemesis Gravidarum, perdarahan per vaginam
(kehamilan,persalinan dan nifas), hipetensi dalam kehamilan 9preeklamsia,
eklamsia), kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini.
Komplikasi dalam persalinan diantaranya kelainan letak/presentasi janin, partus
macet, hipertensi dalam kehamilan, perdarahan pasca persalinan, infeksi
berat/sepsis, kontaksi dini/persalinan premature, kehamilan ganda. Komplikasi
dalam nifas diantaranya hipertensi dalam kehamilan, infeksi nifas, perdarahan nifas.
Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

42
Gambar 4.6
Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun 2012-2016

140
120
100
80
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 96,08 100 113,04 88,57 120

8. Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Ditangani


Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan
yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian, seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetnus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Bayi
Berat lahir Rendah , 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan
kongenitasl maupun yang termasuk klaasifikasi kuning (kejang, gangguan napas,
hipotermi berat, hipotermi sedang, kemungkinan infeksi bakteri sistemik,
kemungkinan infeksi bakteri lokal berat, infeksi bakteri lokal, ikterus patologi,
gangguan saluran cerna, diare, persisten berat, mungkin disentri, BBSR, berat
badan rendah dan atau pemberian masalah ASI) pada pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu balita Sakit (MTBS)
Penanganan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah penanganan
terhadap neonatus sakit adan atau neonatus dengan kelainan atau komplikasi /
kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan
(dokter, bidan, atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelaynanan kesehatan
dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar yang dimaksud antara lain sesuai dengan standar
MTBM, Manajemen Asfiksia Bayi baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah,
Pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar,
PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya. Perhitungan sasaran
neonatus dengan komplikasi adalah dihitung berdasarkan 15% dari jumlh bayi baru
lahir. Indikator ini mengukur kemampuasn manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada neonetus
dengan komplikasi.

43
Cakupan neonatus dengan komplikasi pada tahun 2016 sebesar 90,11%
menurun jika dibandingkan tahun 2015 (115,79%). Cakupan neonatus dengan
komplikasi ditangani selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.7
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi Ditangani
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2012 2103 2014 2015 2016
Cakupan 114,42 161,73 83,2 115,79 90,11

9. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi


Kasus Kematian Ibu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat
dicegah/ddikurangi dengan upaya melaksanakan Program Keluarga berencanan
(KB). Khususnya bagi ibu dengan kondisi 4T yaitu terlalu muda melahirkan (di
bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan dan
terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun)
Keluarga berencana yaitu suatu upaya yang berguna untuk perencanaan jumlah
keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral IUD dan
sebagainya.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencanan merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian
tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini sedang menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan. Cakupan peserta KB Aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta
KB aktif denagan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah
peserta KB aktif di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak 4977
atau 87,55% dari jumlah PUS yang ada Dilihat berdasarkan persentase, jumlah
peserta KB Aktif tahun 2016 meningkat bila dibandingkan tahun 2015 yaitu dari
80,95% menjadi 87,55%

44
Gambar 4.8
Cakupan Peserta KB Aktif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 80,68 73,81 89,82 80,95 87,55

Berdasarkan gambar diatas, tampak bahwa cakupan peserta KB Aktif di


Puskesmas Kusuma Bangsa mengalami fluktuatif.
Peserta KB Aktif tersebut memperguunakan alat/obat kontrasepsi sebagai
berikut:
1. MKJP : IUD (5,27%%), MOP (1,688%), MOW (4,39%) dan implant
(5,27%)
2. NON MKJP : Suntik (48,55%), PIL (17,04%), dan kondom (6,52%)

Gambar 4.9
Persentase Pemakaian kontrasepsi Peserta KB Aktif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

0,4 4,2
7,5 5,9 IUD
6,8
19,8 MOP
MOW
IMPLANT
SUNTIK
55,4
PIL
KONDOM

Berdasarkan gambar di atas, sebagian besar peserta KB Aktif pada tahun 2016
menggunakan alat/obat Kontrasepsi Suntik (55,4%) dan yang paling sedikit
menggunakan MOP (0,4%).

45
Secara khusus proporsi Peserta KB Aktif yang mempergunakan alat/metode
kontrasepsi suntik sangat besar, lebih dari 50% yaitu (55,4%). Hal tersebut dapat
dipahami, karena akses untuk memperoleh pelayanan tersedia sampai tingkat kelurahan
baik melalui pelayanan pemerintah maupun swasta sehingga dekat dengan tempat
tinggal peserta KB.

10. Persentase Pesrta KB Baru Menurut Jenis Kontrasespsi


Peserta KB Baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali
menggunakan salah satu cara/alat atau Pasangan Usia Subur yang menggunakan
kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa
kehamilannya
Jumlah Pasangan usia Subur (PUS) di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebanyak 5685, sedangkan jumlah peserta KB baru pada tahun 2016 sebanyak 522
atau 9,18% dari jumlah PUS yang ada.

Gambar 4.10
Persentase Cakupan Peserta KB Baru
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 18,59 17,49 15,49 9,23 9,18

Peserta KB Baru tersebut mempergunakan alat/obat kontrasepsi sebagai berikut:


1) MKJP : IUD (0,57%), MOP (0,04%), MOW (0,32%) dan implant (1,22%)
2) NON MKJP : Suntik (2,82%), PIL (1,09%), dan Kondom (0,30%)

46
Gambar 4.11
Persentase pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru
Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

0,04
0,3 0,57 0,32
IUD
1,09
MOP
1,22
MOW
Implant
Suntik
2,82
Pil
Kondom

Sebagian besar peserta KB Baru menggunakan kontrasepsi non MKJP yang


membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga
kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Presentase pemakaian kontrasepsi suntikan
cukup besar yaitu 2,82% hal tersebut dapat dipahami karena akses untuk
memperoleh pelayanan suntukan relative lebih mudah sebagai akibat tersedianya
jaringan pelayanan sampai di tingkat kelurahan sehingga dekat dengan tempat
tinggal peserta KB. Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan
menggunakan kontrasepsi MOP hanya 0,04% dan kondom 0,30%. Rendahnya
partisipasi pria (bapak) untuk menjjadi peserta KB disebabkan terbatasnya pilihan
kontrasepsi yang disediakan bagi pria (MOP dan kondom), serta kurangnya
kesadaran pria untuk menjadi peserta KB dan menganggap bahwa KB adalah
urusan wanita (ibu).

11. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah


Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak
antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator
angka kematian yang berhubungan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Bayi dengan berat badan lahir rendah merupakam salah satu factor resiko kematian
bayi. Oleh karena itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kematian
bayi adalah penanganan BBLR.

47
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama lahir.
Penyebab terjadinya BBLR bisa karena ibu hamil anemia, kurang supply gizi waktu
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ
tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebeb utama kematian bayi. Penanganan
bayi dengann berat lahir rendah meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar,
pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda, penanganan
penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di
rumah
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2016 sebesar 7,54% dari jumlah total kelahiran hidup dengan
proporsi bayi laki-laki dengan BBLR sebesar 2,05% dan bayi perempuan dengan
BBLR sebesar 5,48%. Bila dibandingkan dengan tahun 2015 presentase bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2016 mengalami penurunan. Bayi
dengan berat badan lahir rendah yang berhasil di tangani di Puskesmas Kusuma
Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100% dan sudah mencapai target Nasional
sebesar 100%
Persentase Berat Bayi Lahir Rendah di Kota Pekalongan selama kurun waktu 5
tahun terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 4.12
Persentase Berat Badan Bayi lahir Rendah
Puskesmas Kusuma Bansga 2012-2016
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015 2016
Persentase (%) 6,38 3,84 4,62 9,5 7,54

12. Cakupan Kunjungan Neonatus


Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar

48
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia rentan ini, berbagai masalah
kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal.
Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan resiko pada kelompok
ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Masalah utama penyebab kematian
pada bayi dan balita pada masa neonatus ( bayi lahir umur 0-28 hari)
Kunjungan Neonatus (KN) adlah pemeriksaan dan pelayanan kesehatan setiap
bayi baru lahir 0-28 hari oleh dokter / bidan / perawat menggunakan algoritma
Manajemen terpadu Bayi Muda (MTBM) sebagai pedoman, minimal dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu KN 1 pada 6-48 jam, KN2 pada hari 3-7, KN 3 pada hari 8-28.
Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu pada
pedoman Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda
vital, konseling perawatan bayi baru lahir an ASI Eksklusif, injeksi Vit K1, imunisasi
(jika belum diberikan saat lahir0, penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan
perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA
Cakupan neonatus 1 (KN-1) di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar
100%, sedangkan cakupan kunjungan neonatus 1,2 dan 3 (KN-lengkap) sebesar
98,97%. Pencapaian tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2015
dengan capaian 98,64%
Cakupan kunjungan neonatus di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2012-2016

Gambar 4.13
Cakupan Kunjungan Neonatus
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
99,3
99,2
99,1
99
98,9
98,8
98,7
98,6
98,5
98,4
98,3
2012 2013 2014 2015 2016
Kunj. Neonatus 99,25 99,2 98,84 98,64 98,97

13. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif


Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi
secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 buan dan meneruskan menyusui
49
anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan
pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya
ASI (Air Susu Ibu) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan
terbaik bagi bayi karena mengandung unsure-unsur gizi yang ddibutuhkan oleh bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang
sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin
merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah
yang menyalamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh karena itu pemberian ASI perlu
diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan
sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi
berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin.
Bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak
lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Namun demikian, kendala yang dihadapi selama ini adalah kesulitan dalam
upaya pemantauan pemberian ASI eksklusif karena belum mempunyai sistem yang
dapat ddiandalkan. Untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam pemberian AI
eksklusif dilakukan melalui laporan dari Puskesmas yang diperoleh dari wawancaraa
pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas dan Posyandu. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dari laporan, persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di wilayah
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebesar 80%, menurun jika
dibaandingkan tahun 2015 sebesar 90,8%

Gambar 4.14
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan 28,98 59,25 58,55 90,8 80

50
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dalam lima tahun terakhir cakupan
pemberian ASI Eksklusif terus mengalami fluktuatif. Pencapaian pemberian ASI
Eksklusif masih belum memenuhi target yang diharapkan. Beberapa hal yang
menghambat pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah:
1. Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan
cara menyusui yang benar
2. Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan
3. Faktor sosial budaya
4. Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja
5. Gencarnya promosi susu formula

Adapun upaya-upaya yang dilakukan selama ini untuk meningkatkan cakupan


pemberian ASI eksklusif berpedoman pada Sepuluh langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui yaitu:

1. Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air


Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasiikan kepada semua
petugas
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menerapkan kebijakan tersebut
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai
umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitann menyusui.
4. Membantu ibu mulai menyususi bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan
yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi
Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
5. Membantu ibu bagaimana cara menyususi yang benar dan cara
mempertahankan menyususi meski ibu dipisaah dari bayi atas indikasi medis
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
pada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau
saranan pelayanan kesehatan

14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi


Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan
kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau
51
untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan
kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjaddi
ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan
kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 0 sampai dengan 11 bulan dengan
memberikan pelaynanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan dan perawat) minimal 4 kali yaitu
1 kali pada umur 29 hari ke-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-
8 bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Setiap bayi behak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di
sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan tresebut terdiri dari
penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, DPT/HB1-3,
Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDKT) bayi, pemberian vitamin A pada bayi dan penyuluhan perawatan
kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping
ASI (MP ASI) dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya Pemerintah
dalam meningkatkan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 adalah 94,22%, jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan tahun 2015 yang
hanya sebesar 93,85%

Gambar 4.15
Cakupan Kunjungan Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
78
2012 2013 2014 2015 2016
Kunj. Bayi 85,49 97,02 95,73 93,85 94,22

Dari grafik tersebut terlihat bahwa kunjungan tertinggi pada tahun 2013 lalu
mengalami penurunan dan naik kembali di tahun 2016 (94,22%), namun demikian
masih perlu upaya agar kunjungan bayi terus mengalami peningkatan, melalui

52
peningkatan pelayanan oleh tenaga kesehatan di wilayah setempat, juga pelayanan
kunjungan tenaga kesehatan.

15. Cakupan Desa/Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI)


Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian
“Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan imunisasi
dasar lengkap (IDL) yang meliputi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4
kali, dan campak 1 kali pada bayi usia 1 tahun dengan cakupan minimal 85% dari
jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sudah mencapai target SPM yaitu 100%. Angka tersebut sama dengan
capaian pada tahun 2015 yang juga sudah berhasil mencapai 100%. Untuk dapat
mempertahankan keberhasilan pencapaian UCI di semua kelurahan, diperlukan
upaya-upaya peningkatan melalui kegiatan-kegiatan strategis yang dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas program imunisasi.

16. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi


Upaya untuk menurunkan kesakitan, kematian, dan kecacatan bay serta anak
balita perlu dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program
tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertutis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, Campak,
dan Pneumoni.
Bayi seharusnya mendapatkan imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi
Dasar Lengka) yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Polio 4 kali, HB
Uniject 1 kali dancampak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi
dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena
imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi umur 9
bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap
(BCG, DPT-HB-Hib, POlio,dan HB).
Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan
program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
DT, BIAS Campak yang diberikan kepada semua usia kelas I SD/MI/ADLB/SLB,
BIAS TT diberikan pada semua anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB dan
Backlog Fighting (Melengkapi status Imunisasi). Cakupan imunisasi dasar lengkap
bayi di Kota Pekalongan dari semua antigen sudah mencapai target minimal
nasional (85%). Pencapaian cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas
Kusuma Bangsa tahun 2016 mencapai 94,46% dan cenderung mengalami
penurunan dibanding tahun 2015 yang mencapai 95,96%. Jumlah bayi tahun 2016
sebanyak 606 bayi dengan jumlah bayi perempuan 285 bayi sedangkan laki-laki 321
bayi. Untuk cakupan masing-masing jenis imunisasi adalah sebagai berikut BCG
(95,4%), DPT1+HB1 (95,7%), DPT3+HB3 (95,5%), Polio 4 (90,2%) dan Campak
(95,5%).

53
Gambar 4.16
Cakupan Imunisasi Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
100
98
96
94
92
90
88
86
84
DPTHb1 DPTHb3 BCG Polio4 Campak
2012 95,4 95,4 96 96 95,4
2013 96,9 96,9 98,7 97,3 96,9
2014 96,8 96,8 98,2 97,4 96,8
2015 95,8 95,5 96,7 96,1 95,7
2016 95,7 95,5 95,4 90,2 95,5

17. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi


Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh
dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama
pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis
penyakit yang merupakan “Nutrition Realted Diseases” yang dapat mengenai
berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan menurunkan epitelismes sel-sel tubuh. Salah satu dampak
KVAadalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4
tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Bayi yang mendapat kapsul vitamin A adalah bayi umur 6-11 bulan. Kapsul
Vitamin A yang diberikan pada bayi adalah kapsul Vitamin A berwarna biru denngan
dosis 100.000 SI.
Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi di Puskesmas
Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 100% dengan proporsi cakupan bayi laki-laki
sebesar 100% dan cakupan bayi perempuan sebesar 100%, sama bila dibandingkan
dengan cakupan pada tahun 2015 yang juga 100%.

54
Gambar 4.17
Cakupan Pemberian Kapsul Vit A pada Bayi
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

100
80
60
40
20
0
2012
2013
2014
2015
2016

2012 2013 2014 2015 2016


VIT A 100 100 100 100 100

18. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita


Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun pada ballita dan Ibu Nifas
untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah Xerofthalmia
dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan
kebutaan sampai kematian)
Balita yang mendapat kapsul Vitamin A adalah anak umur 12-59 bulan. Kapsul
Vitamin A dosis tinggi yang diberikan pada anak balita adalah kapsul Vitamin
berwarna merah denngan dosis 200.000 SI dan diberikan pada bulan Februari dan
Agustus setiap tahunnya.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita di Puskesmas Kusuma
Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100% dengan proporsi cakupan anak balita laki-
laki sebesar 100% dan cakupan anak balita per`empuan sebesar 100%, sama bila
dibandingkan dengan cakupan tahun 2015 sebesar 100%.

55
Gambar 4.18
Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Vit A Pada Balita 100 100 100 100 100

19. Cakupan Baduta Ditimbang


Baduta adalah anak usia 0-23 bulan yang berasal dari seluruh posyandu yang
melapor di suatu wilayah kerja paad kurun waktu tertentu. Jumlah baduta ditimbang
di Posyandu merupakan reduksi dari data jumlah balita ditimbang di Posyandu untuk
memberi fokus kepada sasaran prioritas balita dibawah dua tahun sesuai dengan
tema sentral promosi upaya kesehatan “1000 Hari Pertama Kehidupan”.
Jumlah baduta di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak 1393
baduta yang terdiri dari 569 baduta laki-laki dan 564 balita perempuan. Sedangkan
pencapaian tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan baduta (D/S) tahun
2016 sebesar 80,65% dengan jumlah baduta yang ditimbang sebanyak 1030 baduta
dengan proporsi 511 baduta laki-laki dan 519 baduta perempuan. Cakupan tersebut
sudah mencapai target Nasional sebesar 80%

56
Gambar 4.19
Cakupan Baduta ditimbang
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
600

500

400

300

200

100

0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 511 540 537 423 569
Perempuan 519 533 509 425 564

20. Cakupan Pelayanan Anak Balita


Cakupan Pelayanan anak balita adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang
memperoleh pelayanan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8
kali dalam setahun, pementauan perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian
vitamin A 2 kali setahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan pertinggi/panjang
(BB/TB). Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
bada per umur BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman
Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul Athfal. Bila berat badan
tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badananak balita di bawah garis
merah harus dirujuk ke saran pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya
dan upaya tindak lanjut.
Pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan
daya dengar, dayalihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan
pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autismeserta gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan
perkembangan harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih
memiliki kompetensi.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan
dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak
Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat
serya petugas posyandu yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi

57
dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak. Suplementasi Vitamin A
dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12-59 bulan 2 kali per tahun
(bulan Februari dan Agustus).
Jumlah balita di Kota Pekalongan tahun 2016 sebanyak 1873 balita terdiri dari
940 balita laki-laki dan 933 balita perempuan . Balita yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanyak 1692 (90,3%) dengan jumlah balita laki-laki yang mendapat
pelayanan sebanyak 845 balita dan balita perempuan sebanyak 847 balita. Cakupan
tahun 2016 mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2015 sebanyak 1789
(88,10%). Bila dibandingkan dengan target SPM (90%), maka pada tahun 2016
sudah memenuhi target.

21. Cakupan Balita Ditimbang


Jumlah balita ditimbang di Posyandu merupakan data indikator terpantaunya
pertumbuhan balita melalui pengukuran perubahan berat badan setiap bulan sesuai
umur. Balita yang rutin menimbang adalah balita yang selalu terpantau
pertumbuhannya. Secara kuantitatif indikator balita ditimbang menjadi indikator
pantauan sasaran (monitoring covered), sedangkan secara kualitatif merupakan
indikator cakupan detekni dini (surveillance covered). Semakin besar persentase
balita ditimbang semakin tinggi capaian sasaran balita yang terpantau
pertumbuhannya dan semakin besar peluang masalah gizi bisa ditemukan secara
dini.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas balita ditimbang atau D/S merupakan
gambaran dari keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita di Posyandu. Kehadiran balita di Posyandu merupakan hasil dari
akumulasi peran serta ibu, keluarga, kader, dan seluruh komponen masyarakat
dalam mendorong, mengajak , memfasilitasi, dan mendukung balita agar ditimbang
di Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya. Dengan demikian indikator D/S dapat
dikatakan sebagai indikator partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu.
Jumlah balita yang dilaporkan di Puskesmas tahun 2016 sebanyak 2781 balita.
Sedangkan pencapaian tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita
(D/S) tahun 2016 sebesar 80,65% dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak
2243 balita dengan proporsi 1128 balita laki-laki dan 1115 balita perempuan. Angka
tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 sebesar
81,1 dan cakupan tersebut sudah mencapai target Nasional sebesar 80%.

58
Gambar 4.20
Cakupan Balita Ditimbang
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
1400

1200

1000

800

600

400

200

0
2012 2013 2014 2015 2016
Laki-laki 1074 1174 1197 985 1128
Perempuan 1087 1179 1163 984 1115

22. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di
sarana pelayanan kesehatan dan atau di rumah oleh tenaga kesehatan sesuai
tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pendataan gizi buruk didasarkan pada 2 kategori yaitu indikator membandingkan
berat badan dengan umur (BB/U) dan membandingkan berat badan dengan tinggi
badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di Posyandu dengan menggunakan
indikator BB/U melalui kegiatan penimbangan. Jika ditemukan balita berada dibawah
garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status
gizi dengan menggunakan indikator BB/TB. Jika ternyata balita tersebut merupakan
kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman tata
laksana gizi buruk di Posyandu maupun Puskesmas. Apabila ditemukan ada
komplikasi / penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas,
maka segera dirujuk ke Rumah Sakit.
Jumlah balita gizi buruk di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak 36
anak di mana jumlah balita perempuan gizi buruk (15 anak) lebih sedikit
dibandingkan dengan balita laki-laki (21 anak), dan semuanya mendapatkan
perawatan sesuai dengan pedoman (100%).

59
Gambar 4.21
Cakupan Gizi Buruk
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

47 47 46
50
45
40 36
35 30
30
25
20
15
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Gizi Buruk 47 47 46 30 36

23. Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik


Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik,
menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di
suatu desa atau kelurahan, dimana pada tahun 2016 persentase kelurahan dengan
garam beryodium yang baik sebanyak 100% menurun bila dibandingkan tahun 2015
dengan presentase 100%.

Gambar 4.22
Persentase Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Garam Beryodium 100 100 100 100 100

24. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat


Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar dan setingkat adalah pemeriksaan
kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang
meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata,
ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional dan kebugaran

60
jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama
dengan dengan guru sekolah dan kader kesehatan / konselor kesehatan. Setiap
Puskesmas mempunyai tugas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan
siswa SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun
ajaran baru sekolah.
Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan
melalui kegiatan penjaringan kesehatan. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan
diharapkan bisa deteksi dini permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah.
Dengan kegiatan penjaringan kesehatan kesehatan siswa SD dan setingkat
diharapkan juga dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan
tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak
yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Selain itu setelah ditemukannya
permasalahan kesehatan yang ada di sekolah maka ditindak lanjuti dengan
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, peerawatan
kesehatan gigi, penyuluahan tentang gizi anak sekolah dan rotasi tempat duduk bagi
siswa di sekolahnya untuk mengatasi apabila ada masalah pada ketajaman
penglihatan.
Jumlah murid kelas 1 SD dan Setingkat pada tahun 2016 berjumlah 566 yang
terdri dari 297 murid laki-laki dan 269 murid perempuan. Cakupan penjaringan
kesehatan kesehatan siswa SD/MI oleh tenaga Kesehatan/Guru UKS/Kader
Kesehatan Sekolah pada tahun 2016 sebesar 100% yang berarti semua murid baru
kelas 1 SD dan setingkat baik laki-laki maupun perempuan telah mendapatkan
pemeriksaan kesehatan. Cakupan tersebut sama dengan tahun 2015 dan
pencapaian tersebut sudah berhasil mencapai target SPM sebesar 100%.

Gambar 4.23
Pemeriksaan Kesehatan Siswa
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
Pemeriksaan Kesehatan
100 100 100 100 100
Siswa SD

61
25. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmasmeliputi kegiatan pelayanan
dasar dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah
tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian
masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti
masyarakat lebih memperhatiakn kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif
sebelum gigi tetap betul-betul rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah
tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus
diambil oleh seorang pasien.
Rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap menunjukan tingkat motivasi
masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya, semakin besar rasio tumpatan
dengan pencabutan gigi tetap berarti semakin tinggi motivasi masyarakat dalam
mempertahankan gigi geliginya.
Tahun 2016 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 394 sementara jumlah
pencabutan 74, dengan demikian rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun
2016 sebesar 5,32.
Sejak tahun 2011 hingga 2016 rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap di
Puskesmas Kusuma Bangsa cenderung mengalami peningkatan, hal inimenunjukan
semakin meningkatnya perhatian terhadap kesehatan gigi ini. Walaupun meningkat,
masih tetap diperlukan upaya penyuluhan yang terus menerus agar masyarakat
memeriksakan giginya secara teratur karena melalui pemeriksaan gigi ini dapat
mengontrol fungsi kunyah gigi agar tetap baik sehingga sistem pencernaan semakin
bagus yang pada akhirnya kesehatan secara umum akan meningkat.

26. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi
khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi massal di SD/MI merupakan
salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat
memahami cara dan waktu yang tepat untuk melakukan sikat gigi. Persentase SD/MI
yang melaksanakan sikat gigi masal sebesar 18,18%, sedangkan persentase SD/MI
yang mendapatkan pelayanan gigi sebesar 100%.
Kegiatan UKGS yang lain adalah pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk
mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan
pada murid yang memerlukan. Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI
tahun 2016 sebesar 100% dengan jumlah cakupan murid laki-laki 52,3% dan murid
perempuan 47,7%. Angka ini sama bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 100%.

62
27. Cakupan Pelayanan Kesehatan USILA
Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke
atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan baik di Puskesmas maupun Posyandu/Kelompok Usia Lanjut.
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 75% dengan proporsi laki-laki sebesar 56 % dan perempuan sebesar
44%. Cakupan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan 2015 sebesar 44%.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu dengankegiatan dalam gedung
melaui Puskesmas Santun Lansia dan kegiatan luar gedung melalui Pembinaan
Posyandu Lansia. Pembinaan usia lanjut dapat dilakukan antara lain terhadap para
usia lanjut, keluarga di mana usia lanjut berada dan masyarakat.
Dukungan atau bimbingan yang diberikan pada lanjut usia untuk emelihara dan
meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri antara lain dengan
memberikan penyuluhan kesehatan dan gizi kepada usia lanjut untuk tetap
berperilaku sehat agar dapat lebih meningkatkan kesehatannya, mengnjurkan untuk
tetap melakukan aktivitas seari-hari sesuai kemampuannya serta menjaga
kebugarannya secara rutin yaitu dengan berolahraga atau senam usia lanjut,
menganjurkan untuk tetap melakukan dan mengembangkan hobi atau
kemampuannya terutama bagi aktivitas yang merupakan usaha ekonomi produktif,
menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bersama dengan usia lanjut lainnya
melalui kelompok usia lanjut di masyarakat sehingga dapat merasakan
kebersamaan dan saling berbagi pengalaman.

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Dalam Upaya mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya
sebagaimana tujuan pembangunan kesehatan , maka pemerintah sejak tanggal 1
Januari 2014 telah menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh
rakyatnya secara bertahap hingga 1 Januari 2019. Jaminan Kesehatan ini
merupakan pola pembiayaan yang bersifat wajib, artinya pada tanggal 1 Januari
2019 seluruh rakyat Indonesia (tanpa terkecuali) harus telah diharapkan tidak ada
lagi masyarakat indonesia khususnya masyarakat miskin yang tidak bisa berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan dikala sakit karena tidak memiliki biaya.

Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun


2014 sebanyak 13.721 jiwa, dengan peserta berjenis kelamin perempuan sebanyak
6867 jiwa (50,04%) dan peserta laki-laki sebanyak 6854 jiwa ( 49,95% ) . Kemudian
di tahun 2015 jumlah peserta jaminan kesehatan di Puskesmas Kusuma Bangsa
meningkat sebanyak 14.870 jiwa, dengan peserta berjenis kelamin perempuan

63
sebanyak 7.390 jiwa (49,69% ) dan laki-laki sebanyak 7.480 jiwa (50,31%) . Jumlah
peserta JKN mengalami peningkatan lagi di th 2016 sebanyak 15.632 jiwa, dengan
jumlah peserta perempuan 7.757 jiwa (49,62%) dan peserta laki-laki sebanyak 7875
jiwa ( 50,37 % ) .

Dari tahun 2014-2016 kepersertaan jaminan pemeliharaan kesehatan di


Puskesmas Kusuma Bangsa semakin meningkat , hal ini disebabkan semakin
banyaknya penduduk maskin di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa serta
kesadaran penduduk non miskin di wilayah puskesmas Kusuma Bangsa yang
menganggap bahwa jaminan kesehatan itu sangat penting bagi mereka sehingga
banyak masyarakat yang ikut sebagai peserta JKN.

Kepersertaan Jaminan Kesehatan terdiri dari : Jaminan Kesehatan Nasional (PBI


dan Non PBI , Jamkesda , Asuransi swasta dan asuransi perusahaan.

a. Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran )

Penerima Bantuan iuran ( PBI ) adalah peserta jaminan kesehatan yang meliputi
orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang di bayar oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui APBD Provinsi dan kota
Pekalongan. Jumlah Peserta JKN PBI di Puskesmas Kusuma Bangsa th 2014
sebanyak 10.398 jiwa . Kemudian pada th 2015 mengalami peningkatan sebanyak
11.530 jiwa . Dan pada th 2016 juga mengalami peningkatan di banding th 2014 dan
2015 sebanyak 12.432 jiwa.

b. Peserta Non PBI


Peserta Non PBI adalah peserta jaminan kesehatan yang terdiri dari PNS , TNI
POLRI , pejabat Negara , Pegawai Pemerintah Non PNS , pegawai swasta serta
peserta yang berasal dari pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri.
Jumlaj peserta JKN Non PBI di Puskesmas Kusuma Bangsa th 2014 sebanyak
3.323 jiwa . Kemudian pada th 2015 mengalami peningkatan sebanyak 3.340 jiwa .
Dan pada th 2016 mengalami penurunan dibanding th 2014 dan th 2015 sebanyak
3.200 jiwa.

64
Tabel 4.1
Cakupan Kunjungan Pasien JKN PBI , Non PBI dan Jamkesda
Puskesmas Kusuma Bangsa
NO JENIS 2014 2015 2016
JAMINAN
KESEHATAN
1 PBI 16.561 ( 33,84 % ) 23.121 ( 46,71%) 24.610 ( 48,22%
)
2 Non PBI 5.940 ( 12,14 % ) 5836 ( 11,79 %) 5.712 ( 11,19 % )
3 Jamkesda 10.789 ( 22,05 % ) 4.886 ( 9,87 % ) 4.750 (9,31 %)

Cakupan Kunjungan pasien Jaminan Kesehatan PBI pada th 2014 – 2016


semakin meningkat dikarenakan banyak masyarakat miskin diwilayah puskesmas
kusuma bangsa yang sudah mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Cakupan kunjungan pasien Jaminan Kesehatan Non
PBI dari th 2014-2016 semakin menurun namun prosentase penurunan tidak begitu
besar.

Penurunan ini terjadi karena pasien Non PBI Mandiri ( biaya sendiri ) , berubah
kepersertaannya menjadi pasien PBI, karena mereka mengajukan ke kelurahan
setempat untuk minta bantuan jaminan kesehatan yang dibiayai daerah. Cakupan
Kunjungan pasien Jamkesda dari th 2014-2016 mengalami penurunan , dikarenakan
pasien jamkesda sudah diikutsertakan menjadi pasien Jaminan Kesehatan PBI.

2. Jumlah Kunjungan Rawat jalan, Rawat Inap di Puskesmas Kusuma Bangsa

Tabel 4.2
Jumlah Kunjungan Rawat jalan dan Rawat Inap
Puskesmas Kusuma Bangsa

NO TH RAWAT JALAN RAWAT INAP


1 2014 47651 1279
2 2015 48180 1643
3 2016 49089 1929

Cakupan kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas Kusuma Bangsa dari th 2014 –


2015 mengalami peningkatan sebesar 1,09%. Dibandingkan dengan tahun 2015 -
2016 prosentase peningkatan lebih besar 1,85% . Cakupan kunjungan rawat inap di
Puskesmas Kusuma Bangsa dari tahun 2014-2015 mengalami peningkatan sebesar
22,15% . Dibandingkan dengan th 2015 – 2016 prosentase peningkatannya lebih
kecil sebesar 14,82 % .

65
3. Jumlah Kujungann Gangguan Jiwa di Puskesmas Kusuma Bangsa
Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami
gangguan kejiwaan , yang meliputi gangguan pada perasaan , proses pikir dan
perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosialnya.
Jumlah kunjungan gangguan jiwa di Puskesmas Kusuma Bangsa th 2014
sebesar 148 kunjungan (0,3%) dari total kunjungan. Th 2015 sebesar 135 kunjungan
(0,28%) . Th 2016 sebesar 117 kunjungan ( 0,23% ). Prosentase kunjungan dari th
2014 – 2016 mengalami penurunan yang tidak begitu besar , hal ini disebabkan
beberapa pasien sudah dirujuk dan masuk ke Rumah sakit Jiwa . Atau penyebabnya
adalah angka kesembuhan pasien penyakit jiwa lebih besar dari th 2014-2015.

4. Indikator Kinerja Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Kusuma Bangsa


Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana puskesmas
antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur
dengan jumlah puskesmas dan temipat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah
penduduk
a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Uccupancy Rate (BOR)
Bed Occupation Rate merupakan presentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu.
Angka BOR yang rendah menunjukan kurangnya pemanfaatan fasilitas
perawatan puskesmas oleh masyarakat. Sedangkan angka BOR yang tinggi
menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi. , sehingga perlu
penambahan tempat tidur . BOR yang ideal di puskesmas adalah 60%

Gambar 4.24
Cakupan Bed Occupancy Rate
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016

45,6 26,88 2014


2015
35,3
2016

Pada diagram diatas menggambarkan bahwa prosentase BOR di Puskesmas


Kusuma Bangsa dari th 2014-2016 mengalami kenaikan , tetapi belum
mencapai standar BOR di Puskesmas yaitu 60%. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat pemanfaatan tempat tidur masyarakat di wilayah Puskesmas Kusuma
Bangsa masih kurang.
b. Rata-rata lama Rawat Seorang pasien/Averange Length Of Stay
Average Length Of Stay ( ALOS ) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien , yang secara umum nilai ALOS yang ideal adalah 5 hari . Dari th 2014-

66
2016 rata-rata lama dirawat pasien Puskesmas Kusuma Bangsa semakin
meningkat. Namun tidak melebihi nilai ideal LOS secara umum. Karena jika nilai
LOS melebihi standar, menunjukan bahwa mutu dari Puskesmas tersebut
kurang.

Gambar 4.25
Cakupan Averange length Of Stay (ALOS)
Puskesemas Kusuma Bangsa 2012-2016

3
2
1
0
2014 2015 2016
ALOS 2,41 2,79 2,92
.

c. Rata-rata Hari Tempat tidur Tidak DitempatiTurn of Internal (TOI)


Turn Of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati. TOI
bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi tempat tidur.
Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek.
Angka ideal untuk TOI adalah 1-3 hari.
Rata-rata TOI di Puskesmas Kusuma Bangsa dari th 2014 – 2016 semakin
menurun tingkat efisiensi penggunaan tempat tidurnya. Hal ini menunjukan
bahwa setiap tahun efisiensi penggunaan tempat tidurnya semakin baik.Pada
tahun 2014 dan 2015 nilai TOI di Puskesmas Kusuma Bangsa melebihi nilai
ideal yaitu 7 hari di th 2014 dan 4 hari di th 2015.

Gambar 4.26
Cakupan TOI
Puskesmas Kusuma Bangsa 2014-2016

10
5
0
2014 2015 2016
TOI 7,21 4,34 2,61

C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT


1. Persentase Rumah Tangga ber PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau, dan mampu melakukan
PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko
terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.

67
Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi
minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16
indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga meliputi :
a. Variabel KIA dan Gizi : persalinan nakes, ASI Eksklusif, penimbangan balita,
gizi seimbang
b. Variabel Kesling : Air bersih, Jamban, Sampah, Kepadatan hunian, Lantai
rumah
c. Variabel Gaya Hidup : Aktifitas fisik, tidak merokok, cuci tangan, kesehatan
gigi dan mulut, miras/narkoba
d. Variabel Upaya Kesehatan Masyarakat : Jaminan pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan sarang nyamuk
Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga di
Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016, dari 8.508 rumah tangga yang ada, yang
diperiksa sebanyak 8.508 rumah tangga. Hasil pengkajian tersebut diperoleh
persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu yang diwakili oleh
rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehart paripurna sebesar
88,33% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang telah
mencapai 95,34%. Berikut ini grafik persentase rumah tangga ber PHBS di Kota
Pekalongan dari tahun 2013-2016.

Gambar 4.27
Persentase Rumah Tangga ber-PHBS
Puskesmas Kusuma Bangsa 2013-2016
100

95

90

85

80
2013 2014 2015 2016
Rumah tangga 96,25 99,16 95,34 88,33

Tahun 2013-2015, pendataan PHBS dilakukan dengan cara sampling.


Karakteristik sampel tidak ditentukan. Sampe yang diambil tidak dianggap mewakili
populasi. Sedangkan pada tahun 2016, pendataan dilakukan pada total populasi.
Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu singkat tetapi memerlukan
proses yang panjang termasuk di dalamnya diperlukan upaya pemberdayaan
masyarakat yang berkesinambungan.

D. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat, disamping perilaku, genetika dan pelayanan kesehatan. Program
68
lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi : (1) Pembinaan dan Pengawasan kualitas air dan lingkungan,
(2) Pembinaan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Pemukiman, (3)
Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Tempat-tempat Umum,
(4) Penyehatan Makanan dan Minuman.
Indikator sasaran kegiatan pembinaan dan pengawasan kualitas air dan lingkungan
meliputi : (1) Kelurahan yang melaksanakan STBM, (2) Proporsi penduduk akses air
bersih, (3) Proporsi penduduk akses jamban. Sedangkan indikator sasasaran kegiatan
pengawasan hygiene dan sanitasi TTU dan TPM meliputi : (1) Proporsi TTU memenuhi
syarat, (2) Proporsi TPM memenuhi syarat, (3) Proporsi Puskesmas yang ramah
lingkungan, (4) Proporsi Rumah Sakit yang ramah lingkungan. Pencapaian dari masing-
masing indikator sasaran adalah sebagai berikut :
1. Persentase Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah seahat
dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.
Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu
Burung, TBC, ISPA, Diare dan lain-lain.
Pada tahun 2016 jumlah seluruh rumah di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa
sebanyak 8.508 rumah dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebesar 6.186
rumah (72,71%) Cakupan ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015
sebesar 72,12%.

Gambar 4.28
Persentase Rumah Sehat
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012 - 2016
74,00%
73,00%
72,00%
71,00%
70,00%
69,00%
68,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase Rumah
Sehat Puskesmas
73,63% 70,00% 71,49% 72,12% 72,71%
Kusuma Bangsa Tahun
2013 - 2016

69
2. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak
Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindung meliputi air
ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan
(PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa yang
jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah,dan
pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang
dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung.
Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak
34.441 jiwa dan yang telah memiliki akses terhadap air minum yang layak sebanyak
34.441 (100%) dimana sebagian besar penduduk memanfaatkan PDAM, BPSPAM
sebagai sumber air minumnya. Proporsi dari masing-masing jenis sarana air minum
adalah sebagai berikut :

Gambar 4.29
Proporsi Sarana Air Minum Menurut Jenis Sarana
Puskesmas Kusuma Bangsa Tahun 2016

6% 8%

SGl Terlindung
SGL Pompa

86% Perpipaan

3. Persentase Penyelenggaraan Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan


Penyelenggara air minum adalah Badan usaha milik negara (BUMN)/ Badan
usaha milik daerah (BUMD), Koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan,
kelompok masyarakat dan atau individual yang melakukan penyelenggaraan
penyediaan air minum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum, setiap penyelenggara air minum wajib
menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan. Air minum aman
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, kimiawi, dan radioaktif.
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan
pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan secara internal. Pengawasan
kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasanyang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau KKP khusus untuk wilayah kerja KKP.

70
Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum
yang diproduksinya memenuhi syarat. Kegiatan pengawasan kualitas air minum
meliputii inspeksi sanitasi, pengambilan sempel air, pengujian kualitas air, analisis
hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 11
penyelenggara air minum (PDAM, BPSPAM/ Badan Pengelola Sarana Penyediaan
Air minum, Depot air minum/ DAM ). Sedangkan jumah sempel air yang diperiksa
sebanya 108 sempel. Dari sampel yang diperiksa, 94 (87,04%) sampel yang
memenuhi syarat fisik, bakteriologi dan kimia. Hal ini berarti masih ada air yang
diproduksi oleh penyelenggara air minum yang tidak memenuhi syarat sehingga
tidak aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu pengawasan kualitas air baik
eksternal maupun internal harus secara kontinyu dilaksanakan dan pemberian
sanksi kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi syarat sebagaimana
disebutkan dalam Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.

4. Persesntase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak


Fasilitas sanitasi yang layak (Jamban Sehat) adalah Fasilitas sanitasi yang
memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik/
Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama.
Capaian penduduk dengan akses jamban sehat pada tahun 2016 adalah 94,23%
dari target Kota Pekalongan sebesar 100%, sehingga pada tahun 2016
pencapaiannya belum memenuhi target. Jenis sasaran sanitasi dasar yang
digunakan sebagai akses jamban sehat meliputi jamban komunal (24,53%), leher
angsa (69,69%), plengsengan (0%), dan cemplungan (0%).

Gambar 4.30
Presentasi Jamban Menurut Jenisnya
Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

26%

Jamban Komunal
74% Leher Angsa

5. Persentase Desa/Kelurahan STBM


Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 5 pilar yaitu : (1)
Stop Buang Air Besar Sembarangan, (2) Cuci Tangan Pakai Sabun, (3) Mengelola
71
Sampah Rumah Tangga dengan benar, (4) Mengelolah sampah rumah tangga
degan benar (5) Mengelola Limbah Cair Eumah Tangga dengan Aman. Kelima pilar
tersebut menjadi perhatian dan prioritas kegiatan dari Kabupaten/Kota baik dari
Lembaga Pemerintah maupun Lembaga Non Pemerintah (PLAN, IWASH, PNPM,
AUSAID). Di Puskesmas Kusuma Bangsa hingga tahun 2016 ini belum memiliki
kelurahan STBM.

6. Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat


Pengawasan tempat-tempat umum meliputi sasaran pendidikan, kesehatan dan
perhotelan.Capaian kegiatan penguasaan TTU yang telah memenuhi syarat pada
tahun 2016 sebesar 100% dan capaian ini sudah memenuhi target Kota
Pekalongan sebesar 80%.
Indikator Puskesmas yang berwawasan lingkungan adalah Puskesmas
berdasarkan hasil pemeriksaan Inspeksi Sanitasi termasuk dalam kriteria telah
memenuhi syarat. Pada tahun 2016 capaian Puskesmas Kusuma Bangsa
berwawasan lingkungan adalah 100%.

7. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat, Dibina dan Diuji


Petik
Sasaran penngawasan Tempat Pengolahan Makanan meliputi Jasa Boga,
Rumah Makan/Restoran, Depot Air Minum dan Makanan Jajanan. Pada tahun 2016
capaian Tempat Pengolahan Makanan Memenuhi Syarat sebesar 85,07%.
Perkembangan hasil capaian tempat pengolahan makanan memenuhi sayarat
adalah sebagai berikut :

Gambar 4.31
Presentase TPM Memenuhi Syarat
Puskesmas Kusuma Bangsa 2012-2016
90,00%
85,00%
80,00%
75,00%
70,00%
65,00%
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase TPM
Memenuhi Syarat
Puskesmas Kusuma 85,00% 75,50% 88,23% 77,92% 85,07%
Bangsa Tahun 2013-
2016

Pada tahun 2016, jumlah TPM yang belum memenuhi syarat sebanyak 10 TPM,
dilakukan pembinaan sebanyak 10 TPM (100%). Dari seluruh TPM yang memenuhi
syarat pada tahun 2016, belum seluruhnya uji petik. Dari 57 TPM yang memenuhi
syarat , baru 56 (98,25%) yang dilakukan uji petik

72
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa fasilitas


pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari Puskesmas dan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

A. SARANA KESEHATAN
1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan
upaya kuratif dan rehabilitataif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga
berfungsi sebagi penyelia pelayaanan kesehatan rujukan.
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit mengeloompokkan
Rumah sakit berdasarkan jenis pelyanan yang diberikan menjadi Rumah sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang
memeberikan pelaynanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Adapun Rumah Sakit Khusus adalah Rumah sakit yang memberikan pelaynanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya
Tahun 2016 jumlah Rumah sakit di Kota Pekalongan sebanyak 7 unit yaitu RSUD
Bendan, RS Budi Rahayu, RS Siti Khodijah, RS Karomah Holistik, RS Bhakti
Waluyo, RS HA Djunaid dan RS ARO, sedangkan Rumah sakit Khusus sebanyak 1
unit yaitu RSIA Anugerah.
2. Puskesmas Kusuma Bangsa dan Jaringannya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan masyarakat mendefinisikan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerja. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka terwujudnya kecamatan sehat.

73
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan,
hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer, Puskesmas berkewajiban memberikan upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari: (1) Upaya
promosi kesehatan, (2) Upaya kesehatan lingkungan, (3) Upaya kesehatan ibu dan
anak serta keluarga berencana, (4) Upaya perbaikan gizi, (5) Upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular, (6) Upaya Pengobatan.
Puskesmas Kusuma Bangsa terdiri dari 1 Puskesmas Induk dan 2 Puskesmas
Pembantu yaitu Pustu Panjang Wetan yang buka setiap hari dan Pustu Kandang
Panjang yang buka setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Puskesmas Kusuma
Bangsa merupakan 1 dari 4 Puskesmas PONED yang ada di Kota Pekalongan.
Adanya Puskesmas PONED ini merupakan salah satu upaya untuk menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi karena PONED memudahkan akses
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar.

3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikannya/Pengelola


Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS Khusus lainnya,
Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Pustu, Puskesling, RB,
BP/Klinik, Praktek Dokter Perorangan, dan Praktek Pengobatan Tradisional.
Puskesmas Kusuma Bangsa merupakan Sarana Kesehatan milik Pemerintah, dan
merupakan Puskesmas Perawatan/Rawat Inap. Puskesmas Kusuma Bangsa
memiliki 2 Puskesmas pembantu yaitu Pustu Panjang Wetan dan Pustu Kandang
Panjang. Di wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 3 Klinik Swasta, 1
Klinik PMI, 7 Bidan Praktek Swasta, 4 Apotek, 5 Dokter Praktek Swasta, dan 2 Klinik
Pengobatan Tradisional
Tabel 5.1
Praktek Dokter Swasta
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

No Nama Alamat
1 Dr Bambang Kandang Panjang
2 Dr Marsono B.U Jl WR Supratman Panjang Wetan
3 Dr Theresia M Jl Tentara Pelajar No 10

74
4 Dr Radjin A.H Pesona Griya Panjang
5 Dr Andriani Jl Samudra Pasai No 12

Tabel 5.2
Praktek Bidan Swasta
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

No Nama Alamat
1 Rochilah Vila Kusuma Bangsa
2 Mei Wulansari Vila Kusuma Bangsa
3 Zahidah Panjang Wetan
4 Anna Supartini Panjang Wetan
5 Dwi Hesti Panjang Baru
6 Yenni herliani Salam Manis
7 Nur Ning Setyarini Perum Swadaya

Tabel 5.3
Klinik
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

No Nama Alamat
1 BP Siloam Panjang Wetan
2 BP PMI Panjang Wetan
3 Klinik Kecantikan ERHA Kandang Panjang
4 Medika Skin Care Citra Garden

Tabel 5.4
Pengobatan Tradisional
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

No Nama Alamat
1 Slamet Riyadi Kandang Panjang
2 Bekam Centre Boyongsari Panjang Wetan

Tabel 5.5
Apotik
Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa 2016

No Nama Alamat
1 Trubus Jaya Kandang Panjang
2 Aura Farma Panjang Wetan
3 Panjang Indah Panjang Baru
4 Ganesha Panjang Baru

4. Persentase Rumah Sakit dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level I


Sampai dengan tahun 2016 di Kota Pekalongan terdapat 8 unit Rumah Sakit.
Dari jumlah tersebut seluruhnya (100%) telah mempunyai kemampuan pelayanan

75
gawat darurat level I, dikarenakan setiap Rumah Sakit wajib menyediakan pelayanan
gawat darurat sesuai klasifikasi Rumah sakit. Instalasi Gawat Darurat Level I
merupakan standar minimal untuk Rumah sakit kelas D

5. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk
partisipasi/peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Bentuk peran serta masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk yaitu manusianya, pendanaannya, aktivitasnya, dan kelembagaannya seperti
Posyandu, Pos lansia, Pos UKK, Posbindu, dan masih banyak lainnya. Upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat yang akan dibahas pada bagian ini adalah
Posyandu
a. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya 5 program prioritas
yang meliputi KB, KIA, Gizi, imunisasi dan penanggulangan diare, dengan tujuan
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 sebanyak 43 buah. Jumlah tersebut masih sama seperti tahun
sebelumnya.
Dasar penghitungan strata/penilaiaan tingkat perkembangan Posyandu yang
selama inidigunakan adalah penghitungan strata Posyandu secara kualitatif
berdasarkan Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor: 411.4/05768, tanggal 28
Februari 2007 tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara
kualitatif yang dinilai meliputi:
 Variabel input: keperngurusan, kader, sarana, prasarana, dana
 Variabel proses: pelaksanaan program pokok, pelaksanaan program
pengembangan dan pelaksanaan administrasi
 Variabel output: D/S, N/S, K/S, cakkupan K4, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, cakupan peserta KB, cakupan imunisasi,
cakupan dana sehat, cakupan Fe, cakupan vit A, cakupan pemberian
ASI eksklusif dan frekuensi penimbangan.
Rumus perhitungan skor penentuan strata Posyandu:
Total skor = Jumlah skor X 100%
35 *)
Keterangan : *) Jumlah item indikator
Penentuan strata Posyandu sebagai berikut:

76
Skor < 60% : Posyandu Pratama
Skor > 60% - 70% : Posyandu Madya
Skor > 70% - 80% : Posyandu Purnama
Skor > 80% : Posyandu Mandiri

Permasalahan/kendala yang dialami dalam pembinaan Posyandu antara lain:


1. Belum semua kader berperan aktif dalam Posyandu
2. Administrasi dan pelaporan beberapa Posyandu belum tertib
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara
lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader melalui pertemuan
kontak kader
2. Meingkatkan pembinaan kader melalui pembina Posyandu

6. Desa / Keluarga Siaga Aktif


Desa/Kelurahan siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri.

Desa/Kelurahan siaga aktif adalah:

a. Desa atau Keurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah


pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui
sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pustu, Puskesmas atau
sarana kesehatan lainnya.
b. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis
masyarakat (meliputi: pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan, dan perilaku), kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana
serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat/ PHBS.
c. Desa/Kelurahan siaga aktif terbagi menjadi 4 tahapan/strata yaitu strata pratama,
madya, purnama, dan mandiri.
Jumlah kelurahan siaga aktif di wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 adalah 3 kelurahan yaitu Panjang Wetan, Kandang Panjang, dan
Panjang Baru dengan kata lain seluruh kelurahan telah menjadi desa/kelurahan
siaga aktif.

7. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Ketersediaan obat dan vaksin dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman,

77
efektif, dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran
yang harus dicapai. Kementrian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana
strategis tahun 2015-2019 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan yaitu
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya hasil sasaran tersebut pada tahun
2015 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.
Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
peningkatan ketersediaan obat esensial dan generik di sarana pelayanan kesehatan
dasar.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin, dilakukan
pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya
merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan
obat yang mendukung pelayanan program keseahatan.
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 102,2%. Hal ini berarti sudah melebihi target ketersediaan obat dan
vaksin sebesar 90%.

8. Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial
merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat
esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan Institusi Pelayanan Kesehatan
baik public maupun privat.
Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan,
khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena
itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima
konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang
dapat menjaga keamanan dan secara fisik dapat mempertahankan kualitas obat di
samping tenaga pengelola yang terlatih
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan
Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penyalahgunaaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang
salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang
dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat.
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan
menggambarkan tingkat ketersediaan ssarana pelayanan kesehatan yang
melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang
termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain

78
Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam
(IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat
Tradisional (MOT), Produksi Alat Kesehatan, Produksi Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT), dan Industri Kosmetika
Sebagian besar saran produksi maupun distribusi berlokasi di kota basar seperti
Semarang. Ketersediaan ini terkait dengan sumberdaya yang dimiliki dan kebutuhan
pada wilayah setempat. Hingga tahun 016 belum ada saran produksi sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang berlokasi di Kota Pekalongan

9. Sarana Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Cakupan sarana distribusi bidang kefarmasian dan alat kesehatan
menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan
upaya distribusi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana
distribusi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Penyalur Alat
kesehatan, Pedagang Basar farmasi (PBF), Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi
(PBBBF), Apotik dan Toko Obat.

10. Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat


Ketersediaan obat dan vaksin dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman,
efektif, dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran
yang harus dicapai. Kementrian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana
strategis tahun 2015-2019 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan yaitu
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya hasil sasaran tersebut pada tahun
2015 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.
Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
peningkatan ketersediaan obat esensial dan generik di sarana pelayanan kesehatan
dasar.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin, dilakukan
pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya
merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan
obat yang mendukung pelayanan program keseahatan.
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 102,2%. Hal ini berarti sudah melebihi target ketersediaan obat dan
vaksin sebesar 90%.

B. TENAGA KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan

79
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka
pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi
dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
Tabel 5.6
Standar Ketenagaan Puskesmas
Menurut PMK No.75 Tahun 2014
No Jenis Tenaga Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Kawasan Kawasan Kawasan Terpencil
Perkotaan Pedesaan dan Sangat
Terpencil
Non RI RI Non RI RI Non RI RI
1 Dokter Umum 1 2 1 2 1 2
2 Dokter Gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga Kesmas 2 2 1 1 1 1
6 Tenaga Kesling 1 1 1 1 1 1
7 Ahli teknologi Lab. 1 1 1 1 1 1
Medik
8 Tenaga Gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga Kefarmasian 1 2 1 1 1 1
10 Tenaga Administrasi 3 3 2 2 2 2
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27

1. Jumlah Tenaga Medis (Dokter Umum dan Dokter Gigi) di Puskesmas Kusuma
Bangsa
a. Dokter Umum
Jumlah tenaga dokter umum di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 sebanyak 3 orang, jika dibandingkan dengan Standar Ketenagaan
Puskesmas menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk
Puskesmas Rawat Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar.

80
b. Dokter Gigi
Jumlah tenaga dokter gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016
sebanya 1 orang, jika dibandingkan dengan Standar Ketenagaan Puskesmas
menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas
Rawat Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar

2. Jumlah Tenaga Bidan dan Perawat di Puskesmas Kusuma Bangsa


a. Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016
sebanyak 12 orang, dengan status PNS sebanyak 6 orang dan BLUD 6 orang.
Jika dibandingkan Standar Ketenagaan Puskesmas menurut Permenkes No.75
tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas Rawat Inap di Kawasan
Perkotaan sudah memenuhi standar
b. Perawat
Jumlah tenaga perawat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016
sebanyak 11 orang, dengan status PNS sebanyak 7 orang dan BLUD 4 orang.
Jumlah tenaga perawat gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016
sebanyak 2 orang, dengan status PNS sebanyak 1 orang dan BLUD 1 orang.
Jika dibandingkan Standar Ketenagaan Puskesmas menurut Permenkes No.75
tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas Rawat Inap di Kawasan
Perkotaan sudah memenuhi standar
c. Perawat Gigi
Jumlah tenaga perawat gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016
sebanyak 2 orang dengan status PNS 1 orang dan tenaga BLUD 1 orang.

3. Jumlah Tenaga Kefarmasian di Puskesmas Kusuma Bangsa


Tenaga kefarmasian terdiri atas Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan
apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 sebanyak 3 orang, terdiri dari 1 orang apoteker berstatus PNS dan 2 oarang
TTK dengan status 1 orang PNS dan 1 orang BLUD.

4. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di


Puskesmas Kusuma Bangsa
a. Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 sebanyak 1 orang dengan status BLUD, jika dibandingkan Standar
Ketenagaan Puskesmas menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, untuk Puskesmas Rawat Inap di Kawasan Perkotaan masih belum
memenuhi standar
b. Tenaga Kesehatan Lingkungan

81
Jumlah tenaga kesehatan lingkungan pada tahun 2016 sebanyak 1 orang,
dengan status PNS, jika dibandingkan Standar Ketenagaan Puskesmas menurut
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas Rawat
Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar

5. Jumlah Tenaga Gizi di Puskesmas Kusuma Bangsa


Tenaga gizi terdiri atas tenaga nutrisionis. Jumlah tenaga gizi di Puskesmas
Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 2 orang, dengan status PNS sebanyak
1 orang dan BLUD 1 orang. Jika dibandingkan Standar Ketenagaan Puskesmas
menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, untuk Puskesmas
Rawat Inap di Kawasan Perkotaan sudah memenuhi standar

82
BAB VI
KESIMPULAN

A. SITUASI DERAJAT KESEHATAN


1. Angka Kematian
a. Angka kematian Neonatal pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma
Bangsa sebesar 6/1000 Kelahiran Hidup
b. Angka Kematian Bayi pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa
sebesar 6/1000 Kelahiran Hidup
c. Angka Kematian Balita pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa
sebesar 7/1000 Kelahiran Hidup
d. Angka kemtian Ibu pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa
sebesar 3 kasus kematian (514,58/100.000 KH)

2. Morbiditas/Angka Kesakitan
a. Angka penemuan kasus baru Tuberkulosis Paru terkonfirmsi bakteriologis (BTA
Positif) yang tercatat (Case Notification Rate/CNR BTA Positif) tahun 2016 di
Puksesmas Kusuma Bangsa sebesar 60,5% per 100.000 penduduk
b. CNR (Case Notification Rate) untuk seluruh kasus TB di Puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2016 sebesar 73,82% per 100.000 penduduk
c. Proporsi kasus TB anak di antara kasus baru Tuberkulosis paru yang tercatat di
Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 26 kasus
d. Angka keberhasilan pengobatan tuberculosis (success rate) Puskesmas Kusuma
Bangsa sebesar76,9&
e. Cakupan penemuan Pnemonia Balita di puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebesar 94,35%
f. Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkasn di Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 tidak ada kasus baru
g. Cakupan penemuan dan penanganan kasus penyakit Diare tahun 2016 di
Puskesmas Kusuma Bangsa sebesar 210 kasus
h. Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 Penduduk di Wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa sebesar 9 kasus
i. Persentase kasus Baru Kusta Anak usia 0-14 tahun di wilayah Puskesmas
Kusuma Bangsa sebesar 12,5%
j. Pada tahun 2016 telah ditemukan kasus campak sebanyak 1 kasus pada anak
laki-laki di Puskesmas Kusuma Bangsa
k. Pada tahun 2016 di Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 6 kasus DBD dengan
Incidence Rate (IR) adalah 17,04 per 100.000 penduduk.
l. Angka kematian/ Case Fetality Rate (CFR) DBD tahun 2016 di wilayah Kusuma
Bangsa sebesar 0%

83
m. Sampai dengan akhir tahun 2016 tidak ditemukankasus malaria
n. Capaian POMP Filariasi Puskesmas Kusuma bangsa tahun 2015 sebesar
93,09%
o. Di tahun 2016 persentase obesitas pada pengunjung Puskesmas Kusuma
Bangsa dan jaringannya berusia . 15 tahun yang melakukan pemeriksaan
obesitas sebesar 23,32% atau sebanyak 59 orang (18 laki-laki dan 41
perempuan)
p. Pada tahun 2016 dengan jumlah perkiraan sasaran WUS usia 30-50 tahun
sebanyak 4365 orang telah dilakukan pemeriksaan IVA tes terhadap 29 orang
(0,67%) dengan hasil negatif. Hasil CBE yang telah dilakukan terhadap 29
sasaran terddapat 1 orang dengan benjolan pada payudara, tetapi sasaran
berasal dari luar kota Pekalongan
q. Tahun 2016 tidak ada KLB di Puskesmas Kusuma Bangsa

B. SITUASI UPAYA KESEHATAN


1. Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 97,85%
turun menjadi 97,69%
b. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
mengalami peningkatan dari tahun 2015 yaitu 93,84% menjadi 95,22%
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (professional, tidak
termasuk oleh dukun bayi meskipun terlatih dan didampingi oleh bidan) di
Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100%
d. Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebesar 99,67%
e. Cakupan pemberian Vit A untuk ibu nifas di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 94,34%
f. Jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak
648 orang, yang mendapat TT-1 sebesar 0%, TT-2 sebesar 0%, TT-3 sebesar
26,23%, TT-4 sebesar 31,63%, TT-5 sebesar 27,16% dan TT2+ sebesar 85,03%
g. Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 95,22% meningkat bila dibandingkan tahun 2015 (93,84%)
h. Jumlah komplikasi kebidanan di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebesar 120%
i. Tahun 2016, cakupan neonatus dengan komplikasi di Puskesmas Kusuma
sebesar 90,11%
j. Jumlah peserta KB Aktif di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar
87,55%

84
k. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebanyak 5685, sedangkan jumlah peserta KB baru pada tahun 2016 sebanyak
522 atau 9,18% dari jumlah PUS yang ada
l. Persentase BBLR di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 7,54%
dari jumlah total kelahiran hidup dengan proporsi bayi laki-laki dengan BBLR
sebesar 2,05% dan bayi perempuan dengan BBLR sebesar 5,48%
m. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN-1) di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 100%, sedangkan cakupan kunjungan neonatus 1,2, dan 3 (KN-
Lengkap) sebesar 98,97%. Pencapaian tersebut mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun 2015 dengan capaian 98,64%
n. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kusuma Bangsa sebesar 80%,
menurun jika dibandingkan tahun 2015 sebesar 90,8%
o. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun
2016 adalah 94,22, jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan tahun 2015
yang hanya sebesar 93,85%
p. Pencapaian UCI di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sudah mencapai
target SPM yaitu 100%
q. Cakupan masing-masing jenis imunisasi di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 adalah sebagai berikut BCG (95,4%), DPT1+HB1 (95,7%), DPT3+HB3
(95,5%), Polio 4 (90,2%) dan Campak (95,5%)
r. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi di Puskesmas
Kusuma Bangsa tahun 2016 sebesar 100%
s. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada anak balita di Puskesmas Kusuma
Bangsa pada tahun 2016 sebesar 100%
t. Pencapaian tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan baduta (D/S)
tahun 2016 sebsar 80,65%
u. Capaian pelayanan anak balita tahun 2016 sebesar 90,3% mengalami
peningkatan bila dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar 88,10%
v. Cakupan balita ditimbang tahun 2016 sebesar 80,65%, mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 yang hanya sebesar 81,1%
w. Jumlah balita gizi buruk sebesar 36 anak dimana jumlah balita perempuan gizi
buruk (15 anak) lebih sedikit dibandingkan dengan balita laki-laki (21 anak)
x. Cakupan desa dengan garam beryodium tahun 2016 sebesar 100%
y. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI oleh Tenaga Kesehatan/ Guru
UKS/ kader Kesehatan Sekolah pada tahun 2016 sebesar 100%
z. Tahun 2016 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 394 sementara jumlah
pencabutan 74 dengan demikian rasio tumpatan dan pencabutaan gigi tetap
tahun 2016 sebesar 5,32
aa. Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI tahun 2016 sebesar 100%,
dengan jumlah cakupan murid laki-laki 52% dan murid perempuan 47,7%

85
bb. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 75% dengan proporsi laki-laki sebesar 56% dan perempuan
sebesar 44%. Cakupan ini mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2015
sebesar 44%

2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


a. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan di Puskesmas Kusuma Bangsa
b. Cakupan kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Kusuma Bangsa
tahun 2016
c. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di Puskesmas Kusuma Bangsa
d. Persentase rata-rata pemakaian tempat tidur di rawat inap Puskesmas Kusuma
Bangsa tahun 2016
e. Rata-rata ALOS rawat inap Pusksesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
f. Rata-rata TOI rawat inap Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016

3. Perilaku Hidup Masyarakat


Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu yang diwakili oleh
rumah tanggga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna sebesar
88,33% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang telah
mencapai 95,34%
4. Keadaan Lingkungan
a. Pada tahun 2016 jumlah seluruh rumah di wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa
sebanyak 8.508 rumah dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebesar 6.186
rumah (72,71%). Cakupan ini meningkat bila dibandingkan dengan tahuun 2015
sebesar 72,12%
b. Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak
34.441 jiwa dan yang telah memiliki akses terhadap air minum yang layak
sebanyak 34.441 (100%)
c. Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa terdapat 11
penyelenggara air minum, sedangkan jumlah sampel air yang diperiksa
sebanyak 108 sampel, dari hasil sampel yang diperiksa 94 (87,04%) sampel
yang memenuhi syarat fisik bakteriologi dan kimia.
d. Capaian penduduk dengan akses jamban sehat pada taahun 2016 adalah
94,23% dari target Kota Pekalongan sebesar 100%
e. Capaian kegiatan pengawasan TTU yang telah memenuhi syarat pada tahun
2016 sebesar 100%
f. Pada tahun 2016 capaian Tempat Pengolahan makanan memenuhi Syarat
sebesra 85,07%

86
C. SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN
1. Sarana Kesehatan
a. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus di Kota pekalongan pada tahun 2016
adalah 7 unit dan 1 unit
b. Puskesmas Kusuma Bangsa terdiri dari 1 Puskesmas induk dan 2 puskesmas
pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Panjang Wetan dan Puskesmas
Pembantu Salam Manis dengan hari buka, Pustu Panjang Wetan setiap hari,
Pustu Salam Manis Senin, Selasa dan Kamis
c. Jumlah Posyandu binaan Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebanyak 43
Posyandu
d. Jumlah Kelurahan Siaga Aktif di Wilayah Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebanyak 3 kelurahan yaitu Kelurahan Panjang Wetan, Kandang Panjang
dan Panjang Baru
e. Sarana produksi kefarmasian di Kota Pekalongan hingga tahun 2016 belum ada
sedangkan sarana distribusi berjumlah 72 unit
f. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun
2016 sebesar 102,2%

2. Tenaga Kesehatan
a. Jumlah dokter umum di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak
3 orang
b. Jumlah dokter gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 1
orang
c. Jumlah bidan di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 12
orang
d. Jumlah perawat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak 11
orang
e. Jumlah perawat gigi di Puskesmas Kusuma Bangsa pada tahun 2016 sebanyak
2 orang
f. Jumlah tenaga kefarmasian sebanyak 3 orang, 1 orang Apoteker dan 2 orang
TTK (Tenaga teknis Kefarmasian)
g. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Kusuma Bangsa pada
tahun 2016 sebanyak 1 orang
h. Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016
sebanyak 1 orang

Demikian gambaran hasil kinerja Puskesmas Kusuma Bangsa tahun 2016 sebagai
wujud nyata kinerja seluruh jajaran kesehatan di Puskesmas Kusuma Bangsa. Semoga
gambaran tersebut dapat menjadi bahan evaluasi serta perencanaan pembangunan
kesehatan di Kota pekalongan pada masa yang akan datang.

87
88

Anda mungkin juga menyukai