Anda di halaman 1dari 18

EPIDEMIOLOGI

Disusun Oleh :
Arleni Aulia Yunitasari G41211264
Herawati Landara Sinaga G41211287
Alviani Rodyatul Agustina G41211360
Dosen Pengampu :
Efri Tri Ardianto

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
Konsep Dasar Epidemiologi
A. Pengertian Epidemiologi

Pengertian epidemiologi menurut para ahli ada beberapa, diantaranya yaitu:


1. Ditinjau dari asal kata epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, asal kata epi atau upon
yang artinya pada atau tentang; demos = people = penduduk atau rakyat dan logos: knowledge
= ilmu; ilmu tentang penduduk atau ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk
(Adnani, 2010). Sedangkan epidemiologi dalam arti sempit ilmu tentang wabah atau
epidemik.
2. Epidemiologi adalah studi tentang terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan
perubahan pada penduduk serta determinan dan akibat yang terjadi
pada penduduk atau penyebaran dan faktor-faktor penentu status kesehatan dan kejadiannya
dalam suatu populasi (Omran, 1974 dalam Nugrahaeni, 2012).
3. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis serta berusaha memecahkan
berbagai masalah kesehatan pada suatu kelompok populasi tertentu (Murti, 1997).
4. Menurut Azwar, (2008) epidemiologi adalah sebagai ilmu yang mempelajari tentang
frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya atau yang menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan
atau kejadian-kejadian pada kelompok penduduk tertentu.
Pada awalnya epidemiologi digunakan untuk mempelajari kasus-kasus pada penyakit menular,
namun saat ini sudah berkembang luas meliputi penyakit non infeksi, lingkungan, hingga
perencanaan program kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut
ada 3 hal yang perlu digaris bawahi dalam memahami epidemiologi, yaitu: distribusi,
determinan, dan kelompok penduduk;
1. Distribusi atau penyebaran masalah kesehatan artinya bahwa frekuensi penyakit dikaji
dari berbagai sudut pandang lingkungan, baik fisik, biologi, dan sosial. Epidemiologi
mempelajari pola penyebaran, dan dampak penyakit terhadap kesehatan populasi, ditinjau dari
ciri-ciri manuasia (man), menurut tempat (place) dan menurut waktu (time).
2. Determinan adalah bahwa epidemiologi mempelajari faktor-faktor risiko dan faktor
etiologi (kausa) penyakit. Bahasan di sini mencakup banyak hal, diantaranya penyakit
menular, non infeksi, masalah kesehatan seperti kekurangan gizi, kecelakaan lalu lintas, serta
kegiatan pelayanan kesehatan. Faktor penyebab (kausa) dari masalah kesehatan baik yang
menjelaskan frekuensi, penyebaran dan munculnya penyebab tersebut.
3. Dapat dikatakan juga dipengaruhi oleh frekuensi atau besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui besarnya masalah kesehatan
maka harus dapat menemukan masalah kesehatan tersebut kemudian melakukan pengukuran.
Dari hal-hal tersebut ada tiga hal penting yang harus dilakukan, yakni merumuskan jawaban
sementara (hipotesa) tentang penyebab tersebut, kemudian menguji hipotesa yang sudah
dirumuskan, dilanjutkan dengan menyimpulkan masalah kesehatan tersebut.
4. Kelompok penduduk disini dibatasi menurut wilayah geografi: desa, kecamatan,
kabupaten atau kota, propinsi, negara, dunia.
Menurut Adnani (2010) epidemiologi tidak saja mempelajari penyakit saja, tetapi juga
peristiwa-peristiwa kesehatan lainnya, seperti kematian, status kesehatan dan ketidakmampuan.
Penyakit (disease) adalah kombinasi dari gejala, tanda-tanda fisik dan hasil uji laboratorium.
Kematian (death) adalah akibat dari keadaan sehat universal yang merupakan batas waktu dan
kelangsungan kejadian itu sendiri.
Masalah kesehatan atau ketidakmampuan bisa berupa:
1. Kecacatan (disability) yaitu status fungsional pasien, kecacatan adalah keterbatasan yang
disandang oleh seorang individu tertentu sebagai akibat dari sebuah kerusakan (disabilitas),
yang membatasi atau mencegah dilakukannya peran yang normal (tergantung daripada umur,
jenis kelamin, faktor-faktor sosial budaya) bagi individu tersebut;
2. Kekurangnyamanan (discomfort) gejala-gejala tidak enak yang dialami manusia seperti
kelelahan, dan vertigo;
3. Kekurangpuasan (dissatisfaction) seperti keadaan emosional dan mental seperti gelisah,
sedih, marah, dan
4. Kemiskinan (Destituation) misal keterbatasan dalam memenuhi gizi sehari-hari.
Pengertian epidemiologi semula sempit dengan perkembangan ilmu dan teknologi menjadi
semakain luas, misal yang semula ilmu wabah atau epidemic menjadi luas yaitu ilmu yang
mempelajari, menganalisis serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan pada suatu
kelompok populasi tertentu (Murti, 1997). Menurut Bustan (2006) dengan sumber Beaglehole
WHO (1993), epidemiologi berkembang dalam metodologinya dengan mendapat masukan dari
ilmu klinik dalam dunia kedokteran. Epidemiologi klinik yang membahas tentang etiologi
penyakit meliputi diagnosis, pengobatan, perawatan dan pelayanan yang sasarannya adalah
individu. Sedangkan epidemiologi targetnya populasi kegiatannya asesmen, preventif, evaluasi,
dan perencanaan.
Teori dan Tokoh Epidemiologi
Menurut Adnani (2010) dan penulis lain dapat disimpulkan bahwa teori terjadinya penyakit yang
dikenal dalam sejarah epidemiologi hampir sama, adalah sebagai berikut:
1. Contagion Theory adalah terjadinya penyakit adanya kontak antar person dengan person
lain, pada saat itu adalah penyakit menular;
2. Epidemic Theory adalah hubungan terjadinya penyakit dengan cuaca dan faktor geografis
atau tempat. Suatu zat organik dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit.
3. Miasma Theory adalah hampir sama dengan Hipocrates Theory, Miasma Theory
menunjukkan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit. Teori punya arah
cukup spesifik, namun kurang mampu menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai
penyakit.
5. Germ Theory sebagai kausa penyakit adalah mikro organisme atau jasad renik.
6. Multi Causa Theory adalah penyakit terjadi sebagai hasil interaksi berbagai faktor yaitu
faktor interaksi lingkunang berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial, misal penyakit TBC,
selain Mycobacterium tuberculosis juga faktor genetic, malnutri, kepadatan penduduk dan
kemiskinan.
Sebagaimana yang tertulis oleh Bustan (2006) pada bukunya, tokoh epidemiologi adalah sebagai
berikut:
1. Antonio van Leewenhoek adalah warga Negara Belanda, lahir di Delft, 24 Oktober 1632
dan meninggal 24 Agustus 1723, beliau seorang ilmuwan amatir penemu mikroskop, penemu
bacteri, parasit (1674) dan spermatozoa (1677). Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu
penyakit yang kemudian sangat berguna melakukan analisis epidemiologi;
2. Robert Koch selain penemu mycobacterium TBC juga memperkenalkan tuberculin atau
riwayat infeksi TBC dan postulat Koch yang menjelaskan kapan mikroorganisme dianggap
sebagai penyebab penyakit. Koch telah memperkenalkan tuberkulin (1890), sebagai suatu
cara pengobatan tuberculosis, selanjutnya dikembangkan oleh Von Piquet (1906). Saat ini test
tuberculin digunakan untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberculosis sebagai perangkat
diagnosis TBC pada anak-anak.
3. Hipocrates, dkk. (470 BC – 377 BC). Beliau dianggap sebagai The First Epidemiologist,
dan terkenal dengan Hipocrates Theory. Pada tahun 5 SM menyebutkan bahwa kejadian
penyakit dan proses penularannya berkaitan dengan faktor cuaca dan lingkungan, artinya
berasal dari alam atau hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian penyakit. Hal ini
tertuang dalam tulisannya epidemic serta catatannya mengenai air, waters, and places. Dalam
bukunya diajukan konsep tentang hubungan penyakit dengan faktor tempat (geografi),
penyediaan air, iklim, kebiasaan makan, dan perumahan. Hipocrates memperkenalkan istilah
epidemik dan endemik.
4. Percical Pott adalah seorang ahli bedah yang menggunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis meningkatnya kejadian kanker scrotum dikalangan pekerja pembersih
cerobong asap, hasilnya bahwa tar pada cerobong asap adalah penyebab penyakit kanker
scrotum. Percical Pott dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.
6. John Snow (19M) Epidemic Theory adalah studi penyebab kematian karena kolera di
London (1848-9 dan 1853-4) yang mencatat hubungan antara sumber air minum dan
kematian akibat kolera di daerah yang memperoleh penyaluran air dari sumber yang
berbeda, kesimpulannya kolera menyebar karena adanya air yang terkontaminasi.
Beliau dianggap The Father of Field Epidemiology.
7. Doll dan Hill (1950). Tokoh ini merupakan pelopor penelitian di bidang epidemiologi
klinik. Penelitian Doll dan Hill mempelajari hubungan antara menghisap rokok dan kanker
paru pada dokter-dokter Inggris dengan kesimpulan ada hubungan kuat antara kebiasaan
merokok dan terjadinya kanker paru. Keduanya adalah pelopor epidemiologi klinik.
8. James Lind. Beliau berhubungan dengan sejarah kekurangan vitamin C dengan scurvy
(kekurangan vitamin C). Pada 20 Mei 1747 beliau menemukan 12 scurvy berlayar
bersamanya dalam kapal Salisbury, karena berlayar dalam waktu lama dengan mengonsumsi
makanan kaleng. James Lind dikenal Bapak Trial Klinik.
9. Thomas Sydenham (1624 – 1689). Thomas Sydenham berasal dari Inggris dan dikenal
dengan English Hippocrates dan The Father of Epidemiology, karena menghidupkan
kembali Hippocrates di Inggris dan menambahkan pentingnya merinci konsep faktor
lingkungan (atmosfer) dari Hippocrates.
10. Max van Patternkofer

Tokoh asal Jerman ini member kesan tersendiri dalam sejarah epidemiologi yakni dalam
mengidentifikasi penyebab penyakit. Max van Patternkofer menantang teori yang sedang
berkembang waktu itu, dengan menelan kultur vibrio, kebetulan tidak jatuh sakit, kemungkinan
dosisnya kurang. Max van Patternkofer ingin membuktikan bahwa vibrio bukan penyebab
kolera.
11. Galen (129 -199). Tokoh berasal dari Tentara Rumawi ini terkenal dengan The Father of
Experimental Phyisiology. Konsep yang diajukan adalah bahwa status kesehatan
berhubungan dengan temperamen, atau penyakit berhubungan dengan personality type dan
lifestyle factors.
Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi
Menurut Noor (2008) tujuan mempelajari sejarah epidemiologi adalah memberikan gambaran
tentang relevansi epidemiologi dalam menjawab berbagai masalah kesehatan disegala zaman;
mengetahui cara berfikir epidemiologi di berbagai era; tindakan pencegahan yang dipraktekkan
di masa lalu; dapat mengetahui tokoh-tokoh kunci yang mengukur sejarah epidemiologi.
1. Sejarah Epidemiologi
Epidemiologi dalam pengertiannya dewasa ini merupakan ilmu yang relatif masih baru. Namun
demikian, sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa ketika manusia mulai
mengenal penyakit menular. Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab penyakit masih
dianggap berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat, tetapi cukup banyak usaha pada zaman purba
yang dapat dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemi.
Epidemiologi sebagai sains, yang didasarkan pada pengamatan terhadap fenomena penyakit
dalam masyarakat, oleh mereka yang meyakini bahwa keadaan tersebut merupakan suatu
fenomena yang terjadi secara teratur dan bukan kejadian yang berhubungan dengan kekuatan
gaib.
a. Konsep epidemiologi yang pertama: Zaman Yunani dan Romawi kuno telah
dikenal adanya proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat kaitannya
dengan faktor lingkungan. Dikemukakan oleh Hipocrates (abad ke-5 SM) dalam
tulisannya yang berjudul “Epidemics” serta dalam catatannya mengenai “Airs, Waters,
and Places”, beliau telah mempelajari masalah penyakit di masyarakat dan mencoba
mengemukakan berbagai teori tentang hubungan sebab akibat terjadinya penyakit dalam
masyarakat. Pada akhirnya teori tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Merupakan dasar pengembangan epidemiologi: Galen mengemukakan suatu
doktrin epidemiologi yang lebih logis dan konsisten dengan menekankan teori bahwa
beradanya suatu penyakit pada kelompok penduduk tertentu sangat dipengaruhi oleh 3
faktor utama, yakni (1) faktor atmosfir; (2) faktor internal; dan (3) faktor predisposisi.
c. Abad ke-14 dan 15 M: masalah epidemic penyakit dalam masyarakat semakin
jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah penyakit pes dan variola yang
melanda sebagian besar penduduk dunia.Orang mulai menyadari bahwa sifat penularan
penyakit dapat terjadi terutama adanya kontak dengan penderita. Dikenal jasa Veronese
Fracastorius (1483-1553) dan Dydenham (1624-1687) yang secara luas mengemukakan
tentang teori kontak dalam proses penularan penyakit. Berdasar ini mulai ada usaha
isolasi dan karantina yang kemudian ternyata mempunyai peranan positif dalam usaha
pencegahan penyakit menular hingga saat ini.
d. Abad 17 teori germ (kuman, bakteri) dan perannya dalam penularan penyakit
pada masyarakat mulai dikembangkan. Pada saat yang sama John Graunt
mengembangkan statistic vital yang sangat bermanfaat dalam metode epidemiologi.
John Graunt bukan seorang dokter, namun hasil karyanya sangat bermanfaat dalam
bidang epidemiologi dengan menganalis sebab kematian pada berbagai kematian di
London dan mendapatkan berbagai perbedaan kejadian kematian antar jenis kelamin
serta antara penduduk urban dan rural, maupun perbedaan musim tertentu. William Far
mengembangkan analisis sifat epidemiologi berdasarkan hokum matematika, yaitu
bahwa meningkatnya, menurunnya dan berakhirnya epidemic mempunyai sifat sebagai
fenomena berurutan yang dewasa ini dianggap mengikuti hukum kurva normal.
f. Jakob Henle pada tahun 1840 mengemukakan teorinya tentang sifat epidemi dan
endemic yang sangat erat hubungannya dengan fenomena biologis. Dalam tulisannya
dikemukakan bahwa yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah organisme
yang hidup. Pendapat ini pada waktu yang sama telah mendorong berbagai ilmuwan
terkemuka seperti Robert Koch, Pasteur dan lainnya yang menemukan mikroorganisme
penyebab penyakit tertentu.
g. Sejak ditemukannya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, para ahli segera
mencari berbagai penyebab khusus untuk penyakit tertentu. Pada awalnya mereka hanya
melakukan pengamatan terhadap penderita perorangan, kemudian mulai berkembang ke
arah hubungan sebab akibat yang dapat mengganggu keadaan normal masyarakat.Dari
usaha pengembangan imunitas perorangan serta kekebalan manusia, mulai
dikembangkan usaha penyakit melalui vaksinasi.
2. Perkembangan Epidemiologi
a. Pertengahan abad ke-19 para ilmuwan kesehatan masyarakat dan kedokteran,
lebih mengarahkan pengamatan dan penelitiannya terhadap konsep baru tentang
penyakit secara khusus serta teori tentang imunitas. Pada awal era mikrobiologi para
ahli mulai mengarahkan perhatiannya pada lingkungan fisik dalam mencari penyebab
yang spesifik sebagai faktor penyebab penyakit. Lingkungan fisik ditempatkan sebagai
sumber, media, bahkan sebagai penyebab terjadinya penyakit tertentu.
b. Pada tahun 1842 di Inggris telah diterbitkan laporan Edwin Chadwick yang
disertai dengan sejumlah gambaran dalam bentuk table mengenai peranan lingkungan
terhadap kejadian penyakit. Dalam laporan itu disebutkan bahwa kemiskinan dan
ketidaktahuan memegang peran yang penting sebagai sebab terjadinya kematian tinggi.
Chadwick dengan konsep kejadian penyakit yang didasarkan pada teori Miasma, dan
dianggap sangat berhasil dalam menggunakan model pengumpulan, pengolahan dan
interpretasi data dalam analisis kejadian penyakit dalam masyarakat. Beliau juga
mengamati serta membandingkan keadaan angka mortalitas dengan berdasarkan pada
penduduk yang terpapar terhadap keadaan lingkungan pemukiman sebelum dan sesudah
dilakukan sistem pembuangan air limbah. Selanjutnya mulai dikembangkan oleh para
ahli pada abad itu yaitu William Farr, John Snow dan John Simon sebagai kelompok
peneliti yang sukses. Dengan demikian mulai berkembang konsep lingkungan dan
sistem pendekatan numeric dalam memahami masalah kesehatan masyarakat dan
hubungannya dengan lingkungan yang dikembangkan melalui dasar pemikiran
epidemiologis.
c. Dengan perkembangan mikrobiologi secara pesat serta didapatkannya
mikroorganisme penyebab penyakit, disusul dengan pemunculan konsep pejamu dan
imunitas membawa perkembangan baru dalam dunia epidemiologi. Selain usaha
menemukan jenis mikroorganisme tertentu sebagai penyebab penyakit, juga mendorong
dikembangkannya konsep hubungan kausal yang berperan dalam proses kejadian
penyakit. Namun demikian, sebagaimana halnya dengan konsep miasma sebelumnya,
konsep germ ini juga belum mampu menjawab berbagai kejadian penyakit dan
gangguan kesehatan masyarakat. Dalam sudut pandang epidemiologis, peranan pejamu
dalam proses kejadian penyakit mampu memberikan dorongan yang cukup berarti
dalam perkembangan konsep imunitas sehingga pusat perhatian para ilmuwan lebih
diarahkan pada unsur pejamu dan agent termasuk interaksi unsur tersebut dalam proses
kejadian penyakit.
d. Perkembangan selanjutnya mengarah pada pemahaman proses hubungan sebab
akibat terhadap berbagai peristiwa penyakit dan gangguan kesehatan dengan melalui
pendekatan epidemiologi. Hal ini lebih mengarahkan para ahli untuk menggunakan
pendekatan sistem, dimana analisis didasarkan pada sekelompok faktor yang saling
berkaitan erat dalam dalam suatu bentuk hubungan yang konsisten. Dalam hal ini setiap
sistem sangat berkaitan satu dengan yang lain sehingga setiap perubahan pada faktor
tertentu, kemungkinan besar akan menimbulkan perubahan pada sistem tersebut.
e. Dari berbagai perkembangan tersebut, maka para ahli epidemiologi mulai
mengembangkan apa yang sekarang dikenal dengan metode epidemiologi, yakni suatu
sistem pendekatan ilmiah yang diarahkan pada analisis faktor penyebab serta hubungan
sebab akibat disamping dikembangkannya epidemiologi sebagai bagian dari ilmu
kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup Epidemiologi
Menurut Noor (2008) epidemiologi sebagai suatu ilmu tidak hanya sekedar untuk tampak
sebagai ilmu pengetahuan semata, tetapi harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu: Pertama,
arah perkembangan epidemiologi harus mampu mengembangkan konsep baru sesuai dengan
tantangan masalah yang dihadapinya. Kedua, sebagai suatu metodologi, diharapkan
mengembangkan diri sehingga dapat diaplikasikan oleh disiplin ilmu lain, seperti:
1. Penyakit menular disebut Epidemiologi Penyakit Menular
Bentuk ini telah banyak memberi peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai penyakit menular dewasa ini
merupakan salah satu hasil yang gemilang
dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans yang pada mulanya hanya ditujukan pada
pengamatan penyakit menular secara saksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup
berarti dalam menanggulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga penyakit tidak
menular. Contoh penyakit menular yaitu Tuberculosis, HIV AIDS, Hepatitis, dan Sifilis.
2. Mempelajari kasus individu di Klinik disebut Epidemiologi Klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang dikembangkan oleh para klinisi
yang bertujuan untuk membekali para klinisi atau dokter tentang cara pendekatan masalah
melalui disiplin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinis sehari-hari, para
petugas medis sering menggunakan prinsipprinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara
individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab penyakit dan cara mengatasinya, terhadap
kasus secara individu, dan biasanya tidak tertarik untuk mengetahui serta menganalisis sumber
penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Dan hasil yang diperoleh
dari para klinisi tersebut merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam analisis
epidemiologis. Dengan demikian setiap dokter yang akan bertugas, dibekali pengetahuan dan
ketrampilan khusus tentang cara pendekatan epidemiologi.
4. Mempelajari penyakit tidak menular disebut Epidemiologi Penyakit tidak Menular

Saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai faktor yang memegang
peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk meningkatnya kecelakaan lalu lintas
dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan terutama dengan
meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat
kemajuan dalam berbagai bidang terutama bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan
lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial budaya.
5. Mempelajari masalah gizi disebut Epidemiologi Gizi

Dewasa ini, epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat. Masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Tujuan
dari epidemiologi gizi adalah menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan
dengan kehidupan sosial masyarakat. Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai
dengan survelans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan
erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada pada
sasaran individu atau lingkungan keluarga saja. Epidemiologi gizi tidak hanya untuk kasus
kekurangan gizi saja, namun juga kelebihan gizi juga yang saat ini juga memprihatinkan.
6. Mempelajari pelayanan kesehatan disebut Epidemiologi Pelayanan Kesehatan

Bentuk ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah
tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Para ahli epidemiologi bersama dengan ahli
perencanaan dapat merupakan tim yang serasi dalam menyusun suatu rencana pelayann
kesehatan yang efektif dan efisien.
7. Mempelajari kependudukan disebut Epidemiologi Kependudukan

Merupakan cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi


dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta
faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi di masyarakat.
Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan
penyakitdalam masyarakat, tetapi juga berperan dalam berbagai aspek kependudukan dan
keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti
pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kerja, ketenagakerjaan, transportasi, kesehatan,
pertanian, kepegawaian. Peranan epidemiologi sangat penting untuk digunakan sebagai dasar
dalam mengambil kebijakan dan menyusun perencanaan yang baik. Dewasa ini sedang
dikembangkan epidemiologi sistem reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga
berencana dan kependudukan.
8. Mempelajari lingkungan dan kesehatan kerja disebut Epidemiologi Lingkungan dan
Kesehatan Kerja (occupational and environmental epidemiology).
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari dan menganalisis
keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang
bersifat fisik, kimiawi, biologis maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.
Bentuk ini sangat berguna dalam menganalisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai
keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
9. Mempelajari kesehatan jiwa disebut Epidemiologi Kesehatan Jiwa.

Merupakan salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik
mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor
yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya
berbagai keluhan anggota masyyarakat yang lebih banyak mengarah ke masalah kejiwaan
disertai dengan perubahan sosial masyarakat, menuntut cara pendekatan melalui epidemiologi
sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini
gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja, tetapi telah
menjadi masalah sosial masyarakat.
10. Mempelajari perilaku disebut Epidemiologi Perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam
menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Menurut Bloom, bahwa perilaku memberikan
kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat. Mengingat
bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat kompleks, sehingga dalam epidemiologi kita lebih
banyak melakukan pendekatan faktor risiko maka faktor perilaku individu maupun masyarakat,
seperti kebiasaan hidup sehat individu dan kepercayaan masyarakat tentang sesuatu yang
berhubungan dengan kkesehatan, banyak memberikan nilai risiko yang sering muncul dalam
analisis epidemiologi tentang kejadian penyakit dalam masyarakat. Bahkan perilaku sangat erat
hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku dan ras, pekerjaan, status sosial dan ekonomi
serta berbagai aspek kehidupan lainnya. Contoh perilaku yang termasuk dalam epidemiologi
perilaku adalah perilaku merokok pada remaja. Kasus ini dapat dikaji dengan berbagai faktor,
misalnya umur dan peer group.
11. Mempelajari genetika disebut Epidemiologi Genetika

Perkembangan penelitian bidang biomolekuler maka terasa pula pentingnya dikembangkan


metode-metode analisis epidemiologi dalam bidang ini yang kemudian berkembang menjadi
epidemiologi genetika sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendekatan dan metode
epidemiologi. Epidemiologi genetika artinya mempelajari secara lebih detail tentang unsur
genetik manusia yang pada akhirnya dapat menemukan teori-teori baru terkait tentang ilmu
genetika.
Peran Epidemiologi
1. Peranan Epidemiologi secara umum:
Menurut Adnani (2010), peran epidemiologi ada 5;
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperanan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat;
- Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan;
- Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan;
- Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan penyakit dalam upaya
menanggulanginya;
- Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.
Menurut Adnani (2010) epidemiologi perlu dipelajari bagi mahasiswa kesehatan, utamanya D3
RMIK karena mempunyai tujuan:
- Mempelajari sebab akibat suatu penyakit
Bahwa dalam epidemiologi tidak mengenal penyebab tunggal akan tetapi banyak penyebab.
Selain itu, penyebab semestinya mendahului akibat. Di dalam masyarakat seringkali kita
dikejutkan dengan berbagai penyakit yang seolah-olah datang terlebih dahulu baru dicari
penyebabnya. Padahal penyebab itu telah ada terlebih dahulu sebelum adanya kasus. Hanya
manusia terlambat dalam atau tidak tahu dalam mengenali penyebab.
- Mempelajari Riwayat Alamiah Penyakit
Epidemiologi sangat peduli dalam mempelajari perjalanan alamiah penyakit, sehingga dapat
diupayakan pencegahan sebelum tahap-tahap dalam riwayat alamiah tersebut terjadi ke tahap
yang lebih berat.
Misalnya: ketika seseorang pekerja pabrik semen memasuki tahap pre pathogenesis di luar
tubuh (selalu terpapar dengan debu semen) maka epidemiologi mengupayakan pencegahan
terjadinya penyakit dengan cara mengidentifikasi besarnya permasalahan, berbagai penyebab
utama, dan strategi yang tepat untuk pencegahan dan pengendaliannya. Misalnya dengan adanya
UU perlindungan kesehatan bagi pekerja, adanya program perlindungan dengan menggunakan
alat pelindung diri (APD).
- Menguraikan Status Kesehatan Kelompok Penduduk
Epidemiologi dapat menguraikan status kesehatan penduduk melalui penelitian epidemiologi
yang dilakukan. Misalnya: kelompok penduduk Desa Y diketahui mempunyai faktor risiko
terjadinya KLB Demam Berdarah karena Angka Bebas Jentiknya kurang dari 95%, setelah
dilakukan penelitian perilaku mereka pasca terjadinya KLB Demam Berdarah di desa tersebut.
- Mengevaluasi upaya kesehatan
Berbagai upaya kesehatan dapat dievaluasi dengan menggunakan berbagai pengukuran
epidemiologi, misalnya Odd Ratio (OR).
Contoh:
Hasil Penelitian Nawangwulan (2017) disebutkan bahwa dalam evaluasi Program Open
Defecation Free (ODF) di RT 03 RW I Kelurahan Tambak Kota Surabaya dengan mengukur
factor atau variable yaitu karakteristik dan perilaku yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,
tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tentang BABS bagi warga RT 03 RW I Kelurahan
Gununganyar Tambak Kota Surabaya dengan membandingkan OR t i a p variabel antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol.
2. Peran Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat
Menurut Noor (2008) ada 3 fungsi utama epidemiologi dalam kesehatan masyarakar,
yaitu:
- Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan, termasuk
penyakit serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu;
- Menyiapkan data dan informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan,
pelaksanaan program, dan evaluasi berbagai kegiatan pelayanan pada masyarakat, baik
yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit serta menentukan skala
prioritas terhadap kegiatan tersebut;
- Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor
yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut;
- Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan
perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu
seperti sifat karakteristik biologis, sosioekonomis, demografis, kebiasaan individu, dan
sifat karakteristik genetis. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi
gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat dan kemungkinan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Peran epidemiologi dengan Disiplin Ilmu Lain
Menurut Bustan (2006) dunia ilmu pengetahuan secara garis besar terdiri dari dunia ilmu sosial
(sosiologi), dunia kesehatan (public health) dan dunia kedokteran (medicine). Masing-masing
ilmu itu berkembang dari waktu ke waktu sehingga lama kelamaan batas masing-masing ilmu
semakin tidak jelas dan sebaliknya hubungan antara satu ilmu dengan yang lainnya semakin
erat. Epidemiologi pada dasarnya bernaung di bawah ilmu kesehatan sebagai salah satu cabang
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dalam epidemiologi dipelajari distribusi penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dalam kaitan ini epidemiologi tidak dapat berdiri sendiri karena timbulnya panyakit
berhubungan dengan faktor-faktor yang ada dalam host, agent, environment atau pejamu, agen
atau vektor, dan lingkungan. Untuk memeperdalam pengetahuan terhadap ketiga faktor ini,
epidemiologi perlu bantuan kerjasama berbagai disiplin ilmu lainnya.
Misalnya:
Faktor host, perlu pengetahuan tentang tubuh manusia (fisik dan mental), keadaan fisiologi
akan berhubungan dengan Ilmu Fisiologi; keadaan organ tubuh berhubungan dengan Ilmu
Patologi; keadaan fisik berhubungan dengan Ilmu Biologi.
Dalam faktor agent perlu pengetahuan tentang sifat-sifat agent penyebab terjadinya penyakit:
sifat fisik Ilmu Fisika seperti getaran, pencahayaan, dan keterpaparan cuaca; Sifat biologis
berhubungan dengan ilmu Mikrobiologi, Parasitologi; sifat kimiawi berhubungan dengan Ilmu
Kimia contohnya kandungan zat kimia.
Dalam faktor environment meliputi dari semua segi lingkunga; lingkungan fisik berhubungan
dengan Ilmu Geologi, Geografi, Fisika; lingkungan sosial berhubungan dengan Ilmu Sosial
Politik, lingkungan ekonomi berhubungan dengan Ilmu Ekonomi.
Epidemiologi sebagai suatu metode ilmiah berperan dalam Penelitian sehingga tidak dapat
melepaskan diri dalam kaitannya dengan statistik, matematika, dan untuk menganalisis masalah-
masalah yang berkaitan dengan penerapan strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit,
epidemiologi memerlukan masukan dari Ilmu-ilmu Sosial, Antropologi dan Ekonomi. Dengan
demikian nampak bahwa epidemiologi tidak bisa terpisah dengan cabang ilmu lainnya. Sebagai
ilmu yang berkembang, epidemiologi tentunya sangat terbuka untuk menerima masukan dari
ilmu-ilmu lainnya.
Masalah Kesehatan
1. Arti Sehat menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental
dan sosial: tidak terbatas pada bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan saja;
2. Kesehatan menurut UU No.9/1960 meliputi kesehatan badan, rohani atau mental dan
sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan;
3. Kesehatan menurut UU RI No.23/1992 dan UU RI No.36/2009 adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial &
ekonomis;
4. Sehat secara mental diartikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu terus
berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain.
5. Sehat secara sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat; perikehidupan ini harus
sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk
memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam
masyarakat yang memungkinnya untuk bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya.
6. Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, maka dalam memandang kesehatan harus
dilihat secara utuh, tidak hanya memandang kesehatan dari segi fisik saja,
7. Menurut Bustan (2006), secara lebih jelas ruang lingkup sehat dan masalah kesehatan
dapat meliputi 6D, yaitu Death (kematian); Diseases (penyakit); Disability (kecacatan);
Discomfort (kekurangnyamanan); Dissatisfaction (ketidakpuasan); Destitution (kelemahan) .
8. Menurut Adnani (2010), epidemiologi memberikan pendekatan khusus terhadap masalah
kesehatan yang ada, mulai mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang
lingkup Epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut di atas dapat meliputi 6 E, yakni,
Etiologi berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab
penyakit dan masalah kesehatan, misal etiologi dari penyakit malaria adalah parasit
plasmodium; Efikasi atau efek: berkaitan dengan efek atau adanya daya optimal yang
diperoleh dari adanya intervensi kesehatan, misal efikasi pemberian vaksin adalah 40%;
Efektivitas besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan atau intervensi)
dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang lainnya; Efisiensi adalah
suatu konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh dengan biaya yang
diberikan; Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan terhadap keberhasilan
pengobatan/program kesehatan; Edukasi adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan
kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit.
9. Menurut Bustan (2006), Konsep sehat: sehat dan sakit adalah kejadian yang merupakan
rangkaian proses yang berjalan terus menerus yang ada dalam kehidupan masyarakat; Konsep
sakit adalah perubahan status sehat ke status sakit terkait adanya keterpaparan yang dialami
dan kerentanan tubuh manusia dalam menghadapi keterpaparan itu.
9. Ruang lingkup kesehatan dalam UU RI No.36 Tahun 2009, pengertian kesehatan adalah lebih
luas yang menyangkut keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis;
Aplikasi Epidemiologi
Menurut Adnani (2010) epidemiologi sebagai suatu ilmu tidak hanya sekedar untuk
dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan semata. Arah perkembangan epidemiologi harus
mampu mengembangkan konsep baru sesuai dengan tantangan masalah yang dihadapinya.
Epidemiologi mengemukakan konsep faktor risiko dan penyebab multi kausal yang banyak
memberikan sumbangan dalam menjawab beberapa masalah kesehatan masyarakat. Misal
diketahui bahwa penyakit TBC disebabkan oleh basil Tuberkulosis, namun tidak semua orang
yang terpapar basil Tuberkulosis akan menderita TBC. Konsep multikausal epidemiologi mampu
menjawab pertanyaan tersebut.
Selain itu epidemiologi sebagai suatu metodologi diharapkan mengembangkan diri sehingga
dapat diaplikasikan oleh berbagai ilmu lain dalam dunia Ilmu Kesehatan Masyarakat maupun
oleh ilmu lainnya. Dalam aplikasinya epidemiologi hendaknya menyesuaikan diri dengan
kebutuhan ilmu terkait. Misal perhitungan frekuensi gangguan gizi memerlukan pendekatan yang
berbeda dengan perhitungan frekuensi penyakit pada golongan pekerja. Akhir-akhir ini sedang
berkembang berbagai epidemiologi yang diaplikasikan pada beberapa cabang ilmu lainnya
seperti epidemiologi gizi, epidemiologi kesehatan kerja atau epidemiologi klinik.
1. Epidemiologi dan pencegahan Penyakit Menular
Penyakit menular timbul akibat interaksi pejamu, agent, dan lingkungan yang tidak seimbang
sehingga timbul sakit (Notoatmodjo, 2013). Sejarah epidemiologi bermula dengan peranan dan
kesuksesan dalam pencegahan penyakit menular. Aplikasi epidemiologi telah membawa
keberhasilan dalam pencegahan penyakit menular. Penerapan epidemiologi dalam upaya
imunisasi membawa beberapa penyakit seperti campak dan polio dapat tertanggulangi.
Penjajagan pasien penyakit menular seksual telah memberikan kemampuan dalam
mengidentifikasi sumber penularan. Perbaikan sistem surveilans telah membawa para pengamat
penyakit dalam masyarakat. Bagaimana epidemiologi telah menemukan awal tercetusnya
epidemiologi AIDS di Amerika Serikat.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Dalam epidemiologi penyakit tidak menular mampu membawa kesuksesan dalam pencegahan
penyakit. Tujuannya mencari beberapa factor yang memegang peranan penting timbulnya
penyakit tidak menular.
Contoh: Menurut Bustan (2007), faktor risiko yang dapat diperbaiki dalam timbulnya penyakit
jantung koroner dengan fakctor-faktor risiko yaitu hipertensi, kolesterol, rokok, stress, salah
makan, gaya hidup, dan kurang olah raga).
3. Epidemiologi dalam Klinik
Secara umum dapat disebutkan bahwa ada 5 kemungkinan aplikasi epidemiologi dalam klinik:
- Menentukan keadaan abnormalitas atau penyakit
- Membantu menetapkan akurasi diagnosis
- Mengetahui riwayat penyakit, misalnya tentang prognosisnya
- Untuk mencari efektivitas suatu obat/pengobatan yang diberikan pada suatu
penyakit sehingga pemberian obat tidak sia-sia.
- Dipergunakan dalam mencari bentuk upaya pencegahan dalam kegiatan klinik.
4. Epidemiologi Gizi
Bagian dari epidemiologi yang mempelajari tentang status gizi pada masyarakat. Misalnya
tentang gizi buruk dan gizi lebih.
5. Epidemiologi Perilaku
Bagaian dari epidemiologi yang mempelajari tentang perilaku yang ada pada masyarakat.
Misalnya perilaku remaja yang merokok dan tidak merokok.
6. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
Bagaian dari epidemiologi yang mempelajari tentang pengelolaan pelayanan kesehatan di
tengah-tengah masyarakat. Misalnya tentang kebutuhan pelayan keseahtan yang dibutuhkan
masyarakat.
7. Epidemiologi Kependudukan
Bagaian dari epidemiologi yang mempelajari tentang hal yang berkaitan dengan kependudukan
masyarakat. Misalnya seberapa banyak masyarakat yang berada pada usia produkstif yang
menjadi pengangguran.
8. Epidemiologi dan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
Merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat penting. Kesehatan lingkungan
merupakan inti dari kesehatan masyarakat yang fokus pada semua lingkungan yang bisa
mengakibatkan potensi bahaya kesehatan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2013). Dari
lingkungan didapatkan udara untuk bernafas, air untuk minum, makanan untuk dinikmati, ruang
untuk bergerak, namun semuanya mempunyai risiko untuk mengakibatkan gangguan kesehatan.
Diperlukan pengetahuan dan upaya untuk menjaga agar udara tidak tercemar dengan polusi zat-
zat yang dapat membawa gangguan atau penyakit pernafasan.
Salah satu aspek kesehatan lingkungan adalah kadar zat-zat toksik atau polusi di sekitar
lingkungan kerja manusia. Untuk tujuan kesehatan masyarakat maka perlu ditentukan berapa
kadar maksimal suatu zat di udara sehingga tidak mengganggu pernafasan. Berapa kadar zat
tertentu dalam air sehingga tidak menimbulkan diare atau penyakit lain? Berapa besar kebisingan
suara sehingga tidak mengganggu produktivitas kerja bahkan menimbulkan ketulian? Untuk itu
dosis, toxic dose ataupun lethal dose memerlukan bantuan aplikasi epidemiologi.
9. Epidemiologi Kesehatan Jiwa.
Bagaian dari epidemiologi yang mempelajari tentang kesehatan jiwa pada masyarakat.
Misalnya mempelajari kecamatan yang mayoritas penduduknya adalah warga dengan kesehatan
jiwa yang buruk.
Dari definisi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat
3 hal Pokok yaitu :
1. Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah kesehatan
yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Untuk dapat mengetahui
frekwensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan
yaitu :
a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
2. Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan
Yang dimaksud dengan Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah
menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan
tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut Ciri – ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi sasaran
penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya penyakit
tersebut.
3. Determinan ( Faktor – faktor yang mempengaruhi )
Determinan adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit /
masalah kesehatan baik yang menjelaskan Frekwensi, penyebaran ataupun yang
menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini
ada 3 langkah yang lazim dilakukan yaitu :
a. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
b. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun.
c. Menarik kesimpulan.
Manfaat Epidemiologi bagi rekam medis:
1. Dapat Menerangkan Keadaan Suatu Masalah Kesehatan.
Karen Epidemiologi mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan,
makaakan diperoleh keterangan tentang keadaan masalah kesehatan tersebut yaitu
Dengan memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat.
Hasil Analisis : Perekam medis dapat melakukan penelitian
2. Dapat memperoleh informasi perkembangan alamiah atau perjalanan suatu penyakit
dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan di butuhkan
informasi tentang yang terkena, jumlah orang yang terkena, dimana dan bilamana terkenanya
suatu penyakit.
Hasil Analisis : Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang penyakit.
Dengan menggunakan metode Epidemiologi dapatlah diterangkan Riwayat Alamiah
Perkembangan Suatu Penyakit ( Natural History of Disease ). Pengetahuan tentang
perkembangan alamiah in amat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit.
Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan
penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak sampai berkelanjutan yang kemudian dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan.
3. Dapat mengetahui penyebab penyakit dan masala kesehatan.
Hasil Analisis : Epidemiologi merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk
mengungkapkan penyebab penyakit yang belum pernah terjadi atau penyakit baru dan belum
pernah di laporkan sebelumnya serta dengan diketahuinya penyebab penyakit, dapat
dilakukannya penyusunan langkah - langkah penaggulangan selanjutnya, baik yang bersifat
pencegahan ataupun yang bersifat pengobatan.
4.Dapat Mengetahui data morbiditas.
Hail analisis : perekam medis dapat mengetahui dan menyimpulkan jumlah individual yang
memiliki penyakit selama periode waktu tertentu yang dapat dilihat dari data pasien.
5.Dapat membantu menilai beberapa hasil program kesehatan
Hasil Analisis : Dalam sebuah program kesehatan pasti diadakannya sebuah evaluasi untuk
mengetahui kekurangan dari program kesehatan yang telah dijalankan yaitu dengan melakukan
sebuah penilaian dari hasil program kesehatan tersebut. Dalam hal ini, dengan menggunakan
metode epidemiologi dapat membantu menilai beberapa hasil program kesehatan tersebut
dengan mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait di tingkat populasi
yang ada.
6. Dapat mendeskripsikan hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran
penyakit
Hasil Analisis : Dinamika penduduk terjadi karena tidak terlepas dari adanya faktor penyebaran
penyakit. Dengan menggunakan metode epidemiologi, dapat dijelaskan bagaimana hubungan
antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit yang terjadi di dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai