Oleh:
Fahri rachmat
Anissa nurlely
Ameliani
Sri suci mulyani
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Hipotesis .......................................................................................... 2
1.4
1.5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
Ekstraksi ............................................................................................ 8
2.5
2.6
Fitokimia ............................................................................................ 10
2.6.1 Alkaloid ..................................................................................... 11
2.6.2 Flavonoid .................................................................................. 12
2.6.3 Terpenoid .................................................................................. 12
2.6.4 Saponin ..................................................................................... 13
2.6.5 Kuinon ...................................................................................... 13
2.6.6 Tanin ......................................................................................... 14
2.6.7 Polifenol ................................................................................... 14
2.7
Antioksidan ........................................................................................ 15
BAB III
BAB IV
BAB V
METODELOGI PENELITIAN
3.1
3.2
3.3
Ekstraksi ............................................................................................ 23
4.2
4.3
Kesimpulan ......................................................................................... 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pisang (Musa balbisiana Colla) merupakan tanaman buah-buahan tropika
yang berasal dari Asia Tenggara, Brazil dan India. Di Asia Tenggara, pisang diyakini
berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Pisang telah lama berkembang di
India yaitu sejak 500 tahun sebelum masehi dan menyebar sampai ke daerah Pasifik.
Pisang memiliki peranan penting di Indonesia karena dikonsumsi oleh konsumen
tanpa memperhatikan tingkat sosial (Satuhu dan Supriadi, 2000). Indonesia
merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang,baik pisang segar, olahan dan
pisang liar. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia. Sentra produksi pisang
di Indonesia tersebar di 16 provinsi, 70 kabupaten. Provinsi tersebut antara lain NAD,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, Jawa Timur
,Jawa Barat, Jawa Tengah ,Banten, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara. Selama periode 1995 sampai
2002 luas panen pisang berfluktuasi, namun pada tahun 2003-2004 cenderung
meningkat (BPS, 2003).
Di Indonesia tanaman pisang adalah tanaman yang multiguna, selain buahnya
yang digunakan sebagai bahan konsumsi, daunya juga dapat digunakan sebagai
pembungkus dan bakal buahnya atau yang sering dikenal sebagai jantung pisang
digunakan sebagai sayur. Pisang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat,
vitamin, mineral, air, lemak dan protein(Direktor Jenderal Bina Reproduksi
Hortikultura, 2003).
Selain itu, pisang merupakan jenis buah yang mengandung banyak senyawa
kimia yang bersifat antioksidan. Penelitian terhadap pisang menunjukan bahwa pisang
tersebut banyak mengandung phenolik serta karotene (Fatemeh et al.,2012). Selain
pada buah pisang, antioksidan juga terdapat pada kulit pisang. Antioksidan yang
terdapat pada kulit pisang memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingan dengan
buah pisang sendiri (Nagabhushan dan Bhide, 1988).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang timbul pertanyaan, senyawa antioksidan apa yang
terdapat pada Jantung Pisang (Musa balbisiana Colla) serta bagaimanakah aktifitas
antioksidan dari ekstrak etil asetat dan etanol Jantung Pisang (Musa balbisiana Colla).
1.3.
Hipotesis
Aktifitas jantung pisang (Musa balbisiana Colla). Memiliki aktivitas
antioksidan yang baik. Senyawa antioksidan yang terdapat pada jantung pisang (Musa
balbisiana Colla) yaitu flavonoid.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1.4.1. Mengetahui senyawa antioksidan yang terdapat pada Jantung Pisang (Musa
balbisiana Colla).
1.4.2. Mengetahui aktifitas antioksidan dari ekstrak etil asetat dan kloroform Jantung
Pisang (Musa balbisiana Colla).
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1.5.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
manfaat Jantung Pisang (Musa balbisiana Colla) sebagai sumber antioksidan
kepada masyarakat dan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan dan
pemanfaatannya bagi kesehatan.
-2-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Oleh karena itu,
pisang memberikan hasil yang baik pada musim hujan dan hasil yang kurang
memuaskan pada musim kemarau. Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah
tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4.5-7.5
(Satuhu dan Supriyadi, 2004).
Tanaman pisang sangat banyak membutuhkan zat mineral seperti kalium dan
fosfor untuk pertumbuhannya (Munadjim, 1983). Mineral ini banyak terdapat di
dalam tanaman yang telah membusuk seperti sampah, kompos dan lain-lain. Di
samping itu, mineral kalium dan fosfor banyak terdapat di dalam tanah yang
mengandung kapur. Tanaman pisang yang ditanam pada tanah biasa dapat tumbuh
dengan subur dan memiliki produktivitas yang tinggi jika dilakukan pemupukan yang
mengandung kalium dan fosfat (Rusmianto, 2007). Berikut adalah nilai kandungan
gizi pada buah psang per 100 gram bahan dalam tabel 1.
(diolah terlebih dahulu) contohnya pisang tanduk, oli dan kapas. (3) Pisang yang
diambil seratnya dimanfaatkan untuk keperluan tekstil dengan memanfaatkan serat
batangnya. Pisang ini disebut sebagai pisang manila karena di duga berasal dari
Manila., dan pisang berbiji yaitu pisang batu (pisang klutuk).
2.2
Pisang Batu
Berdasarkan jenisnya pisang batu termasuk ke dalam jenis pisang berbiji yaitu
M.usa brachycarpa Back yang di Indonesia daunnya sering dimanfaatkan (Hendro
Sunaryono, 2003:41). Nama lain dari tanaman ini yaitu Musa balbisiana Colla atau
pisang klutuk, pisang biji dan pisang bereng. Pisang batu merupakan tanaman yang
dijumpai sebagai tanaman liar atau dibudidayakan, dan diduga bahwa pisang yang
umumnya dibudidayakan sekarang merupakan turunan dari Musa balbisana Colla dan
Musa acuminate Colla yang banyak memiliki keanekaragaman di Muangthai,
Malaysia, Indonesia, dan Papua Nugini (Anonim 1977). Tanaman budidaya biasanya
tidak diambil daging buahnya tetapi diambil bagian daunnya sebagai kemasan
pembungkus karena daunnya lebih tebal (banyak mengandung lapisang lilin)
dibandingkan daun pisang jenis lain sehingga tidak mudah sobek atau rusak ketika
diguna-kan (Irbiati 2002).
Tanaman pisang batu memiliki ciri-ciri pertumbuhan yaitu bersemak,
berumpun, tinggi tanaman 3 meter dengan lingkar batang 60-70 cm, memiliki batang
semu, berpelepah, berwarna hijau dengan atau tanpa coklat kehitaman, memiliki daun
tunggal yang panjangnya 60-200cm, bentuk lanset memanjang, mudah koyak, pada
permukaan bawah daun berlilin, tandan buah mencapai panjang 80-100 cm, jantung
berbetuk bulat telur memiliki daun pelindung (kelopak luar) berwarna ungu dan
sebelah berwarna merah, mudah rontok, mahkota bunga segitiga berwarna putih
kekuningan. Buah bulat memanjang tersusun seperti sisir dua baris, berwarna hijau.
Biji kecil bulat dan hitam, Daging buah putih atau kekuning-kuningan, rasa kurang
manis dan tekstur agak kasar (Anonim, 2006).
Bagian dari tanaman pisang batu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
yaitu bagian buah, akar dan daun. Buah pisang batu memiliki biji yang dapat
membedakan jenis pisang ini dari pisang lainnya. Selain memiliki biji, daun pisang
batu sangat tebal sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan
-6-
tradisional. Kandungan kimia yang dimiliki oleh pisang batu yaitu serotonin dan
norepinefrin yang berfungsi sebagai penenang bagi tubuh.
2.3
Jantung Pisang
Jantung pisang merupakan nama lain dari bunga pisang karena bentuknya
menyerupai jantung. Jantung pisang adalah salah satu bagian dari tanamanpisang
yang mempunyai warna merah keunguan. Menurut Simonds (1962, dalam PazminoDuren et al,. 2001), variasi pada jantung pisang berhubungan dengan kandungan
antosianin yang terdapat di dalamnya. Dengan adanya antosianin tersebut pada
tanaman pisang menyebabkan tanaman pisang akan tumbuh sepanjang tahun dan
mudah dibudidayakan. Pada umumnya jantung pisang dimanfaatkan untuk dibuat
sayur karena memiliki kandungan gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
besi, fosfor, vitamin A, B dan vitamin C. Selain dibuat sayur, jantung pisang dapat
pula dibuat manisan, acar, maupun lalapan. Namun, jantung pisang belum
dimanfaatkan secara optimal, bahkan sering dibuang begitu saja. Menurut Satuhu dan
Supriyadi (2004), bunga jantung pisang berkelamin satu dan berumah satu dalam
tandan. Daun penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun
pelindung bunga atau seludang yang berada di luar berwarna merah tua dan di dalam
berwarna putih kekuningan, daun pelindung berlilin dan mudah rontok denganpanjang
10-25 cm. Bunga tersusun dalam dua baris melintang. Rangkaian bunga pada pangkal
merupakan bunga betina dan bisa menjadi buah. Rangkaian bunga bagian tengah
merupakan bunga sempurna dan dapat menjadi buah. Sedangkan bunga yang berada
di bagian pucuk adalah bunga jantan dan tidak bisa menjadi buah. Bunga betina
berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai
tinggi, panjangnya 6-7 cm. Benang sari 5 buah pada bunga betina tidak sempurna,
bakal buah persegi, sedangkan pada bunga jantan tidak ada benang sari (Rusmianto,
2007).
Menurut Putro dan Rosita (2006), jantung pisang terdiri dari empat rasa.
Keempat rasa tersebut yaitu :
a.
Rasa gurih dan hambar, terdapat pada jantung pisang kepok, jantung pisang batu
(klutuk), dan jantung pisang hutan.
b.
Rasa asam, terdapat pada jantung pisang marlin, jantung pisang kole dan jantung
pisang muli.
7
c.
Rasa sepat, terdapat pada jantung pisang susu, tanduk dan jantung pisang raja.
d.
Rasa pahit, terdapat pada jantung pisang ambon putih dan jantung pisang nangka.
Jantung pisang memiliki nilai gizi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Komposisi nilai gizi dari setiap jantung pisang berbeda-beda, hal ini dikarenakan jenis
dan tempat pertumbuhannya berbeda-beda pula. Komposisi gizi jantung pisang
disajikan pada Tabel 2
.
J
a
n
t
u
n
g pisang kaya akan protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi, fosfor, vitamin A, B
dan vitamin C. Semua komponen gizi yang terdapat pada jantung pisang sangat
bermanfaat bagi tubuh manusia.Jantung pisang klutuk atau yang lebih dikenal dengan
jantung pisang batu merupakan jenis jantung pisang yang memiliki nilai gizi tertinggi
jika dibandingkan dengan jantung pisang lainnya. Jantung pisang batu memiliki warna
seludang merah hati sehingga jantung pisang batu dapat dibedakan dari jantung pisang
lainnya.
2.4
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching
adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektivitasnya (Anonim 2013a). Proses pemisahan ekstraksi terjadi atas dasar
-8-
2.5
Metode Ekstraksi
Terdapat beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang sering
digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut :
2.5.1 Maserasi
Menurut Guenther (1987), maserasi adalah proses perendaman sampel
dengan pelarut organic yang digunakan pada temperature ruang. Umumnya
perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut
baru. Namun dari beberapa penelitian melakukan perendaman hingga 72 jam.
Selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
tersebut terus berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
antara larutan di luar sel dengan larutan di dalam sel. Keuntungan cara
ekstraksi dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
sederhana. Namun metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu cara
pengerjaannya yang lama dan ekstraksi yang kurang sempurna (Anonim
2013a).
2.5.2 Perkolasi
Perkolasi merupakan
cara
ekstraksi
yang
dilakukan
dengan
proses perkolasi, terjadi partisi komponen yang diekstraksi, antara bahan dan
pelarut. Dengan pengaliran pelarut secara berulang-ulang, maka semakin
banyak komponen yang tertarik.
Kelemahan dari metode ini yaitu diperlukan banyak pelarut dan waktu
yang lama, sedangkan komponen yang didapat relatif tidak banyak.
Keuntungannya adalah tidak memerlukan pemanasan sehingga teknik ini baik
untuk substansi termolabil (yang tidak tahan terhadap panas) (Anonim 2013 a).
2.5.3 Sokletasi
Sokletasi adalah proses ekstraksi dimana sampel yang akan diekstraksi
ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel (kertas saring) terhadap
pelarut
dan
diletakkan
di
atas
tabung
destilasi,
dididihkan
dan
2.6
Fitokimia
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, sedangkan dalam arti luas fitokimia
adalah segala jenis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari tumbuhan. Menurut
Sukandar et al,. (2013), fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto adalah
tumbuhan dan Chemical adalah zat kimia. Dengan demikian fitokimia merupakan zat
kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau
warna pada tumbuhan itu. Akan tetapi senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat
gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air.
Fitokimia
adalah
salah
satu
ilmu
yang
mempelajari
berbagai
senyawa
organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organik (Anonim, 2013 a). Sampai saat ini sudah sekitar
30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan
- 10 -
(Anonim, 2013 a). Secara garis besar, fitokimia terdiri dari alkaloid, flavonoid,
terpenoid, saponin, kuinon dan tannin.
2.7
11
2.7.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit
sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman
(Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985). Flavonoid termasuk dalam golongan
senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1951;
Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar 1). Kerangka flavonoid
terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah
berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin
ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya
(Hess, tt). Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di
sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).Berbagai jenis senyawa,
kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok
antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah
banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara
mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat
logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa)
atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et al.,1954).
2.7.3 Terpenoid
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari
senyawa terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak
dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul
terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini
disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara
struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat
- 12 -
berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus
hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya (Anonim 2012).
2.7.4 Saponin
Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid
atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas
diantaranya meliputi: immunomodulator, anti tumor, anti inflamasi, antivirus,
anti jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek
hypokholesterol. Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya:
terasa manis, ada yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan
emulsi, dapat menyebabkan hemolisis. Dalam pemakaiannya saponin bisa
dipakai untuk banyak keperluan, misalnya dipakai untuk membuat minuman
beralkohol, dalam industry pakaian, kosmetik, membuat obat-obatan, dan
dipakai sebagai obat tradisional. Biarpun saponin bisa diisolasi dari binatang
tingkat rendah, sebenarnya saponin ditemukan terutama dalam tumbuhtumbuhan. Namanya diambil dari Genus suatu tumbuhan yaitu Saponaria,
akar dari famili Caryophyllaceae dapat dibuat sabun. Saponin juga bisa
didapatkan dalam beberapa famili tumbuhan yang lain (Anonim, 2013 c).
2.7.5 Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar
seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan
identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu : benzokuinon,
naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama
biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida ataudalam bentuk kuinol
(Harborne, 1987).
Senyawa-senyawa kuinon merupakan zat warna yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan yang berasal dari turunan senyawa aromatik. Menurut Hart
(1983: 273)Kuinon merupakan golongan senyawa karbonil yang unik.
Senyawa ini merupakandiketon terkonjugasi siklik. Contoh paling sederhana
ialah 1,4-benzokuinon. Semuakuinon berwarna dan banyak diantaranya
13
2.7.6 Tanin
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa
tanaman. Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat
resisten terhadap degradasi oleh enzim protease di dalam silo ataupun rumen
(Kondo et al., 2004). Tanin selain mengikat protein juga bersifat melindungi
protein dari degradasi enzim mikroba maupun enzim protease pada tanaman
(Oliveira et al., 2009), sehingga tanin sangat bermanfaat dalam menjaga
kualitas silase. Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam
senyawa polifenol (Deaville et al., 2010). Tanin mempunyai kemampuan
mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan
fungsional
yang
kuat
dengan
molekul
protein
yang
selanjutnya
akanmenghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin.
Tanin mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan
memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang
sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap tanin memiliki warna
yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003).
2.7.7 Polifenol
Senyawa yng termasuk kedalam polifenol ini adalah semua
senyawayang memiliki struktur dasar berupa fenol. Fenol sendiri merupkan
struktur yangterbentuk dari benzena tersubtitusi dengan gugus OH. Gugus
OH yang terkandungmerupakan aktivator yang kuat dalam reaksi subtitusi
aromatik elektrofilik (Fessenden,1982).
- 14 -
2.8
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam
(Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu
antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih,
sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum
diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif
yang sangat dibutuhkan (Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005). Antioksidan alami mampu
melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif,
mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat
peroksidae lipid pada makanan. Meningkatnya minat untuk mendapatkan antioksidan
alami terjadi beberapa tahun terakhir ini. Antioksidan alami umumnya mempunyai
gugus hidroksi dalam struktur molekulnya (Sunarni, 2005).
Antioksidan adlah senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan
mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Winarno (2002) menyatakan bahwa antioksidan
adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Mekanisme kerja dari antioksidan tersebut yaitu :
a. Pemberi atom hydrogen (anti oksidan primer). Senyawa ini dapat
- 16 -
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Lokasi Penelitian
Pada penelitian kali ini di lakukan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT)
Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) pada bulan September dan Oktober 2013.
3.2.
3.3.
Metode Penelitian
Metode penelitian di bagi menjadi dua yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian lanjutan Penelitian pendahuluan terdiri dari persiapan sampel melalui
proses ekstraksi bertingkat dan persiapan larutan hasil ekstraksi. Sedangkan penelitian
lanjutan terdiri dari aktivitas antioksidan dengan metode DPPH free radical
scavenging activity. Selain itu dilakukan pula analisis senyawa fitokimia.
17
3.3.1.1.
Proses Ekstrasi
Pada
ekstraksi
- 18 -
19
3.3.1.2.
3.3.2.1.
- 20 -
ekstrak
jantung
pisang
.Pengujian
aktivitas
x 100%
3.3.3.1.
ke
dalam
tabung
tersebut
(positif
3.3.3.2.
21
3.3.3.3.
3.3.3.4.
3.3.3.5.
3.3.3.6.
- 22 -
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Ekstraksi
Proses ekstraksi jatung pisang batu dilakukan dengan cara maserasi
bertingkat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar zat aktif dalam sampel bisa
diekstraksi secara maksimal. Selain itu perbedaan pelarut yang digunakan bertujuan
untuk mengekstraksi zat aktif yang berbeda polaritasnya sehingga bisa diekstraksi
dengan baik.
Sampel kering yang telah dipotong kecil-kecil ditimbang sebanyak 50 gram
yang kemudian dimaserasi menggunakan kloroform sebagai pelarut semi polar yang
akan mengekstraksi senyawa non polar dalam jaringan sampel. Maserasi dilakukan
selama 3x24 jam dalam suhu ruang. Kemuadian ekstrak tersebut di pekatkan dengan
rotary evaporator. Selanjutnya, dengan sampel yang sama maserasi dlanjutkan
dengan etil asetat dengan cara yang sama seperti maserasi menggunakan kloroform
dan maserat terakhir menggunakan etanol sebagai pelarut polar yang akan
mengekstraksi senyawa polar dari jaringan jantung pisang batu.Cara maserasi
bertingkat ini memaksimalkan ekstraksi senyawa aktif dari sampel.
Selanjutnya
pelarut methanol. Cara sokletasi ini memisahkan zat dari jaringan sampel jantung
pisang batu dengan cara melarutkan zat tersebut dengan pelarut yang diuapkan dan
diembunkan seolah pelarut yang digunakan selalu baru. Cara ini cukup efektif
mengingat pelarut yang digunakan dalam jumlah yang sama tetapi kemampuan
melarutkannya seperti pelarut baru dimana pelarut itu belum jenuh dengan senyawa
yang diekstrak. Hasil dari setiap ekstraksi dilanjutkan dengan uji fitokimia. Hasil
pekat ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4. 1 Hasil pekat ekstrak jantung pisang batu
Sampel
Kering
50 gram
Ekstrak
Kloroform
3,99 gram
Ekstrak Etil
Asetat
0,96 gram
Ekstrak
Etanol
0,57 gram
Sokletasi
(metanol)
0,64 gram
23
4.2
Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder dari sampel. Dalam hal ini senyawa-senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam jantung pisang batu diuji secara kualitatif menggunakan berbagai
macam pereaksi. Hasil uji fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.2
Secara umum hasil uji fitokimia dari jantung pisang batu berhasil negatif.
Tetapi ada beberapa senyawa yang positif yaitu flavonoid, steroid, tannin dan
polifenol. Hasil uji fitokimia terhadap senyawa metabolit sekunder tersebut tidak
merata pada setiap ekstrak. Hal tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik
pelarut yang sangat penting saat ekstraksi. Senyawa tertentu hanya bisa diekstraksi
oleh pelarut tertentu. Selain itu polaritas pelarut sangat berperan penting dalam
ekstraksi yang akan memepengaruhi hasil dari uji fitokimianya.
Tabel 4. 2 Hasil uji fitokimia ekstrak jantung pisang batu
Senyawa
yang
identifikasi
Alkaloid
Flavonoid
Triterpenoid
Streroid
Kuinon
Tannin
Saponin
Polifenol
Sampel
kering
+
+
Ekstrak
etanol
Sokletasi
(metanol)
+
+
+
-
Jantung pisang batu menunjukan reaksi positif terhadap uji flavonoid pada
sampel kering dan hasil sokletasi yang menggunakan methanol. Uji Flavonoid
positif jika menunjukan warna merah atau jingga. Hasil uji flavonoid pada sampel
kering dan hasil sokletasi menunjukan warna merah jambu. Warna merah atau
jingga yang menunjukan adanya flavonoid ini disebabkan terbentuknya garam
flavilium (Achmad, 1986)
- 24 -
+O
+
HCl
OH
O
Flavonol
Cl-
OH
OH
Garam flavilium
oleh Elly et al., dengan mengkonsumsi jantung pisang batu dapat meningkatkan
produksi ASI sebesar 9,57 kali. Hal ini disebabkan karena jantung pisang batu
menandung steroid yang merupakan prekursor dari hormon-hormon seks yang
membantu hormo prolakton untuk merangsang pembentukan ASI.
Reaksi umum yang terjadi pada uji steroid adalah sebagai berikut:
HO
berwarna hijau
Sterol
SO3H
Polifenol berhasil diidentifikasi pada sampel kering jantung pisang batu. Uji
ini menunjukan perubahan warna pada larutan sampel kering yang diberi larutan
FeCl3 dari warna kuning menjadi warna hijau sampai hitam. Polifenol merupakan
senyawa kompleks yang memiliki banyak gugus fenol. Gugus fenol bereaksi dengan
Fe membentuk Fe(OH)3 yang berwarna hijau kehitaman. Uji polifenol ini hanya
dilakukan pada sampel kering untuk menguji adanya senyawa antioksidan atau
tidak.
Reaksi yang umum terjadi pada uji polifenol adalah sebagai berikut:
HO
OH
OH
+ Fe Cl3
OH
+ Fe (OH)3
OH
HO
OH
Uji tanin dilakukan pada ekstrak hasil maserasi bertingkat dan hasilnya
negatif. Uji tannin hanya positif pada hasil sokletasi kemungkin terjadi karena faktor
yang sama pada uji steroid. Jumlah tannin pada sampel yang sedikit tidak
terekstraksi oleh metode maserasi karena faktor kejenuhan. Tannin tetap terdeteks
dalam jumlah sedikit pada hasil ekstraksi dengan metode sokletasi. Keberadaan
- 26 -
tannin ini di dukung dengan positifnya uji polifenol pada sampe kering. Tannin
meripakan salah satu senyawa polifenol yang merupakan antioksidan.
4.3
O2N
O2N
NO2
N
*
O2N
NO2
N
H
O2N
1,1-difenil-2-pikrilhidrazin (stabil)
persen inhibisi yang telah ditentukan pada variasi konsentrasi dijadikan standar
untuk menghitung nilai IC50 yaitu konsentrasi antioksidan yang dibutuhka untuk
menginhibisi 50 persen radikal bebas.
Hasil dari uji aktivitas anti oksidan dari jantung pisang batu dapat dilihat
pada tabel 4.3
Tabel 4. 3 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak jantung pisang batu
Ekstrak
Pelarut DPPH
Absorbansi blanko
Konsentrasi (ppm)
100
50
25
12,5
6,25
3,125
IC 50
Kloroform
Metanol
0,497
Absorbansi
% Inhibisi
rata-rata
0,212
57,3
0,251
49,5
0,262
47,3
0,272
45,8
0,283
43,1
0,292
41,2
49,57 ppm
Etil Asetat
Etanol
0,241
Absorbansi
% Inhibisi
rata-rata
0,089
63,1
0,109
54,7
0,117
51,4
0,127
47,3
0,134
44,4
0,139
42,5
31,83 ppm
nilai
indeks
polaritas
(http://macro.lsu.edu/howto/solvents/Polarity%20index.htm,
sebesar
diakses
4,1
pada
18
Oktober 2013).
Ditinjau dari hasil uji fitokimia yang menunjukan bahwa tannin terdapat dalam
jantung pisang batu hanya diperlihatkan oleh hasil sokletasi karena hasil ekstrak lain
tidak positif terhadap identifikasi tannin. Dalam hal ini yang lebih berperan aktif
sebagai senyawa antioksidan adalah antosianin golonga flavonoid.
- 28 -
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan sampel jantung pisang batu ini
adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak pekat yang didapatkan menggunakan pelarut kloroform seberat 3,99
gram, pelarut etil asetat seberat 0,96 gram, pelarut etanol 0,57 gram, pelarut
methanol seberat 0,64 gram.
2. Hasil uji fitokimia menunjukan bahwa jantung pisang mengandung senyawa
flavonoid, steroid, polifenol, tannin.
3. Ekstrak jantung pisang batu memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi.
4. Ekstrak jatung pisang batu dengan pelarut kloroform menghasilkan IC 50
sebesar 49,57 pmm sedangkan dengan pelarut etil asetat didapatkan IC50
sebesar 31,83 ppm.
5. Aktifitas antioksidan dapat ekstrak jantung pisang batu sebagian besar berasal
dari senyawa antosinin yang termasuk golongan flavonoid sekaligus polifenol.
5.2
Saran
Adanya kekurangan dalam penelitian ini mengharuskan penelitian selanjutnya
di lakukan dengan tujuan memperjelas dan melengkapi kekurangan dari penelitian
ini. Adapun saran yang dapat diajukan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilanjutkan ketingkat yang lebih sfesifik seperti karakterisasi
senyawa yang terdapat dalam setiap ekstrak seperti penentuan strukrur atau
isolasi dan uji aktivitas lainnya.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jantung pisang batu agar
manfaatnya bisa diketahui dan dibuktikan secara ilmiah sehingga dapat
dimanfaatkan secara maksimal khalayak umum.
- 30 -
DAFTAR PUSTAKA
Agro inovasi. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang, Diunduh dari:
URL:
http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_hortikultura/pisang/pisa
ng-bagian-b.pdf. .[diunduh pada: 14 okrober 2013].
Ahadi,
2003.
Dalam.
Anonim.
2012a.
Tinjauan
Pustaka
Tanin,
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61538/BAB%20II%20
Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 [19 Oktober 2013, pukul 15:01 WIB.
Anonim. 1977. Buah-buahan. Bogor: Lembaga Biologi Nasional. hlm: 105.
Anonim. 2005. Kandungan dan manfaat pisang, Http://mydiarest.blogspot.com.[18
Oktober 2013, pukul 21.00].
Anonim. 2006. Pisang, Http://www.idionline.org [19 Oktober 2013, pukul 21.12
wib].
Anonim.
2012.
Biosintesis
Terpenoid,
zhttp://widyaistianichem.blogspot.com/2012/10/biosintesis-terpenoid.html
.
[19 Oktober 2013, pukul 14:24 wib].
Anonim. 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16577/4/Chapter%20II.pdf
Diunduh pada tanggal 18 Oktober 2013
Anonim. 2013a. Ekstraksi, http://ardydii.wordpress.com/2013/03/10/ekstraksi/ [18
Oktober 2013, pukul 22.00 wib].
Anonim. 2013 b. Alkaloid, http://hersipa.wordpress.com/alkaloid/ [19 Oktober 2013,
pukul 13.19 wib].
Anonim. 2013c. Saponin, http://mhanafi123.files.wordpress.com/2012/11/saponinmakalah.pdf [19 Oktober 2013, pukul 14:32 wib].
Aspiatun. 2004. Mutu dan Daya Terima Nugget Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dengan Penambahan Jantung Pisang. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat
dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Astawan, M. 2005. Pisang Buah Kehidupan, Http://www.kompas.com [30 November
2006]
Astawan, M., 2008. Pisang. Sebagai Buah. Kehidupan. www.edukasi.kompas.com
Bello-Prez, L.A. A. De Francisco, E.Agama-Acevedo, F. Gutierrez-Meraz, F. J.L.
Garca-Suarez. 2005.Morphological and Molecular Studies of Banana
Starch. SAGE Publications, DOI: 10: 1177.
Bernasconi, Gester, Hauser, Stauble, Schneiner. 1987. Terjemah Lienda Handojo.
Teknologi Kimia Bagian 2. PT Pradnya Pramita, Jakarta.
Cook, N. C. and S. Samman. (1996). Review Flavonoids-Chemistry, Metabolism,
Cardioprotective Effect, And Dietary Sources, J. Nutr. Biochem (7): 66-76
Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. (1954). Natural Antioxidant Are They
Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health
Effect and Applications, AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24.
Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. (1999). Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet
Supleme., Trubus Agriwidya, Jakarta. hal. 36-40.
Deaville et al., 2010. Dalam. Anonim. 2012a. Tinjauan Pustaka Tanin ,
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61538/BAB%20II%20
Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 [19 Oktober 2013, pukul 15:01 wib].
31
Endra, Yuli. 2006. Analisis Proksimat Dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu
(Musa balbisiana Colla), [Skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Fatemeh, S. R., Saifullah, R., Abbas, F. M. A. and Azhar, M. E. Total phenolics,
flavonoids and antioxidant activity of banana pulp and peel flours: influence
of variety and stage of ripeness. International Food Research Journal 19 (3):
1041-1046 (2012).
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. UI Pres, Jakarta.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB. Dalam. Anonim. 2011.
Antrakuinon,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24745/4/Chapte
r%20II.pdf [19 Oktober 2013, pukul 14:40 wib].
Hart, H. 1983. Kimia Organik. Terjemahan Suminar, Jakarta: Erlangga. Dalam.
Anonim.
2011.Antrakuinon,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24745/4/
Chapter%20II.pdf [19 Oktober 2013, pukul 14:40 wib].
Irbiati HH. 2002. Karakterisasi sifat fisikokimia dan mekanis daun pisang batu
sebagai bahan kemasan, [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Kondo et al., 2004. Dalam. Anonim. 2012a. Tinjauan Pustaka Tanin ,
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61538/BAB%20II%20
Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 [19 Oktober 2013, pukul 15:01 wib].
Lestari, E. 2008. Toksisitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanusamaryllifolius
Roxb.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Artikel Karya
Ilmiah. Semarang : Universitas Diponegoro.
Lestario, Lydia Ninan,. dkk. 2009. Kandungan Antosianin Dan Antosianidin Dari
Jantung Pisang Klutuk (Musa brachycarpa Back) Dan Pisang Ambon ( Musa
acuminata Colla), J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XX No. 2
Molyneux, P. 2003. The use of stable free radical diphenylpicrylhidrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant activity.
http://www.aseanbiodiversity.info/Abstract/53004092.pdf Diunduh pada
tanggal 18 Oktober 2013
Musita, Nanti. 2009. Kajian Kandungan Dan Karakterisik Pati Resisten Dari
Berbagai Varietas Pisang, Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.
Vol.14, No.1 : 68-79.
Nurhidayah bt. Pazil,Siti.2009.Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Pisang
Raja (Musa AAB Pisang Raja) dengan Vitamin A, Vitamin C dan Katekin
Melalui Penghitungan Bilangan Peroksida.[SRIPSI]. Depok: FK UI
Oliveira et al., 2009. Dalam. Anonim. 2012a. Tinjauan Pustaka Tanin ,
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61538/BAB%20II%20
Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 [19 Oktober 2013, pukul 15:01 wib].
Pazmino-Duran, EA, Giusti MM, Wrolstad RE, Gloria MB. A. 2001. Anthocyanins
from Banana Bracts (Musa X paradisiaca) as Potential Food Colorant, Food
Chemistry 73 : 321-332.
Rajalakshmi, D dan S. Narasimhan. (1985). Food Antioxidants: Sources and Methods
of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidant, Technological,
Toxilogical and Health Perspectives. Marcel Dekker Inc., Hongkong: 76-77.
Redha, Abdi. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis, Jurnal Belian, Vol. 9, No. 2 : 196-202.
- 32 -
Rohdiana, D.(2001). Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam Daun Teh,
Majalah Jurnal Indonesia 12, (1), 53-58.
Rusmianto. 2007. Penambahan Isolat Protein Kedelai Pada Pembuatan Dendeng
Jantung Pisang Batu (Musa brachycarpa Back), Skripsi. Institut Pertanian
Bogor.
Samsu, H, Farid, Masruroh, Luluk,. 2008. Perancangan Dan Pembuatan Otomatisasi
Pada Alat Pengeringan Sale Pisang Berbasis Mikrokontroler Renesa
R8C/13, Jurnal Neutrini. Vol.1 No, 1
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1995. Sintesis Bahan Alam, Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
Satuhu, S., Ahmad Supriyadi. 2004. Budi daya, Pengolahan dan Prospek Pasar
Pisang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Simmonds, N. W. 1959. Bananas, John Willey and Sons Inc. New York. 466p.\
Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. (2002). Oxygen toxicity by radiation and effect of
glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C
treatmen, Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry
and Toxicology, Yogyakarta.
Sukandar, Dede et al,. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Bahan Alam, Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) : UIN Jakarta.
Sunarni,T., (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa
kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae, Jurnal Farmasi Indonesia
2 (2), 2001, 53-61.
Sunaryono, Hendro. 2003. Pengenalan Jenis Tanaman Buah-Buahan dan Bercocok
Tanam Buah-Buahan Penting di Indonesia. Bandung : Sinar Baru
Algensindo
http://macro.lsu.edu/howto/solvents/Polarity%20index.htm diakses pada tanggal 19
Oktober 2013 pikul 21.35
Wattimena, M, Mulyani, Bintoro, S.V.P.Kualitas Bakso Berbahan Dasar Daging
Ayam Dan Jantung Pisang Dengan Bahan Pengikat Tepung Sagu, Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. Vol.2 No. 1 : 36-39.
White, P.J. and Y. Xing. (1954). Antioxidants from Cereals and Legumes dalam
Foreidoon Shahidi : Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and
Applications. AOCS Press, Champaign, Illinois: 25-63.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedya Pustaka Utama.
33
LAMPIRAN
Pelarut DPPH menggunakan methanol dan absorbansinya 0,497 pada panjang gelombang
517 nm
Tabel 1 Data absorbansi uji antioksidan pada ekstrak kloroform
konsentrasi (ppm)
Ekstrak kloroform
absorbansi 1 absorbansi 2
100
50
25
12,5
6,25
3,175
0,207
0,244
0,258
0,265
0,277
0,277
0,217
0,268
0,266
0,279
0,289
0,291
absorbansi
rata-rata
0,212
0,251
0,262
0,272
0,283
0,284
% inhibisi
57,3
49,5
47,3
45,8
43,1
42,8
Ekstrak kloroform
%Inhibisi
70
60
50
y = 0,142x + 42,96
R = 0,978
40
30
Ekstrak Kloroform
20
10
0
3
34
62
93
Konsentrasi (ppm)
- 34 -
DPPH yang digunakan menggukanan pelarut etanol dengan absorbansi 0,241 yang diukur
pada panjang gelombang 517 nm
Tabel 2 Data absorbansi Uji Antioksidan ekstrak etil asetat
konsentrasi (ppm)
100
50
25
12,5
6,25
3,175
0,086
0,096
0,107
0,106
0,119
0,127
0,092
0,122
0,117
0,148
0,149
0,152
absorbansi
rata-rata
0,089
0,109
0,112
0,127
0,134
0,139
%
inhibisi
63,1
54,7
49,1
47,3
44,4
42,5
% Inhibisi
70
60
y = 0,202x + 43,57
R = 0,977
50
40
30
10 17 24 31 38 45 52 59 66 73 80 87 94
Konsenrasi (ppm)
Grafik 2 Standard konsentrasi ekstrak etil aseta terhadap % indihibisi uji antiokdsidan
35