DOSEN PEMULA
TIM PENELITI:
Ns. NI KETUT CITRAWATI,S.Kep.,M.Kep
(NIDN /NIK : /080709385012.04.10.277)
Ns. I DEWA PUTU ARWIDIANA,S.Kep.,M.AP
(NIDN /NIK. 0823066401/2.04.08.020)
Ni Made Winda Nursanti
(Nim : 17.322.1187)
Score 1 2 3 4 5
Dalam 24 jam terakhir,
Tidak
berapa lama Anda merasa 1 jam / 2–3
sama 4-6 jam > 6 jam
mual atau tidak nyaman kurang jam
sekali
pada perut?
Dalam 24 jam terakhir,
Tidak 1 -2 3–4 5–6
apakah Anda muntah- ≥ 7 kali
Muntah kali kali kali
muntah?
Dalam 24 jam terakhir,
berapa kali Anda telah Tidak 1–2 3–4 5–6
≥7 kali
mengalami muntah pernah kali kali kali
kering?
Sumber: Ebrahimi et al., (2009)
Skor PUQE untuk setiap pasien dihitung dengan menggunakan tiga kriteria untuk menilai
keparahan mual muntah selama kehamilan (jumlah jam merasakan mual, jumlah episode
muntah, dan jumlah episode muntah kering dalam 24 jam terakhir). Skor PUQE dihitung dengan
menambahkan nilai-nilai dari masing-masing kriteria, dan dapat berkisar dari minimal 1 sampai
maksimal 15. Skor yang didapatkan dari penilaian tersebut di kategorikan kedalam: mual muntah
ringan bila nilai indeks PUQE 1-6, mual muntah sedang bila nilai indeks PUQE 7-12, dan mual
muntah berat bila nilai indeks PUQE 13-15. Pengukuran PUQE dilakukan 2 kali yaitu sebelum
dan sesudah pemberian intervensi.
2.1.3 Konsep Dasar Aromaterapi
2.1.3.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum
atau bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terapi berarti pengobatan.
Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan dengan menggunakan bau-bauan yang
umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih dan enak yang disebut
dengan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan cairan lembut bersifat aromatik dan mudah
menguap pada suhu kamar (Agusta, 2014).
Aromaterapi merupakan seni dan ilmu dalam menggunakan minyak beraroma yang
dibuat dengan cara ekstraksi dari daun, bunga, kulit, pohon, biji, maupun akar tanaman, guna
penyembuhan fisik dan mental. Kenyataannya, penggunaan dari tumbuh-tumbuhan untuk
penyembuhan penyakit sudah ada sejak zaman dahulu kala bahkan dapat dikatakan sebagai ilmu
tertua dalam praktik pengobatan kuno (Agusta, 2014).
2.1.3.2 Manfaat Aromaterapi
Aromaterapi memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan tubuh diantaranya
membantu menghilangkan kelelahan fisik, ketegangan pikiran akibat stres, memberikan rasa
nyaman dan segar, mengurangi rasa cemas dan dan gelisah, serta mengatasi sulit tidur
(insomnia). Manfaat paling besar pemakaian aromaterapi adalah kemampuannya untuk
mengurangi ketegangan pikiran yang berlebihan. Sejauh ini, semua penyakit bisa disembuhkan
dengan aromaterapi medis, baik secara langsung maupun diintegrasikan dengan cabang ilmu
kedokteran lain, khususnya antar cabang kedokteran naturopati (Sudewo, 2009).
Secara umum, minyak esensial mengandung senyawa kimia yang tersusun dari unsur
hidrogen, karbon, dan oksigen. Kandungan minyak esensial terdiri dari
berbagai senyawa, antara lain sebagai berikut (Suranto 2011):
1. Golongan Monoterpen
Senyawa ini bersifat antivirus dan antiseptik serta bakterisida (membunuh bakteri).
Monoterpen bersifat iritatif (mudah mengiritasi kulit yang sensitif).
2. Golongan Ester
Golongan ini bersifat fungsida (membunuh jamur), sedatif (menenangkan), dan sangat
aromatik.
3. Golongan Aldehida
Golongan ini bersifat sedatif (menenangkan) dan antiseptic.
3. Golongan Keton
Golongan keton bersifat mengurangi pembengkakan selaput lendir dan membantu
mengalirkan lender.
4. Golongan Alkohol, Antiseptik dan Antivirus
Golongan ini bersifat bakterisida.
5. Golongan Fenol
Golongan ini bersifat bakterisida, stimulasi kuat, dan mudah mengiritasi kulit.
2.1.3.3 Cara Kerja Aromaterapi
Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh manusia melalui dua sistem,
yaitu melalui sistem saraf dan sistem sirkulasi. Melalui jaringan saraf yang mengantarnya, sistem
saraf akan mengenali bahan aromatik sehingga sistem saraf vegetative yaitu sistem saraf yang
berfungsi mengatur fungsi organ seperti mengatur denyut jantung, pembuluh darah,
pergerakan saluran cerna akan
terangsang. Beberapa cara kerja aromaterapi ke dalam tubuh :
1. Saluran Pencernaan
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli aromaterapi kedokteran
(aromatologist) menunjukkan bahwa setiap tetes minyak esensial yang digunakan melalui cara
ini seluruhnya akan sampai ke sistem di dalam tubuh.
1. Indra Penciuman
Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat dan efektif untuk
menanggulangi masalah gangguan emosional seperti stres atau depresi. Hal ini disebabkan
rongga hidung mempunyai hubungan langsung dengan sistem susunan saraf pusat yang
bertanggung jawab terhadap kerja minyak esensial. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan
daya ingat seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi
dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang.
Melalui penghirupan, sebagian molekul akan masuk ke dalam paru-paru. Cara ini sangat
dianjurkan untuk digunakan pada mereka yang memiliki gangguan pernafasan.
2.1.3.4 Cara Penggunaan Aromaterapi
Aromaterapi dapat digunakan dengan beberapa cara yaitu:
1. Inhalasi
Inhalasi adalah cara efektif untuk pengobatan aromaterapi, karena minyak esensialnya
sangat mudah menguap dan dengan mudah terserap ke dalam saluran pembuluh darah melalui
paru-paru dan hidung. Uap dengan senyawa voltil di dalamnya berkelana masuk ke dalam
jaringan otak, yang merupakan daerah yang bertanggungjawab terhadap sistem integritas dan
ekspresi perasaan, serta pembelajaran, daya ingat, dan kekuatan fisik.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk inhalasi aromaterapi (Gunawan &
Mulyani, 2010):
a. Inhalasi dari kertas tissue
Inhalasi dari kertas tissue yang ditetesi 5 – 6 tetes minyak esensial (3 tetes untuk anak-
anak, pasien lanjut usia dan wanita hamil). Cara ini dilakukan dengan dua atau tiga kali menarik
napas agar terjadi kontak yang baik dengan silia hidung. Kertas tissue yang keras yang dipakai di
dapur akan menahan aroma minyak esensial lebih lama daripada sapu tangan kertas yang lembut.
b. Q-tip
Metode ini menggunakan lebih sedikit minyak esensial bila dibandingkan metode yang
memakai kertas tissue, karena minyak esensial akan terkumpul pada pipet penetes yang
meneteskan satu tetes minyak untuk membasahi ujung tersebut.
c. Tangan
Satu tetes minyak esensial (tunggal atau campuran) diteteskan pada satu tangan yang
kemudian digosokkan sebentar pada tangan lainnya untuk meratakan dan menghangatkan
minyak tersebut. Dengan menutup mata pasien pasien diminta untuk menghirup aroma tersebut
dengan mendekatkan tangan ke hidung menghindari daerah mata pasien. Cara ini hanya
dilakukan dalam keadaan darurat dan tidak cocok untuk anak-anak.
d. Alat penguap atau steamer
Metode ini dilakukan dengan cara klien memegang baskom yang berisi air panas dan
diberi minyak esensial sebanyak satu tetes. Metode kurang aman untuk dilakukan karena
masalah keamanan.
e. Vaporizer dan diffuser
Alat diffuser (unit dengan sebuah wadah peniup yang kecil dari kaca untuk tempat
minyak esensial) lebih efisien karena dapat menyemprotkan semua molekul yang ukurannya
berbeda-beda pada waktu bersamaan. Berbeda dengan vaporizer yang menggunakan panas,
residu tidak akan terbakar ketika minyak esensial habis terpakai.
1. Pijatan Aromaterapi
Dalam pemijatan aromaterapi, minyak esensial akan diserap melalui kulit dan dibawa ke
jaringan otot persendian, dan organ tubuh. Namun demikian, pengaruh utamanya terletak pada
aromanya. Sebelum minyak esensial dapat digunakan, massage oil harus diencerkan terlebih
dahulu dengan base oil. Perhatian harus diberikan agar menghasilkan suatu tingkat pengenceran
yang baik. Konsentrasi yang berbeda tergantung pada tujuan penggunaan dan kondisi resipien.
Contohnya, ibu hamil dan orang yang kulitnya peka hanya menggunakan minyak yang
dincerkan. Minyak konsentrasi lebih tinggi diperlukan untuk mengobati kelainan fisik alamiah,
seperti kesakitan otot, daripada untuk mengatai keluhan emosional (Winarno, 2007).
2. Berendam
Cara lain dalam menggunakan aromaterapi adalah dengan menambah
tetesan minyak esensial ke dalam air hangat yang digunakan untuk berendam. Dengan cara ini
efek minyak esensial akan membuai perasaan dan membuat pasien rileks, meringankan pegal-
pegal dan nyeri juga, memberi efek yang merangsang dan mengembalikan energi. Pasien akan
mendapat tambahan manfaat dari menghirup uap harum minyak esensial aromaterapi yang
menguap dalam air panas (Wahyuningsih, 2013).
2.1.3.5 Dosis Pemberian Aromaterapi
Menurut Primadiati (2002) minyak essensial merupakan bahan yang bersifat sangat kuat
dan harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Menggunakan minyak essensial
dengan dosis ganda tidak berarti mendapat manfaat ganda pula. Dosis minyak essensil yang
berlebihan bisa menyebabkan racun dan menimbulkan efek buruk pada orang-orang dengan
bakat tertentu misalnya rasa mual. Cara terbaik untuk melarutkan minyak essensial adalah
dengan menggunakan minyak pengencer, yang disebut juga minyak karier (carier oil) seperti
minyak zaitun (virgin olive oil).
Agar minyak esensial dapat digunakan dengan aman, para ahli telah menetapkan suatu
kadar larutan ideal yang dapat digunakan pada kondisi normal (yaitu tanpa indikasi atau
konsentrasi) 1-2 % untuk penggunaan pada wajah dan larutan dengan konsentrasi 3% untuk
penggunakan pada tubuh.
Tabel 2.2
Konversi untuk Menghitung Konsentrasi Larutan
Konsentrasi ƩMinyak Ʃ Minyak Karier (untuk campuran)
Esensial
Larutan 1% 5-6 tetes 1 (±30 ml) minyak karier
Larutan 2% 10-12 tetes 1 (±30 ml) minyak karier
Larutan 3% 15-18 tetes 1 (±30 ml) minyak karier
Sumber: (Primadiati (2005), hal 36-37
2.1.4 Aromaterpi Jahe
Jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek antiemetik pada
sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada percobaan binatang, gingerol
meningkatkan transport gastrointestinal. Gingerol dan komponen lainnya dari jahe diketahui
mempunyai aktivitas sebagai antihidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi.
Galanolakton merupakan unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis
kompetitif pada ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik. Efek jahe pada
susunan 28 saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol, terdapat
pengurangan frekuensi muntah (Dermarderosian, 2006). Selain itu, studi lain menemukan
bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat dalam kaitannya
sebagai anti inflamasi, ekstrak jahe telah memperlihatkan kemampuan untuk menghambat
aktivasi TNF (Tumour Necrosing Factor). Jahe juga mempunyai kandungan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe dapat menghambat proses peradangan yang
disebabkan oleh infeksi H.pylori. Oleh karena itu, frekuensi mual dan muntah yang disebabkan
oleh infeksi H.pylori dapat dikurangi (Frondoza, 2004).
2.1.5.1 Cara Pemberian aromaterapi
Aromaterapi jahe diberikan secara inhalasi yaitu dihirup melalui tisuue selama empat hari
berturut-turut setiap ibu hamil merasakan mual dan muntah. Berikut langkah-langkah pemberian
aromaterapi secara inhalasi (Herni Kurnia,2019):
1. Peneliti mengunjungi masing-masing rumah calon responden untuk melakukan kontrak
waktu tindakan yang akan diberikan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh peneliti dan
memperkenalkan asal instansi, menjelaskan maksud dan tujuan dari pemberian aromaterapi,
manfaat dari pemberian aromaterapi, indikasi dan kontraindikasi, setelah calon responden
mengerti dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti memberikan lembar
pandemic COVID-19, peneliti tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker,
2. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data dibantu oleh enumerator (peneliti pembantu)
sebanyak 1 orang. Peneliti pembantu yang dimaksud adalah 1 orang mahasiswa STIKes Wira
Medika. Peneliti utama dan enumerator kemudian menyamakan persepsi tentang pelaksanaan
penelitian. Tugas dari enumerator adalah untuk membantu dalam memberikan aromaterapi
4. Peneliti melakukan pengukuran tingkat mual muntah (pre test) dengan menggunakan
kuesioner PUQE-24 kepada responden satu hari sebelum pemberian intervensi aromaterapi
Jahe.
5. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan implementasi
aromaterapi Jahe. Prosedur pelaksanaan aromaterapi Jahe dengan posisi responden duduk,
kemudian teteskan 3 tetes aromaterapi Jahe essential oil pada satu lembar tissue kering.
Anjurkan responden menghirup aromaterapi Jahe sebanyak 3 kali pernapasan dengan jarak 2-
3 cm dari hidung dan diulangi kembali 5-10 menit bila masih mengalami mual dan muntah,
6. Peneliti melakukan observasi selama ±20 menit dan memastikan bahwa tidak terjadi respon
kuesioner PUQE-24 kepada responden untuk mengukur tingkat mual muntah 24 jam setelah
penelitian.
1. Hormonal
2. Faktor psikososial
3. Masalah Pekerjaan
4. Status Gravida
(Primigravida atau
Multigravida)
Keterangan :
: Alur pikir
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester 1
Tabel 2
Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Melakukan Studi
Pendahuluan
Identifikasi Populasi
Identifikasi calon
responden (Kriteria inklusi
dan eksklusi
Bersedia menjadi
responden
Tabel 4.1
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 30 responden 11 (36,7%) responden
berusia 17-25 tahun, 16 (53.3%) responden berusia 26-25 tahun dan 3 (10.0%) responden berusia
> 35 tahun.
Tabel 4.2
1 - 4 minggu 0 0.0
5 - 8 minggu 11 36,7
9 - 12 minggu 19 63,3
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 30 responden 11 (36,7%) responden
berada pada usia kehamilan 5-8 minggu sedangkan 19 (63,3%) responden berada pada usia
kehamilan 9-12 minggu.
Tabel 4.3
1 kali 14 46,6
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa,30 responden 11 (36,7%) responden belum
pernah paritas, 14 (46,6%) responden pernah paritas sebanyak 1 kali, dan 5 (16,7%) responden
lebih dari 1 kali paritas.
Tabel 4.4
SD 0 0,0
SMP 3 10
SMA 16 53.3
Total 30 100.0
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 3 (10%) responden dengan tingkat pendidikan
terakhir SMP, 16 (53.3%) responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan 11 (36,7%)
reponden memiliki tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi.
Tabel 4.5
PNS 0 0,0
Wiraswasta 4 13.3
lainnya 5 16,7
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 12 (40.0%) responden
sebagai pegawai swasta, 4 (13.3%) responden sebagai wiraswasta, 9 (30.0%) responden sebagai
ibu rumah tangga dan 5 (16,7%) responden dengan pekerjaan lain.
Tabel 4.6
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 (100.0 %) responden belum pernah
mendapatkan informasi tentang aroma terapi jahe.
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Emesis Gravidarum
(Pre Test)
(Pree Test )
Tidak mual muntah 0 0,0
skor 3
Ringan 17 56.7
Skor 4-7
Sedang 13 43.3
Skor 8-11
Berat 0 0.0
Skor 12-15
Total 30 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 17 (56,7%) responden sebelum
diberikan tindakan aroma terapi jahe dengan tingkat emesis gravidarum ringan dengan skor 4-7
sedangkan 13 (43.3%) responden dengan tingkat emesis gravidarum sedang dengan skor 8-11.
Tabel 4.8
Skor 4-7
Sedang 0 0.0
Skor 8-11
Berat 0 0.0
Skor 12-15
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, sebelum diberikan aromaterapi jahe yaitu 17
(56.7%0 responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum sedang, setelah di berikan aromaterapi jahe yaitu 10 (33.3)
responden memiliki tingkat emesis gravidarum tidak mula muntah dan 20 (66.7%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum ringan.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Identifikasi Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Sebelum
diberikan Aromaterapi Jahe
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas III Denpasar Utara yang di ukur menggunakan
kuesioner PUQE-24 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 17 (56.7%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden memiliki tingkat emesis
gravidarum sedang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Wirda dkk (2020) dengan judul “ Pengaruh
Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar”. Hasil
penelitian menunjukkan vagwa sebelum diberikan aroma terapi jahe sebagian besar responden 9
(90.05) responden mengalami mual muntah dengan katagori sedang dan 1 (10.0%) responden
mengalami mual dengan katagori berat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pramesti, Surtikanti,
dan Puspita 2020) denga judul penelitian Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Mual
Muntah (Emesis) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu
Raya”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan aromaterapi jahe sebagian
besar responden 10 (52.6%) responden mengalami mual dengan katagori sedang dan 9 (47.4%)
responden mengalami mual dengan katagori ringan.
Menurut ( Sari et al., 2015) Mual ( nausea ) dan Muntah ( emesis) merupakan gejala yang
sering terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan
tetapi bisa juga timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah biasanya terjadi pada
minggu ke-6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 12 minggu pertama
kehamilan. Emesis gravidarum yaitu perasaan pusing, perut kembung dan badan terasa lemas
dan disertai keluarnya isi perut melalui mulut pada ibu hamil trimester I ((Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Emesis Gravidarum terjadi pada setiap ibu hamil khususnya pada trimester pertama karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor paritas, faktor usia, faktor pekerjaan,
faktor gisi, faktor psikologis, dan faktor kegemukan. Faktor inilah yang mengakibatkan
terjadinya emesis gravidarum yang bisa berakibat buruk pada ibu hamil sehingga dibutuhkan
segerah penanganan yang tidak mempunyai efek samping seperti pemberian aromaterapi jahe
(Ani Nurdiana, (2018). Aromaterapi jahe dapat membantu mengatasi emesis gravidarum pada
ibu hamil, selain itu jahe juga bisa mengatasi mual muntah pada gastritis yang dapat mengatasi
infeksi yang terjadi pada lambung dan langsung memblok reseptor serotonim yang
menghantarkan reflex mual muntah sehingga tidak terjadi mual muntah ( Nasution S.A &
Kaban. F dalam Wirda et al. 2020).
4.2.2 Hasil Identifikasi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I Setelah Diberikan
Aromaterapi jahe
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Farida 2019) dengan judul
“Pengaruh Minuman Jahe Terhadap Penurunan Frekuensi Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester I Di Wilayah Puskesmas Lubuk Buaya Padang”. Hasil penelitian menunjukkan skor
rata-rata emesis grvidarum sesudah diberikan intervensi minuman jahe pada ibu hamil trimester I
di wilayah kekrja Puskesmas Lubuk Buaya Padang yaitu skor rata-rata menjadi 5,00.
Menurut teori (Ernst dalam jurnal Kurnia 2019) bahwa aromaterapi jahe merupakan
aromaterapi jahe yang mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri jahe menpunyai banyak manfaat
menghilangkan nyeri saat menstruasi, sakit kepala, merangsang nafsu makan dan mengurangi
mual. Efek jahe pada susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol,
terdapat pengurangan frekuensi muntah. Selain itu, studi lain menemukan bahwa jahe
menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat. Salah satu penanganan emesis
gravidarum dengan non farmakologi yaitu dengan jahe.
Menurut koswana dalam (Farida 2019) Jahe merupakan obat tradisional penting di Indonesia
yang terdiri atas 3 jenis yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Sifat khas jahe disebabkan
adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan adanya minyak atsiri
dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rizhoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe
berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki
komponen berbentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum
adalah zingiberen dan zingiberol.
4.2.3 Analisa Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis Gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester I di Puskesmas III Denpasar Utara
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas III Denpasar Utara didapatkan emesis gravidarum
pada ibu hamil trimester I setelah diberikan aromaterapi jahe mengalami penurunan dari sebelum
diberikan aromaterapi jahe. Hasil analisis bivariate menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test
diperoleh negative rank 23 yang artinya terdapat penurunan tingkat emesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I setelah diberika aromaterapi jahe sebanyak 30 orang, diperoleh nilai p-value =
0,000 < α (0,05), Maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan data
sebelum diberikan aromaterapi jahe yaitu 17 (56.7%0 responden memiliki tingkat emesis
gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden memiliki tingkat emesis gravidarum sedang,
setelah di berikan aromaterapi jahe yaitu 10 (33.3) responden memiliki tingkat emesis
gravidarum tidak mual muntah dan 20 (66.7%) responden memiliki tingkat emesis gravidarum
ringan. Berdasarkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh aromaterapi jahe
terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di puskesmas III Denpasar Utara.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wirda et al. 2020) dengan
judul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada Ibu
Hamil Trimester Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar “
Didapatkan hasil menggunakan uji T didapatkan semua responden mengalami penurunan emesis
gravidarum, tidak ada yang tetap dan tidak ada yang meningkat dengan nilai p=0,041< α 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa secara statistic ada pengaruh pemberian aroma terapi Jahe terhadap
penurunan emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Wilayah kerja Puskesmas
Mangarabombang Kabupaten Takalar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Farida
2019) dengan judul “Pengaruh Minuman Jahe Terhadap Penurunan Frekuensi Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Wilayah Puskesmas Lubuk Buaya Padang”.
Didapatkan hasil ada pengaruh yang signifikan antara pemberian minuman jahe sebelum dan
sesudah perlakuan terhadap rata-rata emesis gravidarum. Berdasarkan uji paired sample t test
menunjukkan hasil yaitu p value=0,000 dengan tingkat kemaknaan p≤0,05, artinya ada pengaruh
minuman jahe terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.
Menurut (Scarlet. 2013) serta ( Mataram. S A 2012) mengatakan bahwa dengan aromaterapi
jahe frekuensi emesis gravidarum dapat berkurang bahkan hilang karena jahe bekerja dengan
menghabisi reseptor serotonim dan mengurangi efek mual dan muntah pada saluran
gastrointestinal dan sytem saraf pusat, baik pada ibu hamil yang mengalami emesis. Hasil
penelitian ( Redi Aryanta, I. W, 2019) mengatakan bahwa jahe mempunyai banyak manfaat dan
bisa di jadikan obat termasuk aromaterapi yang mempunyai aroma yang wangi dan bisa
menurunkan reflex mual muntah ataupun emesis gravidarum bagi ibu hamil. Aromaterapi jahe
yang diberikan pada ibu hamil dengan mual muntah dapat memberikan pengaruh cukup
signifikan sehingga terjadi penurunan antara sebelum dan sesudah intervensi.
Peneliti berpendapat bahwa aromateapi jahe memiliki kandungan atsiri jahe yang dapat
mempengaruhi tubuh melalui saraf olfaktorius yang berfungsi mengatur mual muntah pada tubuh
dan merangsang sistem limbik untuk melepaskan endoprin dan serotonin untuk merelaksasikan
sistem dalam tubuh. Secara psikologis responden juga menyatakan bahwa menyukai aromaterapi
jahe yang diberikan dan merasa bahwa tersugesti atau didalam pemikiranya aromaterapi ini
harusnya berguna untuk kesehatannya dalam mencegah mual muntah (emesis) yang dialaminya.
Sugesti atau pemahaman yang diterapkan dalam otak dapat mempengaruhi alam bawah sadar
seseorang untuk meyakinkan dirinya sehingga menjadi salah satu penangana yang bisa
dilakukan.
Penurunan emesis gravidarum pada masing-masing responden sangat bervariasi, ini juga
berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum yang dibawa oleh
responden baik dari diri sendiri maupun lingkungan luar, dilihat dari perubahan tingkat emesis
gravidarum setelah diberikan aromaterapi jahe menunjukkan hasil perubahan yang baik.
Aromaterapi jahe diberikan pada ibu hamil trimester I agar mampu membantu ibu melewati
masa kehamilannya dengan baik karena memberikan pengaruh dalam menurunkan mual muntah
yang dialami. Jika terapi jahe dilaksanakan secara teratur terbukti berpengaruh menurunkan mual
muntah pada ibu hamil trimester I, selain itu aromaterapi dapat juga bermanfaat untuk kesegaran.
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebelum diberikan aromaterapi jahe didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 17
(56.7%) responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum sedang.
2. Setelah diberikan aromaterapi jahe didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 10
(33.3) responden memiliki tingkat emesis gravidarum tidak mual muntah dan 20 (66.7%)
responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan.
3. Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh negative rank 23
yang artinya terdapat penurunan tingkat emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I
setelah diberika aromaterapi jahe sebanyak 30 orang, diperoleh nilai p-value = 0,000 < α
(0,05), Maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh aromaterapi jahe terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas III Denpasar Utara
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan
dalam pemberian terapi komplementer untuk perawatan antenatal care pada ibu hamil
dengan emesis gravidarum.
2. Kepada masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan terkait terapi
komplementer khususnya bagi ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV
JADWAL PENELITIAN DAN BIAYA
Target luaran:
1. Publikasi nasional terindeks SINTA
Road Map Individu