Disusun Oleh :
Arleni Aulia Yunitasari G41211264
Herawati Landara Sinaga G41211287
Alviani Rodyatul Agustina G41211360
Dosen Pengampu :
Efri Tri Ardianto
Tokoh asal Jerman ini member kesan tersendiri dalam sejarah epidemiologi yakni dalam
mengidentifikasi penyebab penyakit. Max van Patternkofer menantang teori yang sedang
berkembang waktu itu, dengan menelan kultur vibrio, kebetulan tidak jatuh sakit, kemungkinan
dosisnya kurang. Max van Patternkofer ingin membuktikan bahwa vibrio bukan penyebab
kolera.
11. Galen (129 -199). Tokoh berasal dari Tentara Rumawi ini terkenal dengan The Father of
Experimental Phyisiology. Konsep yang diajukan adalah bahwa status kesehatan
berhubungan dengan temperamen, atau penyakit berhubungan dengan personality type dan
lifestyle factors.
Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi
Menurut Noor (2008) tujuan mempelajari sejarah epidemiologi adalah memberikan gambaran
tentang relevansi epidemiologi dalam menjawab berbagai masalah kesehatan disegala zaman;
mengetahui cara berfikir epidemiologi di berbagai era; tindakan pencegahan yang dipraktekkan
di masa lalu; dapat mengetahui tokoh-tokoh kunci yang mengukur sejarah epidemiologi.
1. Sejarah Epidemiologi
Epidemiologi dalam pengertiannya dewasa ini merupakan ilmu yang relatif masih baru. Namun
demikian, sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa ketika manusia mulai
mengenal penyakit menular. Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab penyakit masih
dianggap berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat, tetapi cukup banyak usaha pada zaman purba
yang dapat dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemi.
Epidemiologi sebagai sains, yang didasarkan pada pengamatan terhadap fenomena penyakit
dalam masyarakat, oleh mereka yang meyakini bahwa keadaan tersebut merupakan suatu
fenomena yang terjadi secara teratur dan bukan kejadian yang berhubungan dengan kekuatan
gaib.
a. Konsep epidemiologi yang pertama: Zaman Yunani dan Romawi kuno telah
dikenal adanya proses penularan penyakit pada masyarakat yang sangat erat kaitannya
dengan faktor lingkungan. Dikemukakan oleh Hipocrates (abad ke-5 SM) dalam
tulisannya yang berjudul “Epidemics” serta dalam catatannya mengenai “Airs, Waters,
and Places”, beliau telah mempelajari masalah penyakit di masyarakat dan mencoba
mengemukakan berbagai teori tentang hubungan sebab akibat terjadinya penyakit dalam
masyarakat. Pada akhirnya teori tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Merupakan dasar pengembangan epidemiologi: Galen mengemukakan suatu
doktrin epidemiologi yang lebih logis dan konsisten dengan menekankan teori bahwa
beradanya suatu penyakit pada kelompok penduduk tertentu sangat dipengaruhi oleh 3
faktor utama, yakni (1) faktor atmosfir; (2) faktor internal; dan (3) faktor predisposisi.
c. Abad ke-14 dan 15 M: masalah epidemic penyakit dalam masyarakat semakin
jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah penyakit pes dan variola yang
melanda sebagian besar penduduk dunia.Orang mulai menyadari bahwa sifat penularan
penyakit dapat terjadi terutama adanya kontak dengan penderita. Dikenal jasa Veronese
Fracastorius (1483-1553) dan Dydenham (1624-1687) yang secara luas mengemukakan
tentang teori kontak dalam proses penularan penyakit. Berdasar ini mulai ada usaha
isolasi dan karantina yang kemudian ternyata mempunyai peranan positif dalam usaha
pencegahan penyakit menular hingga saat ini.
d. Abad 17 teori germ (kuman, bakteri) dan perannya dalam penularan penyakit
pada masyarakat mulai dikembangkan. Pada saat yang sama John Graunt
mengembangkan statistic vital yang sangat bermanfaat dalam metode epidemiologi.
John Graunt bukan seorang dokter, namun hasil karyanya sangat bermanfaat dalam
bidang epidemiologi dengan menganalis sebab kematian pada berbagai kematian di
London dan mendapatkan berbagai perbedaan kejadian kematian antar jenis kelamin
serta antara penduduk urban dan rural, maupun perbedaan musim tertentu. William Far
mengembangkan analisis sifat epidemiologi berdasarkan hokum matematika, yaitu
bahwa meningkatnya, menurunnya dan berakhirnya epidemic mempunyai sifat sebagai
fenomena berurutan yang dewasa ini dianggap mengikuti hukum kurva normal.
f. Jakob Henle pada tahun 1840 mengemukakan teorinya tentang sifat epidemi dan
endemic yang sangat erat hubungannya dengan fenomena biologis. Dalam tulisannya
dikemukakan bahwa yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah organisme
yang hidup. Pendapat ini pada waktu yang sama telah mendorong berbagai ilmuwan
terkemuka seperti Robert Koch, Pasteur dan lainnya yang menemukan mikroorganisme
penyebab penyakit tertentu.
g. Sejak ditemukannya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, para ahli segera
mencari berbagai penyebab khusus untuk penyakit tertentu. Pada awalnya mereka hanya
melakukan pengamatan terhadap penderita perorangan, kemudian mulai berkembang ke
arah hubungan sebab akibat yang dapat mengganggu keadaan normal masyarakat.Dari
usaha pengembangan imunitas perorangan serta kekebalan manusia, mulai
dikembangkan usaha penyakit melalui vaksinasi.
2. Perkembangan Epidemiologi
a. Pertengahan abad ke-19 para ilmuwan kesehatan masyarakat dan kedokteran,
lebih mengarahkan pengamatan dan penelitiannya terhadap konsep baru tentang
penyakit secara khusus serta teori tentang imunitas. Pada awal era mikrobiologi para
ahli mulai mengarahkan perhatiannya pada lingkungan fisik dalam mencari penyebab
yang spesifik sebagai faktor penyebab penyakit. Lingkungan fisik ditempatkan sebagai
sumber, media, bahkan sebagai penyebab terjadinya penyakit tertentu.
b. Pada tahun 1842 di Inggris telah diterbitkan laporan Edwin Chadwick yang
disertai dengan sejumlah gambaran dalam bentuk table mengenai peranan lingkungan
terhadap kejadian penyakit. Dalam laporan itu disebutkan bahwa kemiskinan dan
ketidaktahuan memegang peran yang penting sebagai sebab terjadinya kematian tinggi.
Chadwick dengan konsep kejadian penyakit yang didasarkan pada teori Miasma, dan
dianggap sangat berhasil dalam menggunakan model pengumpulan, pengolahan dan
interpretasi data dalam analisis kejadian penyakit dalam masyarakat. Beliau juga
mengamati serta membandingkan keadaan angka mortalitas dengan berdasarkan pada
penduduk yang terpapar terhadap keadaan lingkungan pemukiman sebelum dan sesudah
dilakukan sistem pembuangan air limbah. Selanjutnya mulai dikembangkan oleh para
ahli pada abad itu yaitu William Farr, John Snow dan John Simon sebagai kelompok
peneliti yang sukses. Dengan demikian mulai berkembang konsep lingkungan dan
sistem pendekatan numeric dalam memahami masalah kesehatan masyarakat dan
hubungannya dengan lingkungan yang dikembangkan melalui dasar pemikiran
epidemiologis.
c. Dengan perkembangan mikrobiologi secara pesat serta didapatkannya
mikroorganisme penyebab penyakit, disusul dengan pemunculan konsep pejamu dan
imunitas membawa perkembangan baru dalam dunia epidemiologi. Selain usaha
menemukan jenis mikroorganisme tertentu sebagai penyebab penyakit, juga mendorong
dikembangkannya konsep hubungan kausal yang berperan dalam proses kejadian
penyakit. Namun demikian, sebagaimana halnya dengan konsep miasma sebelumnya,
konsep germ ini juga belum mampu menjawab berbagai kejadian penyakit dan
gangguan kesehatan masyarakat. Dalam sudut pandang epidemiologis, peranan pejamu
dalam proses kejadian penyakit mampu memberikan dorongan yang cukup berarti
dalam perkembangan konsep imunitas sehingga pusat perhatian para ilmuwan lebih
diarahkan pada unsur pejamu dan agent termasuk interaksi unsur tersebut dalam proses
kejadian penyakit.
d. Perkembangan selanjutnya mengarah pada pemahaman proses hubungan sebab
akibat terhadap berbagai peristiwa penyakit dan gangguan kesehatan dengan melalui
pendekatan epidemiologi. Hal ini lebih mengarahkan para ahli untuk menggunakan
pendekatan sistem, dimana analisis didasarkan pada sekelompok faktor yang saling
berkaitan erat dalam dalam suatu bentuk hubungan yang konsisten. Dalam hal ini setiap
sistem sangat berkaitan satu dengan yang lain sehingga setiap perubahan pada faktor
tertentu, kemungkinan besar akan menimbulkan perubahan pada sistem tersebut.
e. Dari berbagai perkembangan tersebut, maka para ahli epidemiologi mulai
mengembangkan apa yang sekarang dikenal dengan metode epidemiologi, yakni suatu
sistem pendekatan ilmiah yang diarahkan pada analisis faktor penyebab serta hubungan
sebab akibat disamping dikembangkannya epidemiologi sebagai bagian dari ilmu
kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup Epidemiologi
Menurut Noor (2008) epidemiologi sebagai suatu ilmu tidak hanya sekedar untuk tampak
sebagai ilmu pengetahuan semata, tetapi harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu: Pertama,
arah perkembangan epidemiologi harus mampu mengembangkan konsep baru sesuai dengan
tantangan masalah yang dihadapinya. Kedua, sebagai suatu metodologi, diharapkan
mengembangkan diri sehingga dapat diaplikasikan oleh disiplin ilmu lain, seperti:
1. Penyakit menular disebut Epidemiologi Penyakit Menular
Bentuk ini telah banyak memberi peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai penyakit menular dewasa ini
merupakan salah satu hasil yang gemilang
dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans yang pada mulanya hanya ditujukan pada
pengamatan penyakit menular secara saksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup
berarti dalam menanggulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga penyakit tidak
menular. Contoh penyakit menular yaitu Tuberculosis, HIV AIDS, Hepatitis, dan Sifilis.
2. Mempelajari kasus individu di Klinik disebut Epidemiologi Klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang dikembangkan oleh para klinisi
yang bertujuan untuk membekali para klinisi atau dokter tentang cara pendekatan masalah
melalui disiplin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinis sehari-hari, para
petugas medis sering menggunakan prinsipprinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara
individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab penyakit dan cara mengatasinya, terhadap
kasus secara individu, dan biasanya tidak tertarik untuk mengetahui serta menganalisis sumber
penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Dan hasil yang diperoleh
dari para klinisi tersebut merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam analisis
epidemiologis. Dengan demikian setiap dokter yang akan bertugas, dibekali pengetahuan dan
ketrampilan khusus tentang cara pendekatan epidemiologi.
4. Mempelajari penyakit tidak menular disebut Epidemiologi Penyakit tidak Menular
Saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai faktor yang memegang
peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk meningkatnya kecelakaan lalu lintas
dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan terutama dengan
meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat
kemajuan dalam berbagai bidang terutama bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan
lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial budaya.
5. Mempelajari masalah gizi disebut Epidemiologi Gizi
Dewasa ini, epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat. Masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Tujuan
dari epidemiologi gizi adalah menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan
dengan kehidupan sosial masyarakat. Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai
dengan survelans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan
erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada pada
sasaran individu atau lingkungan keluarga saja. Epidemiologi gizi tidak hanya untuk kasus
kekurangan gizi saja, namun juga kelebihan gizi juga yang saat ini juga memprihatinkan.
6. Mempelajari pelayanan kesehatan disebut Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah
tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Para ahli epidemiologi bersama dengan ahli
perencanaan dapat merupakan tim yang serasi dalam menyusun suatu rencana pelayann
kesehatan yang efektif dan efisien.
7. Mempelajari kependudukan disebut Epidemiologi Kependudukan
Merupakan salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik
mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor
yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya
berbagai keluhan anggota masyyarakat yang lebih banyak mengarah ke masalah kejiwaan
disertai dengan perubahan sosial masyarakat, menuntut cara pendekatan melalui epidemiologi
sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini
gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja, tetapi telah
menjadi masalah sosial masyarakat.
10. Mempelajari perilaku disebut Epidemiologi Perilaku
Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam
menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Menurut Bloom, bahwa perilaku memberikan
kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat. Mengingat
bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat kompleks, sehingga dalam epidemiologi kita lebih
banyak melakukan pendekatan faktor risiko maka faktor perilaku individu maupun masyarakat,
seperti kebiasaan hidup sehat individu dan kepercayaan masyarakat tentang sesuatu yang
berhubungan dengan kkesehatan, banyak memberikan nilai risiko yang sering muncul dalam
analisis epidemiologi tentang kejadian penyakit dalam masyarakat. Bahkan perilaku sangat erat
hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku dan ras, pekerjaan, status sosial dan ekonomi
serta berbagai aspek kehidupan lainnya. Contoh perilaku yang termasuk dalam epidemiologi
perilaku adalah perilaku merokok pada remaja. Kasus ini dapat dikaji dengan berbagai faktor,
misalnya umur dan peer group.
11. Mempelajari genetika disebut Epidemiologi Genetika