Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

Hand Out 1
Muntohari, S.Pd.,M.Kes.

Secara Etimologis (asal kata) Epidemiologi berasal dari bahasa


Yunani, Epi = upon/pada; Demos = people/penduduk; Logia =
knowledge/ilmu (ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada
rakyat).
Begitulah, pada awalnya epidemiologi mempunyai pengertian yang
sempit. Epidemiologi dianggap sebagai ilmu tentang endemic. Pada
perkembangan selanjutnya hingga dewasa ini diartikan sebagai
distribusi (penyebaran) dan determinann (factor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk membuat perencanaan
dan pengambilan keputusan dalam menangg ulangi masalah
keehatan.
Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami modifikasi
dalam batasan/definisi seperti yang dikemukakan oleh para pakar
sebagai berikut:
1. Abdel R. Omran(1974)
Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengenai terjadinya dan
distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada
penduduk, begitu juga determinannya serta akibat-akibat yang
terjadi pada kelompok penduduk.
2. Andres Ahlbom, Staffan Norel (1989)
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya
penyakit pada populasi manusia.
3. Barbara Valanis
Epidemiology is term derived from the greek languang (epid =
upon; demos = people; logos = science)
4. Elizabeth Barrett
(epidemiology for the infection Control Nurse)
Epidemiology is study of the distribution in causes of disease.
5. Greenwood (1934)
Epidemiologi adalah suatu ilmu tentang penyakit dan segala
macam kejadian.

1
6. Hirsch (1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dan
jenis-jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai
tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal.
7. Judith S. Mausner, Anita K. Bahn (Epidemiology; An
Introductory Text)
Epidemiology is concerned with the extend and types of illness
and injuries in groups of people and with the factors which
influence their distribution.
8. Last (1988)
Epidemiology is the study of the distribution and determinants
of health-related states or events in specified populations, and
the application of this study the control of problems
(epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan-
determinan dari keadaan atau kejadian yang berhubungan
dengan kesehatan didalam populasi tertentu, serta penerapan
dari ilmu guna mengendalikan masalah-masalah kesehatan.
9. Lewis H. Rohf, Beatric J. Selwyn (principles of epidemiology)
Epidemiology is the description and explanation of the
defferences is accurance of events of medical concern in
subgroup of population, where the population has been
subdivided according to some characteristic believed of the
event.
10. Lilienfeld (1977)
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit
yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari
pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.
11. Macmohan, Pugh (1970, Epidemiology; Principles and
Methods)
Epidemiology is the study of the distribution and determinants
of disease frequency in man (Epidemiologi adalah studi tentang
penyebaran dan penyebab frekuensi penya kit pada manusia dan
mengapa terjadi distribusi semacam itu).
12. Moris (1964)
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit
dari suatu penduduk.

2
13. Ricard F., Morton, J. Richard Hebel
Epidemiology is the study of the distribution and determinants
of disease. We try tio find out who gets the disease anf why.
14. Robert H. Flecher !1991, Sari Epidemiologi Klinik)
Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang
distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
15. Wade Hamton Frost(1972)
Epidemiologi adalah pengetahuan tentang berbagai fenomena
(mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah
(natural history/penyakit menular).

Dengan demikian epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek


sesuai dengan tujuan masing-masing, yaitu:
1. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan,
social ekonomi dan kecenderungan yang terjadi untuk
mengadakan identifikasi dan interprestasi perubahan-perubahan
keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di masyarakat
umum atau kelompok penduduk tertentu.
2. Aspek Praktis
Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang
ditunjukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang
menimpa individu, kelompok atau masyarakat umum.
Contoh :
- Ditemukan efek samping lodokloroquinolin yang serius di
jepang dan ada upaya pencegahan penyebaran di Indonesia.
- AIDS walaupun belum ditemukan obatnya, telah ada upaya
pencegahan dengan cara pernyataan bebas AIDS bila masuk ke
Indonesia, screening pada donor darah, pengawasan homoseks
dll.
3. Aspek Klinis
Ditinjau dari aspek klinis, epidemiologi berarti suatu usaha
untuk mendeteksi secra dini perubahan insiden atau
prevalensi melalui penemuan klinis atau loboratories pada awal
kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit baru, seperti

3
karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya
ditemukan secara klinis.

4. Aspek Administratif
Epidemiologi secara administrative berarti suatu usaha untuk
mengetahui status kesehatan masyarakat di suatu wilayah atau
negara agar dapat diberikan pelayanan kesehatan yang efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat meliputi
pengalaman petugas, populasi, data sarana dan prasarana yang
digunakan oleh masyarakat.

Kata kunci untuk mendefinisikan epidemiologi adalah :


................................................................................................................

4
SEJARAH EPIDEMIOLOGI

Hand out 2
Muntohari, S.Pd.,M.Kes.

Epidemiologi tidak bersifat monolitik. Epidemiologi berkambang


dengan pengaruh berbagai bidang ilmu dan peristiwa, termasuk
diantaranya kedokteran klinis, kedokteran sosial, revolusi industri,
revolusi mikrobiologi, demografi, sosiologi, ekonomi, statistik, fisika,
kimia dan biologi molekuler.
Ilmu Epidemiologi sebenarnya berumur setua ilmu kedokteran, tetapi
barangkali belumbanyak orang menyadarinya. Hippocrates (460-377
SM) yang dianggap sebagai bapak kedokteran modern telah berhasil
membabaskan hambatan filosofis pada zaman dahulu yang bersifat
spekulatif dan supersitif (baca : tahayul) dalam memahami kejadian
penyakit.
Contoh :
- penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup
- penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal
seseorang (Hippocrates, 1938)
- vaksinasi cacar secara artificial (variolasi) di Cina diterapkan
1000 tahun SM
- di India dianjurkan untuk tidak kontak terhadap tikus untuk
memperkecil resiko terkana penyakit sampar
- di negara Asia lainnya mengisolasi penderita lepra dari
komunitas untuk mencegah penularan (Zhdnov,-)

Pada abad ke 14 dan 15 Eropa mengalami wabah sampar (Bubonic


Plague) yang sangat parah dan mengakibatkan kematian jutaan
manusia yang disebut The Black Death. Pada awal 1330 wabah
sampar mematikan menyerang rodentina (terutama tikus) meletus di
Cina (Rice dan Mckay, 2001). Kutu yang mengandung agen penyebab
dapat menularkan kepada manusia, bila terinfeksi akan menular
secara cepat. Sampar/Bubonic Plague/The Black Death menyebabkan

5
demam dan pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), bercak-
bercak dikulit yang diawali warna merah kemudian berubah jadi
hitam. Masa sejak infeksi hingga kematian sekitar 37-38 hari, periode
laten 10-12 hari, periode infeksi asomtomatis 20-22 hari. Para dokter
mengambil tindakan pengendalian yang diikuti seluruh dunia yaitu
mengkarantina selama 40 hari (40 dalam bahasa Perancis = Quarante
= karantina)
Oktober 1347 sejumlah kapal dagang Italia berlayar dari laut hitam
(penghubung Asia dengan Eropa) awak kapal banyak yang meninggal
terserang penyakit ini. Dalam kurun 3-5 tahun (1347-1352) menjalar
ke arah utara hingga mencapai Norwegia, Inggris, Skotlandia,
Irlandia, Eslandia dan Greenland merenggut korban tidak kurang dari
25 juta orang.

Abad ke 17 adalah masa perkembangan primordial epidemiologi


modern, melalui data statistik vital dikumpulkan secara rutin. Mulai
disadari manfaatnya untuk memberikan informasi tentang mordibitas
dan mortalitas pada populasi manusia. Dari wabah sampar di Eropa
para pejabat mencatat kematian tiap minggu. John Graunt (1620-
1674) mengumpulkan dan memanfaatkan surat kematian di London
untuk kepentingan epidemiologi yang kesimpulannya adalah
mortalitas lebih tinggi pada pria ketimbang wanita, morbiditas
lebih rendah pada pria daripada wanita, angka kematian bayi
tinggi, perbedaan kematian urban-rural dan kematian menurut
musim (Gerstman,1998; Hennekens dan Buring, 1987).
Juni 2001 karya Graunt diuji di Amerika Serikat oleh Prof. Kenneth
Rothman (penulis Modern Epidemiology) dan memuji tujuh
karakteristik kualitas epidemiologi John Graunt dengan alasan
(resoning) sebagai berikut :
1. Laporan penelitian ditulis dengan ringkas
2. Alasannya jelas ketika menyatakan bahwa estimasi kematian
lebih rendah dari sesungguhnya
3. Teorinya terbuka untuk diuji ulang atau dibuktikan dengan
berbagai uji
4. Mengakui terdapat kesalahan sehingga mengundang pembaca
untuk memberi kritik

6
5. Menghindari cara berfikir mekanintis dan merevisi b erapa
konjektur berdasarkan data
6. Tidak tahu menggunakan kemaknaan statistik melainkan
interval keyakinan dan nilai p dalam melaporkan dan
menafsirkan data (desain epidemiologi meta-analisis)
7. Unimportance of credentalis, artinya keilmuan sebuah karya
hendaknya berdasarkan kaya itu sendiri, bukan siapa penulisnya
(karena John Graunt adalah seorang pedagang)

Abad ke 18 terjadi revolusi industri yang banyak merubah struktur


sosial dan ekonomi sekaligus pendorong pesatnya ilmu pengetahuan,
termasuk Epidemiologi. Percival Pott (1713-1788) melaporkan kasus
kanker skrotum pada pekerja yang membersihkan cerobong asap
pabrik (1775). Ini merupakan contoh epidemiologi okuptasi
(Gerstman, 1998) yang juga ditandai membludaknya infeksi usus,
demam tifus dan tuberculosis di daerah kumuh perkotaan dan muncul
kolera dan demam kuning di kawasan Eropa. Sekitar 400.000 orang
meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena cacar (smallpox),
sepertiga dari yang bertahan buta karena rusak kornea, sisanya
menjadi kebal dan dilaksanakan pencegahan cacar dengan cara
variolasi.

Edwar Jenner (1749-1823) meneliti wanita muda pemerah susu sapi


(Sarah Nelmes) yang terjangkit cowpox, materi postula cowpox
diambil dan disuntikkan kepada relawan muda berumur 8 tahun
(James Phipps) dan ternyata setelah 6 minggu ia sembuh. Inilah awal
membesarnya nama Edward Jenner menyelamatkan jutaan umat
diseluruh dunia dari kecacatan dan kematian karena cacar dengan
metode vaksinasi. Sebenarnya era Jenner belum dikenal virus, karena
virus ditemukan 160 tahun kemudian tetapi pemikiran progresif
berhasil memanfaatkan data observasi untuk digunakan sebagai dasar
upaya pencegahan virus.
Dokter William Farr dan Dokter John Snow, mengamati kejadian
pertengahan abad ke 19 dalam kasus kolera. Minggu kedua
September 1854 ada 600 orang yang bermukim disekitar pompa air
Broad Street, London terserang kolera. Ia menyadari bahwa data
statistik vital dapat mengevaluasi penyakit, maka dibuat pelaporan

7
rutin tentang penyebab kematian dalam melakukan studinya, Farr
menggunakan sejumlah metodologi yang relevan dengan penelitian
epidemiologi modern, seperti membuat batasan yang jelas tentang
populasi yang beresiko (population at risk), memilih kelompok
pembanding yang tepat, memperhitungkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil, misalnya umur, lamanya paparan
dengan faktor itu ataupun keadaan kesehatan umum.
Tentang kausa epidemi kolera, Farr mengemukakan teori miasma.
Menurut teori ini bahwa penyakit ditularkan melalui udara
buruk/polusi sehingga penduduk yang bermukim di tempat rendah
menghadapi resiko lebih besar untuk terkena kolera.
John Snow (1813-1958) pada tahun 1854 melakukan eksperimen
alamiah di London yang mengkonsumsi air minum dari perusahaan
swasta (Southwark-Vauxhall Co) bersumber dari sungai Thames yang
tercemar sedangkan perusahaan lainnya (Lambeth Company)
mengalihkan sumber air bagian hulu yang tidak terlalu tercemar. Dari
kedua sumber air, Snow membuat hipotesis bahwa kematian
karena kolera akan lebih rendah pada penduduk yang mendapat
air dari Lambeth Co dari pada Southwark-Vauxhall Co. Untuk
membuktikan hipotesisnya, Snow melakukan jalan kaki dari rumah ke
rumah (epidemiologi sepatu kulit) untuk menanyakan dan mencatat
setiap penduduk yang meninggal karena kolera dan dari mana sumber
air diperoleh. Berikut tabel kematian karena kolera per 10.000 rumah
menurut suplai perusahaan air minum di London tahun 1854:

Suplai air Jumlah Kematian Kematian per


penduduk karena kolera 10.000 rumah
Southwark-Vauxhall 40.046 1.263 315
Co
Lambeth Co 26.107 98 38
Distrik lain di London 256.423 1.422 56
Sumber : Gordis, 2000; Hennekens dan Buring, 1987.

Abad ke 10 ditemukannya mikroskop, epidemiologi semakin


berkembang seiring dengan berkembangnya mikrobiologi dan
parasitologi. Jakob henle (1809-1885), Louis Pasteur (1822-1895),
Robert Koch (1843-1910) dan Ilya Mechnikov (1845-1916) adalah

8
figur-figur yang mengibarkan teori Kuman (germ Theory) bahwa
kuman adalah etiologi penyakit didukung oleh bukti-bukti empiris
yang diperoleh dari keahlian mengintip mikroskop.
Tahun 1950-an muncul teori kausasi yang menyatakan bahwa sebuah
penyakit atau akibat dapat memiliki lebih dari sebuah kausa, disebut
etiologi multifaktoral atau kausasi multiple (Last, 2001; dubos, 1965)
Emile Durkheim (1858-1917) awal epidemiologi sosial yang
mengungkap kematian karena bunuh diri dihubungkan dengan
keadaan psikopatologis (kegilaan), ras, hereditas, iklim, musim,
perilaku imitatif , factor egoistic (agama), altruisma (lebih
memprioritaskan kebutuhan dan perasaan orang lain ketimbang
dirinya sendiri), anomie (instabilitas social) dan fenomena lainnya.
Lebih detail epidemiologi sosial diperkenalkan oleh Alfred
Yankauer pertengahan abad 20, yaitu model holistic tentang
kesehatan yang berkembang antara perang Dunia I dan II dan
kedokteran social tahun 1940-an. Sumbangan epidemiologi social
secara teoritis adalah :
1. Psikososial
2. Produksi sosial penyakit dan ekonomi politik kesehatan
3. Teori ekosopsial dalam rangka multilevel
James Lind (1716-1794)melakukan eksperimen bahwa scurvy dapat
diobati dan dicegah dengan buah jeruk, sementara asam askorbat baru
ditemukan 175 tahun kemudian. Pada tahun 1914, Joseph
Goldberker (1874-1929) menemukan pellagra bukan disebabkan
karena menular, melainkan kekurangan gizi dan dapat dicegah dengan
meningkatkan diet produk hewani dan protein kacang-kacangan.

EPIDEMIOLOGI MODERN
Prinsip dan metodologi riset epidemiologi mengalami kemajuan pesat
pasca Perang Dunia II ketika pola penyakit di negara maju bergeser
dari penyakit infeksi ke arah penyakit kronis untuk memaksa
praktisi epidemiologi mendesain penelitiannya yang lebih canggih.
Doll dan Hill (1950) penulis riset termashur meneliti hubungan
kanker paru dengan merokok adalah kontribusi besar bagikehidupan
manusia sekaligus mengenalkan studi kasus kontrol dan kohor (oleh
John Show).

9
Jonas Salk (1050-an) penyumbang eksperimen terbesar pada manusia
waktu itu tentang vaksin poliomyelitis merandon sejuta anak sekolah
menerima vaksin eksperimen (plasebo inert) untuk mengetahui efikasi
dan keamanan vaksin.
Susan Scott dan Christopher Duncan adalah peneliti biologi dari
Universitas Liverpool, menunjukan bahwa dengan konsep
epidemiologi modern, biologi dan modeling dengan komputer dalam
menganalisis catatan sejarah, agen penyebab wabah sampar bukan
suatu bakteri melaikan sebuah virus yang memiliki karakteristik
epidemiologi tak lazim yang disebut filovirus. Filovirus memiliki
pertalian dengan virus ebola yang melanda beberapa negara Afrika
sebelum abad ke 20 (The University of Liverpool, 2001). Wabah ini
menurut Scott dan Duncan disebut wabah hemoragis (Haemmorhagic
plague) yang berbeda dengan Bubonic Plague (aspek kelenjar limfe
lebih besar).
Scott dan Duncan memperingatkan kemungkinan eksodus wabah
hemoragis di Asia tidak di Eropa, sebab mutasi gen di Eropa telah
berlangsung dengan intensitas tinggi selama pandemi The Black
Death.

EPIDEMIOLOGI KLINIK DAN EVIDANCE-BASED


MEDICINE (EBM)
Epidemiologi dimanfaatkan dalam praktek kedokteran klinis.
Epidemiologi klinik adalah penerapan prinsip dan metoda
epidemiologi untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan
dalam kedokteran klinik (Fletcher dan Fletcher, 1996). Jika
epidemiologi klasik berupaya mengidentifikasi kausa dan
mengukur resiko penyakit, maka epidemiologi klinik
menggunakan informasi epidemiologi klasik untuk membantu
pengambilan keputusan tentang kasus-kasus penyakit yang telah
diidentifikasi dalan praktek kedokteran klinik. Selain itu
kedokteran klinik menggunakan prinsip, metoda dan cara berfikir
epidemiologi untuk meningkatkan akurasi dan efesiensi diagnosis dan
prognosis, meningkatkan efektifitas dan efesiensi menejemen klinik
(Saket et al., 1991).
Awal tahun 90-an para pendekar epidemiologi klinik seperti Sacket,
Haynes, Guyatt dan Tugwell (1991) dan EBM group (1992) dari

10
Kanada dan Amerika serikat memperkenalkan konsep EBM dengan
menyediakan metode-metode untuk memilah-milah informasi yang
bernilai tinggi untuk mengoptimalisasi intervensi yang diberikan
klinisi kepada pasien.

EBM terdiri dari lima esensi yang saling terkait, yaitu:


1. Keputusan klinis didasarkan kepada bukti-bukti ilmiah terbaik
berbasis pasien, komunitas dan laratorium
2. Masalah klinis menentukan jenis bukti-bukti yang harus dicari,
bukan rutinitas kebiasaan dan protocol.
3. Identifikasi bukti-bukti terbaik mengandung arti pengguna cara
berfikir epidemiologi dan biostatistik.
4. Kesimpulan yang ditarik dari identifikasi dan penilaian kritis
bukti-bukti hanya berguna jika diimplementasikan dalam
menejemen pasien dan pengambilan keputusan pelayanan
medis.
5. Kinerja klinis di evaluasi terus-menerus dan berkelanjutan.

EPEDEMIOLOGI MOLEKULER
Akhir decade 70-an ditandai dengan pendekatan baru epidemiologi
yang disebut epedemiologi molekuler. Epidemiologi molekuler yaitu
epidemiologi yang mempelajari kontribusi factor resiko potensial
generic dan lingkungan pada level molekul terhadap etiologi,
distribusi dan pengendalian penyakit dalam kelompok keluarga
dan lintas populasi (Molecular Epidemiology Homepage, 2002;
Susser, 1999; Hunter, 1999). Epidemiologi molekuler merupakan
lompatan peningkatan kemampuan riset epidemiologi dalam
mengukur factor-factor penelitian dan penyakit secara lebih mikro.
Epidemiologi molekuler menggunakan teknik-teknik molekuler
seperti penjenisan DNA (DNA typing), biomarker genetika untuk
mendeteksi, mengidentifikasi dan mengukur berbagai struktur
molekuler yang mungkin normal, varian atau rusak karena
penyakit atau paparan lingkungan (Slattery, 2002; Last,2001;
Foxman dan Rilley, 2001). Epidemiologi molekuler bukan sekedar
taksonomi molekuler, filogeni ataupun genetika populasi tetapi
penerapan teknik seperti kanker atau polimerasi genetic yang relevan

11
dengan kerentanan metabolic gen-gen keluarga kanker (Last, 2001).
Konkritnya tidak setiap manusia yang memiliki abnormalitas
genetikakan menderita akibat yang tidak diinginkan.

STATISTIK DAN EPIDEMIOLOGI


Awalnya epidemiologi adalah dokter, karena kecenderungan
pendekatan pragmatis, maka para klinisi lebih memperhatikan
fenomena individu, kacamata biomedis dan pengalaman pribadi
dalam menilai efektifitas terapi. Abad ke 20 para dokter berkolaborasi
dengan para statisi yang mampu mengembangkan metode statistik
untuk membuat kesimpulan tentang populasi besar. Para statisi seperti
Hill, Cornfield, Cox, Breslow, Prentice, Miettinen, Greenland,
Holland hanyalah sebagian statistisi terkemuka dunia yang
memberikan kontribusi besar bagi dunia epidemiologi. Penggunaan
makna statistik terhadap epidemiologi diantaran ya adalah nila p
(0,05 atau 0,01) dan fenomena interaksi (variabel).

12
PERANAN EPIDEMIOLOGI

Hand Out 4
Muntohari, S.Pd.,M.Kes.

A. Peranan Epidemiologi
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui ditribusi dan
faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan
intervensi yang diperlukan, maka epidemiologi diharap
mempunyai peranan dalam bidang kesehatan seperti :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan masyarakat.
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan
kesehatan dan pengambilan keputusan.
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan
yang sedang atau telah dilakukan.
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan
suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
penanggulangannya.
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yang perlu dipecahkan.

Dalam melakukan peranannya, epidemiologi tidak dapat terlepas


dari keterkaitannya dengan disiplin keilmuan lainnya untuk
perencanaan yang meliputi identifikasi masalah prioritas,
menyusun obyektif, menerangkan kegiatan dan evaluasi. Salah
satu cara dalam mempersiapkan suatu intervensi pendidikan
kesehatan, epidemiologi dapat dipergunakan dalam membuat suatu
“Diagnosis Epidemiologi”. Riilnya adalah menentukan masalah
kesehatan (health problem) berdasarkan indikator vital seperti
mortalitas, morbiditas, fertilitas dan disabilitas. Juga dapat
dipakai dalam menghitung frekuensi penyakit dalam bentuk
insiden, prevalensi, intensitas perlangsungan (duration) suatu
penyakit.
Contoh peranannya epidemiologi sebagai alat diagnosis keadaan
kesehatan yang tergambar dalam masyarakat adalah epidemiologi

13
dapat memberikan gambaran/diagnosis berkaitan dengan masalah
kemiskinan (povorty) berupa malnutrisi, overpopulasi, kesakitan
ibu, rendahnya kesehatan infant, alcoholism, anemia, penyakit-
penyakit parasit dan kesehatan mental.

B. Epidemiologi dengan disiplin ilmu lainnya


Dunia ilmu pengetahuan secara garis besar terdiri dari dunia Ilmu
Sosial (Sosiologi), dunia kesehatan (public health) dan dunia
kedokteran (medicine), asing-masing ilmu berkembang dari waktu
ke waktu ehingga lama kelamaan batas masing-masing ilmu
semakin tidak jelasdan sebaliknya hubungan antara satu ilmu
dengan ilmu lainnya semakin erat. Epidemiologi pada dasarnya
bernaung dibawah dunia kesehatan.

Dalam epidemiologi dipelajari distribusi penyakit dan faktor-


faktor yang mempengaruhinya, oleh karena itu timbulnya penyakit
berhubungan dengan factor yang ada dalam host, agent dan
environment.
Untuk memperdalam pengetahuan tentang ketiga faktor ini
epidemiologi perlu bantuan kerjasama dengan berbagai ilmu
lainnya.
Misalnya :
1. Dalam faktor host, perlu pengetahuan tentang tubuh manusia
(fisik dan mental) dimana :
a. Keadaan fisiologi akan berhubungan dengan Ilmu Fisiologi
b. Keadaan organ tubuh berhubungan dengan Ilmu Patologi
c. Keadaan fisik berhubungan dengan Ilmu Biologi
2. Dalam faktor agent, perlu pengetahuan tentang sifat-sifat
agent penyebab terjadinya penyakit :
a. Sifat fisik berhubungan dengan Ilmu Fisika
b. Sifat biologis berhubungan dengan Ilmu Mikrobiologi,
Parasitologi
c. Sifat kimiawi berhubungan dengan Ilmu Kimia
3. Dalam faktor envirinment, perlu diketahui melalui :
a. Lingkungan fisik berhubungan dengan Ilmu Geologi,
Geografi, Fisika
b. Lingkungan sosial berhubungan dengan Ilmu Sosial Politik
c. Lingkungan ekonomi berhubungan dengan Ilmu Ekonomi

14
Dengan demikian nampak bahwa epidemiologi tidak dapat
melepaskan diri dengan bidang ilmu lainnya. Dalam bidang
kedokteran, epidemiologi berhubungan erat dengan ilmu-ilmu
mikrobiologi, parasitologi, patologi, virologi dan ilmu-ilmu
laboratorium/preklinik lainnya. Dan tidak kecuali dengan ilmu
penyakit dalam ilmu bedah dan lain sebagainya.
Epidemiologi sebagai suatu metoda ilmiah berperan dalam
penelitian sehingga tidak dapat melepaskan diri dalam kaitannya
dengan statistis metematika. Untuk menganalisis masalah yang
berkaitan dengan penerapan strategi pencegahan dan
pemberantasan penyakit, epidemiologi memerlukan masukan dari
ilmu-ilmu sosial, antropologi dan ilmu ekonomi. Akibatnya
epidemiologi dapat bergandengan tangan dengan berbagai
disiplin ilmu lainnya bahkan dalam aplikasinya agar nampak
lebih sangat sempurna.

15

Anda mungkin juga menyukai