Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PENELITIAN

DOSEN PEMULA

PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU


HAMIL TRIMESTER 1

TIM PENELITI:
Ns. NI KETUT CITRAWATI,S.Kep.,M.Kep
(NIDN /NIK : /080709385012.04.10.277)
Ns. I DEWA PUTU ARWIDIANA,S.Kep.,M.AP
(NIDN /NIK. 0823066401/2.04.08.020)
Ni Made Winda Nursanti
(Nim : 17.322.1187)

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN DOSEN PEMULA
Judul Penelitian : Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis Gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester 1
Bidang Ilmu yang diteliti : Pendidikan Keperawatan
Jumlah Tim : 2 orang
Ketua Peneliti :
a. Nama : Ns. Ni Ketut Citrawati,S.Kep. M.Kep
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIK : 2.04.10.277
d. Program Studi : Ners
e. Alamat : Jalan Pepaya Lingkungan Candi Baru Gianyar
f. Tlp/E-mail : 08174772204/citrabali@ymail.com
Anggota Peneliti
a. Nama : Ns. I Dewa Putu Arwidiana,S.Kep.,M.AP
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIK : 2.04.08.020
d. Program Studi : Ilmu Keperawatan
Lokasi Penelitian : Puskesmas III Denpasar Utara
Waktu Penelitian : TA 2021-2022
Anggaran Biaya : Rp. 5.000.000,00
(Lima Juta Rupiah)
Mengetahui Denpasar, Desember 2021
Program Studi Ners Ketua Peneliti
Ketua

Ns. Ni Wayan Trisnadewi, Ns. Ni Ketut Citrawati,S.Kep.M.Kep


S.Kep.,M.Kes NIK. 2.04.10.277
NIK. 2.04.08.186
Menyetujui
Ketua PPPM

Ns. Ni Komang Sukraandini, S.Kep, MNS


NIK: 2.04.10.402
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Kurnia, 2019). Terjadi berbagai perubahan
pada sistem tubuh pada saat kehamilan salah satu perubahan fisiologis yang terjadi pada awal
kehamilan terjadi pada sistem gastrointestinal yaitu mual dan muntah. Kondisi yang mengganggu
ini sering disebut emesis gravidarum.
Emesis gravidarum merupakan hal yang sering terjadi pada kehamilan trimester pertama
dengan prevalensi kejadian di Indonesia sekitar 50-80% diantaranya pada primigravida 60-80%
dan multigravida 40-60% (Wiulin Setiowati dan Nor Aida Arianti, 2019). Menurut Word Health
Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat 216 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, sedangkan jumlah total kematian
ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia. WHO tahun 2013 juga mencatat
jumlah kejadian emesis gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia,
sedangkan kejadian hiperemesis gravidarum antara 0,3- 3,2% dari seluruh jumlah kehamilan di
dunia. Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Norwegia 0,5-2,0%, Turki 1,9-2%, Pakistan
1,9%, Jepang 3,6%, Malaysia 0,3-2%, Indonesia 1-3% (Fitria et al., 2021)
Komplikasi kehamilan berdampak sangat besar terhadap kesehatan ibu hamil, bahkan
jika komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini maka dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin. Dampak komplikasi yang umum terjadi adalah preeklampsia. Hal ini dikarenakan
mual muntah berlebihan yang terjadi pada ibu hamil menjadi beban psikologis tersendiri dan
dapat memicu terjadinya preeklamsia. Berdasarkan persentase yang cukup besar dari emesis
gravidarum serta dampak yang akan ditimbulkan dari kondisi tersebut tidak dapat dianggap
sebuah gangguan yang ringan, dimana komplikasi dari emesis gravidarum menjadi salah satu
faktor penyebab kematian ibu (Kurnia, 2019)
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi emesis gravidarum pada
kehamilan trimester pertama adalah dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
Penanganan farmakologis dilakukan dengan pemberian piridoksin (vitamin B6), antiemetic, dan
antihistamin. Penatalaksanaan lain yang bisa diberikan adalah dengan terapi nonfarmakologis
yang memiliki banyak keunggulan dan bersifat noninfasif, murah, sederhana, efektif, dan tidak
memiliki efek samping farmakologi. Terapi nonfarmakologis dapat dilakukan dengan pengaturan
diet, dukungan emosional, akupunktur dan pemberian aromaterapi. Salah satu aromaterapi yang
paling banyak digunakan dan dianggap aman untuk diberikan pada ibu hamil adalah aromaterapi
jahe (Wirda et al., 2020)
Aromaterapi merupakan tindakan pengobatan menggunakan minyak essensial yang
membantu meningkatkan keadaan fisik dan psikologis. Setiap minyak essensial memiliki efek
farmakologis yang unik, seperti antiseptic, antibakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, sedatif,
serta merangsang adrenal. Minyak essensial yang umum digunakan untuk mengatasi mual
muntah adalah peppermint, spearmint, jahe, dan jahe (Santi, 2013). Berbagai jenis aromaterapi
yang sering digunakan untuk mengatasi ketidaknyamanan mual muntah, aromaterapi jahe
menjadi salah satu metode alternatif yang memberikan efek menenangkan dengan menstimulasi
sistem limbik otak yang akan memblok serotonin sehingga mual muntah dapat ditekan (Wirda et
al., 2020)
Penelitian yng dilakukan Vutyavanich T, Kraisarin T, Ruangsri R dalam (Kurnia, 2019)
menjelaskan bahwa pengobatan alternative dengan menggunakan sari tumbuhan aromaterapi
murni berupa bahan cairan tanaman yang mudah menguap dan senyawa aroma terapi lain dari
tumbuhan. Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas
tengah. Jahe sebagai bahan baku obat dengan rasanya yang panas dan pedas, telah terbukti
berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit salah satunya adalah untuk mengatasi
mual muntah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang KIA Puskesmas III
Denpasar Utara, data register kunjungan ibu hamil trimester I dari bulan Februari hingga
September 2021 berjumlah 131 kunjungan. Hasil wawancara yang dilakukan bersama 4 orang
ibu hamil trimester I, 3 (0.12%) orang diantaranya mengatakan mengalami mual muntah sedang,
dan 1 (0.04) orang mual muntah ringan. Keluhan mual muntah yang dialami ibu hamil cukup
mengganggu aktivitas keseharian serta kondisi tubuh terasa lemas. Selain itu dilakukan
wawancara juga bersama bidang koordinator KIA di ruangan mengatakan hampir 90% ibu hamil
trimester I yang berkunjung mengalami mual muntah. Apabila terdapat pasien dengan kondisi
mual muntah hanya diberi antiemesis yaitu vitamin B6 dan ondansentron, tetapi belum pernah
diberikan terapi komplementer berupa aromaterapi.
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester 1 Di Puskesmas III Denpasar Utara”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah Ada Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap
Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Puskesmas III Denpasar Utara?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester 1 Di Puskesmas III Denpasar Utara
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengidentifikasikan terjadinya emesis gravidarum sebelum diberikan aromaterapi
jahe pada ibu hamil trimester 1 di puskesmas iii denpasar utara
1.3.2.2 Untuk mengidentifikasikan terjadinya emesis gravidarum sebelum diberikan aromaterapi
jahe pada ibu hamil trimester 1 di puskesmas iii denpasar utara
1.3.2.3 Untuk menganalisis menganalisis pengaruh aromaterapi jahe terhadap emesis gravidarum
pada ibu hamil trimester i di puskesmas iii denpasar utara
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara praktis
1.4.1.1 Memberikan informasi tentang pengaruh aromaterapi Jahe terhadap emesis gravidarum
pada ibu hamil trimester I di Puskesmas III Denpasar Utara
1.4.1.2 Diharapkan dapat menjadi masukan khususnya bagi puskesmas dalam upaya mencegah
terjadinya emesis gravidarum dan memperbaiki pelayanan antenatal care di Puskesmas
III Denpasar Utara
1.4.1.3 Sebagai informasi tambahan untuk instansi dan mahasiswa yang akan melakukan
penelitian sejenis.

1.4.2 Secara teoritis


1.4.2.1 Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan, terutama tentang emesis
gravidarum
1.4.2.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang dan menambah ilmu khususnya
dibidang kesehatan reproduksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses fisiologis yang hampir selalu terjadi pada semua wanita.
Kehamilan terjadi setelah bertemunya sel sperma dan ovum, kemudian hasil konsepsi tumbuh
dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu
(Nugroho T dan Utama, 2014).
Kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi,
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai bulan ketiga, triwulan kedua dari bulan keempat sampai bulan keenam, dan triwulan
ketiga dari bulan ketujuh sampai dengan bulan kesembilan.
2.1.1.2 Proses Terjadinya Kehamilan
Menurut Manuaba (2010), proses terjadinya kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang telah matang dari ovarium menuju tuba
falopi, proses ini dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.
2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatozoa adalah sel
sperma yang matang. Dalam setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang
mengandung 40-60 juta spermatozoa setiap cc.
3. Konsepsi
Pertemuan antara inti ovum dengan inti spermatozoa sehingga terjadi proses pembuahan
yang disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.
4. Proses Nidasi atau Implantasi
Setelah pertemuan kedua ovum dan spermatozoa, maka terbentuk zigot yang dalam
beberapa jam telah mampu membelah diri menjadi dua dan seterusnya. Hasil pembelahan sel
memenuhi seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 0,01 mm dan disebut stadium morula.
Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang
disebut blastula kemudian siap mengadakan nidasi. Sementara itu pada fase sekresi endometrium
makin tebal dan makin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Proses penanaman
blastula yang disebut nidasi atau implantasi berlangsung pada hari ke 6 hingga hari ke 7 setelah
konsepsi.
5. Pembentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri bagian dinding depan atau
belakang. Pada blastula penyebaran sewl trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian
blastula dengan inner cell mass akan tertanam didalam endometrium. Sel trofoblas
menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili
korealis.
2.1.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Widatiningsih & Dewi (2017) tanda – tanda kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu
sebagai berikut:
1. Tanda Dugaan Hamil (Presumtif Sign)
Tanda dugaan (presumtif) yaitu perubahan fisiologis yang dialami pada wanita namun
sedikit sekali mengarah pada kehamilan karena dapat ditemukan juga pada kondisi lain serta
sebagian besar bersifat subyektif dan hanya dirasakan oleh ibu hamil, yang temasuk presumtif
sign adalah:
a. Amenorea
Tidak mengalami haid sesuai siklus atau terlambat haid. Amenorea penting dikenali
untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dan hari perkiraan lahir (HPL).
b. Nausea dan vomiting (mual dan muntah)
Keluhan yang sering dirasakan wanita hamil disebut dengan morning sickness yang dapat
timbul karena bau rokok, keringat, masakan, atau sesuatu yang tidak disenangi. Keluhan ini
umumnya terjadi hingga usia 8 minggu hingga 12 minggu kehamilan.
c. Mengidam
Ibu hamil ingin makanan atau minuman atau menginginkan sesuatu.
d. Fatigue (kelelahan) dan sinkope (pingsan)
Sebagian ibu hamil dapat mengalami kelelahan hingga pingsan terlebih lagi apabila
berada di tempat ramai. Keluhan ini akan menghilang setelah 16 minggu kehamilan.
e. Mastodinia
Pada awal kehamilan mamae dirasakan membesar dan sakit. Ini karena pengaruh
tingginya kadar hormon esterogen dan progesteron.
f. Gangguan saluran kencing
Keluhan rasa sakit saat kencing atau kencing berulang – ulang namun hanya sedikit
keluarnya dapat dialami ibu hamil. Penyebabnya selain karena progesteron yang meningkat juga
karena pembesaran uterus.
g. Konstipasi
Konstipasi mungkin timbul pada kehamilan awal dan sering menetap selama kehamilan
dikarenakan relaksasi otot polos akibat pengaruh progesteron. Penyebab lainnya yaitu perubahan
pola makan selama hamil, dan pembesaran uterus yang mendesak usus serta penurunan motilitas
usus.
h. Perubahan berat badan
Berat badan meningkat pada awal kehamilan karena perubahan pola makan dan adanya
timbunan cairan berebihan selama hamil.
i. Quickening
Ibu merasakan adanya gerakan janin untuk yang pertama kali. Sensasi ini bisa juga
karena peningkatan peristaltik usus, kontraksi otot perut, atau pergerakan isi perut yang
dirasakan seperti janin bergerak.
2. Tanda Tidak Pasti Kehamilan (Probable Sign)
a. Peningkatan suhu basal tubuh
Kenaikan suhu basal lebih dari 3 minggu, kemungkinan adanya kehamilan. Kenaikan ini
berkisar antara 37,2ºC sampai dengan 37,8ºC.
b. Perubahan warna kulit
Cloasma gravidarum/topeng kehamilan berupa berwarna kehitaman sekitar mata, hidung,
dan pelipis yang umumnya terjadi pada kehamilan mulai 16 minggu. Perubahan kulit lainnya
bisa berupa hiperpigmentasi di sekitar aerola dan putting mamae, munculnya linea nigra yaitu
pigmentasi pada linea medialis perut yang tampak jelas mulai dari pubis sampai umbilikus.
Perubahan pada kulit terjadi karena rangsangan Melanotropin Stimulating Hormone (MSH).
Striae gravidarum berupa garis−garis tidak teratur sekitar perut berwarna kecoklatan,
dapat juga berwarna hitam atau ungu tua (striae livide) atau putih (striae albicans) yang tejadi
dari jaringan koagen yang retak diduga karena pengaruh adrenocortikosteroid. Sering kali terjadi
bercak−bercak kemerahan (spider) karena kadar esterogen yang tinggi.
c. Perubahan payudara
Pembesaran dan hipervaskularisasi mamae terjadi sekitar kehamilan 6 sampai 8 minggu.
Pelebaran areola dan menonjolnya kalenjer montgomery, karena rangsangan hormon steroid.
Pengeluaran kolostrum biasanya kehamilan 16 minggu karena pengaruh prolaktin dan
progesteron.
d. Pembesaran perut
Biasanya tampak setelah 16 minggu karena pembesaran uterus. Perubahan kurang
dirasakan primigravida, karena kondisi otot−otot masih baik.
e. Epulis
Hipertropi pada gusi belum diketahui penyebabnya secara jelas. Dapat terjadi juga pada
infeksi lokal, pengapuran gigi atau kekurangan vitamin C.
f. Balotement
Pada kehamilan 16 sampai 20 minggu pemeriksaan palpasi kesan seperti ada masa yang
keras, mengapung dan memantul di uterus.
g. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus yang dirasakan seperti tertekan dan kencang, disebut kontraksi
Brackston Hics. Uterus mudah terangsang oleh peninggian hormon oksitosin gejala ini biasanya
mulai usia kehamilan 28 minggu pada primigravida dan semakin lanjut kehamilannya semakin
sering dan kuat.
h. Tanda Chadwick dan Goodell
Terjadi perubahan warna pada vagina atau porsio mejadi kebiruan atau ungu yang disebut
tanda chadwick. Perubahan konsistensi serviks menjadi lunak disebut tanda goodell.
3. Tanda Pasti Kehamilan (Positive Sign)
a. Teraba bagian−bagian janin
Umumnya pada kehamilan 22 minggu janin dapat diraba pada wanita kurus dan otot
perut relaksasi. Kehamilan 28 minggu jelas bagian janin dapat diraba demikian pula gerakan
janin dapat dirasakan oleh ibu.
b. Gerakan janin
Pada kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan oleh pemeriksaan.
c. Terdengar denyut jantung janin
Dengan menggunakan ultrasound denyut jantung janin dapat terdengar pada usia 6
sampai 7 minggu. Jika menggunakan dopler pada usia 12 minggu sedangkan jika menggunakan
stetoskop leannec 18 minggu. Frekuensi denyut jantung janin antara 120 sampai dengan 160 kali
permenit yang akan jelas terdengar bila ibu tidur terlentang atau miring dengan punggung bayi di
depan.
d. Pemeriksaan Rontgen
Gambaran tulang mulai terlihat dengan sinar X pada usia kehamilan 6 minggu namun
masih belum dapat dipastikan bahwa itu adalah gambaran janin. Pada kehamilan 12 sampai 14
minggu baru dapat dipastikan gambaran tulang janin.
e. Ultrasonografi
USG dapat digunakan umur kehamilan 4 sampai 5 minggu untuk memastikan kehamilan
dengan melihat adanya kantong gestasi, gerakan janin dan denyut jantung janin.
f. Electrocardiography
ECG jantung janin mulai terihat pada kehamilan 12 minggu.
2.1.1.4 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil
Menurut Ridha (2014) perubahan anatomi fisiologi pada ibu hamil adalah sebagai berikut
:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
1) Ukuran
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas
lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada
saat ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.
2) Berat
Berat uterus menjadi naik luar biasa dari 30 gram mejadi 1.000 gram pada akhir bulan
kehamilan.
3) Posisi rahim dalam kehamilan
Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi. Pada 4 bulan
kehamilan, rahim tetap berada pada rongga pelvik. Setelah itu mulai memasuki rongga perut
yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil rahim biasanya mobile,
lebih mengisi rongga kanan atau kiri.
4) Vaskularisasi
Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak cabangnya,
pembuluh darah vena mengembang dan bertambah sehingga dapat terjadi varises.
5) Serviks uteri
Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan tanda
Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Oleh karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid atau kebiruan dan disebut
tanda Chadwick.
b. Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditatum sampai terbentuknya
plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone.
c. Vagina dan vulva
Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva
sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan.
d. Payudara
Payudara menjadi lebih besar, areola payudara makin berpigmentasi (hitam), glandula
montgomery makin tampak, puting susu makin menonjol, pengeluarkan ASI belum berlangsung
karena prolaktin belum berfungsi karena hambatan dari PIH (Prolaktin dan Inhibiting Hormone)
untuk mengeluarkan ASI.
2. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, jumlah darah dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasanya
disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai
terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28
minggu. Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena
pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung.
3. Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya
meningkat (sampai 30-50% atau lebih) yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalinan. Pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala
bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
4. Sistem Gastrointestinal
Pengeluaran air liur yang berlebihan, daerah lambung terasa panas, mual muntah akibat
hormone HCG, pusing kepala terutama pagi hari, obstipasi. Rahim yang besar akan menekan
rektum dan usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
5. Sistem Respirasi
Ibu hamil kadang-kadang mengeluh sesak napas, diakibatkan oleh usus yang menekan
diafragma akibat pembesaran rahim.
6. Sistem Metabolisme
Tingkat metabolism basal (Basal Metabolic Rate/BMR) meningkat sampai 15-20%
terutama pada trimester akhir. Kebutuhan asupan protein, karbohidrat, lemak, mineral, serta
kalori meningkat. Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya
terutama dalam trimester akhir.
7. Sistem Muskulosketal
Peningkatan hormone estrogen dan progesteron pada trimester pertama menyebabkan
relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, ligament dan meningkatkan jumlah cairan synoval,
sehingga meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian. Selama trimester kedua, mobilitas
persendian akan berkurang. Semakin bertambah usia kehamilan, uterus dan abdomen ikut
membesar, berat badan meningkat menyebabkan postur dan cara berjalan berubah secara
mencolok saat trimester ketiga.
8. Sistem Endokrin
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk mempertahankan
kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pada masa nifas. Perubahan hormonal
yang terjadi selama trimester I sampai trimester III yaitu peningkatan hormon estrogen,
progesterone, HCG (Human Chorionic Gonadotropin), HPL (Human Placenta Lactogen),
pituitry gonadotropin, prolactin, growth hormone, tiroksin, aldosterone, renin, angiostensin, dan
insulin.
9. Sistem Integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
melanophore stimulating hormon lobus hipofisi anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla
mamae, linea nigra dan cloasma gravidarum.
10. Sistem Persarafan
Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat menyababkan timbulnya gejala
neurologis dan neuromuscular, yaitu lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat
tarikan pada saraf, edema yang dapat menyebabkan syndrome carpal turner selama trimester
akhir kehamilan, nyeri kepala ringan, dan hipokalsemia yang dapat menyebabkan kram otot.
2.1.1.5 Kehamilan Trimester Pertama
Trimester merupakan periode tiga bulanan yang penting bagi calon ibu. Ketiga periode
tiga bulanan itu ditentukan berdasarkan kecepatan pertumbuhan janin. Secara konvensional,
hitungan trimester ini dimulai sejak pembuahan (dua minggu setelah menstruasi terakhir).
Trimester pertama mewakili 12 minggu pertama kehidupan janin, trimester kedua berakhir pada
28 minggu, trimester ketiga meliputi sisa minggu kehamilan (Stoppard, 2006).
Selama trimester pertama, tubuh menyesuaikan diri terhadap kehamilan. Pada awal
kehamilan, meskipun kehamilan belum nampak tetapi aktivitas hormon akan mulai berpengaruh
dalam berbagai hal. Pada trimester pertama kehamilan ini, akan terdapat perasaan mual (nausea).
Ini akibat kadar hormon estrogen dan HCG meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama
berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini
mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan
salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama
kehamilan gejala muntah (emesis) (Wiknjosastro, 2009).
Banyak perubahan fisik yang akan dialami ibu hamil selama trimester pertama (3 bulan
pertama kehamilan). Periode ini juga merupakan waktu pembentukan sekaligus perkembangan
pesat dari semua sistem dan organ tubuh bayi. Berbagai gejala kehamilan akan datang di
trimester pertama kehamilan ini misalnya pembesaran payudara, sering buang air kecil,
konstipasi, mual muntah, merasa lelah, sakit kepala, pusing, emosional, mood akan berubah
secara tidak terduga, nafsu makan akan berubah dan cenderung menyukai makanan lunak/lembut
(Stoppard, 2006).
2.1.2 Konsep Dasar Emesis Gravidarum
2.1.2.1 Pengertian Emesis Gravidarum
Mual (nausea) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi bisa juga timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih 4-8 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan (Wiknjosastro, 2009). Mual merupakan suatu rasa
yang tidak menyenangkan yang biasanya menyebar ke bagian belakang tenggorokan,
epigastrium atau keduanya dan memuncak pada muntah. Rasa mual sering disertai dengan gejala
vasomotor perangsangan otonom seperti saliva yang meningkat, berkeringat, pingsan, vertigo,
takikardia. Muntah diartikan sebagai pengeluaran secara paksa isi lambung dan usus melalui
mulut. Sebelum muntah terjadi takipnea, salivasi yang banyak, dilatasi pupil, berkeringat, pucat
dan denyut jantung yang cepat sebagai tanda perangsangan otonom yang menyebar luas.
Emesis gravidarum merupakan perasaan pusing, perut kembung dan badan terasa lemas
disertai keluarnya isi perut melalui mulut pada ibu hamil trimester 1 (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Emesis gravidarum merupakan salah satu gejala paling awal, dan paling menyebabkan
stres yang dialami ibu hamil. Meskipun emesis gravidarum bersifat fisiologis, emesis gravidarum
bukanlah suatu gangguan ringan, dapat terjadi pada 85% ibu hamil, dapat berlangsung sepanjang
hari, serta dapat menetap selama kehamilan (Tiran, 2008).
2.1.2.2 Penyebab Emesis Gravidarum
Penyebab emesis gravidarum secara pasti belum diketahui ada beberapa pendapat tentang
penyebab emesis gravidarum yaitu perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan
hormone estrogen, progesterone, dan pengeluaran HCG plasenta. Hormon-hormon inilah yang
diduga menyebabkan emesis gravidarum (Manuaba, 2010).
Penyebab mual dan muntah dianggap sebagai masalah multi faktoral. Teori emesis
gravidarum (morning sickness) berhubungan dengan level HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin). HCG menstimulasi produksi esterogen pada ovarium. Esterogen diketahui
meningkatkan mual dan muntah. Peningkatan esterogen dapat memancing peningkatan
keasaman lambung yang membuat ibu merasa mual. Teori lain mengatakan bahwa sel-sel
plasenta (villi kariolis) yang menempel pada dinding rahim awalnya ditolak oleh tubuh karena
dianggap benda asing. Reaksi imunologik inilah yang memicu terjadinya reaksi mual-mual.
Perubahan metabolik glikogen hati akibat kehamilan juga dianggap sebagai penyebab mual dan
muntah. Penyebab lain dari mual muntah disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kehamilan
yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, beban pekerjaan akan
menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Perasaan bersalah, marah, ketakutan, dan cemas
dapat menambah tingkat keparahan mual dan muntah. (Irianti, Bayu, & dkk, 2014)
2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Emesis Gravidarum
1. Hormonal
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem
endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktasi kadar
HCG, khususnya karena periode mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada
12-16 minggu pertama, yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG sama dengan
LH (luteinzing hormone) dan disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG melewati kontrol
ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan
progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG dapat
dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah
fertilisasi), suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar tes kehamilan (Tiran, 2009).
2. Faktor Psikososial
Diagnosis kehamilan sering diperkuat oleh hasil dari kecurigaan yang dipicu oleh
keadaan mual dan muntah, tanpa adanya etiologi lain. Mengetahui akan menjadi orang tua
menyebabkan konflik emosi, termasuk kegembiraan dan penantian, kecemasan tentang
kesehatan ibu dan bayi serta kekhawatiran tentang pekerjaan, keuangan, atau hubungan dengan
suami. Sering kali ada perasaan ambivalen terhadap kehamilan dan bayi dan pada beberapa
wanita hal ini mungkin membuat mereka sedih karena sebentar lagi mereka akan kehilangan
kebebasan mereka. Mungkin ada gangguan persepsi, ketidakpercayaan mengenai ketakutan
nyata akan meningkatnya tanggung jawab.
Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk mengalami mual dan
muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman
atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan
batin, ambivalensi, dan konflik.
Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama kecemasan akan
datangnya hyperemesis gravidarum atau preeklamsia. Wanita yang mengalami kesulitan dalam
membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres emosional menambah
ketidaknyamanan fisik. Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar,
atau kehamilan terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang
membuat mual dan muntah menjadi lebih berat (Tiran, 2009).
3. Masalah Pekerjaan
Perjalanan ketempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari tanpa waktu yang
cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual dan muntah. Tergantung pada sifat pekerjaan
wanita, aroma, zat kimia, atau lingkungan dapat menambah rasa mual wanita dan menyebabkan
mereka muntah.
Merokok juga terbukti memperburuk gejala mual dan muntah, tetapi tidak jelas apakah
ini disebabkan oleh efek olfaktorius (penciuman) atau efek nutrisi. Tentu saja banyak wanita
yang mengalami mual dan muntah akan membenci bau asap rokok dan tembakao (Tiran, 2009).
4. Status Gravida
Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen
dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Ada multigravida
dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik
gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan
(Prawirohardjo, 2010).
Pada primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan komunikasi yang
buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala
mual dan muntah. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai
pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga mampu
mengatasi gejalanya (Tiran, 2009).
2.1.2.4 Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa rasa mual, bahkan sampai muntah. Mual dan
muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi dipagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat,
hal ini bisa menyebabkan nafsu makan berkurang, mudah lelah, dan emosi tidak stabil.
Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal
apabila mual dan muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan,
dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat
terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya (Yeyeh & Rukiyah,
2014).
2.1.2.5 Dampak Emesis Gravidarum
Emesis dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif pada kehamilan
dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah menjadi
hyperemesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan dalam kehamilan.
Pada wanita yang mengalami mual dan muntah merasa aktifitasnya terganggu karena kondisi ini.
Setengah dari wanita yang bekerja merasa pekerjaanya terganggu karena kondisi ini dan 25%
wanita membutuhkan waktu untuk tidak bekerja. Satu dari dua puluh wanita mengalami
penurunan berat badan, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Mual muntah yang berlebihan dapat
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, dan defesiensi gizi,
serta kehilangan lebih dari 5% berat badan sebelum hamil dapat didefinisikan sebagai
hyperemesis gravidarum. (Hamilton, 2009).
Wanita yang mengalami emesis gravidarum yang berlebihan dan asupan gizi yang tidak
adekuat memberikan dampak yang signifikan akibatnya tubuh ibu sangat lemah, muka pucat, dan
frekuensi buang air kecil menurun drastis sehingga cairan tubuh semakin berkurang dan darah
menjadi kental (hemokosentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti
konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan makanan dan
oksigen akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan
kesehatan janin yang dikandungnya (Rofi’ah et al., 2019). Status gizi buruk pada ibu selama
kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, dan
malformasi pada bayi (Supariasa, 2013). Emesis gravidarum juga dapat menimbulkan terjadinya
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan pada jaringan ginjal dan nekrosis hati (Petry, 2018).
Komplikasi kehamilan berdampak sangat besar terhadap kesehatan ibu hamil, bahkan
jika komplikasi kehamilan tidak dideteksi secara dini maka dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin. Dampak komplikasi yang biasa atau umum terjadi misalnya preeklampsia. Hal ini
dikarenakan mual muntah berlebihan yang terjadi pada ibu hamil menjadi beban psikologis
tersendiri dan dapat memicu terjadinya preeklamsia (Amiruddin, 2014)
2.1.2.6 Patofisiologi Emesis Gravidarum
Mual dan muntah merupakan hasil stimulus yang terjadi di otak. Penyebab mual dan
muntah ini tidak diketahui secara pasti, tetapi tampaknya berkaitan dengan tingginya kadar
hormon HCG. Hormon HCG yang meningkat pada kehamilan diduga menjadi penyebab mual
dan muntah yang bekerja pada pusat muntah di otak yaitu medulla. Produksinya sudah dimulai
pada awal kehamilan, kira-kira pada hari implantasi. Setelah itu, kadar HCG dalam plasma dan
urin ibu meningkat sangat pesat (Cunningham & Garry, 2005). Kadarnya meningkat sejak hari
implantasi hingga mencapai puncaknya pada sekitar hari ke-60 sampai hari ke 70. Setelah itu,
konsentrasinya menurun secara bertahap sampai titik terendah dicapai pada sekitar hari ke-100
sampai 130 (Cunningham & Garry, 2005). Selama kehamilan terjadi perubahan pada sistem
gastrointestinal ibu hamil. Tingginya kadar progesteron mengganggu keseimbangan cairan
tubuh, meningkatkan kolesterol darah. Selain itu sekresi saliva menjadi lebih asam, lebih banyak
dan asam lambung menurun. Muntah secara umum disebabkan oleh motilitas lambung yang
abnormal, muntah tidak ditimbulkan oleh peristaltic terbalik tetapi karena adanya gaya yang
mendorong keluar isi lambung. Muntah juga dapat dipengaruhi oleh serabut aferen sistem
gastrointestinal (Price & Wilson, 2005).
2.1.2.7 Penatalaksanaan Emesis Gravidarum
Beberapa metode yang biasa dilakukan untuk mengatasi mual muntah pada kehamilan
antara lain yaitu:
1. Farmakologis
a. Piridoksin (Vitamin B6)
Piridoksin bekerja mengubah protein dari makanan ke bentuk asam amino yang diserap
dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin juga mengubah karbohidrat menjadi energi.
Kebutuhan piridoksin pada wanita hamil meningkat menjadi 2,2 mg sehari. Dosis yang
digunakan untuk morning sickness adalah 1,5mg/hari untuk meningkatkan metabolisme serta
mencegah terjadinya enchepalopaty.
b. Ondansentron
Ondansentron 10 mg pada 50 ml intravena memiliki efektifitas yang hampir sama untuk
mengurangi hyperemesis gravidarum dengan pemberian antihistamin Promethazine 50 mg dalam
50 ml intravena. Studi Ferreira (2010) menunjukkan bahwa tidak terjadi efek teratogenik akibat
penggunaan Ondansentron (Irianti et al., 2014).
c. Antihistamin
Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah golongan H-1 bloker seperti
difenhidramin, loratadin, dan sebagainya (Niebyl, 2014). Bila perlu berikan 10 mg doksilamin
dengan 10 mg vitamin B6 hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat
pagi dan 1 tablet saat siang). Bila belum teratasi tambahkan demenhidrinat 50-100 mg per oral
atau supositoria berikan 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet
doksilamin/piridoksin) atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria
(Kemenkes RI, 2016).
2. Non Farmakologis
a. Pengaturan pola makan
Pengaturan pola makan dengan memodifikasi jumlah dan ukuran makanan, seperti makan
sering dalam porsi kecil, misalnya setiap dua jam sekali (bahkan malam hari); menghindari
makanan berbau tajam, terlalu asin atau makanan berbumbu; makan makanan ringan (kudapan)
semacam crackers, kue kering setelah bangun pagi; mengkonsumsi makanan yang tinggi protein
dapat mengurangi mual dan melambatkan aktivitas gelombang dysrhytmic pada lambung
terutama pada trimester pertama dibandingkan dengan makanan yang didominasi oleh
karbohidrat atau lemak; minum jus manis atau flat soda di pagi hari; tidak merokok atau
mengkonsumsi minuman beralkohol, batasi asupan kopi selama triwulan pertama.
b. Mendapat dukungan dari pasangan dan menggurangi stress
Dukungan dan peran suami dalam masa kehamilan membantu meningkatkan kesiapan
ibu dan kemampuan penyesuaian diri ibu hamil dalam menghadapi kehamilan hingga proses
persalinan. Semakin baik dukungan yang diberikan maka kecemasan dan stress yang dirasakan
ibu akan semakin ringan.
c. Komplementer
Terapi komplementer yang dapat dilakukan dengan mencoba akupunktur atau akupresur
untuk meringankan mual; minum teh rasa min (peppermint), minum air jahe (rebus jahe di air,
saring dan campurkan dengan madu); dan aromaterapi jahe, spearmint, peppermint, dan jahe.
2.1.2.8 Pengukuran Emesis Gravidarum
Pregnancy-Unique Quantification of Emesis and Nausea (PUQE) scoring system adalah
instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Koren et al., (2002) dan telah divalidasi oleh
Koren et al., (2005). PUQE scoring system yang digunakan tersebut adalah untuk mengukur
tingkat keparahan mual dan muntah pada kehamilan dalam 12 jam sehingga disebut Pregnancy-
Unique Quantification of Emesis (PUQE)-12 hour. Ebrahimi, Maltepe, Bournissen, & Koren,
(2009) kemudian memodifikasi PUQE-12 menjadi PUQE-24. PUQE-24 adalah sistem penilaian
untuk mengukur tingkat keparahan mual muntah kehamilan dalam 24 jam.
Tabel 2.1
Motherisk Pregnancy-Unique Quantification of Emesis and Nausea
(PUQE)-24 Scoring System

Score 1 2 3 4 5
Dalam 24 jam terakhir,
Tidak
berapa lama Anda merasa 1 jam / 2–3
sama 4-6 jam > 6 jam
mual atau tidak nyaman kurang jam
sekali
pada perut?
Dalam 24 jam terakhir,
Tidak 1 -2 3–4 5–6
apakah Anda muntah- ≥ 7 kali
Muntah kali kali kali
muntah?
Dalam 24 jam terakhir,
berapa kali Anda telah Tidak 1–2 3–4 5–6
≥7 kali
mengalami muntah pernah kali kali kali
kering?
Sumber: Ebrahimi et al., (2009)

Skor PUQE untuk setiap pasien dihitung dengan menggunakan tiga kriteria untuk menilai
keparahan mual muntah selama kehamilan (jumlah jam merasakan mual, jumlah episode
muntah, dan jumlah episode muntah kering dalam 24 jam terakhir). Skor PUQE dihitung dengan
menambahkan nilai-nilai dari masing-masing kriteria, dan dapat berkisar dari minimal 1 sampai
maksimal 15. Skor yang didapatkan dari penilaian tersebut di kategorikan kedalam: mual muntah
ringan bila nilai indeks PUQE 1-6, mual muntah sedang bila nilai indeks PUQE 7-12, dan mual
muntah berat bila nilai indeks PUQE 13-15. Pengukuran PUQE dilakukan 2 kali yaitu sebelum
dan sesudah pemberian intervensi.
2.1.3 Konsep Dasar Aromaterapi
2.1.3.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum
atau bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terapi berarti pengobatan.
Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan dengan menggunakan bau-bauan yang
umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih dan enak yang disebut
dengan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan cairan lembut bersifat aromatik dan mudah
menguap pada suhu kamar (Agusta, 2014).
Aromaterapi merupakan seni dan ilmu dalam menggunakan minyak beraroma yang
dibuat dengan cara ekstraksi dari daun, bunga, kulit, pohon, biji, maupun akar tanaman, guna
penyembuhan fisik dan mental. Kenyataannya, penggunaan dari tumbuh-tumbuhan untuk
penyembuhan penyakit sudah ada sejak zaman dahulu kala bahkan dapat dikatakan sebagai ilmu
tertua dalam praktik pengobatan kuno (Agusta, 2014).
2.1.3.2 Manfaat Aromaterapi
Aromaterapi memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan tubuh diantaranya
membantu menghilangkan kelelahan fisik, ketegangan pikiran akibat stres, memberikan rasa
nyaman dan segar, mengurangi rasa cemas dan dan gelisah, serta mengatasi sulit tidur
(insomnia). Manfaat paling besar pemakaian aromaterapi adalah kemampuannya untuk
mengurangi ketegangan pikiran yang berlebihan. Sejauh ini, semua penyakit bisa disembuhkan
dengan aromaterapi medis, baik secara langsung maupun diintegrasikan dengan cabang ilmu
kedokteran lain, khususnya antar cabang kedokteran naturopati (Sudewo, 2009).
Secara umum, minyak esensial mengandung senyawa kimia yang tersusun dari unsur
hidrogen, karbon, dan oksigen. Kandungan minyak esensial terdiri dari
berbagai senyawa, antara lain sebagai berikut (Suranto 2011):
1. Golongan Monoterpen
Senyawa ini bersifat antivirus dan antiseptik serta bakterisida (membunuh bakteri).
Monoterpen bersifat iritatif (mudah mengiritasi kulit yang sensitif).
2. Golongan Ester
Golongan ini bersifat fungsida (membunuh jamur), sedatif (menenangkan), dan sangat
aromatik.
3. Golongan Aldehida
Golongan ini bersifat sedatif (menenangkan) dan antiseptic.
3. Golongan Keton
Golongan keton bersifat mengurangi pembengkakan selaput lendir dan membantu
mengalirkan lender.
4. Golongan Alkohol, Antiseptik dan Antivirus
Golongan ini bersifat bakterisida.
5. Golongan Fenol
Golongan ini bersifat bakterisida, stimulasi kuat, dan mudah mengiritasi kulit.
2.1.3.3 Cara Kerja Aromaterapi
Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh manusia melalui dua sistem,
yaitu melalui sistem saraf dan sistem sirkulasi. Melalui jaringan saraf yang mengantarnya, sistem
saraf akan mengenali bahan aromatik sehingga sistem saraf vegetative yaitu sistem saraf yang
berfungsi mengatur fungsi organ seperti mengatur denyut jantung, pembuluh darah,
pergerakan saluran cerna akan
terangsang. Beberapa cara kerja aromaterapi ke dalam tubuh :
1. Saluran Pencernaan
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli aromaterapi kedokteran
(aromatologist) menunjukkan bahwa setiap tetes minyak esensial yang digunakan melalui cara
ini seluruhnya akan sampai ke sistem di dalam tubuh.
1. Indra Penciuman
Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat dan efektif untuk
menanggulangi masalah gangguan emosional seperti stres atau depresi. Hal ini disebabkan
rongga hidung mempunyai hubungan langsung dengan sistem susunan saraf pusat yang
bertanggung jawab terhadap kerja minyak esensial. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan
daya ingat seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi
dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang.
Melalui penghirupan, sebagian molekul akan masuk ke dalam paru-paru. Cara ini sangat
dianjurkan untuk digunakan pada mereka yang memiliki gangguan pernafasan.
2.1.3.4 Cara Penggunaan Aromaterapi
Aromaterapi dapat digunakan dengan beberapa cara yaitu:
1. Inhalasi
Inhalasi adalah cara efektif untuk pengobatan aromaterapi, karena minyak esensialnya
sangat mudah menguap dan dengan mudah terserap ke dalam saluran pembuluh darah melalui
paru-paru dan hidung. Uap dengan senyawa voltil di dalamnya berkelana masuk ke dalam
jaringan otak, yang merupakan daerah yang bertanggungjawab terhadap sistem integritas dan
ekspresi perasaan, serta pembelajaran, daya ingat, dan kekuatan fisik.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk inhalasi aromaterapi (Gunawan &
Mulyani, 2010):
a. Inhalasi dari kertas tissue
Inhalasi dari kertas tissue yang ditetesi 5 – 6 tetes minyak esensial (3 tetes untuk anak-
anak, pasien lanjut usia dan wanita hamil). Cara ini dilakukan dengan dua atau tiga kali menarik
napas agar terjadi kontak yang baik dengan silia hidung. Kertas tissue yang keras yang dipakai di
dapur akan menahan aroma minyak esensial lebih lama daripada sapu tangan kertas yang lembut.
b. Q-tip
Metode ini menggunakan lebih sedikit minyak esensial bila dibandingkan metode yang
memakai kertas tissue, karena minyak esensial akan terkumpul pada pipet penetes yang
meneteskan satu tetes minyak untuk membasahi ujung tersebut.
c. Tangan
Satu tetes minyak esensial (tunggal atau campuran) diteteskan pada satu tangan yang
kemudian digosokkan sebentar pada tangan lainnya untuk meratakan dan menghangatkan
minyak tersebut. Dengan menutup mata pasien pasien diminta untuk menghirup aroma tersebut
dengan mendekatkan tangan ke hidung menghindari daerah mata pasien. Cara ini hanya
dilakukan dalam keadaan darurat dan tidak cocok untuk anak-anak.
d. Alat penguap atau steamer
Metode ini dilakukan dengan cara klien memegang baskom yang berisi air panas dan
diberi minyak esensial sebanyak satu tetes. Metode kurang aman untuk dilakukan karena
masalah keamanan.
e. Vaporizer dan diffuser
Alat diffuser (unit dengan sebuah wadah peniup yang kecil dari kaca untuk tempat
minyak esensial) lebih efisien karena dapat menyemprotkan semua molekul yang ukurannya
berbeda-beda pada waktu bersamaan. Berbeda dengan vaporizer yang menggunakan panas,
residu tidak akan terbakar ketika minyak esensial habis terpakai.
1. Pijatan Aromaterapi
Dalam pemijatan aromaterapi, minyak esensial akan diserap melalui kulit dan dibawa ke
jaringan otot persendian, dan organ tubuh. Namun demikian, pengaruh utamanya terletak pada
aromanya. Sebelum minyak esensial dapat digunakan, massage oil harus diencerkan terlebih
dahulu dengan base oil. Perhatian harus diberikan agar menghasilkan suatu tingkat pengenceran
yang baik. Konsentrasi yang berbeda tergantung pada tujuan penggunaan dan kondisi resipien.
Contohnya, ibu hamil dan orang yang kulitnya peka hanya menggunakan minyak yang
dincerkan. Minyak konsentrasi lebih tinggi diperlukan untuk mengobati kelainan fisik alamiah,
seperti kesakitan otot, daripada untuk mengatai keluhan emosional (Winarno, 2007).
2. Berendam
Cara lain dalam menggunakan aromaterapi adalah dengan menambah
tetesan minyak esensial ke dalam air hangat yang digunakan untuk berendam. Dengan cara ini
efek minyak esensial akan membuai perasaan dan membuat pasien rileks, meringankan pegal-
pegal dan nyeri juga, memberi efek yang merangsang dan mengembalikan energi. Pasien akan
mendapat tambahan manfaat dari menghirup uap harum minyak esensial aromaterapi yang
menguap dalam air panas (Wahyuningsih, 2013).
2.1.3.5 Dosis Pemberian Aromaterapi
Menurut Primadiati (2002) minyak essensial merupakan bahan yang bersifat sangat kuat
dan harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Menggunakan minyak essensial
dengan dosis ganda tidak berarti mendapat manfaat ganda pula. Dosis minyak essensil yang
berlebihan bisa menyebabkan racun dan menimbulkan efek buruk pada orang-orang dengan
bakat tertentu misalnya rasa mual. Cara terbaik untuk melarutkan minyak essensial adalah
dengan menggunakan minyak pengencer, yang disebut juga minyak karier (carier oil) seperti
minyak zaitun (virgin olive oil).
Agar minyak esensial dapat digunakan dengan aman, para ahli telah menetapkan suatu
kadar larutan ideal yang dapat digunakan pada kondisi normal (yaitu tanpa indikasi atau
konsentrasi) 1-2 % untuk penggunaan pada wajah dan larutan dengan konsentrasi 3% untuk
penggunakan pada tubuh.
Tabel 2.2
Konversi untuk Menghitung Konsentrasi Larutan
Konsentrasi ƩMinyak Ʃ Minyak Karier (untuk campuran)
Esensial
Larutan 1% 5-6 tetes 1 (±30 ml) minyak karier
Larutan 2% 10-12 tetes 1 (±30 ml) minyak karier
Larutan 3% 15-18 tetes 1 (±30 ml) minyak karier
Sumber: (Primadiati (2005), hal 36-37
2.1.4 Aromaterpi Jahe
Jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek antiemetik pada
sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada percobaan binatang, gingerol
meningkatkan transport gastrointestinal. Gingerol dan komponen lainnya dari jahe diketahui
mempunyai aktivitas sebagai antihidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi.
Galanolakton merupakan unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis
kompetitif pada ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik. Efek jahe pada
susunan 28 saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol, terdapat
pengurangan frekuensi muntah (Dermarderosian, 2006). Selain itu, studi lain menemukan
bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat dalam kaitannya
sebagai anti inflamasi, ekstrak jahe telah memperlihatkan kemampuan untuk menghambat
aktivasi TNF (Tumour Necrosing Factor). Jahe juga mempunyai kandungan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe dapat menghambat proses peradangan yang
disebabkan oleh infeksi H.pylori. Oleh karena itu, frekuensi mual dan muntah yang disebabkan
oleh infeksi H.pylori dapat dikurangi (Frondoza, 2004).
2.1.5.1 Cara Pemberian aromaterapi
Aromaterapi jahe diberikan secara inhalasi yaitu dihirup melalui tisuue selama empat hari
berturut-turut setiap ibu hamil merasakan mual dan muntah. Berikut langkah-langkah pemberian
aromaterapi secara inhalasi (Herni Kurnia,2019):
1. Peneliti mengunjungi masing-masing rumah calon responden untuk melakukan kontrak

waktu tindakan yang akan diberikan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh peneliti dan

calon responden. Sebelumnya peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri,

memperkenalkan asal instansi, menjelaskan maksud dan tujuan dari pemberian aromaterapi,

manfaat dari pemberian aromaterapi, indikasi dan kontraindikasi, setelah calon responden
mengerti dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti memberikan lembar

persetujuan (informed consent) kepada responden untuk ditandatangani. Sehubungan dengan

pandemic COVID-19, peneliti tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker,

menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan.

2. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data dibantu oleh enumerator (peneliti pembantu)

sebanyak 1 orang. Peneliti pembantu yang dimaksud adalah 1 orang mahasiswa STIKes Wira

Medika. Peneliti utama dan enumerator kemudian menyamakan persepsi tentang pelaksanaan

penelitian. Tugas dari enumerator adalah untuk membantu dalam memberikan aromaterapi

lemon, serta membantu responden dalam pingisian kuesioner.

3. Kemudian peneliti dan enumerator mempersiapkan kuesioner PUQE-24 untuk 30 responden

yang akan diberikan intervensi aromaterapi Jahe.

4. Peneliti melakukan pengukuran tingkat mual muntah (pre test) dengan menggunakan

kuesioner PUQE-24 kepada responden satu hari sebelum pemberian intervensi aromaterapi

Jahe.

5. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan implementasi

aromaterapi Jahe. Prosedur pelaksanaan aromaterapi Jahe dengan posisi responden duduk,

kemudian teteskan 3 tetes aromaterapi Jahe essential oil pada satu lembar tissue kering.

Anjurkan responden menghirup aromaterapi Jahe sebanyak 3 kali pernapasan dengan jarak 2-

3 cm dari hidung dan diulangi kembali 5-10 menit bila masih mengalami mual dan muntah,

6. Peneliti melakukan observasi selama ±20 menit dan memastikan bahwa tidak terjadi respon

negative terhadap responden. Pemberian intervensi dilakukan selama 4 hari berturut-turut.


7. Setelah 4 hari berutut-turut aromaterapi Jahe diberikan, peneliti membagikan kembali

kuesioner PUQE-24 kepada responden untuk mengukur tingkat mual muntah 24 jam setelah

intervensi. Data ini digunakan sebagai data post test.

8. Peneliti mengucapkan terimakasih karena sudah berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian.

9. Peneliti mencatat hasil pada lembar master sheet.

10. Data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis.

2.2. Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstraksi, logika secara harfiah dan akan
membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan body of
knowledge.Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat gambar berikut:

Upaya komplementer yang


dilakukan untuk menangani
emesis gravidarum:

Ibu Hamil a. Akupunktur


Trimester I dengan b. Minum teh rasa min
Emesis (pepermint)
Gravidarum c. Aromaterapi Lemon,
spearment, peppermint Ibu Hamil Trimester I dengan
d. Aromaterapi jahe Emesis Gravidarum
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Emesis Skor 1-6 mual muntah ringan,
Gravidarum: 7-12 sedang, 13-15 berat.

1. Hormonal
2. Faktor psikososial
3. Masalah Pekerjaan
4. Status Gravida
(Primigravida atau
Multigravida)
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur pikir
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester 1

2.3. Hipotesa Penelitian


Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi,
yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris (Nursalam, 2013). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe
Terhadap Emesis Gravidarum Pada ibu Hamil Trimester I di Puskesmas III Denpasar
Utara?”
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis Penelitian ini adalah Pre-Eksperimental dengan menggunakan rancangan One
Group Pretest-Postest Design dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Dalam
desain ini sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal)
dan sesudah eksperimen sampel diberi postest (tes akhir) (Nursalam, 2015).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Puskesmas III Denpasar Utara untuk tempat perlakuan
bulan Januari 2022-April 2022

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik
tertentu (Sastroasmoro &Ismael, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
hamil trimester I yang melakukan kunjungan anc di wilayah Puskesmas III Denpasar Utara
yang mengalami emesis gravidarum dengan jumlah populasi dalam 3 bulan dari bulan juli
sampai September yaitu 30 orang. Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
3.3.1 Kriteria inklusi
3.3.1.1 Dalam kondisi sehat
3.3.1.2 bisa membaca dan menulis
3.3.1.2 Bersedia menjadi responden
3.3.2. Kriteria eksklusi
3.3.2.1 Ibu hamil dengan riwayat komplikasi
3.3.2.2 Ibu hamil yang memiliki riwayat alergi jahe

3.4 Besar Sampel


Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus sampel minimal
sejumlah 30 orang (Sugiono, 2010).

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 2
Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Hasil ukur Skala


1 Variable Penggunaan aromaterapi jahe SOP pemberian l
Independen pada ibu hamil yang aromaterapi
t mengalami emesis Jahe
gravidarum dengan cara
Aromaterapi memberikan 3 tetes minyak
jahe aromaterapi jahe dituangkan
diatas tissue. Anjurkan klien
menghirup aromaterapi jahe
selama 15 menit dengan jarak
2-3 cm dari hidung dan
diulangi kembali 5-10 menit
kemudian bila ibu masih
mengalami mual dan
muntah. .
2 Variable Score indeks mual muntah Kuesioner Total skor 1-15 Ordinal
dependent yang dialami ibu hamil Pregnancy- Keterangan:
trimester 1 selama periode 24 Unique 1-6 : ringan
Emesis jam. Quantification 7-12 : sedang
Gravidarum of Emesis and 13-15 : berat
Nausea
(PUQE)-24
Sumber: data primer

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mengajukan ijin
penelitian ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali untuk mendapat
rekomendasi ijin tempat penelitian. Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari Dinas
Penanaman Modal dan PTSP, peneliti membawa surat tersebut ke kantor Kesbang Pol dan
Kabupaten Singaraja. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Kesbang Pol LinMas
peneliti membawa surat ijin tersebut ke tempat penelitian yaitu Puskesmas III Denpasar
Utara, dan mengurus ijin etik di poltekes.
Peneliti kemudian melakukan seleksi sampel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.
Sampel yang terpilih lalu mengisi inform concent, lalu peneliti memberikan kuesioner
yang terdiri dari kuesioner yang berisi indentitas dan kuesioner penurunan mual muntah
3.7 Alur Penelitian
alur penelitian

Melakukan Studi
Pendahuluan

Identifikasi Populasi

Identifikasi calon
responden (Kriteria inklusi
dan eksklusi

Bersedia menjadi
responden

Penjelasan Tujuan Prosedur, Risiko


dan Manfaat Penelitian
( Inform consent)

Diberikan kuisioner Analisa Penyajian hasil


pengetahuan menggunakan
3.8 Analisa data Willcoxon
3.7.1 Analisa deskriptip memberikan gambaran secara deskriptip tentang karakteristik subjek
penelitian
3.7.2 Analisa data menggunakan uji Willcoxon
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

4.1.1 karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

17-25 tahun 11 36,7

26-35 tahun 16 53.3

> 35 tahun 3 10.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 30 responden 11 (36,7%) responden
berusia 17-25 tahun, 16 (53.3%) responden berusia 26-25 tahun dan 3 (10.0%) responden berusia
> 35 tahun.
Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Frekuensi Persentase

1 - 4 minggu 0 0.0

5 - 8 minggu 11 36,7

9 - 12 minggu 19 63,3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 30 responden 11 (36,7%) responden
berada pada usia kehamilan 5-8 minggu sedangkan 19 (63,3%) responden berada pada usia
kehamilan 9-12 minggu.
Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas

Paritas Frekuensi Persentase

Belum pernah 11 36,7

1 kali 14 46,6

>1 kali 5 16,7

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa,30 responden 11 (36,7%) responden belum
pernah paritas, 14 (46,6%) responden pernah paritas sebanyak 1 kali, dan 5 (16,7%) responden
lebih dari 1 kali paritas.
Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak sekolah 0 0,0

SD 0 0,0

SMP 3 10

SMA 16 53.3

Perguruan Tinggi 11 36,7

Total 30 100.0
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 3 (10%) responden dengan tingkat pendidikan
terakhir SMP, 16 (53.3%) responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan 11 (36,7%)
reponden memiliki tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS 0 0,0

Pegawai Swasta 12 40.0

Wiraswasta 4 13.3

Ibu Rumah Tangga 9 30.0

lainnya 5 16,7

Total 30 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 12 (40.0%) responden
sebagai pegawai swasta, 4 (13.3%) responden sebagai wiraswasta, 9 (30.0%) responden sebagai
ibu rumah tangga dan 5 (16,7%) responden dengan pekerjaan lain.

Tabel 4.6

Karakteristik responden berdasarkan informasi tentang aroma terapi jahe

Informasi Tentang Frekuensi Persentase


Aroma Terapi Jahe
Pernah 0 0,0

Tidak pernah 30 100.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 (100.0 %) responden belum pernah
mendapatkan informasi tentang aroma terapi jahe.

Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Emesis Gravidarum
(Pre Test)

Tingkat Emesis Gravidarum Frekuensi Persentase

(Pree Test )
Tidak mual muntah 0 0,0
skor 3
Ringan 17 56.7

Skor 4-7
Sedang 13 43.3
Skor 8-11
Berat 0 0.0
Skor 12-15
Total 30 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 17 (56,7%) responden sebelum
diberikan tindakan aroma terapi jahe dengan tingkat emesis gravidarum ringan dengan skor 4-7
sedangkan 13 (43.3%) responden dengan tingkat emesis gravidarum sedang dengan skor 8-11.

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Emesis Gravidarum (Post


Test )

Tingkat Emesis Gravidarum Frekuensi Persentase


(Post Test )
Tidak mual muntah 10 33.3
skor 3
Ringan 20 66.7

Skor 4-7
Sedang 0 0.0
Skor 8-11
Berat 0 0.0
Skor 12-15
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 30 responden 10 (33.3%) responden


sesudah diberikan tindakan aroma terapi jahe dengan tingkat emesis gravidarum ringan dengan
skor 3 sedangkan 20 (66.6%) responden dengan tingkat emesis gravidarum ringan dengan skor
4-7.
Tabel 4.9
Analisa Bivariat Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas Denpasar Utara

No Tingkat Emesis Pemberian Aroma Terapi Jahe


Gravidarum
Pre test Post Test P Value
F % F %
1 Tidak mual Muntah 0 0.0 10 33.3 ,000
2 Ringan 17 56.7 20 66.7
3 Sedang 13 43.3 0 0.0
4 Berat 0 0.0 0 0.0
Jumlah 30 100.0 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, sebelum diberikan aromaterapi jahe yaitu 17
(56.7%0 responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum sedang, setelah di berikan aromaterapi jahe yaitu 10 (33.3)
responden memiliki tingkat emesis gravidarum tidak mula muntah dan 20 (66.7%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum ringan.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Identifikasi Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Sebelum
diberikan Aromaterapi Jahe

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas III Denpasar Utara yang di ukur menggunakan
kuesioner PUQE-24 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 17 (56.7%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden memiliki tingkat emesis
gravidarum sedang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Wirda dkk (2020) dengan judul “ Pengaruh
Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar”. Hasil
penelitian menunjukkan vagwa sebelum diberikan aroma terapi jahe sebagian besar responden 9
(90.05) responden mengalami mual muntah dengan katagori sedang dan 1 (10.0%) responden
mengalami mual dengan katagori berat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pramesti, Surtikanti,
dan Puspita 2020) denga judul penelitian Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Mual
Muntah (Emesis) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu
Raya”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan aromaterapi jahe sebagian
besar responden 10 (52.6%) responden mengalami mual dengan katagori sedang dan 9 (47.4%)
responden mengalami mual dengan katagori ringan.

Menurut ( Sari et al., 2015) Mual ( nausea ) dan Muntah ( emesis) merupakan gejala yang
sering terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan
tetapi bisa juga timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah biasanya terjadi pada
minggu ke-6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 12 minggu pertama
kehamilan. Emesis gravidarum yaitu perasaan pusing, perut kembung dan badan terasa lemas
dan disertai keluarnya isi perut melalui mulut pada ibu hamil trimester I ((Kementerian
Kesehatan RI, 2013).

Emesis Gravidarum terjadi pada setiap ibu hamil khususnya pada trimester pertama karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor paritas, faktor usia, faktor pekerjaan,
faktor gisi, faktor psikologis, dan faktor kegemukan. Faktor inilah yang mengakibatkan
terjadinya emesis gravidarum yang bisa berakibat buruk pada ibu hamil sehingga dibutuhkan
segerah penanganan yang tidak mempunyai efek samping seperti pemberian aromaterapi jahe
(Ani Nurdiana, (2018). Aromaterapi jahe dapat membantu mengatasi emesis gravidarum pada
ibu hamil, selain itu jahe juga bisa mengatasi mual muntah pada gastritis yang dapat mengatasi
infeksi yang terjadi pada lambung dan langsung memblok reseptor serotonim yang
menghantarkan reflex mual muntah sehingga tidak terjadi mual muntah ( Nasution S.A &
Kaban. F dalam Wirda et al. 2020).

4.2.2 Hasil Identifikasi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I Setelah Diberikan
Aromaterapi jahe

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas III Denpasar Utara yang diukur


menggunakan kuesioner PUQE-24 menunjukan bahwa setelah di berikan aromaterapi jahe yaitu
10 (33.3) responden memiliki tingkat emesis gravidarum tidak mual muntah dan 20 (66.7%)
responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Farida 2019) dengan judul
“Pengaruh Minuman Jahe Terhadap Penurunan Frekuensi Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester I Di Wilayah Puskesmas Lubuk Buaya Padang”. Hasil penelitian menunjukkan skor
rata-rata emesis grvidarum sesudah diberikan intervensi minuman jahe pada ibu hamil trimester I
di wilayah kekrja Puskesmas Lubuk Buaya Padang yaitu skor rata-rata menjadi 5,00.

Menurut teori (Ernst dalam jurnal Kurnia 2019) bahwa aromaterapi jahe merupakan
aromaterapi jahe yang mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri jahe menpunyai banyak manfaat
menghilangkan nyeri saat menstruasi, sakit kepala, merangsang nafsu makan dan mengurangi
mual. Efek jahe pada susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol,
terdapat pengurangan frekuensi muntah. Selain itu, studi lain menemukan bahwa jahe
menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat. Salah satu penanganan emesis
gravidarum dengan non farmakologi yaitu dengan jahe.

Menurut koswana dalam (Farida 2019) Jahe merupakan obat tradisional penting di Indonesia
yang terdiri atas 3 jenis yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Sifat khas jahe disebabkan
adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan adanya minyak atsiri
dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rizhoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe
berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki
komponen berbentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum
adalah zingiberen dan zingiberol.

Peneliti berpendapat bahwa penurunan tingkat emesis gravidarum setelah diberikan


aromaterapi jahe sebagian besar responden (66,7%) berada pada katagori emesis gravidarum
ringan dan (33.3%) berada dalam kategori tidak mual muntah, karena pada aromaterapi jahe
dapat mengurangi rasa mual muntah. Penurunan emesis gravidarum pada masing – masing
responden sangat bervariasi yang berkaitan erat dengan factor-faktor yang mempengaruhi emesis
gravidarum. Adanya factor usia dari ibu hamil yang mempengaruhi kemampuan ibu hamil dalam
beraptasi dengan kehamilannya, factor pendidikan sesorang juga akan memberikan kemampuan
terhadap individu untuk menerima informasi yang diberikan dan direpon dengan baik, factor
berdasarkan pekerjaan keadaan mual muntah yang terjadi pada ibu hamil cenderung membuat
ibu hamil hanya berbaring dan kurang berinteraksi dengan sekitarnya sehigga tidak memiliki
pengalihan untuk rasa mual muntah yang di rasakan ibu hamil.

4.2.3 Analisa Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Emesis Gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester I di Puskesmas III Denpasar Utara

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas III Denpasar Utara didapatkan emesis gravidarum
pada ibu hamil trimester I setelah diberikan aromaterapi jahe mengalami penurunan dari sebelum
diberikan aromaterapi jahe. Hasil analisis bivariate menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test
diperoleh negative rank 23 yang artinya terdapat penurunan tingkat emesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I setelah diberika aromaterapi jahe sebanyak 30 orang, diperoleh nilai p-value =
0,000 < α (0,05), Maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan data
sebelum diberikan aromaterapi jahe yaitu 17 (56.7%0 responden memiliki tingkat emesis
gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden memiliki tingkat emesis gravidarum sedang,
setelah di berikan aromaterapi jahe yaitu 10 (33.3) responden memiliki tingkat emesis
gravidarum tidak mual muntah dan 20 (66.7%) responden memiliki tingkat emesis gravidarum
ringan. Berdasarkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh aromaterapi jahe
terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di puskesmas III Denpasar Utara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wirda et al. 2020) dengan
judul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada Ibu
Hamil Trimester Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar “
Didapatkan hasil menggunakan uji T didapatkan semua responden mengalami penurunan emesis
gravidarum, tidak ada yang tetap dan tidak ada yang meningkat dengan nilai p=0,041< α 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa secara statistic ada pengaruh pemberian aroma terapi Jahe terhadap
penurunan emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Wilayah kerja Puskesmas
Mangarabombang Kabupaten Takalar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Farida
2019) dengan judul “Pengaruh Minuman Jahe Terhadap Penurunan Frekuensi Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Wilayah Puskesmas Lubuk Buaya Padang”.
Didapatkan hasil ada pengaruh yang signifikan antara pemberian minuman jahe sebelum dan
sesudah perlakuan terhadap rata-rata emesis gravidarum. Berdasarkan uji paired sample t test
menunjukkan hasil yaitu p value=0,000 dengan tingkat kemaknaan p≤0,05, artinya ada pengaruh
minuman jahe terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.

Menurut (Scarlet. 2013) serta ( Mataram. S A 2012) mengatakan bahwa dengan aromaterapi
jahe frekuensi emesis gravidarum dapat berkurang bahkan hilang karena jahe bekerja dengan
menghabisi reseptor serotonim dan mengurangi efek mual dan muntah pada saluran
gastrointestinal dan sytem saraf pusat, baik pada ibu hamil yang mengalami emesis. Hasil
penelitian ( Redi Aryanta, I. W, 2019) mengatakan bahwa jahe mempunyai banyak manfaat dan
bisa di jadikan obat termasuk aromaterapi yang mempunyai aroma yang wangi dan bisa
menurunkan reflex mual muntah ataupun emesis gravidarum bagi ibu hamil. Aromaterapi jahe
yang diberikan pada ibu hamil dengan mual muntah dapat memberikan pengaruh cukup
signifikan sehingga terjadi penurunan antara sebelum dan sesudah intervensi.

Peneliti berpendapat bahwa aromateapi jahe memiliki kandungan atsiri jahe yang dapat
mempengaruhi tubuh melalui saraf olfaktorius yang berfungsi mengatur mual muntah pada tubuh
dan merangsang sistem limbik untuk melepaskan endoprin dan serotonin untuk merelaksasikan
sistem dalam tubuh. Secara psikologis responden juga menyatakan bahwa menyukai aromaterapi
jahe yang diberikan dan merasa bahwa tersugesti atau didalam pemikiranya aromaterapi ini
harusnya berguna untuk kesehatannya dalam mencegah mual muntah (emesis) yang dialaminya.
Sugesti atau pemahaman yang diterapkan dalam otak dapat mempengaruhi alam bawah sadar
seseorang untuk meyakinkan dirinya sehingga menjadi salah satu penangana yang bisa
dilakukan.

Penurunan emesis gravidarum pada masing-masing responden sangat bervariasi, ini juga
berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum yang dibawa oleh
responden baik dari diri sendiri maupun lingkungan luar, dilihat dari perubahan tingkat emesis
gravidarum setelah diberikan aromaterapi jahe menunjukkan hasil perubahan yang baik.
Aromaterapi jahe diberikan pada ibu hamil trimester I agar mampu membantu ibu melewati
masa kehamilannya dengan baik karena memberikan pengaruh dalam menurunkan mual muntah
yang dialami. Jika terapi jahe dilaksanakan secara teratur terbukti berpengaruh menurunkan mual
muntah pada ibu hamil trimester I, selain itu aromaterapi dapat juga bermanfaat untuk kesegaran.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebelum diberikan aromaterapi jahe didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 17
(56.7%) responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan dan 13 (43.3%) responden
memiliki tingkat emesis gravidarum sedang.
2. Setelah diberikan aromaterapi jahe didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 10
(33.3) responden memiliki tingkat emesis gravidarum tidak mual muntah dan 20 (66.7%)
responden memiliki tingkat emesis gravidarum ringan.
3. Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh negative rank 23
yang artinya terdapat penurunan tingkat emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I
setelah diberika aromaterapi jahe sebanyak 30 orang, diperoleh nilai p-value = 0,000 < α
(0,05), Maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh aromaterapi jahe terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas III Denpasar Utara

5.2 Saran

Saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Kepada Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan
dalam pemberian terapi komplementer untuk perawatan antenatal care pada ibu hamil
dengan emesis gravidarum.
2. Kepada masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan terkait terapi
komplementer khususnya bagi ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV
JADWAL PENELITIAN DAN BIAYA

4.1 Jadwal Penelitian


BULAN
N Desemb Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
Kegiatan
o 2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Pengajuan proposal
3 Pengurusanijinpenelitian
4 Pengumpulan data
5 Pelaksanaan penelitian
6 Mengumpulkan data dan
analisis data
7 Menyusun laporan hasil
penelitian
8 melaporkan hasil
penelitian
4.2 Biaya Penelitian

No JenisPengeluaran Jumlah(Rp) Prosentase(%)


1. Gaji dan Upah Rp 1000.000 0.2%
2. Bahan Habis Pakai Rp 2.750.000 0.54 %
3. Perjalanan Rp 450.000 0.09 %
4. Lain-lain Rp 800.000 0.16%
Total Rp 5.000.000 0.99%
Jumlah Pemakaian Biaya Penelitian adalah Rp 5.000.000,-
Terbilang: Lima Juta Rupiah
Road Map Individu
Dosen: Ns. Ni Ketut Citrawati S.Kep.,M.Kep
Prodi : NERS

Departemen Keperawatan Maternitas :


Isu Strategis : Pengembangan riset berbasis Peningkatan Pengetahuan dan Gizi Ibu hamil
selama Kehamilan (ANC)

Target luaran:
1. Publikasi nasional terindeks SINTA
Road Map Individu

Dosen: Ns. Dewa Putu Arwidiana, S.Kep.,M.AP

Prodi : Ilmu Keperawatan

Departemen Keperawatan Jiwa :

Isu Strategis : Pengembangan riset berbasis psikososial dalam penanganan aspek


psikologis individu era digital
Target luaran:
2. Publikasi nasional terindeks SINTA
3. Policy brief
No Nama Peran Penelitian Uraian Tugas

1 Ns. Ni Ketut Ketua Tim 1. Mengurus perijinan


Citrawati,S.Kep.,M.Kep 2. Mengkoordinasi kan pengumpulan
data
3. Melakukan perlakuan
4. Mempersiapkan data dan
pengolahan data
5. Mengkoordinasi kan setiap
kegiatan dalam penelitian
6. Mendistribusikan tugas kepada
anggota peneliti
7. Melaksanakan pengolahan data
8. Mempersiapkan seminar dan
publikasi
2 Ns. Dewa Putu Arwidiana, Anggota 1 : Tim 1. Melakukan pengumpulan data
S.Kep.,M.AP Dosen 2. Melakukan pre tes dan post tes

3 Ni Made Winda Nursanti Anggota 2 : Tim 1. Melakukan pengumpulan data


Mahasiswa 2. Melakukan pre tes dan post tes
3. Menyiapkan alat dan bahan
dalam penelitian

Anda mungkin juga menyukai